BAB I skripsi .doc
-
Upload
adi-hans-poerba -
Category
Documents
-
view
39 -
download
1
Transcript of BAB I skripsi .doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada awal berdirinya suatu perusahaan tentunya pemilik perusahaan tersebut
mempunyai harapan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Harapan itu akan dapat dicapai apabila didukung oleh faktor-faktor
produksi seperti : sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal. Didalam
perusahaan, modal memiliki peranan cukup penting untuk membiayai aktivitasnya
dalam mencapai harapan tersebut. Umumnya perusahaan yang tidak kuat
permodalannya akan sulit untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Persaingan menyebabkan setiap perusahaan berusaha efektif dan efisien dalam
menghasilkan produk-produk dimana kualitas produk tetap terjamin namun disisi
lain biaya produksi dapat diminimalisasi.Perkembangan teknologi yang
menghasilkan peralatan/barang modal dapat menjawab tantangan tersebut.
Permasalahannya adalah darimana perusahaan yang kurang modal mendapatkan
dana untuk membiayai peralatan/barang modal tersebut.
Dalam rangka pengembangan perusahaan, biasanya perusahaan akan selalu
berusaha untuk mengganti aktiva yang lama dengan aset yang baru. Penggantian
atas aset yang lama ini mungkin disebabkan karena aset tersebut telah habis masa
umur ekonomisnya atau karena rusak dan tidak dapat lagi digunakan dalam
kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan disisi lain, kegiatan operasional
1
2
perusahaan menuntut adanya pengadaan aset tetap yang baru terutama tanah,
gedung dan peralatan. Pengadaan aset tetap ini dapat dipenuhi oleh perusahaan
dalam bentuk sewa guna usaha atau leasing.
Kegiatan sewa guna usaha dikategorikan ke dalam klasifikasi dari segi lessee
dan lessor. Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessee terdiri dari Capital Lease
yaitu sewa guna usaha dengan hak opsi dan Operating Lease yaitu sewa guna
usaha tanpa opsi. Sedangkan Direct Financing Lease berbeda dari Sales Type
Lease karena dalam transaksi ini tidak merealisasikan suatu keuntungan atau
kerugian. Dalam Direct financing lease, nilai wajar barang yang dileasingkanl
ease adalah sewa dengan harga perolehannya atau nilai bukunya
Bila suatu transaksi lease tidak bisa memenuhi kriteria klasifikasi sebagai
Direct Financial Lease, maka dalam pembukuan lessor, lease tersebut harus
dicatat sebagaimana Operating Lease. Proses klasifikasi harus dipelajari serta
diputuskan sebelum penerapan akuntansi lease, agar sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Lessor tidak mengharapkan profit semata-mata dari transaksi
Operating Lease tersebut tetapi mengharapkan adanya pengendalian dari hasil
penjualan atau dengan menyewakan kembali aset tersebut kepada pihak
berikutnya.
Dengan banyaknya transaksi secara leasing, perlu adanya suatu standar
akuntansi sebagai pedoman dalam penyajian laporan keuangan yang berkaitan
dengan leasing. Menjawab kebutuhan tersebut IAI telah menyusun Standar
Akuntansi Keuangan No.30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha. PSAK No. 30
3
memberikan defenisi sebagai berikut :a) Penanaman netto dalam aset yang
disewakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman netto sewa. Jumlah
penanaman netto terdiri dari jumlah piutang sewa ditambah nilai sisa (harga opsi)
yang akan diterima oleh perusahaan sewa pada akhir masa sewa dikurangi dengan
pendapatan sewa yang belum diakui (unearned lease income), dan simpanan
jaminan (security income).b) Selisih antara piutang sewa ditambah nilai sisa (harga
opsi) dengan perolehan aset yang disewakan diperlukan sebagai pendapatan sewa
yang belum diakui (unearned lease income).c) Pendapatan sewa yang belum
diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan
berdasarkan tingkat pengembalian berkala (Periodie rate of retur) atas penanaman
netto perusahaan sewa.d) Apabila perusahaan sewa menjual barang modal kepada
penyewa sebelum berakhirnya masa sewa maka perbedaan antara harga jual
dengan penanaman netto dalam sewa pada saat penjualan dilakukan harus diakui
dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan.e) Pendapatan lain
yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa harus diakui dan dicatat sebagai
pendapatan periode berjalan.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha perlu diterapkan
secara konsisten sesuai dengan PSAK No.30 dalam rangka penyusunan laporan
keuangan perusahaan. Untuk itu guna menjawab berbagai pertentangan dan
menjelaskan praktek sewa guna usaha perlu pengkajian dari sisi konsep-konsep
akuntansi yang mendasar, sehingga dapat ditentukan perlakuan setiap transaksi
4
sewa guna usaha secara tepat, dapat dimengerti, dapat diperbandingkan dan sesuai
dengan tujuan laporan keuangan.
PT X sebagai salah satu lembaga pembiayaan, juga melakukan transaksi
penjualan dengan cara leasing, PT X membiayai pembelian mobil. Konsumen
yang ingin membeli barang tersebut cukup hanya membayar down payment
kepada kepada showroom atau dealer sebagai supplier atau bisa juga langsung ke
PT X. Sisa utang konsumen (lessee) kepada supplier akan dibiayai oleh PT X yang
ditunjuk lessee sebagai lessor. Dalam hal ini supplier akan berhubungan dengan
lessor. Hak milik sudah diserahkan supplier kepada lessee dan sebagai jaminan
hak milik itu ( BPKB ) diserahkan kembali oleh lessee kepada lessor. Hak milik
itu akan tetap berada di tangan lessor sampai perjanjian yang sudah disepakati
dipenuhi oleh lessee (angsuran lunas dibayar oleh lessee). Dalam pencatatan
transaksi leasing. PT X sudah berpedoman pada PSAK No. 30 namun belum
sepenuhnya sesuai. Biaya-biaya materai, biaya notaris yang timbul dalam
pembuatan perjanjian leasing dicatat sebagai biaya administrasi dan digolongkan
pada biaya operasional pada tahun berjalan.Pembayaran sewa guna usaha oleh
lessee akan dialokasikan, dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa
guna usaha dan pendapatan.
Pencatataan yang di lakukan oleh PT. X sebagai lessor menggunakan
Metode Bersih. Sebagai perinciannya berikut akan diberikan contoh kasus
perjanjian leasing yang dilakukan PT. X:
5
Pada tanggal 08April 2013 PT. X mengadakan perjanjian Leasing dengan Saudara
Nyaw Kim Fung. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa PT. X akan
membiayai 1 (satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI,Type FM517F, Tahun
1996. Masa leasing24 tahun dengan DP (Down Payment) Rp. 80.000.000,-Saudara
Nyaw Kim Fung membayar angsuran/bulan sebesar Rp. 8.436.000,-. Total
pinjaman saudara Nyaw Kim Fung tambah bunga Rp. 202.464.000,- dan suku
bunga 9.454750515% / tahun flat.
Salah satu aktiva yang diperoleh dengan cara Sewa Guna Usaha adalah 1
(satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI, Type FM517F, Tahun 1996 dengan
data sebagai berikut.
Tabel 1.1 Data Sewa Guna Usaha
Keterangan Jumlah
Nilai Barang Modal Rp. 250.000.000,-
Nilai Sisa Rp. 80.000.000,-
Nilai Pembiayaan Rp. 170.000.000,-
Jangka Waktu 24 bulan ( 2 tahun )
Suku Bunga 9.54750515% /tahun
Keterangan Jumlah
Bunga untuk 2 tahun Rp. 32.464.000,-
Total Pinjaman Rp. 202.464.000,-
Angsuran/bulan Rp. 8.436.000,-
6
Biaya Administrasi Rp. 1.500.000,-
Biaya Cek, Blokir Rp. 550.000,-
Biaya Asuransi Rp. 5.750.000,-
Jumlah yang dibayar Rp. 153.764.000,-
Cara Pembayaran Dengan Bilyet Giro
Tanggal Efektif 08-04-2013
Sumber : PT. X Pekanbaru
Jurnal pada saat terjadinya transaksi leasing yang dilakukan oleh PT. X,
perusahaan mencatat pendapatan leasing dengan membuat jurnal, seperti pada
jurnal berikut :
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 202.464.000,-
DP Sewa Guna Usaha Rp. 80.000.000,-
Pendapatan Sewa Guna Usaha yang belum diakui Rp. 32.464.000,-
Simpanan Jaminan/DP Sewa Guna Usaha Rp. 80.000.000,-
Pendapatan Asuransi Usaha Rp. 5.750.000,-
Pendapatan lain-lain Rp. 550.000,-
Kas Rp. 153.764.000,-
Biaya Administrasi Sewa Guna Usaha Rp. 1.500.000,-
Pendapatan Sewa (Angsuran 1) Rp. 8.436.000,-
Yang menjadi masalah dari kasus ini adalah
7
1. Perusahaan tidak mengungkapkan biaya penyusutan dari aktiva yang dibeli
sedangkan menurut PSAK No. 30 menyatakan bahwa penyusutan aktiva yang
disewa guna usahakan harus diungkapkan secara konsisten berdasarkan
kebijaksanaan umum lessor dalam penyusutan aktiva tetap lainnya.
2. Perusahaan dalam melakukan pencatatan terhadap pembayaran angsuran tiap
bulan tidak memisahkan antara angsuran pokok dan biaya bunga yang timbul
dari kegiatan guna usaha (leasing) sedangkan menurut PSAK No. 30
menyatakan bahwa selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran angsuran
harus dipisahkan antara angsuran pokok dan biaya bunganya.
3. Perusahaan tidak mencatat adanya pendapatan lease yang ditangguhkan pada
akhir periode seharus menurut PSAK No. 30 menyatakan bahwa Sewa Guna
Usaha pendapatan lease dicatat dan diakui secara proposional (pada posisinya).
Melihat permasalah yang ada diatas, maka muncul ketertarikan untuk
membahas masalah akuntansi leasing, dalam hal ini PT. X sebagai lessor. Untuk
itu mengambil judul penelitian “ ANALISIS AKUNTANSI LEASING DITINJAU
DARI SUDUT LESSOR ( STUDI KASUS PADA PT. X ).
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang permasalahan diatas maka dapat di buat perumusan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian sebagai berikut :
“ Apakah perilaku akuntansi sewa guna usaha pada PT. X telah telah sesuai
dengan Prinsip Standar Akuntansi Keuangan No. 30 ?”.
8
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui
apakah penerapan akuntansi leasing yang ditetapkan oleh PT. X telah sesuai
dengan Prinsip Standar Akuntansi Keuangan No. 30 ?”.
1.3.2. MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi masyarakat khususnya dilingkungan perguruan tinggi, dapat
memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas wawasan mengenai
Penerapan Akuntansi Leasing baik secara teori maupun dalam prakteknya.
b. Bagi Perusahaan sebagai bahan masukan mengenai penerapan akuntansi
leasing untuk mengetahui kelemahan, kekurangan, kendala yang dihadapi
dalam penerapan akuntansi leasing tersebut.
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara menyeluruh gambaran proposal nantinya perlu dikemukakan tahap
penulisannya yang terdiri dari tiga bab, yaitu :
BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisikan landasan teori yang menguraikan segala hal mengenai
pengertian leasing, klasifikasi leasing, jenis perusahaan leasing,
9
proses dan mekanisme transaksi leasing, teknik-teknik
pembiayaan leasing, perbedaan pembiayaan leasing dengan
pembiayaan lainnya, keuntungan dan kerugian leasing,
perlakuan akuntansi leasing bagi perusahaan, pelaporan dan
pengungkapan transaksi sewa guna usaha dan ilustrasi metode
capital lease.
BAB III : Berisikan metode penelitian yang menguraikan objek penelitian,
jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data.
BAB IV : Merupakan gambaran umum perusahaan, tentang sejarah berdiri
perusahaan, struktur organisasi dan aktifitas perusahaan. Serta
berisikan hasil dan pembahasaan penelitian yang dilakukan pada
perusaahan leasing dengan prosedur-prosedurnya.
BAB V : Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran
untuk perbaikan pada perusahaan leasing tersebut.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Leasing
2.1.1. Pengertian Leasing
Leasing merupakan suatu istilah asing yang dibakukan ke dalam bahasa
Indonesia dan sampai sekarang belum ada penggunaan istilah yang memberikan
pengertian yang tepat. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa menyewa
dan dalam dunia bisnis berkembang dan telah berubah fungsi menjadi salah satu
11
jenis pembiayaan. Di Indonesia leasing diterjemahkan dengan kata “sewa guna
usaha“. Secara umum leasing diartikan sewa menyewa atau equipment funding
yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi
suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak. Menurut Lumbantoruan
(2005:505), Leasing adalah kegiatan pembiayaan bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna dengan hak opsi (Capital Lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sedangkan Kasmir
(2005:257), Leasingadalah perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan
lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak
penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu
tertentu.
Menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri
Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No.
32/M/SK/2/1974 dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang
Perizinan Usaha Leasing. Dalam pasal I Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri
tersebut dinyatakan :Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang-barang modal yangbersangkutan atau
12
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati
bersama. Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha
diperluas sebagaimana tersirat dalam pasal satu keputusan tersebut yang
menampung defenisi-defenisi berikut ini :
a. Perusahaan sewa guna usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh penyewa
guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala.
b. Capital lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha
pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna
usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.
c. Operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha yang tidak mempunyai hak
opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.
d. Penyewa guna usaha (lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang
menggunkan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa
guna usaha (lessor)
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 adalah
Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) maupun sewa guna usaha tanpa
13
hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sedangkan Pengertian leasing
menurut PSAK No. 30 menjelaskan pengertian leasing menurut Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia No. Kep-122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974,
No.30/Kpb/I/1974.
Dari beberapa defenisi diatas, pada prinsipnya memberikan pengertian-
pengertian yang sama, bahwa leasing meliputi (Situmorang, 2004:22) :
a. Pembiayaan perusahaan
Leasing awalnya dimaksudkan sebagai usaha memberikan kemudahan
pembiayaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Namun dalam
perkembangannya, leasing juga diberikan kepada individu dengan peruntukkan
barang belum tentu untuk kegiatan usaha.
b. Penyediaan barang-barang modal
Biasanya yang menyediakan barang modal adalah pihak supplier atas biaya
dari lessor. Barang modal tersebut akan digunakan oleh lessee umumnya untuk
kepentingan bisnisnya. Menurut Keputusan Menteri No. 1169/KMK.01/1991,
yang dimaksud barang modal adalah setiap aktiva tetap yang berwujud
termasuk tanah sepanjang diatas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa
bangunan (plant) dan tanah serta aktiva yang dimaksud merupakan satu
kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
14
dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan
ataupun memperlancar produksi barang atau jasa oleh lessee.
c. Jangka waktu tertentu
Dalam kontrak leasing ditentukan untuk berapa tahun leasing tersebut
dilakukan. Selanjutnya setelah jangka waktu tersebut berakhir, ditentukan pula
bagaimana status kepemilikan dari barang tersebut. Misalnya pada saat itu
kepada lessee diberikan “hak opsi” yakni pilihan apakah lessee akan membeli
barang tersebut pada harga yang telah terlebih dahulu disepakati bersama atau
lessee tetap menyewanya, ataupun mengembalikan barang kepada pihak lessor.
d. Pembayaran secara berkala
Lessor membayar lunas harga barang modal kepada penjual/supplier, maka
adalah kewajiban lessee untuk mengangsur pembayaran harga barang modal
kepada lessor. Besar dan lamanya angsuran sesuai dengan kesepakatan yang
telah dituangkan dalam kontrak leasing.
e. Adanya hak pilih (opsi)
Diakhir masa leasing, diberikan hak bukan kewajiban kepada lessee untuk
apakah membeli barang modal tersebut dengan harga yang telah terlebih
dahulu ditetapkan dalam kontrak leasing yang bersangkutan ataupun
memperpanjang kontrak leasing. Tidak semua jenis leasing memberikan hak
opsi tersebut kepada lessee melainkan harus menyerahkan kembali barang
modal tersebut kepada pihak lessor di akhir masa leasing. Ada juga yang justru
15
memberi hak kepemilikan kepada pihak lessee di akhir masa leasing tanpa
perlu memberikan hak opsinya.
f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar kembali kepada
lessor oleh lessee diakhri masa berlakunya leasing atau pada saat lessee
mempunyai hak opsi. Nilai sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan
bersama dalam bentuk kontrak leasing
g. Adanya pihak lessor
Pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang
membutuhkan.
h. Adanya pihak lessee
Pihak yang memerlukan barang modal dengan pembiayaan dari pihak
perusahaan sewa guna usaha.
Aktivitas leasing sama dengan bisnis lainnya, mempunyai keuntungan dan
kerugian bagi pihak lessor dan lease(Situmorang, 2004:25).
Tabel 2.1
Keuntungan dan Kerugian Pihak Lessee
Keuntungan bagi Lessee Kerugian bagi Lessee
1. Lessee akan terhindar dari
kebutuhan dana besar dan biaya
bunga yang tinggi
1. Lessee wajib memenuhi berbagai
persyaratan yang ditetapkan lessor
untuk melindungi peralatannya.
16
2. Lease mengurangi resiko
keusangan, karena ia dapat
mengoper barang yang dilease
kepada pihak lessor setelah
pemakaiannya.
Keuntungan bagi Lessee
Misalnya dalam bentuk pembatasan
pengoperasian barang, perlindungan
asuransi, dan lain-lain.
2. Lessee bisa saja kehilangan
kesempatan untuk memperoleh
keuntungan barang pada saat akhir
lease untuk beberapa jenis barang.
Kerugian bagi Lessee
3. Perjanjian lease lebih flexible
karena lebih bebas dibandingkan
perjanjian utang lainnya. Lessor
yang pintar akan dapat
menyesuikan perjanjian lease
terhadap kebutuhan perusahaan.
4. Dana pembiayaannya jauh lebih
3. Lessee khususnya financial lease
mungkin kurang tepat bila lessee
hanya membutuhkan aktiva dalam
jangka pendek, karena jika
dibatalkan sebelum perjanjian
selesai, akan menimbulkan biaya
yang sangat besar.
4. Karena barang yang dilease tidak
dapat dicatat sebagai asset maka
17
murah dibanding pembiayaan
sekaligus.
5. Lease tidak menambah pos utang
di neraca dan tidak mempengaruhi
rasio leverage
tidak dapat dijadikan sebagai
jaminan kredit di Bank.
Hak menggunakan barang lease
merupakan intangible asset yang
tidak dapat disajikan dalam neraca
sebagai aktiva tetap
Sumber : Harahap, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004
Tabel 2.2
Keuntungan dan Kerugian Pihak Lessor
Keuntungan bagi Lessor Kerugian bagi Lessor
1. Hak kepemilikan masih ada dipihak
lessor, sehingga merupakan faktor
pengaman yang lebih kuat
1. Sebagai pemilik lessor
memiliki resiko besar jika
barang yang dilease mendapat
18
dibandingkan dengan bandingkan
dengan barang jaminan berupa
hipotek sekalipun.
2. Lessor berhak secara hukum untuk
menjual barang yang dilease dan
biasanya lebih mudah dan lebih
cepat dibandingkan dengan
penjualan melalui lelang.
3. Dalam operating lease, lessor secara
akuntansi masih berhak untuk
melakukan pembebanan penyusutan
atas barang yang dilease untuk
tujuan penghematan biaya.
tuntutan dari pihak ketiga.
Misalnya jika terjadi
kecelakaan atau kerusakan atas
barang orang lain yang
disebabkan oleh barang yang
dilease tersebut.
2. Dalam hal adanya complaint,
lessor tidak bisamengklaim
pabrik atau supplier secara
langsung, tindakan tersebut
harus dilakukan oleh lessee
sebagai pemakaian barang
tersebut.
3. Ia tetap bertanggung jawab atas
pembayaran kewajiban tertentu
karena pemilikan barang
Sumber : Harahap, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004
2.1.2.Klasifikasi Leasing
19
Sewa guna usaha mempunyai dua macam tipe dasar yaitu Capital Lease
dan Operating Lease dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Capital Lease
Menurut Kamir (2005:258), Capital Lease adalah kegiatan sewa guna usaha
dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan Menurut
PSAK No. 30, kriteria pengelompokkan transaksi sewa guna usaha sebagai
berikut:
a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang
disewagunausahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang
telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha
ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang
modal yang disewagunausahakan serta bunganya, sebagai keuntungan
perusahaan sewa guna usaha.
c. Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun.
Pada capital lease, lessor bertindak sebagai lembaga keuangan untuk barang
modal yang ditentukan oleh lessee, baik mengenai jenis maupun spesifikasinya.
Lessor akan mengadakan negosiasi dengan supplier mengenai harga, syarat-syarat
perawatan dan lain-lain yang mempunyai hubungan langsung dengan
pengoperasian barang-barang modal. Lesssor akan membayar barang tersebut
20
pada supplier dan selanjutnya barang akan diserahkan pada lessee. Dalam
penyerahan barang ini hak milik secara hukum masih tetap pada lesssor. Lessee
mempunyai kewajiban membayar sejumlah uang kepada lessor secara berkala
untuk suatu jangka waktu tertentu. Jumlah pembayaran ini secara keseluruhan
akan merupakan harga barang yang dibayar oleh lessor dan ditambah dengan
bunga serta keuntungan bagi pihaklessor. Pada akhir periode sewa, memiliki hak
opsi untuk membeli barang tersebut sebesar nilai sisanya, mengembalikan barang
tersebut kepada lessor, atau mengadakan perjanjian tahap berikutnya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat utama dari capital leaseadalah sebagai berikut
(Harahap,2004:175)
a. Barang modal yang akan dibeli, dipilih dan ditentukan sendiri oleh
lesseeyang bersangkutan.
b. Hak kepemilikan ada ditangan lessor.
c. Dengan memenuhi segala persyaratan yang disebutkan dalam
perjanjiannya, lesseeberhak menggunakan barang modal selarna seluruh
periode sewa.
d. Selama periode sewa, perjanjian tidak dapat dibatalkan secara sepihak
(non cancelable).
Capital Leasesuatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara Lessor
dengan Lesseedengan pemberian hak opsi kepada Lessee pada akhir periode lease.
21
Capital Lease terbagi dalam berbagai bentuk transaksi sebagai
berikut(Harahap,2004:175)
a. Direct Financial Lease/ True Lease/ Direct Lease
Adalah transaksi leasing dimana lessor membeli suatu barang atas permintaan
pihak lessee dan sekaligus menyewagunakan barang tersebut kepada lessee.
b. Sale and Lease Back
Adalah transaksi leasing, dimana pihak lessee yang sengaja menjual barang
modalnya barang modalnya pada lessor untuk dilakukan kontrak leasing atas
barang tersebut.
c. Leveraged Lease
Adalah bagian dari capital lease yang disamping melibatkan lessor dan lessee
juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai leasing.
Pembiayaan yang dilakukan oleh lessor relative sedikit, sedangkan sisanya
yang merupakan pembiayaan terbesar dilakukan oleh kreditor tersebut. Lessor
bertanggung jawab langsung pada kreditor sesuai dengan jumlah
pembiayaannya.
d. Syndicated Lease
Adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas
suatu objek leasing. Syndicated lease biasanya dilakukan karena besarnya
objek leasing sehingga dengan alasan menyebarkan resiko, maka beberapa
lessor secara bersama-sama membiayai barang modal tersebut.
e. Cross Border Lease
22
Adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas negara. Leasing jenis ini
sering disebut dengan leasing internasional karena lessor dan lessee masing-
masing berdomisili di Negara yang berbeda.
f. Vendor Program
Adalah model leasing dimana dealer/showroom memberikan fasilitas leasing
kepada pembeli barang (yang berperan sebagai lessee) untuk kemudian
pembayaran atas barang tersebut dilakukan oleh lessor kepada
vendor/dealer/showroom.
b. Operating Lease
Dalam teknik operating lease, pihak objek leasing atau lessor membeli
barang modal dan disewagunausahakan kepada lessor. Pembayaran periodik yang
dikeluarkan oleh lessor untuk memdapatkan barang modal tersebut dan bunganya.
Lessor mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang
disewagunakan. Lessor dapat juga memperoleh sumber penghasilan dari
perjanjiaan sewa guna usaha yang lain. Karena harapan keuntungan operating
lease ini tergantung pada penjualan barang yang sudah selesai
disewagunausahakan, lessor harus memiliki keahlian khusus untuk memasarkan
kembali barang modal tersebut. Selain itu lessor biasanya bertanggung jawab atas
biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun
pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. Apabila dalam capital lease,
lessor tidak dapat melakukan pembatalan kontrak masa sewa guna selama jangka
23
waktu yang telah disepakati, maka dalam operating lease dapat juga disebut
leasing yaitu suatu perjanjian kontrak antra lessor dengan lessee, dengan catatan
bahwa (Subagyo dkk, 2005):
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyatakan kepada pihak
lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada
umur ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out
lease.
c. Lessor menanggung risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor.
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
atau disebut cancellable.
Tabel 2.3
Perbedaan dasar antara Capital Lease dengan Operating Lease :
No. Capital Lease Operating Lease
24
1 Perjanjian lease tidak dapat
dibatalkan (dikenakan denda)
Dapat dibatalkan setiap saat
2 Masa sewa selama umur ekonomis
diberikan hak opsi beli
Masa sewa relatif singkat
3 Menggunakan transaksi keuangan Tidak ada transaksi keuangan
4 Tidak dikenakan biaya lease Transaksi biaya sewa menyewa
5 - Angsuran leasing kena PPN dan
PPh Pasal 23
6 Bersifat full pay out Tidak bersifat full pay out
7 Lessor tidak dapat menyusutkan
barang modal
Lessor dapat menyusutkan barang
modal
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua.
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005.
25
Gambar 2.1
Flow Chart Klasifikasi Leasing oleh Lessee
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Perjanjian Lease
Ada Transfer Hak Milik
Ada kemungkinan
untuk membeli
aktiva yang disewa
Nilai Tunai
Pembayaran > 90%
dari harga aktiva
Jangka waktu sewa >
75% taksiran umur
ekonomis
26
Sumber : Widjaya Tunggal dan Djohan Tunggal, (2004:27)
2.2. Pihak-pihakyang terlimbat dalam Leasing
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak
yang berkepentingan, yaitu (Subagyo, 2005:80-88) :
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa
pembiayaankepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam
financial leasebertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan
untukmembiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan.
Sedangkandalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari
penyediaanbarang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan
sertapengoperasian barang modal tersebut.
1. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam
bentukbarang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan
mendapatkanpembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara
pembayaran angsuran atausecara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki
hak opsi atas barang tersebut.Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk
membeli barang yang dilease denganharga berdasarkan nilai sisa. Dalam
Capital LeaseOperating
Lease
27
operating lease, lessee dapat memenuhikebutuhan peralatannya di samping
tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanparisiko bagi lessee terhadap
kerusakan.
2. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan
baranguntuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh
lessor. Dalammekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan
barang kepada lesseetanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiayaan.Sebaliknya,dalam operating lease, supplier menjual
barangnya langsung kepada lessor denganpembayaran sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.
3. Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor
tidakterlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank
memegangperanan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam
mekanismeleverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh
melalui kreditbank. Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan
menerima kredit daribank, untuk memperoleh barang-barang yang nantinya
akan dijual sebagai objekleasing kepada lessee atau lessor.
2.3. Jenis Perusahaan Leasing
Dalam menjalankan kegiatan usahanya Perusahaan Leasing dapat
digolongkan menjadi 3 jenis kelompok yaitu (Subagyo dkk, 2005).
a. Independent Leasing Company
28
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing.
Perusahaan tipe ini terdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin
dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan
barang modal nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai
supplier atau produsen kemudian di lease kepada pemakai. Untuk memperoleh
gambaran jelas mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada Gambar
2.2 Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya
bank-bank, dapat pula disebut sebagai lessor independent. Banyak lembaga
keuangan yang bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan
leasing kepada lessee tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan
leasing. Di samping ini lessor independent dapat pula memberikan pembiayaan
kepada supplier (manufacturer) yang sering disebut dengan vendor program.
Gambar 2.2
Independet Lessor
Pembelian Barang
PembayaranSupplier
(Manufacturer)Independent
(Lessor)
29
Angsuran Kontrak
Leasing
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
b. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan
perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini
dapatterjadi apabila pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan
pembiayaan leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan
penjualanmelebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan
tradisional.Captive lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak
pertamaterdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary)
dan pihakkedua adalah lessee atau pemakai barang.
Gambar 2.3
Lessor
30
Captive Lessor
Pembayaran
Penjualan Barang
Angsuran Kontrak
Leasing
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
c. Lessee Broker atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager.
Brokervleasing berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor
yangmembutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing
biasanyatidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing
untuk atas namanya. Disamping itu perusahaan broker leasing memberikan satu
atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam
suatu transaksi leasing. Mekanisme lease broker atau packager dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
Perusahaan induk
(manufacturer)
Lessor
Subsidiaryn
(Lessor)
31
Gambar 2.4
Lease Broker
Sumber:Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
2.4. Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing
Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi
antara lain bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi
leasing yang telah dibahas pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing
mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai
barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu
transaksi leasing(basic lease). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara
periodic kepadalessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut (lihat
lessor
lessor
lessor
lessorLessor Broker
32
Gambar 2.5).Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan
lessee padahaldalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat
dalam suatumekanisme transaksi leasing.
Gambar 2.5
Transaksi Dasar Leasing
Kontrak Leasing
Angsuran (Lease Payment)
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
2.5. Teknik-teknik Pembiayaan Leasing
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang
secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu (Subagyo,2005:80-
88):
1. Capital Lease
2. Operating Lease
Gambar 2.6
Mekanisme Transaksi Leasing
Lessor Lessor
LESSOR
33
(9) (8) (4) (7) (3) (5)
(2)
(6)
(1)
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
Keterangan Gambar :
1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan penjual atas barang yang
akan disewa.
2. Lesse melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembayaran
barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lesseequotation yang
tidak mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syarat-
syarat pokok pembiayaan leasing antara lain : keterangan harga, cash,
securitydeposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang
sewa, dan persyaratan-persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.
LESSEE SUPPLIER
34
4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee
dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal antara lain : pihak yang terlibat, hak
milik, jangka waktu, jasa leasing,opsi bagi lessee, penutupan asuransi,
tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran
sewa, dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai intruksi pengiriman barang
kepada lessee sesuai dengan tipe dan pengiriman spesifikasi barang yang telah
disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan kepada
supplier.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-
bukti kepemilikkan barang.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor
selam masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah
yang dibiayai serta bunganya.
1. Capital Lease
Menurut (Djoko Muljono,2007:131) dalam sewa guna usaha ini, perusahaan
sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal.
Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan
35
dan atas nama perusahaan sewa guna usaha , sebagai pemilik barang tersebut,
melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha,
penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala di
mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value),
kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang
dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna
usaha.
Suatu kegiatan sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi mempunyai
kriteria seperti berikut ini :
Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha (lease
term) ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
Masa sewa guna usaha sekurang-kurangnya :
o 2 tahun untuk barang modal golongan I
o 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III
o 7 tahun untuk golongan bangunan
Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lease.
Perlakuan Penghasilan
Dalam kegiatan leasing dengan hak opsi, perlakuan penghasilan dapat
dibedakan bagi lessor atau bagi lessee. Perlakuan penghasilan bagi lessor terhadap
barang modal yang dileasingkan adalah seperti berikut :
36
Penghasilan yang dikenakan pajak adalah imbalan jasa leasing dengan hak
opsi, atau seluruh pembayaran sewa guna usaha dikurangi dengan angsuran
pokok.
Penyerahan jasa dalam transaksi leasing dengan hak opsi dikecualikan dari
pengenaan PPN.
Apabila masa sewa guna usaha lebih pendek dari ketentuan masa sewa guna
usaha dengan hak opsi maka Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas
pengakuan penghasilan.
Kemudian, perlakuan penghasilan bagi lessee terhadap barang modal yang
dileasingkan adalah pembayaran leasing (Lease payment) yang dibayar oleh
lessee kepada lessor tidak dipotong PPh Pasal 23.
Perlakuan Biaya
Dalam kegiatan leasing dengan hak opsi, perlakuan biayanya dapat dibedakan
bagi lessor atau bagi lessee. Perlakuan biaya bagi lessor terhadap barang modal
yang dileasingkan adalah sebagai berikut :
Lessor tidak diperbolehkan menyusutkan barang modal yang dileasingkan.
Lessor boleh membentuk cadangan penghapusan piutang, setinggi-tingginya
2,5 % dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang.
Kerugian yang diderita karena piutang sewa guna usaha yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu
yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan.
37
Apabila cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya dibebani untuk menutupi kerugian maka sisanya dihitung sebagai
penghasilan. Sementara itu, apabila cadangan tidak mencukupi maka
kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Adapun perlakuan biaya bagi lessee terhadap barang modal yang dileasingkan
adalah seperti berikut :
Lessee selama masa leasing tidak boleh melakukan penyusutan atas barang
modal yang dileasingkan, sampai saat hak opsi digunakan. Dasar penyusutan
yang digunakan setelah hak opsi dipergunakan adalah nilai sisa (residual
value) barang modal yang bersangkutan.
Lease payment (pembayaran sewa guna usaha) yang dibayar atau yang
terhutang oleh lessee kecuali pembebasan atas tanah, merupakan biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee, sepanjang transaksi tersebut
memenuhi persyaratan sebagai sewa guna usaha dengan halo psi.
Ciri-ciri Capital Lease antara lain (Subagyo,2005:82) :
a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi
b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak/tidak bergerak
c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya
d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan+ biaya-biaya lainnya+ spread
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-
cancellablea), atau akan dikenakan denda
38
f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee
g. Transaksi keuangan
h. Full pay out
i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value
j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal
k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23
Selanjutnya, capital lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai
berikut :
a. Direct Financial Lease
Menurut (Subagyo,2005:82-84) transaksi leasing dalam bentuk direct
financial lease, sering pula disebut truelease, atau disingkat direct lease aja ;
merupakan suatu bentuk transaksi leasingdi mana lessor membeli suatu barang
atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang
tersebut kepada lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-lease
tersebut termasuk penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh
lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk
mendapatkan pembiayaan dengan cara leasing, guna memperoleh barang modal
yang dapat digunakan dalam proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas
produksi. Sedangkan proses pembelian mulai dari order pembelian dilakukan
pihak lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee. Mekanisme transaksi
bentuk direct lease dapat dilihat pada Gambar 2.7.
39
Gambar 2.7
Mekanisme Transaksi Direct Financial Lease
(6) (7) (5) (3)
(1) (2) (8)
(4)
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
Keterangan :
1. Penandatangan kontrak antara lessor dengan lessee
2. Penerimaan pembayaran pertama dari lessee, yang berupa :
a. Security Deposit
b. Uang lease pertama, jika in advance
c. Biaya administrasi
Lessor
Lessee
Perusahaan Asuransi
Supplier Dealer
40
d. Premi asuransi tahun pertama
e. Pembayaran pertama lainnya, jika ada
3. Pemesanan barang modal kepada supplier/dealer
4. Pengiriman barang modal ke alamat lease
5. Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada supplier/dealer
6. Kontrak penutupan asuransi
7. Pembayaran premi asuransi
8. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor
Ciri-ciri direct financial lease antara lain :
a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale
and lease back).
b. Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lessee.
c. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplierdapat dilakukan olehlessee.
d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuktujuan
proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi.
b. Sale and Lease Back
Menurut (Subagyo,2005:84-85) transaksi leasing dalam bentuk sale and lease
back ini pada prisipnya adalahpihak lessee sengaja menjual barang modalnya
kepada lessor untuk kemudiandilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang
tersebut. Lessee dalam hal iniberperan sebagai pihak yang menjual barang untuk
digunakan selama masalease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing ini
dimaksudkan untukmemperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi
41
leasing di sinibersifat refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan
diIndonesia akibat adanya masalah impor barang modal, perizinan
sertapengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang
telahdiperoleh lessee untuk memperoleh barang modal ini terutama dalam
halpengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang
modal,umunya pihak lessee akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri
barangimpor atau ekspor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya.
Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya
diserahkankembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu
yangdisetujui dalam kontrak leasing. Transaksi leasing seperti di atas sering
disebuttechnical sale and lease back (lihat Gambar 2.8).
Gambar 2.8
Mekanisme Transaksi Sale and Lease Back
(1) (3) (4) (5) (7)
(1) (6)
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
Keterangan :
Lessee Supplier
Lessor
Perusahaan Asuransi
42
1. Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor
2. Penutupan kontrak asuransi
3. Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrak jual beli
4. Penandatangan kontrak leasing antara lessor dengan lessee
5. Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa :
a. Security Deposit
b. Uang lease pertama, jika in advance
c. Biaya administrasi
d. Premi asuransi tahun pertama
e. Pembayaran pertama lainnya, jika ada.
6. Pembayaran premi asuransi
7. Pmbayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor
c. Leveraged Lease
(Subagyo,2005:85) pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu
teknik pembiayaandalam finance lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini,
disamping melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang
dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah
yangmemiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan
porsi pembiayaan pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan
pembiayaan, sisanya disediakan oleh kreditor.Kreditor tersebut dapat berupa bank
atau lembaga keuangan lainnya. Statuskreditor di sini hanya sebagai penyedia
dana kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah objek leasing itu
43
sendiri. Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada jumlah
pembiayaan yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessorbertanggung
jawab langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.
d. Syndicated Lease
Menurut (Subagyo,2005:85-86)Syndicated lease adalah pembiayaan leasing
yang dilakukan oleh lebih darisatu lessor atas suatu objek leasing. Syndicated
lease terjadi apabila lessorkarena alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karena
alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri suatu
transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk
memenuhipermintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan
leasingmelakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing
dimaksud.Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor,
berdasarkanpersetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai
koordinatordalam melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk
dengan pihak supplier.
e. Cross Border Lease
Menurut (Subagyo,2005:86)Cross border lease adalah transaksi leasing yang
dilakukan di luar batas suatunegara, di mana lessor berkedudukan di negara
berbeda dengan negara lessee.Jenis transaksi leasing ini kadang-kadang disebut
pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasinginternasional karena yang
dilakukan melibatkandua negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini
merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini
44
mengandung banyak risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga akan
melibatkan mekanisme hukum,perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari
masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau
subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Transaksi leasing biasanya
dilakukan dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee
diwajibkan membeli barang yang dileasenya pada akhir kontrak. Cara ini pada
dasarnya hanya untuk melindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan
ketentuan-ketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease pada gambar di
bawah ini. Kompleksitasdalam transaksi leasing internasional bagi lessor ini
meliputi beberapa masalah antara lain Menurut (Subagyo,2005:80-88):
a. Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee
b. Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
c. Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation)
d. Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan
valuta asing negara lesse
d. Peraturan penyusutan
e. Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya
f. Vendor Program
Menurut (Subagyo,2005:87)Vendor program atau disebut juga vendor lease
adalah suatu metode penjualanyang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana
perusahaan leasing memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada
45
pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor program ini, lessor
membayar kepada vendorsesuai dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan
oleh pembeli (lessee). Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee
dapat dilakukan langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor
yang bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.
2. Operating Lease
Menurut (Djoko Muljono,2007:131) dalam sewa guna usaha ini, perusahaan
sewa guna usaha membeli barang modal selanjutnya disewagunausahakan kepada
penyewa guna usaha. Berbeda dengan capital lease, jumlah seluruh pembayaran
sewa guna usaha berkala operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut bunganya.
Perbedaan ini disebabkan oleh perusahaan sewa guna usaha yang mengharapkan
keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan, atau
melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya.
Kegiatan sewa guna usaha dapat digolongkan menjadi sewa guna usaha tanpa
hak opsi apabila :
Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan
ditambah dengan keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.
Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Perlakuan Penghasilan
46
Perlakuan penghasilan pada kegiatan leasing tanpa hak opsi dapat dibedakan bagi
lessor atau bagi lessee. Perlakuan penghasilan bagi lessor terhadap barang modal
yang dileasingkan adalah seperti berikut :
Seluruh lease payment merupakan penghasilan.
Penyerahan jasa dalam leasing tanpa hak opsi terhutang PPN.
Adapun perlakuan penghasilan bagi lessee terhadap penghasilan dari barang
modal yang dileasingkan yaitu lease payment yang dibayarkan wajib pajak
dipotong PPh pasal 23.
Perlakuan Biaya
Perlakuan biaya bagi lessor terhadap barang modal yang dileasingkan, yaitu
penyusutan barang modal yang dileasingkan boleh dikurangkan sebagai biaya.
Adapun perlakuan biaya bagi lessee terhadap barang modal yang dileasingkan
adalah lease payment merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
2.6. Perbedaan Pembiayaan Leasing dengan Pembiayaan Lainya
Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok
dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan
lain misalnya bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa
menyewa dan sewa beli. (lihat Tabel 2.4 )
Tabel 2.4
Perbedaan Leasing dengan Metode Pembiayaan lainnya
47
NoPokok
PerbedaanLeasing Sewa Beli
Sewa Menyewa
Kredit Bank
1. Jenis Barang Bergerak dan tidak bergerak
Bergerak Bergerak dengan pemeliharan
Semua jenis investasi
2. Penyewa Perusahaan, perorangan
Perusahaan perorangan
Perusahaan perorangan
Perusahaan perorangan
3. Bentuk Perusahaan
Badan Hukum Supplier Supplier Bank
4. Jangka Waktu
Menengah Pendek Pendek-tengah
Bebas
5. Biaya 100% 80% Lebih rendah
80%
6. Biaya Bunga Bunga + margin Tinggi Bunga = margin
Spread + interbank rate
7. Akhir Kontrak
Menggunakan Hak opsi untuk membeli seharga nilai ke debitor sisa, memperpanjang, mengembalikan
Barang menjadi milik penyewa
Barang kembali ke pemilik
Kredit lunas, jaminankembali
Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005
2.7. Keuntungan dan Kerugian Leasing
Situasi dari masing-masing perusahaan yang berbeda-beda menyebabkan
faktor-faktoryang menunjang pada suatu kasus tidaklah dapat diterapkan pada
48
kasuslain. Salah satu keuntungan berikut ini mungkin akan menjelaskan lebih
lanjutsehingga menyebabkan kontrak lease akan menjadi aternatif yang menarik
untukpenyediaan modal/biaya (financing) pada situasi tertentu (Nasution,
2004:14) :
2.7.1. Keuntungan Leasing
1. Penghematan modal yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar, hal ini
merupakan penghematan dana bagi lessee, karena leasing umumnya
membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan.
2. Fleksibel, yang bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi kelebihan
leasing dibanding dengan kredit bank. Fleksibilitas meliputi struktur
kontraknya, besarnya pembayaran sewa, jangka waktu pembayaran serta nilai
sisanya.
3. Sebagai sumber dana, mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan
melalui sales dan leaseback atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee.
4. Menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapatan penjualan
diperoleh secara musiman atau dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada
masa akhir investasi maka besarnya sewa juga bisa disesuaikan dengan
kemampuan cash flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah
timbulnya gejolak kekosongan dana dalam kas perusahaan.
49
5. Leasing dapat memberikan keuntungan pajak penghasilan yang disebabkan
oleh penyusutan dipercepat dan beban bunga.
6. Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi, lessee mengeluarkan biaya
sewa yang sama. Dengan demikian nilai rill dari sewa tersebut telah berkurang
atau bisa dikatakan bahwa lessee membeyar hari ini dengan perhitungan nilai
mata uang kemarin.
7. Leasing aktiva untuk periode lease yang relatif singkat dan bukan memiliki
aktiva memberikan perlindungan bagi lessee dari keusangan peralatan.
8. Secara umum jadwal pembayaran lease dapat diatur agar sesuai dengan arus
kas masuk lessee yang diharapkan dari operasi.
2.7.2.Kelemahan Sewa Guna Usaha
Disamping keunggulan-keunggulan di atas, maka sewa guna usaha juga
mempunyai segi kelemahan sebagai berikut (Nasution, 2004:14) :
1. Pembiayaan 100% atas aktiva yang disewa guna usaha juga berarti total
pengeluaran jumlah dollar yang lebih tinggi untuk bunga.
2. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif
mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank.
3. Pembiayaan di luar neraca hanya menutupi fakta bahwa lapisan hutang baru
sedang ditanggung.
50
4. Leasing peralatan siap pakai (jika dibandingkan dengan yang dibuat sesuai
pesanan) mungkin menghasilkan produk yang mutunya lebih rendah dan
pada akhirnya mengakibatkan hilangnya penjualan bagi lessee.
5. Lease musiman mengandung ketidakpastian bahwa peralatan akan tersedia
saat dibutuhkan selain itu suku bunga leasing mungkin didasarkan pada
situasi perdagangan saat itu.
6. Lease jangka panjang dapat memberikan perlindungan dari
keusanganproduk.
7. Keuntungan pajak mungkin bersifat sementara. Ketentuan pajak baru bisa
diberlakukan kapan saja dan bisa membatalkan ketentuan dalam peraturan
lama. Ini merupakan bahaya bagi semua lease jangka panjang yang
mengutamakan keuntungan pajak.
8. Lease jangka panjang dengan suku bunga tetap akan membebankan lessor
pemberi pinjaman atas resiko hilangnya kesempatan jika suku bunga naik.
2.8. Perlakuan Akuntansi Leasing bagi Perusahaan
2.8.1. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Capital Lease
Perlakuan akuntansi capital lease oleh penyewa usaha menurut IAI dalam
PSAK No. 30 adalah :
a. Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran
sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh
penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa
51
guna usaha setiap pembayaran sewa guna dialokasikan dan dicatat sebagai
angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan
tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna
usaha.
b. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari
pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan
olehperusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal
masa sewa guna usaha.
c. Aktiva yang disewa guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang
wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
d. Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa
sewa guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan atau
dikreditkan pada tahun berjalan.
e. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan
jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa
guna usaha.
f. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback)
maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksiyang terpisah
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha.Selisih antara harga
jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dandicatat sebagai
keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harusdilakukan secara
proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan.
52
2.8.2. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Operating Lease
Perlakuan akuntansi operating lease menurut IAI dalam PSAK No.30
bahwapembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa
yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna
usaha oleh lessee, meskipun pembiayaan sewa guna usaha dilakukan dalam
jumlah yang tidak sama setiap periode.
2.9. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha
2.9.1. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Capital Lease
Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut IAI
dalam PSAK No. 30 adalah :
a. Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap
dalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan
harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.
b. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan
keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua
tahun berikutnya.
2. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam
tahun berjalan.
3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
53
4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and
leaseback).
5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna
usaha.
2.9.2. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Operating Lease
Menurut IAI dalam PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak
harusdicantumkan atas laporan keuangan mengenai :
1. Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan
sebagai biaya sewa.
2. Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak 2
tahun berikutnya.
3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi sale and leaseback.
5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna
usaha (major covenants)
3.0. Ilustrasi Metode Capital Lease
3.0.1 Contoh Akuntansi Leasing Bagi Lessee
54
Contoh penerapan metode capital lease berdasarkan buku akuntansi Kieso
dan Weygandt (2004 : 239) adalah sebagai berikut:Lessor company dan Lessee
Company menandatangani sebuah perjanjian lease tertanggal 1 Januari 2000 yang
menetapkan bahwa Lessor Company menyewakanperalatan kepada Lessee
Company dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Masa lease adalah lima tahun dan perjanjian tidak dapat dibatalkan dengan
mengharuskan pembayaran sewa sebesar Rp 25.981
2. Peralatan tersebut mempunyai nilai wajar sebesar Rp. 100.000 estimasi umur
ekonomis lima tahun dan tidak ada nilai residu
3. Lessee Company membayar semua biaya pelaksanaan langsung kepada pihak
ketiga kecuali pajak harta sebesar Rp 2000 per tahun yang termasuk dalam
pembayaran tahunan kepada lessor
4. Lease tersebut tidak memuat hak opsi pembaharuan dan peralatan akan
kembali pada lessor company pada saat selesainya lease
5. Tingkat bunga pinjaman tambahan (incremental borrowing rate) Lessee
Company adalah sebesar 11% tahun. Apabila tingkat bunga tidak
diketahuimaka tingkat bunga yang digunakan harus ditentukan oleh lessee
6. Lessee Company menyusutkan peralatan yang disewa dengan menggunakan
metode garis lurus.
7. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat hasil
pengembalian atas investasinya sebesar 10% per tahun, fakta ini diketahui oleh
Lessee Company.
55
8. Dalam hal adanya ketentuan lain yang dipersyaratkan oleh Lessor Company
maka lessee harus menerapkannya.
Penyelesaian :
1. Pengujian atas klasifikasi lease berdasarkan perjanjian lease diatas adalah:
a. Leaselima tahun, sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan yang
lamanya lima tahun, memenuhi pengujian 75%
b. Nilai sekarang pembayaran lease minimum Rp 100.000 melebihi 90% dari
nilai wajar harta (Rp 100.000)
Nilai yang dikapitalisasi = (25.981 – 2.000) x Nilai pembayaran sekarang
anuitas selama 5 periodepada tingkat diskonto 10%
= Rp 25.981 x 4,16986
= Rp 100.000
2. Pencatatan akuntansi Capital Lease oleh Lessee Company
a. Jurnal untuk mencatat peralatan yang disewa guna usaha pada awal sewa guna
usaha
Peralatan Sewa Guna Usaha Rp 100.000
Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp 100.000
Bila terdapat hak opsi dalam bentuk simpanan jaminan atau kas untuk membeli
peralatan yang disewa pada akhir masa lease adalah
Simpanan jaminan xx
Kas xx
56
b. Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama tanggal 1 Januari 2000
adalah
Beban pajak Rp 2.000
Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp 23.981
Kas Rp 25.981
c. Tanggal 31 Desember 2000 jurnal untuk mencatat beban bunga adalah
Beban Bunga Rp 7.602
Hutang Bunga Rp 7.602
Berikut disajikan skedul pembayaran sewa guna usaha Leesee
Companyselama lima tahun dengan tingkat bunga 10%.
TanggalPembayaran lease
tahunanBiaya pajak
Biaya bunga
Penurunan kewajiban
lease
Kewajiban lease
1/1/2000 - - - - 100,000
1/1/2000 25,981 2,000 - 23,981 76,019
1/1/2001 25,981 2,000 7,602 16,379 59,640
1/1/2002 25,981 2,000 5,964 18,017 41,623
1/1/2003 25,981 2,000 4,162 19,819 21,801
1/1/2004 25,981 2,000 2,180 21,801 -
Jumlah 129,905 10,000 19,908 100,000 -
Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran sewa guna usaha tangal 1 Januari
2001 adalah :
Beban pajak Rp 2.000
57
Beban Bunga Rp 7.602
Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp 16.379
Kas Rp 25.981
d. Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan peralatan sewa guna usaha selama lima
tahun dengan metode garis lurus tanggal 31 Desember 2000 adalah :
Beban penyusutan aktiva SGU Rp 20.000
Akm.penyusutan aktiva SGU Rp20.000
e. Ayat jurnal untuk mencatat berakhirnya masa lease apabila terdapat hak opsi
adalah :
Peralatan xxx
Akm.Penyusutan Peralatan xxx
Peralatan Sewa Guna Usaha xxx
(Peralatan sewa guna usaha yang dibeli pada akhir masa sewa guna usaha
harus dicatat oleh perusahaan sebesar nilai buku).
3.0.2 Contoh Akuntansi Leasing bagi Lessor
Contoh Leasing bagi Lessor Menurut Ika (2011) adalah sebagai berikut :
Morgan Leasing Company dan Rode Company menandatangani kesepakatan pada
tanggal 1 januari 2007 untuk melease peralaatan kepada Cole Company. Informasi
berikut berkaitan dengan kesepakatan ini :
1. Masa lease yang tidak dapat dibatalkan adalah 6 tahun tanpa opsi pembaruan.
Peralatan itu memiliki estimasi umur ekonomis selama 6tahun.
2. Lessor memperoleh aktiva itu dengan biaya sebesar $245.000 nilai wajar
aktiva pada tanggal 1 januari 2007 adalah $245.000
58
3. Aktiva itu akan dikembalikan ke lessor pada akhir masa lease, ketika aktiva
tersebut diharapkan memiliki nilai residu $43.622, tanpa jaminan.
4. Cole Company bertanggung jawab langsung atas seluruh biaya executor
5. Kesepakatan itu mewajibkan pembayaran sewa tahunan yang sama, dimulai
tanggal 1 januari 2007
6. Ketertagihan pembayaran lease dapat diprediksi secara wajar. Tidak ada
ketidakpastian yang besar menyangkut jumlah biaya yang akan dikeluarkan
oleh lessor.
Diminta:
a. Dengan asumsi lessor mengharapkan tingkat pengembalian 10% atas
investasinya, hitunglah jumlah pembayaran sewa tahunannya.
b. Buatlah skedul amortisasi yang sesuai bagi lessor selama masa lease
c. Buatlah seluruh ayat jurnal bagi lessor untuk 2007 2008.
Jawab :
a. Jumlah pembayaran sewa tahunan :
Nilai wajar aktiva = 245.000
(-) PV nilai residu {43.622*0,56447} = 24.623,21 -
Jumlah pembayaran sewa tahunan : 220.376,69
Piutang lease : 220.376,69 : PV annuity sebesar 1 pada 10% selama 6thn
Piutang lease : 220.376,69 * 4,79079 = 46.000
b. Skedul amortisasi
Skedul Amortisasi Kewajiban
Tgl. Pembayaran Bunga 10% Pengurangan 245.000
59
1/1 46.000 -0- 46.000 199.000
1/1 46.000 19.900 26.100 172.900
1/1 46.000 17.290 28.710 144.190
1/1 46.000 14.419 31.581 112.609
1/1 46.000 11.261 34.739 77.870
1/1 46.000 7.787 38.213 39.657
1/1 46.000 43.622 39.657 0
319.622 74.622 245.000 -
c. Ayat jurnal
1/1 Piutang lease 245.000
Peralatan 245.000
1/1 Kas 46.000
Piutang lease 46.000
31/12 Piutang bunga 19.900
Pendapatan bunga-lease 19.900
1/1 Kas 46.000
Piutang lease 26.100
Piutang bunga 19.900
31/12 Piutang bunga 17.290
Pendapatan bunga-lease 17.920
BAB III
60
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada PT X yang beralamatkan di Pekanbaru.
Penelitian akan dilaksanakan selama jangka waktu penyusunan proposal dan
skripsi untuk memperoleh semua data yang diperlukan.
3.2 Sumber Data dan Jenis Data
Data yang dikumpulkan dan dimanfaatkan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
3.2.1 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan
tentang kebijakan akuntansi leasing yang diterapkan oleh perusahaan yang
diperoleh dari bagian Akuntansi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah jadi yang terdiri dari Laporan
Keuangan berupa Neraca dan Laporan Rugi yang diperoleh dari bagian akuntansi,
sejarah perusahan, struktur organisasi, serta dokumen lainnya dari bagian
Akuntansi.
3.2.2 Jenis Data
d. Data Kualitatif yaitu tentang sejarah perusahaan
61
e. Data Kuantitatif yaitu laporan pencatatan jurnal, pengelompokan, hingga
laporan keuangan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai landasan dalam penyusun
proposal ini, maka dilakukan penelitian lapangan dengan menggunakan metode :
1. Dokumentasi Lapangan
Dilakukan melalui pengumpulan data-data dengan mengadakan mempelajari
dokumen-dokumen prusahaan antara lain :
a. Dokumen perjanjian sewa guna usaha.
b. Buku jurnal yang mencatat transaksi yang dilakukan perushaan.
c. Laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi ) selama periode leasing.
2. Wawancara
Data yang dikumpulkan melalui interaksi secara langsung dari responden
dengan mengadakan tanya jawab memperoleh data yang diperlukan terutama
kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan pencatatan, penyusunan, dan
penyajian laporan keuangan.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis datang yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu dengan menyajikan data yang ada dengan menggunakan PSAK No. 30
kemudiaan dilakukan penarikan kesimpulan.
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. X adalah suratu perusahaan yang bergerak dalam bidang sewa guna
usaha. Perseroan ini didirikan pada tanggal 04 September 2006 dengan nama PT.
X berdasarkan akta notaris Hannywati Gunawan, S.H. No. 08. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No. W7-01382
HT.01.04-TH.2007 tanggal 12 Februari 2007 dan penerimaan Laporan Akta
Perubahan Anggaran Dasarnya telah diterima dan dicatat dalam Database
Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
tanggal 13 Maret 2007 No. W7-HT.01.04-3098, anggaran dasar mana telah
diubah lagi dengan Akta Berita Acara Rapat tertanggal 15 Desember 2006 No. 30,
yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya tertanggal 13 April 2007 No.
W7-04114 HT.01.04-TH.2007. Anggaran dasar perseroan telah mengalami
63
beberapa kali perubahan, berdasarkan akta notaris yang sama No. 49 tanggal 18
Maret 2008 mengenai perubahan anggaran dasar untuk disesuaikan dengan
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 50 tanggal 19 September 2007.
Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan surat keputusan
No. C-UM.HT.01.10-1944 tanggal 02 November 2007.
Saat ini kantor pusat PT. X berkedudukan di Jakarta dan memiliki: Jakarta
Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan,Bandung, Semarang, Solo, Surabaya,
Denpasar, Medan, Palembang, Samarinda dan Pekanbaru.
3.1.2. Aktivitas Perusahaan
Dalam aktivitas pembiayaan, PT. X bekerjsama dengan Bank Rakyat
Indonesia ( BRI ) yang merupakan salah satu pemegang saham sebagai tempat
penyimpanan BPKB kenderaan yang dileasekan dan bekerja sama dengan Bank
Central Asia ( BCA ) sebagai tempat pembayaran angsuran leasing. PT.X juga
memasarkan produk dari salah satu pemegang saham, PT. Isuindomas Putra yaitu
merek Isuzu namun hal ini tidak membatasi PT. X untuk melease kenderaan dari
dealer yang lainnya.
Sesuai dengan anggaran dasar perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan
adalah menjalankan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal meliputi bidang sebagai berikut :
1. Sewa guna usaha ( leasing )
2. Pembiayaan konsumen ( consumer finance )
3. Anjak piutang ( factoring )
PT. X di Pekanbaru hanya melayani transaksi leasing dan consumer finance saja.
64
1. Sewa Guna Usaha ( Leasing )
PT. X Pekanbaru membatasi aktivitas leasing dengan tidak melayani
transaksi leasing untuk ( alat-alat berat ) dan sale and leaseback, walaupun
demikian secara umum transaksi leasing terus meningkat.
Cara pembayaran angsuran yang ditetapkan PT. X ada tiga yaitu :
a. Giro
Lessee membayarkan angsuran leasenya dengan memberikan giro sebanyak
periode lease yang akan jatuh tempo sesuai dengan periode lease.
b. Transfer ke rekening PT. X
Lessee juga dapat membayar angsuran dengan cara mentransfer uangnya ke
rekening PT. X di Bank BCA.
c. Bayar tunai ke PT. X
PT. X menyediakan finance staff untuk melayani lessee yang membayar
angsurannya secara tunai ke kantor PT. X.
2. Pembiayaan konsumen ( consumer finance )
Prosedur pembiayaan konsumen hampir sama dengan leasing namun ada
beberapa perbedaan antara lain :
Dalam perjanjian consumer finance tidak dimuat opsi pembelian seperti yang
ada dalam perjanjian leasing.
Periode pembiayaan pembiayan konsumen minimal satu tahun sementara
leaseing minimal dua tahun.
Aktivitas pembiayaan konsumen pada PT. X juga mengalami perkembangan.
Cara pembayaran angsuran pembiayaan konsumen sama dengan angsuran leasing
65
.4.1.3. Struktur Organisasi dan Job Description
Adanya struktur organisasi dalam perusahaan merupakan suatu hal yang
sangat penting. Melalui struktur organisasi tersebut akan tergambar dengan jelas
tugas dan tanggung jawab masing-masing fungsi, sehingga struktur organisasi
yang tepat akan membantu dan memperlancar usaha dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
Sedangkan job decription perusahaan dibuat dengan berpedoman pada hal-
hal sebagai berikut :
a. Bahwa setiap jabatan harus mempunyai fungsi dan pertanggung jawaban
yang jelas dan terperinci.
b. Bahwa antara satu jabatan dengan yang lain tidak boleh tumpang tindih,
sehingga tanggung jawabnya tidak kacau.
Berdasarkan struktur organisasi tersebut, maka dapat dijelaskan fungsi
pokok, membawahi, tanggung jawab, wewenang, tugas dan kewajiban masing-
masing bagian dari perusahaan sebagai berikut :
1. Branch Manager
Fungsi Pokok : Mengelola seluruh aktivitas usaha pada kantor secara efisien
dan efektif guna meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Membawahi : 1. Marketing Manager/ Marketing Officer
2. Operation Supervisor
66
Tanggung jawab : Bertanggung jawab atas kelancaran seluruh aktivitas pada
kantor dan terciptanya koordinasi tugas-tugas yang
didelegasikan kepada bawahan, sehingga mampu
meningkatkan profitabilitas.
Wewenang : Mengambil inisiatip untuk melaksanakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan berhasilnya tugas dan tanggung
jawabnya selaku Branch Manager.
Tugas dan Kewajiban :
B. MANAGERIAL
1. Merencanakan, mengatur dan mengkoordinasikan, serta memonitoring
pelaksanaan dan aktivitas di divisi Marketing dan Operasional, serta masalah
umum dikantor.
2. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan didelegasikan oleh Direksi sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
C. MARKETING
1. Mengembangkan strategi pemasaran dalam rangka mencapai target yang
telah ditetapkan dengan meminimumkan tingkat risiko.
2. Melakukan kerja sama dengan pihak Asosiasi Perusahaan Pembiayaan
Indonesia ( APPI ) dalam rangka Centralized Registration guna mencegah
adanya double financing dan mencari informasi bagi orang-orang yang
termasuk dalam katagori daftar hitam (black list).
67
3. Melakukan pengendalian serta tindak lanjutnya sampai dengan penyelesaian
atas order yang masuk, pembayaran angsuran, tunggakan, penagihan dan
penarikan obyek lease sesuai prosedur yang berlaku.
4. Menandatangani usulan permohonan kontrak baru untuk pembiayaan yang
outstanding kumulatifnya diatas wewenang yang ditetapkan oleh Direksi,
untuk mendapatkan persetujuan Kantor Pusat.
5. Melakukan penandatanganan setiap kontrak pembiayaan di kantor.
6. Menangani masalah tunggakan dan baddebts serta melaporkannya ke Kantor
Pusat.
D. OPERASIONAL
1. Mengawasi dan mengontrol pemasukan dan pengeluaran dana, pencatatan
accounting , finance dan laporan ke Kantor Pusat Non Operasional (KPNO).
2. Memberi keringanan denda, pinalty, discount asuransi, potongan biaya-biaya
lain sesuai wewenang yang diberikan Direksi.
3. Mengontrol pembayaran/ pelunasan pada supplier setelah lesse maupun
supplier memenuhi kelengkapan kontrak.
4. Memonitor persiapan untuk pelaksanaan transaksi leasing, factoring, dan
consumer finance termasuk penyiapan Akta Notaris/ PPAT.
5. Melakukan pengawasan atas kelengkapan dokumen dari setiap collateral,
obyek perjanjian, maupun melakukan penutupan asuransinya serta
penyimpanan dokumen tersebut dengan baik dan aman.
68
6. Mengawasi pelaksanaan administrasi dan proses pembuatan kontrak dengan
para nasabah, mengatur penyimpanan kontrak dan dokumen penting lainnya.
7. Mengendalikan dana cabang secara cermat dan efisien.
2. Operation Supervisor
Fungsi Pokok : Melaksanakan proses operasional perusahaan.
Membawahi : - Accounting Staff
- Finance Staff
- Legal & Administration Staff
- General Affrair Staff ( Driver, OB, Satpam )
Tanggung jawab :
1. Bertanggung jawab atas penyimpanan, penggunaan dan pelaporan kas kecil.
2. Bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengcekan keluar masuk objek
jaminan/ BPKB.
3. Bertanggung jawab atas penyimpangan dan penggunaan Cek dan Giro.
Wewenang :
1. Menandatangi Cek dan Giro bersama-sama Branch Manager
2. Memegang kunci brankas.
Tugas dan Tanggung jawab :
1. Mengecek kebenaran hasil input jurnal di voucher.
2. Mengecek, melakukan, dan mencatat pembayaran melalui kas kecil.
3. Membuat laporan kas kecil.
4. Mengecek laporan angsuran mingguan.
69
5. Mengecek kebenaran perhitungan calculation sheet.
6. Mengecek dan atau membuat perhitungan pelunasan dan denda kontrak serta
perhitungan rescheduling.
7. Mengecek laporan tunggakan.
8. Mengecek laporan pembayaran premi asuransi.
9. Mengontrol saldo dana mengendap di rekening.
10. Mengecek BPKB bersama Legal Staff.
11. Melakukan stok opname BPKB secara periodik.
12. Mengecek laporan dan lampiran absen karyawan.
13. Menyiapkan cek/ giro, bukti pengeluaran dan voucher.
14. Melakukan pembayaran atas biaya-biaya operasional kantor.
15. Membuat laporan permohonan dana ke KPNO.
16. Mengecek kondisi perlengkapan dan peralatan serta gedung kantor.
17. Menginput data BPKB pada aplikasi.
18. Mengecek surat keterangan perpanjangan STNK.
19. Mengecek permohonan asuransi baru dan perpanjangannya.
20. Mengecek penerimaan dan penyetoran uang tunai dari customer.
21. Melakukan monitoring kontrak floating.
22. Menggantikan tugas staff bila cuti/ tidak masuk.
3. Marketing
Bertanggung jawab kepada : Branch Manager
Fungsi Pokok :
70
- Mencari nasabah baru,
- Menjaga hubungan baik dengan nasabah dan supplier
- Memberikan persetujuan atas usulan – usulan pembiayaan dengan menilai
calon nasabah dari berbagai aspek dalam upaya mengurangi resiko serta
menjaga kualitas pembiayaan yang diberikan sesuai dengan prinsip kehati –
hatian (prudent).
Tanggung jawab :
- Melaksanakan fungsi dan peranan marketing dalam pengembangan
perusahaan.
- Membina kerja sama dan hubungan baik dengan departemen lain.
Wewenang :
- Merekomendasikan setiap proposal pembiayaan yang diprosesnya.
- Memberikan keringanan pelunasan denda terhadap nasabah sesuai wewenang
yang dimiliki.
- Meminta informasi ke seluruh departemen terkait.
Tugas dan Kewajiban :
A. Marketing
A.1. 1. Melakukan kunjungan dan survey nasabah : Photo objek
2. Memeriksa data – data keuangan ( Neraca, Cash Flow, L/R yang
terkumpul ).
3. Memeriksa pengumpula data dari bank/ pihak III
4. Memeriksa calculation sheet
71
5. Memeriksa kelengkapan data-data nasabah, dokumen dan kontrak
perjanjian
6. Inventarisir dokumentasi pengajuan kredit
7. Memeriksa dan mendatangani usulan pembiayaan
8. Memonitor kesiapan pengikatan perjanjian dengan nasabah.
9. Membuatkan konfirmasi ke nasabah tentang NUP yang sudah disetujui.
10. Penjelasan ke nasabah mengenai isi kontrak.
11. Follow-up kelengkapan dokumen asli.
12. Follow-up pembayaran ke Supplier
13. Memonitor pembayaran angsuran/ uang sewa dari nasabah yang sudah
dibiayai.
14. Follow-up delay payment
15. Membuat laporan realisasi
B.2. 1. Kunjungan rutin ke nasabah.
2. Menjalin dan menjaga hubungan dengan nasabah dan supplier
3. Memeriksa call report.
4. Memonitor resume
5. Survey ke supplier yang baru untuk membina hubungan.
6. Membuat surat penawaran kerja sama dengan supplier.
7. Memeriksa laporan kegiatan marketing harian.
B.3. 1. Membuat surat pengajuan perubahan tingkat bunga.
2. Membuat surat pengajuan perubahan obyek pembiayaan.
3. Melakukan kunjungan ke pameran-pameran.
4. Memonitor perkembangan pasar dan competitor
72
B.4. 1. Memonitor perkembangan baddebts
2. Bekerja sama dengan bagian legal untuk membuat surat peringatan.
3. Memeriksa surat pengajuan permohonan rescheduling
4. Memeriksa surat pengajuan discount denda.
5. Memeriksa surat outstanding dan denda.
6. Mengumpulkan informasi nilai objek yang akan ditarik/ dilelang.
7. Mencarikan calon pembeli untuk objek yang ditarik.
8. Menarik objek pembiayaan yang bermasalah.
9. Memonitor pemeliharaan objek tarikan.
B.5. 1. Memonitor penutupan (cover) asuransi dari objek lease.
2. Memonitor Follow-up perpanjangan asuransi.
3. Membantu klaim asuransi dari nasabah untuk diteruskan ke perusahaan
asuransi.
4. Accounting Staff
Fungsi Pokok :
- Membantu Operation Supervisor dalam menyelesaikan tugas-tugas di bidang
akuntansi yang meliputi pengolahan dan penyajian informasi keuangan.
- Menyiapkan laporan bulanan.
- Menjaga kelancaran kerja dan sarana penunjang lainnya di Bagian Accounting.
Membawahi : ---
Tanggung jawab :
- Melaksanakan tugas rutin harian pada Accounting.
73
- Membantu mempersiapkan data-data yang diperlukan bagian lain.
- Membuat laporan bulanan sesuai dengan permintaan Kantor Pusat.
Tugas dan Kewajiban : Tugas Rutin
A. Memeriksa antara lain :
Bukti penerimaan bank, bukti pengeluaran bank, cross cek daftar nasabah lunas
yang diberikan ke bagian administrasi dengan rekapitulasi nasabah delete.
B. Menginput antara lain :
Pembelian aktiva/ mutasi aktiva, jurnal penyesuaian akhir bulan, memproses
aktiva tetap dan jurnalnya.
C. Mencatat antara lain :
Penerimaan dan pengeluaran asuransi/ biaya legal kontrak, nasabah lunas untuk
diberikan ke Bagian Administrasi Biaya yang dibayar dimuka.
D. Membuat antara lain :
Memorial jurnal, laporan tunggakan, laporan bulanan pembiayaan (LBP),
laporan aging schedule, assets consentration, lampiran neraca.
E. Mencetak dan mengecek antara lain : Daftar amortisasi kontrak baru, accrued
income current/ delay, memeriksa payment report, payment schedule, daftar
kontrak lunas dari bagian Finace, memeriksa amortisasi kontrak-kontrak
floating rescheduling, laporan pembiayaan (Outstanding Report), laporan
tunggakan, daftar akitva tetap penyusutannya, trial balance, neraca, laba rugi,
74
transanction by source code, aging schedule, assets consentration, delete
kontrak, memeriksa perhitungan pelunasan dipercepat dan sebagian.
F. Mengarsip voucher
5. Finance Staff
Fungsi Pokok :
1. Membantu pekerjaan Operation Supervisor dalam menyelesaikan tugas di
bidang finance,
2. Menjaga kelancaran kerja di Bagian Finance,
3. Melaksanakan penagihan dan memonitor setiap pembayaran nasabah.
Membawahi : ----
Tanggung jawab : Bertanggung jawab dalam keseluruhan fungsi dan tugas-
tugas sebagai Finance Staff.
Wewenang :
1. Mengambil inisiatip untuk melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan berhasilnya tugas-tugas dan tanggung jawab selaku Finance Staff.
2. Mengambil usulan tentang sistem dan prosedur Bagian Finance.
Tugas dan Kewajiban :
A. Penerimaan :
1. Penerimaan Angsuran :
a. Menerima & menginput giro ke server,
75
b. Mencetak daftar angsuran jatuh tempo giro yang masuk (rental due, post
dated cheque),
c. Menyetor dan menerima uang tunai ataupun giro yang jatuh tempo untuk
dikliringkan ke Bank,
d. Mencek penerimaan pada rekening bank dan membuat voucher penerimaan
(BR),
e. Input penerimaan angsuran ke data kontrak (server),
f. Membuat bukti penerimaan angsuran (kuintansi),
g. Mencatat penerimaan angsuran setiap nasabah pada daftar amortisasi.
2. Penerimaan lainnya
a. Mencek penerimaan pada rekening Bank,
b. Membuat voucher penerimaan (BR).
B. Pengeluaran :
1. Kontrak Baru :
a. Cek perhitungan calculation sheet dan kelengkapan dokumen kontrak baru,
b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana,
c. Mencek pengeluaran pada rekening bank,
d. Membuat voucher pengeluaran (BP)
2. Titipan ( Angsuran, Notaris, Titipam Nasabah) :
a. Cek daftar saldo titipan
b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana
c. Membuat voucher pengeluaran (BP)
76
3. Kas kecil :
a. Periksa bukti pengeluaran kas kecil,
b. Menerbitkan sesuai dengan bukti,
c. Membuat voucher pengeluaran (BP).
4. Biaya dan lain-lain :
a. Cek kelengkapan otorisasi pengeluaran biaya,
b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana,
c. Membuat voucher pengeluaran (BP).
C. Lain-lain :
1. Menghitung denda,
2. Menghitung pelunasan,
3. Membuat surat tagihan kepada nasabah,
4. Membantu menyiapkan data untuk keperluan management,
5. Membuat daftar tunggakan untuk marketing,
6. Melakukan pembayaran dan pelaporan pajak PPh 21 dan PPh 23.
6. Office Boy
Tanggung jawab utama :
1. Menjaga kebersihaan dan kerapian ruang kerja secara keseluruhan, termasuk
ruang kepala cabang, ruang arsip, gudang, dapur, dan kamar mandi.
2. Menjaga kebersihan barang inventaris kantor :
- Furniture : meja, kursi, lemari.
- Elektronik : dispenser, computer, printer, telepon, dan lain-lain
77
- Barang pecah belah : piring, gelas
- Peralatan dapur
3. Memelihara peralatan kebersihan seperti : kain lap, sapu, ember dan lain-lain.
4. Memberi bantuan kepada rekan kerja yang memerlukan, seperti :
5. Menjaga kerapian barang di gudang/ ruang arsip, termasuk penataan dan
kemudahan untuk mencari kembali barang yang disimpan.
6. Melaksanakan tugas khusus dari atasan.
Tugas dan Kewajiban :
Yang dilakukan setiap hari :
1. Membersihkan meja dan kursi, menyapu dan mengepel lantai setiap ruangan.
2. Mencuci/ membersihkan piring dan gelas.
3. Menyiapkan air minum.
4. Membersihkan kamar mandi.
5. Menjaga kebersihan dan kerapian dapur.
6. Membuang sampah.
7. Menyiapkan koran.
8. Membersihkan kaca pintu.
9. Pergi ke bank.
Yang dilakukan tidak setiap hari :
1. Membersihkan teralis
2. Membersihkan exhaust & filter AC
3. Membersihkan list tangga
78
4. Mengirim dokumen
5. Mengantar surat ke nasabah, supplier atau pihak lain.
6. Membantu mengantar BPKB ke Polda untuk di cek.
7. Driver
Tanggung jawab :
Bertanggung jawab atas kendaraan inventaris kantor, baik sebagai sarana
transportasi maupun objek pekerjaan.
- Menjaga kebersihan kendaraan.
- Memelihara kelengkapan kendaraan berfungsi baik.
- Mencegah kerusakan kendaraan.
- Memastikan kelengkapan tambahan dan dokumen kendaraan sesuai prosedur
operasional standar (SOP).
Tugas dan Kewajiban :
a. Setiap hari membersihkan kendaraan : bagian badan kendaraan, ruang kabin,
ruang mesin, bagian bagasi, bagian-bagian lain yang tersembunyi, seperti
kolong kursi, laci, sela-sela dan sudut-sudut di dalam kabin, dan sebagai
berikut.
b. Merapikan kembali perangkat kebersihan setelah digunakan
c. Setiap pagi memeriksa : oli mesin, air radiator, wiper, air penyemprot, rem,
minyaknya, bahan bakar/ bensin, roda (tekanan angin dan permukaan ban),
semua lampu, dan kelengkapan perangkat pendukung, seperti : dongkrak, kunci
pas, segitiga pengaman, ban cadangan, P3k dan sebagai berikut.
79
d. Melapor kepada atasan/ supervisor apabila ada kerusakan dan peralatan yang
tidak lengkap/ memadai.
e. Mengantar atasan atau rekan kerja lain yang membutuhkan, dan mengendarai
dengan tertib.
f. Mencatat KM pada struk pembeli bensin.
g. Mengingatkan service rutin dan membawa ke bengkel untuk perawatan dan
perbaikan.
h. Membuat laporan untuk asuransi apabila terjadi kecelakaan atau kerusakan
kendaraan.
4.2. PEMBAHASAN
PT. X adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan yang bertindak
sebagai lessor. Lessor mengklasifikasikan lease modal sebagai lease pembiayaan
langsung jika tidak ada laba atau rugi dari Showroom. Dalam hal ini, harga
perolehan lessor untuk aktiva yang dilease itu sama dengan nilai pasar aktiva pada
tanggal dimulainya lease. Dan lessor menggunakan nilai ini untuk menghitung
uang sewa lease. Perusahaan leasing biasanya merupakan lease pembiayaan
langsung, dan bukan lease jenis penjualan, karena mereka membeli properti untuk
dileasekan dan bukan untuk dijual kembali. Tujuan laba lessor adalah menetapkan
besarnya uang sewa lease guna menghasilkan pengembalian uang yang
diinginkan.
Dalam akuntansi, penjualan barang secara leasing memiliki perlakuan
tersendiri. Di Indonesia, perlaku akuntasi leasing ini diatur dalam Standar
80
Akuntansi Keuangan PSAK No. 30 tentang Sewa Guna Usaha. PT. X termasuk
kedalam kelompok capital lease. Dimana penyewa guna usaha pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek. Sewa Guna Usaha dan nilai
wajar barang yang disewagunausahakan pada permulaan lease adalah sewa
dengan harga perolehannya atau nilai bukunya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses leasing oleh PT. X terhadap
Lessee antara lain sebagai berikut :
1. Calon Lessee mendatangi Showroom untuk melakukan lease terhadap aktiva/
mobil yang bersangkutan, Showroom akan menghubungi Marekting untuk
melakukan survey terhadap calon Lessee.
2. Marketing akan meminta calon Lessee/ Konsumen melampirkan beberapa
persyaratan untuk proses leasing, antar lain :
a. Lessee Perorangan/ Pribadi berupa :
- Fotocopy KTP debitur dan Istri (masih berlaku)
- Fotocopy SIM
- Fotocopy Kartu Keluarga
- Fotocopy Surat Keterangan Menikah
- Fotocopy Persetujuan Suami/ Istri bagi yang sudah Menkah.
- Fotocopy Surat Keterangan Kerja
- Fotocopy Pembayaran Listrik/ Telepon
- Fotocopy Keterangan Gaji
- Fotocopy NPWP
81
- Fotocopy Rekening Koran Perusahaan 3 bulan terakhir
- Fotocopy sertifikat/ akta jual beli tanah
b. Lessee Badan Usaha
- Fotocopy KTP Komasaris/ Direktur
- Fotocopy NPWP
- Fotocopy SIUP
- Fotocopy TDP
- Fotocopy Akta Pendirian
- Fotocopy Rekening Koran Perusahaan 3 bulan terakhir
3. Apabila semua syarat-syarat diatas telah dilengkapi oleh calon Lessee/
konsumen, maka marketing akan melakukan survey yang dilakukan antara lain
adalah survey kelayakan yang meliputi penghasilan dan status rumah tinggal.
Dan melakukan survey lingkungan terhadap sekitar tempat tinggal calon
Lessee/ konsumen.
Berikut ini adalah Contoh Laporan Hasi Survey Marketing
1. LHS harus di isi lengkap dan ditanda tangani oleh Marketing, BM, CRD.
2. Form Marketing
- Data debitur (istri/ suami) : nama, alamat KTP lengkap, alamat tinggal jika
beda dengan KTP, kode pose, no. telepon, no. handphone.
- Data Pekerjaan debitur : Pekerjaan pemohon, jabatan, lama kerja, bidang
usaha, nama perusahaan jika ada, alamat tempat usaha, no telepon tempat
usaha.
82
- Data Pekerjaan istri/ suami debitur : Pekerjaan suami/ istri pemohon, lama
kerja, jabatan, lama kerja, bidang usaha, nama perusahaan, alamat tempat
kerja, no telepon tempat usaha.
- Data Keuangan : Pendapatan, pengeluaran, penghasilan bersih/ bulan harus
sama dengan LHS (laporan hasil survey) marketing.
- Asset yang dimiliki : tanah/ rumah (disertai bukti).
- Kepemilikan, status, kendaraan (type, tahun, jumlah, status).
- Data kendaraan : Merek, type, tahun, warna, karoseri (dump, bak kayu, bak
besi, bus, microbus, angkot), nomor rangka, nomor mesin, nomor polisi,
nomor BPKP, atas nama BPKB.
- Data pembiayaan kendaraan : Jangka waktu/ tenor pembiayaan. Bunga flat/
tahun, OTR, DP, PH, Angsuran, Asuransi, Administrasi, Biaya Notaris,
Pencairan.
- Data supplier : nama dealer, contact person, nomor telepon pemilik, refund
asuransi jika ada refund, nama penerima refund asuransi.
- Denah tempat tinggal debitur.
- Data penjamin (jika ada) : nama, alamat lengkap, pekerjaan, jenis usaha,
alamat tempat kerja.
3. Analisa Kredit/ resume usaha debitur
- Bidang usaha
Jenis usaha debitur secara detail, letak tempat usaha, lama usaha.
- Tujuan pembiayaan
83
Tujuan pembelian unit harus jelas.
- Manajemen usaha
- Sarana usaha : Rumah, lahan/ tanah, kendaraan (merek, type, tahun,
karoseri, jumlah, status) serta dijelaskan status kepemilikannya.
- Analisa pendapatan
- Analisa resiko
Resiko yang mungkin timbul dari usaha calon Lessee/ konsumen.
4. Jika survey kelayakan telah memenuhi kriteria, maka marketing akan melapor
kepada CRD (Credit Review Development) untuk mengentry data-data calon
Lessee tersebut. Kemudian CRD akan melaporkan kembali hasil entry tersebut
kepada Branch Manager untuk disetujui. Setelah disetujui oleh Branch
Manager.
5. Setelah disetujui oleh Branch Manager, kemudian menunggu approval dari
komite kredit/ direksi. Setelah disetujui oleh direksi, maka akan dilakukan
tanda tangan kontrak.
6. Setelah disetujui oleh Direksi, maka marketing akan memberitahukan pihak
showroom bahwa pembiayaan telah disetujui. Kemudian pihak showroom akan
membuat tagihan sisa pembayaran yang akan dibayarkan oleh lessor kepada
showroom.
7. Setelah semua tahap ini, maka aktiva lease akan diserahkan showroom kepada
lessee, dan kemudian lessee akan membayar angsuran kepada lessor sesuai
dengan perjanjian kedua belah pihak.
84
PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen.
Adapun jenis kegiatan utama PT. X adalah berupa jasa pembiayaan kendaraan
roda empat (mobil). Jenis usaha adalah berupa Direct Finance Lease dan Sales
and Lease Back. Jangka waktu sewa guna usaha tergantung kepada perjanjian
dengan konsumen, minimal perjanjian ini adalah 2 tahun.
Seperti yang dijelaskkan pada Bab I, bahwa PT. X menggunakan Sales and
Lease Back. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai wajar barang yang
disewagunausahakan pada permulaan lease adalah sewa dengan harga
perolehannya atau nilai bukunya. Pencatatann yang dilakukan oleh PT. X adalah
dengan menggunakan Metode Bersih (net method).
Pada tanggal 08April 2013 PT. X mengadakan perjanjian Leasing dengan
Saudara Nyaw Kim Fung. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa PT. X
akan membiayai 1 (satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI,Type FM517F,
Tahun 1996. Masa leasing24 tahun dengan DP (Down Payment) Rp. 80.000.000,-
Saudara Nyaw Kim Fung membayar angsuran/bulan sebesar Rp. 8.436.000,-.
Total pinjaman saudara Nyaw Kim Fung tambah bunga Rp. 202.464.000,- dan
suku bunga 9.454750515% / tahun flat.
Salah satu aktiva yang diperoleh dengan cara Sewa Guna Usaha adalah 1
(satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI, Type FM517F, Tahun 1996 dengan
data sebagai berikut :
85
Tabel 4.1 Data Sewa Guna Usaha
Keterangan Jumlah
Nilai Barang Modal Rp. 250.000.000,-
Nilai Sisa Rp. 80.000.000,-
Nilai Pembiayaan Rp. 170.000.000,-
Jangka Waktu 24 bulan ( 2 tahun )
Suku Bunga 9.54750515% /tahun
Bunga untuk 2 tahun Rp. 32.464.000,-
Total Pinjaman Rp. 202.464.000,-
Angsuran/bulan Rp. 8.436.000,-
Biaya Administrasi Rp. 1.500.000,-
Biaya Cek, Blokir Rp. 550.000,-
Biaya Asuransi Rp. 5.750.000,-
Jumlah yang dibayar Rp. 153.764.000,-
Cara Pembayaran Dengan Bilyet Giro
Tanggal Efektif 08-04-2013
Sumber : PT. X Pekanbaru
86
PT. X seperti perusahaan pembiayaan pada umumnya, dalam proses leasing
menjadikan BPKB sebagai jaminan atas aktiva lease yang disewagunausahakan.
Pada saat terjadinya transaksi yang dilakukan oleh PT. X, perusahaan mencatat
pendapatan leasing dengan membuat jurnal, seperti pada jurnal berikut :
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 202.464.000,-
DP Sewa Guna Usaha Rp. 80.000.000,-
Pendapatan SGU yang belum diakui Rp. 32.464.000,-
Simpanan Jaminan/DP Sewa Guna Usaha Rp. 80.000.000,-
Pendapatan Asuransi Usaha Rp. 5.750.000,-
Pendapatan lain-lain Rp. 550.000,-
Kas Rp. 153.764.000,-
Biaya Administrasi Sewa Guna Usaha Rp. 1.500.000,-
Pendapatan Sewa (Angsuran 1) Rp. 8.436.000,-
1. Biaya penyusutan dan aktiva yang dibeli tidak diungkapkan.
Seperti yang telah dijelaskan pada teori-teori sebelumnya bahwa aktiva tetap
seperti peralatan, mesin, kendaraan, dan sebagainya kecuali tanah mempunyai
umur ekonomis yang terbatas dan memberikan manfaat untuk beberapa periode
akuntansi. Aktiva ini mengalami penurunan nilai dan setiap tahun dialokasikan
sebagai beban berdasarkan umur ekonomis yang diestimasikan. Sesuai PSAK
tahun 2007 No. 30 paragraf 5.1.3 dinyatakan bahwa aktiva yang disewa guna
usaha harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa
manfaatnya.
87
Karena perusahaan tidak mencatat perolehan aktiva dan penyusutannya, maka
perusahaan perlu menimbulkan terlebih dahulu perolehan atas aktiva tetap. Setelah
itu, baru di lakukan penyusutan atas aktiva yang sudah digunakan oleh perusahaan.
Dalam pencatatan penyusutan aktiva, perusahaan melakukan metode saldo
menurun. Perhitungan penyusutan sebagai berikut :
Depresiasi tahun pertama : 25% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,-
Adapun pencatatan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
Beban Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 62.500.000,-
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 62.500.000,-
Depresiasi tahun kedua : 25% x (Rp. 250.000.000 – Rp. 62.500.000) = Rp.
46.875.000,-
Adapun pencatatan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
Beban Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 46.875.000,-
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 46.875.000,-
Jurnal untuk tahun-tahun selanjutnya dibuat sama dengan cara di atas, yaitu 25% x
Nilai Buku Peralatan Leasing. Dari penjelasan sebelumnya maka diketahui bahwa
pembebanan biaya penyusutan aktiva leasing tidak sesuai dengan PSAK No. 30.
2. Pencatatan terhadap pembayaran angsuran tiap bulan tidak memisahkan
antara angsuran pokok dan biaya bunga.
88
Dalam pencatatan pembayaran angsuran leasing, perusahaan melakukan jurnal
yang sama dalam setiap kali angsuran dengan jumlah sebesar angsuran yaitu :
Pembayaran angsuran term 1 :
Kas Rp. 8.436.000,-
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 8.436.000,-
Pembayaran angsuran term 2-9 :
Kas Rp. 67.488.000,-
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 67.488.000,-
Pembayaran angsuran term 10-21
Kas Rp. 101.232.000,-
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 101.232.000,-
Pembayaran angsuran term 22-24
Kas Rp. 25.308.000,-
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 25.464.000 ,-
Pencatatan ini tidak memisahkan antara angsuran pokok dengan biaya bunga
yang timbul atas transaksi tersebut. Hal ini jelas tidak sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang mengharuskan adanya pemisahkan antara angsuran
pokok dengan bunga yang timbul dari kegiataan sewa guna usaha tersebut. Seperti
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa perlakuan akuntansi untuk
capital lease mengharuskan adanya pengakuan biaya bunga sebesar tarif bunga
leasing dikalikan dengan saldo kewajiban yang ada pada setiap kali pembayaran
89
angsuran lease. Jadi dari pembayaran angsuran lease setiap bulannya sebagian
merupakan pembayaran beban bunga dan sisanya merupakan pembayaran pokok
kewajiban lease karena seluruh pembayaran yang dilakukan oleh lessee telah
mencakup pengembalian harga perolehan aktiva lease dan bunga yang merupakan
keuntungan bagi lessor.
Maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
Pembayaran angsuran term 1 :
Kas Rp. 8.436.000,-
Pendapatan Sewa Guna Usaha Rp. 8.436.000,-
Pembayaran angsuran term 2-9 :
Kas Rp. 67.488.000,-
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 49.713.730,-
Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha Rp. 17.774.730,-
Pembayaran angsuran term 10-21
Kas Rp. 101.232.000,-
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 87.326.346,-
Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha Rp. 13.905.654,-
Pembayaran angsuran term 22-24
Kas Rp. 25.308.000,-
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 24.524.384 ,-
Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha Rp. 783.616,-
90
Dengan pencatatan ini, seharusnya perusahaan menyajikan biaya bunga sebab
jumlah angsuran yang dilakukan perusahaan sudah termasuk biaya bunga. Dari
penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pencatatan pembayaran angsuran leasing
yang dilakukan oleh perusahaan tidak sesuai dengan PSAK No. 30.
Tabel 4.2Skedul Pembayaran Sewa Guna Usaha
Selama 24 Bulan
No Periode Keterangan Pembayaran Beban Bunga
Pembayaran Pokok
Kewajiban Sewa Guna
Usaha
0 08-Apr-13 Saldo Awal 0 0 0 170.000.000
1 08-Apr-13 Pembayaran 8.436.000 0 8.436.000 161.564.000
2 08-May-13 Pembayaran 8.436.000 2.558.097 5.877.903 155.686.097
3 08-Jun-13 Pembayaran 8.436.000 2.465.030 5.970.970 149.715.127
4 08-Jul-13 Pembayaran 8.436.000 2.370.490 6.065.510 143.649.617
5 08-Aug-13 Pembayaran 8.436.000 2.274.452 6.161.548 137.488.069
6 08-Sep-13 Pembayaran 8.436.000 2.176.894 6.259.106 131.228.963
7 08-Oct-13 Pembayaran 8.436.000 2.077.792 6.358.208 124.870.755
8 08-Nov-13 Pembayaran 8.436.000 1.977.120 6.458.880 118.411.875
9 08-Des-13 Pembayaran 8.436.000 1.874.855 6.561.145 111.850.730
75.924.000 17.774.730 58.149.270
10 08-Jan-14 Pembayaran 8.436.000 1.770.970 6.665.030 105.185.700
11 08-Feb-14 Pembayaran 8.436.000 1.665.440 6.770.560 98.415.410
12 08-Mar-14 Pembayaran 8.436.000 1.558.240 6.877.760 91.537.380
13 08-Apr-14 Pembayaran 8.436.000 1.449.342 6.986.658 84.550.722
14 08-May-14 Pembayaran 8.436.000 1.338.720 7.097.280 77.453.442
91
15 08-Jun-14 Pembayaran 8.436.000 1.226.346 7.209.654 70.243.788
No Periode Keterangan Pembayaran Beban Bunga
Pembayaran Pokok
Kewajiban Sewa Guna
Usaha
16 08-Jul-14 Pembayaran 8.436.000 1.112.193 7.323.807 62.919.981
17 08-Aug-14 Pembayaran 8.436.000 996.233 7.439.767 55.480.214
18 08-Sep-14 Pembayaran 8.436.000 878.437 7.557.563 47.922.651
19 08-Oct-14 Pembayaran 8.436.000 758.775 7.677.225 40.245.426
20 08-Nov-14 Pembayaran 8.436.000 637.219 7.798.781 32.446.645
21 08-Des-14 Pembayaran 8.436.000 513.739 7.922.261 24.524.384
101.232.000 13.905.654 87.326.346
22 08-Jan-15 Pembayaran 8.436.000 388.303 8.047.697 16.476.687
23 08-Feb-15 Pembayaran 8.436.000 260.881 8.175.119 8.301.568
24 08-Mar-15 Pembayaran 8.436.000 134.432 8.301.568 0
25.308.000 783.616 24.524.384
Total 202.464.000 32.464.000 170.000.000
Sumber : PT. X Pekanbaru
3. Pendapatan lease yang ditangguhkan pada akhir periode.
Dalam mencatat aktiva lease yang diserahkan kepada lessee, perusahaan telah
mendebet Piutang Pembiayaan Konsumen dan mengkredit Kas sebesar Rp.
170.000.000,- seperti pada jurnal berikut :
Piutang Pembiayaan Konsumen Rp. 170.000.000,-
Kas Rp. 170.000.000,-
92
Sedangkan pada saat pembayaran angsuran tiap bulan oleh konsumen dicatat
dengan mendebet kas sebesar Rp. 8.435.896,-, mengkredit piutang pendapatan
sewa sebesar Rp. 7.083.333,- dan mengkredit pendapatan bunga sebesar Rp.
1.352.563,- seperti pada jurnal berikut :
Kas Rp. 8.435.896,-
Pendapatan sewa Rp. 7.083.333,-
Pendapatan bunga Rp. 1.352.563,-
Cara Menghitung :
1. Pendapatan sewa = Sisa piutang/ 24 bulan
= (Rp. 170.000.000,- / 24 bulan
= Rp. 7.083.333,-
2. Pendapatan bunga
= Sisa piutang x flat bunga x 2 tahun / 24 bulan
= ( Rp. 170.000.000,- x 9.54750515% x 2 tahun / 24 bulan)
= Rp. 1.352.563, -
Perusahaan pada tanggal 08 April 2013 mencatat kas sebesar Rp. 8.435.896,-
disebelah debet, sedangkan pendapatan sewa diterima dimuka dicatat sebesar Rp.
7.083.333,- dan pendapatan bunga diterima dimuka dicatat sebesar Rp. 1.352.563,-
disebelah kredit. seperti pada jurnal berikut :
08 Desember 2013
Kas Rp. 8.435.896,-
Pendapatan sewa diterima dimuka Rp. 7.083.333,-
93
Pendapatan bunga diterima dimuka Rp. 1.352.563,-
Seharusnya perusahaan mencatat pendapatan sewa diterima dimuka sebesar Rp.
Cara Menghitung :
1. Pendapatan sewa diterima dimuka
= Pendapatan sewa – sisa pendapatan sewa diterima dimuka
= Rp. 7.083.333,- -
2. Pendapatan bunga diterima dimuka
= Sisa piutang x flat bunga x 3 tahun/36 bulan – sisa pendapatan bunga diterima
= (Rp. 170.000.000,- x 9.54750515% x 2/ 24 - - Rp. 349.049, - )
= Rp. 1.003.514, -
3. Pendapatan
= Angsuran per bulan – sisa pendapatan
= (Rp. 8.435.896,- - Rp. 2.177.006,- )
= Rp. 10.612.902,-
Masalah yang terjadi pada perusahaan adalah : kesalahan pada pengakuan
pendapatan sewa dan pendapatan bunga pada tahun berikut yaitu tahun 2014,
diakui perusahaan sebagai pendapatan di tahun 2013. Seharusnya pengakuan sisa
pendapatan sewa dan sisa pendapatan bunga diakui pada tahun berikutnya, yaitu
tahun 2014. Maka pada tanggal 01 Januari 2014, perusahaan akan mencatat sisa
pendapatan sewa diterima dimuka dan sisa pendapatan bunga diterima dimuka
sebesar Rp. 349.049,-.
1. Januari 2014
94
Pendapatan sewa diterima dimuka Rp. 1.827.957,-
Pendapatan bunga diterima dimuka Rp. 349.049,-
Pendapatan Rp. 2.177.006,-
Cara Menghitung :
1. Sisa Pendapatan sewa diterima dimuka
= Pendapatan sewa x 8/31
= (Rp. 7.083.333,- x 8/31)
= Rp. 1.827.957, -
2. Sisa Pendapatan bunga diterima dimuka
= Pendapatan bunga x 8/31
= (Rp. 1.352.563,- x 8/31)
= Rp. 349.049, -
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Penerapan Akuntansi
Sewa Guna Usaha pada PT. X tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 30 tentang Sewa Guna Usaha. Hal tersebut dapat di lihat
pada contoh kasus di atas. Bahwa pada saat akhir periode seharusnya perusahaan
membuat Jurnal Penyesuaian dan pada saat awal periode perusahaan akan
mengakui sisa pendapatan lease.
95
96
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. X, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. PT. X menggunakan Direct Financial Lease dan Sale and Lease Back. Hal
tersebut dapat dilihat bahwa nilai wajar barang yang dileasingkan pada
permulaan lease adalah sewa dengan harga perolehannya dan nilai bukunya.
2. PT. X termasuk kedalam kelompok capital lease. Dimana penyewa guna
usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
Sewa Guna Usaha.
3. Dalam perlakuan dan pelaporan transaksi leasing, PT. X belum memenuhi
kriteria yang haruskan dalam Standar Akuntansi Keuangan tentang akuntansi
sewa guna usaha yaitu :
97
a. Saat memperoleh peralatan pada awal masa sewa guna usaha, perusahaan
langsung membebankan seluruh pengeluaran yang telah dilakukan tanpa
mencatat nilai perolehan dari aktiva yang telah dileasingkan. Selain ini
dalam penyajian di neraca, perusahaan memasukkan perkiraan peralatan
pada kelompok aktiva tetap, dan tidak memisahkan dalam perkiraan
tersendiri dengan aktiva tetap lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa posisi
keuangan perusahaan kurang tepat dan tidak memberikan gambaran yang
jelas mengenai aktiva sewa guna usaha.
b. Dalam pencatatan pembayaran angsuran leasing tidak memisahkan antara
angsuran pokok dengan biaya bunga yang timbul atas transaksi tersebut.
c. Perusahaan tidak mencatat biaya penyusutan dari aktiva lease.
5.2. SARAN
Berdasarkan analisis dan evaluasi yang dilakukan, maka berikut beberapa
saran yang diusulkan mengenai perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna
usaha aktiva tetap yang lebih tepat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku, saran-saran tersebut antara lain :
1. Perusahaan perlu menimbulkan terlebih dahulu perolehan aktiva tetap dengan
leasing setelah itu, baru dilakukan penyusutan atas aktiva yang sudah
digunakan oleh perusahaan.
2. Saat pencatatan pembayaran angsuran leasing, seharusnya mengharuskan
adanya pengakuan beban bunga sebesar tarif bunga leasing dikalikan dengan
98
saldo kewajiban yang ada pada setiap kali pembayaran angsuran lease. Jadi
dari pembayaran angsuran lease setiap bulannya sebagian merupakan
pembayaran biaya bunga dan sisanya merupakan pembayaran pokok
kewajiban lease karena pembayaran yang dilakukan oleh lease telah
mencakup pengembalian harga perolehan aktiva lease dan bunga yang
merupakan keuntungan bagi lessor.
3. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan sewa guna usaha harus
diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.