Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

54
Unit 3 HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENDAHULUAN Penelitian tindakan kelas disebut juga Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas pada hakikatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang dilakukan dalam bentuk siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah pembelajaran atau memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas. Agar guru dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam upaya perbaikan proses pembelajaran yang dikelolanya, maka guru atau calon guru secara konseptual harus memiliki pemahaman yang baik tentang penelitian tindakan kelas. Guru juga harus memahami langkah-langkah implementasi yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Oleh sebab itu pada unit ini, Anda akan diajak untuk mempelajari atau membahas hakikat penelitian tindakan kelas (PTK) yang meliputi: pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan 3.1

description

Modul Kuliah PTK R&D BAB-3 Prodi IPA

Transcript of Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Page 1: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Unit 3HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENDAHULUAN

Penelitian tindakan kelas disebut juga Classroom Action Research (CAR)

adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Penelitian

tindakan kelas pada hakikatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang

dilakukan dalam bentuk siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah

pembelajaran atau memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas.

Agar guru dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam upaya

perbaikan proses pembelajaran yang dikelolanya, maka guru atau calon guru

secara konseptual harus memiliki pemahaman yang baik tentang penelitian

tindakan kelas. Guru juga harus memahami langkah-langkah implementasi yang

dilakukan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Oleh sebab itu pada unit

ini, Anda akan diajak untuk mempelajari atau membahas hakikat penelitian

tindakan kelas (PTK) yang meliputi: pengertian dan karakteristik penelitian

tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan kelas dengan penelitian yang

bukan penelitian tindakan kelas.

Secara lebih spesifik melalui pembahasan ini diharapkan Anda dapat:

1) menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas;

2) membedakan penelitian lain yang bukan penelitian tindakan kelas;

3) mengidentifikan karakteristik penelitian tindakan kelas;

4) menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya penelitian

tindakan kelas.

Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda

diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing subunit,

membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di

3.1

Page 2: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-

masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di

bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan

dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya

dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah

disediakan.

Selamat belajar, semoga sukses!

3.2

Page 3: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

SUB UNIT 1

PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Mungkin sebagian besar dari kita pernah dan sering mendengar istilah

penelitian. Terlebih lagi pada unit-unit sebelumnya Anda juga telah diajak

membahas hakikat penelitian serta beberapa aspek terkait. Karena diyakini pula

Anda memahami secara umum maksud dari penelitian sebagaimana telah dibahas

pada awal unit ini.

Pada subunit ini pembahasan diawali dengan apa penelitian tindakan,

dilanjutkan pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas.

1. Apa Penelitian Tindakan?

Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang

diarahkan pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan. Dalam konteks

penelitian, penelitian tindakan (action research), sering dibicarakan dalam

konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus

lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah.

Sebagai contoh, dalam seting kelas, guru-guru membuat pemecahan masalah-

masalah pembelajaran yang dihadapi dalam kelas. Sedangkan dalam lingkup lebih

luas misalnya di sekolah, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap

manajemen di sekolahnya. Contoh pertama, penelitian tindakan difokuskan pada

perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru. Sedangkan contoh kedua,

penelitian tindakan difokuskan untuk memperbaiki manajemen sekolah oleh

kepala sekolah sebagai manajer atau pimpinan di sekolah. Penelitian tindakan

yang dilakukan oleh guru di kelas disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah

disebut Penelitian Tindakan Sekolah (School Action research). Penelitian

tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang dilakukan

secara siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah pendidikan melalui

metode penelitian.

3.3

Page 4: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Untuk dapat mencapai

tujuan yang diharapkan, maka di

dalam penelitian diperlukan

metode. Metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara yang

dilakukan dalam proses

penelitian. Untuk itu penggunaan

metode harus sesuai dengan

tujuan penelitian. Berdasarkan

tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini menggunakan metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Metode Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses

pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran

(Depdikbud, 1999). Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas.

b. Menganalisis permasalahan dan merumuskan masalah untuk untuk

keperluan Penelitian Tindakan Kelas.

c. Merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah

yang diajukan.

d. Memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara obervasi-interprestasi

yang dilakukan sementara Penelitian Tindakan Kelas berlangsung.

e. Memahami cara menganalisis data hasil obervasi serta melakukan refleksi

berkenaan dengan tindakan perbaikan yang dilaksanakan.

f. Memahami cara merencanakan tindak lanjut dalam siklus Penelitian

Tindakan Kelas.

Terkait dengan kerangka kerja dan sistem berdaur dalam kegiatan

pembelajaran, Joni (1998) mengemukakan lima tahapan pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas. Adapun tahap-tahap tersebut adalah:

a. Pengembangan fokus masalah penelitian.

b. Perencanaan tindakan perbaikan.

3.4

Page 5: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

c. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi.

d. Analisis dan refleksi.

e. Perencanaan tindak lanjut.

Berdasarkan dua pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang

bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu

perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan

masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau

proses belajar-mengajar di kelas.

Pada hakikatnya tujuan belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkah

laku melalui proses belajar. Dalam konteks proses belajar-mengajar tersebut,

Sanjaya (2005) mengatakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi

dalam diri seseorang, sehingga munculnya perubahan perilaku dan mengajar

adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Dalam konsep

Kurikulum Berbasis Kompetensi, kegiatan yang berhubungan dengan Proses

Belajar Mengajar disebut dengan Pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa

dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi siswa harus dijadikan sebagai pusat dari

kegiatan proses belajar-mengajar. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa proses belajar-mengajar di sekolah/di kelas meliputi kegiatan

yang saling berhubungan dan berpengaruh yang berlangsung dalam situasi

pembelajaran sehingga terjadinya perubahan tingkah laku siswa untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yaitu pembelajaran.

B. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Sebagaimana halnya penelitian atau riset, penelitian tindakan kelas juga

merupakan upaya untuk mencari jawaban yang dapat menjadi pemecahan suatu

masalah yang sedang dihadapi. Berkenaan dengan arti penelitian tindakan kelas

ini, ada berbagai sumber literatur yang mencantumkan pengertian penelitian

tindakan kelas. Walaupun ada beberapa definisi penelitian tindakan kelas yang

3.5

Page 6: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

kadang-kadang terlihat berbeda, namun definisi-definisi tersebut memiliki banyak

persamaan. Perlu pula dikemukakan bahwa sebelum istilah penelitian tindakan

kelas digunakan, yang lebih banyak dikenal adalah Penelitian Tindakan (Action

Research). Penelitian tindakan ini memiliki kawasan yang lebih luas dari pada

penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan dapat diterapkan dalam berbagai

bidang ilmu di luar ilmu pendidikan, misalnya dalam bidang industri, kesehatan,

ekonomi dan sebagainya.

Penelitian tindakan dapat dilakukan pada berbagai area atau setting.

Bilamana penelitian tindakan yang berkenaan dengan bidang pendidikan

dilaksanakan pada area, kawasan atau setting kelas, kemudian melakukan refleksi

diri atau penilaian diri untuk perbaikan-perbaikan pembelajaran maka penelitian

tindakan tersebut dinamakan penelitian tindakan kelas. Dengan kata lain, penelitian

tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dilakukan oleh guru di dalam kelas

dengan melakukan refleksi diri dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di

kelas. Upaya-upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan-

tindakan tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas

permasalahan sehari-hari di kelas.

Untuk lebih memahami penelitian tindakan kelas, mari kita kaji beberapa

definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Kemmis dan Carr (1986),

mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku di dalam masyarakat

sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya

serta memahami situasi di mana pekerjaan itu dilakukan”. Dalam penjelasan lebih

lanjut terhadap definisi tersebut, keduanya memasukkan bidang pendidikan di

dalamnya. Itu berarti guru merupakan pihak yang harus terlibat aktif dalam

penelitian tindakan kelas. Dalam pernyataan lebih lanjut dikemukakan bahwa

situasi tidak akan dapat berubah secara cepat sebagaimana diharapkan oleh para

guru. Akan tetapi mereka dapat belajar sesuatu tentang proses perubahan itu sendiri.

Ebbut (1985) memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian

penelitian tindakan kelas. Dikemukakan bahwa penelitian tindakan kelas

3.6

Page 7: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

merupakan suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki

praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta

refleksi dari tindakan-tindakan tersebut. Ebbut melihat bahwa proses penelitian

tindakan kelas sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Di dalam dan di

antara siklus-siklus tersebut terdapat sejumlah informasi yang merupakan balikan

(feedback). Ebbut menegaskan bahwa penelitian-penelitian harus memberikan

kesempatan kepada guru atau siswa sebagai pelaku untuk melaksanakan tindakan-

tindakan tertentu melalui beberapa siklus agar terjadi perubahan-perubahan yang

diharapkan, yaitu terjadinya perbaikan proses belajar dalam rangka mencapai hasil

belajar siswa yang lebih baik. Bahkan Kurt Levin, orang yang mempopulerkan

penelitian tindakan kelas berpendapat bahwa cara terbaik untuk memajukan

kegiatan adalah dengan melibatkan mereka dalam penelitian mereka sendiri dan

yang ada di dalam kehidupan mereka (dalam Mc.Niff, 1982: 21). Penelitian

tindakan kelas tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of

steps). Setiap langkah terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi. Langkah-langkah tersebut menurut Kemmis & Mc.Taggart,

1982), digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis, meliputi empat aspek, yaitu

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai

langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih

merupakan momen-momen dalam bentuk spiral. Dari definisi yang dikemukakan di atas serta beberapa pendapat yang

dikemukakan oleh sejumlah pakar maka diharapkan Anda dapat memahami dengan

baik pengertian penelitian tindakan kelas. Dengan demikian Anda juga diharapkan

memahami tujuan yang ingin dicapai dan secara garis besar juga mendapatkan

pengertian bagaimana melaksanakan penelitian tindakan kelas tersebut.

Secara singkat Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai

suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan

untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka (guru)

dalam melaksanakan tugasnya, seperti diilustrasikan pada gambar berikut.

3.7

Page 8: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Gambar 3.1. Kaji Berdaur Empat Tahap Penelitian Tindakan Kelas(Sumber : Depdikbud tahun 1999)

Setelah dilakukan refleksi/perenungan yang mencakup analisis, sintesis

dan pengamatan terhadap proses serta tindakan tertentu, biasanya muncul

permasalahan/pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada

gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan

ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang sampai sesuatu permasalahan

dianggap teraksi utuh kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan

lain yang juga harus diperlakukan serupa.

Siklus tindakan secara umum mempunyai model-model penelitian yang

memiliki alur yang sama. Alur pelaksanaan penelitian tindakan, digambarkan

seperti berikut.

REFLEKSI OBSERVASI

PERENCANAAN TINDAKAN

3.8

Page 9: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

dstGambar 3.2: Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar di atas menunjukkan bahwa:

1. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu harus

merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan.

2. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan.

3. Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan penelitian, juga dilakukan

kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan

akibat yang ditimbulkan.

4. Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan refleksi atas tindakan

yang telah dilakukan. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlunya

dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan maka rencana

tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan berikutnya tidak

sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya.

3.9

Refleksi

Rencana Tindakan

Observasi

PelaksanaanTindakan

Refleksi

Rencana Tindakan

Observasi

PelaksanaanTindakan

Siklus I

Siklus II

Page 10: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang

bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu

perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan

masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau

proses belajar-mengajar di kelas.

Latihan:

Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,

selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut!

1. Penelitian tindakan kelas dikelompokkan sebagai penelitian terapan (applied

research). Coba inventarisai masalah-masalah pembelajaran di kelas (ambil

salah satu contoh pengajaran mata pelajaran di kelas tempat Anda mengajar,

lebih khusus lagi pada pokok bahasan tertentu). Tentukan masalah pengajaran

setelah Anda melakukan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang

menurut Anda hasilnya tidak memuaskan.

2. Penelitian tindakan kelas selain dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, dapat juga

dilaksanakan dengan cara meminta bantuan orang lain, misalnya teman sejawat

(kepala sekolah dan guru-guru) yang disebut melalui metode kolaboratif, baik

mulai mengidentifikasi masalah sampai melaksanakan penelitian di kelas.

Buatlah langkah-langkah kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan

Anda teliti dengan menggunakan penelitian tindakan kolaboratif!

Pedoman jawaban latihan:

1. Catatlah masalah-masalah pembelajaran mata pelajaran yang Anda ajarkan di

kelas. Periksa dan telaah dokumen atau catatan penting tentang: nilai

kemajuan belajar pada mata pelajaran yang Anda ajarkan, daftar hadir peserta

didik, catatan keaktifan peserta didik dalam kelas. Data-data tersebut dapat

3.10

Page 11: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Anda jadikan bahan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang menurut

Anda hasilnya tidak memuaskan.

2. Setelah Anda melakukan refleksi terhadap apa yang Anda ajarkan di kelas dan

hasil yang telah dicapai murid Anda yang kurang memuaskan, Anda

menyimpulkan tujuan pembelajaran materi pokok/sub pokok bahasan kurang

atau tidak tercapai. Jika Anda tidak puas dengan hasil belajar yang dicapai

siswa di kelas, tanyakan pada diri Anda: apakah meteri sudah Anda kuasai,

apakah alat/media sudah Anda gunakan dengan tepat, bagaimana keaktifan

anak-anak dalam proses belajar-mengajar di kelas atau metode mengajar

apakah sudah sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai, dan

seterusnya. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dicatat sebagai bahan

diskusi dengan penelitian klaboratif sehingga tersusun langkah-langkah

kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan Anda teliti.

RANGKUMAN

Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research). Classroom Action Research (CAR)

adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah disebut Penelitian Tindakan

Sekolah (School Action Research). Dalam upaya memperbaiki proses belajar

mengajar di kelas, guru dapat meningkatkan kinerjanya dengan melakukan

penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian

yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan-tindakan guru dalam melaksanakan tugasnya. Penelitian

tindakan tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) atau

suatu siklus yang terdiri dari empat tahap: yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi. Guru perlu melakukan refleksi (perenungan) diri dengan tujuan memperbaiki

proses pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan

tindakan-tindakan tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas

3.11

Page 12: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

permasalahan sehari-hari dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini harus

diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang terstruktur dalam

kurikulum.

SUB UNIT 2

3.12

Page 13: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

KARAKTERISTIK PENILITIAN TINDAKAN KELAS

Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajaran

siswa, peran guru sampai saat ini masih memegang peran sentral dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan atau pengajaran di suatu sekolah. Sebagai seorang

pengelola dan pelaksana program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola

mata pelajaran sesuai dengan bidang studinya. Guru melakukan tindakan

perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan

pembelajaran. Tindakan-tindakan inilah yang diimplementasikan dan selanjutnya

dievaluasi. Karena itu, guru merupakan seseorang yang paling banyak mengenal

dan mengetahui persoalan-persoalan di kelasnya sebagai tempat dia mengajar.

Tindakan perubahan yang berkenaan perbaikan proses dan hasil pembelajaran

tersebut dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas.

Pada subunit ini Anda akan terlibat aktif membahas karakteristik

penelitian tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan kelas dangan

penelitian yang bukan penelitian tindakan kelas.

A. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Agar pemahaman kita lebih mendalam tentang penelitian tindakan kelas,

maka kita perlu mengenal lebih dekat penelitian tindakan kelas dengan cara

mengetahui ciri-ciri atau karakteristiknya. Beberapa karakteristik atau ciri

penelitian tindakan kelas adalah:

1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri.

Sebagai pengelola dan pelaksana program di kelas, guru merupakan

seseorang yang paling banyak mengenal dan mengetahui persoalan-persoalan di

kelasnya sebagai tempat dia mengajar. Sebagai seorang pengelola dan pelaksana

program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola mata pelajaran sesuai

dengan bidang studinya. Karena itu bersamaan dengan kegiatan mengajar, guru

juga melaksanakan perbaikan-perbaikan. Dengan kata lain, guru melakukan

tindakan-tindakan guna melakukan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan

3.13

Page 14: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

upaya menuju perbaikan pembelajaran. Upaya-upaya perbaikan pembelajaran

dengan melakukan langkah-langkah secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah

ditentukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru sendiri.

2. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas

Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktis dan faktual.

Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan

pembelajaran sehari-hari yang dirasakan atau dihadapi oleh guru. Permasalahan

yang diangkat bukanlah permasalahan yang diberikan orang lain sebagaimana

penelitian-penelitian lain pada umumnya.

Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi

di dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua

guru mengetahui dan menyadari

bahwa ada masalah dalam proses

pembelajaran yang dia lakukan.

Suyanto (1997), bahkan

mengemukakan bahwa tidak

semua guru mampu melihat

sendiri apa yang telah dilakukan

selama mengajar di kelas, sehingga tidak mustahil guru melakukan kekeliruan

selama bertahun-tahun dalam kegiatan mengajar. Karena itu dimungkinkan

keberadaan orang lain yang dapat melihat apa yang dikerjakan guru dalam proses

pembelajaran di kelas. Dengan kata lain dalam keadaan ini diperlukan orang lain

untuk melihat apakah diri guru tersebut melakukan kekeliruan atau

kekurangtepatan dalam kegiatan mengajar. Untuk keperluan ini guru dapat

meminta bantuan teman guru mata pelajaran sejenis untuk melihat pada waktu dia

mengajar dan memberikan balikan terhadap kegiatan yang dilakukannya. Selain

itu juga mungkin diperlukan dosen-dosen LPTK yang berperan guna membantu

melakukan refleksi dan memberikan masukan-masukan terhadap proses

pembelajaran yang dilakukannya.

3.14

Page 15: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

3. Penelitian tindakan kelas mempersyaratkan adanya tindakan yang

berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran

Adanya tindakan yang diarahkan untuk perbaikan pembelajaran

merupakan ciri mendasar yang selalu ada di dalam penelitian tindakan kelas.

Tindakan-tindakan ini harus dirancang atau direncanakan secara cermat. Bahkan

ciri inilah sesungguhnya yang menyebabkan penelitian ini dinamakan penelitian

tindakan kelas.

Jika ada upaya-upaya penelitian untuk mengekplorasi masalah-masalah

pembelajaran, akan tetapi tidak ada tindakan-tindakan tertentu yang dirancang

atau direncanakan untuk perbaikan pembelajaran tersebut, maka penelitian ini

hanya dapat dinamakan penelitian kelas. Tindakan-tindakan inilah yang

diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui apakah tindakan-

tindakan yang telah diimplementasikan tersebut dapat memecahkan permasalahan

yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelasnya.

4. Adanya refleksi diri

Munculnya kesadaran pada diri

guru terhadap praktek pembelajaran

yang dilakukannya selama ini di kelas

mempunyai masalah yang perlu

diperbaiki. Dengan kata lain,

munculnya kesadaran dan kepedulian

guru terhadap perbaikan kualitas pembelajaran yang diprakarsai dari dalam diri

guru sendiri yang dalam penelitian tindakan disebut tahap refleksi. Kegiatan

refleksi merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya

melalui penelitian tindakan kelas. Berbeda dengan penelitian biasa yang

mengumpulkan data dari lapangan atau objek sebagai responden, penelitian

tindakan kelas mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktek

3.15

Page 16: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

pembelajarannya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti guru mencoba mengingat

kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak suatu tindakan yang

dilakukannya bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba

memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Dari hasil renungan tersebut, guru

mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan-tindakan yang

dilakukannya, kemudian mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi

bahkan menyempurnakan tindakan yang belum baik.

Dengan mencermati secara seksama uraian di atas Anda akan dapat

membedakan antara penelitian biasa dan penelitian tindakan kelas, apa fungsi

utama dari penelitian tindakan kelas dan di mana penelitian tersebut dilaksanakan.

B. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Non Penelitian Tindakan Kelas

Sebelum Anda lebih jauh mempelajari tentang perbedaan PTK dan Non

PTK, Anda akan diajak untuk memahami beberapa kajian tentang bagaimana

penelitian tindakan (action research) merupakan masalah yang sering dibicarakan

dalam konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih

khusus lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau

sekolah.

Penelitian tindakan dalam konteks perubahan sekolah, sebagai contoh,

misalnya di Inggris pada tahun 1990-an, dilakukan sebagai upaya mereformasi

kurikulum dengan memperkenalkan sistim pendidikan yang berbeda dari sistim

yang diberlakukan hampir dua puluh tahun terakhir di negara tersebut. Dalam

kaitan ini, beberapa hal yang perlu Anda ketahui dan pahami, antara lain sebagai

berikut:

1. Proses Awal terjadinya Action Research, dan Perbedaannya dengan

Research yang “Sebenarnya”

Elliot berpendapat bahwa secara implisit pergerakan reformasi kurikulum

berbasis sekolah (yang terjadi di Inggris) adalah memprovokasi bagi terjadinya

persepsi pembelajaran, pengajaran dan evaluasi, dimana guru harus memprakar-

3.16

Page 17: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

sai adanya kegiatan-kegiatan kolaboratif dan bangkit dari kebiasaan-kebiasaan

tradisionalnya. Berangkat dari pendapat ini, maka dalam prakteknya kurikulum

pembelajaran tidak diambil berdasarkan teori-teori, akan tetapi dari apa yang

dihasilkan dan dilakukan oleh para guru itu sendiri berdasarkan hipotesis yang

diambilnya. Dengan berdasarkan pada data empiris dan pengaruh-pengaruh yang

dikumpulkannya, yang kemudian digunakannya sebagai alat bukti pendukung bagi

terbentuknya “teori baru” dalam konteks kelembagaan (sekolah) yang dapat

dipertanggungjawabkan (accountability). Dan, ilustrasi ini lah yang kemudian, oleh

kalangan akademisi dinamakannya sebagai “action research” atau penelitian

tindakan, bukannya sebagai “research” atau “penelitian yang sebenarnya”.

Secara singkat, kegiatan-kegiatan atau proses yang dilakukan guru

tersebut, yang kemudian disebutnya sebagai “penelitian tindakan” bagi upaya

proses mereformasi kurikulum, oleh Elliot diilustrasikan sebagai berikut:

1) Bahwa proses tersebut diprakarsai dengan tindakan guru dalam merespon

“situasi praktis” tertentu yang dihadapinya.

2) Bahwa “situasi” praktis tersebut merupakan aktifitas kurikulum tradisional

yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang dialami siswa.

3) Rencana inovasi menimbulkan kontroversi di kalangan pegawai, karena

mereka bertahan pada keyakinan lama terhadap praktek-praktek

pembelajaran, pengajaran, dan evaluasi.

4) Kemudian isu-isu “rencana inovasi” tersebut dijelaskan dan dicarikan

solusinya dalam suatu debat terbuka dan bebas di kalangan sekolah

(lembaga), dengan tetap memperhatikan adanya saling pengertian dan

toleransi.

5) Rencana perubahan tersebut dietapkan sebagai “hipotesis sementara”

(provisional hypotheses) yang akan diuji dengan praktek dalam lingkup

kelembagaan (sekolah), yang hasilnya akan dipertanggungjawabkan ke

seluruh pegawai sekolah.

3.17

Page 18: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

6) Sehingga dengan demikian, maka manajemen pengembangan kebijakan

dan strategi kurikulum berjalan secara “bottom up” (dari bawah),

bukannya “top down” (dari atas).

Apa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan penelitian tindakan (action

research), apa perbedaannya dengan penelitian (research) yang “sebenarnya” ?

Banyak lagi pertanyaan seputar penelitian lainnya, karena selama ini mungkin ada

yang beranggapan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian tidaklah

mengandung banyak perbedaan, dimana keduanya dipersepsikan hampir dapat

disamakan atau nyaris sama.

Namun, setelah mengkaji dengan seksama pada bagian-bagian selanjutnya,

ternyata memang, didapatkan kejelasan bahwa antara keduanya ada “proses awal”

yang menjadikan “pembeda” antara penelitian tindakan dan penelitian. Dalam

penelitian tindakan proses awalnya ditengarai karena adanya “situasi praktis” dari

kondisi pembelajaran yang membosankan siswa dan memerlukan respon guru

untuk menyikapinya. Sementara penelitian “yang sebenarnya”, menurut Bogdan

dan Biklen (1990) adalah berangkat dari adanya “premis-premis” yang

mendahuluinya, dan kemudian dengan berdasarkan premis-premis tersebut lalu

dilakukan perumusan hipotesa untuk selanjutnya dilakukan kajian-kajian dan

kegiatan-kegiatan yang disebutnya sebagai research atau penelitian. Mereka

mendefinisikan action research (riset aksi/penelitian tindakan) sebagai: “…

kegiatan pengumpulan informasi secara sistematis yang dimaksudkan untuk

menghasilkan perubahan…”. Sementara itu, Mills (2000: 6) mendefinisikan

action research sebagai bentuk penelitian sistimatis yang dilakukan oleh guru,

kepala sekolah, penyuluh sekolah, atau pihak lain dalam lingkungan belajar-

mengajar, untuk mengumpulkan berbagai informasi seputar operasi sekolah,

bagaimana guru mengajar, dan bagaimana siswa belajar.

Penjelasan lebih lengkap tentang penelitian tindakan yang dikemukakan

oleh McNiff (1995:1) menyatakan bahwa; penelitian tindakan adalah merupakan

bentuk penelitian refleksi-diri (sel-reflevtive inquiry) yang dilakukan dan

digunakan sebagai upaya pengembangan kurikulum berbasis sekolah,

3.18

Page 19: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

pengembangan profesional, peningkatan kinerja sekolah, dan sebagainya yang

melibatkan guru secara aktif dalam proses penelitiannya. Dengan demikian,

nampak kejelasan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian “yang

sebenarnya”, dari segi setting tempat dan pelaku penelitiannya menunjukkan

adanya perbedaan, dimana setting penelitian tindakan (action research) dilakukan

di dalam kelas atau sekolah dan harus melibatkan guru sebagai peneliti, sementara

dalam penelitian (research) biasanya bisa saja dilakukan di dalam maupun di luar

kelas /sekolah dan tidak harus melibatkan guru sebagai peneliti.

Untuk melengkapi pemahaman tentang beberapa hal yang menjadikan/

menimbulkan perbedaan antara penelitian tindakan (action research) dengan

penelitian (research), disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Perbedaan Antara Research dan Action Research

Apa ?

(What ?)

Research(Penelitian)

Action Research (Penelitian Tindakan)

Siapa?

(Who ?)

Dilakukan di universitas oleh

profesor dan mahasiswa pada

kelompok eksperimen dan

kontrol.

Dilakukan oleh guru dan

kepala sekolah pada siswa

dalam kepentingan mereka.

Dimana ?

(Where ?)

Dalam lingkungan dimana ter-

dapat variabel-variabel yang

dapat dikontrol.

Di sekolah (dalam ruang

kelas).

Bagaimana

(How ?)

Menggunakan metode kuanti-

tatif untuk menunjukkan dan

meramalkan tingkat signifikansi

statistik hubungan sebab-akibat

antara variabel-variabelnya.

Menggunakan metode kualitatif

untuk mendeskripsikan apa yang

terjadi dan untuk memahami

efek-efek dalam intervensi suatu

sistim pendidikan.

Mengapa ?

(Why ?)

Melaporkan dan mempublika-

sikan apa yang digeneralisasi-

kan dari sampel penelitian pada

Melakukan tindakan dan mem-

pengaruhi perubahan pendi-

dikan yang positif dalam

3.19

Page 20: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

populasi yang lebih luas/ besar. lingkungan sekolah tertentu.

Sumber: Geoffry E. Mills, Action Research: A Guide for The Teacher Researcher (2000:5)

Dalam hal metode yang digunakan, nampaknya terdapat berbedaan

pendapat antara Mills dan Elliot, dan Bogdan & Biklen. Dimana Mills

berpendapat bahwa dalam penelitian (research) lebih ditekankan pada

penggunaan metode kuantitatif, sementara dalam penelitian tindakan (action

research) lebih ditekankan penggunaan metode kualitatif. Sementara itu Elliot

(1998: 67-89), dan Bogdan & Biklen (1990: 286) berpendapat bahwa baik metode

kuantitatif maupun metode kualitatif, kedua-duanya dapat dipergunakan dalam

action research, tergantung “selera” pelaku / peneliti itu sendiri.

2. Hal-hal yang mendasari pelaksanaan Action Research

Tujuan utama dilakukannya penelitian tindakan (action research) menurut

Elliott (1998: 49) adalah bukan untuk meningkatkan pengetahuan guru, akan

tetapi untuk meningkatkan kinerjanya (praktek pembelajaran). Hasil dan

kelengkapan pengetahuan yang diperoleh dalam proses action research, jelas

Elliott selanjutnya, adalah disumbangkan dan dikondisikan untuk mendukung

tercapainya tujuan utama tersebut. Penelitian---termasuk di dalamnya adalah

action research---haruslah dipandang sebagai sesuatu yang dilakukan oleh guru,

akan tetapi bukan untuk guru (Mills, 2000: 8).

Berangkat dari konsep tujuan sebagaimana dijelaskan Elliot---dan secara

implisit juga dikemukakan oleh Mills---sebagaimana tersebut di atas, nampaknya

dalam penelitian tindakan ini lebih dikedepankan tentang “proses” yang harus

difahami oleh peneliti, bukannya hasil berupa pengetahuan seputar penelitian

tindakan itu sendiri. Kendatipun diakui bahwa pengetahuan tentang penelitian

tindakan juga diperlukan, akan tetapi sebagai sarana penunjang bagi keberhasilan

proses dan pengkondisian pembelajaran yang dilakukan guru. Temuan-temuan

praktis yang diperoleh guru dalam proses pembelajaran dipergunakan untuk

pengambilan keputusan bagi terciptanya perubahan yang diharapkan. Sementara

3.20

Page 21: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

itu, Mills dalam bukunya ‘Action Research; A Guide for the Teacher Researcher’

(2000: 6), secara lebih lengkap mengemukakan bahwa penelitian tindakan

dilakukan dengan tujuan untuk pencapaian pemahaman (insight),

mengembangkan praktek yang reflektif, mempengaruhi perubahan positif dalam

upaya memperbaiki hasil belajar siswa dan kehidupannya.

Tidak jauh berbeda dengan beberapa pendapat tersebut, McNiff dalam

bukunya ‘Action Research: Principles and Practice’ (1995:2) juga menyatakan

bahwa penelitian tindakan adalah merupakan cara mengkarakteristikkan

serangkaian kegiatan yang didesain sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas

pendidikan yang pada hakikatnya merupakan cara efektif dalam bentuk program

refleksi-diri yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.

Dari pendapat para ahli seputar tujuan dilakukannya penelitian tindakan

khususnya di sekolah (kelas), dapat disimpulkan bahwa pada intinya penelitian

tindakan dilakukan dengan tujuan untuk “menciptakan” atau “mengkondisikan”

adanya perubahan proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih berdayaguna

(efektif) daripada kondisi-kondisi yang ada sebelumnya.

Untuk mencapai terciptanya kondisi seperti yang diharapkan tersebut,

maka Elliot mengemukakan adanya beberapa karakteristik pokok dari penelitian

tindakan (action research) yang diasumsikan sebagai hal-hal yang mendasari

pelaksanaannya, seperti:

a. Bahwa kegiatan pembelajaran, penelitian kependidikan, pengembangan

kurikulum, dan evaluasi adalah merupakan faktor-faktor integral dalam proses

penelitian tindakan

b. Tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kenerja yang

praktis, bukannya memproduksi pengetahuan.

c. Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk alternatif untuk menjelaskan

refleksi etis dari suatu program pembelajaran yang direncanakan.

d. Oleh karena itu, maka penelitian tindakan harus menetapkan suatu resolusi

atau jalan keluar atas munculnya permasalahan antara teori-praktik yang

dihadapi guru.

3.21

Page 22: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

e. Penelitian tindakan mempersatukan proses-proses yang seringkali dianggap

“berbeda”, seperti; pembelajaran, pengembangan kurikulum, evaluasi,

penelitian kependidikan, dan pengembangan profesional.

f. Penelitian tindakan juga harus mengintegrasikan pembelajaran dan

pengembangan guru, pengembangan kurikulum dan evaluasi, penelitian dan

refleksi filosofis, ke dalam satu konsepsi yang merefleksikan kinerja

pendidikan.

g. Penelitian tindakan dilakukan tidak untuk memberdayakan guru sebagai

“menempatkan fungsi individualnya terpisah dari yang lainnya”. Dalam hal ini

harus diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang terstruktur dalam

kurikulum agar dapat direfleksikan dalam bentuk paedagogis.

Karena itu, bagaimanapun, jelas Elliot lebih lanjut, maka dalam penelitian

tindakan haruslah mencakup proses transformasi budaya profesionalisme dalam

“diri guru” yang mendorong terciptanya kolaboratisme pengalaman dan

persepsi---siswa, orang tua, dan pekerja---terhadap peningkatan kinerja dan tugas-

tugasnya.

Mendukung pemikiran Elliot, McNiff (1995: 3-9) juga mengelaborasikan

adanya landasan filosofis (pemikiran) bagi pelaksanaan action research,

diantaranya McNiff mengemukakan bahwa oleh karena penelitian tindakan

diaplikasikan di dalam kelas sebagai suatu bentuk pendekatan peningkatan

pendidikan melalui adanya proses perubahan, maka guru harus hati-hati dan kritis

dalam mempraktekkannya, serta harus “disiapkan” dengan perubahan itu sendiri.

Penelitian tindakan yang dilakukan di kelas /sekolah haruslah lebih persuasif, relevan

dan menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi guru dan koleganya (Mills, 2000: 8)

Berdasarkan pendapat dan pemikiran para ahli tersebut, maka dapat disim-

pulkan bahwa dalam melakukan penelitian tindakan, tidak boleh terlepas dari koridor

dan konteks proses peningkatan pembelajaran di sekolah dalam pengertian yang

sempit, dan proses peningkatan pendidikan secara umum dalam pengertian yang luas.

3.22

Page 23: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

3. Dilema yang Dihadapi Guru dalam Melakukan Penelitian Tindakan dan

Upaya Mengatasinya

Elliot mengemukakan pengalamannya bahwa ketika melakukan penelitian

di sekolahnya, berbagai “resolusi”

yang ditawarkan pada

kenyataannya “tidak

membantunya” dalam penelitian

tersebut. Hal ini dikarenakan

masih kuatnya status quo

kebiasaan/budaya guru. Oleh

karenanya ia menggarisbawahi

perlunya cara-cara yang dilakukan guru sebagai peneliti untuk mencari jalan

keluar seandainya dirinya selaku peneliti (inside reseacher) harus memainkan

perannya sebagai trasnformator terkondisikannya budaya baru di sekolahnya.

Untuk menjustifikasi pengalamannya, Elliot menguatkannya dengan

alasan yang dikemukakan oleh Simon (dalam Elliot, 1998: 56) bahwa “…

popularitas dari evaluasi yang dilakukan sendirian di sekolah mengindikasikan

terbentuknya anggapan ingin membedakan pandangan idiologis”. Selanjutnya

Simon juga mengemukakan bahwa manakala akan melakukan sesuatu yang belum

terbiasa di sekolah, harus bersiap-siap menghadapi adanya “pertentangan nilai”

(clash of values) seperti masalah-masalah privacy (hal-hal pribadi), territority

(kewenangan), dan hierarchy (hirarki).

Selanjutnya Elliot (1991) juga mengidentifikasi beberapa dilema yang sering

muncul dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan seperti dalam hal:

1) Memberdayakan siswa untuk mengkritisi profesionalisme kinerja guru.

2) Pengumpulan data.

3) Sharing data dengan teman sejawat, baik yang di dalam maupun di luar

lingkungan sekolahnya.

3.23

Page 24: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

4) Guru sebagai peneliti di sekolah cenderung memilih metode

pengumpulan data kuantitatif---melalui kuesioner misalnya---untuk

maksud-maksud yang seharusnya dilakukan dengan metode kualitatif---

seperti melakukan observasi naturalistik dan wawancara misalnya,

karena dalam metode kualitatif melibatkan situasi personal yang terasa

sulit dipisahkan dari posisi dan perannya sebagai peneliti di sekolah.

5) Guru sebagai peneliti, cenderung menolak untuk memproduksi studi

kasus terhadap apa yang dilakukannya.

6) Masalah penentuan waktu penelitian sepenuhnya ditentukan oleh guru

selaku peneliti.

Demikianlah beberapa dilema besar yang dihadapi guru manakala ia

melakukan penelitian tindakan di sekolahnya sendiri) untuk memprakarsai adanya

perubahan kurikulum di sekolah

Diakui memang, bahwa untuk mengadakan suatu perubahan atau

reformasi, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran di suatu sekolah

(kelas), banyak sekali faktor-faktor “etis” berkaitan dengan “nilai” (values) yang

menimbulkan dilema bagi para guru sebagai peneliti.

Namun, sebagai antisipasi terhadap dilema tersebut, Elliot (1991: 67) juga

memberikan beberapa cara, diantaranya ia menyatakan bahwa guru---khususnya

yang berpendidikan lebih tinggi---sebagai pendidik tentunya dapat berbuat banyak

untuk mendorong dan menegakkan tumbuh-kembangnya “refleksi budaya

profesionalisme” di sekolah. Maka, dengan menekankan pentingnya metodologi

refleksi-diri sebagai cara untuk menstransformasikan budaya profesionalisme di

sekolah, niscaya keberadaan berbagai dilema sebagaimana disebutkan di atas

dapat diatasinya dengan baik.

Demikian halnya dengan konsep ‘Democratic Case Study’ yang

dikemukakan oleh MacDonald (1974) yang dijadikan alasan oleh Simon (1985),

sebagaimana dikutip oleh Elliot (1991: 67), juga dapat dipraktekkan guru selaku

insider dalam action research sebagai metodologi empiris-kualitatif bagi

teratasinya masalah status quo, privacy, dan territoriality di sekolah. Dimana

3.24

Page 25: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

dalam mempraktekkan konsep democratic case study tersebut haruslah mencakup

terjaminnya kerahasiaan informasi “pribadi”, dan terbinanya negosiasi untuk

dapat menerima dan mengeluarkan pendapat/informasi dari setiap individu.

Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya dilema---implikasi realitas

yang dihadapi peneliti dan obyeknya---dalam suatu penelitian yang menghendaki

terjadinya proses perubahan (dalam hal pembelajaran, misalnya), Michael G.

Fullan dan Suzanne dalam bukunya ‘The Meaning of Educational Change’ (1991)

mengemukakan pendapatnya, yaitu dengan memberikan “pesan etis” berupa enam

hal yang harus diperhatikan ketika melakukan observasi penelitian, yaitu:

1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas;

2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya;

3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara

alami;

4) Penyataan dari status quo;

5) Kedalaman perubahan; dan

6) Pertanyaan penilaian.

Masih dalam hal “etika” yang harus dipunyai peneliti untuk menghalau

kemungkinan dilema yang muncul dalam penelitian yang dilakukannya, Jack R.

Fraenkel dan Norman E. Wallen dalam bukunya ‘ How To Design and Evaluate

Research in Education’ (1993) menganjurkan kepada peneliti agar

memperhatikan tiga prinsip etika yang sangat penting yaitu: melindungi partisipan

penelitian dari rasa takut/bahaya; dukungan data yang meyakinkan bagi

diperlukannya penelitian; dan dihindarkan adanya pertanyaan-pertanyaan yang

“menipu”. Mendukung pendapat Fraenkel dan Wallen tersebut, Keith F. Punch

dalam bukunya ‘Introduction to Sosial Research: Quantitative and Qualitative

Approaches’ (1998) menambahkan bahwa jalan terbaik untuk membuat kejelasan

penelitian adalah mendeskripsikan apa yang akan ditelitinya, sambil

menjelaskan mengapa atau bagaimana penelitian itu dilakukan.

3.25

Page 26: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

4. Implikasi PenelitianTindakan terhadap Perubahan Kurikulum dan

Kebijakan Pemerintah

Keberadaan action research, menurut John Elliott, setidak-tidaknya

memberikan nilai tambah bagi upaya perbaikan proses pendidikan secara umum,

karena diyakini bahwa action research memberikan implikasi positif dalam

mengembangkan budaya “profesionalisme” guru khususnya dalam mencari dan

mengembangkan pola-pola pembelajaran yang up to date, berdaya dan berhasil

guna, menarik dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan mutu keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah.

Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif terhadap

proses pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian tindakan (action

research) merupakan:

a. Kegiatan kreatif yang cocok dan dan sangat mungkin dilakukan guru.

b. Bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang ambiguity

(keragu-raguan).

c. Bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan.

d. Memungkinkan terlaksananya praktek mempengaruhi yang bisa diterima/

diperhitungkan (counter-hegemonic); karena:

1) Action research menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi,

mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi guru

sehubungan dengan praktek pengajarannya.

2) Action research mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama

(reflective on means and ends).

3) Action research merupakan praktek refleksi/spontanitas.

4) Action research mengintegrasikan teori ke dalam praktek.

5) Action research melibatkan proses dialog sesama guru.

Whitehead (1989) sebagaimana dikutip oleh Elliot (1995:108) bahkan

berkeyakinan bahwa situasi-kondisi penelitian tindakan sebagaimana disebutkan

tersebut secara tidak disadari memberikan implikasi terhadap guru untuk mema-

hami diri (self-understanding), yaitu ia jadi tahu perkembangan profesional dirinya.

3.26

Page 27: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Penelitian tindakan merupakan stimulus tambahan dalam pengembangan

budaya profesionalisme reflektif dan sangat dimungkinkan sebagai bentuk upaya

kreatif untuk mempengaruhi pengambil kebijakan pendidikan (pemerintah),

khususnya sehubungan dengan bagaimana seharusnya menanggapi budaya

profesionalisme guru.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa action research merupakan

salah satu solusi yang kreatif bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam

proses pembelajaran siswa yang lebih berhasil guna dan up to date dengan

perkembangan dan perubahan situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya.

Proses pembelajaran yang kreatif pada dasarnya akan sangat tergantung

kepada faktor “kemauan” dan “kepiawaian” guru untuk mengembangkan dirinya

melalui berbagai aktifitas belajar, mencari informasi, mau bekerja sama, meneliti

(seperti melakukan action research), dan berbagai aktifitas “progresif” lainnya

untuk mengembangkan profesionalisme dalam proses pembelajaran siswa-

siswanya di sekolah. Dari kreatifitas-kreatifitas inilah, nantinya akan memunculkan

“kebutuhan” dan, bahkan, “keharusan” adanya perubahan/ reformasi dari situasi

lama yang tradisional ke situasi baru yang lebih profesional. Sehingga pada

gilirannya, perubahan-perubahan yang pada awalnya dirasakan dan terjadi hanya

pada tingkat mikro (dalam lingkup sekolah/kelas) tersebut pun berujung pada

diperlukan adanya perubahan kurikulum pada tingkat makro (dalam lingkup

wilayah atau negara). Dengan demikian, maka apa yang dikemukakan Elliott

dalam penjelasan dan pendapatnya tentang implikasi action research terhadap

perubahan kurikulum dan kebijakan pemerintah kita pun merasa bahwa hal yang

semacam itu pun bisa berlaku di negara mana pun, termasuk di Indonesia.

Sependapat dengan Elliott dan McNiff (1995:71-72) juga menyatakan

bahwa implikasi dari penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas atau

sekolah; diantaranya adalah bahwa; (1) berfikir tentang akan adanya perubahan

yang terjadi, dan (2) mempengaruhi kemauan politik (pemerintah). Karena,

menurut McNiff, bahwa penelitian tindakan adalah merupakan kegiatan politis

yang dilakukan untuk menuju suatu perubahan (khususnya dalam bidang

3.27

Page 28: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

pendidikan). Dan untuk melakukan perubahan itu sendiri bisa dimulai dari orang-

orang yang terlibat dan berada pada tingkat yang menentukan dalam sistim

pendidikan itu. Karena konteks pembelajaran juga memiliki pengaruh besar bagi

keberhasilan pendidikan secara umum. Target akhir dari penelitian tindakan itu

sendiri adalah untuk meningkatkan kehidupan siswa dan guru melalui perubahan

kependidikan (Mills, 2000: 123).

Setelah menyimak dan memahami perbedaan antara penelitian (research)

dengan penelitian tindakan (action research), Anda diajak untuk memahami

perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitian tindakan bukan

penelitian tindakan kelas (NON PTK). Untuk memperoleh kejelasan mengenai

perbedaan antara kedua penelitian tersebut, dapat dilihat perbandingannya seperti

tampak dalam tabel di halaman berikut.

Tabel 3.2

Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Bukan Penelitian Tindakan Kelas

No Aspek PTK Non PTK

1 Peneliti Guru Orang luar2 Rencana penelitian Oleh guru (mungkin

dibantu orang luar)Oleh peneliti

3 Munculnya masalah Dirasakan oleh guru (mungkin dengan dorongan orang lain)

Dirasakan oleh orang luar

4 Ciri utama Ada tindakah untuk perbaikan yang berulang

Belum tentu ada tindakan berulang

5 Peran guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai guru (subjek penelitian)

6 Tempat peneltian Kelas Kelas

7 Proses pengumpulan data

Oleh guru sendiri atan bersama orang lain

Oleh peneliti

8 Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan oleh guru, dan dirasakan oleh kelas

Menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh orang lain.

Sumber: Penelitian Tindakan Kelas (UT, 2003:18)

3.28

Page 29: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Bertolak dari perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan bukan

penelitian tindakan kelas (Non PTK) sebagaimana disajikan dalam tabel di atas,

tampaknya semakin jelas, penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru.

Pertanyaannya adalah mengapa harus guru sebagai peneliti, pada hal tugas selain

sebagai pendidik dan pembimbing adalah melaksanakan tugas mengajar. Anda

mungkin bertanya-tanya, kalau demikian tugas guru semakin bertambah berat.

Jawaban atas petanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Anda tersebut,

dapat dijelaskan dengan mengaitkannya dengan isu-isu seputar profesionalisme,

praktik pembelajaran di kelas, kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan

penelitian pendidikan itu sendiri dalam meningkatkan kemampuan guru dalam

menjalankan tugas profesioanalnya sebagai bagian dari tenaga kependidikan.

Sekurang-kurang ada dua argumentasi yang dapat menjelaskan mengapa

guru sebagai peneliti tindakan kelas yang dikemukakan oleh Hopkins (1993)

sebagaimana disadur oleh Wardani dkk (2003: 1.10) yaitu:

Pertama, guru yang baik perlu punya otonomi dalam melakukan penilaian

profesional, sehingga sesungguhnya, ia (guru) tidak perlu diberitahu apa yang

harus dia kerjakan. Ini bukan berarti guru tidak dapat menerima masukan atau

saran dari orang luar. Meskipun masukan dari orang luar itu penting, tetapi

gurulah yang menerima dan menentukan penilaian profesioanal (professional

judgement) sesuai dengan kelas dimana praktik pembelajaran terjadi.

Kedua, ketidaktepatan paradigma penelitian formal/biasa dengan upaya

berbantuan peningkatan kinerja guru yang diharapkan untuk memperbaiki proses

dan praktik pembelajaran oleh guru di kelasnya. Karena itulah, guru yang paling

tahu kemampuan dan kinerjanya sendiri melalui berpikir reflektif (reflectif

thinking). Selain dua argumentasi yang dikemukan Hopkins tersebut, dapat

dikemukakan argumentasi lain, yaitu: dalam praktik pembelajaran, gurulah yang

lebih tahu kondisi nyata mengenai proses dan hasil pembelajaran bagi murid

(peserta didik) di kelasnya.

3.29

Page 30: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Latihan:

Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,

selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut!

1. Idealnya setiap guru memahami dan mengenal

permasalahan yang dihadapi di dalam proses pembelajarannya sehari-hari.

Namun kenyataannya tidak semua guru mengetahui dan menyadari bahwa ada

masalah dalam proses pembelajaran yang dia lakukan. Anda diminta

membuktikan pernyataan itu dengan melakukan pengamatan guru bidang studi

mengajar dan setelah itu lakukan wawancara kepada guru tesebut. Hal ini

ditujukan kepada guru bidang studi yang sebagian besar dari seluruh murid

kelasnya nilai rata-rata hasil ulangan harian mata pelajaran yang diajarkan oleh

guru yang bersangkutan rata-rata dibawah nilai 6. Apa yang telah guru tersebut

lakukan dan bagaimana ia harus memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya.

2. Berdasarkan data hasil ulangan umum rata-rata

nilainya lebih rendah dari mata pelajaran lainnya. Identifikasi faktor-faktor

yang menyebabkan murid nilainya rendah pada mata pelajaran tersebut ditinjau

dari guru dan murid. Informasi atau data yang diperoleh Anda diskusikan

dengan teman-teman Anda. Buat pemetaan masalah dengan memberikan solusi

disertai alternatif-alternatif pemecahannya.

Petunjuk penyelesaian latihan:

1. Himpun data-data tentang nilai ulangan bidang studi yang diajarkan guru di

SD sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Setelah itu, telaah standar

isi KTSP. Lihat indikator pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dangan

kompetensi dasar (KD) dan standar kompetensi pokok bahasan/ subpokok

bahasan dari mata pelajaran yang nilai ulangan hariannya rendah (hasil tes

formatif). Lakukan diskusi dengan guru mata pelajaran dan beberapa orang murid

yang nilai ulangan hariannya rendah tentang proses belajar-mengajar di kelas.

2. Himpun nilai-nilai ulangan umum siswa kelas V SD. Anda diminta

menemukan mata pelajaran yang nilainya rata-rata rendah. Lakukan

3.30

Page 31: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

pengamatan proses belajar mengajar di kelas, setelah itu lakukan wawancara:

kepada guru tersebut dan beberapa orang murid setelah mengikuti mata

pelajaran dan diskusikan bersama teman Anda mengenai informasi atau data

untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang

menyebabkan nilai rata-rata siswa rendah.

RANGKUMAN

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang sistematis yang

dilakukan oleh guru pada kelasnya sendiri untuk memperbaiki proses

pembelajaran dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan-

tindakan tersebut.

Karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu: (1) penelitian tindakan

kelas dilaksanakan oleh guru sendiri; (2) penelitian tindakan kelas berangkat dari

permasalahan nyata di kelas; (3) penelitian tindakan kelas mempersyaratkan

adanya tindakan yang berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran

dan (4) adanya refleksi diri.

Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif terhadap

proses pendidikan. Hal ini mengidikasikan bahwa penelitian tindakan (action

research) merupakan: (1) kegiatan kreatif yang cocok dan dan sangat mungkin

dilakukan guru; (2) bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari

keadaan yang ambiguity (keragu-raguan); (3) bentuk pendekatan peningkatan

idiologis yang dapat dilakukan; dan (4) memungkinkan terlaksananya praktek

mempengaruhi yang bisa diterima/diperhitungkan (counter-hegemonic); karena:

1) Penelitian tindakan menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi,

mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi guru

sehubungan dengan praktek pengajarannya;

2) Penelitian tindakan mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama

(reflective on means and ends);

3) Penelitian tindakan merupakan praktek refleksi/spontanitas;

4) Penelitian tindakan mengintegrasikan teori ke dalam praktek;

3.31

Page 32: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

5) Penelitian tindakan melibatkan proses dialog sesama guru.

Ada enam hal yang harus diperhatikan peneliti agar memberikan kesan etis

ketika melakukan observasi, yaitu:

1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas;

2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya;

3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara

alami;

4) Penyataan dari status quo;

5) Kedalaman perubahan; dan

6) Pertanyaan penilaian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Benua.

Elliot, J. ( 1991). Action Reseach for Education Change. Philadelphia: Open University Press.

Faisal, Sanafiah. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional.

Hardjodiputro, S. (2000). Action Research Papers. Universitas Negeri Jakarta.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to Classroom Reseach. Buckingham: Open University Press.

McMillan, J.H dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Intro-duction (5th ed.). US, Longman.Inc.

Mc. Taggar, R. (1991). Action Reseach: A Short Modern History. Geelong, Victoria: Deakin University Press.

Mills Geoffrey, E. (2000). Actioan Research: A Guide for The Teacher Reseacher New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall.

Nawawi, Hadari. (1983). Metode Pendidikan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Oja Sharon, N.,Smulyan, L. (1989). Vollabotrative Action Reseach; A Developmen Approcah. Social Reseach and Aducation studies Series: 7 London, New York, Philadelphia: The Falmers Press.

3.32

Page 33: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta. Bumi Aksara.

Syaodih. N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda.

Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

GLOSARIUM

Berfikir reflektif (reflektive thingking): proses pemecahan masalah melalui

langkah mengidentifikasi, merumuskan, membatasi masalah, merumuskan

hipotesis, mengumpulkan dan menganalisa data, serta menguji hipotesis.

Daur PTK: langkah PTK yang selalu berulang sampai tujuan perbaikan.

Identifikasi masalah : mengenal dan atau menandai gejala yang muncul untuk

dikaji.

Inkuiri (inquiry) : diartikan penelitian atau penyelidikan.

Kolaborasi : kerjasama yang dilakukan berdasarkan kemitraan yang saling

belajar-membelajarkan sesama anggotanya.

Komitmen : kesetiaan yang didasarkan rasa tanggung jawab pada apa yang telah

disepakati.

Kurikulum (curriculum) : semua pengalaman yang dilakukan siswa yang

dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah,

dalam tahap rancangan, pelaksanaan maupun pengendaliannya.

Penelitian berpikir reflektif (self-directive inquiry): penelitian yang

mengandalkan kemampuan untuk melakukan refleksi (merenungkan)

3.33

Page 34: Modul Kuliah PTK R&D BAB-3

Pertimbangan profesional (professional jaudgment): pertimbangan yang bersifat

profesional,bukan berdasarkan suka tidak suka.

Refleksi (reflection): pantulan, dalam hal ini mengingat kembali kejadian lampau

mencari jawaban mengapa itu terjadi

Reformasi kurikulum : mengkaji ulang kurikulum untuk suatu perubahan baik

perbaikan maupun peningkatan kualitas pendidikan melalui penelitian

tindakan.

Simultan : Serentak, bersamaan merespons suatu gejala atau peristiwa.

3.34