BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/16473/2/BAB_I.pdf3 Tabel 1.1. Luas Panen dan...

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan mempunyai hubungan yang sangat erat. Manusia dalam hidupnya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dan untuk mencukupi kebutuhannya, manusia memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Unsur-unsur lingkungan dapat berupa sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Oleh karena itu manusia perlu melakukan tindakan yang arif dalam pengelolaan lingkungan. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya ini diperjelas oleh Bintarto (1977) yang mengemukakan bahwa Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala- gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mempelajari fungsi dan unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan sumberdaya alam khususnya lahan, baik berupa pertanian maupun non-pertanian terus meningkat. Populasi penduduk di permukaan bumi semakin bertambah dari waktu ke waktu padahal luas lahan yang tersedia dan diperuntukkan bagi kehidupan manusia selalu tetap dari waktu ke waktu (Jamulya dan Suratman Worosuprojo, 1983). Oleh karena itu, lahan hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin dengan penggunaan dan pengelolaan lahan yang tepat. Masyarakat merupakan bagian objek dan subjek pembangunan. Oleh karena itu peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan daerah. Peran serta masyarakat perdesaan yaitu secara tidak langsung melalui peningkatan produksi pertanian yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga pembanguanan daerah (dalam hal ini pembangunan fisik daerah) dapat terlaksana. Peningkatan produksi pertanian tidak dapat meninggalkan peran serta masyarakat secara aktif, dan hal ini perlu disadarkan kepada masyarakat perdesaan agar kebutuhannya dapat terpenuhi dan dapat berperan aktif dalam pembangunan daerah. 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/16473/2/BAB_I.pdf3 Tabel 1.1. Luas Panen dan...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dan lingkungan mempunyai hubungan yang sangat erat. Manusia dalam

hidupnya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dan untuk mencukupi

kebutuhannya, manusia memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya dan

lingkungannya. Unsur-unsur lingkungan dapat berupa sumberdaya alam maupun

sumberdaya manusia. Oleh karena itu manusia perlu melakukan tindakan yang arif

dalam pengelolaan lingkungan. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya ini

diperjelas oleh Bintarto (1977) yang mengemukakan bahwa Geografi adalah ilmu

pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-

gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan

dan berusaha mempelajari fungsi dan unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan sumberdaya alam

khususnya lahan, baik berupa pertanian maupun non-pertanian terus meningkat.

Populasi penduduk di permukaan bumi semakin bertambah dari waktu ke waktu

padahal luas lahan yang tersedia dan diperuntukkan bagi kehidupan manusia selalu

tetap dari waktu ke waktu (Jamulya dan Suratman Worosuprojo, 1983). Oleh karena

itu, lahan hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin dengan penggunaan dan

pengelolaan lahan yang tepat.

Masyarakat merupakan bagian objek dan subjek pembangunan. Oleh karena itu

peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan, khususnya dalam

pembangunan daerah. Peran serta masyarakat perdesaan yaitu secara tidak langsung

melalui peningkatan produksi pertanian yang diharapkan mampu memenuhi

kebutuhannya, sehingga pembanguanan daerah (dalam hal ini pembangunan fisik

daerah) dapat terlaksana. Peningkatan produksi pertanian tidak dapat meninggalkan

peran serta masyarakat secara aktif, dan hal ini perlu disadarkan kepada masyarakat

perdesaan agar kebutuhannya dapat terpenuhi dan dapat berperan aktif dalam

pembangunan daerah.

1

2

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas lahan antara lain cara

pengolahan lahan, pembibitan, pengaturan pola tanam, pengairan, pemupukan dan

pengaturan lahan itu sendiri serta penggunaan lahan yang sesuai dengan jenis tanaman

dan pengelolaan secara baik setidaknya mampu menjaga kelestarian lahan dan

meningkatkan produktivitas lahan. Lahan yang mempunyai potensi tinggi diharapkan

dapat berproduksi tinggi pula sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Mata pencaharian masyarakat di daerah perdesaan sebagian besar pada sektor

pertanian. Namun pada saat ini keinginan masyarakat pada sektor pertanian

cenderung menurun terutama pada generasi muda yang cenderung memilih sektor non

pertanian antara lain pada sektor industri dan jasa. Hal ini antara lain disebabkan oleh

semakin menyempitkan lahan pertanian, hasil yang kurang memadai dan

membutuhkan waktu yang lama untuk memperolah hasil serta biaya tanam yang

tinggi.

Masyarakat di perdesaan harus berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan

sehari-hari terutama kebutuhan pokok antara lain dengan bekerja sampingan di luar

sektor pertanian dan menanam tanaman lain selain tanaman pokok. Cara-cara ini

dilakukan agar hasil panen dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari selama setahun

dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kecamatan Nogosari terdiri dari dari 13 desa dengan luas wilayah 5.536,49 ha,

terdiri dari :

1. Tanah pekarangan/bangunan : 1.668,85 ha;

2. Tanah sawah tadah hujan : 3.325,63 ha; dan

3. Tanah tegalan : 542,01 ha.

(Cabang Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kecamatan Nogosari, 2006).

Kecamatan Nogosari dipilih sebagai daerah penelitian antara lain karena

mempunyai sawah tadah hujan dan tegalan seluas 3.867,64 ha (69,86%) dengan jenis

tanaman lahan kering meliputi tanaman padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah.

Luas panen dan produksi pada masing-masing jenis tanaman yang sumbernya cabang

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kecamatan Nogosari (2006) dan

disajikan pada tabel sebagai berikut :

3

Tabel 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi gogo

di Kecamatan Nogosari Tahun 2006

No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Kenteng Potronayan Sembungan Jeron Ketitang Rembun Guli Tegalgiri Bendo Keyongan Pojok Glonggong Pulutan

33 22 - - - 7 12 20 7 24 18 31 30

159 98 - - -

31 53 90 31 110 85 148 140

4,81 4,45

- - -

4,43 4,42 4,50 4,43 4,58 4,72 4,77 4,67

Jumlah 205 945 4,61

Tabel 1.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung

di Kecamatan Nogosari Tahun 2006

No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Kenteng Potronayan Sembungan Jeron Ketitang Rembun Guli Tegalgiri Bendo Keyongan Pojok Glonggong Pulutan

8 7 2 - - 2 11 14 9 12 11 15 20

36 32 9 - -

10 51 66 42 60 50 70 92

4,50 4,57 4,50

- -

5,00 4,64 4,71 4,67 5,00 4,54 4,67 4,6

Jumlah 111 518 4,67

4

Tabel 1.3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kedelai

di Kecamatan Nogosari Tahun 2006

No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Kenteng Potronayan Sembungan Jeron Ketitang Rembun Guli Tegalgiri Bendo Keyongan Pojok Glonggong Pulutan

6 8 4 2 1 1 6 4 7 11 6 9 8

5,85 7,6 3,7 1,9 0,9 0,9 5,8 3,6 6,4 10,2 5,4 8,4 7,4

0,98 0,95 0,93 0,95 0,9 0,9 0,97 0,90 0,91 0,93 0,90 0,93 0,93

Jumlah 73 68,05 0,93

Tabel 1.4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kacang tanah

di Kecamatan Nogosari Tahun 2006

No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Kenteng Potronayan Sembungan Jeron Ketitang Rembun Guli Tegalgiri Bendo Keyongan Pojok Glonggong Pulutan

140 137 84 86 80 80 122 219 102 143 119 157 181

454 435 270 273 257 192 389 701 325 457 391 516 592

3,24 4,35 3,18 3,21 3,21 2,40 3,19 3,20 3,19 3,20 3,29 3,29 3,27

Jumlah 1630 5252 3,22

Dengan penanaman tanaman lahan kering di daerah penelitian, maka petani

mendapatkan hasil tambahan, karena sebagian besar masyarakat di kecamatan

Nogosari mempunyai lahan pertanian berupa lahan kering yang mengandalkan air

hujan setiap tahunnya sebagai sumber pengairan. Oleh karena itu penulis mengadakan

penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi pada masyarakat dan

5

pemerintah setempat, jenis tanaman apa yang paling tepat untuk dikembangkan dan

sesuai dengan lahan setempat.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pada daerah penelitian dapat dirumuskan

beberapa masalah yaitu :

1. bagaimana tingkat kesesuaian lahan dan sebarannya di daerah penelitian untuk

berbagai tanaman seperti padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah?

2. faktor-faktor pembatas apakah yang ada pada pengelolaan lahan untuk berbagai

tanaman lahan kering di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, dapat dirumuskan tujuan

penelitian yaitu :

1. mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang

meliputi padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah

2. mengevaluasi persebaran kelas dan sub-kelas serta mengetahui faktor-faktor

pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan

kering di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini nanti dapat diharapkan :

1. sebagai informasi dan pertimbangan bagi pemerintah kabupaten Boyolali dalam

mengambil kebijakan perencanaan pengembangan wilayah.

2. menambah khasanah keilmuan kepada pembaca, sehingga dapat dijadikan

referensi bagi peneliti sejenis.

3. untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program

sarjana S1 Fakultas Geografi UMS.

6

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk lahan, proses, genesis

dan lingkungan permukaan bumi. Geomorfologi saat ini telah berkembang

sebagai ilmu terapan. Terapannya dalam berbagai bidang muncul secara bertahap

dan dianggap memiliki arti penting untuk berbagai tujuan. Satu diantara beberapa

terapan Geomorfologi adalah perencanaan dan pengembangan perdesaan di

bidang pertanian, peternakan atau lainnya berkaitan dengan penggunaan lahan

perdesaan melalui evaluasi lahan (Verstappen, 1983 dalam Taryono, 1997).

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan

untuk penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung

dari pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi

kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu

penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi gogo, jagung dan sebagainya.

Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari

lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan

keberhasilan produksi atau penggunaannya. Penilaian kesesuaian lahan pada

dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu

(Sitorus, 1985).

Sitorus (1985) dalam bukunya ”Evaluasi Sumber Daya Lahan” mengemukakan

tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi lahan yang mengacu pada kerangka evaluasi

lahan FAO tahun 1976. Dijelaskan dalam buku ini bahwa evaluasi sumber daya

lahan adalah proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai

macam penggunaan. Ada tiga aspek utama dalam evaluasi sumber daya lahan,

yaitu lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomi. Adapun kerangka dasar dari

evaluasi lahan adalah perbandingan persyaratan yang diperlukan untuk suatu

penggunaan tertentu dengan sifat yang ada pada lahan tersebut fungsi evaluasi

lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan

penggunaannya serta memberikan kepada perencana, berbagai macam

perbandingan dan alternatif penggunaan yang diharapkan dapat berhasil.

Sitanala Arsyad (1989) dalam bukunya yang berjudul “ Konservasi Tanah dan

Air” menyebutkan bahwa sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air mudah

7

mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah itu dapat terjadi oleh : 1)

kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, 2) terkumpulnya

garam di daerah perakaran (salinasi) yang merupakan racun bagi tanaman serta

tertangkapnya unsur hara atau senyawa lain yang bersifat racun, 3) penjenuhan

oleh air, dan 4) erosi. Kerusakan oleh satu atau lebih proses-proses tersebut

menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan

atau produktivitasnya berkurang.

Saefuddin Sarief (1988) dalam bukunya yang berjudul ”Konservasi Tanah

Dan Air” mengemukakan bahwa lahan-lahan pertanian yang ditanami tanpa cara

pengelolaan tanaman, tanah dan air yang baik akan menyebabkan penurunan

produktivitas tanahnya yang disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah dan

terjadinya gejala erosi karena adanya perubahan pada tanah atau adanya

perubahan pada penutup tanah tersebut. Selanjutnya juga diungkapkan bahwa

peranan pengelolaan tanah menjadi tidak mudah tererosi.

Pribadyo Sosroatmodjo L. A (1980) dalam bukunya yang berjudul “

Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah” meyebutkan bahwa tanaman lahan

kering adalah segala jenis dan bentuk tanaman yang diusahakan oleh petani

khususnya di atas tanah kering (tanpa pengairan), yang sering disebut sebagai

pertanian tanah kering (dry farming) misalnya padi gogo, jagung, kedelai, kacang-

kacangan, sorgum, dan lain-lain.

Salah satu manfaat dari ilmu Geomorfologi yang diuraikan dalam penelitian

ini adalah sebagai evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering

antara lain padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah. Klasifikasi kesesuaian

lahan adalah suatu penafsiran dan pengelompokkan lahan yang mempunyai tipe

khusus dalam kesesuaian secara mutlak atau relatif untuk semua jenis penggunaan

tertentu (FAO, 1976 dalam Sitorus, 1985).

Novita Hastuti (1999) dalam skripsinya berjudul “ Kesesuaian Lahan Untuk

Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten “ bertujuan untuk

mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman Padi sawah di daerah

penelitian dan untuk memetakan tingkat kesesuaian untuk tanaman padi sawah di

daerah penelitian.

8

Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman padi

sawah di bagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data primer meliputi : kedalaman efektif tanah, batu dan kerikil, pH tanah,

tekstur tanah, drainase tanah, kesuburan tanah, relief mikro, penghambat

pertumbuhan karena kekurangan air, banjir, genangan, kemiringan lereng

dan ketinggian tempat.

2. Data sekunder meliputi : peta Topografi, peta Geologi, peta Tanah, peta

Penggunaan Lahan, peta Administrasi skala 1 :50.000, data curah hujan,

data kependudukan, dan data penggunaan lahan.

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung

di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random

sampling. Untuk mengadakan pengujian dan pengukuran parameter-parameter

serta analisa laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian

lahan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : kelas kesesuaian lahan cukup sesuai

(S2) seluas 5,39%, kelas kesesuaian lahan hampir sesuai (S3) seluas 43,16% dan

kelas tidak sesuai pada saat ini (N1) seluas 46,91% dari seluruh luas daerah,

sedangkan tingkat produktivitasnya tanaman padi sawah di daerah penelitian

sangat rendah.

Arif Nurrohman (2001) dalam skripsinya berjudul “ Kesesuaian Lahan Untuk

Tanaman Kedelai di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri “ bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi lahan untuk

tanaman kedelai dan untuk menyeleksi kelas kesesuaian lahan hingga kategori

sub-kelas untuk tanaman kedelai di daerah penelitian.

Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman

kedelai di bagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data primer meliputi : kedalaman efektif tanah, batuan di permukaan,

singkapan batuan, drainase tanah, pH tanah, kadar KTK, kadar N total,

kadar P2O5, salinitas, tekstur tanah, tingkat erosi, banjir, genangan, dan

kemiringan lereng.

9

2. Data sekunder meliputi : peta Topografi, peta Geologi, peta Tanah, peta

Penggunaan Lahan, peta Administrasi skala 1 :50.000, data curah hujan,

data kependudukan, dan data penggunaan lahan.

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung

di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random

sampling. Untuk mengadakan pengujian dan pengukuran parameter-parameter

serta analisa laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian

lahan dapat dibedakan menjadi empat sub-kelas, yaitu : kelas kesesuaian lahan

hampir sesuai (S3r) seluas 4.433,4687 ha atau 31,5% yang dibatasi oleh kondisi

perakaran yang berupa tekstur tanah, kelas N1r (tidak sesuai pada saat ini) seluas

2.195,4876 ha atau 15,4% yang dibatasi oleh kondisi perakaran yang berupa

drainase, kelas N2s (tidak sesuai permanen) seluas 6.657,2852 ha atau 47,09%

yang dibatasi oleh kondisi medan yang berupa kemirinagn lereng dan kelas N2sr

(tidak sesuai permanen) seluas 878,1950 ha atau 6,1% yang dibatasi oleh kondisi

perakaran yang berupa kemirinagn lereng dan kedalaman perakaran.

Wahyu Widayati (2003) melakukan penelitian dengan judul “Kesesuaian

Lahan Untuk Berbagai Tanaman Alternatif di Kecamatan Sawit Kabupaten

Boyolali” bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan untuk berbagai

tanaman alternatif meliputi jagung, ketela rambat, kedelai dan ketela pohon dan

untuk mengevaluasi persebaran kelas dan sub-kelas serta mengetahui faktor-faktor

pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman

alternatif.

Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk berbagai

tanaman alternatif di bagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data primer meliputi : kedalaman efektif tanah, batuan di permukaan,

singkapan batuan, drainase tanah, pH tanah, kadar KTK, kadar N total,

kadar P2O5, K2O, salinitas, tekstur tanah, tingkat erosi, banjir, genangan,

dan kemiringan lereng.

2. Data sekunder meliputi : data curah hujan, temperatur rerata tahunan,

penggunaan lahan dan data kependudukan.

10

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung

di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan dengan kelas S2

untuk tanaman jagung, kedelai, ketela pohon dengan masing-masing seluas 48,2

ha dengan faktor-faktor pembatas pada kelas ini adalah tekstur tanah, jumlah

bulan kering, curah hujan, P2O5, K2O, salinitas dan erosi. Kelas S3 untuk tanaman

jagung, kedelai, ketela pohon dengan masing-masing seluas 1.021,8 ha dan untuk

tanaman ketela rambat seluas 648 ha dengan faktor pembatas kedalaman efektif

tanah, P2O5, dan K2O. Sedangkan kelas N1 untuk ketela rambat seluas 719 ha,

dengan faktor pembatas berupa kedalaman efektif tanah dan drainase tanah.

Untuk lebih jelas tentang perbandingan penelitian dari penelitian sebelumnya

disajikan dalam tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.5. Perbandingan Penelitian Nama Novita Hastuti

(1999)

Arif Nurrohman

(2001)

Wahyu Widayati

(2003)

Tri winarsih

(2007)

Judul Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri

Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Alternatif di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Lahan Kering Di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali

Tujuan • Mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian.

• Memetakan tingkat kesesuaian untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian.

• Mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi lahan Untuk tanaman kedelai.

• Untuk menyeleksi kelas kesesuaian lahan hingga kategori sub-kelas untuk tanaman kedelai di daerah penelitian.

• Mengetahui kelas kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif meliputi jagung, ketela rambat, kedelai dan ketela pohon.

• mengevaluasi persebaran kelas dan sub-kelas serta mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif.

• mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang meliputi padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah

• mengevaluasi persebaran kelas dan sub-kelas serta mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering di daerah penelitian.

Metode metode survei dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling

metode survei dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling

metode survei dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling

metode survei dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling

Data Primer dan sekunder Primer dan sekunder Primer dan sekunder Primer dan sekunder

Hasil Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dengan skala 1 : 50.000

Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai dengan skala 1 : 50.000

• Peta persebaran lahan untuk tanaman salak pondoh skala 1 : 75.000.

• Tingkat pendapatan petani pada masing-masing satuan lahan.

Peta kesesuaian lahan untuk masing-masing tanaman lahan kering yang meliputi tanaman padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah skala 1 : 75.000

11

1.6. Kerangka Penelitian

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan

untuk penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung

dari pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi

kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu

penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang

tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam

hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya. Penilaian

kesesuaian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk

tanaman tertentu (Sitorus, 1985).

Penanaman tanaman lahan kering seperti halnya tanaman lainnya, tanaman ini

membutuhkan air. Akan tetapi kebutuhan air tanaman lahan kering tidak seperti

tanaman padi sawah yang sewaktu-waktu perlu penggenangan. Dengan demikian

tanaman lahan kering dapat tumbuh dan menghasilkan secara baik dalam keadaan

debit air sedikit.

Dalam penelitian ini dilaksanakan tahapan-tahapan yang dimulai dari

persiapan hingga penyajian hasil penelitian. Adapun tahapan tersebut dimulai dari

interpretasi peta geologi yang bertujuan untuk mengetahui persebaran jenis batuan

di daerah penelitian dan interpretasi peta topografi untuk mengetahui relief dan

proses geomorfologi di daerah penelitian. Dengan peta topografi dan peta geologi

dapat dibuat peta bentuklahan. Selanjutnya untuk membuat peta satuan lahan

dengan cara tumpang susun antara peta lereng, peta tanah, peta bentuklahan, dan

peta penggunaan lahan.

Setelah ada peta satuan lahan diteruskan dengan penentuan titik sampel, dalam

penelitian ini penentuan titik sampel adalah pada satuan lahan yang penggunaan

lahannya berupa sawah tadah hujan dan tegalan, untuk menentukan kelas

kesesuaian lahan diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan

yaitu : temperatur, ketersediaan air, drainase tanah, tekstur tanah, kedalaman

efektif tanah, pH tanah, kadar N total, kadar P2O5, kadar K2O, salinitas,

kemiringan lereng, batuan di permukaan, dan singkapan batuan. Untuk

12

mendapatkan data-data tersebut dilakukan survei lapangan yang juga dibantu

dengan analisa sampel tanah di laboratorium yang didasarkan pada satuan lahan.

Penggunaan lahan yang sesuai dengan jenis tanaman dapat meningkatkan

produksi tanaman tersebut. Namun masih banyak faktor lain yang dapat

menentukan tingkat keberhasilan produksi tanaman antara lain teknik penanaman

yang tepat, pemberian pupuk dan pestisida, serta pengairan yang cukup dan

teratur.

Pengumpulan data faktor-faktor kesesuaian lahan di lapangan dengan

pendekatan satuan lahan. Satuan lahan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

menumpang susunkan (overlay) dari peta bentuklahan, peta tanah, peta lereng

dan peta penggunaan lahan. Peta bentuklahan diperoleh dengan cara interpretasi

peta topografi, peta geologi dan cheking lapangan.

Data yang diperoleh dari lapangan dan analisa laboratorium dimasukkan

dalam petunjuk klasifikasi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering

yang meliputi : padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah yang memakai

metode CSR/FAO Staff (1983) dan analisis hasil dengan menggunakan metode

matching. Sebagai hasil akhir dari penelitian ini akan didapatkan peta kesesuaian

lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang meliputi : padi gogo, jagung,

kedelai dan kacang tanah skala 1 : 75.000. Selanjutnya tahapan penelitian secara

garis besar dapat dilihat dari gambar 1.1 diagram alir penelitian berikut :

13

Sumber : Penulis, 2007

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

Data Primer • Kedalaman efektif

tanah • Drainase tanah • Kemiringan lereng • Batuan di permukaan • Singkapan batuan • Ketinggian tempat

Data Sekunder • Curah hujan • Temperatur rerata

tahunan • Penggunaan lahan • Kependudukan

Persyaratan Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Lahan Lering

Perbandingan

Analisa Laboratorium • Tekstur tanah • p H tanah • KPK • P2O5 • N total • K2O • Salinitas

Interpretasi Peta Geologi Skala 1 :75.000

Interpretasi Peta Topografi Skala 1 :75.000

Peta Tanah Skala 1 : 75.000

Peta Penggunaan Lahan Skala 1 : 75.000

Cek lapangan

Peta Bentuklahan skala 1 :75.000

Peta Lereng Skala 1 : 75.000

Peta Satuan Lahan Skala 1 : 75.000

Survei Lapangan dan Pengambilan Sampel

Klasifikasi dan Analisa Data

Peta Kesesuaian Lahan untuk Masing-Masing Tanaman Lahan Kering yaitu Padi gogo, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah

Skala 1 : 75.000

Peta Geologi Skala 1 :100.000

Peta Topografi Skala 1 :50.000

14

1.7. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu

mengamati, mencatat dan mengukur secara sistematik gelala-gejala yang diteliti

kemudian dilengkapi dengan analisa laboratorium. Selain itu diambil juga data

sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai bahan pelengkap untuk

melengkapi data primer. Cara pengamatan di lapangan dilakukan pada titik

sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dengan strata yang

digunakan adalah satuan lahan, sedangkan analisis hasil dalam penelitian ini

dengan cara matching yaitu membandingkan antara persyaratan kelas kesesuaian

lahan untuk berbagai tanaman lahan kering dengan karakteristik lahan di daerah

penelitian.

Adapun tahap-tahap yang dilalui menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan.

a. Pengenalan fenomena masalah di daerah penelitian.

b. Studi kepustakaan serta penelitian yang berhubungan dengan topik serta objek

daerah penalitian.

c. Interpretasi dan analisa peta meliputi :

1) Peta topografi skala 1 : 75.000 dan peta administrasi 1 : 75.000 untuk

menentukan lokasi atau letak, morfologi, proses, ketinggian tempat serta

digunakan sebagai peta dasar daerah penelitian.

2) Peta geologi skala 1 : 75.000, untuk mengetahui formasi batuan dan

litologi pembentuk batuan.

3) Peta tanah skala 1 : 75.000, untuk mengetahui jenis dan persebaran tanah.

4) Peta penggunaan lahan 1 : 75.000, untuk mengetahui macam penggunaan

lahan di daerah penelitian.

d. Pembuatan peta bentuklahan dan satuan lahan.

e. Penentuan titik sampel dilakukan dengan cara overlay peta satuan lahan

dengan peta administrasi, kemudian kita tentukan titik pengambilan sampel di

daerah penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan.

15

a) Pengumpulan data primer yang meliputi parameter fisik yang dapat diukur

di lapangan yaitu : kedalaman efektif tanah, drainase tanah, kemiringan

lereng, ketinggian tempat, batuan di permukaan dan singkapan batuan.

b) Pengambilan sampel tanah untuk dianalisa di laboratorim untuk

memperoleh data tekstur tanah, pH tanah, KTK, P2O5, N total, K2O dan

salinitas.

c) Pengumpulan data sekunder tambahan yang diperoleh dari instansi terkait.

Data sekunder tersebut adalah data curah hujan, temperetur rerata tahunan,

penggunaan lahan dan kependudukan.

3. Tahap Pengolahan Data.

Pengolahan data merupakan kegiatan pengolahan data mentah dan data hasil

laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut dalam rangka menjawab tujuan

penelitian. Pada tahap ini, data dikelompokkan dan diklasifikasikan kemudian

dibandingkan dengan parameter-parameter yang digunakan untuk menilai tingkat

kesesuaian lahan. Adapun faktor-faktor untuk tanaman lahan kering yang

berpedoman pada CSR/FAO Staff (1983) yang meliputi padi gogo, jagung,

kedelai dan kacang tanah adalah sebagai berikut :

1. Temperatur Udara Tahunan Rata-Rata

Data ini diperoleh dari pencatatan suhu udara pada stasiun meteorologi dan

geofisika. Temperatur udara tahunan rata-rata disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

2. Jumlah Bulan Kering

Untuk mengetahui jumlah bulan kering dalam studi ini didasarkan dari curah

hujan bulanan yang besarnya kurang dari 75 mm perbulan yang dihitung dalam

sepuluh tahun. Jumlah bulan kering disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

3. Curah Hujan Tahunan Rata-Rata

Curah hujan tahunan rata-rata dihitung dari curah hujan bulanan dari stasiun

pencatat hujan dalam sepuluh tahun. Curah hujan tahunan rata-rata disesuaikan

dengan tabel 1.5-1.8.

4. Drainase Tanah

Untuk menentukan kelas drainase tanah yaitu dengan cara menetesi tanah

dengan larutan αα dipiridil. Kalau tanah itu menunjukkan perubahan warna

16

setelah ditetesi larutan αα dipiridil itu menandakan drainasenya jelek. Juga

ditentukan dengan ada atau tidaknya bercak motling yang dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a) Drainase sangat buruk (sangat terhambat)

Sebagian besar tanah permukaan basah dan pada umumnya berada di dataran

rendah. Tanah-tanah yang cukup basah itu mencegah tumbuhnya sebagian

besar tanaman sehingga perlu membuang air. Tanah permukaan berwarna

hitam sampai kelabu, sedang tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau

kelabu muda, atau mungkin kekuning-kuningan atau kebiru-biruan. Kalau

terdapat bercak biasanya notasi warna kroma bawah pada umumnya dua atau

kurang dari dua.

b) Drainase buruk (terhambat)

Tanah pada atau dekat permukaan mengalami basah sepanjang waktu

sehingga tanaman sukar tumbuh. Untuk itu perlu saluran pembuang air.

Kebanyakan tanah-tanah ini berada pada dataran atau daerah bawah. Daerah

ini merupakan mintakat jenuh air yang disebabkan oleh keadaan permeabilitas

lambat dan adanya rembesan atau kedua-duanya, tanah permukaan berwarna

hitan atau kelabu. Biasanya tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau kelabu

muda dan pada umumnya warna bercak dengan notasi warna kroma tiga atau

lebih.

c) Drainase agak buruk ( agak terhambat)

Tanah dekat permukaan mengalami basah selang periode atau sampai

pelaksanaan panen, sehingga hasil tanaman pada tanah itu relatif rendah.

Untuk itu perlu saluran pembuangan air buatan. Tanah-tanah ini mempunyai

tingakat permeabilitas lambat atau mungkin ada penambahan air dari

rembesan atau oleh kedua-duanya. Pada umumnya warna tanah permukaan

coklat keabu-abuan dengan warna bercak pada notasi kroma tinggi dengan

kedalaman 20-50 cm.

d) Drainase agak baik

Bagian tanah yang basah agak cekat permukaan. Selama periode

tumbuh/pelaksaan panen sehingga hasil beberapa jenis tanaman sedikit lebih

17

rendah dibandingkan dengan tanah dengan drainase yang baik dan tanah-tanah

ini mempunyai tingkat permeabilitas lambat/kedua-duanya, warna tanah

permukaan gelap dengan warna bercak di lapisan tanah bawah dengan notasi

kroma tinggi.

e) Drainase baik

Tanah ini lembab untuk sementara waktu setelah turun hujan, akan tetapi

kemudian akan cepat hilang. Tanah inipun tidak terlalu lama basah setelah

turun hujan lebat dan tanah-tanah ini ditandai oleh warna kemerah-merahan,

kecoklatan/kekuningan pada tanah permukaan. Pada lapisan tanah bawah

bercak dengan notasi kroma tinggi berada pada kedalaman 100 cm atau lebih.

f) Drainase agak cepat

Tanah ini mempunyai tingkat permeabilitas cepat dan kemampuan

penyimpanan air rendah, tanaman akan emberikan produksi yang relatif

rendah apabila tanpa pengairan. Tanah ini sifatnya berpasir dan sifatnya

porositi, warna tanah kemerahan, kecoklatan, kekuningan/kelabu apabila

dijumpai warna bercak hasil dari pelapukan dalam kondisi agak basah.

g) Drainase sangat cepat

Tanah ini ditandai dengan tingkat permeabilitas sangat cepat sehingga

kemampuan penyimpanan air rendah. Tanah ini tidak cocok untuk

memproduksi tanaman, apabila tanpa irigasi. Pada umumnya kemiringan

lereng termasuk curam, ditandai dengan tanah berwarna kemerahan,

kecoklatan, kekuningan atau kelabu. Tanah ini bebas dari bercak dan

kelembabannya tinggi.

5. Kedalaman Efektif Tanah

Yang dimaksud kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah sampai

sejauh mana tanah dapat ditumbuhi akar tanaman, menyimpan cukup air dan

unsur hara. Pengukurannya dilakukan di lapangan dengan pengeboran yang

alatnya meliputi bor dan cangkul pada setiap titik sampel sehingga mencapai

kedalaman lebih dari 75 cm. Kedalaman efektitf tanah yang ada di daerah

penelitian disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

18

6. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar partikel

tanah dalam suatu masa tanah, terutama perbandingan antara fraksi pasir, fraksi

debu dan fraksi lempung.

Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu di lapangan

dan di laboratorium dipergunakan sebagai salah satu penentu kelas kesesuaian

lahan dan data data tekstur di lapangan digunakan sebagai data pembanding.

Contoh tanah yang dianalisis merupakan contoh tanah pada lapisan atas yaitu

tanah yang tertoreh karena aktivitas olahan tanah atau untuk tanah yang diolah

diambil kedalaman 0-30 cm. Tekstur Tanah yang ada di daerah penelitian

disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

7. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang diteliti meliputi N total dalam tanah diukur di

laboratorium dari contoh tanah permukaan yang dilakukan dengan metode desilasi

dan hasilnya dinyatakan dalam prosen. Faktor tersedia dalam bentuk ion P2O5

ditentukan di laboratorium dengan metode Amonium Asetat (NH4OHC). Pada pH

dengan satuan contoh lapisan tanah, sedangkan untuk penentuan salinitas

ditentukan di laboratorium dengan electric conducticity meter. Kemampuan

pertukaran kation (KTK) diperoleh dari hasil analisis di laboratorium dengan

metode NH4OHC (Amonium Asetat) pada pH dalam satuan me/100 gr yang

diambil dari contoh tanah bawah. Sifat kimia tanah dianalisis di laboratorium dan

hasilnya kemudian di klasifikasikan seperti dalam tabel 1.2 di bawah ini :

Tabel 1.6. Kelas Sifat Kimia Tanah Sifat kimia Sangat

rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi

Ntotal (%) < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 > 0,75

P2O5 (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 > 35

K2O tersedia

(meg/100 gr)

< 0,2 0,2-0,3 0,31-0,5 0,6-1 > 1

KPK

(meg/100 gr)

< 5 5-16,9 17-24,9 25-40 > 40

Salinitas

(mmhos/cm)

< 2,5 2,5-5,5 5,6-12 > 12 -

19

8. Kelas pH Tanah

pH tanah adalah reaksi tanah yang menunjukkan sifat keasaman atau

alkalinitas tanah. Pengukuran pH tanah dilakukan di laboratorium secara elaktrik

anaode dan katode yaitu pH meter. Cara penetapannya adalah dengan

memasukkan contoh tanah kedalam botol sampai batas volume tertentu (satu

bagian), kemudian dituangkan aquades atau KCL sampai volume tertentu pula

(2,5 bagian). Kemudian dikocok sampai homogen. Setelah itu dibiarkan selama

sekitar satu hari dan dipanasi dengan listrik untuk mengendapkan tanahnya

kenudian diuji dengan mencelupkan anode katode kedalam larutan, maka dapat

dibaca langsung jarum yang menunjukkan skala pH. Klasifikasi pH tanah daerah

penelitian disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

9. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng diukur di lapangan dengan menggunakan abney level dan

dinyatakan dalam persen. Klasifikasi Kemiringan lereng daerah penelitian

disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

10. Keadaan Batuan Di Permukaan

Keterdapatan batuan di permukaan tanah dapat diamati secara langsung pada

setiap lokasi pengamatan secara kualitatif dan dinyatakan dalam persen sesuai

dengan yang terdapat pada tabel 1.3 di bawah ini :

Tabel 1.7 Kelas Keadaan Batuan di Permukaan Kelas Kriteria Keadaan Batuan Di Permukaan Sangat sesuai Cukup sesuai Hampir sesuai Tidak sesuai pada saat ini Tidak sesuai permanen

0 1 2 3 4

Tidak ada atau sedikit batuan, artinya menutupi kurang dari 0,01% dari luas permukaan tanah. Agak berbatu (faitly stony), yaitu batu menutupi 0,01-0,1% dari luas permukaan tanah, batu dengan diameter 15-30 cm, berjarak 10-30 m satu sama lain. Berbatu (stony) yaitu batu menutupi 0,1-3% dari luas permukaan tanah, batu berdiameter 15-30 cm, berjarak 1,6-10 cm satu sama lain. Sangat berbatu (very stony), yakni batu menutupi 3-15% dari luas permukaan tanah, batu dengan diameter 15-30 cm, berjarak 75-160 cm satu sama lainnya. Amat sangat berbatu (excessively stony), yakni batu menutupi 15-90% dari luas permukaan tanah, batu dengan diameter 15-30 cm, berjarak 5-30 cm satu sama lainnya.

20

11. Singkapan Batuan

Besarnya singkapan batuan dinyatakan dalam persen yang kelihatan

pada permukaan lahan. Singkapan batuan berpengaruh terhadap mudah

tidaknya pengolahan lahan. Selanjutnya Klasifikasi singkapan batuan

daerah penelitian disesuaikan dengan tabel 1.4 di bawah ini :

Tabel 1.8 Kelas Singkapan Batuan Kelas Kriteria Singkapan Batuan

Sangat sesuai Cukup sesuai Hampir sesuai Tidak sesuai pada saat ini Tidak sesuai permanen

0 1 2 3 4

Sedikit atau tidak ada singkapan batuan yang kurang dari 2% dalam batuan induk yang tersingkap. Singkapan batuan berjarak 35-100 m satu sama lain dan menutupi 2-10% luas permukaan tanah. Singkapan batuan berjarak 10-35 m satu sama lain dan menutupi 10-25% luas permukaan tanah. Singkapan batuan berjarak 3,5-10 m satu sama lain dan menutupi 25-30% luas permukaan tanah. Singkapan batuan berjarak kurang dari 3,5 m satu sama lain dan menutupi lebih dari 30% luas permukaan tanah.

4. Tahap Klasifikasi Dan Evaluasi Data

Dalam tahapan ini dibahas hasil analisis data yang telah diklasifikasikan

berdasar referensi pedoman penggolongan kesesuaian lahan pada tabel 1.5-

1.8, dan evaluasi data yang digunakan dengan metode matching.

21

Tabel 1.9. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Gogo (Upland Rice)

Kelas kesesuaian lahan Kualitas/ karakteristik lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (t) Rata-rata tahunan (ºC)

20-26

27-30 29-18

31-32 17-16

> 32 < 16

Ketersediaan Air (w) Bulan kering (< 75 mm)

Curah hujan/tahun (mm)

5-8 > 1500

8.1-8.5 < 5 1500-1000

8.6-9 1000-750

> 9

< 750

Media perakaran (r) Drainase tanah

Tekstur

Kedalaman efektif tanah (cm)

Baik, sedang Llip, ld, d, lli,llid > 60

Terhambat, agak terhambat Lp, l, llp 40-59

Sangat terhambat, sangat cepat Lp, lid, li str 20-39

Cepat Kerikil, pasir liat massif

Retensi hara (f) KPK tanah pH tanah

≥ sedang 5.0-6.0

Rendah 6.1-7.0 4.9-4.5

Sangat rendah 7.1-8.5 4.5-4.0

> 8.5 < 4.0

Hara tersedia (n) N total P2O5 K2O

≥ Sedang ≥ Tinggi ≥ Rendah

Rendah Menengah Sangat rendah

Rendah

Sangat rendah

Toksisitas (x) Salinitas (mmhos/cm)

< 3

3-5

5-8

> 8

Medan (s) Lereng (%) Batu dipermukaan (%)

Singkapan batuan (%)

0-5 0

0

5-15

15-24

1 1

> 24

≥ 2 ≥ 2

Sumber : CSR/FAO Staff (1983)

22

Tabel 1.10. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung (Maize)

Kelas kesesuaian lahan Kualitas/ karakteristik lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (t) Rata-rata tahunan (ºC)

20-26

27-30

31-32 20-18

> 32 < 18

Ketersediaan Air (w) Bulan kering (< 75 mm)

Curah hujan/tahun (mm)

0-7 > 1200

7.1-8.0 1200-900

8.1-9 900-600

> 9

< 600

Media perakaran (r) Drainase tanah

Tekstur

Kedalaman efektif tanah (cm)

Baik, sedang L, Llip, ld, d, lli,llid > 60

Agak terhambat Lp, lip 40-59

terhambat, agak cepat Lp, lid, li str 20-39

Sangat terhambat, cepat Kerikil, pasir liat massif < 20

Retensi hara (f) KPK tanah pH tanah

≥ sedang 6.0-7.0

Rendah 7.1-7.5 5.9-5.5

Sangat rendah 7.6-8.5 5.4-5.0

> 8.5 < 5.0

Hara tersedia (n) N total P2O5

K2O

≥ Sedang Sangat Tinggi ≥ Rendah

Rendah Tinggi Sangat rendah

Sangat rendah Sedang-Rendah Sangat rendah

Sangat rendah

Toksisitas (x) Salinitas (mmhos/cm)

< 2

2-4

4-8

> 8

Medan (s) Lereng (%) Batu dipermukaan (%)

Singkapan batuan (%)

0-5 0 0

5-15

15-20 1 1

> 20 ≥ 2

≥ 2

Sumber : CSR/FAO Staff (1983)

23

Tabel 1.11. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai (Soybean)

Kelas kesesuaian lahan Kualitas/ karakteristik lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (t) Rata-rata tahunan (ºC)

23-28

29-30 22-20

31-32 19-18

> 32 < 18

Ketersediaan Air (w) Bulan kering (< 75 mm)

Curah hujan/tahun (mm)

3-7.5 100-1500

7.6-8.5 < 3 1500-2500 1000-700

8.6-9 2500-3500 700-500

> 9

< 3500 < 500

Media perakaran (r) Drainase tanah

Tekstur

Kedalaman efektif tanah (cm)

Baik, sedang L, Llip, ld, d, lli,llid > 50

agak cepat Lp, lip 30-49

Agak terhambat, terhambat Lp, lid, li str 15-29

Sangat terhambat, cepat Kerikil, pasir liat massif < 15

Retensi hara (f) KPK tanah pH tanah

≥ sedang 6.0-7.0

Rendah 7.1-7.5 5.9-5.5

Sangat rendah 7.6-8.5 5.4-5.0

> 8.5 < 5.0

Hara tersedia (n) N total P2O5

K2O

≥ Sedang ≥ Tinggi ≥ sangat Rendah

Rendah Sedang

Sangat rendah Rendah-sangat rendah

Sangat rendah

Toksisitas (x) Salinitas (mmhos/cm)

< 2.5

2.5-4

4-8

> 8

Medan (s) Lereng (%) Batu dipermukaan (%)

Singkapan batuan (%)

0-5 0 0

5-15

15-20 1 1

> 20 ≥ 2

≥ 2

Sumber : CSR/FAO Staff (1983)

24

Tabel 1.12. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang tanah (Groundnut) Kelas kesesuaian lahan Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur (t) Rata-rata tahunan (ºC)

25-30

31-33 24-28

34 19-18

> 34 < 18

Ketersediaan Air (w) Bulan kering (< 75 mm)

Curah hujan/tahun (mm)

< 8 900-2000

8.1-9 2000-3000 900-400

9.1-9.5 > 3000 400-250

> 9.5

< 250

Media perakaran (r) Drainase tanah

Tekstur

Kedalaman efektif tanah (cm)

Baik, sedang Lp, l, lli > 50

Terhambat, agak terhambat Lp, ld, d 30-49

Sangat terhambat, agak cepat Lli, llid, lip, lid, li str 15-29

Cepat Keerikil, pasir liat massif < 15

Retensi hara (f) KPK tanah pH tanah

≥ sedang 6.0-7.0

Rendah 7.1-7.5 5.9-5.5

Sangat rendah 7.6-8.5 5.4-5.0

> 8.5 < 5.0

Hara tersedia (n) N total

P2O5 K2O

≥ Sedang ≥ sedang ≥ sangat Rendah

Rendah Rendah

Sangat Rendah Sangat Rendah

Sangat rendah

Toksisitas (x) Salinitas (mmhos/cm)

< 3

3-4

4-6

> 6

Medan (s) Lereng (%) Batu dipermukaan (%) Singkapan batuan (%)

0-5 0 0

5-15

15-20 1 1

> 20 ≥ 2

≥ 2

Sumber : CSR/FAO Staff (1983)

Keterangan :

l : lempung llid : lempung liat berdebu

li : liat lli : lempung liat

p : pasir llip : lempung liat berpasir

d : debu lp : lempung berpasir

ld : lempung berdebu lid : liat berpasir

lip : lempung berpasir li str : liat berstruktur

25

1.8.Batasan Operasional

Bentuklahan adalah bentuk permukaan bumi sebagai hasil dari perubahan bentuk

permukaan bumi, oleh proses geomorfologi yang beroperasi di

permukaan bumi (LTC dalam Sunardi, 1983 dalam Wahyu Widayati,

2003).

Evaluasi lahan adalah proses penafsiran potensi lahan untuk penggunaan khusus,

meliputi interpretasi dan survei bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan

aspek lain dari berbagai lahan sampai tingkatan mengidentifikasi dan

membuat perbandingan jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan

sesuai dengan tujuan evaluasi (FAO, 1976).

Evaluasi sumber daya alam adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan

untuk suatu penggunaan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada

pada lahan tertentu (Taryono, 1997).

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu

penggunaan tertentu (Santun Sitorus, 1985)

Klasifikasi kesesuaian lahan adalah proses pengelompokkan dan penilaian tipe

tertentu suatu lahan dipandang dari kecocokan secara relatif atas absolut

untuk penggunaan tertentu (FAO, 1976)

Lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang

meliputi biosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan

hewan serta hasil kegiatan manusia pada masa lalu dan sekarang. Sampai

pada tingkat tertentu sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang

berarti terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada masa sekarang dan

masa yang akan datang (FAO, 1976).

26

Penggunaan lahan adalah bentuk penggunaan kegiatan manusia terhadap lahan,

termasuk keadaan alamiah yang belum terpengaruh oleh kegiatan

manusia (Van Zuidam, 1979 dalam Wahyu Widayati, 2003).

Satuan lahan adalah area dari lahan yang mempunyai kualitas dan karakteristik

lahan tertentu sehingga dapat ditentukan bedanya pada peta (FAO,

1976).

Satuan pemetaan lahan adalah suatu wilayah yang dibatasi dalam peta, dan

memiliki karakteristik dan atau kualitas lahan yang spesifik (FAO,

1976).

Pembatas lahan adalah suatu kualitas lahan yang merupakan persyaratan untuk

memperoleh produksi yang optimal dan pengolahan dari suatu

penggunaan tertentu (FAO, 1976).

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan

bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai

pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk

dalam relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa

Darmawijaya, 1992).

Tanaman lahan kering adalah tanaman yang diusahakan oleh petani khususnya di

atas lahan kering (tanpa pengairan) yang sering disebut sebagai pertanian

lahan kering /dry farming (Pribadyo Sosroatmodjo L. A ,1980).