Bab I Skripsi

62
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan investasi yang amat besar bagi keluarga dan juga bagi bangsa. Anak- anak kita adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa. Betapa bahagianya orangtua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam pendidikan, dalam berkeluarga, dalam masyarakat, maupun dalam karir. Pentingnya pendidikan anak usia dini tidak perlu diragukan lagi. Para ahli maupun masyarakat umum lazimnya sudah mengakui betapa esensial dan pentingnya pendidikan yang diberikan kepada anak-anak usia dini. 1 Di dalam ajaran Islam juga didapati pernyataan yang sesuai dengan pentingnya pendidikan anak itu. Firman Allah SWT dalam Surat At Tahrim ayat 6: 1

description

Skripsi

Transcript of Bab I Skripsi

Page 1: Bab I Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan investasi yang amat besar bagi

keluarga dan juga bagi bangsa. Anak-anak kita adalah generasi penerus keluarga dan

sekaligus penerus bangsa. Betapa bahagianya orangtua yang melihat anak-anaknya

berhasil, baik dalam pendidikan, dalam berkeluarga, dalam masyarakat, maupun dalam

karir. Pentingnya pendidikan anak usia dini tidak perlu diragukan lagi. Para ahli

maupun masyarakat umum lazimnya sudah mengakui betapa esensial dan pentingnya

pendidikan yang diberikan kepada anak-anak usia dini. 1

Di dalam ajaran Islam juga didapati pernyataan yang sesuai dengan pentingnya

pendidikan anak itu. Firman Allah SWT dalam Surat At Tahrim ayat 6:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, dan yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim :6).

Ayat ini memerintahkan kepada setiap orang tua untuk mendidik anak-anaknya

kearah yang baik dengan jalan membiasakan atau melatih mereka untuk melakukan

_________________________________1 Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Hikayat, Yogyakarta, 2005, Cet. ke-1,

hlm. 114.

1

Page 2: Bab I Skripsi

perbuatan-perbuatan yang baik, sehingga kelak ia menjadi manusia yang bermanfaat

bagi dirinya maupun orang lain, sehingga ia kelak menjadi manusia yang bermanfaat

bagi dirinya maupun orang lain.

Pendidikan dalam keluarga (rumah) dilanjutkan dengan pendidikan yang

berlangsung di luar rumah (sekolah dan lingkungan). Kedua hal di luar rumah ini

memiliki pengaruh yang banyak bagi pembentukan kepribadian anak.

Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan

perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan

seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini perlu

menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek

perkembangan yang meliputi motorik, fisik, bahasa, kognitif, dan sosial-emosional. 2

Proses pendidikan bagi Anak Usia Dini, yang dalam pendidikan formal berupa

Taman Kank-kanak (TK) berbeda dengan pendidikan bagi orang dewasa. Pendidikan

yang dilakukan hendaknya berupa pembelajaran yang mengacu pada dunia anak.

Pembelajaran bagi anak usia dini ini memiliki kekhasan tersendiri. Kegiatan

pembelajaran anak usia dini mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil

bermain. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih

mendalam, dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya.

_________________________________2 Pusat Kurikulum, Standar dan Bahan Ajar PAUD Formal , Balitbang Depdiknas, 2007, Cet. ke-

1, hlm. 5.

2

Page 3: Bab I Skripsi

Pada hakekatnya semua anak suka bermain, hanya anak-anak yang sedang

tidak enak badan (sakit) yang tidak suka bermain. Mereka menggunakan sebagian

besar waktunya untuk bermain, baik sendiri, dengan teman sebayanya, maupun

dengan orang yang lebih dewasa. Bentuk permainannya pun juga beragam.

Berdasarkan fenomena tersebut para ahli Pendidikan Anak Usia Dini menentukan

bahwa bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran dan esensi

bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini. 3

Bermain merupakan kegiatan yang menyatu dengan diri anak. Bermain dapat

mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak secara optimal, seperti

perkembangan fisik & motorik, agama/moral, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional.

Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para

pendidik, psikolog, ahli filsafat, dan banyak orang lagi sejak beberapa dekade yang

lalu. Mereka tertantang untuk lebih memahami arti bermain dikaitkan dengan tingkah

laku manusia. Bermain benar-benar merupakan pengertian yang sulit dipahami karena

muncul dalam beraneka ragam bentuk. Bermain itu sendiri bukan hanya tampak pada

tingkah laku anak tetapi pada usia dewasa, bahkan bukan hanya pada manusia (Spodek,

1991 dalam Patmonodewo). 4

Salah satu aspek perkembangan anak yang penting adalah perkembangan

bahasa, adalah kemampuan membaca. Sebenarnya, seberapa pentingkah anak untuk

________________________________3 Slamet Suyanto, Loc. Cit, hlm. 114.4 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Cet. ke-2,

hlm. 102.

3

Page 4: Bab I Skripsi

dapat diajar membaca? Jawabannya tentulah kita sepakat semuanya bahwa hal itu

“penting”, karena kemampuan membaca memiliki peran yang sangat menentukan

dalam kehidupan manusia, dengan membaca kita bisa membuka jendela pengetahuan

dan dunia, dan ini akan menjadi bekal bagi keberhasilan setiap anak (individu) baik itu

di sekolah dan dalam bermasyarakat. Dengan membaca anak juga dapat mempelajari

bidang-bidang ilmu dan keterampilan yang lainnya. Hampir semua bidang ilmu dan

keterampilan membutuhkan kemampuan membaca. 5

Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk mengajarkan anak membaca,

karena kemampuan membaca tidaklah muncul begitu saja pada diri seseorang, tetapi

harus mengikuti suatu proses yang panjang.

Mengajarkan membaca di Taman Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama

dilaksanakan sesuai dengan esensi dasar dan kaidah-kaidah yang ada dalam pendidikan

anak usia dini.

Banyak ahli yang telah mencoba mengembangkan teori dan cara bagaimana

mengajarkan anak-anak dalam membaca, salah satunya adalah Glenn Doman, dia

menjadi pelopor dalam pengembangan metode belajar membaca dan matematika bagi

anak-anak usia dini. Dalam peneletian dan penerapannya Glenn Doman

mengembangkan mengembangkan metode belajar bagi anak-anak menggunakan media

kartu huruf, yang disebut juga flash cards. Dengan menggunakan media kartu huruf ini

Glenn Doman berhasil mengajarkan anak-anak membaca. 6

________________________________5 M. Aulia, Mengajarkan Balita Anda Membaca, Intan Media, Yogyakarta, 2011, Cet. ke-1, hlm.

20.

4

Page 5: Bab I Skripsi

Para ahli sendiri memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang pengertian

media pembelajaran, Gagne (1970) dalam Asyhar menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah berbagai jenis komponen pada lingkungan belajar yang

membantu pembelajar untuk belajar. Sedangkan Schramm menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pendidikan. Selain itu masih banyak pengertian yang lainnya dari para ahli.

Meskipun para ahli belum bersepakat tentang pengertian media pembelajaran itu,

termasuk klasifikasi atau pengelompokkannya, secara garis besar terdapat empat

kelompok besar, media pembelajaran, yaitu media visual, media audio, dan media

audio visual, dan multimedia. 7

Media kartu huruf (flash card) yang digunakan oleh Glenn Doman adalah salah

satu media visual. Media pembelajaran menggunakan kartu huruf ini sebenarnya bisa

dimodifikasi lagi agar dapat lebih mudah digunakan oleh berbagai tipe anak, terutama

anak Taman Kanak-kanak. Salah satu modifikasi yang akan digunakan adalah

menggunakan kartu huruf bergambar.

Di TK Garden Kids, Sukajawa, Bandar Lampung anak-anak mengalami

kesulitan didalam pembelajaran membaca permulaan, jika dilakukan dengan metode

dan cara-cara konvensional yang cenderung kaku. Pembelajaran membaca dengan

________________________________6 M. Aulia, Ibid, hlm. 23.7 Rayandra Ashar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Gaung Persada Press, Jakarta,

2011, Cet. ke-1, hlm. 7

5

Page 6: Bab I Skripsi

metode konvensional/lama, yang hanya menggunakan ceramah klasikal, mendikte,

mengeja tulisan yang dicontohkan guru di papan tulis/buku, atau menghafal huruf

alfabet yang abstrak bagi anak-anak.

Media yang digunakan dengan metode lama ini antara lain catatan di papan

tulis menggunakan kapur/spidol, contoh tulisan/alfabet di buku, dan buku cetak

pelajaran mengeja. Metode ini sebenarnya lebih layak untuk mengajar anak usia 7

tahun ke atas (jenjang SD). Sehingga tingkat kemampuan membaca anak didik di TK

Garden Kids tersebut masih tergolong kurang baik.

Dari data prasurvei anak-anak di Kelas B1 TK Garden Kids yang dilakukan

pada tanggal 1-7 Desember 2011, diperoleh informasi sebagai berikut:

Tabel 1 Kemampuan Membaca anak sesuai umur 5-6 tahun di TK Garden Kids

Kemampuan Membaca Kemampuan Yang Dicapai Jumlah murid

Baik Cukup Kurang1. Membedakan kata-kata yang mempunyai

suku kata awal dan akhir yang sama 6 4 10 202. Menghubungkan tulisan sederhana

dengan simbol yang melambangkannya 5 6 9 20

3. Mengelompokkan kata-kata yang sejenis 5 6 9 204. Membaca nama sendiri dengan lengkap 6 4 10 205. Menulis nama sendiri dengan lengkap 5 4 11 206. Membaca buku cerita bergambar yang

memiliki kalimat sederhana dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalnya

2 4 16 20

Kemudian dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca

anak-anak di Kelas B1 TK Garden Kids, Bandar Lampung masih tergolong kurang

baik. Sehingga untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di Kelas B1 TK

6

Page 7: Bab I Skripsi

Garden Kids penulis ingin menerapkan penggunaan media permainan kartu huruf

bergambar dalam proses pembelajaran membaca yang dilakukan.

Pemilihan media permainan kartu huruf bergambar sediri dilakukan sebagai

media dalam penelitian, sebab mudah diperoleh, efektif dan lebih menarik. Kartu

huruf bergambar bisa dibuat sendiri atau menggunakan gambar produksi

percetakan/pabrik. Biaya pembuatan kartu huruf bergambar tidak mahal jika dibuat

sendiri. Efektif, digunakan karena lebih sesuai dengan esensi belajar anak dengan

metode bermain, serta lebih menarik karena menambah motivasi dan gairah belajar

anak-anak.

Dengan demikian, penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang

upaya pengajaran membaca ini dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul

”Penerapan Media Permainan Kartu Huruf Bergambar dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Anak di TK Garden Kids Bandar Lampung.”

B. Rumusan Masalah

Dengan adanya latar belakang masalah dimuka, maka permasalahan yang

dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut:

Apakah penerapan media permainan kartu huruf bergambar dapat

meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di TK Garden Kids Bandar

Lampung?”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

7

Page 8: Bab I Skripsi

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah penerapan media permainan

kartu huruf bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di TK

Garden Kids Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

a. Menambah wawasan bagi para guru agar dapat mengetahui manfaat penerapan

media permainan kartu huruf bergambar dalam meningkatkan kemampuan

membaca anak-anak di Taman Kanak-kanak.

b. Memberi kemudahan belajar dan meningkatkan kemampuan membaca bagi

anak-anak TK Garden Kids Bandar Lampung.

c. Memberikan sumbangsih pemikiran untuk kemajuan dunia pendidikan,

khususnya di bidang pendidikan anak usia dini (PAUD).

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Penerapan media permainan kartu huruf

bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di TK Garden Kids

Bandar Lampung.

E. Metode Penelitian

8

Page 9: Bab I Skripsi

Metode merupakan aspek yang penting dalam melakukan penelitian pada

bagian yang akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Jenis dan Model Penelitian (Klasifikasi Penelitian)

a. Jenis Penelitian

Dilihat dari tempatnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif

tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu

kelompok sosial, individu, dan lembaga masyarakat.” 8

Dalam prosesnya, penelitian ini mengangkat data dan permasalahan yang ada di

lapangan, yang dalam hal ini adalah kemampuan membaca anak-anak kelas B1

di TK Garden Kids Bandar Lampung.

b. Model Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena

sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian tindakan. PTK ini dilaksanakan oleh

guru di kelasnya sendiri, dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan

(3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

_________________________________8 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, Cet. ke-1,

hlm. 144.

9

Page 10: Bab I Skripsi

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat. 9

Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR)

adalah bagian dari Penelitian Tindakan secara umum. Penelitian Tindakan

bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang telah lama dialami oleh peneliti.

Dengan demikian penelitian tindakan selalu berupaya mengambil cara baru

yang berbeda dari yang lama, dengan harapan jika cara yang dilakukannya baik,

maka hasilnya akan baik pula. 10 Penelitian Tindakan merupakan penelitian

eksperimen berkesinambungan dan berkelanjutan. Alasan dilakukannya

berkelanjutan karena penelitian tindakan bermaksud menguji proses, sehingga

‘kenyamanan’ dan ‘kelancaran’ proses tersebut dirasakan oleh siswa sebagai

pembelajaran yang menyenangkan dan isinya enak ditangkap. Penelitian ini

mengutamakan proses, bukan materi ayang diajarkan. 11

Penelitian Tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang

dikumpulkan bias saja bersifat kuatitatif. 12

c. Rancangan atau Desain Penelitian

Pada prinsipnya, penerapan PTK atau Classroom Action Research

_________________________________9 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan kelas, Indeks, Jakarta,

2011, Cet. ke-4, hlm. 9.10 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Ibid, hlm. 9.11 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan , Aditya Media, Yogyakarta, 2010, Cet. ke-4, hlm. 33.

10

Page 11: Bab I Skripsi

(CAR) dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di dalam

kelas. Sebagai salah satu penelitian yang bertujuan untuk mengatasi

permasalahan yang terdapat di dalam kelas, menyebabkan terdapat beberapa

model atau desain yang dapat diterapkan. Model atau desain itu diantaranya:

1). Model Kurt Lewin2). Model Kemmis & Mc Taggart3). Model Dave Ebbut3). Model John Elliott4). Model Hopkins5). Model Mc Kernan, dan masih banyak yang lainnya. 13

Dalam penelitian ini sendiri penulis akan menggunakan model

Kemmis & Mc Taggart, karena prinsipnya yang sederhana dan mudah dalam

pelaksanaannya, tetapi dapat dikembangkan lebih lanjut. Model Kemmis & Mc

Taggart ini sebenarnya merupakan modifikasi atau varian dari model Kurt

Lewin. Dalam desain penelitian ini, penulis hanya akan melakukannya dalam

dua siklus, mengingat waktu dan biaya penelitian yang terbatas, serta

pelaksanaan yang lebih mudah.

Dalam melaksanakan PTK ini ada beberapa langkah penelitian ini yang

akan penulis lakukan sesuai dengan model desain penelitian yang dipilih,

sebagaimana dikemukakan Kusumah dan Dwitagama.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan

_________________________________12 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 9.13 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Ibid., hlm. 19.

11

Page 12: Bab I Skripsi

prosedur PTK sebagaimana yang diungkapkan Kusumah dan Dwitagama14 dan

Arikunto. 15 Langkah-langkahnya antara lain:

1. Adanya Ide Awal

Sesorang yang hendak melukan penelitian, pasti didahului oleh ide

awal atau gagasan yang hendak dilaksanakan. Di dalam bagian yang terdahulu

Pendahuluan ini telah dibahas mengenai ide awal penelitian sampai dengan

rumusan masalahnya.

2. Prasurvei

Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang

terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK dilakukan oleh guru atau

dosen yang menangani kelas itu, dan karena penulis adalah guru di kelas itu

maka penulis sudah memahami secara detail bagaimana keadaan siswa serta

metode dan sarana belajar yang ada. Tetapi secara formal prasurvei sudah

dilakukan pada tanggal 1 – 7 Desember 2011.

3. Diagnosis

Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas

tersebut. Oleh karena itu diagnosis tidak diperlukan bagi guru yang melakukan

PTK dikelasnya sendiri termasuk penulis.

_________________________________14 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 38.15 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 107.

12

Page 13: Bab I Skripsi

SIKLUS – 1

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat persiapan tentang apa yang akan

dilakukan dalam tahap pelaksanaan. Perencanaan ini biasanya dimasukkan ke

dalam Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Satuan Kegiatan

Harian/Mingguan.16 Perencanaan yang dilakukan ini baru dilakukan untuk satu

siklus saja.17

Adapun uraian yang perlu dan harus dikemukakan adalah menyusun

sebuah rencana kegiatan, siswanya akan diapakan. Peneliti atau guru membuat

semacam panduan (a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, (b) kapan dan

berapa lama dilakukan, (c) dimana dilakukan, (d) jika diperlukan peralatan atau

sarana, wujudnya apa, (e) jika sudah selesai, apa tindakan lanjutannya. 18

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan/Tindakan adalah implementasi dari perencanaan

yang sudah dibuat. Dalam pelaksanaan ini peneliti akan memperhatikan

beberapa hal (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan

perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa/anak-anak

berjalan cukup lancar, (b) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah

siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat, (e) bagaimanakah hasil

keseluruhan dari tindakan itu.19

13

Page 14: Bab I Skripsi

14

Pelaksanaan

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

SIKLUS 1SIKLUS 1

SIKLUS 3SIKLUS 3

SIKLUS 2SIKLUS 2

Gambar 1Desain PTK

Model Kemmis & Mc Taggart

Page 15: Bab I Skripsi

3. Tahap Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan/Tindakan adalah implementasi dari perencanaan

yang sudah dibuat. Dalam pelaksanaan ini peneliti akan memperhatikan

beberapa hal (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan

perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa/anak-anak

berjalan cukup lancar, (b) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah

siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat, (e) bagaimanakah hasil

keseluruhan dari tindakan itu.

4. Tahap Pengamatan

Pengamatan/observasi/monitoring adalah proses mencermati jalannya

pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah

disebutkan dalam pelaksanaan. Antara pelaksanaan dengan pengamatan

sebetulnya bukan merupakan urutan karenaa waktu atau saat terjadinya

bersamaan. Dalam PTK, pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan

format pengamatan. 19

Ada dua kemungkinan pengamatan yang bisa dilakukan oleh peneliti:

(a) pengamatan yang dilakukan oleh orang lain, yaitu pengamat yang diminta

_________________________________16 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 39.17 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 107.18 Suharsimi Arikunto, Ibid , hlm. 107.19 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 40.

15

Page 16: Bab I Skripsi

oleh peneliti untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan, yaitu mengamati

apa yang dilakukan oleh peneliti/guru, siswa/anak-anak, maupun peristiwanya.

(b) pengamatan yang dilakukan sendiri oleh peneliti/guru, tetapi guru harus

bersikap obyektif dalam hal ini. 20

5. Tahap Refleksi

Refleksi/perenungan adalah merenung atau memikirkan kembali

kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh peneliti/guru dan siswa.

Dalam perenungan ini peneliti membayangkan kembali peristiwa yang sudah

lampau, yaitu ketika tindakan berlangsung. 21 Refleksi ini dilakukan dengan

kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di

kelas penelitian. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan

(replanning/perencanaan kembali) dilakukan dalam siklus berikutnya. 22

SIKLUS – 2

1. Tahap Perencanaan 2

Pada tahap ini peneliti membuat persiapan tentang apa yang akan

dilakukan dalam tahap pelaksanaan berdasarkan analisis dan refleksi selama

berlangsungnya Siklus 1. Uraian perbedaan antara Tahap Perencanaan di

________________________________20 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 19.21 Suharsimi Arikunto, Ibid , hlm. 19.22 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 40.

16

Page 17: Bab I Skripsi

Siklus 1 dan Tahap Perencanaan di Siklus 2 akan lebih nampak nanti di dalam

pembahasan Bab Metodologi Penelitian dan Hasil Penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan 2

Pada Tahap Pelaksanaan 2/Tindakan 2 ini dilakukan implementasi hal-

hal yang belum terselesaikan di dalam Tahap Pelaksanaan 1/Tindakan 1 yang

dilakukan dalam Siklus 1. Oleh karena itu Tahap Pelaksanaan 2/Tindakan 2 ini

memang sangat tergantung dari bagaimana implementasi dalam siklus

pertama.23

3. Tahap Pengamatan 2

Pada Tahap ini kembali dilakukan pengamatan terhadap Tahap

Pelaksanaan 2/Tahap Observasi 2 yang dilakukan dalam Siklus 2. Tahap

Observasi selalu dilakukan jika ada pengulangan siklus. Jika dalam setiap

pertemuan dalam kegaiatan belajar mengajar di kelas Tahap Perencanaan tidak

selalu diulang bentuknya, maka dalam Tahap Pelaksanaan/Tindakan dan Tahap

Pengamatan/Observasi selalu diulang dalam setiap siklus.24

4. Tahap Refleksi 2

Refleksi merupakan tahap terakhir dalam sebuah siklus. Tahap Refleksi

yang merupakan tahap perenungan terhadap peristiwa yang telah berlalu ini

selalu dilakukan dengan pengecekan terhadap 3 hal:

17

Page 18: Bab I Skripsi

(a) what – apa yang direfleksikan? (b) who – siapa yang dilibatkan dalam

refleksi?, dan (c) how bagaimana jalannya refleksi.25 Demikianlah tahap-tahap

penelitian dalam Siklus 1 dan Siklus 2 berlangsung.

d. Data dan sumber data/Populasi dan sampel Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan,

rencana persiapan mengajar, lembar pengamatan, hasil observasi terhadap

kegiatan pembelajaran , hasil tugas atau pekerjaan siswa, dan sebagainya. 26

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan

siswa kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Garden Kids Bandar Lampung yang

berjumlah 20 anak. Jumlah tersebut terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 5 siswa

perempuan. Seluruh siswa B1 di TK Garden Kids Bandar Lampung ini juga

sekaligus merupakan populasi dalam penelitian ini. Alasan penulis

mengambil populasi hanya kelas B1 karena usia anak di kelas B1 rata-rata 5

s.d 6 tahun, sehingga lebih mudah mengikuti agenda kegiatan penelitian.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam

menentukan besarnya sampel yang diambil dalam suatu populasi, jika

subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sebagai sampel, sehingga

________________________________23 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 107.24 Suharsimi Arikunto, Ibid , hlm. 111.25 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 112.26 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 64.

18

Page 19: Bab I Skripsi

penelitiannya berupa penelitian populasi, tetapi jika subyeknya lebih dari 100

maka diambil sampel 10-15% atau 20-25% atau lebih. Jadi menurut pendapat

di atas sistem pengambilan sampelnya dengan menggunakan populasi. Dengan

adanya pendapat SuharsimiArikunto tersebut, maka penelitian yang penulis

lakukan adalah penelitian populasi. 26 Untuk memperolah data yang akurat

dilakukan triaguliasi Kepala TK, peneliti dan guru selama berlangsungnya

penelitian.

e. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan ini adalah TK Garden Kids, Kelurahan Sukajawa,

Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung. Adapun pertimbangan

pemilihan lokasi ini karena TK ini merupakan tempat penulis ditugaskan

sebagai guru Taman Kanak-Kanak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan

penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Observasi (pengamatan)

Jenis observasi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

observasi partisipan, 27 yaitu peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah

tempat dilakukannya observasi. Hal-hal yang diselidiki atau diobservasi adalah

________________________________26 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 200.27 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 71.

19

Page 20: Bab I Skripsi

tentang kondisi objek penelitian, aktifitas guru dan murid serta sarana dan

prasarana TK Garden Kids Bandar Lampung.

b. Metode Interview (wawancara)

Teknik interview/wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah interview

bebas terpimpin, yaitu proses kemajuan pertanyaan yang dilakukan secara

bebas tetapi isi pertanyaannya berpedoman kepada pokok-pokok yang

ditetapkan terlebih dahulu. Interview ini ditujukan kepada sebagian guru &

murid mengenai aspek perkembangan kemampuan dasar anak, khususnya

bahasa (membaca). 28

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan,

RPP, buku sumber, hasil tes siswa, foto, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

notulen rapat, dan sebaginya.28 Jadi metode dokumentasi adalah suatu cara

memproleh data atau keterangan-keterangan melalui dokumen-dokumen, dimana

data atau keterangan yang diperlukan tidak biasa ada orang yang mengetahui lagi

pada waktu peristiwa itu terjadi.

________________________________28 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 77.29 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 177.

20

Page 21: Bab I Skripsi

3. Metode Analisis Data

Dari semua data yang sudah diperoleh dalam penelitian, tidak akan ada apa-

apanya kalau belum dilakukan pengolahan atau analisis data, sehingga nantinya

akan mendapatkan kesimpulan sesuai dengan apa yang diharapkan dari penelitian

yang telah dilakukan.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dicatat dalam lembar pengamatan

dan lembar catatan penelitian yang lainnya. Memperhatikan jenis data yang

dikumpulkan, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

analisis kualitatif. 29 Analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang diperoleh dari

hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hal-hal lain yang nampak selama

berlangsungnya penelitian.

Bagaimana teknik analisis data dalam PTK sangat tergantung pada data

yang terkumpul. Seperti halnya penelitian jenis lain, data dalam PTK dapat

dikumpulkan dengan menggunakan berbagai instrumen penelitian (alat monitoring),

seperti: catatan harian, lapangan, berkala, lembar observasi; pedoman wawancara;

lembar angket/kuesioner, soal prestasi; lembar masukan peserta didik (refleksi

tindakan); tugas portofolio; dokumen; lembar penilaian unjuk kerja, instrumen

perekam gambar/suara (video); dan lain-lain. Semua instrumen tersebut harus

dipersiapkan secara baik dan matang sebelum kita mulai melakukan PTK.

Pada umumnya analisis kualitatif terhadap data PTK dapat dilakukan

dengan tahap-tahap: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi,

memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis),

21

Page 22: Bab I Skripsi

membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif

yang terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992) yang meliputi:

(a) reduksi data (memilah data penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak

berguna), hanya data-data yang berkaitan langsung dengan penelitian saja yang

dilaporkan.

(b) sajian deskriptif (narasi, visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sistematis

dan logis, agar data yang ada dapat dipahami oleh orang lain, maka data tersebut

harus disajikan. Bentuk penyajian datanya adalah teks naratif (pengungkakapan

secara tertulis), sehingga dapat mendeskripsikan jalannya peristiwa, dengan

demikian peneliti mudah mengambil kesimpulan.

(c) penyimpulan dari hasil yang disajikan (dampak PTK dan efektivitasnya). Data

yang sudahdisusun ini kemudian disimpulkan, dan selalu diverifikasi selama

penelitian berlangsung, sehingga dapat diperbaiki. 29

Model analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut:

________________________________29 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 9.30 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 183.

22

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Page 23: Bab I Skripsi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perkembangan Kemampuan Membaca

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi setiap manusia. Demikian juga

halnya juga bagi anak-anak. Oleh karena itu bahasa sangat penting peranannya dalam

mengungkapkan berbagai keinginan dan kebutuhan anak tersebut. Anak-anak yang

memiliki kemampuan yang berbahasa yang baik pada umumnya memiliki pemikiran,

perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini

tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi

lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata,

kemampuan mendengar dan menyimak, menulis, serta keterampilan berkomunikasi

lainnya.

Menurut Cochrane Efal dalam Nurbiana Dhieni (2005), perkembangan dasar

kemampuan membaca pada anak usia 4–6 tahun berlangsung dalam lima tahap yakni8:

(1) Fantasi

Tahap ini orang tua harus jeli, karena tahap ini adalah tahap anak mulai belajar

menggunakan buku. Anak mulai berfikir bahwa buku itu penting, ini bisa dilihat

ketika anak mempunyai ketertarikan dengan membolak-balik buku.

________________________________8 M. Aulia, Mengajarkan Balita Anda Membaca, Intan Media, Yogyakarta, 2011, Cet. ke-1, hlm.

20.

23

Page 24: Bab I Skripsi

Kadang-kadang anak juga suka membawa-bawa buku kesukaannya. Pada tahap ini

orang tua hendaknya memberikan model atau contoh akan pentingnya membaca

dengan metode membacakan sesuatu untuk anak, atau membicarakan tentang buku

bersama anak.

(2) Pembentukan Konsep Diri

Anak-anak sudah memposisikan dirinya sebagai pembaca dan mulai menyibukkan

dirinya dalam kegiatan membaca, ”ia pura-pura membaca buku.” Orang tua atau

orang dewasa perlu memberikan rangsangan dengan jalan membacakan buku pada

anak. Langkah sederhana yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah dengan

memberikan akses pada anak-anak memperoleh buku-buku kesukaannya.

(3) Membaca Gambar

Anak mulai menyadari tulisan yang tampak dan mulai dapat menemukan kata yang

sudah dikenal. Pada tahap ini orang tua sudah harus membacakan sesuatu kepada

anak, serta menghadirkan berbagai kosa kata pada anak seperti melalui nyanyian

atau puisi dan yang penting berikan kesempatan kepada anak untuk membaca

sesering mungkin.

(4) Pengenalan Bacaan

Tahap ini anak sudah menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic, dan

syntactic) secara bersama-sama. Anak-anak mulai tertarik pada bacaan dan mulai

24

Page 25: Bab I Skripsi

membaca tanda-tanda yang ada dilingkungan sepertimembaca tanda-tanda yang

ada di lingkungan seperti membaca tulisan yang tertera pada ”cemilan mereka”

kardus susu, tulisan di dinding dan lain-lain. Pada tahap ini orang tua tetap harus

membacakan sesuatu pada anak, namun jangan paksa anak untuk membaca huruf

demi huruf dengan sempurna.

(5) Membaca Lancar

Nah pada tahap ini sudah dapat membaca berbagai jenis buku secara bebas. Dan

yang sangat penting bahwa orang tua dan guru tetap harus membacakan buku pada

anak. Tindakan tersebut dimaksudkan dapat mendorong anak untuk memperbaiki

bacaannya. Dan orang tua sudah mengarahkan anak untuk memilih bacaan yang

sesuai untuknya.

B. Peranan Bermain bagi Anak Usia Dini

1. Pengertian Bermain

Secara umum pengertian bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang

dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak

untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan bermain bagi anak-anak lebih sederhana

daripada tujuan bermain bagi para pendidik. Bermain itu bukan bekerja, sebab bermain

itu pura-pura sedang bekerja berkaitan dengan hasil. Khusus bagi orang dewasa selalu

berhubungan dengan uang. Jadi bermain bukan sesuatu yang sungguh-sungguh. Anak

25

Page 26: Bab I Skripsi

yang sedang bermain dapat membentuk dunianya, sehingga sering dianggap nyata. Ini

menurut pandangan anak yang bermain. 9

Selain itu menurut Wang dalam Foster (1984) menyebutkan bermain adalah

suatu kegiatan alamiah yang dilakukan oleh anak atas keinginan sendiri dalam rangka

mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari guna memperoleh kesenangan dan

kepuasan. 10

Dari pengertian bermain itu dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan

suatu proses alamiah yang dengan sendirinya akan dilakukan oleh semua anak-anak.

Anak-anak tidak perlu disuruh ataupun dilarang untuk bermain. Namun secara

naluriah anak-anak akan melakukan aktivitas bermain. Melalui bermain anak-anak

akan mengeksplorasi semua perasaan. Anak-anak juga akan berlatih menyelesaikan

konflik yang dialaminya, misalnya konflik dengan teman sebayanya. 11

Dari pendapat beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bermain

merupakan sesuatu yang dibutuhkan anak-anak dalam masa perkembangannya, baik itu

perkembangan fisik-motoriknya, perkembangan kognitif/intelektual, perkembangan

moral, perkembangan sosial-emosional, maupun perkembangan bahasa.

________________________________9 Soegeng Santoso, Pendidikan Anak Usia Dini, Citra Pendidikan, Jakarta, 2002, Cet. ke-1, hlm.

46.10 RaniYulianty Iskandar, Permainan Yang Meningkatkan Kecerdasan Anak, Laskar Aksara,

Jakarta, Cet. ke-1, 2011, hlm. 7.11 RaniYulianty Iskandar, Ibid, hlm. 8.

26

Page 27: Bab I Skripsi

2. Esensi Bermain

Meskipun bentuk permainan anak-anak di seluruh dunia dari waktu ke waktu

berbeda-beda, tetapi tampaknya esensinya tetap sama. Esensi bermain antara lain:

a. Aktif

Pada hampir semua jenis permainan anak aktif, baik secara fisik maupun psikis.

Anak melakukan eksplorasi, investigasi, eksperimentasi, dan ingin tahu tentang

orang, benda, ataupun kejadian. Anak menggunakan berbagai benda untuk

bermain. Mereka juga mampu menggunakan suatu bendadan memainkannya

menjadi benda lain. Misalnya, sebuah balok kayu bisa menjadi mobil. Anak

berpura-pura menggerakkan balok kayu tersebut seperti gerakan mobil sambil

menirukan suara mobil. Anak juga senang bermain dengan berbagai gerakan,

seperti berlari, mengejar, menangkap, dan melompat. Jadi, saat bermain anak aktif

melakukan berbagai kegiatan, baik fisik maupun psikis. 12

b. Menyenangkan

Kegiatan bermain tampak sebagai kegiatan yang bertujuan untuk bersenang-

senang. Meskipun tidak jarang pada saat bermain menimbulkan tangis diantara

anak yang terlibat, tetapi anak-anak menikmati permainannya. Mereka bernyanyi,

tertawa, berteriak lepas, dan ceria seakan, tidak memiliki beban hidup. 13

_________________________________12 Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Hikayat, Yogyakarta, 2005, Cet. ke-

1, hlm. 117.13 Slamet Suyanto, Ibid, hlm. 118.

27

Page 28: Bab I Skripsi

c. Motivasi Internal

Anak ikut dalam suatu kegiatan permainan secara sukarela. Mereka termotivasi dari

dalam dirinya (motivasi internal) untuk ikut bermain. Bentuk permainannya juga

dipilih dan ditentukan bersama. Begitupula peran tiap-tiap anak ditentukan secara

adil sesuai aturan yang berlaku oleh mereka. 14

d. Memiliki Aturan

Setiap permainan ada aturannya. Untuk bermain petak umpet misalnya, ada

aturannya, baik untuk menentukan anak yang akan berperan sebagai pencari

maupun yang dicari. Aturan tersebut misalnya dengan “ping sut” atau “hom pim

pa”, dan sebagainya. Demikianlah anak-anak bermain dengan membuat aturannya

masing-masing sesuai kebutuhan mereka. 15

e. Simbolis dan Berarti

Pada saat bermain anak menghubungkan antara pengalaman lampaunya yang

tersimpan dalam memori otaknya dengan kenyataan yang ada. Pada saat bermain

anak bisa berpura-pura menjadi orang lain dan menirukan. Ia bisa menjadi seorang

guru, polisi, ayah, ibu, atau menjadi bayi. Jadi, bermain memungkinkan anak

_________________________________14 Slamet Suyanto, Ibid, hlm. 118.15 Slamet Suyanto, Ibid, hlm. 118.

28

Page 29: Bab I Skripsi

menggunakan berbagai obyek sebagai simbol dari benda atau orang lain sehingga

bermain disebut simbolis. Banyak anak-anak yang sejak kecil suka berpura-pura

berperan sebagai dokter, ternyata ketika dewasa menjadi dokter sungguhan. Hal itu

bukan hal yang kebetulan, tetapi apa yang dimainkan anak memiliki arti bagi

dirinya. 16

3. Fungsi Bermain

Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, bermain memiliki fungsi yang

penting dalam proses perkembangan anak, pada hampir semua bidang perkembangan

anak. Ada beberapa bidang yang berkembang dengan bermain:

a. Bermain mengembangkan Kemampuan Motorik

Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan anatara pikiran dan gerakan menjadi

suatu keseimbangan. Melalui bermain anak belajar mengontrol gerakannya menjadi

gerakan terkoordinasi.

b. Bermain mengembangkan Kemampuan Kognitif

Bermain memberikan peran yang sangat penting dalam mengembangkan

kemampuan anak untuk berfikir logis, imajinatif, dan kreatif.

_________________________________16 Slamet Suyanto, Ibid, hlm. 119.

29

Page 30: Bab I Skripsi

c. Bermain mengembangkan Kemampuan Afektif

Setiap permainan memiliki aturan. Dengan bermain anak-anak belajar mematuhi

aturan bermain. Ini menjadi dasar untuk perkembangan moral (afeksi) si anak.

d. Bermain mengembangkan Kemampuan Sosial

Pada saat bermain anak berinteraksi dengan anak yang lain. Interaksi tersebut

mengajarkan anak cara merespons, memberi dan menerima, menolak atau setuju

dengan ide dan perilaku anak yang lain.

e. Bermain mengembangkan Kemampuan Bahasa

Pada saat bermain anak menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi dengan

temannya maupun sekedar menyatakan pikirannya (thinking alaoud). Sering kita

menjumpai anak kecil bermain sendiri sambil mengucapkan kata-kata seakan-akan

ia bercakap-cakap dengan diri sendiri. Ia sebenarnya sedang “membahasakan” apa

yang ada di dalam pikirannya. Ketika anak bermain dengan temannya mereka juga

saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak, dan itu berarti secara tidak

langsung anak belajar bahasa. 17

________________________________17 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Cet. ke-2,

hlm. 104.

30

Page 31: Bab I Skripsi

4. Berbagai Bentuk Bermain

Bentuk permainan anak sangat bervariasi. Antardaerah, antaretnis, dan antarbangsa

berbeda-beda. Dari berbagai jenis permainan itu pada dasarnya dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

a. Bermain Sosial

Parten (1932) dalam Brewer (1992) menjelaskan perkembangan bermain pada

anak yang menggambarkan pula perkembangan sosial anak. Ada lima

tingkatan dalam bermain sosial:

(1) Bermain Seorang Diri (Soliter Play)(2) Bermain dengan Melihat Cara Temannya Bermain (Onlooker Play)(3) Bermain Secara Pararel dengan Temannya (Parallel Play)(4) Bermain dengan Aturan (Asosatif Play)(5) Bermain Secara Bersama-sama dengan Temannya (Cooperatif Play) 18

b. Bermain dengan Benda

Piaget (1962) mengemukakan bahwa ada beberapa tipe bermain dengan

objek/benda yang meliputi:

(1) Bermain praktis(2) Bermain simbolik(3) Bermain dengan peraturan-peraturanContoh: pada penggunaan alat permainan kartu kwartet. Bila anak masih pada

tahapan bermain praktis, kartu-kartu hanya dilihat-lihat saja. Kalau anak sudah

pada tahapan bermain simbolik, kartu-kartu dapat digunakannya sebagai pagar-

pagar atau dinding ruangan dalam rumah-rumahan. Kalau anak sudah pada

________________________________18 Soemiarti Patmonodewo, Ibid, hlm. 106.

31

Page 32: Bab I Skripsi

tahapan bermain dengan peraturan, maka anak sudah dapat bermain kwartet

yang disertai atau sesuai dengan peraturan-peraturan tertentu. 19

c. Bermain Sosio-dramatik

Bermain sosiodramatik banyak diminati oleh para peneliti Smilansky (1972)

dalam Brewer (1992), mengamati bahwa bermain sosio-dramatik memiliki

beberapa elemen:

(1) Bermain dengan melakukan imitasi. Misalnya anak berpura-pura menjadi ibu, ayah, dan orang lain disekitarnya.

(2) Bermain berpura-pura seperti suatu objek. Misalnya anak berpura-pura menirukan suara mobil.

(3) Bermain peran dengan menirukan gerakan. Misalnya anak menirukan pembicaraan guru dan murid.

(4) Persisten. Anak melakukan kegiatan bermain dengan tekun sedikitnya 10 menit.

(5) Interaksi. Paling sedikit ada 2 orang dalam satu adegan.(6) Komunikasi verbal. Pada saat adegan ada interaksi verbal antar anak yang

bermain. 20

C. Media Kartu Huruf Bergambar

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat membawa

informasi atau pesan dalam interaksi proses pembelajaran. Penggunaan sumber belajar

dan media pembelajaran merupakan suatu strategi dalam pembelajaran. 21

________________________________19 Soemiarti Patmonodewo, Ibid, hlm. 107.20 Soemiarti Patmonodewo, Ibid, hlm. 107.21 Rayandra Ashar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Gaung Persada Press, Jakarta,

2011, Cet. ke-1, hlm. 25

32

Page 33: Bab I Skripsi

Secara umum, ada empat jenis media pembelajaran, yakni media visual,

media audio, media audio-visual, dan multimedia. Dalam penelitian ini akan

digunakan mediakartu huruf bergambar. Media kartu huruf bergambar merupakan

salah satu jenis media visual.

Media visual, yaitu media yang digunakan hanya mengandalkan indera

penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman belajar yang diterima

peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya seperti buku, jurnal,

poster, kartu, globe bumi, peta, foto, dan sebagainya. 22

Media kartu huruf pertama kali dikenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter

bedah otak, pada tahun 1961. Glenn Doman merupakan pendiri Institute for the

Achievement of Human Potential (IAHP) di Amerika Serikat. Glenn Doman terkenal

dengan konsep pengajaran berdasarkan tingkat perkembangan otak anak yang masih

terbatas. Dia juga menjadi pelopor dalam pengembangan metode belajar membaca

dan matematika bagi anak-anak usia dini. 23

Dalam mengajar anak-anak ini Glenn Doman menyakini bahwa metode

pengajaran konvensional sangat mengeksploitasi gairah anak untuk memiliki

kemampuan pengetahuan dan keterampilan lain. Berdasarkan usia, anak memang

masih memiliki keterbatasan yang tak dapat dipaksakan. Seperti, jika orang dewasa

berkata dengan berbisik, maka anak usia 18 bulan tak akan memberi respons karena

________________________________22 Rayandra Ashar, Ibid, hlm. 7723 Didinkaem. ”Mengajar Bayi Membaca Metode Glenn Doman”.

http://dranak.blogspot.com/2006/06/mengajar-bayi-anda-membaca-metode.html. (Diakses 15 April 2012). Hlm.1-4.

33

Page 34: Bab I Skripsi

pendengaran belum cukup berkembang untuk menangkap bisikan itu atau anak tak

bisa membaca jelas karena kemampuan visualnya belum sempurna untuk melihat huruf

yang kecil. Sebaiknya anak disajikan gambar yang besar dengan warna terang.

Metode ini dijalankan dengan menggunakan flashcards yang disertai petunjuk, ideal

dilakukan bagi anak usia 10-18 bulan. 24

1) Cara Kerja Metode Glenn Doman

Metode ini dilakukan secara bertahap, yaitu dengan menggunakan beberapa

alat media berupa flash card (kata yang ditulis pada karton putih dengan ukuran huruf

tinggi: 12.5 cm dan lebar: 10 cm, huruf ditulis dengan warna merah dan menggunakan

huruf kapital) dan dot card (jumlah angka yang ditulis pada karton putih dengan

ukuran 28 x 28 cm dengan menggunakan titik bulat berbentuk bola berwarna merah.

Ini digunakan untuk mengajar berhitung). Pengajaran membaca pada anak ini perlu

dilakukan dalam beberapa tahap. 25

Pertama yaitu dengan mengenalkan kata maksimal tiga kali sehari dengan

jumlah lima kata. Hal itu dilakukan dengan duduk berhadapan antara ibu dan anak

dengan jarak 1 sampai dengan 1.5 meter, dalam mengajarkan anak dalam keadaaan

rileks dan mau bermain flashcard, ibu menyiapkan 5 atau 10 kartu dari kelompok yang

sama misalnya kelompok ”buah”, apabila diperlukan dapat memberikan anak

________________________________24 Hamiseno. ”Mengajar Anak Membaca dengan Metode Glenn Doman”.

http://hamiseno.blogspot.com. (Diakses 17 Desember 2011). hlm. 1-2

34

Page 35: Bab I Skripsi

kartu yang bergambar, anak tidak boleh mengikuti apa yang diucapkan oleh ibu, saat

mem-flash dengan kecepatan tidak lebih dari 1 detik untuk tiap tulisan dan gambar

karena dengan kartu yang yang cepat ini akan memicu otak kanan untuk bekerja

menerima informasi yang ada di flashcard, apabila sudah selesai maka tunjukkan rasa

senang ibu dengan memuji, memeluk dan mencium anak, mem-flash dilakukan setiap

hari selama satu minggu, kemudian setelah satu minggu diganti dengan kata lain yang

berbeda, begitu pula selanjutnya.

Orangtua ataupun terapis terjun di dalam pengajaran tersebut. Tanpa ada

tekanan ataupun pemaksaan pada anak. Pengajaran dilakukan dengan sambil bermain

agar anak dapat merespon dengan baik apa yang telah diajarkan pada anak tersebut.

Dalam mengajar dengan menggunakan metode Glenn Doman terdapat beberapa

tahapan yaitu: 26

1. Tahap satu – Words (kata)a. Membuat 15 kata dibagi dalam 3 set yaitu: set A, set B dan set C

b. Angkat salah satu kata, misalnya ”mama” dan katakan pada anak ”ini dibaca

mama.” Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1) Memberikan tidak lebih dari satu detik2) Mengambil kartu dari belakang3) Wajah anak pun perlu diperhatikan dengan baik dan serius, karena sang

ibu atau terapis dapat mengetahui kata mana yang disukai oleh anak.4) Tidak boleh meminta anak mengulang kata-kata yang ibu atau terapis/peneliti

bacakan.

________________________________25 M. Aulia, Op Cit., hlm. 62.26 M. Aulia, Ibid., hlm. 67.

35

Page 36: Bab I Skripsi

5) Setelah membaca lima kata, sang ibu atau terapis berhenti untuk memberikata kembali, lalu peluk anak dengan hangat, hal ini menunjukan kebahagiaan dan kegembiraan sang ibu atau terapis dengan nyata dan luar biasa, sehingga anak dapat memahami dan merasakan bahwa kegiatan tersebut membuat sang ibu atau terapis gembira.

c. Hari pertama set A sebanyak tiga kali.

d. Hari kedua set A sebanyak tiga kali dan ditambah set B tiga kali

e. Hari ketiga set A sebanyak tiga kali, set B sebanyak tiga kali dan set C

sebanyak 3 kali juga

f. Hari keempat sampai hari ke enam sama seperti hari ketiga

2. Tahap dua – Couplets (untaian kata)

a. Tahap ini merupakan tahap jembatan antara kata pada susunan kata

b. Menambahkan beberapa kata lainnya. Misalnya: nama warna, beberapa lawan

kata dan sebagainya

c. Dilakukan seperti tahap pertama, dibaca setiap set 5 couplets diulang dengan

jumlah yang sama.

3. Tahap tiga – Phrases (susunan kata)

a. Tahapan ini merupakan tahapan jembatan antara untaian kata pada susunan

kata, yang nantinya akan membentuk kalimat

b. Tambahkan beberapa kata dan membuat kalimat pendek. Misalnya: “mama

memotong manga”

36

Page 37: Bab I Skripsi

c. Dilakukan seperti tahap kedua, tiap set dibaca lima susunan kata.

4. Tahap empat – Sentences (kalimat)

a. Membuat tambahan kata seperti ”sebuah”

b. Membuat kata tambahan objek

c. Membuat kalimat seperti: mama memotong sebuah mangga harumanis.

d. Kumpulan kata-kata yang pernah dibaca, dikumpulkan kembali, lalu meminta

anak untuk menyusun sendiri kalimat mereka

5. Tahap lima – Buku

Setelah anak menguasai 50 sampai dengan 150 kata. Maka anak mulai belajar

membaca dengan buku ataupun sebuah cerita yang dibuat berhubungan denga kata

yang telah dikuasai. Sejak itu diharapkan anak mulai dapat benar-benar membaca.

2) Faktor Penting dalam Mengajar Metode Glenn Doman

Terdapat dua faktor dalam mengajar anak menurut Glenn Doman yaitu27:

1. Sikap dan Pendekatan Orangtua. Yaitu bahwa antara orangtua dan anak harus

memiliki pendekatan yang menyenangkan. Karena belajar membaca merupakan

suatu permainan yang bagus sekali. Yang harus dperhatikan, belajar membaca ini

adalah:

a) Hadiah bukan hukumanb) Permainan yang paling menggairahkan bukan bekerjac) Bersenang-senang, bukan bersusah payahd) Suatu kehormatan, bukan kehinaan.

37

Page 38: Bab I Skripsi

2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini, sehingga dilakukan dengan secara

singkat dan tidak lupa menghentikan permainan sebelum anak mengajukan

permintaan.

3. Jangan pernah memaksa anak untuk belajar membaca, tanpa kemauan anak sendiri.

Belajar membaca hendaknya dilakukan dengan adanya motivasi internal, dan

kegembiraan dari anak itu sendiri.

3) Kartu Huruf Bergambar

Gambar memiliki kekuatan besar dalam merespon otak anak. Oleh karena itu

dilakukanlah modifikasi terhadap media kartu huruf yang dicontohkan dalam metode

Glenn Doman, dengan cara menambahkan gambar dalam kartu ini. Jika pada anak

usia 10-18 bulan metode Glenn Doman ini terbukti efektif, maka jika dimodifikasi

untuk anak-anak yang berusia lebih besar, usia 5-6 tahun, diharapkan dapat lebih

mudah lagi permain belajar membaca ini terlaksana. Tambahan gambar dalam kartu

huruf juga diharapkan menarik minat dan memudahkan si anak dalam belajar

membaca. 28

Dengan adanya media kartu huruf yang bergambar, selain anak menangkap

bunyi lafal dari suatu huruf atau nama tertentu, ia juga dapat mengingat bentuk dari

________________________________25 M. Aulia, Ibid, hlm. 72.26 M. Aulia, Ibid, hlm. 84.

38

Page 39: Bab I Skripsi

nama-nama benda tersebut. Alhasil, anak-anak diharapkan mampu mencerna apa yang

diajarkan secara lebih menyenangkan.

Kartu huruf bergambar dapat dibuat dengan manual/menggunakan tangan dan

spidol warna atau dapat menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Selanjutnya

kartu huruf bergambar tersebut diprintout dan dilapisi dengan karton sesuai dengan

petunjuk pembuatan flashcard dalam metode Glenn Doman.

39

Page 40: Bab I Skripsi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dilihat dari tempatnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang

latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu kelompok sosial,

individu, dan lembaga masyarakat.” 8

Dalam prosesnya, penelitian ini mengangkat data dan permasalahan yang ada

di lapangan, yang dalam hal ini adalah kemampuan membaca anak-anak kelas B1 di

TK Garden Kids Bandar Lampung.

40