ANALISIS FORECASTING PRODUKSI LUAS PANEN DAN …
Transcript of ANALISIS FORECASTING PRODUKSI LUAS PANEN DAN …
i
ANALISIS FORECASTING PRODUKSI LUAS PANEN DAN
PRODUKTIVITAS KEDELAI DI SULAWESI SELATAN
ASHABUL KAHFI HARFA
105960106811
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
ANALISIS FORECASTING PRODUKSI LUAS PANEN DAN
PRODUKTIVITAS KEDELAI DI SULAWESI SELATAN
ASHABUL KAHFI HARFA
105960106811
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga Skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul Skripsi yang penulis
angkat dalam Skripsinya adalah “Analisis porecasting produksi kedelai di
sulawesi selatan”. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai utusanya yang terakhir, yang telah membawa umatya
pada kehidupan yang diterangi ilmu pengatahuan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar
sarjana pada jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P.,M.P. selaku Pembimbing I dan Bapak
Firmansyah.SP.MSi. selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat
diselesaikan.
2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
iv
3. Bapak Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orangtua Ayahanda Abd Haris dan Ibunda fatmawati, dan adik-adikku
tercinta Anni mujahida, Sul khair dan segenap keluarga yang senantiasa
memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat
terselasaikan.
5. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis. Tak lupa penulis berterima kasih kepada seluruh staf TU Fakultas
Pertanian yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi.
6. Kepada pihak Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan dan yang telah
membantu melengkapi data penelitian.
7. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kakanda Asrianto.S.P.
kepada saudara-saudari di Program Studi Agribisnis angkatan 2011 terkhusus
buat sahabat-sahabat, Adham Richardy, Faisal Tawakal, Supriadi, Riswan,
Muh Akbar, Haidir Ashar, Zainuddin, serta semua angkatan 2011 yang masih
berjuang. Semangat dan canda kalian serta nasihat-nasihat selama bersama
malewati suka dan duka dibangku perkuliahan menjadi motivasi dan
dorongan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada teman – teman di kelas F dan teman-teman KKP fakultas pertanian
Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait
dalam penulisan skripsi ini. Semoga bantuan dan budi baik yang telah diberikan
v
kepada penulis mendapat imbalan amal saleh yang setimpal dari Allah SWT.
Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan segala kesalahan dan
kekurangan datangnya dari penulis maka kritikan yang konstruktif penulis sangat
harapkan. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang mebutuhkan. Semoga Ridho Allah SWT
senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.
Makassar, 28 Juni 2015
Ashabul Kahfi Harfa
vi
PERNYATAAN KEORISINALAN SKRIPSI
Saya Ashabul Kahfi Harfa
Nim 105960106811
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Forecasting
Produksi Kedelai Di Sulawesi Selatan Adalah benar merupakan hasil karya yang
belum di ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua
sumber data dan informasi yang berasal atau di kutif dari karya yang di terbitkan
maupun yang tidak di terbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan
di cantumkan dalam daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, 28 September 2015
Ashabul Kahfi Harfa
105960106811
vii
ABSTRAK
ASHABUL KAHFI HARFA. 105960106811. Analisis forecasting produksi
kedelai di Sulawesi selatan. Dibimbing oleh SRI MARDIYATI dan
FIRMANSYAH .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend luas panen, produktivitas
dan produksi kedelai di provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan tempat penelitian
dilakukan secara purporsive dengan menggunakan data sekunder 20 tahun
terakhir mulai 1995 – 2014. Analisis data yang digunakan analisis trend dengan
persamaan Y = a + bX untuk melihat trend luas panen, produktivitas dan produksi
kedelai 20 tahun terakhir di provinsi sulawesi selatan.
Penelitian ini untuk mengetahui apakah peramalan luas
panen,Produktivitas, Produksi meningkat dalam 10 tahun kedepan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa luas panen kedelai di
Sulawesi Selatan telah terbatas lahan pertanian dan dijadikannya alih fungsi lahan
yang berdampak pada luas panen yang akan dimanfaatkan petani sebagai media
untuk bercocok tanam akibatnya luas panen setiap tahun terkadang mengalami
peningkatan dan penurunan akan tetapi dari tahun 2008 hingga tahun 2014 terjadi
peningkatan sebesar 36,33 ribu/ha. Produksi kedelai mengalami peningkatan dan
penurunan yang di sebabkan oleh Hal ini disebabkan) kurangnya teknologi
usahatani sebagai penopang produktivitas kedelai, tidak adanya dukungan dari
pemerintah petani masih membakar jerami padi hasil panen, petani belum
memanfaatkan kotoran untuk pupuk dan bahan pembenah tanah (pupuk organik).
biaya benih dan pupuk mahal, serta iklim yang tidak menentu. sehingga produksi
kedelai tidak menentu dari peningkatan dan penurunan jumlah produksi kedelai di
Provinsi Sulawesi Selatan.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
PERNYATAAN KEORISINILAN ........................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5
2.1. Kedelai ................................................................................. 5
2.2. Pengertian Trend .................................................................. 6
2.3. Peramalan ............................................................................. 8
2.4. Teori Produksi..... ................................................................. 10
2.5. Konsep Produktivitas ........................................................... 12
2.6. Kerangka Pikir ...................................................................... 16
ix
III. METODE PENELITIAN ............................................................ 18
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 18
3.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 18
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 19
3.4. Teknik Analisis Data ........................................................... 19
3.5. Definisi Operasional ............................................................. 20
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................ 21
4.1. Letak Geografis .................................................................... 21
4.2. Potensi Sumber Daya ........................................................... 23
4.3. Profil Sektor Pertanian ......................................................... 24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 26
5.1 Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan ................ 26
5.2 Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
………………………….. ..................................................... 27
5.3 Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
…………………… ............................................................... 28
5.1. Analisis Trend Kedelai ......................................................... 30
5.2. Analisis Peramalan (Forecasting)…………………………... 38
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 44
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 44
5.2. Saran ..................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Luas Panen,produktivitas,Produksi ........................................................... 3
2. Pertumbuhan Rill Pada Sektor Pertanian ................................................... 24
3. Luas Lahan Panen ...................................................................................... 30
4. Produktivitas Hasil Panen Kedelai ........................................................... 33
5. Produksi Hasil Panen ................................................................................ 36
6. Peramalan Luas Panen Kedelai ................................................................. 37
7. Data Analisis Produktivitas kedelai di Sulawesi-Selatan. ......................... 39
8. Data Analisis Produksi kedelai di Sulawesi-Selatan ................................. 41
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 3
2. Grafik Perkembangan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 1995 – 2014 .................................................................. 25
3. Grafik Perkembangan Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 1995 – 2014 ....................................................................... 27
4. Grafik Perkembangan Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 1995 – 2014 ....................................................................... 28
5. Analisis trend Luas panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.............. 29
6. Analisis trend Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan ........... 32
7. Analisis trend Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan .................. 35
8. Analisis Trend Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi – Selatan ......... 38
9. Analisis trend Produktivitas kedelai di Povinsi Sulawesi – Selatan .......... 40
10. Analisis trend Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan .................. 42
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Lampiran Luas Panen Kedelai di Sulawesi Selatan .................................. 47
2. Produktivitas Kedelai di Sulawesi Selatan ................................................ 48
3. Produksi kedelai ........................................................................................ 49
4. Data Luas Panen Kedelai ........................................................................... 52
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peramalan merupakan bagian awal dari suatu pengambilan keputusan.
Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan
datang, maka pasti ada peramalan yang melandasinya karena peramalan adalah
perkiraan apa yang akan terjadi di masa depan. Dalam kegiatan produksi,
peramalan dapat dilakukan terhadap permintaan, penawaran atau supply bahan,
penjualan, tentang kondisi ekonomi serta terhadap perkembangan teknologi. Pada
bidang perencanaan dan pengendalian produksi, peramalan difokuskan pada
peramalan permintaan. Tujuan peramalan pada kegiatan produksi adalah untuk
meminimalkan ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang
mendekati keadaan sebenarnya. Menurut Rosnani Ginting (2007). Peramalan
dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan
untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, peramalan pada dasarnya merupakan suatu
taksiran, tetapi dengan menggunakan cara-cara tertentu peramalan dapat lebih
daripada hanya satu taksiran. Dapat dikatakan bahwa peramalan adalah suatu
taksiran yang ilmiah meskipun akan terdapat sedikit kesalahan yang disebabkan
oleh adanya keterbatasan kemampuan manusia. Sebelum menjabarkan tentang
metode peramalan ini, maka terlebih dahulu diuraikan tentang definisi dari
peramalan itu sendiri. Menurut John E (1999) Peramalan adalah kegiatan
2
memperkirakan tingkat permintaan produk yang diharapkan untuk suatu produk
atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang.
Kedelai merupakan salah satu jenis komoditas andalan untuk bahan
pangan utama disamping padi dan jagung. Kebutuhan terhadap hasil olahan
kedelai seperti tempe, tahu, tauco, kecap, bahan baku untuk pakan ternak dan
lainnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 8,74% pertahun.
Karena tingginya permintaan kedelai dalam negeri yang akan menyebabkan impor
kedelai tetap berlangsung dalam jumlah yang besar, hal ini bukan saja disebabkan
karena pertambahan jumlah penduduk dan penurunan luas areal tanam, tetapi juga
karena akibat meningkatnya pendapatan masyarakat, serta semakin
berkembangnya berbagai industri makanan dan pakan yang menggunakan bahan
baku kedelai terutama untuk jenis industri peternakan ayam ras.
Sebagaimana terjadi pada semua komoditi pertanian, terutama yang
diusahakan oleh petani, persoalan pokok adalah masalah produksi dan pemasaran.
Masalah produksi berkenaan dengan sifat usahatani yang selalu tergantung pada
alam didukung faktor risiko karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan,
menyebabkan produktivitas lahan rendah dan tidak stabil, bahkan hal ini dapat
menyebabkan tingginya peluang-peluang untuk terjadinya kegagalan produksi
(Anwar, 1995). Hal lain diperburuk oleh belum berkembangnya penerapan teknologi
anjuran, sehingga pola pengusahaan kurang intensif. Akumulasi dari semua ini
mempengaruhi stabilitas dan kelestarian pasokan produk yang dibutuhkan pasar. Di
samping itu berakibat pula pada rendahnya pendapatan yang diperoleh petani. Pada
sisi lain, pengusahaan yang kurang intensif berdampak pada penyerapan tenaga
3
kerja yang kurang memadai, terutama terhadap upaya penekanan pengangguran di
perdesaan.
Luas lahan pertanaman kedelai beberapa tahun belakangan in mengalami
fluktuasi khususnya untuk Provinsi Sulawesi Selatan yang tentunya berdampak pada
jumlah produksi dan produktivitas. Untuk mengetahui perkembangan luas lahan
produksi kedelai dapat di lihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2009-2013.
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (Ton) Produktifitas (Ku/Ha)
2009 25,792 16,00 41,279
2010 23,641 15,11 35,711
2011 21,441 15,73 33,716
2012 19,964 15,00 29,938
2013 30,937 14,77 45,693
Sumber: BPS dan Kementerian Pertanian, Tahun 2014.
Berdasarkan Tabel 1 menggambarkan kondisi fluktuasi pada produktivitas
kedelai mengalami peningkatan dan penurunan produksi dan produktivitas, pada tahun
2009 dengan luas panen 25,792 Hektar dengan produktifitas sebesar 16 kuintal dengan
jumlah ton sebesar 41,279 ton, pada tahun 2010 dengan luas panen 23,641 Hektar
dengan produktivitas sebesar 15,11 kuintal dengan jumlah ton 35,711 Hektar, pada
tahun 2011 dengan luas lahan panen 21,441 Hektar dengan produktivitas sebesar 15,73
Ton dengan produksi sebesar 33,716 ton.
Berdasarkan fenomena produksi kedelai di Sulawesi Selatan menunjukkan trend
yang menurun dari tahun ke tahun. Meskipun sudah di akui produksi kedelai yang terus
4
menurun. Oleh karena itu, perlu di lakukan suatu upaya agar produksi kedelai dapat
meningkat dan produk usahatani kedelai dapat memasuki pasar dan memiliki daya saing
yang tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanaka trend luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui trend luas panen, produksi,
dan produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.
Adapun kegunaan penelitian adalah :
1 Memberikan sumbangan akademis terhadap perbendaharaan ilmu
pengetahuan terutama menambah bahan bacaan bagi mahasiswa yang
ingin memperdalam pengetahuan tentang komoditas kedelai.
2 Bagi peneliti, sebagai bahan perbandingan sekaligus menambah
pengetahuan tentang fluktuasi kedelai yang terjadi di Provinsi Sulawesi
Selatan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai (Glycine max (L.)
Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang murah, sehingga dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kebutuhan terhadap
kedelai semakin meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan bertambahnya
penduduk dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makanan berprotein
nabati. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan
komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh
manusia (Pringgohandoko dan Padmini, 1999). Kedelai juga mengandung asam-
asam tak jenuh yang dapat mencegah timbulnya arteri sclerosis yaitu terjadinya
pengerasan pembuluh nadi (Taufiq dan Novo, 2004).
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi
karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.
Sebagai sumber protein nabati yang rendah kolesterol, kedelai makin diminati
sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Tjandramukti (2000), setiap tahun
konsumsi kedelai Indonesia mencapai 2 juta ton, sedangkan produksi hanya 1,2
juta ton. Pada tahun 2010 konsumsi kedelai Indonesia diperkirakan mencapai 2,8
juta ton, padahal produksi hanya 1,3 juta ton.
Pengembangan kedelai di dalam negeri diarahkan melalui strategi
peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Di sisi lain masih banyak
tanah di Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik budidaya.
6
Tanah salin adalah salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara luas untuk
kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek peningkatan tekanan
osmotik akar yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman (Slinger
and Tenison, 2005).
Pengrajin tempe menyukai kedelai berbiji besar (kedelai impor) karena
menghasilkan tempe yang warnanya cerah, kualitas biji lebih baik dan volumenya
besar. Sedangkan industri tahu, ukuran biji tidak menjadi masalah asalkan tersedia
di pasaran. Antarlina (2002) melaporkan, ukuran biji kedelai merupakan faktor
penentu kualitas tempe karena berkorelasi positif dengan bobot.
2.1 Pengertian Trend
Trend merupakan gerakan jangka panjang yang dimiliki kecenderungan
menuju pada satu arah, yaitu arah naik dan turun (Atmaja, 2009). Sedangkan
menurut Purwanto (2011), trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau
turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke
waktu dan nilainya cukup rata atau mulus (smooth).
Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk
melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi
(data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup
panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar
7
fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap
perubahan tersebut. Secara teoritis.
Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik
pula forecasting atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang
dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan
semakin jelek. Metode Least Square : metode yang digunakan untuk analisis time
series adalah:
- Metode kuadrat terkecil (least square method).
Metode yang digunakan untuk analisis time series dikhususkan untuk
membahas analisis time series dengan metode kuadrat terkecil yang dibagi dalam
dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data ganjil. Secara umum persamaan
garis linier dari analisis time series adalah :
Y = a + b X.
Keterangan :
Y adalah variabel yang dicari trendnya dan
X adalah variabel waktu (tahun).
Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah :
a = ΣY / N dan
b = ΣXY / ΣX2
8
Gerakan/variasi data berkala (time series) terdiri dari empat komponen
yakni :
- Gerakan/trend jangka panjang yaitu gerakan yang menunjukkan arah
perkembangan secara umum (kecenderungan menaik atau menurun).
Trend melukiskan gerak data deret waktu selama jangka waktu yang
panjang atau cukup lama. Gerak ini mencerminkan sifat kontinuitas atau keadaan
yang terus-menerus dari waktu ke waktu selama kurun waktu tertentu, karena sifat
kontinuitas inilah maka trend dianggap sebagai gerak yang stabil sehingga dalam
menginterpretasikan dapat digunakan model matematis, sesuai dengan keadaan
dan deret waktunya itu sendiri. Menurut Hakim (2001), untuk menentukan model
peramalan trend yang tepat, dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
1. Membentuk analisis residual
2. Mengukur besar dari residual error
3. Prinsip parsimony.
2.3 Peramalan (Forecasting)
Peramalan merupakan bagian awal dari suatu pengambilan keputusan.
Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan
datang, maka pasti ada peramalan yang melandasinya karena peramalan adalah
perkiraan apa yang akan terjadi di masa depan. Dalam kegiatan produksi,
peramalan dapat dilakukan terhadap permintaan, penawaran atau supply bahan,
penjualan, tentang kondisi ekonomi serta terhadap perkembangan teknologi. Pada
9
bidang perencanaan dan pengendalian produksi, peramalan difokuskan pada
peramalan permintaan. Tujuan peramalan pada kegiatan produksi adalah untuk
meminimalkan ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang
mendekati keadaan sebenarnya. Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat
permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam
periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peramalan pada
dasarnya merupakan suatu taksiran, tetapi dengan menggunakan cara-cara tertentu
peramalan dapat lebih daripada hanya satu taksiran. Dapat dikatakan bahwa
peramalan adalah suatu taksiran yang ilmiah meskipun akan terdapat sedikit
kesalahan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan kemampuan manusia.
Sebelum menjabarkan tentang metode peramalan ini, maka terlebih dahulu
diuraikan tentang definisi dari peramalan itu sendiri. Menurut John E, 1999.
“Peramalan adalah kegiatan memperkirakan tingkat permintaan produk yang
diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu
tertentu di masa yang akan datang”.
Dalam peramalan (forecasting) tidak jarang terjadi kesalahan misalnya
saja penjualan sering tidak sama dengan nilai eksak yang diperkirakan. Sedikit
variasi dari perkiraan sering dapat diserap oleh kapasitas tambahan, sediaan
penjadwalan permintaan. Tetapi, variasi perkiraan yang besar dapat merusak
operasi. Ada tiga cara untuk mengakomodasi perkiraan, yaitu: yang pertama
adalah mencoba mengurangi kesalahan melakukan pemerakiraan yang lebih baik.
Yang kedua adalah, membuat fleksibilitas pada operasi dan yang terakhir adalah
mengurangi waktu tunggu yang dibutuhkan dalam prakiraan. Tetapi kemungkinan
10
kesalahan terkecil adalah tujuan yang konsisten dengan biaya prakiraan yang
masuk akal. Menurut Buffa: “Peramalan atau forecasting diartikan sebagai
penggunaan teknik-teknik statistic dalam bentuk gambaran masa depan
berdasarkan pengolahan angka-angka historis”. (Buffa. 1996)
Peramalan merupakan bagian dari kegiatan pengambilan keputusan.
Organisasi selalu menentukan sasaran dan tujuan, berusaha menduga faktor-faktor
lingkungan, lalu memilih tindakan yang diharapkan akan menghasilkan
pencapaian sasaran dan tujuan tersebut. Kebutuhan akan peramalan meningkat
sejalan dengan usaha manajemen untuk mengurangi ketergantungannya pada hal-
hal yang belum pasti. Peramalan menjadi lebih ilmiah sifatnya dalam menghadapi
lingkungan manajemen.
Karena setiap organisasi berkaitan satu sama lain, baik buruknya ramalan
dapat mempengaruhi seluruh bagian organisasi. Peramalan (forecasting) adalah
seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat
dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya
ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga
merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Atau bisa juga dengan
menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan
pertimbangan yang baik dari seorang manajer.
11
2.4 Teori Produksi
Produksi adalah proses mengubah input menjadi output sehingga nilai
barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang
digunakan dalam proses poduksi dan output adalah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu proses produksi (Sri Adiningsih, 1995). Produksi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai guna
atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung pengertian kemampuan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi meliputi
semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.
Sesuai dengan pengertian produksi diatas, maka produksi pertanian dapat
dikatakan sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan komoditi pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses produksi pertanian terkandung
pengertian bahwa guna dan manfaat suatu barang dapat diperbesar melalui suatu
penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan
pemeliharaan.
Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk
menghasilkan produksi. Faktor produksi diistilahkan dengan input. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok (Soekartawi, 2003),
antara lain:
1. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat
kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.
12
Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk
menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu.
Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisa teknologi
tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin.
2.5 Konsep Produktivitas
Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi
merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain kualitas dan hasil
keluarannya. Produksiadalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil
keluaran dan umumnya dinyatakan dengan volume produksi, sedangkan
produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya masukan
dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan
(Ravianto, 1985)
Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan
utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya,
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam
menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan
jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat
lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat.
Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya
terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai
kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar
13
maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama
dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari
setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas
tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan. (Ravianto, 1985)
Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara
keluaran (output) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat
dikatakan meningkat apabila (Ravianto, 1985)
1. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) tetap
2. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) naik
3. .Produktivitas (P) naik apabila Input (I) tetap, Output (O) naik
4. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) naik, Output (O) naik tetapi jumlah
kenaikan Output lebih besar daripada kenaikan Input.
5. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) turun tetapi jumlah
penurunan Input lebih kecil daripada turunnya Output.
Prinsip dalam manajemen produktivitas adalah efektif dalam mencapai
tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya. Unsur-unsur yang terdapat
dalam produktivitas :
1. Efisiensi.
Produktivitas sebagai rasio output/input merupakan ukuran efisiensi
pemakaian sumber daya (input). Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam
membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan
14
penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi
berorientasi kepada masukan.
2. Efektivitas.
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa
jauh target yang dapat tercapai baik secara kuantitas maupun waktu. Makin
besar presentase target tercapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya.
3. Kualitas.
Secara umum kualitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh
pemenuhan persyaratan, spesifikasi, dan harapan konsumen. Kualitas
merupakan salah satu ukuran produktivitas. Meskipun kualitas sulit diukur
secara matematis melalui rasio output/input, namun jelas bahwa kualitas input
dan kualitas proses akan meningkatkan kualitas output.
Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi, seperti luas tanah,
untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan produktivitas
ditentukan oleh banyak faktor seperti kesuburan tanah, varitas bibit yang ditanam,
penggunaan pupuk yang memadai baik jenis maupun dosis, tersedianya air dalam
jumlah yang cukup, teknik bercocok tananam yang tepat dan penggunaan alat-alat
produksi pertanian yang memadai dan tersedianya tenaga kerja (Partadiredja,
1980). Dalam kondisi nyata luas dan kesuburan tanah yang dimiliki petani adalah
berbeda-beda, demikian pula keadaan lingkungan kehidupan sosial ekonominya.
Menurut Blocher (2000), Produktivitas adalah hubungan antara berapa
output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi
15
output tersebut. Menurut Husien Umar (1999) produktivitas mengandung arti
sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan
sumber daya yang digunakan (input). Rumus produktivitas sebagai berikut:
Dalam buku akuntansi biaya dan akuntansi manajemen untuk teknologi
maju dan globalisasi, Supriyono (1994) mengemukakan produktivitas adalah:
Produktivitas berkaitan dengan memproduksi secara efisien dan khususnya
ditujukan pada hubungan antara keluaran dan masukan yang digunakan untuk
memproduksi keluaran tersebut.
Produktivitas adalah suatu konsep yang menggambarkan hubungan antar
hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (tenaga kerja,
bahan baku, modal, energy, dan lain-lain) yang dipakai untuk menghasilakn
barang tersebut. Menurut Sinungan (2000) produktivitas dapat diartikan sebagai
perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas
masukan selama periode terbut.
Dua aspek penting dalam produktivitas yaitu efisiensi dan efektivitas.
Efisiensi berkaitan dengan seberapa baik berbagai masukan itu dikombinasikan
atau bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan. Ini merupakan suatu kemampuan
untuk menghasilkan lebih banyak dari jumlah masukan yang paling minimum. Ini
berarti bagaimana mencapai suatu tingkat volume tertentu dengan kualitas yang
tinggi, dalam jangka waktu yang lebih pendek, dengan pengeluaran yang
16
seminimal mungkin. Sedangkan efektivitas berkaitan dengan suatu kenyataan
apakah hasil-hasil yang diharapkan ini atau tingkat keluaran itu dapat dicapai atau
tidak.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan atau
organisasi harus memperhatikan bagaimana mereka mengkonversikan sumber
daya (masukan) menjadi keluaran. Keluran dapat berupa produk yang
dimanufaktur, barang yang terjual atau jasa yang diberikan. Keluaran merupakan
alat penting karena tanpa keluaran atau kumpulan hasil-hasil berarti bukan
produktivitas. Hal ini menunjukkan keefektifan di dalam mencapai suatu hasil,
sehingga produk dapat diberi batasan sebagai seberapa efisiensinya masukan
dikonversikan ke dalam keluaran – keluaran karena faktor masukan menyatakan
pemakaian sumber daya seminimal mungkin.
2.6. Kerangka Pikir
Kedelai cenderung terus meningkat sehinggah terjadi defisit kedelai yang
dari tahun ketahun makin besar, sehinggah impor kedelai juga makin meningkat.
Fluktuasi produksi kedelai ini mengindikasikan adanya faktor resiko pada
kegiatan usahatani kedelai yang berpotensi menimbulkan kerugian, seperti halnya
karakteristik produksi sektor pertanian, kegiatan produksi kedelai sangat
bergantung pada kondisi alam yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia.
Penurunan produksi kedelai akan menyebabkan harga kedelai menjadi naik begitu
pula jika produksi kedelai meningkat maka harga akan menjadi turun.
17
Keuntungan dari kegiatan usaha tani kedelai ditentukan oleh besarnya
input atau biaya produksi yang dikeluarkan maka luas lahan, produksi, dan
produktifitas harus dilihat apakah tetap naik atau bahkan turun, maka dapat dilihat
dari skema kerangka pikir di bawah ini.
Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Forecasting Produksi Kedelai Di Sulawesi
Selatan.
Kedelai
Luas Panen Produksi Produktivitas
Trend
Analisis forecasting
20 Tahun
18
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purporsive dalam rangka
pengumpulan data dan informasi yang mendukung dan diperlukan dalam proses
penulisan skripsi ini, penelitian telah dilakukan di provinsi Sulawesi Selatan.
Secara khusus bertempat pada instansi yang terkait dengan judul ini yaitu
Kementrian Pertanian (Kementan) dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi
Selatan. Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Mei– Juni 2015.
3.2 Jenis Dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Data yang di gunakan adalah data kuantitatif selama 20 tahun yang
mencakup tahun 1995 sampai tahun 2014 mengenai luas panen, produksi dan
produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan.
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder
antara lain berasal dari Kementrian Pertanian dan Badan Pusat Statistik Propinsi
Sulawesi Selatan, Serta dari buku-buku dan jurnal.
19
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan analisis dalam penelitian ini yaitu data sekunder
dalam bentuk time series 20 tahun terakhir. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah metode deskriptif dan analisis. Metode analisis data yang di
gunakan adalah analisis trend dengan metode jumlah kuadrat terkecil (Least
Square Method) dalam hal ini dikhususkan untuk membahas analisis time series
dengan persamaan garis linier Y= a+ bx dimana y adalah variabel yang dicari
trendnya dan X adalah variabel waktu ( Tahun ).
3.4 Teknik Analisis data
Metode trend yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (least square
method), dengan formulasi sebagai berikut (Djarwanto, 2001)
Y = a + bX
Keterangan :
X = Periode waktu
Y = Variabel yang diramalkan (luas lahan, produksi, produktivitas)
a = Intersep/konstanta (nilai Y apabila X = 0)
b = Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit
variabel X.
20
3.5 Definisi Operasional
a. Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang murah, sehingga dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
b. Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang.
c. Luas panen adalah lahan yang penopang produksi dan produktivitas.
d. Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usahatani, guna memperoleh hasil
produksi petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor produksi
yang dimiliki seperti; luas tanah, modal seperti pupuk, obat-obatan, bibit dan
lain-lain, tenaga kerja, keahlian.
e. Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi, seperti luas tanah,
untuk memperoleh hasil produksi per hektar.
21
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi dari 33 di Indonesia, berdiri
sejak tanggal 13 Desember 1960 atas dasar hokum UU No. 47 Tahun 1960.
Sulawesi Selatan terletak di antara lintang selatan dan bujur timur. Batas-batas
wilayah provinsi Sulawesi Selatan yaitu :
1. Sebelah utara : Sulawesi Barat
2. Sebelah timur : Laut Bone
3. Sebelah barat : Selat Makassar
4. Sebelah selatan : Laut Flores/Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan merupakan provinsi terluas wilayahnya diantara provinsi
yang ada di Sulawesi. Daerahnya berbentuk semenanjung yang memanjang dari
utara sekitar dengan dua pegunungan utama yaitu gunung Latimojong dan gunung
Lompobattang yang membelah secara vertikal dari utara keselatan daerah provinsi
Sulawesi Selatan.
Secara geografis Sulawesi Selatan membujur dari selatan ke utara dengan
garis pantai mencapai 2500 km yang mempunyai 72 sungai besar dan kecil
dengan panjang 3203 km. Jumlah aliran sungai terbanyal di kabupaten Luwu,
sedangkan sungai terpanjang yaitu sungai saddang, sungai ini melalui beberapa
daerah yakni kabupaten Tanah Toraja, Enrekang, Pinrang dan Polewali Mandar di
Sulawesi Barat dengan panjang kurang lebih 150 km.
22
Luas wilayah provinsi Sulawesi Selatan setelah pemekaran dengan
Sulawesi Barat adalah 45.519,24 km yang meliputi 20 kabupaten dan 3 kota, 20
kabupaten yaitu meliputi: Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar,
Gowa, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang,
Enrekang, Luwu, Tanah Toraja, Luwu Utara dan Luwu Timur. Sedangkan untuk
tiga kotanya meliputi : Makassar, Pare-pare, dan Palopo. Kota Pare-pare
merupakan kota terkecil yakni luasnya hanya sekitar 99,33 km² atau sekitar 0,22
persen sedangkan daerah yang terluas adalaj kabupaten luwu yaitu sekitar
14.788,96 km² atau sekitar 32,45% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Hampir 75 persen wilayah Sulawesi Selatan merupakan daerah daratan
tinggi yang memanjang di tengah daratan dari utara ke selatan melalui gunung
Rante Mario dan gunung Ganda Dewata di kabupaten Luwu dan Luwu Utara, di
wilayah bagian utara hingga gunung lompobattang di kapubaten bantaeng.
Daratan rendah/pantai membentang sepanjang pesisir pantai barat, tengah dan
timur dengan total panjang pantai yang dimiliki kurang lebih 2.500 km.
Sulawesi selatan dalam lingkup wilayah Indonesia dapat dicapai dengan
menggunakan lalu lintas darat, laut, udara. Dari jalur lalu lintas laut, Makassar
merupakan ibu koata Provinsi Sulawesi Selatan adalah pintu gerbang menuju ke
Indonesia bagian timur. Sulawesi Selatan merupakan jalur utama pelayaran
nasional dan merupakan penghubung dari berbagai kota di Indonesia bagian barat
ke Indonesia bagian timur. Sedangkan dari jalur lalu lintas udara, Sulawesi selatan
merupakan jalur utama penerbangan di Indonesia yang juga merupakan pintu
23
masuk ke Indonesia timur dan juga sebagai pusat pelayanan di kawasan timur
Indonesia.
4.2.1 Potensi Sumber Daya
Sulawesi Selatan dikarunia potensi sumberdaya yang berlimpah, terutama
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Besarnya potensi tersebut merupakan
modal yang sangat berharga bagi daerah ini dalam melaksanakan aktivitas
pembangunan.
Sulawesi Selatan juga di karuniai oleh sumberdaya alam yang berlimpah
baik sumberdaya alam darat maupun laut. Potensi sumberdaya alam tambang
antara lain berupa bahan deposit bahan galian, sumberdaya air, hutan, perikanan
dan kelautanan tersedia dalam jumlah yang sangat besar dan baru sebagian kecil
potensi tersebut yang telah dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah ini
4.2.2. Potensi Sumber Daya Alam
Penduduk menurut sensus tahun 2013 berjumlah 8.032.551 jiwa dengan
pembagian 3.921.543 orang laki-laki dan 4.111.008 orang perempuan. Penduduk
tersebut terdiri atas berbagai etnis atau suku bangsa antara lain Bugis, Makassar,
Toraja dan etnis lainnya. Penduduk merupakan subjek sekaligus objek pelaku
pembangunan melalui berbagai sektor kegiatan ekonomi yang melibatkan tenaga
24
kerja produktif, sebagai bagian aktifitas dalam membangun ekonomi regional atau
wilayah.
4.2 Profil Sektor Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Selatan
Sektor ini terdiri dari lima subsektor yaitu tanaman bahan makanan,
perkebunan, perikanan, kehutanan dan subsektor peternakan. Pertumbuhan riil
pada sektor pertanian selama periode 2009-2013 sebagai berikut:
Tabel 2. Pertumbuhan Riil pada Sektor Pertanian Tahun 2009-2013
(dalam persen)
Subsektor 2009 2010 2011 2012 2013
Tabama 6,50 2,09 6,78 8,21
5,83
Perkebunan 5,39 4,38 -4,00 0,53
1,27
Peternakan 5,64 4,20 6,03 6,50
5,93
Kehutanan -4,34 -0,03 0,46 -1,55
0,50
Perikanan 8,11 7,92 3,47 7,33
4,97
Sektor Pertanian 6,50 4,10 3,21 6,09
4,59
Sumber: BPS Sulawesi Selatan dalam Angka 2013
Selama periode 2009-2013 pertumbuhan riil masing-masing subsektor
terlihat berfluktuasi. Pada tahun 2013 subsektor peternakan menempati urutan
pertama sebesar 5,93%, kemudian di urutan kedua subsektor tanaman bahan
makanan (tabama) sebesar 5,83%, sementara urutan terakhir subsektor kehutanan
sebesar 0,50%.
25
Dari data tersebut tampak bahwa, besarnya kontribusi sektor pertanian se
Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB jauh lebih besar bila dibandingkan
dengan kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDB Indonesia. Rata-
rata kontribusi sektor pertanian Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB
Sulawesi Selatan selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebesar
29.71%, sedangkan untuk rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan PDB Indonesia selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013
adalah sebsar 13,96%. Perbandingan rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan PDRB dan PDB antara Sulawesi Selatan dengan Indonesia
menunjukkan perbandingan yang sangat besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa
rata-rata pertumbuhan sektor pertanian di Sulawesi Selatan jauh lebih cepat
daripada rata-rata pertumbuhan sektor pertanian secara nasional. Perbedaan
kontribusi PDRB sektor pertanian Sulawesi Selatan dengan kontribusi PDB sektor
pertanian Indonesia terjadi karena nilai PDRB Sulawesi Selatan didominasi oleh
sektor pertanian sehingga kontribusi cukup tinggi. Sedangkan nilai PDB Indonesia
hanya sedikit yang mendominasi oleh sektor pertanian sehingga menyebabkan
kontribusi cukup rendah.
26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Otonomi daerah sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan dan
pembangunan pertanian di daerah kabupaten/kota khususnya di Provinsi Sulawesi
Selatan. Terbatasnya lahan pertanian dan dijadikanya alih fungsi lahan yang
berdampak pada luas panen yang akan di manfaatkan petani sebagai media untuk
bercocok tanam, akibatnya luas panen semakin berkurang. Luas panen kedelai di
Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Grafik Perkembangan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 1995 – 2014.
Berdasarkan Gambar 2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa luas
panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1995 mengalami
peningkatan dengan sebesar 60,96 ribu ha, namun pada tahun 2001 luas panen
27
kedelai menurun dengan sebesar 14,47 ribu ha sampai pada tahun 2007
perkembangan luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan menurun sebesar
12,03 ribu ha, akan tetapi perkembangan luas panen kedelai pada tahun 2008
mulai meningkat dengan sebesar 19,05 ribu ha. Sampai pada tahun 2014 terjadi
peningkatan dengan sebesar 36,33 ribu ha.
5.2 Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Perkembangan Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan tidak
terlepas dari luas panen dan produktivitas sehingga produksi kedelai mengalami
peningkatan dan penurunan yang di sebabkan oleh Hal ini disebabkan ada
beberapa hal sehingga produktivitas kedelai mengalami penurunan yaitu: (1)
kurangnya teknologi usahatani sebagai penopang produktivitas kedelai. (2) tidak
adanya dukungan dari pemerintah. (3) petani masih membakar jerami padi hasil
panen. (4) petani belum memanfaatkan kotoran untuk pupuk dan bahan pembenah
tanah (pupuk organik). (5) biaya benih dan pupuk mahal. (6) iklim tidak menentu.
(7) faktor hama dan masih banyak permasalahan yang di hadapi para petani
sehingga produksi kedelai tidak menentu dari peningkatan dan penurunan jumlah
produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti pada gambar di bawah ini:
28
Gambar 3.Grafik Perkembangan Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 1995 – 2014
Berdasarkan pada gambar 3 menunjukkan bahwa perkembangan Produksi
kedelai di Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan dan peningkatan
meskipun pada tahun 1995 Produksi kedelai mengalami peningkatan sebesar
77,25 ribu ton, namun pada tahun 2001 produksi kedelai mengalami peurunan
sebesar 18,61 ribu ton. Namun pada tahun 2002 – 2007 produksi kedelai tidak
menentu perkembangannya, akan tetapi pada tahun 2008 pertumbuhan produksi
kedelai meningkat sebesar 29,13 ribu ton sampai pada tahun 2014 peningkatan
produksi kedalai sebesar 54,61 ribu ton.
5.3 Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Pertumbuhan produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan yang di pengaruhi
oleh teknologi dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang baik meskipun
pada tahun – tahun tertentu produktivitas kedelai mengalami penurunan seperti
pada gambar di bawah ini:
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Produksi (Ton)
29
Gambar 4. Grafik Perkembangan Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 1995 – 2014
Berdasarkan pada gambar 4 menunjukkan bahwa produktivitas kedelai di
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1995 – 2001 menunjukkan perkembangan
produktivitas kedelai tidak menentu, namun pada tahun 2002 Produktivitas
kedelai di Sulawesi Selatan kembali meningkat dengan sebesar 13,34 ribu ku/ha
sampai pada tahun 2005 dengan perkembangan sebesar 16,63 ribu ku/ha. Pada
tahun selanjutya perkembangan produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
kembali tidak menentu dari produktivitas yang di sebabkan oleh: Hal ini
disebabkan ada beberapa hal sehingga produktivitas kedelai mengalami
penurunan yaitu: kurangnya teknologi usahatani sebagai penopang produktivitas
kedelai. Namun pada tahun 2014 Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan
mengalami peningkatan sebesar 15,03 ribu ku/ha.
30
5.4 Analisis Trend Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
5.4.1 Analisis Tren Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Perkembangan Analisis trend luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan. Persamaan garis trend Luas Panen kedelai adalah Y=859,79-41.67t.
Dimana Y itu adalah variabel yang diramalkan dengan jumlah Y= Nilai intercept
yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 859,78 ribu ha yang berarti
bahwa rata – rata Luas panen di Sulawesi Selatan selama kurung waktu 20 tahun
terakhir sebesar 859,79 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai
koefisien trend sebesar 41,67 ribu ha yang berarti bahwa luas panen kedelai di
Provinsi Sulawesi selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir adalah sebesar
sebesar 41,67 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien
trend 41,67 ribu ha. Yang berarti bahwa luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan setiap tahunya mengalami penurunan yang tidak menentu. Untuk lebih
jelasnya Dapat kita lihat pada gambar di bawah ini. Dengan Analisis trend luas
panen kedelai menurung.
31
Gambar 5. Analisis trend Luas panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrad
terkecil diperoleh persamaan garis trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan adalah Y=859,79-41,67t. Menunjukkan nilai F hitung pada luas panen
kedelai sebesar 1,2164 dengan tingkat signifikan sebesar 0,2854 yang artinya
bahwa luas panen sangat fluktuasi dalam luas panen kedelai kedelai dengan
tingkat kepercayaan 95% di bawah rata – rata 6,68% mengalami penurunan Luas
panen pada setiap tahunya sebesar -0,4167 ribu ha. Yang di karenakan oleh
beberapa faktor seperti iklim, cuaca, alih fungsi lahan. Kita bisa lihat pada gambar
3 dimana garis trend lebih mengarah turun.
Perkembangan Luas Panen kedelai selama kurun waktu 1995 – 2014
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Luas Panen Kedelai
dapat disajikan pada tabel 3.
32
Tabel 3 : Luas Lahan Panen
Tahun Luas Panen (ha)
1995 60,96
1996 34,45
1997 37,76
1998 38,53
1999 33,09
2000 32,71
2001 14,47
2002 14,48
2003 16,99
2004 17,99
2005 16,35
2006 14,19
2007 12,03
2008 19,05
2009 25,79
2010 23,64
2011 21,44
2012 19,96
2013 30,94
2014 36,33
Sumber.Data di olah 2015
33
Berdasarkan data pada tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 1995 luas
panen kedelai meningkat sebesar 60,96 ribu ton dan pada tahun – tahun
berikutnya luas panen kedelai kembali menurun yang disebabkan oleh,
Terbatasnya lahan pertanian dan dijadikanya alih fungsi lahan yang berdampak
pada luas panen yang akan di manfaatkan petani sebagai media untuk bercocok
tanam. Namun pada tahun 2014 luas panen kedelai kembali meningkat sebesar
36,33 ribu ton yang di sebabkan oleh terpuruknya produksi kedelai sehingga
pemerintah membuka lahan baru dan mengeluarkan program swasembada pangan
sebagai upaya penanggulangan alih pungsi lahan.
5.4.2 Trend Produktivitas kedelai di Sulawesi selatan
Perkembangan Analisis trend Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan. Persamaan garis trend Luas Panen kedelai adalah Y=28,404-14,89t. Nilai
intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 28,404 ribu ha yang
berarti bahwa rata – rata Luas panen di Sulawesi Selatan selama kurung waktu 20
tahun terakhir sebesar 28,404 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya
nilai koefisien trend sebesar 14,89 ribu ha yang berarti bahwa luas panen kedelai
di Provinsi Sulawesi selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir adalah
sebesar sebesar 14,89 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai
koefisien trend 14,89 ribu ha. Yang berarti bahwa luas panen kedelai di Provinsi
Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami peningkatan.
34
Gambar 6. Analisis trend Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrad
terkecil diperoleh persamaan garis trend Produktivitas kedelai di Provinsi
Sulawesi Selatan adalah Y=284,04-14,89t. Menunjukkan nilai F hitung pada
Produktivitas kedelai sebesar 16,892 dengan tingkat signifikan sebesar 0,0007
yang artinya bahwa Produktivitas kedelai dengan tingkat kepercayaan 99%
dengan rata – rata 49,84 % memiliki produktivitas sebesar 859,8 ribu ton yang di
pengaruhi oleh teknologi yang semakin berkembang dari tahun ketahun bahkan
setiap bulan teknologi makin berbeda – beda, jumlah penurunan produktivitas
sebesar -0,416 ribu ton.
Perkembangan Produktivitas kedelai selama kurun waktu 1995 – 2014
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Produktivitas Kedelai
dapat disajikan pada Tabel 4.
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
1990 1995 2000 2005 2010 2015
Produktivitas(ku/ha)
35
Tabel 4 : Produktivitas Hasil Panen Kedelai
Tahun Produktivitas(Ku/Ha)
1995 12,67
1996 13,85
1997 13,27
1998 12,85
1999 13,28
2000 13,06
2001 12,86
2002 13,34
2003 14,21
2004 14,94
2005 16,63
2006 15,68
2007 15,77
2008 15,29
2009 16,00
2010 15,11
2011 15,73
2012 15,00
2013 14,77
2014 15,03
Sumber.Data di olah 2015.
36
Berdasarkan gambar tabel 4 pada Produktivitas kedelai di Sulawesi
Selatan menunjukkan bahwa pada tahun 1995 menurung dengan sebesar 12,67
ribu ku/ha yang disebabkan oleh teknologi pertanian yang kurang mendukung
untuk bercocok tanam sehingga Produktivitas kedelai menurun namun pada tahun
2009 Produktivitas kedelai mengalami peningkatan sebasar 16,00 ribu ku/ha hal
ini menyebabkan bahwa teknologi sangat di butuhkan untuk bercocok tanam
namun pada tahun 2014 produktivitas kedelai menurun sebesar 15,03 ribu ku/ha.
5.4.3 Trend Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Perkembangan Analisis trend Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan. Persamaan garis trend Produksi kedelai adalah Y=391,70-17,8t. Nilai
intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 859,78 ribu ha yang
berarti bahwa rata – rata Produksi di Sulawesi Selatan selama kurung waktu 20
tahun terakhir sebesar 391,70 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya
nilai koefisien trend sebesar 17,8 ribu ha yang berarti bahwa Produksi kedelai di
Provinsi Sulawesi selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir adalah sebesar
sebesar 17,8 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien
trend 17,8 ribu ha. Yang berarti bahwa Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan setiap tahunya mengalami penurunan 0,178.
37
Gambar 7. Analisis trend Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrad
terkecil diperoleh persamaan garis trend Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi
Selatan adalah Y=391,70-17,8t. Berdasarkan hasil analisis trend dengan
menggunakan metode kuadrad terkecil diperoleh persamaan garis trend
Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Y=28,404-14,89t.
Menunjukkan nilai f pada luas panen kedelai sebesar 0,1228 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,7303 yang artinya bahwa Produksi kedelai dengan tingkat
kepercayaan dengan rata – rata 7,2 %
Perkembangan Produksi kedelai selama kurun waktu 1995 – 2014
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Produksi Kedelai
dapat disajikan pada tabel 5.
Tabel 5 : Produksi Hasil Panen
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
1990 1995 2000 2005 2010 2015
Produksi (Ton)
38
Tahun Produksi (Ton)
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
77,25
47,70
50,11
49,52
43,95
42,71
18,61
19,32
24,14
26,87
27,19
22,24
18,97
29,13
41,28
35,71
33,72
29,94
45,69
54,61
Sumber.Data di olah 2015.
39
Berdasarkan gambar tabel 5 pada Produksi kedelai di Sulawesi Selatan
menunjukkan bahwa pada tahun 1995 Produksi kedelai di Sulawesi Selatan sangat
meningkat dengan sebesar 77,25 ribu ton. Namun pada tahun 2007 Produksi
kedelai mengalami penurunan yang di sebabkan oleh segala aktivitas usaha tani
yang di pengaruhi oleh luas panen dan produktivitas. Namun pada tahun
selanjutnya sampai tahun 2014 produksi kedelai mulai meningkat sebesar 54,61
ribu ton. Yang di sebabkan oleh pengaruh Luas panen dan produktivitas.
5.5 Analisis Peramalan (Forecasting)
5.5.1 Analisis Peramalan (Forecasting) Luas Panen Kedelai di Provinsi
Sulawesi Selatan
Peramalan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun
10 tahun mendatang disajikan pada Tabel 6.
No. Tahun Luas Panen (ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
16,79
18,98
19,24
20,17
21,67
23,13
25,02
25,33
25,53
25,89
Sumber: Data Sekunder, Diolah Tahun 2015
40
Untuk mengetahui perkembangan Luas Panen di Provinsi Sulawesi
Selatan selama 10 tahun mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan
peramalan luas panen kedelai cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat di
lihat pada Gambar 8.
Gambar 8 : Analisis Trend Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi – Selatan.
Perkembangan luas Panen kedelai di Sulawesi Selatan selama kurun
waktu 2015 – 2024 pada gambar 7. Mengalami kecenderungan meningkat.
Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil
diperoleh persamaan garis trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Y = 1,055 –2,19t. Nilai intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar
1,055 ton yang berarti 10 tahun terakhir adalah sebesar 1,055 ton. Persamaan
diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien tren sebesar 2,19 yang berarti bahwa
luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami
kenaikan sebesar 2,19 ton. Dengan rata – rata dari setiap kenaikan luas panen
kedelai dalam setiap tahunya sebesar 9,56 ton.
y = 1.0557x - 2109.7 R² = 0.9569
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026
Trend Luas Panen Kedelai
41
Berdasarkan Tabel 6.dan gambar 7 dapat di ketahui bahwa peramalan luas
panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurung waktu 2015 – 2024
cenderung mengalami peningkatan. Peramalan luas panen kedelai mudah –
mudahan dapat memenuhi target dari swasembada pangan.
5.5.2 Analisis Peramalan (Forecasting) Produktivitas Kedelai di Provinsi
Sulawesi Selatan
Peramalan Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama
kurun 10 tahun mendatang disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 : Data Analisis Produktivitas kedelai di Sulawesi-Selatan.
No Tahun Produktivitas(ku/ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
16,09
16,21
16,43
16,59
16,69
16,80
16,85
16,82
16,79
16,79
Sumber: Data Sekunder, Diolah Tahun 2015.
Untuk mengetahui perkembangan produktivitas di Provinsi Sulawesi
Selatan selama 10 tahun mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan
peramalan luas panen kedelai cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat di
lihat pada Gambar 9,
42
Perkembangan Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan selama kurun
waktu 2015 – 2024 pada gambar 8. Mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil
analisis trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan
garis trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Y = 7,9 –14,7t. Nilai
intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 7,9 ton yang berarti 10
tahun terakhir adalah sebesar 7,9 ton. Persamaan diatas menunjukkan besarnya
nilai koefisien tren sebesar 14,7 yang berarti bahwa rata-rata Produktivitas kedelai
di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami kenaikan sebesar 7,85
ton.
Berdasarkan Tabel 5.dan gambar 7 dapat di ketahui bahwa peramalan luas
panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurung waktu 2015 – 2024
cenderung mengalami peningkatan meskipun pada Peramalan luas panen kedelai
di tahun – tahun yang akan datang mengalami produktivitas menurung seperti
pada tahun 2022 tapi mudah – mudahan dapat memenuhi target dari swasembada
pangan.
y = 0.0799x - 144.78 R² = 0.7859
16.00
16.10
16.20
16.30
16.40
16.50
16.60
16.70
16.80
16.90
17.00
17.10
2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026
Trend Produktivitas kedelai
43
5.5.3 Analisis Peramalan (Forecasting) Produksi kedelai di Provinsi
Sulawesi Selatan
Peramalan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun
10 tahun mendatang disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 : Data Analisis Produksi kedelai di Sulawesi-Selatan
No Tahun Produksi (Ton)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
28,96
32,04
33,07
34,83
37,15
39,51
42,32
42,94
43,40
44,13
Sumber: Data Sekunder, Diolah Tahun 2015.
Untuk mengetahui perkembangan produktivitas di Provinsi Sulawesi
Selatan selama 10 tahun mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan
peramalan luas panen kedelai cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat di
lihat pada Gambar 8.
44
Dari hasil Peramalan Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan dapat
kita lihat pada gambar 10 bahwa dalam kurun 2015 – 2024 akan mengalami
peningkatan produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan. Bahwa garis trend
yang menunjukkan garis yang mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis
trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis
trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Y = 17,58 –3,5t. Nilai
intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 17,58 ton yang berarti 10
tahun terakhir adalah sebesar 17,58 ton. Persamaan diatas menunjukkan besarnya
nilai koefisien tren sebesar 3,5 yang berarti bahwa rata-rata Produksi kedelai di
Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami kenaikan sebesar 9,66 ton.
45
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa luas panen kedelai di
Sulawesi Selatan telah terbatas lahan pertanian dan dijadikannya alih fungsi lahan
yang berdampak pada luas panen yang akan dimanfaatkan petani sebagai media
untuk bercocok tanam akibatnya luas panen setiap tahun terkadang mengalami
peningkatan dan penurunan akan tetapi dari tahun 2008 hingga tahun 2014 terjadi
peningkatan sebesar 36,33 ribu/ha. Produksi kedelai mengalami peningkatan dan
penurunan yang di sebabkan oleh Hal ini disebabkan ada beberapa hal yaitu: (1)
kurangnya teknologi usahatani sebagai penopang produktivitas kedelai. (2) tidak
adanya dukungan dari pemerintah. (3) petani masih membakar jerami padi hasil
panen. (4) petani belum memanfaatkan kotoran untuk pupuk dan bahan pembenah
tanah (pupuk organik). (5) biaya benih dan pupuk mahal. (6) iklim tidak menentu.
(7) faktor hama dan masih banyak permasalahan yang di hadapi para petani
sehingga produksi kedelai tidak menentu dari peningkatan dan penurunan jumlah
produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan. Perkembangan Produktivitas
kedelai di Sulawesi Selatan selama kurun waktu 2015 – 2024 pada gambar 8.
Mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis trend luas panen kedelai di
Provinsi Sulawesi Selatan Y = 7,9 –14,7t. Nilai intersep yang diperoleh dari hasil
analisis adalah sebesar 7,9 ton yang berarti 10 tahun terakhir adalah sebesar 7,9
ton. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien tren sebesar 14,7
46
yang berarti bahwa rata-rata Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
setiap tahunya mengalami kenaikan sebesar 7,85 ton.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat di ajukan saran yang sekiranya
dapat menjadi pertimbangan dan menjadi masukan bagi pemerintah propinsi
Sulawesi Selatan dalam rangka memajukan perekonomian di bidang pertanian
propinsi antara lain:
1. Bagi pemerintah propinsi Sulawesi Selatan dalam rangka menjadikan sub
sektor tanaman pangan sebagai sub sektor yang memiliki daya saing yang kuat
di Sulawesi Selatan, maka perlu untuk peningkatan investasi di sub sektor
tanaman pangan sehingga sub sektor ini mampu untuk meningkatkan
produktivitasnya, memperluas lapangan kerja, dan penyerapan tenaga kerja.
Pengelolahan secara tradisional perlu diarahkan menjadi pengelolahan yang
lebih modern dan professional.
2. Di harapkan kepada pemerintah propinsi dapat memperhatikan segala yang
menyangkut dengan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai sehingga
dapat terus memperlihatkan eksistensinya sebagai tanaman kedelai yang di
gemari di sulawei selatan sebagai bahan makan (Tahu dan Tempe) Terutama
pada produktivitas yang masih belum terlalu sesuai dengan luas panen dan
produksi yang ada.
3. Di harapkan kepada pemerintah Pusat dan provinsi dapat melaksanakan
program swasembada pangan dengan baik dan adil.
47
4. Program yang di keluarkan pemerintah bukan sekedar wacana yang dapat di
nikmati hanya beberapa bulan,akan tetapi program yang betul-betul petani
rasakan dengan bantuan pertanian yang baik, agar pertanian kita lebih maju dan
dapat bersaing dengan Negara lain.
48
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina, S. S., J.S. Utomo, E. Ginting, and S. Nikuni. 2002. Evaluation of
Indonesian Soybean Varieties for food Procecing. In A.A. Rahmianna
and S. Nikkuni (Eds.). Soybean Production and Postharvest Technology
for Innovation in Indonesia. Proceedings of RILET-JIRCAS Workshop
on Soybean Research. Malang
Anwar, 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta.
.Atmaja, Lukas Setia. 2009. Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi.Andi:
Yogyakarta
Biegel, John E. 1999, Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif,
Akademika Presindo, Jakarta.
Blocher, J. Edward, Kung H. Chen, Thomas W. Lin, 2000. Manajemen Biaya,
Terjemahan Dra. A. Susty Ambarriani, M.Si., Akt, Salemba Empat,
Jakarta.
Buffa, E. dan Sarin, R. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern, Jilid 1.
Edisi ke- 8. Jakarta:Binarupa Aksara
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Hakim, Abdul. 2001. Statistik Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Penerbit
Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.
Husein, Umar, 1999. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Partadiredja, Ace. 1980. Beberapa Masalah Dalam Produksi Bahan Makanan.
Jakarta: Prisma Tahun IX No.9
Pringgohandoko,B dan O.S. Padmini. 1999. Pengaruh Rhizo-plus dan pemberian
cekaman air selama stadia reproduksi terhadap hasil dan kualitas biji
kedelai. Agrivet 1
.
Purwanto, 2011, Evaluasi Hasil Belajar, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manajemen. SIUP : Jakarta.
Sinungan, Muchdarsyah. (2000). Produktivitas apa dan Bagaimana. Jakarta:
Bumi Aksara
49
Slinger, D. and Tenison, K. 2005. Salinity Glove Box Guide - NSW Murray and
Murrumbidgee Catchments. An initiative of the Southern Salt Action
Team, NSW Department of Primary Industries.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sri Adiningsih, 1995, Ekonomi Mikro, Edisi I, Yogyakarta, BPFE.
Supriyono, 1994, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk teknologi
maju dan globalisasi, ed pertama, Yogyakarta: BPFE.
Taufiq, T.M.M, dan I. Novo. 2004. Kedelai, Kacang Hijau dan Kacang Panjang.
Yogyakarta: Absolut
Tjandramukti. 2000. Teknologi produksi kedelai berdasarkan kebutuhan ideal
tanaman di daerah tropis. hlm. 1-4. Dalam A. Winarno, T. Fitriyanto, dan
B.S. Kuncoro. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Hayati pada
Tanaman Kacangkacangan dan Ubi-ubian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
50
Lampiran 1. Luas Panen Kedelai di Sulawesi Selatan
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics Multiple R 0,258408336
R Square 0
,0668 Adjusted R
Square 0,011879272 Standard Error 9,021294694 Observations 19
ANOVA
df SS MS F Significance
F
Regression 1 98,9950034 98,995 1,2164 0,2854
Residual 17 1383,523885 81,38376 Total 18 1482,518889
Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept 859,8 757,6130372 1,134868 0,272179 1995 -0,4167 0,377860454 -1,1029 0,285438
51
Lampiran 2.Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics Multiple R 0,705983 R Square 0,4984 Adjusted R
Square 0,468907 Standard Error 0,865115 Observations 19
ANOVA
df SS MS F Significance
F
Regression 1 12,64265 12,64265 16,89238 0,0007
Residual 17 12,7232 0,748424 Total 18 25,36585
Coefficients Standard
Error t Stat P-value Intercept -284,043 72,65279 -3,90959 0,001128 Tahun 0,14893 0,036236 4,110034 0,000731
52
Lampiran 3. Produksi Kedelai di Sulawesi Selatan
Regression Statistics Multiple R 0,084678 R Square 0,0072 Adjusted R
Square -0,05123 Standard Error 12,12835 Observations 19
ANOVA
df SS MS F Significance
F
Regression 1 18,06024 18,06024 0,1228 0,7303
Residual 17 2500,645 147,0968 Total 18 2518,706
Coefficients Standard
Error t Stat P-value Intercept 391,7036 1018,545 0,384572 0,705323 1995 -0,178 0,508001 -0,3504 0,730345
53
LAMPIRAN
54
Data Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Luas Panen (ha)
1995 60,96
1996 34,45
1997 37,76
1998 38,53
1999 33,09
2000 32,71
2001 14,47
2002 14,48
2003 16,99
2004 17,99
2005 16,35
2006 14,19
2007 12,03
2008 19,05
2009 25,79
2010 23,64
2011 21,44
2012 19,96
2013 30,94
2014 36,33
Data Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.
55
Tahun Produktivitas(ku/ha)
1995 12,67
1996 13,85
1997 13,27
1998 12,85
1999 13,28
2000 13,06
2001 12,86
2002 13,34
2003 14,21
2004 14,94
2005 16,63
2006 15,68
2007 15,77
2008 15,29
2009 16,00
2010 15,11
2011 15,73
2012 15,00
2013 14,77
2014 15,03
Data Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
56
Tahun Produksi (Ton)
1995 77,25
1996 47,70
1997 50,11
1998 49,52
1999 43,95
2000 42,71
2001 18,61
2002 19,32
2003 24,14
2004 26,87
2005 27,19
2006 22,24
2007 18,97
2008 29,13
2009 41,28
2010 35,71
2011 33,72
2012 29,94
2013 45,69
2014 54,61
57
LAMPIRAN
58
Lampiran 1. Luas Panen Kedelai di Sulawesi Selatan
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,258408336
R Square
0
,0668
Adjusted R
Square 0,011879272
Standard Error 9,021294694
Observations 19
ANOVA
Df SS MS F
Significance
F
Regression 1 98,9950034 98,995 1,2164 0,2854
Residual 17 1383,523885 81,38376
Total 18 1482,518889
Coefficients Standard Error t Stat P-value
Intercept 859,8 757,6130372 1,134868 0,272179
1995 -0,4167 0,377860454 -1,1029 0,285438
59
Lampiran 2.Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,705983
R Square 0,4984
Adjusted R
Square 0,468907
Standard Error 0,865115
Observations 19
ANOVA
Df SS MS F
Significance
F
Regression 1 12,64265 12,64265 16,89238 0,0007
Residual 17 12,7232 0,748424
Total 18 25,36585
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept -284,043 72,65279 -3,90959 0,001128
Tahun 0,14893 0,036236 4,110034 0,000731
60
Lampiran 3. Produksi Kedelai di Sulawesi Selatan
Regression Statistics
Multiple R 0,084678
R Square 0,0072
Adjusted R
Square -0,05123
Standard Error 12,12835
Observations 19
ANOVA
Df SS MS F
Significance
F
Regression 1 18,06024 18,06024 0,1228 0,7303
Residual 17 2500,645 147,0968
Total 18 2518,706
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept 391,7036 1018,545 0,384572 0,705323
1995 -0,178 0,508001 -0,3504 0,730345
61
Data Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Luas Panen (Ha)
1995 60,96
1996 34,45
1997 37,76
1998 38,53
1999 33,09
2000 32,71
2001 14,47
2002 14,48
2003 16,99
2004 17,99
2005 16,35
2006 14,19
2007 12,03
2008 19,05
2009 25,79
2010 23,64
2011 21,44
2012 19,96
2013 30,94
2014 36,33
62
Data Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tahun Produktivitas (Ku/Ha)
1995 12,67
1996 13,85
1997 13,27
1998 12,85
1999 13,28
2000 13,06
2001 12,86
2002 13,34
2003 14,21
2004 14,94
2005 16,63
2006 15,68
2007 15,77
2008 15,29
2009 16,00
2010 15,11
2011 15,73
2012 15,00
2013 14,77
2014 15,03
63
Data Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Produksi (Ton)
1995 77,25
1996 47,70
1997 50,11
1998 49,52
1999 43,95
2000 42,71
2001 18,61
2002 19,32
2003 24,14
2004 26,87
2005 27,19
2006 22,24
2007 18,97
2008 29,13
2009 41,28
2010 35,71
2011 33,72
2012 29,94
2013 45,69
2014 54,61
64
LAMPIRAN
PETA SULAWESI SELATAN
65
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bantaeng 18 Agustus 1992 dari ayah Abd
Haris dan ibu Fatmawati. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara.Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SD
Puro’roTamattahun 2005 Dan MTS Muhammadiyah Bantaeng Tamat 2008.
Padatahun yang sama melanjutkan Kejenjang menengah atas SMK Negeri 1
Bantaeng dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama Penulis lulus seleksi
masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar. Selama mengikuti perkuliahan, penulis sudah mengikiti prosedur
perkuliahan mulai dari smester 1 sampai semester akhir, Pernah magang di Pabrik
Pengolahan Markisa, mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP), Selama dua bulan
januari - maret 2015 di Kecamatan pujanating kabupateen Barru Selain itu penulis
juga aktif menjadi pengurus lembaga Fakultas selama berstatus mahasiswa,
dikasihamanah dan kepercayaan oleh mahasiswa agribisnis untuk menjabat
Anggota himpunan mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI) di periode 2014-
2015.Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan oleh penulis skripsi yang
berjudul “Analisis Forecasting Produksi Luas Panendan Produktivitas Kedelai Di
Sulawesi Selatan”.