BAB I skripsi .doc

147
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pada awal berdirinya suatu perusahaan tentunya pemilik perusahaan tersebut mempunyai harapan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Harapan itu akan dapat dicapai apabila didukung oleh faktor-faktor produksi seperti : sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal. Didalam perusahaan, modal memiliki peranan cukup penting untuk membiayai aktivitasnya dalam mencapai harapan tersebut. Umumnya perusahaan yang tidak kuat permodalannya akan sulit untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Persaingan menyebabkan setiap perusahaan berusaha efektif dan efisien dalam menghasilkan produk-produk dimana kualitas produk tetap terjamin namun disisi lain biaya produksi dapat diminimalisasi.Perkembangan 1

Transcript of BAB I skripsi .doc

Page 1: BAB I skripsi .doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada awal berdirinya suatu perusahaan tentunya pemilik perusahaan tersebut

mempunyai harapan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan. Harapan itu akan dapat dicapai apabila didukung oleh faktor-faktor

produksi seperti : sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal. Didalam

perusahaan, modal memiliki peranan cukup penting untuk membiayai aktivitasnya

dalam mencapai harapan tersebut. Umumnya perusahaan yang tidak kuat

permodalannya akan sulit untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Persaingan menyebabkan setiap perusahaan berusaha efektif dan efisien dalam

menghasilkan produk-produk dimana kualitas produk tetap terjamin namun disisi

lain biaya produksi dapat diminimalisasi.Perkembangan teknologi yang

menghasilkan peralatan/barang modal dapat menjawab tantangan tersebut.

Permasalahannya adalah darimana perusahaan yang kurang modal mendapatkan

dana untuk membiayai peralatan/barang modal tersebut.

Dalam rangka pengembangan perusahaan, biasanya perusahaan akan selalu

berusaha untuk mengganti aktiva yang lama dengan aset yang baru. Penggantian

atas aset yang lama ini mungkin disebabkan karena aset tersebut telah habis masa

umur ekonomisnya atau karena rusak dan tidak dapat lagi digunakan dalam

kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan disisi lain, kegiatan operasional

1

Page 2: BAB I skripsi .doc

2

perusahaan menuntut adanya pengadaan aset tetap yang baru terutama tanah,

gedung dan peralatan. Pengadaan aset tetap ini dapat dipenuhi oleh perusahaan

dalam bentuk sewa guna usaha atau leasing.

Kegiatan sewa guna usaha dikategorikan ke dalam klasifikasi dari segi lessee

dan lessor. Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessee terdiri dari Capital Lease

yaitu sewa guna usaha dengan hak opsi dan Operating Lease yaitu sewa guna

usaha tanpa opsi. Sedangkan Direct Financing Lease berbeda dari Sales Type

Lease karena dalam transaksi ini tidak merealisasikan suatu keuntungan atau

kerugian. Dalam Direct financing lease, nilai wajar barang yang dileasingkanl

ease adalah sewa dengan harga perolehannya atau nilai bukunya

Bila suatu transaksi lease tidak bisa memenuhi kriteria klasifikasi sebagai

Direct Financial Lease, maka dalam pembukuan lessor, lease tersebut harus

dicatat sebagaimana Operating Lease. Proses klasifikasi harus dipelajari serta

diputuskan sebelum penerapan akuntansi lease, agar sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Lessor tidak mengharapkan profit semata-mata dari transaksi

Operating Lease tersebut tetapi mengharapkan adanya pengendalian dari hasil

penjualan atau dengan menyewakan kembali aset tersebut kepada pihak

berikutnya.

Dengan banyaknya transaksi secara leasing, perlu adanya suatu standar

akuntansi sebagai pedoman dalam penyajian laporan keuangan yang berkaitan

dengan leasing. Menjawab kebutuhan tersebut IAI telah menyusun Standar

Akuntansi Keuangan No.30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha. PSAK No. 30

Page 3: BAB I skripsi .doc

3

memberikan defenisi sebagai berikut :a) Penanaman netto dalam aset yang

disewakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman netto sewa. Jumlah

penanaman netto terdiri dari jumlah piutang sewa ditambah nilai sisa (harga opsi)

yang akan diterima oleh perusahaan sewa pada akhir masa sewa dikurangi dengan

pendapatan sewa yang belum diakui (unearned lease income), dan simpanan

jaminan (security income).b) Selisih antara piutang sewa ditambah nilai sisa (harga

opsi) dengan perolehan aset yang disewakan diperlukan sebagai pendapatan sewa

yang belum diakui (unearned lease income).c) Pendapatan sewa yang belum

diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan

berdasarkan tingkat pengembalian berkala (Periodie rate of retur) atas penanaman

netto perusahaan sewa.d) Apabila perusahaan sewa menjual barang modal kepada

penyewa sebelum berakhirnya masa sewa maka perbedaan antara harga jual

dengan penanaman netto dalam sewa pada saat penjualan dilakukan harus diakui

dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan.e) Pendapatan lain

yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa harus diakui dan dicatat sebagai

pendapatan periode berjalan.

Perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha perlu diterapkan

secara konsisten sesuai dengan PSAK No.30 dalam rangka penyusunan laporan

keuangan perusahaan. Untuk itu guna menjawab berbagai pertentangan dan

menjelaskan praktek sewa guna usaha perlu pengkajian dari sisi konsep-konsep

akuntansi yang mendasar, sehingga dapat ditentukan perlakuan setiap transaksi

Page 4: BAB I skripsi .doc

4

sewa guna usaha secara tepat, dapat dimengerti, dapat diperbandingkan dan sesuai

dengan tujuan laporan keuangan.

PT X sebagai salah satu lembaga pembiayaan, juga melakukan transaksi

penjualan dengan cara leasing, PT X membiayai pembelian mobil. Konsumen

yang ingin membeli barang tersebut cukup hanya membayar down payment

kepada kepada showroom atau dealer sebagai supplier atau bisa juga langsung ke

PT X. Sisa utang konsumen (lessee) kepada supplier akan dibiayai oleh PT X yang

ditunjuk lessee sebagai lessor. Dalam hal ini supplier akan berhubungan dengan

lessor. Hak milik sudah diserahkan supplier kepada lessee dan sebagai jaminan

hak milik itu ( BPKB ) diserahkan kembali oleh lessee kepada lessor. Hak milik

itu akan tetap berada di tangan lessor sampai perjanjian yang sudah disepakati

dipenuhi oleh lessee (angsuran lunas dibayar oleh lessee). Dalam pencatatan

transaksi leasing. PT X sudah berpedoman pada PSAK No. 30 namun belum

sepenuhnya sesuai. Biaya-biaya materai, biaya notaris yang timbul dalam

pembuatan perjanjian leasing dicatat sebagai biaya administrasi dan digolongkan

pada biaya operasional pada tahun berjalan.Pembayaran sewa guna usaha oleh

lessee akan dialokasikan, dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa

guna usaha dan pendapatan.

Pencatataan yang di lakukan oleh PT. X sebagai lessor menggunakan

Metode Bersih. Sebagai perinciannya berikut akan diberikan contoh kasus

perjanjian leasing yang dilakukan PT. X:

Page 5: BAB I skripsi .doc

5

Pada tanggal 08April 2013 PT. X mengadakan perjanjian Leasing dengan Saudara

Nyaw Kim Fung. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa PT. X akan

membiayai 1 (satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI,Type FM517F, Tahun

1996. Masa leasing24 tahun dengan DP (Down Payment) Rp. 80.000.000,-Saudara

Nyaw Kim Fung membayar angsuran/bulan sebesar Rp. 8.436.000,-. Total

pinjaman saudara Nyaw Kim Fung tambah bunga Rp. 202.464.000,- dan suku

bunga 9.454750515% / tahun flat.

Salah satu aktiva yang diperoleh dengan cara Sewa Guna Usaha adalah 1

(satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI, Type FM517F, Tahun 1996 dengan

data sebagai berikut.

Tabel 1.1 Data Sewa Guna Usaha

Keterangan Jumlah

Nilai Barang Modal Rp. 250.000.000,-

Nilai Sisa Rp. 80.000.000,-

Nilai Pembiayaan Rp. 170.000.000,-

Jangka Waktu 24 bulan ( 2 tahun )

Suku Bunga 9.54750515% /tahun

Keterangan Jumlah

Bunga untuk 2 tahun Rp. 32.464.000,-

Total Pinjaman Rp. 202.464.000,-

Angsuran/bulan Rp. 8.436.000,-

Page 6: BAB I skripsi .doc

6

Biaya Administrasi Rp. 1.500.000,-

Biaya Cek, Blokir Rp. 550.000,-

Biaya Asuransi Rp. 5.750.000,-

Jumlah yang dibayar Rp. 153.764.000,-

Cara Pembayaran Dengan Bilyet Giro

Tanggal Efektif 08-04-2013

Sumber : PT. X Pekanbaru

Jurnal pada saat terjadinya transaksi leasing yang dilakukan oleh PT. X,

perusahaan mencatat pendapatan leasing dengan membuat jurnal, seperti pada

jurnal berikut :

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 202.464.000,-

DP Sewa Guna Usaha Rp. 80.000.000,-

Pendapatan Sewa Guna Usaha yang belum diakui Rp. 32.464.000,-

Simpanan Jaminan/DP Sewa Guna Usaha Rp. 80.000.000,-

Pendapatan Asuransi Usaha Rp. 5.750.000,-

Pendapatan lain-lain Rp. 550.000,-

Kas Rp. 153.764.000,-

Biaya Administrasi Sewa Guna Usaha Rp. 1.500.000,-

Pendapatan Sewa (Angsuran 1) Rp. 8.436.000,-

Yang menjadi masalah dari kasus ini adalah

Page 7: BAB I skripsi .doc

7

1. Perusahaan tidak mengungkapkan biaya penyusutan dari aktiva yang dibeli

sedangkan menurut PSAK No. 30 menyatakan bahwa penyusutan aktiva yang

disewa guna usahakan harus diungkapkan secara konsisten berdasarkan

kebijaksanaan umum lessor dalam penyusutan aktiva tetap lainnya.

2. Perusahaan dalam melakukan pencatatan terhadap pembayaran angsuran tiap

bulan tidak memisahkan antara angsuran pokok dan biaya bunga yang timbul

dari kegiatan guna usaha (leasing) sedangkan menurut PSAK No. 30

menyatakan bahwa selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran angsuran

harus dipisahkan antara angsuran pokok dan biaya bunganya.

3. Perusahaan tidak mencatat adanya pendapatan lease yang ditangguhkan pada

akhir periode seharus menurut PSAK No. 30 menyatakan bahwa Sewa Guna

Usaha pendapatan lease dicatat dan diakui secara proposional (pada posisinya).

Melihat permasalah yang ada diatas, maka muncul ketertarikan untuk

membahas masalah akuntansi leasing, dalam hal ini PT. X sebagai lessor. Untuk

itu mengambil judul penelitian “ ANALISIS AKUNTANSI LEASING DITINJAU

DARI SUDUT LESSOR ( STUDI KASUS PADA PT. X ).

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Melihat latar belakang permasalahan diatas maka dapat di buat perumusan

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian sebagai berikut :

“ Apakah perilaku akuntansi sewa guna usaha pada PT. X telah telah sesuai

dengan Prinsip Standar Akuntansi Keuangan No. 30 ?”.

Page 8: BAB I skripsi .doc

8

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui

apakah penerapan akuntansi leasing yang ditetapkan oleh PT. X telah sesuai

dengan Prinsip Standar Akuntansi Keuangan No. 30 ?”.

1.3.2. MANFAAT PENELITIAN

a. Bagi masyarakat khususnya dilingkungan perguruan tinggi, dapat

memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas wawasan mengenai

Penerapan Akuntansi Leasing baik secara teori maupun dalam prakteknya.

b. Bagi Perusahaan sebagai bahan masukan mengenai penerapan akuntansi

leasing untuk mengetahui kelemahan, kekurangan, kendala yang dihadapi

dalam penerapan akuntansi leasing tersebut.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara menyeluruh gambaran proposal nantinya perlu dikemukakan tahap

penulisannya yang terdiri dari tiga bab, yaitu :

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II : Berisikan landasan teori yang menguraikan segala hal mengenai

pengertian leasing, klasifikasi leasing, jenis perusahaan leasing,

Page 9: BAB I skripsi .doc

9

proses dan mekanisme transaksi leasing, teknik-teknik

pembiayaan leasing, perbedaan pembiayaan leasing dengan

pembiayaan lainnya, keuntungan dan kerugian leasing,

perlakuan akuntansi leasing bagi perusahaan, pelaporan dan

pengungkapan transaksi sewa guna usaha dan ilustrasi metode

capital lease.

BAB III : Berisikan metode penelitian yang menguraikan objek penelitian,

jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan

teknik analisis data.

BAB IV : Merupakan gambaran umum perusahaan, tentang sejarah berdiri

perusahaan, struktur organisasi dan aktifitas perusahaan. Serta

berisikan hasil dan pembahasaan penelitian yang dilakukan pada

perusaahan leasing dengan prosedur-prosedurnya.

BAB V : Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

untuk perbaikan pada perusahaan leasing tersebut.

Page 10: BAB I skripsi .doc

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Leasing

2.1.1. Pengertian Leasing

Leasing merupakan suatu istilah asing yang dibakukan ke dalam bahasa

Indonesia dan sampai sekarang belum ada penggunaan istilah yang memberikan

pengertian yang tepat. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa menyewa

dan dalam dunia bisnis berkembang dan telah berubah fungsi menjadi salah satu

Page 11: BAB I skripsi .doc

11

jenis pembiayaan. Di Indonesia leasing diterjemahkan dengan kata “sewa guna

usaha“. Secara umum leasing diartikan sewa menyewa atau equipment funding

yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi

suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak. Menurut Lumbantoruan

(2005:505), Leasing adalah kegiatan pembiayaan bentuk penyediaan barang

modal baik secara sewa guna dengan hak opsi (Capital Lease) maupun sewa guna

usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka

waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sedangkan Kasmir

(2005:257), Leasingadalah perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan

lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak

penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu

tertentu.

Menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri

Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No.

32/M/SK/2/1974 dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang

Perizinan Usaha Leasing. Dalam pasal I Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri

tersebut dinyatakan :Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan

dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu

perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-

pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan

tersebut untuk membeli barang-barang modal yangbersangkutan atau

Page 12: BAB I skripsi .doc

12

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati

bersama. Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.

1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha

diperluas sebagaimana tersirat dalam pasal satu keputusan tersebut yang

menampung defenisi-defenisi berikut ini :

a. Perusahaan sewa guna usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang

melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik

secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh penyewa

guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara

berkala.

b. Capital lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha

pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna

usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.

c. Operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha yang tidak mempunyai hak

opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.

d. Penyewa guna usaha (lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang

menggunkan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa

guna usaha (lessor)

Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 adalah

Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara

sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) maupun sewa guna usaha tanpa

Page 13: BAB I skripsi .doc

13

hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu

tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sedangkan Pengertian leasing

menurut PSAK No. 30 menjelaskan pengertian leasing menurut Surat Keputusan

Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan

Republik Indonesia No. Kep-122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974,

No.30/Kpb/I/1974.

Dari beberapa defenisi diatas, pada prinsipnya memberikan pengertian-

pengertian yang sama, bahwa leasing meliputi (Situmorang, 2004:22) :

a. Pembiayaan perusahaan

Leasing awalnya dimaksudkan sebagai usaha memberikan kemudahan

pembiayaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Namun dalam

perkembangannya, leasing juga diberikan kepada individu dengan peruntukkan

barang belum tentu untuk kegiatan usaha.

b. Penyediaan barang-barang modal

Biasanya yang menyediakan barang modal adalah pihak supplier atas biaya

dari lessor. Barang modal tersebut akan digunakan oleh lessee umumnya untuk

kepentingan bisnisnya. Menurut Keputusan Menteri No. 1169/KMK.01/1991,

yang dimaksud barang modal adalah setiap aktiva tetap yang berwujud

termasuk tanah sepanjang diatas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa

bangunan (plant) dan tanah serta aktiva yang dimaksud merupakan satu

kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun

Page 14: BAB I skripsi .doc

14

dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan

ataupun memperlancar produksi barang atau jasa oleh lessee.

c. Jangka waktu tertentu

Dalam kontrak leasing ditentukan untuk berapa tahun leasing tersebut

dilakukan. Selanjutnya setelah jangka waktu tersebut berakhir, ditentukan pula

bagaimana status kepemilikan dari barang tersebut. Misalnya pada saat itu

kepada lessee diberikan “hak opsi” yakni pilihan apakah lessee akan membeli

barang tersebut pada harga yang telah terlebih dahulu disepakati bersama atau

lessee tetap menyewanya, ataupun mengembalikan barang kepada pihak lessor.

d. Pembayaran secara berkala

Lessor membayar lunas harga barang modal kepada penjual/supplier, maka

adalah kewajiban lessee untuk mengangsur pembayaran harga barang modal

kepada lessor. Besar dan lamanya angsuran sesuai dengan kesepakatan yang

telah dituangkan dalam kontrak leasing.

e. Adanya hak pilih (opsi)

Diakhir masa leasing, diberikan hak bukan kewajiban kepada lessee untuk

apakah membeli barang modal tersebut dengan harga yang telah terlebih

dahulu ditetapkan dalam kontrak leasing yang bersangkutan ataupun

memperpanjang kontrak leasing. Tidak semua jenis leasing memberikan hak

opsi tersebut kepada lessee melainkan harus menyerahkan kembali barang

modal tersebut kepada pihak lessor di akhir masa leasing. Ada juga yang justru

Page 15: BAB I skripsi .doc

15

memberi hak kepemilikan kepada pihak lessee di akhir masa leasing tanpa

perlu memberikan hak opsinya.

f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama

Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar kembali kepada

lessor oleh lessee diakhri masa berlakunya leasing atau pada saat lessee

mempunyai hak opsi. Nilai sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan

bersama dalam bentuk kontrak leasing

g. Adanya pihak lessor

Pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang

membutuhkan.

h. Adanya pihak lessee

Pihak yang memerlukan barang modal dengan pembiayaan dari pihak

perusahaan sewa guna usaha.

Aktivitas leasing sama dengan bisnis lainnya, mempunyai keuntungan dan

kerugian bagi pihak lessor dan lease(Situmorang, 2004:25).

Tabel 2.1

Keuntungan dan Kerugian Pihak Lessee

Keuntungan bagi Lessee Kerugian bagi Lessee

1. Lessee akan terhindar dari

kebutuhan dana besar dan biaya

bunga yang tinggi

1. Lessee wajib memenuhi berbagai

persyaratan yang ditetapkan lessor

untuk melindungi peralatannya.

Page 16: BAB I skripsi .doc

16

2. Lease mengurangi resiko

keusangan, karena ia dapat

mengoper barang yang dilease

kepada pihak lessor setelah

pemakaiannya.

Keuntungan bagi Lessee

Misalnya dalam bentuk pembatasan

pengoperasian barang, perlindungan

asuransi, dan lain-lain.

2. Lessee bisa saja kehilangan

kesempatan untuk memperoleh

keuntungan barang pada saat akhir

lease untuk beberapa jenis barang.

Kerugian bagi Lessee

3. Perjanjian lease lebih flexible

karena lebih bebas dibandingkan

perjanjian utang lainnya. Lessor

yang pintar akan dapat

menyesuikan perjanjian lease

terhadap kebutuhan perusahaan.

4. Dana pembiayaannya jauh lebih

3. Lessee khususnya financial lease

mungkin kurang tepat bila lessee

hanya membutuhkan aktiva dalam

jangka pendek, karena jika

dibatalkan sebelum perjanjian

selesai, akan menimbulkan biaya

yang sangat besar.

4. Karena barang yang dilease tidak

dapat dicatat sebagai asset maka

Page 17: BAB I skripsi .doc

17

murah dibanding pembiayaan

sekaligus.

5. Lease tidak menambah pos utang

di neraca dan tidak mempengaruhi

rasio leverage

tidak dapat dijadikan sebagai

jaminan kredit di Bank.

Hak menggunakan barang lease

merupakan intangible asset yang

tidak dapat disajikan dalam neraca

sebagai aktiva tetap

Sumber : Harahap, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2004

Tabel 2.2

Keuntungan dan Kerugian Pihak Lessor

Keuntungan bagi Lessor Kerugian bagi Lessor

1. Hak kepemilikan masih ada dipihak

lessor, sehingga merupakan faktor

pengaman yang lebih kuat

1. Sebagai pemilik lessor

memiliki resiko besar jika

barang yang dilease mendapat

Page 18: BAB I skripsi .doc

18

dibandingkan dengan bandingkan

dengan barang jaminan berupa

hipotek sekalipun.

2. Lessor berhak secara hukum untuk

menjual barang yang dilease dan

biasanya lebih mudah dan lebih

cepat dibandingkan dengan

penjualan melalui lelang.

3. Dalam operating lease, lessor secara

akuntansi masih berhak untuk

melakukan pembebanan penyusutan

atas barang yang dilease untuk

tujuan penghematan biaya.

tuntutan dari pihak ketiga.

Misalnya jika terjadi

kecelakaan atau kerusakan atas

barang orang lain yang

disebabkan oleh barang yang

dilease tersebut.

2. Dalam hal adanya complaint,

lessor tidak bisamengklaim

pabrik atau supplier secara

langsung, tindakan tersebut

harus dilakukan oleh lessee

sebagai pemakaian barang

tersebut.

3. Ia tetap bertanggung jawab atas

pembayaran kewajiban tertentu

karena pemilikan barang

Sumber : Harahap, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2004

2.1.2.Klasifikasi Leasing

Page 19: BAB I skripsi .doc

19

Sewa guna usaha mempunyai dua macam tipe dasar yaitu Capital Lease

dan Operating Lease dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Capital Lease

Menurut Kamir (2005:258), Capital Lease adalah kegiatan sewa guna usaha

dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek

sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan Menurut

PSAK No. 30, kriteria pengelompokkan transaksi sewa guna usaha sebagai

berikut:

a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang

disewagunausahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang

telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.

b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha

ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang

modal yang disewagunausahakan serta bunganya, sebagai keuntungan

perusahaan sewa guna usaha.

c. Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun.

Pada capital lease, lessor bertindak sebagai lembaga keuangan untuk barang

modal yang ditentukan oleh lessee, baik mengenai jenis maupun spesifikasinya.

Lessor akan mengadakan negosiasi dengan supplier mengenai harga, syarat-syarat

perawatan dan lain-lain yang mempunyai hubungan langsung dengan

pengoperasian barang-barang modal. Lesssor akan membayar barang tersebut

Page 20: BAB I skripsi .doc

20

pada supplier dan selanjutnya barang akan diserahkan pada lessee. Dalam

penyerahan barang ini hak milik secara hukum masih tetap pada lesssor. Lessee

mempunyai kewajiban membayar sejumlah uang kepada lessor secara berkala

untuk suatu jangka waktu tertentu. Jumlah pembayaran ini secara keseluruhan

akan merupakan harga barang yang dibayar oleh lessor dan ditambah dengan

bunga serta keuntungan bagi pihaklessor. Pada akhir periode sewa, memiliki hak

opsi untuk membeli barang tersebut sebesar nilai sisanya, mengembalikan barang

tersebut kepada lessor, atau mengadakan perjanjian tahap berikutnya. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat utama dari capital leaseadalah sebagai berikut

(Harahap,2004:175)

a. Barang modal yang akan dibeli, dipilih dan ditentukan sendiri oleh

lesseeyang bersangkutan.

b. Hak kepemilikan ada ditangan lessor.

c. Dengan memenuhi segala persyaratan yang disebutkan dalam

perjanjiannya, lesseeberhak menggunakan barang modal selarna seluruh

periode sewa.

d. Selama periode sewa, perjanjian tidak dapat dibatalkan secara sepihak

(non cancelable).

Capital Leasesuatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara Lessor

dengan Lesseedengan pemberian hak opsi kepada Lessee pada akhir periode lease.

Page 21: BAB I skripsi .doc

21

Capital Lease terbagi dalam berbagai bentuk transaksi sebagai

berikut(Harahap,2004:175)

a. Direct Financial Lease/ True Lease/ Direct Lease

Adalah transaksi leasing dimana lessor membeli suatu barang atas permintaan

pihak lessee dan sekaligus menyewagunakan barang tersebut kepada lessee.

b. Sale and Lease Back

Adalah transaksi leasing, dimana pihak lessee yang sengaja menjual barang

modalnya barang modalnya pada lessor untuk dilakukan kontrak leasing atas

barang tersebut.

c. Leveraged Lease

Adalah bagian dari capital lease yang disamping melibatkan lessor dan lessee

juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai leasing.

Pembiayaan yang dilakukan oleh lessor relative sedikit, sedangkan sisanya

yang merupakan pembiayaan terbesar dilakukan oleh kreditor tersebut. Lessor

bertanggung jawab langsung pada kreditor sesuai dengan jumlah

pembiayaannya.

d. Syndicated Lease

Adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas

suatu objek leasing. Syndicated lease biasanya dilakukan karena besarnya

objek leasing sehingga dengan alasan menyebarkan resiko, maka beberapa

lessor secara bersama-sama membiayai barang modal tersebut.

e. Cross Border Lease

Page 22: BAB I skripsi .doc

22

Adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas negara. Leasing jenis ini

sering disebut dengan leasing internasional karena lessor dan lessee masing-

masing berdomisili di Negara yang berbeda.

f. Vendor Program

Adalah model leasing dimana dealer/showroom memberikan fasilitas leasing

kepada pembeli barang (yang berperan sebagai lessee) untuk kemudian

pembayaran atas barang tersebut dilakukan oleh lessor kepada

vendor/dealer/showroom.

b. Operating Lease

Dalam teknik operating lease, pihak objek leasing atau lessor membeli

barang modal dan disewagunausahakan kepada lessor. Pembayaran periodik yang

dikeluarkan oleh lessor untuk memdapatkan barang modal tersebut dan bunganya.

Lessor mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang

disewagunakan. Lessor dapat juga memperoleh sumber penghasilan dari

perjanjiaan sewa guna usaha yang lain. Karena harapan keuntungan operating

lease ini tergantung pada penjualan barang yang sudah selesai

disewagunausahakan, lessor harus memiliki keahlian khusus untuk memasarkan

kembali barang modal tersebut. Selain itu lessor biasanya bertanggung jawab atas

biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun

pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. Apabila dalam capital lease,

lessor tidak dapat melakukan pembatalan kontrak masa sewa guna selama jangka

Page 23: BAB I skripsi .doc

23

waktu yang telah disepakati, maka dalam operating lease dapat juga disebut

leasing yaitu suatu perjanjian kontrak antra lessor dengan lessee, dengan catatan

bahwa (Subagyo dkk, 2005):

a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyatakan kepada pihak

lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada

umur ekonomis barang modal tersebut.

b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa

berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya

perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out

lease.

c. Lessor menanggung risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang

tersebut.

d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor.

e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu

atau disebut cancellable.

Tabel 2.3

Perbedaan dasar antara Capital Lease dengan Operating Lease :

No. Capital Lease Operating Lease

Page 24: BAB I skripsi .doc

24

1 Perjanjian lease tidak dapat

dibatalkan (dikenakan denda)

Dapat dibatalkan setiap saat

2 Masa sewa selama umur ekonomis

diberikan hak opsi beli

Masa sewa relatif singkat

3 Menggunakan transaksi keuangan Tidak ada transaksi keuangan

4 Tidak dikenakan biaya lease Transaksi biaya sewa menyewa

5 - Angsuran leasing kena PPN dan

PPh Pasal 23

6 Bersifat full pay out Tidak bersifat full pay out

7 Lessor tidak dapat menyusutkan

barang modal

Lessor dapat menyusutkan barang

modal

Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua.

Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005.

Page 25: BAB I skripsi .doc

25

Gambar 2.1

Flow Chart Klasifikasi Leasing oleh Lessee

Ya

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Perjanjian Lease

Ada Transfer Hak Milik

Ada kemungkinan

untuk membeli

aktiva yang disewa

Nilai Tunai

Pembayaran > 90%

dari harga aktiva

Jangka waktu sewa >

75% taksiran umur

ekonomis

Page 26: BAB I skripsi .doc

26

Sumber : Widjaya Tunggal dan Djohan Tunggal, (2004:27)

2.2. Pihak-pihakyang terlimbat dalam Leasing

Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak

yang berkepentingan, yaitu (Subagyo, 2005:80-88) :

Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa

pembiayaankepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam

financial leasebertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan

untukmembiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan.

Sedangkandalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari

penyediaanbarang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan

sertapengoperasian barang modal tersebut.

1. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam

bentukbarang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan

mendapatkanpembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara

pembayaran angsuran atausecara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki

hak opsi atas barang tersebut.Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk

membeli barang yang dilease denganharga berdasarkan nilai sisa. Dalam

Capital LeaseOperating

Lease

Page 27: BAB I skripsi .doc

27

operating lease, lessee dapat memenuhikebutuhan peralatannya di samping

tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanparisiko bagi lessee terhadap

kerusakan.

2. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan

baranguntuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh

lessor. Dalammekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan

barang kepada lesseetanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang

memberikan pembiayaan.Sebaliknya,dalam operating lease, supplier menjual

barangnya langsung kepada lessor denganpembayaran sesuai dengan

kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

3. Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor

tidakterlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank

memegangperanan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam

mekanismeleverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh

melalui kreditbank. Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan

menerima kredit daribank, untuk memperoleh barang-barang yang nantinya

akan dijual sebagai objekleasing kepada lessee atau lessor.

2.3. Jenis Perusahaan Leasing

Dalam menjalankan kegiatan usahanya Perusahaan Leasing dapat

digolongkan menjadi 3 jenis kelompok yaitu (Subagyo dkk, 2005).

a. Independent Leasing Company

Page 28: BAB I skripsi .doc

28

Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing.

Perusahaan tipe ini terdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin

dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan

barang modal nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai

supplier atau produsen kemudian di lease kepada pemakai. Untuk memperoleh

gambaran jelas mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada Gambar

2.2 Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya

bank-bank, dapat pula disebut sebagai lessor independent. Banyak lembaga

keuangan yang bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan

leasing kepada lessee tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan

leasing. Di samping ini lessor independent dapat pula memberikan pembiayaan

kepada supplier (manufacturer) yang sering disebut dengan vendor program.

Gambar 2.2

Independet Lessor

Pembelian Barang

PembayaranSupplier

(Manufacturer)Independent

(Lessor)

Page 29: BAB I skripsi .doc

29

Angsuran Kontrak

Leasing

Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,

Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005

b. Captive Lessor

Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan

perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini

dapatterjadi apabila pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan

pembiayaan leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan

penjualanmelebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan

tradisional.Captive lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak

pertamaterdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary)

dan pihakkedua adalah lessee atau pemakai barang.

Gambar 2.3

Lessor

Page 30: BAB I skripsi .doc

30

Captive Lessor

Pembayaran

Penjualan Barang

Angsuran Kontrak

Leasing

Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,

Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005

c. Lessee Broker atau Packager

Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager.

Brokervleasing berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor

yangmembutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing

biasanyatidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing

untuk atas namanya. Disamping itu perusahaan broker leasing memberikan satu

atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam

suatu transaksi leasing. Mekanisme lease broker atau packager dapat dilihat pada

Gambar 2.4.

Perusahaan induk

(manufacturer)

Lessor

Subsidiaryn

(Lessor)

Page 31: BAB I skripsi .doc

31

Gambar 2.4

Lease Broker

Sumber:Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,

Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005

2.4. Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing

Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi

antara lain bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi

leasing yang telah dibahas pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing

mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai

barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu

transaksi leasing(basic lease). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara

periodic kepadalessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut (lihat

lessor

lessor

lessor

lessorLessor Broker

Page 32: BAB I skripsi .doc

32

Gambar 2.5).Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan

lessee padahaldalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat

dalam suatumekanisme transaksi leasing.

Gambar 2.5

Transaksi Dasar Leasing

Kontrak Leasing

Angsuran (Lease Payment)

Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,

Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005

2.5. Teknik-teknik Pembiayaan Leasing

Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang

secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu (Subagyo,2005:80-

88):

1. Capital Lease

2. Operating Lease

Gambar 2.6

Mekanisme Transaksi Leasing

Lessor Lessor

LESSOR

Page 33: BAB I skripsi .doc

33

(9) (8) (4) (7) (3) (5)

(2)

(6)

(1)

Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005

Keterangan Gambar :

1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,

spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan penjual atas barang yang

akan disewa.

2. Lesse melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembayaran

barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lesseequotation yang

tidak mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syarat-

syarat pokok pembiayaan leasing antara lain : keterangan harga, cash,

securitydeposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang

sewa, dan persyaratan-persyaratan lainnya.

3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang

berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal

yang dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.

LESSEE SUPPLIER

Page 34: BAB I skripsi .doc

34

4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee

dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal antara lain : pihak yang terlibat, hak

milik, jangka waktu, jasa leasing,opsi bagi lessee, penutupan asuransi,

tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran

sewa, dan sebagainya.

5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai intruksi pengiriman barang

kepada lessee sesuai dengan tipe dan pengiriman spesifikasi barang yang telah

disetujui.

6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta

menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan kepada

supplier.

7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-

bukti kepemilikkan barang.

8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.

9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor

selam masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah

yang dibiayai serta bunganya.

1. Capital Lease

Menurut (Djoko Muljono,2007:131) dalam sewa guna usaha ini, perusahaan

sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal.

Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan

Page 35: BAB I skripsi .doc

35

dan atas nama perusahaan sewa guna usaha , sebagai pemilik barang tersebut,

melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang

menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha,

penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala di

mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value),

kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang

dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna

usaha.

Suatu kegiatan sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi mempunyai

kriteria seperti berikut ini :

Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha (lease

term) ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga

perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

Masa sewa guna usaha sekurang-kurangnya :

o 2 tahun untuk barang modal golongan I

o 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III

o 7 tahun untuk golongan bangunan

Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lease.

Perlakuan Penghasilan

Dalam kegiatan leasing dengan hak opsi, perlakuan penghasilan dapat

dibedakan bagi lessor atau bagi lessee. Perlakuan penghasilan bagi lessor terhadap

barang modal yang dileasingkan adalah seperti berikut :

Page 36: BAB I skripsi .doc

36

Penghasilan yang dikenakan pajak adalah imbalan jasa leasing dengan hak

opsi, atau seluruh pembayaran sewa guna usaha dikurangi dengan angsuran

pokok.

Penyerahan jasa dalam transaksi leasing dengan hak opsi dikecualikan dari

pengenaan PPN.

Apabila masa sewa guna usaha lebih pendek dari ketentuan masa sewa guna

usaha dengan hak opsi maka Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas

pengakuan penghasilan.

Kemudian, perlakuan penghasilan bagi lessee terhadap barang modal yang

dileasingkan adalah pembayaran leasing (Lease payment) yang dibayar oleh

lessee kepada lessor tidak dipotong PPh Pasal 23.

Perlakuan Biaya

Dalam kegiatan leasing dengan hak opsi, perlakuan biayanya dapat dibedakan

bagi lessor atau bagi lessee. Perlakuan biaya bagi lessor terhadap barang modal

yang dileasingkan adalah sebagai berikut :

Lessor tidak diperbolehkan menyusutkan barang modal yang dileasingkan.

Lessor boleh membentuk cadangan penghapusan piutang, setinggi-tingginya

2,5 % dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang.

Kerugian yang diderita karena piutang sewa guna usaha yang nyata-nyata tidak

dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu

yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan.

Page 37: BAB I skripsi .doc

37

Apabila cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak

sepenuhnya dibebani untuk menutupi kerugian maka sisanya dihitung sebagai

penghasilan. Sementara itu, apabila cadangan tidak mencukupi maka

kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari

penghasilan bruto.

Adapun perlakuan biaya bagi lessee terhadap barang modal yang dileasingkan

adalah seperti berikut :

Lessee selama masa leasing tidak boleh melakukan penyusutan atas barang

modal yang dileasingkan, sampai saat hak opsi digunakan. Dasar penyusutan

yang digunakan setelah hak opsi dipergunakan adalah nilai sisa (residual

value) barang modal yang bersangkutan.

Lease payment (pembayaran sewa guna usaha) yang dibayar atau yang

terhutang oleh lessee kecuali pembebasan atas tanah, merupakan biaya yang

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee, sepanjang transaksi tersebut

memenuhi persyaratan sebagai sewa guna usaha dengan halo psi.

Ciri-ciri Capital Lease antara lain (Subagyo,2005:82) :

a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi

b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak/tidak bergerak

c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya

d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan+ biaya-biaya lainnya+ spread

e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-

cancellablea), atau akan dikenakan denda

Page 38: BAB I skripsi .doc

38

f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee

g. Transaksi keuangan

h. Full pay out

i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value

j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal

k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23

Selanjutnya, capital lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai

berikut :

a. Direct Financial Lease

Menurut (Subagyo,2005:82-84) transaksi leasing dalam bentuk direct

financial lease, sering pula disebut truelease, atau disingkat direct lease aja ;

merupakan suatu bentuk transaksi leasingdi mana lessor membeli suatu barang

atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang

tersebut kepada lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-lease

tersebut termasuk penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh

lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk

mendapatkan pembiayaan dengan cara leasing, guna memperoleh barang modal

yang dapat digunakan dalam proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas

produksi. Sedangkan proses pembelian mulai dari order pembelian dilakukan

pihak lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee. Mekanisme transaksi

bentuk direct lease dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Page 39: BAB I skripsi .doc

39

Gambar 2.7

Mekanisme Transaksi Direct Financial Lease

(6) (7) (5) (3)

(1) (2) (8)

(4)

Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005

Keterangan :

1. Penandatangan kontrak antara lessor dengan lessee

2. Penerimaan pembayaran pertama dari lessee, yang berupa :

a. Security Deposit

b. Uang lease pertama, jika in advance

c. Biaya administrasi

Lessor

Lessee

Perusahaan Asuransi

Supplier Dealer

Page 40: BAB I skripsi .doc

40

d. Premi asuransi tahun pertama

e. Pembayaran pertama lainnya, jika ada

3. Pemesanan barang modal kepada supplier/dealer

4. Pengiriman barang modal ke alamat lease

5. Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada supplier/dealer

6. Kontrak penutupan asuransi

7. Pembayaran premi asuransi

8. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor

Ciri-ciri direct financial lease antara lain :

a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale

and lease back).

b. Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lessee.

c. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplierdapat dilakukan olehlessee.

d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuktujuan

proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi.

b. Sale and Lease Back

Menurut (Subagyo,2005:84-85) transaksi leasing dalam bentuk sale and lease

back ini pada prisipnya adalahpihak lessee sengaja menjual barang modalnya

kepada lessor untuk kemudiandilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang

tersebut. Lessee dalam hal iniberperan sebagai pihak yang menjual barang untuk

digunakan selama masalease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing ini

dimaksudkan untukmemperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi

Page 41: BAB I skripsi .doc

41

leasing di sinibersifat refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan

diIndonesia akibat adanya masalah impor barang modal, perizinan

sertapengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang

telahdiperoleh lessee untuk memperoleh barang modal ini terutama dalam

halpengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang

modal,umunya pihak lessee akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri

barangimpor atau ekspor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya.

Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya

diserahkankembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu

yangdisetujui dalam kontrak leasing. Transaksi leasing seperti di atas sering

disebuttechnical sale and lease back (lihat Gambar 2.8).

Gambar 2.8

Mekanisme Transaksi Sale and Lease Back

(1) (3) (4) (5) (7)

(1) (6)

Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005

Keterangan :

Lessee Supplier

Lessor

Perusahaan Asuransi

Page 42: BAB I skripsi .doc

42

1. Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor

2. Penutupan kontrak asuransi

3. Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrak jual beli

4. Penandatangan kontrak leasing antara lessor dengan lessee

5. Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa :

a. Security Deposit

b. Uang lease pertama, jika in advance

c. Biaya administrasi

d. Premi asuransi tahun pertama

e. Pembayaran pertama lainnya, jika ada.

6. Pembayaran premi asuransi

7. Pmbayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor

c. Leveraged Lease

(Subagyo,2005:85) pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu

teknik pembiayaandalam finance lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini,

disamping melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang

dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah

yangmemiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan

porsi pembiayaan pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan

pembiayaan, sisanya disediakan oleh kreditor.Kreditor tersebut dapat berupa bank

atau lembaga keuangan lainnya. Statuskreditor di sini hanya sebagai penyedia

dana kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah objek leasing itu

Page 43: BAB I skripsi .doc

43

sendiri. Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada jumlah

pembiayaan yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessorbertanggung

jawab langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.

d. Syndicated Lease

Menurut (Subagyo,2005:85-86)Syndicated lease adalah pembiayaan leasing

yang dilakukan oleh lebih darisatu lessor atas suatu objek leasing. Syndicated

lease terjadi apabila lessorkarena alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karena

alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri suatu

transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk

memenuhipermintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan

leasingmelakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing

dimaksud.Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor,

berdasarkanpersetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai

koordinatordalam melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk

dengan pihak supplier.

e. Cross Border Lease

Menurut (Subagyo,2005:86)Cross border lease adalah transaksi leasing yang

dilakukan di luar batas suatunegara, di mana lessor berkedudukan di negara

berbeda dengan negara lessee.Jenis transaksi leasing ini kadang-kadang disebut

pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasinginternasional karena yang

dilakukan melibatkandua negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini

merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini

Page 44: BAB I skripsi .doc

44

mengandung banyak risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga akan

melibatkan mekanisme hukum,perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari

masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala

tersebut biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau

subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Transaksi leasing biasanya

dilakukan dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee

diwajibkan membeli barang yang dileasenya pada akhir kontrak. Cara ini pada

dasarnya hanya untuk melindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan

ketentuan-ketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease pada gambar di

bawah ini. Kompleksitasdalam transaksi leasing internasional bagi lessor ini

meliputi beberapa masalah antara lain Menurut (Subagyo,2005:80-88):

a. Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee

b. Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing

c. Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation)

d. Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan

valuta asing negara lesse

d. Peraturan penyusutan

e. Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya

f. Vendor Program

Menurut (Subagyo,2005:87)Vendor program atau disebut juga vendor lease

adalah suatu metode penjualanyang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana

perusahaan leasing memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada

Page 45: BAB I skripsi .doc

45

pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor program ini, lessor

membayar kepada vendorsesuai dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan

oleh pembeli (lessee). Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee

dapat dilakukan langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor

yang bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.

2. Operating Lease

Menurut (Djoko Muljono,2007:131) dalam sewa guna usaha ini, perusahaan

sewa guna usaha membeli barang modal selanjutnya disewagunausahakan kepada

penyewa guna usaha. Berbeda dengan capital lease, jumlah seluruh pembayaran

sewa guna usaha berkala operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang yang

dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut bunganya.

Perbedaan ini disebabkan oleh perusahaan sewa guna usaha yang mengharapkan

keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan, atau

melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya.

Kegiatan sewa guna usaha dapat digolongkan menjadi sewa guna usaha tanpa

hak opsi apabila :

Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama

tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan

ditambah dengan keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.

Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Perlakuan Penghasilan

Page 46: BAB I skripsi .doc

46

Perlakuan penghasilan pada kegiatan leasing tanpa hak opsi dapat dibedakan bagi

lessor atau bagi lessee. Perlakuan penghasilan bagi lessor terhadap barang modal

yang dileasingkan adalah seperti berikut :

Seluruh lease payment merupakan penghasilan.

Penyerahan jasa dalam leasing tanpa hak opsi terhutang PPN.

Adapun perlakuan penghasilan bagi lessee terhadap penghasilan dari barang

modal yang dileasingkan yaitu lease payment yang dibayarkan wajib pajak

dipotong PPh pasal 23.

Perlakuan Biaya

Perlakuan biaya bagi lessor terhadap barang modal yang dileasingkan, yaitu

penyusutan barang modal yang dileasingkan boleh dikurangkan sebagai biaya.

Adapun perlakuan biaya bagi lessee terhadap barang modal yang dileasingkan

adalah lease payment merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto.

2.6. Perbedaan Pembiayaan Leasing dengan Pembiayaan Lainya

Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok

dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan

lain misalnya bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa

menyewa dan sewa beli. (lihat Tabel 2.4 )

Tabel 2.4

Perbedaan Leasing dengan Metode Pembiayaan lainnya

Page 47: BAB I skripsi .doc

47

NoPokok

PerbedaanLeasing Sewa Beli

Sewa Menyewa

Kredit Bank

1. Jenis Barang Bergerak dan tidak bergerak

Bergerak Bergerak dengan pemeliharan

Semua jenis investasi

2. Penyewa Perusahaan, perorangan

Perusahaan perorangan

Perusahaan perorangan

Perusahaan perorangan

3. Bentuk Perusahaan

Badan Hukum Supplier Supplier Bank

4. Jangka Waktu

Menengah Pendek Pendek-tengah

Bebas

5. Biaya 100% 80% Lebih rendah

80%

6. Biaya Bunga Bunga + margin Tinggi Bunga = margin

Spread + interbank rate

7. Akhir Kontrak

Menggunakan Hak opsi untuk membeli seharga nilai ke debitor sisa, memperpanjang, mengembalikan

Barang menjadi milik penyewa

Barang kembali ke pemilik

Kredit lunas, jaminankembali

Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Sekolah Ilmu Ekonomi, Yogyakarta,2005

2.7. Keuntungan dan Kerugian Leasing

Situasi dari masing-masing perusahaan yang berbeda-beda menyebabkan

faktor-faktoryang menunjang pada suatu kasus tidaklah dapat diterapkan pada

Page 48: BAB I skripsi .doc

48

kasuslain. Salah satu keuntungan berikut ini mungkin akan menjelaskan lebih

lanjutsehingga menyebabkan kontrak lease akan menjadi aternatif yang menarik

untukpenyediaan modal/biaya (financing) pada situasi tertentu (Nasution,

2004:14) :

2.7.1. Keuntungan Leasing

1. Penghematan modal yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar, hal ini

merupakan penghematan dana bagi lessee, karena leasing umumnya

membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan.

2. Fleksibel, yang bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi kelebihan

leasing dibanding dengan kredit bank. Fleksibilitas meliputi struktur

kontraknya, besarnya pembayaran sewa, jangka waktu pembayaran serta nilai

sisanya.

3. Sebagai sumber dana, mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan

melalui sales dan leaseback atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee.

4. Menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapatan penjualan

diperoleh secara musiman atau dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada

masa akhir investasi maka besarnya sewa juga bisa disesuaikan dengan

kemampuan cash flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah

timbulnya gejolak kekosongan dana dalam kas perusahaan.

Page 49: BAB I skripsi .doc

49

5. Leasing dapat memberikan keuntungan pajak penghasilan yang disebabkan

oleh penyusutan dipercepat dan beban bunga.

6. Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi, lessee mengeluarkan biaya

sewa yang sama. Dengan demikian nilai rill dari sewa tersebut telah berkurang

atau bisa dikatakan bahwa lessee membeyar hari ini dengan perhitungan nilai

mata uang kemarin.

7. Leasing aktiva untuk periode lease yang relatif singkat dan bukan memiliki

aktiva memberikan perlindungan bagi lessee dari keusangan peralatan.

8. Secara umum jadwal pembayaran lease dapat diatur agar sesuai dengan arus

kas masuk lessee yang diharapkan dari operasi.

2.7.2.Kelemahan Sewa Guna Usaha

Disamping keunggulan-keunggulan di atas, maka sewa guna usaha juga

mempunyai segi kelemahan sebagai berikut (Nasution, 2004:14) :

1. Pembiayaan 100% atas aktiva yang disewa guna usaha juga berarti total

pengeluaran jumlah dollar yang lebih tinggi untuk bunga.

2. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif

mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank.

3. Pembiayaan di luar neraca hanya menutupi fakta bahwa lapisan hutang baru

sedang ditanggung.

Page 50: BAB I skripsi .doc

50

4. Leasing peralatan siap pakai (jika dibandingkan dengan yang dibuat sesuai

pesanan) mungkin menghasilkan produk yang mutunya lebih rendah dan

pada akhirnya mengakibatkan hilangnya penjualan bagi lessee.

5. Lease musiman mengandung ketidakpastian bahwa peralatan akan tersedia

saat dibutuhkan selain itu suku bunga leasing mungkin didasarkan pada

situasi perdagangan saat itu.

6. Lease jangka panjang dapat memberikan perlindungan dari

keusanganproduk.

7. Keuntungan pajak mungkin bersifat sementara. Ketentuan pajak baru bisa

diberlakukan kapan saja dan bisa membatalkan ketentuan dalam peraturan

lama. Ini merupakan bahaya bagi semua lease jangka panjang yang

mengutamakan keuntungan pajak.

8. Lease jangka panjang dengan suku bunga tetap akan membebankan lessor

pemberi pinjaman atas resiko hilangnya kesempatan jika suku bunga naik.

2.8. Perlakuan Akuntansi Leasing bagi Perusahaan

2.8.1. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Capital Lease

Perlakuan akuntansi capital lease oleh penyewa usaha menurut IAI dalam

PSAK No. 30 adalah :

a. Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan

kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran

sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh

penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa

Page 51: BAB I skripsi .doc

51

guna usaha setiap pembayaran sewa guna dialokasikan dan dicatat sebagai

angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan

tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna

usaha.

b. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari

pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan

olehperusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal

masa sewa guna usaha.

c. Aktiva yang disewa guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang

wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya.

d. Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa

sewa guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan atau

dikreditkan pada tahun berjalan.

e. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan

jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa

guna usaha.

f. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback)

maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksiyang terpisah

yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha.Selisih antara harga

jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dandicatat sebagai

keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harusdilakukan secara

proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan.

Page 52: BAB I skripsi .doc

52

2.8.2. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Operating Lease

Perlakuan akuntansi operating lease menurut IAI dalam PSAK No.30

bahwapembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa

yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna

usaha oleh lessee, meskipun pembiayaan sewa guna usaha dilakukan dalam

jumlah yang tidak sama setiap periode.

2.9. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha

2.9.1. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Capital Lease

Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut IAI

dalam PSAK No. 30 adalah :

a. Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap

dalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan

harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.

b. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan

keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua

tahun berikutnya.

2. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam

tahun berjalan.

3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.

Page 53: BAB I skripsi .doc

53

4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya

sehubungan dengan transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and

leaseback).

5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna

usaha.

2.9.2. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Operating Lease

Menurut IAI dalam PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak

harusdicantumkan atas laporan keuangan mengenai :

1. Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan

sebagai biaya sewa.

2. Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak 2

tahun berikutnya.

3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.

4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya

sehubungan dengan transaksi sale and leaseback.

5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna

usaha (major covenants)

3.0. Ilustrasi Metode Capital Lease

3.0.1 Contoh Akuntansi Leasing Bagi Lessee

Page 54: BAB I skripsi .doc

54

Contoh penerapan metode capital lease berdasarkan buku akuntansi Kieso

dan Weygandt (2004 : 239) adalah sebagai berikut:Lessor company dan Lessee

Company menandatangani sebuah perjanjian lease tertanggal 1 Januari 2000 yang

menetapkan bahwa Lessor Company menyewakanperalatan kepada Lessee

Company dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Masa lease adalah lima tahun dan perjanjian tidak dapat dibatalkan dengan

mengharuskan pembayaran sewa sebesar Rp 25.981

2. Peralatan tersebut mempunyai nilai wajar sebesar Rp. 100.000 estimasi umur

ekonomis lima tahun dan tidak ada nilai residu

3. Lessee Company membayar semua biaya pelaksanaan langsung kepada pihak

ketiga kecuali pajak harta sebesar Rp 2000 per tahun yang termasuk dalam

pembayaran tahunan kepada lessor

4. Lease tersebut tidak memuat hak opsi pembaharuan dan peralatan akan

kembali pada lessor company pada saat selesainya lease

5. Tingkat bunga pinjaman tambahan (incremental borrowing rate) Lessee

Company adalah sebesar 11% tahun. Apabila tingkat bunga tidak

diketahuimaka tingkat bunga yang digunakan harus ditentukan oleh lessee

6. Lessee Company menyusutkan peralatan yang disewa dengan menggunakan

metode garis lurus.

7. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat hasil

pengembalian atas investasinya sebesar 10% per tahun, fakta ini diketahui oleh

Lessee Company.

Page 55: BAB I skripsi .doc

55

8. Dalam hal adanya ketentuan lain yang dipersyaratkan oleh Lessor Company

maka lessee harus menerapkannya.

Penyelesaian :

1. Pengujian atas klasifikasi lease berdasarkan perjanjian lease diatas adalah:

a. Leaselima tahun, sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan yang

lamanya lima tahun, memenuhi pengujian 75%

b. Nilai sekarang pembayaran lease minimum Rp 100.000 melebihi 90% dari

nilai wajar harta (Rp 100.000)

Nilai yang dikapitalisasi = (25.981 – 2.000) x Nilai pembayaran sekarang

anuitas selama 5 periodepada tingkat diskonto 10%

= Rp 25.981 x 4,16986

= Rp 100.000

2. Pencatatan akuntansi Capital Lease oleh Lessee Company

a. Jurnal untuk mencatat peralatan yang disewa guna usaha pada awal sewa guna

usaha

Peralatan Sewa Guna Usaha Rp 100.000

Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp 100.000

Bila terdapat hak opsi dalam bentuk simpanan jaminan atau kas untuk membeli

peralatan yang disewa pada akhir masa lease adalah

Simpanan jaminan xx

Kas xx

Page 56: BAB I skripsi .doc

56

b. Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama tanggal 1 Januari 2000

adalah

Beban pajak Rp 2.000

Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp 23.981

Kas Rp 25.981

c. Tanggal 31 Desember 2000 jurnal untuk mencatat beban bunga adalah

Beban Bunga Rp 7.602

Hutang Bunga Rp 7.602

Berikut disajikan skedul pembayaran sewa guna usaha Leesee

Companyselama lima tahun dengan tingkat bunga 10%.

TanggalPembayaran lease

tahunanBiaya pajak

Biaya bunga

Penurunan kewajiban

lease

Kewajiban lease

1/1/2000 - - - - 100,000

1/1/2000 25,981 2,000 - 23,981 76,019

1/1/2001 25,981 2,000 7,602 16,379 59,640

1/1/2002 25,981 2,000 5,964 18,017 41,623

1/1/2003 25,981 2,000 4,162 19,819 21,801

1/1/2004 25,981 2,000 2,180 21,801 -

Jumlah 129,905 10,000 19,908 100,000 -

Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran sewa guna usaha tangal 1 Januari

2001 adalah :

Beban pajak Rp 2.000

Page 57: BAB I skripsi .doc

57

Beban Bunga Rp 7.602

Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp 16.379

Kas Rp 25.981

d. Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan peralatan sewa guna usaha selama lima

tahun dengan metode garis lurus tanggal 31 Desember 2000 adalah :

Beban penyusutan aktiva SGU Rp 20.000

Akm.penyusutan aktiva SGU Rp20.000

e. Ayat jurnal untuk mencatat berakhirnya masa lease apabila terdapat hak opsi

adalah :

Peralatan xxx

Akm.Penyusutan Peralatan xxx

Peralatan Sewa Guna Usaha xxx

(Peralatan sewa guna usaha yang dibeli pada akhir masa sewa guna usaha

harus dicatat oleh perusahaan sebesar nilai buku).

3.0.2 Contoh Akuntansi Leasing bagi Lessor

Contoh Leasing bagi Lessor Menurut Ika (2011) adalah sebagai berikut :

Morgan Leasing Company dan Rode Company menandatangani kesepakatan pada

tanggal 1 januari 2007 untuk melease peralaatan kepada Cole Company. Informasi

berikut berkaitan dengan kesepakatan ini :

1.  Masa lease yang tidak dapat dibatalkan adalah 6 tahun tanpa opsi pembaruan.

Peralatan itu memiliki estimasi umur ekonomis selama 6tahun.

2.  Lessor memperoleh aktiva itu dengan biaya sebesar $245.000 nilai wajar

aktiva pada tanggal 1 januari 2007 adalah $245.000

Page 58: BAB I skripsi .doc

58

3.  Aktiva itu akan dikembalikan ke lessor pada akhir masa lease, ketika aktiva

tersebut diharapkan memiliki nilai residu $43.622, tanpa jaminan.

4.  Cole Company bertanggung jawab langsung atas seluruh biaya executor

5. Kesepakatan itu mewajibkan pembayaran sewa tahunan yang sama, dimulai

tanggal 1 januari 2007

6.  Ketertagihan pembayaran lease dapat diprediksi secara wajar. Tidak ada

ketidakpastian yang besar menyangkut jumlah biaya yang akan dikeluarkan

oleh lessor.

Diminta:

a. Dengan asumsi lessor mengharapkan tingkat pengembalian 10% atas

investasinya, hitunglah jumlah pembayaran sewa tahunannya.

b. Buatlah skedul amortisasi yang sesuai bagi lessor selama masa lease

c. Buatlah seluruh ayat jurnal bagi lessor untuk 2007 2008.

Jawab :

a.   Jumlah pembayaran sewa tahunan :

Nilai wajar aktiva = 245.000

(-) PV nilai residu {43.622*0,56447} = 24.623,21 -

Jumlah pembayaran sewa tahunan : 220.376,69

Piutang lease : 220.376,69 : PV annuity sebesar 1 pada 10% selama 6thn

Piutang lease : 220.376,69 * 4,79079 = 46.000

b.  Skedul amortisasi

Skedul Amortisasi Kewajiban

Tgl. Pembayaran Bunga 10% Pengurangan 245.000

Page 59: BAB I skripsi .doc

59

1/1 46.000 -0- 46.000 199.000

1/1 46.000 19.900 26.100 172.900

1/1 46.000 17.290 28.710 144.190

1/1 46.000 14.419 31.581 112.609

1/1 46.000 11.261 34.739 77.870

1/1 46.000 7.787 38.213 39.657

1/1 46.000 43.622 39.657 0

319.622 74.622 245.000 -

c.  Ayat jurnal

1/1 Piutang lease 245.000

   Peralatan 245.000

1/1 Kas 46.000

   Piutang lease 46.000

31/12 Piutang bunga 19.900

   Pendapatan bunga-lease 19.900

1/1 Kas 46.000

   Piutang lease 26.100

   Piutang bunga 19.900

31/12 Piutang bunga 17.290

   Pendapatan bunga-lease 17.920

BAB III

Page 60: BAB I skripsi .doc

60

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PT X yang beralamatkan di Pekanbaru.

Penelitian akan dilaksanakan selama jangka waktu penyusunan proposal dan

skripsi untuk memperoleh semua data yang diperlukan.

3.2 Sumber Data dan Jenis Data

Data yang dikumpulkan dan dimanfaatkan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

3.2.1 Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan

tentang kebijakan akuntansi leasing yang diterapkan oleh perusahaan yang

diperoleh dari bagian Akuntansi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah jadi yang terdiri dari Laporan

Keuangan berupa Neraca dan Laporan Rugi yang diperoleh dari bagian akuntansi,

sejarah perusahan, struktur organisasi, serta dokumen lainnya dari bagian

Akuntansi.

3.2.2 Jenis Data

d. Data Kualitatif yaitu tentang sejarah perusahaan

Page 61: BAB I skripsi .doc

61

e. Data Kuantitatif yaitu laporan pencatatan jurnal, pengelompokan, hingga

laporan keuangan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai landasan dalam penyusun

proposal ini, maka dilakukan penelitian lapangan dengan menggunakan metode :

1. Dokumentasi Lapangan

Dilakukan melalui pengumpulan data-data dengan mengadakan mempelajari

dokumen-dokumen prusahaan antara lain :

a. Dokumen perjanjian sewa guna usaha.

b. Buku jurnal yang mencatat transaksi yang dilakukan perushaan.

c. Laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi ) selama periode leasing.

2. Wawancara

Data yang dikumpulkan melalui interaksi secara langsung dari responden

dengan mengadakan tanya jawab memperoleh data yang diperlukan terutama

kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan pencatatan, penyusunan, dan

penyajian laporan keuangan.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis datang yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

yaitu dengan menyajikan data yang ada dengan menggunakan PSAK No. 30

kemudiaan dilakukan penarikan kesimpulan.

Page 62: BAB I skripsi .doc

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. X adalah suratu perusahaan yang bergerak dalam bidang sewa guna

usaha. Perseroan ini didirikan pada tanggal 04 September 2006 dengan nama PT.

X berdasarkan akta notaris Hannywati Gunawan, S.H. No. 08. Akta pendirian ini

disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No. W7-01382

HT.01.04-TH.2007 tanggal 12 Februari 2007 dan penerimaan Laporan Akta

Perubahan Anggaran Dasarnya telah diterima dan dicatat dalam Database

Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

tanggal 13 Maret 2007 No. W7-HT.01.04-3098, anggaran dasar mana telah

diubah lagi dengan Akta Berita Acara Rapat tertanggal 15 Desember 2006 No. 30,

yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya tertanggal 13 April 2007 No.

W7-04114 HT.01.04-TH.2007. Anggaran dasar perseroan telah mengalami

Page 63: BAB I skripsi .doc

63

beberapa kali perubahan, berdasarkan akta notaris yang sama No. 49 tanggal 18

Maret 2008 mengenai perubahan anggaran dasar untuk disesuaikan dengan

Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 50 tanggal 19 September 2007.

Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan surat keputusan

No. C-UM.HT.01.10-1944 tanggal 02 November 2007.

Saat ini kantor pusat PT. X berkedudukan di Jakarta dan memiliki: Jakarta

Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan,Bandung, Semarang, Solo, Surabaya,

Denpasar, Medan, Palembang, Samarinda dan Pekanbaru.

3.1.2. Aktivitas Perusahaan

Dalam aktivitas pembiayaan, PT. X bekerjsama dengan Bank Rakyat

Indonesia ( BRI ) yang merupakan salah satu pemegang saham sebagai tempat

penyimpanan BPKB kenderaan yang dileasekan dan bekerja sama dengan Bank

Central Asia ( BCA ) sebagai tempat pembayaran angsuran leasing. PT.X juga

memasarkan produk dari salah satu pemegang saham, PT. Isuindomas Putra yaitu

merek Isuzu namun hal ini tidak membatasi PT. X untuk melease kenderaan dari

dealer yang lainnya.

Sesuai dengan anggaran dasar perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan

adalah menjalankan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

barang modal meliputi bidang sebagai berikut :

1. Sewa guna usaha ( leasing )

2. Pembiayaan konsumen ( consumer finance )

3. Anjak piutang ( factoring )

PT. X di Pekanbaru hanya melayani transaksi leasing dan consumer finance saja.

Page 64: BAB I skripsi .doc

64

1. Sewa Guna Usaha ( Leasing )

PT. X Pekanbaru membatasi aktivitas leasing dengan tidak melayani

transaksi leasing untuk ( alat-alat berat ) dan sale and leaseback, walaupun

demikian secara umum transaksi leasing terus meningkat.

Cara pembayaran angsuran yang ditetapkan PT. X ada tiga yaitu :

a. Giro

Lessee membayarkan angsuran leasenya dengan memberikan giro sebanyak

periode lease yang akan jatuh tempo sesuai dengan periode lease.

b. Transfer ke rekening PT. X

Lessee juga dapat membayar angsuran dengan cara mentransfer uangnya ke

rekening PT. X di Bank BCA.

c. Bayar tunai ke PT. X

PT. X menyediakan finance staff untuk melayani lessee yang membayar

angsurannya secara tunai ke kantor PT. X.

2. Pembiayaan konsumen ( consumer finance )

Prosedur pembiayaan konsumen hampir sama dengan leasing namun ada

beberapa perbedaan antara lain :

Dalam perjanjian consumer finance tidak dimuat opsi pembelian seperti yang

ada dalam perjanjian leasing.

Periode pembiayaan pembiayan konsumen minimal satu tahun sementara

leaseing minimal dua tahun.

Aktivitas pembiayaan konsumen pada PT. X juga mengalami perkembangan.

Cara pembayaran angsuran pembiayaan konsumen sama dengan angsuran leasing

Page 65: BAB I skripsi .doc

65

.4.1.3. Struktur Organisasi dan Job Description

Adanya struktur organisasi dalam perusahaan merupakan suatu hal yang

sangat penting. Melalui struktur organisasi tersebut akan tergambar dengan jelas

tugas dan tanggung jawab masing-masing fungsi, sehingga struktur organisasi

yang tepat akan membantu dan memperlancar usaha dalam pencapaian tujuan

perusahaan.

Sedangkan job decription perusahaan dibuat dengan berpedoman pada hal-

hal sebagai berikut :

a. Bahwa setiap jabatan harus mempunyai fungsi dan pertanggung jawaban

yang jelas dan terperinci.

b. Bahwa antara satu jabatan dengan yang lain tidak boleh tumpang tindih,

sehingga tanggung jawabnya tidak kacau.

Berdasarkan struktur organisasi tersebut, maka dapat dijelaskan fungsi

pokok, membawahi, tanggung jawab, wewenang, tugas dan kewajiban masing-

masing bagian dari perusahaan sebagai berikut :

1. Branch Manager

Fungsi Pokok : Mengelola seluruh aktivitas usaha pada kantor secara efisien

dan efektif guna meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Membawahi : 1. Marketing Manager/ Marketing Officer

2. Operation Supervisor

Page 66: BAB I skripsi .doc

66

Tanggung jawab : Bertanggung jawab atas kelancaran seluruh aktivitas pada

kantor dan terciptanya koordinasi tugas-tugas yang

didelegasikan kepada bawahan, sehingga mampu

meningkatkan profitabilitas.

Wewenang : Mengambil inisiatip untuk melaksanakan segala sesuatu yang

berhubungan dengan berhasilnya tugas dan tanggung

jawabnya selaku Branch Manager.

Tugas dan Kewajiban :

B. MANAGERIAL

1. Merencanakan, mengatur dan mengkoordinasikan, serta memonitoring

pelaksanaan dan aktivitas di divisi Marketing dan Operasional, serta masalah

umum dikantor.

2. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan didelegasikan oleh Direksi sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

C. MARKETING

1. Mengembangkan strategi pemasaran dalam rangka mencapai target yang

telah ditetapkan dengan meminimumkan tingkat risiko.

2. Melakukan kerja sama dengan pihak Asosiasi Perusahaan Pembiayaan

Indonesia ( APPI ) dalam rangka Centralized Registration guna mencegah

adanya double financing dan mencari informasi bagi orang-orang yang

termasuk dalam katagori daftar hitam (black list).

Page 67: BAB I skripsi .doc

67

3. Melakukan pengendalian serta tindak lanjutnya sampai dengan penyelesaian

atas order yang masuk, pembayaran angsuran, tunggakan, penagihan dan

penarikan obyek lease sesuai prosedur yang berlaku.

4. Menandatangani usulan permohonan kontrak baru untuk pembiayaan yang

outstanding kumulatifnya diatas wewenang yang ditetapkan oleh Direksi,

untuk mendapatkan persetujuan Kantor Pusat.

5. Melakukan penandatanganan setiap kontrak pembiayaan di kantor.

6. Menangani masalah tunggakan dan baddebts serta melaporkannya ke Kantor

Pusat.

D. OPERASIONAL

1. Mengawasi dan mengontrol pemasukan dan pengeluaran dana, pencatatan

accounting , finance dan laporan ke Kantor Pusat Non Operasional (KPNO).

2. Memberi keringanan denda, pinalty, discount asuransi, potongan biaya-biaya

lain sesuai wewenang yang diberikan Direksi.

3. Mengontrol pembayaran/ pelunasan pada supplier setelah lesse maupun

supplier memenuhi kelengkapan kontrak.

4. Memonitor persiapan untuk pelaksanaan transaksi leasing, factoring, dan

consumer finance termasuk penyiapan Akta Notaris/ PPAT.

5. Melakukan pengawasan atas kelengkapan dokumen dari setiap collateral,

obyek perjanjian, maupun melakukan penutupan asuransinya serta

penyimpanan dokumen tersebut dengan baik dan aman.

Page 68: BAB I skripsi .doc

68

6. Mengawasi pelaksanaan administrasi dan proses pembuatan kontrak dengan

para nasabah, mengatur penyimpanan kontrak dan dokumen penting lainnya.

7. Mengendalikan dana cabang secara cermat dan efisien.

2. Operation Supervisor

Fungsi Pokok : Melaksanakan proses operasional perusahaan.

Membawahi : - Accounting Staff

- Finance Staff

- Legal & Administration Staff

- General Affrair Staff ( Driver, OB, Satpam )

Tanggung jawab :

1. Bertanggung jawab atas penyimpanan, penggunaan dan pelaporan kas kecil.

2. Bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengcekan keluar masuk objek

jaminan/ BPKB.

3. Bertanggung jawab atas penyimpangan dan penggunaan Cek dan Giro.

Wewenang :

1. Menandatangi Cek dan Giro bersama-sama Branch Manager

2. Memegang kunci brankas.

Tugas dan Tanggung jawab :

1. Mengecek kebenaran hasil input jurnal di voucher.

2. Mengecek, melakukan, dan mencatat pembayaran melalui kas kecil.

3. Membuat laporan kas kecil.

4. Mengecek laporan angsuran mingguan.

Page 69: BAB I skripsi .doc

69

5. Mengecek kebenaran perhitungan calculation sheet.

6. Mengecek dan atau membuat perhitungan pelunasan dan denda kontrak serta

perhitungan rescheduling.

7. Mengecek laporan tunggakan.

8. Mengecek laporan pembayaran premi asuransi.

9. Mengontrol saldo dana mengendap di rekening.

10. Mengecek BPKB bersama Legal Staff.

11. Melakukan stok opname BPKB secara periodik.

12. Mengecek laporan dan lampiran absen karyawan.

13. Menyiapkan cek/ giro, bukti pengeluaran dan voucher.

14. Melakukan pembayaran atas biaya-biaya operasional kantor.

15. Membuat laporan permohonan dana ke KPNO.

16. Mengecek kondisi perlengkapan dan peralatan serta gedung kantor.

17. Menginput data BPKB pada aplikasi.

18. Mengecek surat keterangan perpanjangan STNK.

19. Mengecek permohonan asuransi baru dan perpanjangannya.

20. Mengecek penerimaan dan penyetoran uang tunai dari customer.

21. Melakukan monitoring kontrak floating.

22. Menggantikan tugas staff bila cuti/ tidak masuk.

3. Marketing

Bertanggung jawab kepada : Branch Manager

Fungsi Pokok :

Page 70: BAB I skripsi .doc

70

- Mencari nasabah baru,

- Menjaga hubungan baik dengan nasabah dan supplier

- Memberikan persetujuan atas usulan – usulan pembiayaan dengan menilai

calon nasabah dari berbagai aspek dalam upaya mengurangi resiko serta

menjaga kualitas pembiayaan yang diberikan sesuai dengan prinsip kehati –

hatian (prudent).

Tanggung jawab :

- Melaksanakan fungsi dan peranan marketing dalam pengembangan

perusahaan.

- Membina kerja sama dan hubungan baik dengan departemen lain.

Wewenang :

- Merekomendasikan setiap proposal pembiayaan yang diprosesnya.

- Memberikan keringanan pelunasan denda terhadap nasabah sesuai wewenang

yang dimiliki.

- Meminta informasi ke seluruh departemen terkait.

Tugas dan Kewajiban :

A. Marketing

A.1. 1. Melakukan kunjungan dan survey nasabah : Photo objek

2. Memeriksa data – data keuangan ( Neraca, Cash Flow, L/R yang

terkumpul ).

3. Memeriksa pengumpula data dari bank/ pihak III

4. Memeriksa calculation sheet

Page 71: BAB I skripsi .doc

71

5. Memeriksa kelengkapan data-data nasabah, dokumen dan kontrak

perjanjian

6. Inventarisir dokumentasi pengajuan kredit

7. Memeriksa dan mendatangani usulan pembiayaan

8. Memonitor kesiapan pengikatan perjanjian dengan nasabah.

9. Membuatkan konfirmasi ke nasabah tentang NUP yang sudah disetujui.

10. Penjelasan ke nasabah mengenai isi kontrak.

11. Follow-up kelengkapan dokumen asli.

12. Follow-up pembayaran ke Supplier

13. Memonitor pembayaran angsuran/ uang sewa dari nasabah yang sudah

dibiayai.

14. Follow-up delay payment

15. Membuat laporan realisasi

B.2. 1. Kunjungan rutin ke nasabah.

2. Menjalin dan menjaga hubungan dengan nasabah dan supplier

3. Memeriksa call report.

4. Memonitor resume

5. Survey ke supplier yang baru untuk membina hubungan.

6. Membuat surat penawaran kerja sama dengan supplier.

7. Memeriksa laporan kegiatan marketing harian.

B.3. 1. Membuat surat pengajuan perubahan tingkat bunga.

2. Membuat surat pengajuan perubahan obyek pembiayaan.

3. Melakukan kunjungan ke pameran-pameran.

4. Memonitor perkembangan pasar dan competitor

Page 72: BAB I skripsi .doc

72

B.4. 1. Memonitor perkembangan baddebts

2. Bekerja sama dengan bagian legal untuk membuat surat peringatan.

3. Memeriksa surat pengajuan permohonan rescheduling

4. Memeriksa surat pengajuan discount denda.

5. Memeriksa surat outstanding dan denda.

6. Mengumpulkan informasi nilai objek yang akan ditarik/ dilelang.

7. Mencarikan calon pembeli untuk objek yang ditarik.

8. Menarik objek pembiayaan yang bermasalah.

9. Memonitor pemeliharaan objek tarikan.

B.5. 1. Memonitor penutupan (cover) asuransi dari objek lease.

2. Memonitor Follow-up perpanjangan asuransi.

3. Membantu klaim asuransi dari nasabah untuk diteruskan ke perusahaan

asuransi.

4. Accounting Staff

Fungsi Pokok :

- Membantu Operation Supervisor dalam menyelesaikan tugas-tugas di bidang

akuntansi yang meliputi pengolahan dan penyajian informasi keuangan.

- Menyiapkan laporan bulanan.

- Menjaga kelancaran kerja dan sarana penunjang lainnya di Bagian Accounting.

Membawahi : ---

Tanggung jawab :

- Melaksanakan tugas rutin harian pada Accounting.

Page 73: BAB I skripsi .doc

73

- Membantu mempersiapkan data-data yang diperlukan bagian lain.

- Membuat laporan bulanan sesuai dengan permintaan Kantor Pusat.

Tugas dan Kewajiban : Tugas Rutin

A. Memeriksa antara lain :

Bukti penerimaan bank, bukti pengeluaran bank, cross cek daftar nasabah lunas

yang diberikan ke bagian administrasi dengan rekapitulasi nasabah delete.

B. Menginput antara lain :

Pembelian aktiva/ mutasi aktiva, jurnal penyesuaian akhir bulan, memproses

aktiva tetap dan jurnalnya.

C. Mencatat antara lain :

Penerimaan dan pengeluaran asuransi/ biaya legal kontrak, nasabah lunas untuk

diberikan ke Bagian Administrasi Biaya yang dibayar dimuka.

D. Membuat antara lain :

Memorial jurnal, laporan tunggakan, laporan bulanan pembiayaan (LBP),

laporan aging schedule, assets consentration, lampiran neraca.

E. Mencetak dan mengecek antara lain : Daftar amortisasi kontrak baru, accrued

income current/ delay, memeriksa payment report, payment schedule, daftar

kontrak lunas dari bagian Finace, memeriksa amortisasi kontrak-kontrak

floating rescheduling, laporan pembiayaan (Outstanding Report), laporan

tunggakan, daftar akitva tetap penyusutannya, trial balance, neraca, laba rugi,

Page 74: BAB I skripsi .doc

74

transanction by source code, aging schedule, assets consentration, delete

kontrak, memeriksa perhitungan pelunasan dipercepat dan sebagian.

F. Mengarsip voucher

5. Finance Staff

Fungsi Pokok :

1. Membantu pekerjaan Operation Supervisor dalam menyelesaikan tugas di

bidang finance,

2. Menjaga kelancaran kerja di Bagian Finance,

3. Melaksanakan penagihan dan memonitor setiap pembayaran nasabah.

Membawahi : ----

Tanggung jawab : Bertanggung jawab dalam keseluruhan fungsi dan tugas-

tugas sebagai Finance Staff.

Wewenang :

1. Mengambil inisiatip untuk melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan berhasilnya tugas-tugas dan tanggung jawab selaku Finance Staff.

2. Mengambil usulan tentang sistem dan prosedur Bagian Finance.

Tugas dan Kewajiban :

A. Penerimaan :

1. Penerimaan Angsuran :

a. Menerima & menginput giro ke server,

Page 75: BAB I skripsi .doc

75

b. Mencetak daftar angsuran jatuh tempo giro yang masuk (rental due, post

dated cheque),

c. Menyetor dan menerima uang tunai ataupun giro yang jatuh tempo untuk

dikliringkan ke Bank,

d. Mencek penerimaan pada rekening bank dan membuat voucher penerimaan

(BR),

e. Input penerimaan angsuran ke data kontrak (server),

f. Membuat bukti penerimaan angsuran (kuintansi),

g. Mencatat penerimaan angsuran setiap nasabah pada daftar amortisasi.

2. Penerimaan lainnya

a. Mencek penerimaan pada rekening Bank,

b. Membuat voucher penerimaan (BR).

B. Pengeluaran :

1. Kontrak Baru :

a. Cek perhitungan calculation sheet dan kelengkapan dokumen kontrak baru,

b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana,

c. Mencek pengeluaran pada rekening bank,

d. Membuat voucher pengeluaran (BP)

2. Titipan ( Angsuran, Notaris, Titipam Nasabah) :

a. Cek daftar saldo titipan

b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana

c. Membuat voucher pengeluaran (BP)

Page 76: BAB I skripsi .doc

76

3. Kas kecil :

a. Periksa bukti pengeluaran kas kecil,

b. Menerbitkan sesuai dengan bukti,

c. Membuat voucher pengeluaran (BP).

4. Biaya dan lain-lain :

a. Cek kelengkapan otorisasi pengeluaran biaya,

b. Mempersiapkan dokumen pengeluaran dana,

c. Membuat voucher pengeluaran (BP).

C. Lain-lain :

1. Menghitung denda,

2. Menghitung pelunasan,

3. Membuat surat tagihan kepada nasabah,

4. Membantu menyiapkan data untuk keperluan management,

5. Membuat daftar tunggakan untuk marketing,

6. Melakukan pembayaran dan pelaporan pajak PPh 21 dan PPh 23.

6. Office Boy

Tanggung jawab utama :

1. Menjaga kebersihaan dan kerapian ruang kerja secara keseluruhan, termasuk

ruang kepala cabang, ruang arsip, gudang, dapur, dan kamar mandi.

2. Menjaga kebersihan barang inventaris kantor :

- Furniture : meja, kursi, lemari.

- Elektronik : dispenser, computer, printer, telepon, dan lain-lain

Page 77: BAB I skripsi .doc

77

- Barang pecah belah : piring, gelas

- Peralatan dapur

3. Memelihara peralatan kebersihan seperti : kain lap, sapu, ember dan lain-lain.

4. Memberi bantuan kepada rekan kerja yang memerlukan, seperti :

5. Menjaga kerapian barang di gudang/ ruang arsip, termasuk penataan dan

kemudahan untuk mencari kembali barang yang disimpan.

6. Melaksanakan tugas khusus dari atasan.

Tugas dan Kewajiban :

Yang dilakukan setiap hari :

1. Membersihkan meja dan kursi, menyapu dan mengepel lantai setiap ruangan.

2. Mencuci/ membersihkan piring dan gelas.

3. Menyiapkan air minum.

4. Membersihkan kamar mandi.

5. Menjaga kebersihan dan kerapian dapur.

6. Membuang sampah.

7. Menyiapkan koran.

8. Membersihkan kaca pintu.

9. Pergi ke bank.

Yang dilakukan tidak setiap hari :

1. Membersihkan teralis

2. Membersihkan exhaust & filter AC

3. Membersihkan list tangga

Page 78: BAB I skripsi .doc

78

4. Mengirim dokumen

5. Mengantar surat ke nasabah, supplier atau pihak lain.

6. Membantu mengantar BPKB ke Polda untuk di cek.

7. Driver

Tanggung jawab :

Bertanggung jawab atas kendaraan inventaris kantor, baik sebagai sarana

transportasi maupun objek pekerjaan.

- Menjaga kebersihan kendaraan.

- Memelihara kelengkapan kendaraan berfungsi baik.

- Mencegah kerusakan kendaraan.

- Memastikan kelengkapan tambahan dan dokumen kendaraan sesuai prosedur

operasional standar (SOP).

Tugas dan Kewajiban :

a. Setiap hari membersihkan kendaraan : bagian badan kendaraan, ruang kabin,

ruang mesin, bagian bagasi, bagian-bagian lain yang tersembunyi, seperti

kolong kursi, laci, sela-sela dan sudut-sudut di dalam kabin, dan sebagai

berikut.

b. Merapikan kembali perangkat kebersihan setelah digunakan

c. Setiap pagi memeriksa : oli mesin, air radiator, wiper, air penyemprot, rem,

minyaknya, bahan bakar/ bensin, roda (tekanan angin dan permukaan ban),

semua lampu, dan kelengkapan perangkat pendukung, seperti : dongkrak, kunci

pas, segitiga pengaman, ban cadangan, P3k dan sebagai berikut.

Page 79: BAB I skripsi .doc

79

d. Melapor kepada atasan/ supervisor apabila ada kerusakan dan peralatan yang

tidak lengkap/ memadai.

e. Mengantar atasan atau rekan kerja lain yang membutuhkan, dan mengendarai

dengan tertib.

f. Mencatat KM pada struk pembeli bensin.

g. Mengingatkan service rutin dan membawa ke bengkel untuk perawatan dan

perbaikan.

h. Membuat laporan untuk asuransi apabila terjadi kecelakaan atau kerusakan

kendaraan.

4.2. PEMBAHASAN

PT. X adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan yang bertindak

sebagai lessor. Lessor mengklasifikasikan lease modal sebagai lease pembiayaan

langsung jika tidak ada laba atau rugi dari Showroom. Dalam hal ini, harga

perolehan lessor untuk aktiva yang dilease itu sama dengan nilai pasar aktiva pada

tanggal dimulainya lease. Dan lessor menggunakan nilai ini untuk menghitung

uang sewa lease. Perusahaan leasing biasanya merupakan lease pembiayaan

langsung, dan bukan lease jenis penjualan, karena mereka membeli properti untuk

dileasekan dan bukan untuk dijual kembali. Tujuan laba lessor adalah menetapkan

besarnya uang sewa lease guna menghasilkan pengembalian uang yang

diinginkan.

Dalam akuntansi, penjualan barang secara leasing memiliki perlakuan

tersendiri. Di Indonesia, perlaku akuntasi leasing ini diatur dalam Standar

Page 80: BAB I skripsi .doc

80

Akuntansi Keuangan PSAK No. 30 tentang Sewa Guna Usaha. PT. X termasuk

kedalam kelompok capital lease. Dimana penyewa guna usaha pada akhir masa

kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek. Sewa Guna Usaha dan nilai

wajar barang yang disewagunausahakan pada permulaan lease adalah sewa

dengan harga perolehannya atau nilai bukunya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses leasing oleh PT. X terhadap

Lessee antara lain sebagai berikut :

1. Calon Lessee mendatangi Showroom untuk melakukan lease terhadap aktiva/

mobil yang bersangkutan, Showroom akan menghubungi Marekting untuk

melakukan survey terhadap calon Lessee.

2. Marketing akan meminta calon Lessee/ Konsumen melampirkan beberapa

persyaratan untuk proses leasing, antar lain :

a. Lessee Perorangan/ Pribadi berupa :

- Fotocopy KTP debitur dan Istri (masih berlaku)

- Fotocopy SIM

- Fotocopy Kartu Keluarga

- Fotocopy Surat Keterangan Menikah

- Fotocopy Persetujuan Suami/ Istri bagi yang sudah Menkah.

- Fotocopy Surat Keterangan Kerja

- Fotocopy Pembayaran Listrik/ Telepon

- Fotocopy Keterangan Gaji

- Fotocopy NPWP

Page 81: BAB I skripsi .doc

81

- Fotocopy Rekening Koran Perusahaan 3 bulan terakhir

- Fotocopy sertifikat/ akta jual beli tanah

b. Lessee Badan Usaha

- Fotocopy KTP Komasaris/ Direktur

- Fotocopy NPWP

- Fotocopy SIUP

- Fotocopy TDP

- Fotocopy Akta Pendirian

- Fotocopy Rekening Koran Perusahaan 3 bulan terakhir

3. Apabila semua syarat-syarat diatas telah dilengkapi oleh calon Lessee/

konsumen, maka marketing akan melakukan survey yang dilakukan antara lain

adalah survey kelayakan yang meliputi penghasilan dan status rumah tinggal.

Dan melakukan survey lingkungan terhadap sekitar tempat tinggal calon

Lessee/ konsumen.

Berikut ini adalah Contoh Laporan Hasi Survey Marketing

1. LHS harus di isi lengkap dan ditanda tangani oleh Marketing, BM, CRD.

2. Form Marketing

- Data debitur (istri/ suami) : nama, alamat KTP lengkap, alamat tinggal jika

beda dengan KTP, kode pose, no. telepon, no. handphone.

- Data Pekerjaan debitur : Pekerjaan pemohon, jabatan, lama kerja, bidang

usaha, nama perusahaan jika ada, alamat tempat usaha, no telepon tempat

usaha.

Page 82: BAB I skripsi .doc

82

- Data Pekerjaan istri/ suami debitur : Pekerjaan suami/ istri pemohon, lama

kerja, jabatan, lama kerja, bidang usaha, nama perusahaan, alamat tempat

kerja, no telepon tempat usaha.

- Data Keuangan : Pendapatan, pengeluaran, penghasilan bersih/ bulan harus

sama dengan LHS (laporan hasil survey) marketing.

- Asset yang dimiliki : tanah/ rumah (disertai bukti).

- Kepemilikan, status, kendaraan (type, tahun, jumlah, status).

- Data kendaraan : Merek, type, tahun, warna, karoseri (dump, bak kayu, bak

besi, bus, microbus, angkot), nomor rangka, nomor mesin, nomor polisi,

nomor BPKP, atas nama BPKB.

- Data pembiayaan kendaraan : Jangka waktu/ tenor pembiayaan. Bunga flat/

tahun, OTR, DP, PH, Angsuran, Asuransi, Administrasi, Biaya Notaris,

Pencairan.

- Data supplier : nama dealer, contact person, nomor telepon pemilik, refund

asuransi jika ada refund, nama penerima refund asuransi.

- Denah tempat tinggal debitur.

- Data penjamin (jika ada) : nama, alamat lengkap, pekerjaan, jenis usaha,

alamat tempat kerja.

3. Analisa Kredit/ resume usaha debitur

- Bidang usaha

Jenis usaha debitur secara detail, letak tempat usaha, lama usaha.

- Tujuan pembiayaan

Page 83: BAB I skripsi .doc

83

Tujuan pembelian unit harus jelas.

- Manajemen usaha

- Sarana usaha : Rumah, lahan/ tanah, kendaraan (merek, type, tahun,

karoseri, jumlah, status) serta dijelaskan status kepemilikannya.

- Analisa pendapatan

- Analisa resiko

Resiko yang mungkin timbul dari usaha calon Lessee/ konsumen.

4. Jika survey kelayakan telah memenuhi kriteria, maka marketing akan melapor

kepada CRD (Credit Review Development) untuk mengentry data-data calon

Lessee tersebut. Kemudian CRD akan melaporkan kembali hasil entry tersebut

kepada Branch Manager untuk disetujui. Setelah disetujui oleh Branch

Manager.

5. Setelah disetujui oleh Branch Manager, kemudian menunggu approval dari

komite kredit/ direksi. Setelah disetujui oleh direksi, maka akan dilakukan

tanda tangan kontrak.

6. Setelah disetujui oleh Direksi, maka marketing akan memberitahukan pihak

showroom bahwa pembiayaan telah disetujui. Kemudian pihak showroom akan

membuat tagihan sisa pembayaran yang akan dibayarkan oleh lessor kepada

showroom.

7. Setelah semua tahap ini, maka aktiva lease akan diserahkan showroom kepada

lessee, dan kemudian lessee akan membayar angsuran kepada lessor sesuai

dengan perjanjian kedua belah pihak.

Page 84: BAB I skripsi .doc

84

PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen.

Adapun jenis kegiatan utama PT. X adalah berupa jasa pembiayaan kendaraan

roda empat (mobil). Jenis usaha adalah berupa Direct Finance Lease dan Sales

and Lease Back. Jangka waktu sewa guna usaha tergantung kepada perjanjian

dengan konsumen, minimal perjanjian ini adalah 2 tahun.

Seperti yang dijelaskkan pada Bab I, bahwa PT. X menggunakan Sales and

Lease Back. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai wajar barang yang

disewagunausahakan pada permulaan lease adalah sewa dengan harga

perolehannya atau nilai bukunya. Pencatatann yang dilakukan oleh PT. X adalah

dengan menggunakan Metode Bersih (net method).

Pada tanggal 08April 2013 PT. X mengadakan perjanjian Leasing dengan

Saudara Nyaw Kim Fung. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa PT. X

akan membiayai 1 (satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI,Type FM517F,

Tahun 1996. Masa leasing24 tahun dengan DP (Down Payment) Rp. 80.000.000,-

Saudara Nyaw Kim Fung membayar angsuran/bulan sebesar Rp. 8.436.000,-.

Total pinjaman saudara Nyaw Kim Fung tambah bunga Rp. 202.464.000,- dan

suku bunga 9.454750515% / tahun flat.

Salah satu aktiva yang diperoleh dengan cara Sewa Guna Usaha adalah 1

(satu) unit Dump Truk, Merek MITSUBISHI, Type FM517F, Tahun 1996 dengan

data sebagai berikut :

Page 85: BAB I skripsi .doc

85

Tabel 4.1 Data Sewa Guna Usaha

Keterangan Jumlah

Nilai Barang Modal Rp. 250.000.000,-

Nilai Sisa Rp. 80.000.000,-

Nilai Pembiayaan Rp. 170.000.000,-

Jangka Waktu 24 bulan ( 2 tahun )

Suku Bunga 9.54750515% /tahun

Bunga untuk 2 tahun Rp. 32.464.000,-

Total Pinjaman Rp. 202.464.000,-

Angsuran/bulan Rp. 8.436.000,-

Biaya Administrasi Rp. 1.500.000,-

Biaya Cek, Blokir Rp. 550.000,-

Biaya Asuransi Rp. 5.750.000,-

Jumlah yang dibayar Rp. 153.764.000,-

Cara Pembayaran Dengan Bilyet Giro

Tanggal Efektif 08-04-2013

Sumber : PT. X Pekanbaru

Page 86: BAB I skripsi .doc

86

PT. X seperti perusahaan pembiayaan pada umumnya, dalam proses leasing

menjadikan BPKB sebagai jaminan atas aktiva lease yang disewagunausahakan.

Pada saat terjadinya transaksi yang dilakukan oleh PT. X, perusahaan mencatat

pendapatan leasing dengan membuat jurnal, seperti pada jurnal berikut :

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 202.464.000,-

DP Sewa Guna Usaha Rp. 80.000.000,-

Pendapatan SGU yang belum diakui Rp. 32.464.000,-

Simpanan Jaminan/DP Sewa Guna Usaha Rp. 80.000.000,-

Pendapatan Asuransi Usaha Rp. 5.750.000,-

Pendapatan lain-lain Rp. 550.000,-

Kas Rp. 153.764.000,-

Biaya Administrasi Sewa Guna Usaha Rp. 1.500.000,-

Pendapatan Sewa (Angsuran 1) Rp. 8.436.000,-

1. Biaya penyusutan dan aktiva yang dibeli tidak diungkapkan.

Seperti yang telah dijelaskan pada teori-teori sebelumnya bahwa aktiva tetap

seperti peralatan, mesin, kendaraan, dan sebagainya kecuali tanah mempunyai

umur ekonomis yang terbatas dan memberikan manfaat untuk beberapa periode

akuntansi. Aktiva ini mengalami penurunan nilai dan setiap tahun dialokasikan

sebagai beban berdasarkan umur ekonomis yang diestimasikan. Sesuai PSAK

tahun 2007 No. 30 paragraf 5.1.3 dinyatakan bahwa aktiva yang disewa guna

usaha harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa

manfaatnya.

Page 87: BAB I skripsi .doc

87

Karena perusahaan tidak mencatat perolehan aktiva dan penyusutannya, maka

perusahaan perlu menimbulkan terlebih dahulu perolehan atas aktiva tetap. Setelah

itu, baru di lakukan penyusutan atas aktiva yang sudah digunakan oleh perusahaan.

Dalam pencatatan penyusutan aktiva, perusahaan melakukan metode saldo

menurun. Perhitungan penyusutan sebagai berikut :

Depresiasi tahun pertama : 25% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,-

Adapun pencatatan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

Beban Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 62.500.000,-

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 62.500.000,-

Depresiasi tahun kedua : 25% x (Rp. 250.000.000 – Rp. 62.500.000) = Rp.

46.875.000,-

Adapun pencatatan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

Beban Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 46.875.000,-

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 46.875.000,-

Jurnal untuk tahun-tahun selanjutnya dibuat sama dengan cara di atas, yaitu 25% x

Nilai Buku Peralatan Leasing. Dari penjelasan sebelumnya maka diketahui bahwa

pembebanan biaya penyusutan aktiva leasing tidak sesuai dengan PSAK No. 30.

2. Pencatatan terhadap pembayaran angsuran tiap bulan tidak memisahkan

antara angsuran pokok dan biaya bunga.

Page 88: BAB I skripsi .doc

88

Dalam pencatatan pembayaran angsuran leasing, perusahaan melakukan jurnal

yang sama dalam setiap kali angsuran dengan jumlah sebesar angsuran yaitu :

Pembayaran angsuran term 1 :

Kas Rp. 8.436.000,-

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 8.436.000,-

Pembayaran angsuran term 2-9 :

Kas Rp. 67.488.000,-

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 67.488.000,-

Pembayaran angsuran term 10-21

Kas Rp. 101.232.000,-

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 101.232.000,-

Pembayaran angsuran term 22-24

Kas Rp. 25.308.000,-

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 25.464.000 ,-

Pencatatan ini tidak memisahkan antara angsuran pokok dengan biaya bunga

yang timbul atas transaksi tersebut. Hal ini jelas tidak sesuai dengan standar

akuntansi keuangan yang mengharuskan adanya pemisahkan antara angsuran

pokok dengan bunga yang timbul dari kegiataan sewa guna usaha tersebut. Seperti

yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa perlakuan akuntansi untuk

capital lease mengharuskan adanya pengakuan biaya bunga sebesar tarif bunga

leasing dikalikan dengan saldo kewajiban yang ada pada setiap kali pembayaran

Page 89: BAB I skripsi .doc

89

angsuran lease. Jadi dari pembayaran angsuran lease setiap bulannya sebagian

merupakan pembayaran beban bunga dan sisanya merupakan pembayaran pokok

kewajiban lease karena seluruh pembayaran yang dilakukan oleh lessee telah

mencakup pengembalian harga perolehan aktiva lease dan bunga yang merupakan

keuntungan bagi lessor.

Maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

Pembayaran angsuran term 1 :

Kas Rp. 8.436.000,-

Pendapatan Sewa Guna Usaha Rp. 8.436.000,-

Pembayaran angsuran term 2-9 :

Kas Rp. 67.488.000,-

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 49.713.730,-

Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha Rp. 17.774.730,-

Pembayaran angsuran term 10-21

Kas Rp. 101.232.000,-

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 87.326.346,-

Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha Rp. 13.905.654,-

Pembayaran angsuran term 22-24

Kas Rp. 25.308.000,-

Piutang Sewa Guna Usaha Rp. 24.524.384 ,-

Pendapatan Bunga Sewa Guna Usaha Rp. 783.616,-

Page 90: BAB I skripsi .doc

90

Dengan pencatatan ini, seharusnya perusahaan menyajikan biaya bunga sebab

jumlah angsuran yang dilakukan perusahaan sudah termasuk biaya bunga. Dari

penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pencatatan pembayaran angsuran leasing

yang dilakukan oleh perusahaan tidak sesuai dengan PSAK No. 30.

Tabel 4.2Skedul Pembayaran Sewa Guna Usaha

Selama 24 Bulan

No Periode Keterangan Pembayaran Beban Bunga

Pembayaran Pokok

Kewajiban Sewa Guna

Usaha

0 08-Apr-13 Saldo Awal 0 0 0 170.000.000

1 08-Apr-13 Pembayaran 8.436.000 0 8.436.000 161.564.000

2 08-May-13 Pembayaran 8.436.000 2.558.097 5.877.903 155.686.097

3 08-Jun-13 Pembayaran 8.436.000 2.465.030 5.970.970 149.715.127

4 08-Jul-13 Pembayaran 8.436.000 2.370.490 6.065.510 143.649.617

5 08-Aug-13 Pembayaran 8.436.000 2.274.452 6.161.548 137.488.069

6 08-Sep-13 Pembayaran 8.436.000 2.176.894 6.259.106 131.228.963

7 08-Oct-13 Pembayaran 8.436.000 2.077.792 6.358.208 124.870.755

8 08-Nov-13 Pembayaran 8.436.000 1.977.120 6.458.880 118.411.875

9 08-Des-13 Pembayaran 8.436.000 1.874.855 6.561.145 111.850.730

75.924.000 17.774.730 58.149.270

10 08-Jan-14 Pembayaran 8.436.000 1.770.970 6.665.030 105.185.700

11 08-Feb-14 Pembayaran 8.436.000 1.665.440 6.770.560 98.415.410

12 08-Mar-14 Pembayaran 8.436.000 1.558.240 6.877.760 91.537.380

13 08-Apr-14 Pembayaran 8.436.000 1.449.342 6.986.658 84.550.722

14 08-May-14 Pembayaran 8.436.000 1.338.720 7.097.280 77.453.442

Page 91: BAB I skripsi .doc

91

15 08-Jun-14 Pembayaran 8.436.000 1.226.346 7.209.654 70.243.788

No Periode Keterangan Pembayaran Beban Bunga

Pembayaran Pokok

Kewajiban Sewa Guna

Usaha

16 08-Jul-14 Pembayaran 8.436.000 1.112.193 7.323.807 62.919.981

17 08-Aug-14 Pembayaran 8.436.000 996.233 7.439.767 55.480.214

18 08-Sep-14 Pembayaran 8.436.000 878.437 7.557.563 47.922.651

19 08-Oct-14 Pembayaran 8.436.000 758.775 7.677.225 40.245.426

20 08-Nov-14 Pembayaran 8.436.000 637.219 7.798.781 32.446.645

21 08-Des-14 Pembayaran 8.436.000 513.739 7.922.261 24.524.384

101.232.000 13.905.654 87.326.346

22 08-Jan-15 Pembayaran 8.436.000 388.303 8.047.697 16.476.687

23 08-Feb-15 Pembayaran 8.436.000 260.881 8.175.119 8.301.568

24 08-Mar-15 Pembayaran 8.436.000 134.432 8.301.568 0

25.308.000 783.616 24.524.384

Total 202.464.000 32.464.000 170.000.000

Sumber : PT. X Pekanbaru

3. Pendapatan lease yang ditangguhkan pada akhir periode.

Dalam mencatat aktiva lease yang diserahkan kepada lessee, perusahaan telah

mendebet Piutang Pembiayaan Konsumen dan mengkredit Kas sebesar Rp.

170.000.000,- seperti pada jurnal berikut :

Piutang Pembiayaan Konsumen Rp. 170.000.000,-

Kas Rp. 170.000.000,-

Page 92: BAB I skripsi .doc

92

Sedangkan pada saat pembayaran angsuran tiap bulan oleh konsumen dicatat

dengan mendebet kas sebesar Rp. 8.435.896,-, mengkredit piutang pendapatan

sewa sebesar Rp. 7.083.333,- dan mengkredit pendapatan bunga sebesar Rp.

1.352.563,- seperti pada jurnal berikut :

Kas Rp. 8.435.896,-

Pendapatan sewa Rp. 7.083.333,-

Pendapatan bunga Rp. 1.352.563,-

Cara Menghitung :

1. Pendapatan sewa = Sisa piutang/ 24 bulan

= (Rp. 170.000.000,- / 24 bulan

= Rp. 7.083.333,-

2. Pendapatan bunga

= Sisa piutang x flat bunga x 2 tahun / 24 bulan

= ( Rp. 170.000.000,- x 9.54750515% x 2 tahun / 24 bulan)

= Rp. 1.352.563, -

Perusahaan pada tanggal 08 April 2013 mencatat kas sebesar Rp. 8.435.896,-

disebelah debet, sedangkan pendapatan sewa diterima dimuka dicatat sebesar Rp.

7.083.333,- dan pendapatan bunga diterima dimuka dicatat sebesar Rp. 1.352.563,-

disebelah kredit. seperti pada jurnal berikut :

08 Desember 2013

Kas Rp. 8.435.896,-

Pendapatan sewa diterima dimuka Rp. 7.083.333,-

Page 93: BAB I skripsi .doc

93

Pendapatan bunga diterima dimuka Rp. 1.352.563,-

Seharusnya perusahaan mencatat pendapatan sewa diterima dimuka sebesar Rp.

Cara Menghitung :

1. Pendapatan sewa diterima dimuka

= Pendapatan sewa – sisa pendapatan sewa diterima dimuka

= Rp. 7.083.333,- -

2. Pendapatan bunga diterima dimuka

= Sisa piutang x flat bunga x 3 tahun/36 bulan – sisa pendapatan bunga diterima

= (Rp. 170.000.000,- x 9.54750515% x 2/ 24 - - Rp. 349.049, - )

= Rp. 1.003.514, -

3. Pendapatan

= Angsuran per bulan – sisa pendapatan

= (Rp. 8.435.896,- - Rp. 2.177.006,- )

= Rp. 10.612.902,-

Masalah yang terjadi pada perusahaan adalah : kesalahan pada pengakuan

pendapatan sewa dan pendapatan bunga pada tahun berikut yaitu tahun 2014,

diakui perusahaan sebagai pendapatan di tahun 2013. Seharusnya pengakuan sisa

pendapatan sewa dan sisa pendapatan bunga diakui pada tahun berikutnya, yaitu

tahun 2014. Maka pada tanggal 01 Januari 2014, perusahaan akan mencatat sisa

pendapatan sewa diterima dimuka dan sisa pendapatan bunga diterima dimuka

sebesar Rp. 349.049,-.

1. Januari 2014

Page 94: BAB I skripsi .doc

94

Pendapatan sewa diterima dimuka Rp. 1.827.957,-

Pendapatan bunga diterima dimuka Rp. 349.049,-

Pendapatan Rp. 2.177.006,-

Cara Menghitung :

1. Sisa Pendapatan sewa diterima dimuka

= Pendapatan sewa x 8/31

= (Rp. 7.083.333,- x 8/31)

= Rp. 1.827.957, -

2. Sisa Pendapatan bunga diterima dimuka

= Pendapatan bunga x 8/31

= (Rp. 1.352.563,- x 8/31)

= Rp. 349.049, -

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Penerapan Akuntansi

Sewa Guna Usaha pada PT. X tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 30 tentang Sewa Guna Usaha. Hal tersebut dapat di lihat

pada contoh kasus di atas. Bahwa pada saat akhir periode seharusnya perusahaan

membuat Jurnal Penyesuaian dan pada saat awal periode perusahaan akan

mengakui sisa pendapatan lease.

Page 95: BAB I skripsi .doc

95

Page 96: BAB I skripsi .doc

96

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. X, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. PT. X menggunakan Direct Financial Lease dan Sale and Lease Back. Hal

tersebut dapat dilihat bahwa nilai wajar barang yang dileasingkan pada

permulaan lease adalah sewa dengan harga perolehannya dan nilai bukunya.

2. PT. X termasuk kedalam kelompok capital lease. Dimana penyewa guna

usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek

Sewa Guna Usaha.

3. Dalam perlakuan dan pelaporan transaksi leasing, PT. X belum memenuhi

kriteria yang haruskan dalam Standar Akuntansi Keuangan tentang akuntansi

sewa guna usaha yaitu :

Page 97: BAB I skripsi .doc

97

a. Saat memperoleh peralatan pada awal masa sewa guna usaha, perusahaan

langsung membebankan seluruh pengeluaran yang telah dilakukan tanpa

mencatat nilai perolehan dari aktiva yang telah dileasingkan. Selain ini

dalam penyajian di neraca, perusahaan memasukkan perkiraan peralatan

pada kelompok aktiva tetap, dan tidak memisahkan dalam perkiraan

tersendiri dengan aktiva tetap lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa posisi

keuangan perusahaan kurang tepat dan tidak memberikan gambaran yang

jelas mengenai aktiva sewa guna usaha.

b. Dalam pencatatan pembayaran angsuran leasing tidak memisahkan antara

angsuran pokok dengan biaya bunga yang timbul atas transaksi tersebut.

c. Perusahaan tidak mencatat biaya penyusutan dari aktiva lease.

5.2. SARAN

Berdasarkan analisis dan evaluasi yang dilakukan, maka berikut beberapa

saran yang diusulkan mengenai perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna

usaha aktiva tetap yang lebih tepat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

yang berlaku, saran-saran tersebut antara lain :

1. Perusahaan perlu menimbulkan terlebih dahulu perolehan aktiva tetap dengan

leasing setelah itu, baru dilakukan penyusutan atas aktiva yang sudah

digunakan oleh perusahaan.

2. Saat pencatatan pembayaran angsuran leasing, seharusnya mengharuskan

adanya pengakuan beban bunga sebesar tarif bunga leasing dikalikan dengan

Page 98: BAB I skripsi .doc

98

saldo kewajiban yang ada pada setiap kali pembayaran angsuran lease. Jadi

dari pembayaran angsuran lease setiap bulannya sebagian merupakan

pembayaran biaya bunga dan sisanya merupakan pembayaran pokok

kewajiban lease karena pembayaran yang dilakukan oleh lease telah

mencakup pengembalian harga perolehan aktiva lease dan bunga yang

merupakan keuntungan bagi lessor.

3. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan sewa guna usaha harus

diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.