BAB I Revisi

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi jangka panjang dalam membangun sumber daya manusia yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai suatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Bahkan ada beberapa negara yang menempatkan pendidikan di urutan pertama dalam membangun bangsa. Indonesia sebagai negara yang besar menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat lihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan harus mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan profesional, termasuk didalamnya kebutuhan dunia kerja dan respon terhadap perubahan masyarakat dan perubahan kemajuan dunia. Dalam mempersiapkan SDM pembangunan, pendidikan tidak bisa hanya terfokus pada kebutuhan material, tetepi juga menyentuh dasar untuk memberikan watak pada visi dan misi pendidikan yaitu perhatian mendalam pada etika moral spiritual yang luhur. Dalam hal ini, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh

description

Pengaruh Kompetensi Profesional guru dan perhatian orang tua terhadap motivasi belajar guru

Transcript of BAB I Revisi

Page 1: BAB I Revisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang dalam membangun

sumber daya manusia yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan

peradaban manusia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel

pendidikan sebagai suatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan

bangsa dan negara. Bahkan ada beberapa negara yang menempatkan pendidikan

di urutan pertama dalam membangun bangsa.

Indonesia sebagai negara yang besar menempatkan pendidikan sebagai

sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat lihat dari isi pembukaan UUD 1945

alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan harus mampu

menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan profesional,

termasuk didalamnya kebutuhan dunia kerja dan respon terhadap perubahan

masyarakat dan perubahan kemajuan dunia.

Dalam mempersiapkan SDM pembangunan, pendidikan tidak bisa hanya

terfokus pada kebutuhan material, tetepi juga menyentuh dasar untuk memberikan

watak pada visi dan misi pendidikan yaitu perhatian mendalam pada etika moral

spiritual yang luhur. Dalam hal ini, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh

Page 2: BAB I Revisi

2

penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti

peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang

disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim

pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintah, baik

pusat maupun daerah.

Pembalajaran merupakan inti dari pendidikan, pembelajaran akan berjalan

baik bila seorang siswa memiliki motivasi dalam belajar. Motivasi belajar

merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat

melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan serta pengalaman.

Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.

Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi,

mendapat kedudukan dalam jabatan, menggapai cita-cita, dan memecahkan

masalah.

Dalam pandangan Ngalim Purwanto, motivasi memiliki tiga fungsi pokok.

Pertama, mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motivasi tersebut

berfungsi sebagai penggerak atau motor yang memberikan energi (kekuatan)

kepada seseorang untuk melakukan tugas. Kedua, menentukan arah perbuatan,

yakni ke arah suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari

jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Ketiga, menyeleksi

perbuatan. artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan,

guna mencapai tujuan tertentu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi tujuan dimaksud.1

Dikaitkan dengan pencapaian kompetensi anak didik, fungsi-fungsi di atas

sangat penting untuk diperhatikan. Motivasi dapat dijadikan sarana paling efektif

guna mengarahkan anak didik mencapai tujuan dan mengaktifkannya dalam

kegiatan pembelajaran.

Motivasi belajar dapat tumbuh dari dalam diri siswa dan dari luar siswa,

dorongan dari dalam biasanya mengalir dari dorongan kebutuhan belajar, ia

percaya tanpa belajar hasilnya tidak akan maksimal. Sedangkan dari luar biasanya

1 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999, hal. 71.

Page 3: BAB I Revisi

3

dipengaruhi oleh sokongan dari luar seperti guru dan orang tua dalam

menyadarkan anak didiknya untuk belajar dan memiliki pengetahuan.

Siswa dalam motivasi belajarnya sangat dipengaruhi banyak faktor,

beberapa nilai yang dihasilkan siswa dari proses belajarnya menunjukan bahwa

motivasi siswa dalam belajar cendrung berubah. Apabila motivasi belajarnya

tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai yang dihasilkan akan baik. Kehadiran

siswa juga mempengaruhi proses pembelajaran, apabila kehadiran siswa tinggi

maka akan menjadikan proses pembelajaran semakin efektif dalam mencapai

tujuan yang diharapkan.

Pada tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Amaliah, hasil belajar yang

dicapai pada tiap tingkatan cenderung masih jauh dari yang diharapkan. Masih

adanya beberapa siswa yang nilainya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum). Berdasarkan sampel hasil ulangan kenaikan kelas :

Tabel 1.1

Jumlah Siswa Nilai UAS dibawah KKM

No Kelas Jumlah

Siswa

Jumlah Siswa nilai UAS dibawah KKM Total

1 Mapel 2 Mapel 3 Mapel

1. VIII.1 33 Siswa 6 Siswa 1 Siswa 5 Siswa 12 Siswa

2. VIII.2 32 Siswa 5 Siswa 2 Siswa 4 Siswa 11 Siswa

3. VIII.3 34 Siswa 5 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 12 Siswa

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat masih banyaknya siswa yang

nilainya dibawah KKM. Berdasarkan pengamatan dilapangan siswa yang nilainya

dibawah KKM adalah siswa yang bermasalah dalam belajarnya. Banyaknya siswa

yang tidak melaksanakan tugas harian, tidak peduli terhadap nilainya dibuktikan

dengan siswa tidak mengikuti program ramedial, kemudian banyaknya siswa yang

tidak hadir, hal itu berdasarkan data kehadiran siswa sebagai berikut :

Page 4: BAB I Revisi

4

Tabel 1.2

Data Sampel Kehadiran Siswa 2014/2015

KELAS OKTOBER NOVEMBER JANUARI Rata-Rata

Perkelas

VIII.1 94,02 94,84 95,13 94,66

VIII.2 89,44 92,83 91,48 91,25

VIII.3 93,19 95 93,47 93,89

VIII.4 97,08 95 92,63 94,90

VIII.5 87,5 92,63 93,94 91,36

VIII.6 91,44 91,05 92,63 91,71

Rata-Rata

Kehadiran 92,11 93,56 93,21 92,96

Berdasarkan data tabel 1.2, dapat dilihat bahwa total rata-rata kehadiran

kelas VIII yaitu 92,96%. Dalam proses pembelajaran diharapkan siswa rata-rata

kehadiran minimal 95%. Sehingga dapat disimpulkan rendahnya kehadiran siswa

menyebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran siswa di SMP Amaliah.

Motivasi siswa dalam belajar menunjang perolehan nilai yang maksimal.

Motivasi sebagai mana telah disebutkan sebelumnya, dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor ekstrinsik. Manusia sebagai makhluk sosial tentu mendapatkan

pengaruh dari lingkungannya.

Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan

strategis. Karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem

pendidikkan. Guru sangat menentukan keberhasilan peserta dididik, terutama

dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar, karena ketika proses

pembelajaran berlangsung guru dapat melakukan apa saja dikelas. Ia dapat tampil

menjadi sosok menarik sehingga mampu menebarkan motivasi belajar dan

berprestasi siswa. Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar,

seorang guru tidak menutup kemungkinan akan tampil menjadi sosok yang

membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa, bahkan

proses pembelajaran tersebut secara tidak sadar dapat mematikan kreatifitas,

menumpulkan daya nalar dan mengabaikan aspek afektif.

Sebagai salah satu element tenaga kependidikan, seorang guru harus

mampu melaksanakan tugas membimbing, membina,mengasuh ataupun mengajar

Page 5: BAB I Revisi

5

secara profesional. ibaratnya seperti sebuah lukisan yang akan dipelajari oleh

anak didiknya, baik buruk hasil lukisan bergantung kepada contoh yang diberikan

oleh guru.

Secara umum, ada tiga tugas guru sebagai profesi, yakni mendidik,

mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-

nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

; melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk kehidupan

siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seseorang

guru dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan dan kompetensi tertentu

sebagai bagian dari profesionalisme guru.

Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa yang dapat

dilakukan seseorang dalam bekerja, serta apa wujud dari pekerjaan tersebut yang

dapat terlihat. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, seseorang harus memilki

kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan

dengan bidang pekerjaannya.

Menurut Suyanto dan Djihad Hisyam ada tiga jenis kompetensi guru 1)

kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas pada bidang studi

yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam

proses belajar mengajar yang diselenggarakan. 2) kompetensi kemasyarakatan,

yaitu mampu berkomunikasi dengan siswa, sesama guru dan masyarakat luas

dalam konteks sosial. 3) kompetensi personal yaitu memiliki kepribadian yang

mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu

menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing

madya mangun karsa, tut wuri handayani. 2

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan standar

kompetensi dan sertifikasi guru, antara lain dengan disahkannya undang-undang

guru dan dosen yang kesemua itu dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme

dan kompetensi guru.

Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 1:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar

2 Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, Jakarta : Esensi, 2013, hal.40.

Page 6: BAB I Revisi

6

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah.”

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007

tentang standar kompetensi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa :

“kualifikasi akademik guru SD/MI, SMP/Mts, dan SMA/MA minimum diploma 4

(D-4) atau Sarjana (S-1). Dalam PMPN ini juga disebutkan bahwa “guru harus

menguasai empat kompetensi utama, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial dan

profesional. Keempat kompetensi ini terintegrasi dalam kinerja guru.

Kata kompetensi profesional terdiri dari dua kata kunci yaitu

“kompetensi” dan “profesional”. Kompetensi berarti pengetahuan, keterampilan

dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak,

sedangkan profesional adalah suatu jabatan yang digunakan untuk melayani

masyarakat dimana mereka memerlukan bidang ilmu dan ketrampilan tertentu

yang sesuai dengan profesi yang diembannya.3

Kompetensi guru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar karena

guru merupakan sosok terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Kompetensi yang

dimiliki oleh guru merupakan wujud dari pelaksanaan profesinya, yang mana

pada dasarnya guru profesional adalah guru yang memiliki keterampilan,

kompetitif, cakap dalam pengajaran serta memiliki pribadi yang baik dan mampu

melakukan penyesuaian diri dalam masyarakat. Perlu kita sadari kompetensi

professional guru sangat penting dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan

untuk mencetak siswa yang cerdas dan mampu menjadi penerus generasi yang

handal.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama dan mengevaluasi

siswa, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar

dan pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia pendidikan merupakan

bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan

diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Karena

bagaimanapun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan

cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan

3 Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta : Rineka Cipta, 1999, hal.15.

Page 7: BAB I Revisi

7

tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan motivasi tersendiri bagi siswa

dan juga memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik. 4

Guru memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti mengerakkan

siswa untuk melakukan suatu keinginan. Pada tahap awal akan menyebabkan si

subjek belajar itu merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan suatu kegiatan

belajar. 5

Dalam proses pembelajaran guru harus bisa membangun dan menciptakan

kondisi tertentu agar siswa selalu merasa butuh dan berkeinginan untuk belajar.

Selain dari pada itu, peran guru adalah sebagai pengajar, pembimbing, pelatih,

manajer, supervisor, leader, inovator, dan motivator. Terkait dengan peran

edukatif untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa

memerlukan motivasi dari dalam diri sendiri (intrinsic) maupun dari luar

(ekstrinsik).6 Sehingga diharapkan seorang guru selalu membimbing bakat siswa

serta memberi motivasi untuk meraih prestasi yang lebih baik demi mencapai cita-

cita dan masa depan yang lebih cerah.

Selain itu, faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi motivasi belajar

siswa adalah orang tua. Orang tua adalah pelaku utama dalam mendidik anak

sebelum orang lain yang mempengaruhinya. Karena orang tua lebih banyak waktu

bersama dengan anak yaitu di saat anak tersebut membutuhkan bimbingan,

perhatian, dan pengarahan yang intensif diharapkan anak akan lebih mantap dalam

menghadapi kesulitan-kesulitan hidup di masa yang akan datang.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,

karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian

bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua

dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan

untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari

orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari.

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia

belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya

4 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali, 2014, hal.32.

5 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,..., hal .77-78.

6 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar r,..., hal. 91-90.

Page 8: BAB I Revisi

8

anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar

pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.

Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga.

Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai

pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak -

anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan

tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik

membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada

yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang

banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.

Orang tua harus lebih mengkokohkan sikap, mental dan perilaku anak

dalam aktivitasnya sehari-hari. Para orang tua biasanya dapat mengerti sifat, dan

karakteristik anak. Setiap anak memiliki bakat, orang tua bertugas

mengembangkan bakat sedini mungkin agar mereka dapat mencapai segala

potensi yang mereka miliki. Orang tua tidak perlu memiliki uang banyak untuk

mengembangkan daya fikir, tetapi orang tua harus lebih sering meluangkan

waktunya agar bisa menyesuaikan minat serta bakat yang dimiliki anak dan

kemudian memberi respons yang sesuai.

Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan

menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang

dapat menerima anaknya sebagaimana adanya, maka si anak cenderung dapat

tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang membangun, belajar

memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat, semakin

produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya.

Peranan perhatian orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting

adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak. Itu karena

pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi dan

menjamin kehidupan emosional anak. Keberhasilan siswa tidak lepas dari peran

penting keluarga terutama orang tua dalam memberikan perhatian akan kebutuhan

material dan non material

Page 9: BAB I Revisi

9

Perhatian kebutuhan material meliputi fasilitas belajar dan biaya,

sedangkan kebutuhan non material berupa dorongan positif agar siswa

mempunyai kemampuan untuk belajar. Perhatian orang tua dapat memotivasi

siswa menjadi rajin belajar di sekolah maupun di rumah.

Orang tua yang selalu memberikan motivasi belajar kepada anaknya,

menemaninya ketika belajar, memberikan hadiah (reward) maupun hukuman

(funishment) sebagai konsekwensi hasil belajar anaknya sehingga ia akan meraih

prestasi yang menggembirakan.

Dengan demikian, kompetensi guru dan perhatian orang tua berpengaruh

terhadap motivasi belajar siswa. Banyak para ahli pendidikan yang harus dikuasai

guru dalam proses belajar mengajar. Begitu juga dengan orang tua sebagai

pendidik utama yang dapat membantu anaknya dalam menghadapi kesulitan

belajar anak.

Sekolah Menengah Pertama (SMP AMALIAH) Ciawi Bogor adalah salah

satu SMP di wilayah Kecamatan Ciawi Bogor. Sekolah ini menjadi pilihan para

siswa dan orang tua sebagai tempat menimba ilmu, karena siswa bukan hanya

mendapatkan ilmu pengetahuan umum saja melainkan mendapatkan ilmu agama

melebihi sekolah-sekolah lain yang merupakan sekolah umum.

Letak geografis SMP yang terletak dipersimpangan antara kota bogor,

kabupaten bogor menjadikan siswa SMP Amaliah Heterogen, latar belakang

budaya, pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua serta profesionalisme

guru berpengaruh terhadap perilaku siswa termasuk motivasi belajarnya.

Motivasi Siswa SMP Amaliah masih belum dikatakan baik, masih terdapat

siswa yang membolos sekolah, melanggar peraturan, keluar kelas ketika guru

tidak hadir, dan beberapa hal yang menunjukkan kurang antusiasnya siswa dalam

belajar.

Dengan kompetensi profesional dan perhatian orang tua yang tinggi

seharusnya mampu melahirkan motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa.

Namun penulis selama melakukan pengamatan masih menjumpai tidak sedikit

dari siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, seperti masih

cukup banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru,

Page 10: BAB I Revisi

10

melanggar tata tertib sekolah, tidur dalam kegiatan pembelajaran, dan membuat

gaduh kelas sehingga kegiatan pembelajaran tidak kondusif. Sehingga hal ini

bertentangan dengan teori yang telah penulis paparkan.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, Penulis untuk meneliti tentang

“PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN PERHATIAN

ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP

AMALIAH CIAWI, BOGOR”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat

menetapkan beberapa rumusan pokok permasalahan antara lain:

1. Adanya kecenderungan menurunnya motivasi belajar siswa-siswa di

segala jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia termasuk SMP

sehingga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Belum optimalnya kualitas pembelajaran yang disebabkan kurangnya

kompetensi profesional guru yang dimiliki oleh guru sebagai pengajar

sekaligus pendidik sehingga harus diminimalisir dengan adanya

pendidikan lanjut, seminar, atau pelatihan yang berkelanjutan dengan

tujuan meningkatkan kemampuan guru

3. Adanya anggapan bahwa keberhasilan belajar anak ditentukan oleh guru

dan sekolah, sehingga orang tua meyerahkan sepenuhnya kepada sekolah

tanpa memperhatikan kebutuhan anak dirumah.

4. Kesibukan orang tua memenuhi kebutuhan hidup sehingga perhatian

orang tua terhadap pendidikan dan Adanya Salah satu indikator yang

menyebabkan motivasi belajar siswa menurun adalah kurangnya

perhatian orang tua.

5. Banyaknya permasalah anak dalam belajar disekolah dipengaruhi oleh

kondisi keluarga, sehingga menyebabkan menurunnya motivasi belajar di

sekolah.

Page 11: BAB I Revisi

11

6. Disisi lain diagnosa kompetensi profesional guru didalam dunia

pendidikan dirasa cukup penting dan perlu untuk dibahas dan diteliti.

Karena Guru Profesional mempunyai hubungan yang cukup tinggi

dengan motivasi belajar siswa.

7. Bahwa motivasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal

merupakan hal yang sangat pokok untuk diperhatikan, karena dengan

motivasi siswa akan memiliki daya, baik secara intrinsik maupun

ekstrinsik yang membuat mereka mau belajar dari pengalaman atau yang

lain.

8. Perhatian orang tua tehadap pendidikan anak dalam keluarga merupakan

bagian penting dalam proses pendidikan, sehingga semakin baik

perhatian orang tua terhadap proses pendidikan semakin baik motivasi

anak dalam belajar untuk mencapai cita-cita.

9. Belum optimalnya kerjasama antara guru dan orang tua dalam

mengupayakan peningkatan motivasi belajar siswa, orang tua masih

belum berkunjung kesekolah dan bertanya kepada guru tentang

permasalahan anak disekolah. Sehingga anak juga kurang mendapat

motivasi.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan

tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis

memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi

dalam konteks permasalahan yang terdiri dari:

1. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Amaliah yang beralamat di

Jl. Tol Ciawi No 1 Kec. Ciawi, Kab. Bogor.

2. Objek penelitian ini adalah siswa SMP Amaliah kelas VII.

3. Adapun permasalah yang diteliti adalah

a. Kompetensi Profesional Guru di SMP Amaliah Ciawi , Kabupaten

Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Page 12: BAB I Revisi

12

b. Perhatian orang tua di SMP Amaliah Ciawi, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat.

c. Kompetensi Profesional Guru dan perhatian orang tua serta

pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa kelas VII dan di SMP

Amaliah Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

D. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat

menetapkan beberapa rumusan pokok permasalahan antara lain:

1. Apakah terdapat pengaruh kompetensi profesional guru secara positif

dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa ?

2. Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua secara positif dan

signifikan terhadap motivasi belajar siswa ?

3. Apakah terdapat pengaruh kompentensi profesional guru dan perhatian

orang tua secara positif dan signifikan secara bersama-sama terhadap

motivasi belajar siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari fakta mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menguji empiris pengaruh kompetensi profesional guru terhadap

motivasi belajar siswa.

2. Menguji empiris Perhatian orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

3. Menguji empiris pengaruh kompentensi profesional guru dan

perhatian orang tua secara bersama-sama terhadap motivasi belajar

siswa.

Page 13: BAB I Revisi

13

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan

pada pertimbangan kontekstual dan konseptual dan manfaat prkatis yang dapat

digunakan untuk perbaikan bagi proses belajar mengajar di SMP Amaliah, Bogor.

Adapun manfaat penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menambah

pemahaman khususnya mengenai kajian konsep-konsep kompetensi

profesional guru dan perhatian orang tua dalam membentuk motivasi

belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai

berikut :

a. Dapat menyelesaikan masalah secara teoritis.

b. Memberikan informasi dan kontribusi pemikiran serta bahan

pertimbangan bagi pelaksaan pendidikan, khususnya di lokasi

tempat penelitian (SMP Amaliah Ciawi-Bogor) dan hal-hal yang

harus dilakukan berhubungan dengan motivasi belajar siswa.

c. Memperkaya khazanah ilmu kependidikan, khususnya yang

berkaitan dengan kompetensi profesional guru, perhatian orang tua

dan motivasi belajar siswa.