BAB I Prima Widya Revisi

11
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, tindakan operasi atau pembedahan juga mengalami kemajuan yang amat pesat. Tindakan pembedahan merupakan suatu prosedur yang mutlak harus dilakukan pada beberapa jenis penyakit bedah atau trauma. Salah satu penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan adalah katarak. Katarak merupakan proses kekeruhan lensa mata karena terganggunya metabolisme lensa (Sidarta, 2002). Katarak dapat menimbulkan kebutaan jika tidak ditanggulangi dengan tepat. Prevalensi kebutaan katarak di Indonesia sebesar 1,47% pada tahun 2000, dan yang terbesar karena katarak senilis/ketuaan (Sidarta, 2002). Berdasarkan data triwulan I dari bulan Januari-Maret 2012 di Rumah Sakit Indera Provinsi Bali, dari 868 kasus pembedahan sebanyak 586 pasien masuk di bagian OK mata dan dari

description

vjguugkug

Transcript of BAB I Prima Widya Revisi

Page 1: BAB I Prima Widya Revisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,

tindakan operasi atau pembedahan juga mengalami kemajuan yang amat pesat.

Tindakan pembedahan merupakan suatu prosedur yang mutlak harus dilakukan pada

beberapa jenis penyakit bedah atau trauma. Salah satu penyakit yang memerlukan

tindakan pembedahan adalah katarak. Katarak merupakan proses kekeruhan lensa

mata karena terganggunya metabolisme lensa (Sidarta, 2002). Katarak dapat

menimbulkan kebutaan jika tidak ditanggulangi dengan tepat. Prevalensi kebutaan

katarak di Indonesia sebesar 1,47% pada tahun 2000, dan yang terbesar karena

katarak senilis/ketuaan (Sidarta, 2002). Berdasarkan data triwulan I dari bulan

Januari-Maret 2012 di Rumah Sakit Indera Provinsi Bali, dari 868 kasus

pembedahan sebanyak 586 pasien masuk di bagian OK mata dan dari pembedahan

mata khususnya operasi katarak diperoleh sebanyak 314 pasien (53,5%).

Pada umumnya sesaat sebelum tindakan pembedahan, pasien akan mengalami

kondisi emosional yang tidak menyenangkan. Hal ini disebut dengan kecemasan

yang ditandai oleh perasaan subyektif seperti ketegangan, ketakutan,

kekhawatiran, dan juga ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat. Kurangnya

informasi, pengetahuan dan penjelasan tentang persiapan operasi pada pasien akan

mengakibatkan kecemasan pada pasien pre operasi katarak sehingga beberapa

pasien menunda jadwal operasi karena faktor dari pasien belum siap secara mental

1

Page 2: BAB I Prima Widya Revisi

2

menghadapi operasi. Kasus katarak yang terlambat mendapat tindakan, cenderung

akan memperberat katarak dan dapat menyebabkan kebutaan.

Kecemasan (ansietas) pasien pra operatif disebabkan berbagai faktor,

salah satunya adalah dari faktor pengetahuan dan sikap perawat dalam

mengaplikasikan pencegahan ansietas pada pasien pra operatif elektif di Ruang

Bedah. Ansietas pasien ada yang berhubungan dengan menghadapi pembiusan,

nyeri, keganasan, kematian dan ketidaktahuan tentang prosedur operasi, cara

latihan napas dalam, batuk dan relaksasi serta strategi kognitif, dan sebagainya.

Menurut Carpenito (2006) menyatakan 90% pasien pra operatif berpotensi

mengalami ansietas. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kecemasan dari faktor pasien sendiri yaitu, tingkat pengetahuan, tingkat

pendidikan, dan umur. Tindakan operasi atau pembedahan merupakan

pengalaman yang bisa menimbulkan kecemasan, oleh karena itu berbagai

kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan pasien.

Ada beberapa cara berbeda untuk membantu mengurangi kecemasan

pasien yang akan di operasi. Beberapa tindakan yang akan mungkin di lakukan

adalah penyuluhan kesehatan, kerohanian, pendampingan pasien, dan konsultasi

dengan ahli jiwa. Semakin banyak dukungan dari orang (keluarga atau teman)

dapat membantu pasien (Smith & Pitaway, 2002). Untuk itu pasien yang akan

menjalani operasi perlu di berikan pendidikan kesehatan.

Menurut Steward (2006) pendidikan kesehatan atau edukasi adalah unsur

program kesehatan dan kedokteran yang di dalamnya terkandung rencana untuk

mengubah perilaku perseorangan dan masyarakat. Pemberian edukasi ini

Page 3: BAB I Prima Widya Revisi

3

diharapkan dapat mengubah pengetahuan seseorang, dari yang tidak tahu menjadi

tahu sehingga timbul keinginan untuk mengubah perilakunya (Effendy, 1998).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rana et al (2009) mengenai dampak edukasi

terhadap peningkatan kualitas hidup menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan

atau health education menjadi satu hal yang potensial untuk meningkatkan

health-related quality of life atau kualitas hidup pasien. Pada sasaran individu dan

keluarga, perawat dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

demonstrasi. Sedangkan pada sasaran kelompok dan masyarakat, perawat dapat

juga menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi, role play,

film, dan interview (Achjar, 2009).

Semua metode edukasi yang ada, memiliki keuntungan dan kerugian

dalam penggunaannya. Metode ceramah memiliki keuntungan yaitu, dapat dipakai

pada orang dewasa dengan kelompok besar, tidak melibatkan terlalu banyak alat

bantu, mudah untuk menyelenggarakan. Selain itu metode interview/tanya jawab

pun memiliki keuntungan seperti topik pembahasan sesuai dengan minat dan

perhatian publik, tidak kaku sehingga interviewer harus tahu permasalahan, tahu

kehendak publik serta mengetahui teknik wawancara (Achjar, 2009). Perbedaaan

dari kedua metode ini adalah metode ceramah tidak membahas topik masalah

secara mendalam sedangkan metode interview/tanya jawab sangat mendalam

dalam pembahasan topik masalah. Sedangkan menurut Notoatmojo (2007)

beberapa media edukasi dibedakan menjadi tiga yaitu media cetak, media

elektronik, dan media papan.

Page 4: BAB I Prima Widya Revisi

4

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode tanya jawab dan

ceramah yang dikombinasikan dengan menggunakan media leaflet sebagai

edukasi bagi pasien pra operatif dan media leaflet dapat dimanfaatkan untuk

menyebarkan informasi kepada sasaran yang lebih luas seperti keluarga.

Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang pasien pra operatif

katarak yang mengalami cemas sedang, dari 5 orang pasien yang diberikan

metode edukasi ceramah dengan menggunakan media leaflet didapatkan hasil 3

orang pasien mengalami cemas ringan dan 2 orang tidak cemas. Sedangkan 5

orang pasien lainnya diberikan metode edukasi tanya jawab dengan menggunakan

media leaflet didapatkan hasil 4 orang pasien mengalami cemas ringan dan 1

orang tidak cemas. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut dapat ditarik

kesimpulan sementara bahwa kedua metode edukasi tersebut memberikan

pengaruh yang berbeda terhadap kecemasan pasien.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti “Perbedaan

pengaruh Metode Edukasi Ceramah dan Tanya Jawab terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Pra Operatif Katarak di Rumah Sakit Indera Provinsi Bali

Tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

“Adakah Perbedaan Pengaruh Pemberian Metode Edukasi Ceramah dan

Tanya Jawab terhadap Kecemasan Pasien Pra Operatif Katarak di Rumah Sakit

Indera Provinsi Bali Tahun 2012?“.

Page 5: BAB I Prima Widya Revisi

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode edukasi ceramah dan tanya

jawab terhadap tingkat kecemasan pasien pra operatif katarak di Rumah Sakit

Indera Provinsi Bali tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kecemasan pasien pra operatif katarak sebelum dilakukan

tindakan edukasi ceramah dan tanya jawab

b. Mengidentifikasi kecemasan pasien pra operatif katarak setelah dilakukan

tindakan edukasi ceramah dan tanya jawab

c. Menganalisis pengaruh pemberian edukasi ceramah terhadap kecemasan

pasien pra operatif katarak

d. Menganalisis pengaruh pemberian edukasi tanya jawab terhadap kecemasan

pasien pra operatif katarak

e. Menganalisis perbedaan pengaruh pemberian edukasi ceramah dan tanya

jawab terhadap kecemasan pasien pra operatif katarak

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a.Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perawat untuk memilih

metode edukasi yang lebih efektif dan efisien bagi pasien pra operatif

katarak dalam menurunkan tingkat kecemasan pra operasi.

b. Sebagai acuan bagi instansi untuk menerapkan metode edukasi yang tepat.

Page 6: BAB I Prima Widya Revisi

6

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana untuk

menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh.

b. Dapat memberikan informasi atau data dasar bagi peneliti selanjutnya dan

sebagai motivasi untuk menyadari pentingnya metode edukasi dalam

meningkatkan kesiapan pada pasien pra operatif menjalani operasi.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang “Pengaruh Metode Edukasi Terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Pra Operatif Katarak di Rumah Sakit Indera Provinsi Bali,

sepengetahuan penulis belum pernah diteliti sebelumnya, tetapi ada beberapa

penelitian yang hampir sama dan mendukung penelitian ini :

1. Penelitian Supriyanti (2007), Hubungan antara pengetahuan dan sikap dalam

aplikasi pencegahan anxietas pasien pre operasi elektif di RSO Dr. Suharso

Surakarta, yang menyimpulkan adanya hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dan sikap dalam aplikasi pencegahan anxietas pasien pre operasi

elektif. Perbedaan penelitian Supriyanti dengan penelitian peneliti adalah

penelitian supriyanti bersifat deskriptif korelatif yang menekankan pada hubungan

antara pengetahuan dan sikap dalam aplikasi pencegahan anxietas pasien pre

operasi elektif di RSO Dr. Suharso Surakarta, sedangkan penelitian peneliti

menekankan pada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak. Persamaanya adalah sama-

Page 7: BAB I Prima Widya Revisi

7

sama menganalisis kecemasan pada pasien yang akan dilakukan penatalaksanaan

medis.

2. Penelitian Rini (2006), tentang Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Propil

Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi TUR Of Prostat Di Instalasi Bedah

Sentral Rsud Dr. Moewardi Surakarta, yang menyimpulkan adanya hubungan yang

bermakna antara kecemasan dengan propel tekanan darah pada pasien pre operasi

tur of prostat. Perbedaannya adalah pada penelitian Rini menggunakan metode

cross sectional sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa korelasi.

Persamaanya adalah sama-sama menganalisis kecemasan pada pasien yang akan

dilaksanakan penatalaksanaan medis.