BAB I PTK

download BAB I PTK

of 29

Transcript of BAB I PTK

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana proses pembelajaran IPA menuntut pengalaman langsung siswa agar dapat mengembangkan kemampuannya untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar. Hal ini dinyatakan BSNP (2006:484) "IPA merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dalam menjelajahi an memahami alam sekitar secara ilmiah". Dalam meningkatkan mutu pendidikan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengupayakan bagaimana siswa dapat belajar sehingga informasi yang diperolehnya dapat diproses dengan baik dan bertahan lama dalam pikirannya. Hal ini diperkuat oleh Zayadi (dalam Sri Rahayu, 2009:2) yang menyatakan bahwa "pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang direncanakan". Ketepatan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, karena pendekatan pembelajaran yang digunakan akan menentukan bagaimana berlangsungnya proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat memberikan inovatif untuk meningkatkan proses pembelajaran karena pendekatan kontekstual ini memiliki karakteristik yaitu, adanya kerja sama antar kelompok, siswa aktif dan guru kreatif, dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, pembelajaran

berlangsung dengan menyenangkan sehingga siswa belajar dengan semangat dan tidak membosankan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini, yang dapat membantu guru untuk mengaitkan pembelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan pernyataan Mansur (2008:41) pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang tenang dan menyenangkan. Dengan demikian dapat memungkinkan siswa untuk termotivasi dalam belajar karena pembelajaran dilakukan secara alamiah dan siswa dapat mempraktekkannya secara langsung. Pendekatan kontekstual dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena siswa bekerja dan mengalami sendiri sehingga siswa akan lebih semangat karena masalah yang dihadapkan sesuai dengan kehidupan siswa. Hal ini dijelaskan oleh Nurhadi (2003:4) pendekatan kontekstual mempunyai kelebihan yaitu pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa karena pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa dan strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan menambah semangat dan kreatifitas siswa, karena masalah yang dihadapkan

kepada siswa adalah masalah yang ada di lingkungannya dan akan berguna di kehidupan tersebut. Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat membantu siswa dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata yang dialaminya, sehingga pembelajaran itu akan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa serta siswa dapat menerapkannnya dalam kehidupannya sehari-hari. Kenyataan yang terjadi di lapangan masih sama seperti dulu, pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) guru lebih memakai metode ceramah, sehingga siswa pasif karena hanya mendengar penjelasan dari guru. Sehingga suasana belajar kurang menarik bagi siswa, sehingga pembelajan IPA kurang diminati oleh siswa. Berdasarkan uaraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitain dengan judul : "Peningkatan Pembelajaran IPA melalui Pendekatan Kontekstual di Kelas V SD Negeri 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Saawahlunto". B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian secara umum adalah Bagaimana Peningkatan Pembelajaran IPA melalui pendekatan kontekstual di Kelas V SD Negeri 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto? Untuk menjawab permasalahan ini perlu diketahui : 1. Bagaimana bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam peningkatan pembelajaran IPA di Kelas V Sekolah Dasar?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam peningkatan pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar? 3. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam peningkatan pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penulisan Penilitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan pembelajaran IPA melalui pendekatan kontekstual di kelas V SD Negeri 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto, melalui kegiatan : 1. Mendeskripsikan bentuk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam peningkatan pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan

pembelajarn dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam peningkatan pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar. 3. Mendeskripsikan hasil belajar

siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam peningkatan pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar. D. 1. Manfaat Penelitian Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang pendekatan pembelajaran IPA di SD yang diajukan sebagai salah satu syarat penyusunan skripsi

untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP).

2.

Bagi Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru-guru SD dalam rangka penyempurnaan proses pembelajaran yang akan dilakukan. 3. Bagi Sekolah

Memperkaya model-model pembelajaran dalam mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar.

KAJIAN DAN KERANGKA TEORI A. Kajian Teori 1. a. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Carin (dalam http://www.Litogama.org, 2009:2) IPA adalah system pengetahuan tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol yang di dalamnya memuat proses, produk, dan sikap manusia. Pembelajaran IPA di SD dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Jadi, berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

b.

Tujuan IPA IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memperoleh

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA, mengembangkan rasa ingin tahu, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, meningkatkan kesadaran dalam memelihara lingkungan, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam, dan memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA. Seperti yang diungkapkan BNSP (2006:484), mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap ke besaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya, 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD adalah untuk menumbuhkan pada diri siswa rasa syukur terhadap Sang Pencipta, menanamkan rasa ingin tahu tentang segala ciptaanNya, dan melatih berpikir logis dan ilmiah. Selain itu, melalui pembelajaran IPA siswa diharapkan mampu menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan sekitar. c. Ruang Lingkup IPA Ruang lingkup IPA adalah makhluk hidup dan proses kehidupannya, benda dan sifat-sifatnya, energi dan perubahnnya, serta bumi dan alam semesta. Hal ini diungkapkan BNSP (2006:485), ruang lingkup IPA meliputi berbagai aspek: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunannya meliputi benda padat, cair dan gas, 3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sderhana, 4) Bumi dan alam

semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Selanjutnya Muslichach (2006:24) menyatakan ruang lingkup IPA di SD adalah: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunannya meliputi benda padat, cair dan gas, 3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, 4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya, 5) sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan penerapan konsep sains melalui suatu karya teknologi sederhana. Dari pendapat di ata dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPA di SD adalah makhluk hidup dan proses kehidupannya, benda/materi, sifat-sifatnya dan kegunaannya, energi dan perubahannya, bumi dan lam semesta, dan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 2. Pengertian Pendekatan Secara umum, pendekatan adalah cara atau usaha dalam mendekati atau mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Pendekatan merupakan titik tolak terhadap proses pembelajaran yang akan dilakukan. Pendekatan juga merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan secara sistematis terhadap tujuan yang akan dicapai.

Syaiful (2003:62) menyatakan bahwa "Pendekatan merupakan suatu pandangan guru terhadap siswa dalam menilai, menentukan sikap dan perbuatan yang dihadapi dengan harapan dapat memecahkan masalah dalam mengelola kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.

3.

Pendekatan Kontekstual

a) Pengertian Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diperkuat Nasar (2006:107) "Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa, secara penuh untuk dapat menemukan kaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka". Kemudian Nurhadi (2003:5) mengemukakan bahwa "Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya". Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata

dalam kelas dan membantu siswa menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna, serta menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran secara penuh.

b) Karakteristik Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual memiliki karakteristik yaitu kerjasama, saling menunjang, menyenangkan, belajar terintemenggunakan sumber belajar, siswa aktif dan guru kreatif, sharing dengan teman, dinding kelas dan lorong penuh dengan karya siswa. Sedangkan menurut Nurhadi (2003:13) karakteristik pendekatan kontekstual adalah : 1) Melakukan hubungan yang bermakna Artinya siswa dapat mengatur diri sendiri, yaitu sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat. 2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan Artinya siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata. Baik sebagai pelaku bisnis maupun sebagai anggota masyarakat. 3) Belajar yang diatur sendiri

Artinya siswa melakukan pekerjaan yang berarti. Maksudnya adalah mempunyai tujuan, mempunyai urusan dengan orang lain, mempunyai hubungan dengan penentuan pilihan, dan mempunyai hasil yang bersifat nyata.

4)

Bekerja sama Artinya siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja

secara efektif dalam kelompok dan membantu siswa memahami bagaimana saling mempengaruhi dan berkomunikasi. 5) Berfikir kritis dan kreatif Artinya siswa dapat menggunakan tingkat yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif. Yaitu dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti. 6) Mengasuh dan memelihara pribadi siswa Artinya siswa memelihara pribadinya. Yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, dan memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Dalam hal ini siswa tidak akan berhasil tanpa dukungan oaring tua. 7) Mencapai standar yang tinggi

Artinya siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi. Yaitu dengan mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. 8) Menggunakan penilaian yang autentik Artinya siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah dipelajari dalam pelajaran sains, matematika, kesehatan dan pelajaran bahasa inggris dengan mendesain sebuah mobil, merencanakan menu sekolah dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual adalah adanya kerja sama antara kelompok, siswa aktif dan guru kreatif, dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, mencapai standar tinggi, melakukan kegiatan yang signifikan dan menggunakan penilaian yang autentik. Apabila karakteristik tersebut telah dilaksanakan oleh guru dan siswa, maka pembelajaran yang dilakukan telah menggunakan pendekatan kontekstual. c) Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual Dalam penerapannya, pendekatan kontekstual memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari pendekatan kontekstual yaitu siswa akan lebih mengingat pengetahuannya, proses pembelajaran tidak membosankan, siswa merasa lebih dihargai, dan dapat memupuk kerjasama.

Nasar (2006:117) mengemukakan kelebihan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: 1) siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, 2) siswa dapat belajar dari teman melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi, serta 3) pembelajrannya terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting sesuai dengan kebutuhan, dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara, seperti proses kerja hasil karya, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual memiliki berbagai kelebihan antara lain dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa akan aktif dalam pembelajaran an menjadikan pembelajaran tersebut menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Pendekatan kontekstual juga mempunyai kekurangan-kekurangan tersebut adalah: a) karena pembelajaran kontekstual berorientasi siswa (student center), maka siswa akan susah belajar karena tingkat perkembangan dan kemampuan siswa tidak sama, b) dibutuhkan kesepian dari segala aspek yang menunjuk kelancaran pembelajaran, karena pembelajaran berlangsung di lingkungan alamiah, c) dalam pembelajaran kontekstual lebih mementingkan strategi dari pada hasil (http://samirtamq.blogspot.com) d) Komponen Utama Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual memiliki 7 komponen utama yaitu kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya. Komponen utama pendekatan kontekstual dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1) Konstruktivisme Konstruktivisme adalah landasan berpikir filosofi dalam pembelajaran kontekstual yang mengutamakan proses penemuan oleh siswa sehingga terbentuk suatu pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. 2) Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Ketika siswa menemukan sesuatu yang dicari, daya ingat siswa akan lebih melekat dibandingkan dengan orang lain yang menemukannya. Melalui proses menemukan itu, diharapkan pengetahuan dan pengalaman siswa dipahami sebagai pengetahuan dan pengalaman yang dicari, oleh, dan untuk mereka. 3) Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu menggali

informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengrahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Masyarakat belajar bisa tercipta apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam proses pembelajaran di kelas, masyarakat belajar dapat terwujud dengan membentuk kelompok-kelompok belajar yang memungkinkan antar siswa melakukan sharing pendapat atau pengalaman. 5) Pemodelan (Modeling) Pemodelan adalah sesuatu yang dapat ditiru oleh siswa untuk memudahkan, memperlancar dan membangkitkan ide dalam proses pembelajaran. Model dapat diperoleh dari guru, siswa lain atau dari luar sekolah yang relevan dengan konteks dan materi yang menjadi topic bahasan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. 6) Refleksi (Reflection) Pada akhir pembelajaran, guru menyediakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Refleksi ini merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa dibiarkan menafsirkan pengetahuannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian yng sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat proses pembelajaran yang dapat memberikan gambaran belajar siswa. Misalnya saat siswa melakukan kerja kelompok dan dalam melaporkan hasil kerjanya di depan kelas, juga dari hasil tes tulis atau tulisan. e) Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dengan langkah-langkah mengembangkan pemikiran siswa untuk belajar sendiri, menerapkan inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam penerapan pendekatan kontekstual dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1) Kembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkomunikasikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Adapun yang dimaksud dengan cara bekerja sendiri adalah bagaimana siswa itu bekerja tanpa bantuan guru, sehingga siswa bisa menemukan hal yang baru dan bisa menyampaikannya kepada orang lain. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri (menemukan). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa selalu bermula dari bertanya. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dari pembelajaran kontekstual. 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok). Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Pembelajaran dengan teknik masyarakat belajar ini bisa terjadi antara kelompok kecil, kelompok besar, bisa juga bekerja kelompok dengan kakak kelas serta dengan masyarakat. 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Pemodelan bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan cara belajar siswa atau melakukan apa yang kita inginkan supaya siswa melakukannya. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktifitas belajar. Model tidak hanya diperoleh dari guru, tetapi juga dapat melibatkan siswa. 6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan. Refleksi dapat berupa pernyataan langsung tentang apa yang telah diperoleh siswa,

catatan atau jurnal di buku siswa, kesan atau saran siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan dan hasil karyanya. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya. Penilaian sebenarnya adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian. Penilaian ini mengutamakan penilaian kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan suatu tugas. 4. Materi Pembelajaran pesawat Sederhana di Kelas V SD Pesawat sederhana merupakan alat yang dapat mempermudah pekerjaan manusia. Ada beberapa jenis pesawat sederhana yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda. Jadi dapat disimpulkan bahwa pesawat sederhana dapat dikelompokkan menjadi empat jenis. Jenis pesawat sederhana yang pertama adalahtuas/pengungkit. Tuas adalah alat untuk mengangkut beban, agar beban dapat terangkat dengan gaya yang sekecil mungkin. Pada alat ini terdapat tiga bagian yaitu kuasa, beban dan titik tumpu. Benda yang tertumpu pada suatu tempat disebut dengan titik tumpu. Gaya yang bekerja pada tuas disebut dengan kuasa, sedangkan benda itulah yang disebut dengan beban. Tuas/pengungkit digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Pengungkit jenis pertama, yaitu tuas yang titik tumpunya terletak diantara beban dan tuas, contohnya gunting, tang, pencabut paku, dan lain-lain.

2) Pengungkit jenis kedua, yaitu tuas yang bebannya terletak diantara kuasa dan titik tumpu, contohnya gerobak dorong, pemotong kertas, alat pemecah buah, pembuka botol. 3) Pengungkit jenis ketiga, yaitu tuas yang kuasanya terletak diantara beban dan titik tumpu, contohnya sekop, penjepit, pinset, tangan memegang beban, dan sebagainya. Jenis pesawat sederhana yang kedua adalah bidang miring. Bidang miring adalah suatu benda yang permukaannya miring. Bidang miring ini berfungsi untuk memudahkan kita untuk bekerja, misalnya untuk mengangkat peti ke atas truk yang memerlukan empat orang untuk mengangkatnya dengan adanya bidang miring cukup satu orang saja. Jenis pesawat sederhana yang ketiga adalah katrol. Katrol adalah pesawat sederhana yang digunakan untuk mengangkat benda, dengan merubah arah angkatan. Katrol juga dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : katrol tunggal, katrol tunggal bergerak dan katrol majemuk. Jenis pesawat sederhana yang keempat adalah roda berporos. Roda berporos adalah roda yang dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama. B. Kerangka Teori Dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini, dapat membantu siswa dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata yang dialaminya, sehingga pembelajaran itu akan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, serta siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ketujuh komponen pendekatan kontekstual diterapkan/digunakan dalam proses pembelajaran dengan materi pembelajaran pesawat sederhana. Tujuan dari penggunaan pendekatan kontekstual ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA.

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: a) Sekolah bersedia menerima pembaharuan, terutama dalam

proses pembelajaran

b)

Berdasarkan pengamatan penulis, pembelajaran IPA di

Sekolah itu belum menggunakan pendekatan kontekstual c) 2. Lingkungan dan kondisi sekolah yang mendukung Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto, yang berjumlah 15 orang siswa. Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah : 1) Penulis sebagai peneliti dan praktisi pada kelas V SDN 05 Tigo

Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto 2) Dua orang pengamat, yaitu guru Kelas V dan teman sejawat

B. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran IPA di Kelas V SDN 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto dengan pendekatan kontekstual. Penelitian difokuskan pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 2. a. Prosedur Penelitian Refleksi Awal / Studi Pendahuluan Peneliti melakukan studi pendahuluan berupa observasi awal terhadap pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar tertehal ini dilakukan untuk

mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dan siswa berkaitan dengan pendekatan pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar. Peneliti dan guru merumuskan permasalahan yang akan diangkat sebagai permasalahan penelitian, yakni melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual. b. Perencanaan Sesuai dengan rumusan masalah hasil studi pendahuluan, peneliti bersama guru membuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Tindakan ini berupa pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan rancangan tindakan pembelajaran yaitu dengan kegiatan berikut : 1) Menyusun rancangan tndakan berupa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2) Menyusun indicator, descriptor, dan criteria

pembelajaran pesawat seerhana dengan pendekatan kontekstual 3) Mempersiapkan instrument pengumpulan

data dalam penelitian berupa format pencatatan lapangan / lembar observasi 4) tindakan 3. a. Pelaksanaan dan Pengamatan Pelaksanaan Menentukan observer dalam pelaksanaan

Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran pesawat sederhana dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan materi yang berbeda. b. Pengamatan Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran pesawat sederhana di Kelas V SD dengan pendekatan kontekstual dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas V dan teman sejawat pada waktu peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran pesawat sederhana. 4. Refleksi Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini guru dan peneliti mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan adalah: 1) 2) Menganalisis tindakan yang baru dilakukan Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dan pelaksanaan

tindakan yang telah dilakukan 3) Melakukan intervensi, pemaknaan dan penyimpulan data yang

diperoleh C. Data dan Sumber Data 1. Data Penelitian Data dalam penelitian ini berupa hasil pengamatan, catatan lapangan / lembar observasi dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan dalam

pembelajaran pesawat sederhana dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SDN 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. 2. Sumber Data Sumber data penelitian adalah proses pembelajaran IPA di kelas V SDN 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto dengan pendekatan kontekstual, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, kegiatan evaluasi pembelajaran, serta evaluasi terhadap perilaku guru dan siswa sewaktu proses pembelajaran. D. Instrumen Penelitian Mengukur hasil dari tindakan yang diberikan, digunakan instrument berupa : rambu-rambu analisis karakteristik penerapan pendekatan konteksual dari aspek guru (peneliti) dan siswa, dokumentasi serta tes / evaluasi. E. Analiasis Data Tahap analisis yang dilakukan adalah : 1) Menelaah data yang terkumpul baik melalui observasi, pencatatan, perekaman dengan melakukan proses transkripsi hasil pengamatan, penyelesaian dan pemilihan data. 2) Reduksi data meliputi pengkatogorian dan pengklasifikasian. Semua data yang telah terkumpul diseleksi dan dikelompok-kelompokkan sesuai dengan fokus. 3) Menyajikan data dengan cara mengorganisasikan informasi yang sudah direduksi.

4) Menyimpulkan hasil penelitian tindakan ini merupakan penyimpulan akhir penelitian.

KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya, kesehatan dan kekuatan serta membuka pikiran peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan Proposal dengan

judul " Peningkatan Pembelajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual di Kelas V SDN 05 Tigo Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto ". Proposal ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam memperoleh nilai semester Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu masukan, saran, kritik yang membangunsangat penulis harapkan untuk penyempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian IPA 2. Pengertian Pendekatan 3. Pendekatan Kontekstual 4. Materi Pembelajaran Pesawat Sederhan di Kelas V SD B. Kerangka Teori METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian B. Rancangan Penelitian C. Data dan Sumber Data D. Instrumen Penelitian E. Analisis Data DAFTAR RUJUKAN

DAFTAR RUJUKAN BNSP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Carin dan Sund. 2009. Strategi Pembelajaran. http://.Litogama.org/jurnal/edisi 5/Strategi Pemb.htm (Online)

Mansur Muslich. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara Muslichach Asy'ari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Depdiknas Nasar. 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Sri Rahayu. 2009. Penggunaan Pendekatan Kontekstual pada pembelajaran Matematika di SD. Padang: UNP Sayiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta