Skripsi BAB I
-
Upload
rina-maysarah-siregar -
Category
Documents
-
view
479 -
download
2
Transcript of Skripsi BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, yang hanya bisa berkembang dan mampu
bertahan hidup melalui interaksi dan bekerja sama dengan orang lain, begitu pula
dengan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Unisba. Kecemasan
dalam berkomunikasi, sebenarnya merupakan suatu bentuk prilaku yang normal
bagi setiap orang. Dalam lingkup akademis, seorang mahasiswa sering memiliki
kecemasan yang berlebihan ketika akan mempretasikan tulisan ilmiahnya
sehingga materi yang sudah dikuasainya tidak bisa disampaikan dengan baik.
Komunikasi dikatakan efektif apabila dalam melakukuan komunikasi
tercipta rasa saling menyukai antara individu satu dengan yang lainnya, namun
sebaliknya jika tidak ada rasa saling menyukai dan membuat hubungan antar
individu menjadi tidak baik maka individu akan mengalami kegagalan dalam
berkomunikasi. Oleh karena itu komunikasi memiliki arti yang sangat penting
untuk memenuhi kebutuhan seseorang dalam berinteraksi dengan dunia sosialnya
(Rakhmat, 2008).
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara efektif
merupakan hal terpenting bagi seseorang, terutama bagi praktisi yang nantinya
berkecimpung didunia professional, dalam hal ini dilihat melalui latar belakang
profesi yang nantinya akan dilakoni oleh mahasiswa dari tiga fakultas yang
1
menjadi objek penelitian ini. Hal ini dikarenakan setelah penulis menelaah bidang
profesi yang ditekuni oleh lulusan masing-masing fakultas ini, dalam praktek
kerjanya mencakup aktifitas komunikasi yang berkesinambungan, tidak
dipungkiri bahwa setiap bidang sangat membutuhkan adanya komunikasi yang
efektif untuk prakteknya, namun pada penelitian ini penulis beranggapan dengan
data yang penulis peroleh tentang kegiatan kerja alumni, tiga fakultas ini
mempunyai track point yang tinggi dalam kepentingan berkomunikasi secara
efektif dan dapat merepresentasikan hasil penelitian ini.
Dalam komunikasi pada umumnya dan khususnya pada komunikasi
interpersonal terdapat adanya gangguan–gangguan dalam berkomunikasi yang
dikenal dengan nama communication apprehension, yaitu reaksi negatif dalam
bentuk kecemasan yang dialami seseorang dalam pengalaman komunikasinya
(Rakhmat, 2008). Kecemasan dalam komunikasi interpersonal adalah suatu
keadaan individu yang tidak menentu dan tidak berdaya dalam berkomunikasi
sehingga menyebabkan individu gemetar, takut, banyak mengeluarkan keringat
dan kehilangan kata-kata saat berhadapan dengan teman baru, dosen, orang
penting atau orang yang tidak dikenal.
Penelitian yang dilakukan oleh Croskey (Rakhmat, 2008) di Amerika
memperlihatkan hasil bahwa 15 – 20 % mahasiswa di Amerika Serikat menderita
communication apprehension, yang artinya individu dalam berkomunikasi merasa
cemas dan takut, baik dalam situasi umum ataupun khusus, kondisi formal
maupun informal. Penelitian di beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat,
menunjukkan 10 – 20 % mahasiswa di Amerika Serikat, mengalami kecemasan
2
dalam melakukan komunikasi dengan orang lain dan adanya rasa khawatir
terhadap dirinya mengenai respon dari orang lain.
Dijelaskan oleh Croscy bahwa informasi yang disampaikan oleh individu
yang mengalami kecemasan komunikasi interpersonal akan diterima oleh orang
lain sebagai informasi yang kacau, misalnya saat berkomunikasi individu kurang
jelas menyampaikan isi pesan karena terbata-bata saat berbicara dan merasa takut
sehingga kalimat yang diucapkan menjadi kurang jelas dan membuat penerima
pesan kurang mengerti apa yang disampaikan. Begitu juga apabila individu yang
mengalami kecemasan dalam komunikasi menjadi penerima informasi, maka akan
mendapatkan informasi yang kabur atau tidak jelas karena individu merasa minder
dan kurang terbuka sehingga tidak dapat memberi umpan balik. Kecemasan yang
timbul pada saat seseorang berkomunikasi dapat menyebabkan individu menarik
diri dari pergaulan serta menghindari suasana komunikasi.
Didasari oleh pentingnya komunikasi yang efektif seperti yang
sebelumnya dijelaskan dan mempertimbangkan bahwa komunikasi merupakan hal
penting, sehingga kualitas hidup manusia, hubungan sesama manusia dapat
ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki komunikasi yang dilakukan
serta masalah kecemasan komunikasi antar pribadi merupakan masalah emosional
yang dapat ditangani dengan modifikasi perilaku-kognitif, maka penulis merasa
tertarik dan ingin melakukan studi komparatif tentang tingkat kecemasan antar
pribadi dalam berkomunikasi, maka penulis mencoba mengangkat permasalahan
mengenai kecemasan berkomunikasi pada mahasiswa di Universitas Islam
Bandung. Diantaranya adalah bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa fikom
dalam menghadapi situasi public speaking performance?.
3
Serangkaian pertanyaan yang berpusat pada masalah kecemasan
berkomunikasi pada mahasiswa, penulis ingin memperlihatkan perbandingan
kecemasan komunikasi terhadap tiga fakultas yaitu fakultas ilmu komunikasi,
fakultas hukum dan fakultas psikologi, hal ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi
tingkat kecemasan berkomunikasi di tiga fakultas yang ada di universitas tersebut.
Lewat penelitian ini, diharapkan akan diperoleh informasi mengenai
sejauh mana mahasiswa UNISBA dapat mempraktekkan ilmu komunikasi nya
secara efektif. Hasilnya dapat dijadikan landasan aksi untuk merumuskan
langkah-langkah penerapan sistem pembelajaran ataupun ekstrakulikuler bagi
mahasiswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang efektif
lebih baik di ke depannya.
Berikut data mahasiswa aktif di tiga fakultas yang nantinya menjadi fokus
penelitian :
2007 2008 2009 2011
Fakultas Hukum 111 175 182 163
Fakultas Psikologi 143 139 170 170
Fakultas Ilmu Komunikasi 287 265 351 351
4
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang akan dieksplorasi, maka
permasalahan umum dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
“Bagaimanakah Tingkat Kecemasan Berkomunikasi dalam Lingkup
Akademis Yang dialami Oleh Mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi,
Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung?”.
1.3Identifikasi Masalah
Dalam penelitiannya masalah sebenarnya yang akan diangkat atau
dibahas yaitu Kecemasan Berkomunikasi dalam Lingkup Akademis Yang
dialami Oleh Mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi,
dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung. Dapat dijabarkan dalam
subtema atau identifikasi sebagai berikut :
- Bagaimana tingkat kecemasan berkomunikasi pada situasi
diadik/komunikasi dua arah pada mahasiswa di Fakultas Ilmu
Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas
Islam Bandung?
- Bagaimana tingkat kecemasan berkomunikasi pada situasi small
Group Communication/ komunikasi kelompok kecil pada mahasiswa
di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas
Hukum Universitas Islam Bandung?
5
- Bagaimana tingkat kecemasan berkomunikasi pada situasi “Public
Speaking” pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas
Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi pada situasi dyadic
“komunikasi dua arah” pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi,
Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.
- Untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi pada situasi small
Group “kelompok kecil” pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi,
Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.
- Untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi pada situasi “Public
Speaking” pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas
Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.
1.5Kegunaan penelitian
1.5.1 Kegunaan teoritis
Penelitian ini menggunakan Communication Anxiety Inventory (CAI),
sebagai parameter identifikasi permasalahan. Hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan untuk mengkaji lebih dalam lagi bagaimana kecemasan
komunikasi dapat mempengaruhi mahasiswa tersebut.
6
1.5.2 Kegunaan praktis
Dengan mengetahui tingkat Kecemasan Berkomunikasi dalam
Lingkup Akademis Yang dialami Oleh Mahasiswa di universitas tersebut,
menjadi penelitian awal komunikasi yang nantinya dapat menjadi acuan
program praktis komunikasi pada mahasiswa. Dengan penelitian ini,
universitas dapat memperoleh gambaran tentang kecemasan berkomunikasi
mahasiswa dalam hal ini pada tiga fakultas yang diteliti yaitu fakultas Ilmu
komunikasi, fakultas Psikologi dan fakultas Hukum. Hal ini, nantinya dapat
ditindak lanjuti dengan perbaikan pada akademik ataupun kegiatan
ekstrakulikuler akademik lainnya yang dapat terus melatih dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi mahasiswa di perguruan tinggi tersebut.
1.6 Alasan Pemilihan Masalah
Pemillihan masalah yang dilakukan oleh peneliti didasari oleh alasan-
alasan sebagai berikut:
1. kecemasan dalam berkomunikasi tidak terjadi secara konstan (tetap),
namun lebih bersifat situasional atau juga kontekstual dalam sifat yang
nantinya dapat mengalami perubahan.
Contoh konkret yang dapat diperhatikan yaitu, yang terjadi ketika
mahasiswa diwajibkan untuk berhadapan dengan publik secara sendirian
(misalnya untuk mempresentasikan karya tulis, ataupun tugas) di depan
kelas, maka terlihat adanya kecenderungan pada meningkatnya taraf
kecemasan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh ketidakbiasaan
7
individu (subyek) untuk berhadapan dengan publik, sifat bawaan yang
cenderung introvert, atau takut melakukan kesalahan-kesalahan (baik
dalam derajat yang kecil atau pun besar) sehingga mengundang tawa dari
teman-teman satu kelas atau bahkan juga dimarahi oleh dosen. Ini
berlainan dengan pada saat subyek tadi berbicara di hadapan public (kelas)
yang bersifat kelompok (kolektif). Berbagai kekhawatiran yang terdapat
dalam level individual dapat direduksi atau setidaknya dapat dibagikan
(shared) kepada rekan-relan satu kelompoknya. Sehingga bisa jadi, subyek
tadi kemudian hanya diam di hadapan publik atau berbicara dalam bahasa
yang sangat singkat (pendek-pendek), karena telah mengandalkan
kemampuan teman yang lainnya.
2. Komunikasi yang baik, atraktif, dan jelas yang dilakukan oleh seseorang
dapat membuat kegiatan komunikasi lebih efektif dan akan mempengaruhi
kepada tingkat profesionalisme ketika nantinya mahasiswa-mahasiswa
praktek didunia kerja yang nyata.
3. Penelitian mengenai kecemasan berkomunikasi terutama kecemasan dalam
sikap, dinilai sangat bermanfaat dalam menambah wawasan secara tidak
langsung bagi semua orang terutama universitas islam bandung sebagai
masukan pertimbangan penilaian terhadap penguasaan komunikasi setiap
mahasiswa yang ada di tiga fakultas yang menjadi objek penelitian
peneliti, hingga nantinya universitas dapat mengambil tindakan yang dapat
terus memperbaiki kurikulum pendidikan dan menyesuaikan dengan
kebutuhan mahasiswa.
8
1.7 Pembatasan Masalah
Dalam penelitiannya masalah sebenarnya yang akan dibahas yaitu
Kecemasan Berkomunikasi dalam Lingkup Akademis Yang dialami Oleh
Mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas
Hukum Universitas Islam Bandung. Dapat dijabarkan dalam pembatasan
masalah yang akan di steliti sebagai berikut:
1) Objek penelitian ini adalah mahasiswa yang terdaftar di UNISBA
dan hanya dari di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi,
dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.
2) Responden yang terpillih merupakan representative dari
keseluruhan mahasiswa di di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas
Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.
3) Variabel yang akan dieksplorasi dalam penelitian ini difokuskan
pada tiga hal hal yaitu dyadic, small group, public speaking pada
kecemasan komunikasi mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi,
Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam
Bandung, dengan menggunakan Communication Anxiety Inventory
(CAI).
1.8 Pengertian Istilah
Dalam judul penelitian ini, penulis menggunakan beberapa istilah-istilah
yang mengacu kepada masalah yang ingin penulis teliti. Adapun istilah-istilah
tersebut antara lain:
9
1.8.1 Communication Anxiety Inventory, teori yang penelitiannya merujuk
kepada STAI (State-Trait Anxiety Inventory) yang membahas tentang
kecemasan melalui dua hal, yaitu sifat dan keadaan pada diri seseorang.
1.8.2 Communication Apprehension, yaitu rasa cemas yang dikaitkan dengan
tindak komunikasi yang akan dan sedang dilakukan dengan orang lain
(a sense of anxiety assosiated with either real or anticipated
communication with others).
1.8.3 Dyadic Encounter, bagian dari komunikasi antarpribadi (Interpersonal
Communication), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal.
1.8.4 Small Group Discussion, yaitu interaksi tatap muka dari tiga individu
atau lebih dengan tujuan yang sudah diketahui sebelumnya seperti
berbagi informasi, pemeliharaan diri, memecahkan masalah, di sini
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota kelompok
lain dengan tepat.
1.8.5 Public Speaking Performance, adalah suatu seni untuk menciptakan
pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam
kepercayaan public terhadap seseorang atau sesuatu organisasi atau
badan.
10
1.9 Kerangka Pemkiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat kecemasan
dalam berkomunikasi pada mahasiswa UNISBA dan melakukan analisis untuk
memberikan hasil terhadap persoalan kecemasan yang dihadapi mahasiswa.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah komparatif. Subyek
penelitiannya adalah para mahasiswa yang pernah atau sedang mengalami
kecemasan berkomunikasi di dalam melakukan aktifitas akademis seperti;
mengikuti kuliah, konsultasi skripsi, presentasi di depan kelas secara
berkelompok, presentasi di depan kelas individual, ujian komprehensif dan ujian
skripsi, dan kegiatan yang bersifat tatap muka lainnya.
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Booth-Butterfield &
Gould telah menyebutkan tiga hal yang yang menjadi konteks inti penelitian. “the
communication anxiety inventory (CAI) developed by booth-butterfield and Gould
signed to measure trait and state communication apprehension. form trait "is
remarkably similar" to the PRCA-24, assesing persons' predispositions to
experience anxiety in the three generalized contexts : dyadic encounters, small
groups, and public speaking performance.” (Beatty,2004).
Teori tentang kecemasan dalam berkomunikasi Communication Anxiety
Inventory (CAI) terbagi menjadi sifat dan keadaan, peneliti menggunakan
penelitian tentang sifat dalam penelitian ini. Dengan ungkapan “ sebagai sebuah
sifat”, itu berarti bahwa kecemasan dalam berkomunikasi adalah bagian dari
kepribadian individu. Seperti suatu sifat yang paling penting bagi orang-orang
yang memiliki skor tinggi atau sangat rendah dalam kecemasan saat
berkomunikasi.
11
Perspektif atau cara pandang yang dipakai untuk mendiskusikan persoalan
kecemasan berkomunikasi yang dialami oleh mahasiswa adalah perspektif
interpretative. Dalam cakupan yang lebih sempit, penelitian tentang kecemasan
berkomunikasi di lingkungan akademis ini, akan didiskusikan dengan memakai
teori communication anxiety.
Kecemasan berkomunikasi atau communication apprehension merupakan
bagian dari teori-teori tentang trait. James McCroskey dan koleganya dalam
penelitian yang dilakukannya sampai pada suatu kesimpulan bahwa kecemasan
atau bahkan ketakutan untuk berkomunikasi merupakan persoalan praktis serius
yang dihadapi oleh banyak orang. Menurut McCroskey dan koleganya,
kecemasan berkomunikasi merupakan suatu variable yang memiliki jenjang
rendah sampai tinggi. Dan dalam penerapan praktisnya, persoalan tentang
kecemasan berkomunikasi ini dapat diatasi dengan perlakuan-perlakuan tertentu
(treatable) kepada individu yang mengalaminya.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Spielberger melahirkan suatu teori
tentang STAI yaitu, State-Trait Anxiety Inventory. Kecemasan untuk
berkomunikasi dengan orang lain dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu
kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang sebagai sifat (trait)
dan kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan seseorang
tidak mampu menyampaikan pesannya secara jelas (state).
Anxiety is form of stress or tension, which people seek to reduce or avoid.
It is a complex reaction involving fear, apprehension, tension, and nervousness
(Spielberger & Levitt dalam communication research, Rubin. 445). Dari
penjelasan Spielberger diatas kita dapat melihat bahwa. Kecemasan adalah suatu
12
bentuk stress atau keteganganggan yang ingin dikurangi ataupun dihindari oleh
seseorang. Hal ini merupakan reaksi yang angat kompleks dari rasa takut,
khawatir, tegang, dan rasa gelisah.
The State – Trait Inventory (STAI) dikembangkan sebagai riset yang
meneliti tentang kecemasan. Menurut peneliti sebelumnya, Spielberger,
kecemasan dalam sifat (trait) mencerminkan “ keadaan emosi sementara atau
kondisi dari seseorang yang merasakan perasaan tegang dan ketakutan, serta
mengalami aktivitas system saraf yang tinggi”. State-Trait Anxiety Inventory
(STAI) was developed as a research tool for the study of anxiety. According to the
developer of this method, Spielberger, state anxiety reflects a "transitory
emotional state or condition of the human organism that is characterized by
subjective, consciously perceived feelings of tension and apprehension, and
heightened autonomic nervous system activity".
Penelitian ini merujuk kepada Trait anxiety (A-trait). Penelitian akan
dilakukan dalam teritori ataupun batasan dari Trait anxiety (kecemasan sikap). A-
trait refers to relatively stable individual differences in anxiety proneness
(Spielberger & Vagg dalam communication research, Rubin. 445). Seperti yang
telah disebutkan diatas, kecemasan sifat mengacu kepada kestabilan relative
perbedaan individual pada daerah tertentu yang rawan kecemasan.
Trait Communication anxiety merupakan derajat kecemasan yang relatif
stabil dan relatif panjang waktunya ketika seseorang dihadapkan pada berbagai
konteks komunikasi, seperti misalnya dalam public speaking, pertemuan-
pertemuan (meetings), komunikasi antarpribadi, dan komunikasi kelompok,
sementara itu kecemasan berkomunikasi juga bisa dilihat sebagai refleksi
13
orientasi kepribadian dari seseorang yang mengalami tingkat kecemasan
berkomunikasi. Komunikasi kekhawatiran (Communication Apprehension) telah
di definisikan sebagai "tingkat ketakutan atau kecemasan individu yang
berhubungan dengan situasi atau diantisipasi nyata saat berkomunikasi dengan
orang lain atau orang-orang”.
McCroskey, Orang-orang seperti itu cenderung menghindari komunikasi
di depan umum, bahkan pada kebanyakan situasi, banyak mahasiswa yang sengaja
menghindar karena menganggap menghindar sebagai sebuah keadaan yang
menguntungkan..(http://www.jamescmccroskey.com/publications/bookchapters/
007_1986_C21.pdf).
Sebuah contoh umum adalah mahasiswa yang tidak pernah berpartisipasi
dalam diskusi kelas. Survei kecemasan berkomunikasi ini menggunakan skala
likert dalam angketnya nanti yang menunjukkan rentang paling besar atau pun
kecil untuk setiap pernyataannya. Merujuk pada penelitian sebelumnya,
penellitian kecemasan berkomunikasi pada kecemasan sifat (A-trait)
dikelompokkan ke dalam 3 sub skala berikut ini:
- Dyadic Encounters (komunikasi tatap muka)
- Small groups communication (komunikasi kelompok kecil)
- Public speaking performance (berbicara didepan publik)
Berdasarkan kerangka pikir inilah, peneliti ingin membahas tentang
kecemasan dalam sifat seseorang disaat beraktivitas dalam keseharian
akademiknya dikampus.
14
1.10 Operasional Variabel
Berdasarkan pertanyaan riset yang berisi mengenai Kecemasan
Berkomunikasi dalam Lingkup Akademis Yang dialami Oleh Mahasiswa di
Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas
Islam Bandung, dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi interpersonal
yang dikembangkan melalui teori Communication Anxiety Inventory, yang
meneliti tentang Trait-Anxiety Communication maka variabel-variabel dalam
penelitian ini dioperasionalisasikan dalam matriks sebagai berikut.
Gambar 1. Operasional Variabel (Communication Research Measures: a
sourcebook Volume 2, Halaman 109-113)
1.11 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.10.1Metode penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif dengan jenis komparatif. Metode deskriptif
menurut Nazir (1999;63) bahwa, “Metode deskriptif adalah suatu metode
15
Kecemasan komunikasi pada mahasiswa di FIKOM - UNISBA (teori CAI-Form Treat)
Dyadic Encounters
Small GroupsPublic Speaking
Performance
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Dengan
demikian penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki secara terperinci untuk menghasilkan
rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang. Dalam
metode deskriptif peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena
tertentu hingga merupakan suatu studi komparatif.
Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin
memberi jaawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisa
faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena
tertentu. Jangkauan waktu adalah sekarang. Metode penelitian komparatif
bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang
dikumpulkan telah selesai berlangsung.
Penelitian yang dilakukan meliputi penilaian aspek komunikasi diadik,
public speaking dan komunikasi kelompok kecil selama periode yang diamati.
Data selanjutnya akan diolah, di analisa dan di proses lebih lanjut dengan
dasar-dasar teori yang telah dipelajari untuk penarikan kesimpulan penelitian.
1.10.2Teknik Pengumpulan data
Data Primer: dikumpulkan melalui angket yang disebarkan kepada
responden terpilih, dalam penelitian ini yaitu mahasiswa di tiga fakultas
yang akan menjadi fokus penelitian yang mahasiswanya masih terdaftar di
UNISBA sebagai mahasiswa aktif.
16
Data Sekunder: data-data penunjang terkait dengan penelitian. Berupa
buku-buku, literatur, dokumen-dokumen, dll. Atau, hasil untuk
mempertajam analisis.
Guna melengkapi data dari penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Angket
Adalah cara memperoleh data dengan mengajukan daftar
pertanyaan kepada responden yang telah ditentukan yaitu mahasiswa dari
tiga fakultas yang telah disebutkan sebelumnya, dan masih terdsaftar
sebagai mahasiswa aktif di fakultas tersebut.
2. Teknik Kepustakaan
Adalah cara memperoleh data yang diperlukan dengan cara
menelaah teori, pendapat-pendapat, serta pokok-pokok pikiran yang
terdapat dalam buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini.
1.10.3Populasi dan Sample
a. Populasi,
keseluruhan dari subjek yang akan diteliti ciri-cirinya, atau diduga
karakteristiknya, dalam hal ini adalah mahasiswa dari Fakultas
Hukum, Fakultas Psikologi, dan fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Bandung.
17
b. Sampel. Pemilihan subjek penelitian sebagai sampel dilakukan dengan
teknik sampling berimbang (Propotional Sampling). teknik sampling
berimbang atau sering disebut teknik sampling kelompok berimbang
acak selalu dikombinasikan dengan teknik lain yang berhubungan
dengan populasi yang tidak homogen. Kata “berimbang” merujuk pada
ukuran jumlah yang tidak sama, disesuaikan dengan jumlah anggota
tiap-tiap kelompok yang lebih besar. Dengan pengertian itu maka
dalam menentukan anggota sample, peneliti mengambil wakil-wakil
dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada dalam masing-
masing kelompok/fakultas tersebut.
Teknik sampling kelompok berimbang acak, Sampel dari penelitian ini
yaitu, mahasiswa angkatan 2008 dari tiga fakultas yang ada di
universitas islam bandung (Hukum, psikologi dan Ilmu komunikasi).
Langkah yang ditempuh dalam penetapan sample yaitu :
o Menghitung jumlah total seluruh mahasiswa yang akan diteliti dari
angktan 2008 di tiga fakultas tersebut .
Fakultas hukum = 175 orang
Fakultas Psikologi = 143 orang
Fakultas Ilmu komunikasi = 265 orang
Total seluruh populasi yaitu, 583 orang.
18
o menentukan besar sample yaitu sebesar 50% dari populasi ,
sehingga : 50
100 x 583 orang = 291,5 , dibulatkan menjadi 292
orang.
o Pengambilan anggota sample sesuai dengan mahasiswa tiap
fakultas yaitu,
Fakultas hukum = 13
x 292 orang = 97,5 orang =
digenapkan menjadi 97 orang.
Fakultas Psikologi = 13
x 292 orang = 97,5 orang
= digenapkan menjadi 97 orang.
Fakultas Ilmu komunikasi = 13
x 292 orang = 97,5 orang,
dibulatkan menjadi 98, dengan pertimbangan untuk
menggenapkan data sample dan mahasiswa angkatan 2008
fakultas ilmu komunikasi mendominasi dibanding dua
fakultas diatas.
1.12 Narasumber atau Key Informan
Objek dalam penelitian ini adalah tiga fakultas yang ada di universitas
islam bandung yang dianggap peneliti merupakan representasi dari unisba, dan
subjek penelitiannya yaitu unisba. Nara sumber ataupun Key Informan dari
penelitian ini yaitu mahasiswa angkatan 2008 yang masih terdaftar sebagai
mahasiswa aktif di tiga fakultas yang akan diteliti oleh peneliti.
19
1.13 Organisasi Karangan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi organisasi karangan
kedalam 5 bab, setiap bab terdiri atas beberapa bagian yang dirinci dengan bagian
yang lebih spesifik (subbab).
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan masalah, alasan pemilihan masalah,
anggapan dasar, operasional variable, metode dan teknik pengumpulan data,
populasi dan sample, serta organisasi karangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan dasar teori ilmu pengetahuan pelengkap yang berkaitan dengan
pokok permasalahan. Pada bab ini diuraikan mengenai pengertian komunikasi,
komunikasi interpersonal, teori communication Anxiety.
BAB III SEJARAH INSTITUSI
Merupakan tinjauan mengenai objek penelitian yang menguraikan profil / sejarah
singkat UNISBA dan tiga fakultas yang diteliti.
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan analisis / pengolahan data mengenai data
responden dan data penelitian. Analisis dan Interpretasi, tersusun atas Analisis
20
untuk setiap subvariabel, Menganalisis semua temuan yang didapat dari angket
yang dilakukan kepada mahasiswa di tiga fakultas UNISBA dan disertai
interpretasi seputar temuan yang didapat.
BAB V PENUTUP
Merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini akan menguraikan
rangkuman dan kesimpulan hasil penelitian serta memberikan saran-saran berupa
alternative pemecahan masalah maupun penentuan sasaran guna penelitian
selanjutnya.
21