BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Matematika di sekolah dasar ... filePerkalian diajarkan mulai dari kelas...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Matematika di sekolah dasar ... filePerkalian diajarkan mulai dari kelas...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran Matematika di sekolah dasar masih banyak terdapat masalah
yang klise, artinya Matematika selalu dianggap mata pelajaran yang sukar,
rumit, menakutkan, membosankan. Menurut Hartuti (2007:3) sifat Matematika
yang abstrak, oleh karena itu pelajaran Matetamtika dianggap pelajaran yang
rumit dan susah.
Salah satu materi dari Matematika adalah berhitung, operasi hitung pada
pelajaran Matematika meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Dari keempat operasi hitung tersebut, keterampilan berhitung
yang memerlukan pemikiran lebih adalah perkalian, karena perkalian
dianggap sebagai pokok bahasan yang menggunakan metode menghapal yang
menyulitkan peserta didik. Perkalian diajarkan mulai dari kelas II SD dengan
konsep bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang dan perkalian ini
semakin kompleks dengan semakin tingginya kelas. Pada peserta didik kelas
V SD sudah memahami konsep perkalian 1- 10 dan mulai dengan perhitungan
perkalian yang lebih besar yaitu perkalian tiga angka atau lebih. Untuk
mengerjakan operasi hitung perkalian dengan tiga angka atau lebih peserta
didik pada umumnya menggunakan cara bersusun pendek hal ini yang
monoton dan memerlukan ketelitian dan kesabaran dalam pengerjaannya,
apalagi bila soal yang diberikan dalam jumlah yang banyak peserta didik akan
merasa tertekan dan terbebani, sehingga kerapkali terjadi kesalahpahaman
2
peserta didik mengenai konsep yang mereka pelajari atau bahkan timbul suatu
kejenuhan untuk mempelajari perkalian.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas VA di SDN 4
Palangka, masih terdapat beberapa peserta didik yang lemah dalam materi
hitung menghitung, terutama perkalian bilangan cacah ratusan dan ribuan. Ini
terlihat dari hasil belajar Matematika berdasarkan daftar nilai ulangan
semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014 terlihat dari 23 orang peserta didik
hanya 40% atau sekitar 9 orang peserta didik yang mendapat nilai mata
pelajaran Matematika di atas nilai ketuntasan minimal (KKM) sedangkan 60%
atau sekitar 14 orang peserta didik mendapat nilai di bawah KKM, adapun
nilai KKM untuk pelajaran Matematika yang telah ditentukan oleh sekolah
yaitu 65. Peserta didik kesulitan menyelesaikan soal-soal operasi hitung
perkalian yang melibatkan ratusan bahkan ribuan, dan waktu yang
dipergunakan peserta didik untuk menyelesaikan soal pun cukup lama.
Dari uraian dan fenomena di atas maka Peneliti tertarik untuk menerapkan
suatu cara/ teknik berhitung perkalian tiga angka atau lebih yang lebih mudah,
menyenangkan dan variatif untuk memecahkan masalah yang terjadi pada
peserta didik kelas VA. Suatu teknik yang lebih mudah dan sederhana akan
membuat pelajaran Matematika dapat disenangi karena pelajaran tersebut
tidak memeras otak dan dapat dikerjakan secara serius tapi santai, serta
merupakan sesuatu yang menarik dan mudah.
Dalam proses pembelajaran guru diberikan kebebabasan untuk
menerapkan berbagai teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
3
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya untuk mengatasi kesulitan
belajar dan merubah proses belajar yang lebih baik sehingga dapat mencapai
hasil belajar yang maksimal.
Salah satu teknik berhitung perkalian yang sederhana dan cepat adalah
dengan mengunakan teknik batang napier (napier bone’s). Supriyadi
(2011:36) menyebutkan bahwa “teknik batang napier (napier bone’s) adalah
teknik yang dirancang untuk menyederhanakan tugas berat dalam perkalian
dengan mengubah perkalian menjadi penjumlahan”. Dengan teknik batang
napier yang sangat sederhana ini peserta didik dapat dengan mudahan cepat
menghitung hasil dari perkalian bilangan-bilangan besar sekalipun. Perkalian
bilangan-bilangan besar yang pada awalnya peserta didik merasa kesulitan
kini peserta didik dapat menyelesaikannya dengan mudah dan lebih cepat
dibandingkan dengan cara bersusun. Penggunaan teknik batang napier ini
diharapkan kemampuan menghitung peserta didik dapat semakin meningkat
dan berkurangnya kemungkinan terjadinya kesalahan dalam perhitungan
perkalian yang dilakukan oleh peserta didik.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada kelas VA SD 4 Palangka tersebut
maka Peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan teknik batang napier ini
untuk meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik, maka Peneliti
tertarik untuk melakukan Penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Batang
Napier Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta didik
SDN 4 Palangka.”
4
Penelitian ini penting karena kemampuan berhitung terutama perkalian
sangat diperlukan dalam pembelajaran Matematika dan dalam pelajaran
lainnya yang terkait. Dalam pengerjaan operasi hitung perkalian memerlukan
teknik yang sesuai dan tidak memberatkan otak peserta didik, oleh karena itu
dalam Penelitian ini dibahas mengenai teknik batang napier untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika pada opersi hitung perkalian bilangan
cacah. Selain dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik,
penggunaan teknik batang napier dalam perkalian bilangan ini dapat membuat
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi peserta didik. Dengan
begitu aktifitas peserta didik pun dapat meningkat. Peserta didik tidak hanya
pasif tetapi dapat secara aktif mencoba teknik batang napier ini untuk
memecahkan persoalan perkalian. Diharapkan dengan menggunakan teknik
batang napier dapat membuat pelajaran Matematika lebih menyenangkan dan
dapat membantu kesulitan peserta didik dalam mempelajari perkalian bilangan
cacah, dan akan membuat kualitas pembelajaran pun semakin meningkat
sehingga hasil belajar peserta didik akan meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang telah dikemukakan dalam latar belakang
diatas, maka dapat didefinisikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar Matematika peserta didik masih rendah dalam operasi hitung
perkalian yaitu terdapat 60 % dari 23 peserta didik masih berada di bawah
nilai KKM.
2. Teknik berhitung yang digunakan oleh guru masih kurang bervariasi.
5
3. Kurangnya keterlibatan dan partisipasi peserta didik secara langsung
dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik masih pasif dalam
kegiatan pembelajaran.
4. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan peserta didik tentang bahan ajar.
5. Kurangnya minat peserta didik untuk belajar Matematika.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah yang akan diteliti maka Peneliti
memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Mata pelajaran yang dibahas adalah Matematika kelas V materi operasi
hitung perkalian bilangan cacah pada peserta didik kelas VA SDN 4
Palangka.
2. Teknik berhitung yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
batang napier pada operasi hitung perkalian bilangan cacah untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik kelas VA SDN 4
Palangka.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dipaparkan
diatas, maka Peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktifitas pembelajaran Matematika materi operasi hitung
perkalian bilangan cacah dengan menggunakan teknik berhitung batang
napier pada peserta didik kelas VA di SDN 4 Palangka.
6
2. Apakah ada peningkatan hasil belajar Matematika pada materi operasi
hitung perkalian bilangan cacah dengan menggunakan teknik batang
napier pada peserta didik kelasVA di SDN 4 Palangka.
E. Alternatif Pemecahan Masalah.
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka permasalahan dalam
Penelitian ini adalah kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam mengerjakan
opersi hitung perkalian yang melibatkan tiga angka atau lebih pada kelas VA
SDN 4 Palangka. Peneliti memilih alternatif pemecahan permasalahan
tersebut dengan memperbaiki proses pembelajaran Matematika yaitu
bagaimana suatu materi dapat lebih mudah dimengerti, dengan memperbaiki
proses pembelajaran yang lebih menarik maka akan meningkatkan hasil
belajar Matematika dan merubah aktifitas pembelajaran kearah yang lebih
baik pula.
Oleh karena itu, Peneliti merencanakan pemecahan masalah melalui
tindakan perbaikan melalui beberapa siklus yang masing-masing satu
tindakan. Disetiap tindakan Peneliti menerapkan teknik berhitung perkalian
untuk menyelesaikan operasi bilangan-bilangan yang lebih dari tiga angka
yang disebut dengan teknik napier bone’s atau lebih dikenal dengan teknik
batang napier. Alasan menggunakan teknik batang napier ini adalah karena
dengan menggunakan teknik batang napier peserta didik akan lebih mudah
mengerjakan soal-soal perkalian meskipun melibatkan bilangan-bilangan
besar sekalipun karena teknik ini sangat sederhana dan mudah dipahami
peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi
7
tersebut dan merasa senang menyelesaikan soal-soal operasi perkalian dengan
benar. Dengan suasana yang menyenangkan maka proses belajar mengajar
pun akan menjadi lebih baik, peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran
baik bertanya maupun menjawab soal-soal yang diberikan, yang pada
akhirnya akan meningkatkan hasil belajar Matematika.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukan, maka tujuan
Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aktifitas pembelajaran Matematika pada materi operasi
hitung perkalian bilangan cacah dengan menggunakan teknik batang
napier pada peserta didik kelas VA di SDN 4 Palangka.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar Matematika
tentang operasi hitung perkalian bilangan cacah dengan menggunakan
teknik batang napier pada peserta didik kelas VA di SDN 4 Palangka.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam Penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini adalah untuk memperkaya
pengetahuan dan wawasan yang terkait dengan teknik berhitung yang
lebih bervariasi.
b. Penelitian diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dan acuan
bagi Peneliti selanjutnya
8
c. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan teoritis tentang metode pembelajaran dalam
upaya meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik.
2. Manfaat praktis
a. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan dan pembinaan bagi guru
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik dan
metode yang lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran Matematika.
b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan informasi tentang penggunaan
teknik batang napier untuk meningkatkan hasil belajar Matematika
peserta didik.
c. Bagi peserta didik, diharapkan dapat memahami dan menguasai
operasi hitung perkalian dengan menggunakan teknik batang napier
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Analisis Teoretis
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan bentuk perilaku yang sangat penting dalam
kehidupan manusia karena dengan belajar manusia dapat bertahan
hidup. Belajar merupakan cara yang dapat membantu seseorang untuk
menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya.
Banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud belajar
adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Proses belajar seseorang
dapat merubah pola tingkah laku yakni dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak tahu menjadi tahu, sukar menjadi mudah, hal yang biasa
menjadi luar biasa, yang manja menjadi mandiri, berkarakteristik
buruk menjadi orang yang berbudi pekerti yang lebih baik dan lain-
lain.
Menurut Sudjana (Sari,2011:11) “Belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.”
Syah (2006:65-66) mengutip pendapat seorang ahli psikolog
bernama Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning
mendefinisikan belajar sebagai:
“anyrelatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occursas a result of experience, artinya belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
10
macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.”
Menurut Hamalik (2008:28), “Belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam bentuk tingkah laku baru berkat pengalaman latihan.”
Menurut Sardiman (2007:20), mengartikan belajar yaitu :
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan kegiatan membaca, mengamati, mendengarkan menuru dan sebagainya, juga belajar itu akan lebih baik, subjek itu mengalami atau melakukannya, jika tidak bersifat verbalitas.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang disebabkan oleh pengalaman, interaksi individu dengan
lingkungan yang ditunjukan dengan adanya perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
b. Pengertian Hasil Belajar
Serangkaian kegiatan pembelajaran tidak akan mendapatkan nilai
kepuasan tersendiri bagi objek dalam dunia pendidikan jika tidak
disertai dengan hasil belajar yang disertai dengan hasil belajar yang
dicapai setelah kegiatan pembelajaran tersebut.
Menurut Sudijono (2007:29) mengemukakan pengertian hasil
belajar sebagai berikut :
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
11
mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu, hasil belajar dapat dilihat dari sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembelajar setelah mengalami proses belajar. Menurut Patmonodewo (2005:102) ”Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah
menerima pengalaman belajarnya, dan hasil belajar peserta didik pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.”
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami suatu
mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf
atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan
sikap setelah peserta didik mengalami proses belajar. Melalui proses
belajar mengajar diharapkan peserta didik memperoleh kepandaian dan
kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya.
Hasil belajar dapat dijadikan masukan bagi guru bidang studi
untuk mengetahui tingkat ketercapaian peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Selain itu hasil belajar juga dapat dijadikan
sebagai masukan bagi guru dalam rangka memberbaiki kegiatan
pembelajaran dan memberikan inovasi pada kegiatan pembelajaran
berikutnya.
12
2. Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan ilmu yang terdengar menakutkan bagi
sebagian orang dan bahkan sangat dihindari karena dianggap sulit.
Padahal hampir semua aspek kehidupan berkaitan erat dengan
Matematika. Matematika merupakan ilmu yang dapat memberikan
solusi pemecahan masalah terutama dalam membantu memecahkan
permasalahan kehidupan sehari-hari baik kita sadari maupun tanpa kita
sadari.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Departemen Pendidikan Nasional (2006:416), menyatakan bahwa
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Russel (Uno,2009:108) mendefinisikan pengertian Matematika
sebagai berikut:
Matematika adalah sebagai suatu studi dimulai dari pengajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal.Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari penjumlahan dan perkalian ke deferensial dan integral, dan menuju Matematika yang lebih tinggi.
13
Russefendi (Murniati,2008:46) mengatakan bahwa
Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, defenisi-defenisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah Matematika sering disebut ilmu deduktif.
Kline (Murniati,2008:47) mengatakan bahwa
Matematika itu bukannlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya Matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Menurut Soedjadi (Uno,2009:108) “Matematika merupakan ilmu
yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif.”
Menurut Murniati (2009:46) “Matematika adalah suatu ilmu yang
berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur
yang abstrak dengan hubungan hal-hal itu.”
James (Suherman 2003: 16) menyatakan bahwa
Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun
KBBI,2007:723) Matematika diartikan sebagai “Ilmu tentang bilangan,
hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.”
Menurut sudut pandang Soedjadi (2000:11) menyatakan beberapa
definisi atau pengertian Matematika yaitu sebagai berikut:
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
b. Matematika adalah tentang bilangan, dan kalkulasi.
14
c. Matematika adalah bilangan pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif danmasalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat
Jadi dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang
bersifat abstrak, mempelajari tentang bilangan yang terstruktur,
bangun, konsep dengan kebenarannya secara logika dan mempunyai
aturan yang ketat serta diketahui melalui proses perhitungan dan
pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol
dan mengembangkan penalaran, kepandaian, pengetahuan atau
intelegensi untuk berfikir logis, analitis, sistematis, kreatif, kritis, dan
konsisten dari tingkat rendah menuju tingkatan yang lebih tinggi.
b. Fungsi Matematika
Jihad (2008:153) menyatakan bahwa berdasarkan kurikulum
Matematika, fungsi Matematika adalah sebagai wahana untuk:
1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol.
2. Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Erman Suherman, dkk, (2003:55) Fungsi mata pelajaran
Matematika di sekolah adalah sebagai:
1. Alat Melalui Matematika peserta didik dapat memahami dan menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan, atau tabel-tabel dalam model Matematika.
15
2. Pola Pikir Belajar Matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian. Pola pikir yang dikembangkan adalah pola pikir deduktif dan induktif.
3. Ilmu Matematika selalu mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan penemuan baru sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.
Cockroft dalam Abdurrahman (2009:253), mengemukakan bahwa
Matematika perlu diajarkan kepada peserta didik karena:
1. Selalu di gunakan dalam segala segi kehidupan, 2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan Matematika
yang sesuai, 3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, 4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai
cara, 5. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, keteletian, dan
kesadaran keruangan, 6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah
yang menantang.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
fungsi Matematika sangat besar perannya dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu memberikan bekal kepada peserta didik dalam berfikir logis,
kritis, meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan masalah
yang menantang, sarana mengembangkan kreativitas, ketelitian dan
sebagai bekal kemampuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang
selanjutnya.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika
Menurut Tim Penyusun KBBI (2007:17) “Pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar.”
16
Mulyasa (2005:100) menambahkan bahwa “Pembelajaran adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sehingga
terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.”
Dari pendapat-pendapat di atas maka pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan (kelas/ sekolah) yang memungkinkan
kegiatan peserta didik belajar Matematika sekolah.
Tujuan Matematika yang tercantum dalam buku Peraturan
Menteri (PERMEN) Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah (2006: 417) menyatakan bahwa:
Mata pelajaran Matematika di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagi berikut: 1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengimplementasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan yanitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Jihad (2008:153) menyatakan tujuan peserta didik mempelajari
Matematika yaitu memiliki kemampuan dalam:
17
1. Menggunakan algoritma (prosedur pekerjaan). 2. Melakukan manipulasi secara Matematika. 3. Mengorganisasi data. 4. Memanfaatkan simbol, tabel, diagram, dan grafik. 5. Mengenal dan menemukan pola. 6. Menarik kesimpulan. 7. Membuat kalimat atau model Matematika. 8. Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang. 9. Memahami pengukuran dan satuan-satuannya. 10. Menggunakan alat hitung dan alat bantuMatematika. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan Tujuan
pembelajaran Matematika adalah membantu peserta didik mencapai
kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan
efektif di masa yang akan datang, penguasaan Matematika secara baik
sejak dini akan mengakibatkan konsep-konsep dasar Matematika dapat
diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
memakai konsep dasar Matematika maka anak akan memiliki bekal
untuk menguak perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang
pesat dewasa ini.
d. Hasil Belajar Matematika
Menurut Gagne (Muijs & Reymond, 2011:48)
Hasil belajar Matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar Matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar Matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri peserta didik, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan keterampilan setelah mempelajari Matematika. Perubahan yang diperoleh setelah proses belajar diartikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya.
18
Dari definisi di atas, serta definisi-definisi tentang belajar, hasil
belajar, dan Matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan
bahwa hasil belajar Matematika adalah merupakan tolak ukur atau
patokan yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran Matematika. Hasil
belajar Matematika dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan
atau penguasaan seorang peserta didik terhadap bidang studi
Matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat
pada nilai yang diperoleh dari test hasil belajarnya. Hasil belajar
Matematika peserta didik dapat diukur dengan menggunakan alat
evaluasi yang biasanya disebut test hasil belajar.
e. Ciri-Ciri Keberhasilan Belajar Matematika.
Dalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mendukung
tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran
Matematika diperlukan kekreatifan guru dalam menyajikan bahan ajar,
karena Matematika tidak dapat dilepaskan dari berhitung, maka
seorang guru seharusnya dapat memilih suatu teknik berhitung yang
lebih menyenangkan dan tidak memberatkan otak anak, sehingga
pembelajaran Matematika bisa lebih menyenangkan. Dengan situasi
pembelajaran yang menyenangkan akan memberi dampak positif
terhadap hasil belajar Matematika peserta didik.
Ciri-ciri keberhasilan peserta didik dalam belajar Matematika
menurut Rinra (2011: 20 Februari 2014) antara lain:
19
1. Peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pada pelajaran Matematika.
2. Peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, hal ini terlihat dari seringnya peserta didik bertanya apabila belum memahami materi.
3. Peserta didik selalu dapat menjawab dengan benar pada saat diberikan soal ataupun tugas lainnya.
4. Peserta didik berani memberikan tanggapan atau memperbaiki jawaban temannya yang kurang tepat pada saat menjawab soal di papan tulis.
5. Peserta didik selalu memperoleh hasil belajar yang tinggi sesuai dengan ketentuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
keberhasilan belajar Matematika yaitu adanya motivasi yang tinggi,
peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, peserta didik
mampu memperoleh peningkatan nilai/ hasil belajar sesuai dengan
harapan yang ingin dicapai.
3. Perkalian
a. Pengertian perkalian
Menurut Heruman (2007:22), “Perkalian sama dengan
penjumlahan secara berulang.”
Menurut Untoro (2012:13), “Perkalian adalah penjumlahan yang
berulang-ulang.”
Menurut Rusefendi (2007:35)
Perkalian dibagi menjadi dua yaitu perkalian dasar dan perkalian lanjut. Perkalian dasar adalah perkalian dari dua bilangan yang masing-masing terdiri dari satu angka. Perkalian lanjut adalah perkalian yang melibatkan dua bilangan yang terdiri dari dua bilangan atau lebih.
20
Perkalian dasar telah diajarkan dan diberikan konsep sederhana
sejak kelas II SD dan untuk menyelesaikan operasi perkalian lanjut
dapat memanfaatkan sifat-sifat yang ada pada perkalian.
Adapun sifat-sifat perkalian menurut Untoro (2012:25), sebagai
berikut:
1) Sifat Komutatif terhadap perkalian 2) Sifat asosiatif ( pengelompokan ) dalam perkalian 3) Sifat distributive ( Penyebaran ) dalam perkalian 4) Sifat identitas
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkalian
merupakan cara singkat dari penjumlahan atau penjumlahan secara
berulang-ulang. Oleh karena itu, syarat kemampuan mempelajari
perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Perkalian pada hakekatnya
merupakan cara singkat dari penjumlahan.
b. Perkalian bilangan cacah
Menurut Hartuti, dkk (2006:1) “Bilangan adalah suatu abstraksi,
maksudnya disini adalah bilangan tidak memiliki keberadaan secara
fisik.” Namun, bilangan dapat dituliskan dengan lambang-lambang
yang dapat mewakili suatu bilangan yang ingin disampaikan. Bilangan
sendiri muncul karena adanya suatu kuantitas yang ingin diungkapkan.
Setelah bilangan sudah dapat dituliskan dengan lambang-lambang
bilangan, selanjutnya manusia mulai mengembangkan sifat-sifat,
hubungan, aturan, serta perhitungan yang terjadi antar bilangan-
bilangan tersebut sehingga muncullah istilah berhitung.
21
Muijs & Reymond, (2011:50) “Dalam Matematika ada beberapa
macam bilangan salah satu diantaranya yaitu bilangan cacah. Bilangan
cacah adalah bilangan bulat tanpa bilangan negatif.”
Jadi bilangan cacah adalah bilangan asli dengan bilangan nol.
Bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari angka nol (0). Dari
beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan perkalian
bilangan cacah adalah operasi penjumlahan yang berulang-ulang untuk
bilangan yang dimulai dari nol (0).
4. Teknik Berhitung Perkalian
Menurut Tim KBBI (2007: 1158) “Teknik adalah metode atau sistem
mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu.”
Gerlach dan Ely (Uno, 2009:2) mengartikan “Teknik sebagai jalan,
alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan
peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai.”
Roestiyah (2012:56) menyatakan bahwa “Teknik lebih dekat dengan
siasat, artinya teknik pembelajaran, adalah bagaimana seorang guru
mensiasati sebuah keadaan yang sifatnya sudah spesifik.”
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah
siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal.
Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru
itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan
lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran
22
ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi
peserta didik, sifat-sifat peserta didik, dan kondisi-kondisi yang lain.
Dengan demikian, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat
bervariasi.
Pembelajaran Matematika tidak dapat dilepaskan dari operasi hitung,
karena hampir di setiap bagian Matematika selalu ada berhitung. Untuk
mempermudah mempelajari Matematika maka guru dapat memilih suatu
teknik berhitung yang tepat agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai
dengan efektif.
Alwi (2003:140) berpendapat bahwa
Berhitung berasal dari kata hitung yang mempunyai makna keadaan, setelah mendapat awalan ber- akan berubah menjadi makna yang menunjukkan suatu kegiatan menghitung (menjumlahkan, mengurangi, membagi, mengalikan dan sebagainya).
Muijs & Reymond, (2011:52) berpendapat bahwa “Aritmatika yakni
semua hal tentang penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian”.
Aritmatika merupakan cabang matematika yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, bahkan oleh orang yang tidak suka
matematika sekalipun.
Menurut Naga dalam Abdurrahman (2003: 253) “Aritmatika atau
berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat
hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama
mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung
merupakan pengetahuan tentang bilangan yang meliputi pengoperasian
23
sejumlah bilangan yang berbentuk angka (penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian). Berhitung merupakan salah satu keterampilan
dasar yang sangat erat dengan angka-angka yang harus dikuasai oleh
peserta didik dalam kurikulum di Sekolah Dasar.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka banyak teknik
berhitung cepat yang di perkenalkan di masyarakat Indonesia yang
bertujuan mempermudah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
Matematika, salah satunya dengan teknik berhitung napier bone’s atau
yang lebih dikenal teknik batang napier
5. Teknik Napier Bone’s ( Batang Napier )
a. Sejarah Batang Napier
Menurut Ismadi (2006: 24) menuliskan bahwa :
John Napier (1550 – 1617), seorang bangsawan asal Skotlandia. Merancang alat dari tulang-tulang, alat ini dirancang Napier untuk menyederhanakan tugas berat dalam mengerjakan perkalian. Melalui alat ini, ia menerjemahkan persoalan perkalian menjadi penjumlahan. Batang napier yang asli terbuat dari lempengan kayu atau tulang dengan ukuran yang cukup kecil sehingga bias dimasukan kedalam saku.
Hartuti, dkk (2007:4) menuliskan bahwa Istilah napier berasal dari nama seorang ahli Matematika bernama John Napier. Dia lahir pada tahun 1550 di Merchiston Castle, Edinburgh, Skotlandia. Pada tahun 1617, lewat bukunya Rabdologie beliau menyuguhkan sebuah alat untuk melakukan perkalian. Alat tersebut menggunakan prinsip perkalian decimal yang telah dikenal di Arab melalui diagram lattice. Alat yang berbentuk batang-batang tersebut selanjutnya dikenal dengan istilah batang napier (napier bone’s atau napier rods) napier pun menjadi terkenal pada jamannya
24
Jadi istilah batang napier berasal dari sebuah penemuan yang
berfungsi untuk mempermudah dalam menyelesaikan soal-soal
berhitung perkalian, yang pada awalnya dirancang dari tulang-tulang
oleh John Napier yang berasal dari Skotlandia. Dan sampai sekarang
batang napier ini tetap berkembang.
b. Pengertian Batang Napier
Risky (Putra,2010:15 dalam Arifin: 23 Desember 2014)
mengemukakan bahwa:
Perkalian bilangan dengan menggunakan batang napier yaitu dengan menerjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Cara mengalikan bilangan dengan batang napier cukup mudah, yaitu hanya melihat bilangan yang akan dikalikan, kemudian menjumlahan diagonalnya.
Supriyadi (2011:36) mengemukakan bahwa, “Teknik batang
napier dirancang untuk menyederhanakan tugas berat dalam perkalian
dengan mengubah perkalian menjadi penjumlahan dengan konsep
Metode Lattice (Metode Kisi).”
Hartuti, dkk (2007:1) menjelaskan bahwa: Batang napier pertama digunakan di Skotlandia pada tahun 1617. Pada jaman penemuan batang napier mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap dunia Matematika. Batang napier ditemukan sebagai pengembangan alat menghitung setelah ditemukannya abacus. Pada saat itu, batang napier dengan tabel dasar perkalian ditulis pada kayu dan tulang. Alat batang napier memuat 10 batang digit 0–9 dan sebuah batang indeks. Batang indeks memuat digit 1-9 yang tersusun vertikal. Batang-batang yang lain mempunyai digit yang dituliskan pada kepala batang. Tiap kotak digitnya dipisahkan oleh garis diagonal.
25
Gambar 1
Perkalian batang napier
Jadi teknik batang napier merupakan teknik atau cara untuk
mengerjakan operasi hitung perkalian dengan sederhana dan mudah
sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien yang terdiri dari
kotak-kotak perkalian.
c. Langkah-langkah Penggunaan Teknik Batang Napier
Menurut Ismadi (2006: 22) langkah-langkah penggunaan teknik
batang napier yaitu :
Untuk mengerjakan perkalian dengan menggunakan batang napier ini, terlebih dahulu kamu harus membuat sebuah tabel menyerupai batang napier. Kemudian, tuliskan bilangan yang akan dikalikan masing-masing pada baris pertama dan kolom pertama. Isi setiap petak lainnya dengan hasil kali angka-angka dari bilangan yang dikalikan sesuai dengan baris dan kolom petak tersebut berada. Setelah itu, jumlahkan angka-angka pada setiap petak tersebut menurut diagonalnya. Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan langkah-langkah
menggunakan teknik batang napier dalam pembelajaran yaitu sebagai
berikut :
1. Buatlah tabel (kotak) yang menyerupai batang napier, disesuaikan
dengan bilangan yang akan di hitung.
26
2. Letakkan bilangan-bilangan yang akan di hitung pada baris
pertama dan kolom pertama.
3. Letak penulisan bilangan bisa dibalik antara indeks dan kepala-
kepala batang napier karena pada perkalian berlaku hukum
komutatif
4. Sebelum dikalikan buat garis miring atau diagonal dari atas ke
bawah pada kotak-kotak kecil tersebut mulai dari kotak terbawah
terus ke atas
5. Hitunglah hasil kali antar bilangan sesuai dengan baris dan
kolomnya, dengan aturan jika hasil kali terdiri dari dua angka maka
yang memiliki nilai tempat puluhan dituliskan di atas diagonal dan
satuan di tulisakan dibawah diagonal.
6. Setelah semua kolom terisi oleh hasil kali bilangan, maka
dijumlahkan angka-angka pada setiap kolom tersebut menurut
diagonalnya, dimulai dari diagonal yang paling bawah.
7. Jika hasil penjumlahan bilangan terdiri dari dua angka maka yang
dituliskan angka yang memiliki nilai tempat satuan sedangkan
angka yang memiliki nilai tempat puluhannya dijumlahkan dengan
diagonal selanjutnya.
Untuk lebih jelas cara penggunaan teknik batang napier dapat
dijelaskan secara sederhana melalui contoh-contoh dibawah ini
27
Contoh 1: Hitunglah 574 x 623 = ….
Gambar 2 Penyelesaian contoh soal 1
Untuk menentukan hasil 574 x 623, caranya yaitu:
1. Membuat kotak dengan indek di sebelah kiri dan bilangan yang
akan dikalikan di sebelah atas, dalam hal ini adalah 574.
2. Kemudian di bawah indek adalah 623. Penulisan ini bisa dibalik
karena pada perkalian berlaku hukum komutatif, sehingga bilangan
574dapat dituliskan pada baris indek (sebelah kiri) dan bilangan
623 dapat dituliskan pada kolom atas.
3. Di bawah indek dibuat kotak untuk bilangan pengali. Kemudian
dengan melihat pada kolom napier atau mengisi kotak dengan
mengalikan 5 x 6 =30, 7 x 6 = 42, 6 x 4 =24, 5 x 2 =10, 7 x 2 = 14,
4 x 2 = 8, 5 x 3 = 15, 7 x 3 = 21, dan 4 x 3 = 12dengan aturan
puluhan di atas diagonal dan satuan dibawah diagonal, jika
bilangan hasil perkalian hanya satuan maka pada puluhannya
ditulis nol (0), maka hasilnya bisa dilihat seperti pada kotak di atas.
4. Pada diagonal pertama diperoleh angka 2.
28
5. Pada diagonal kedua 1 + 1 + 8 = 10, tetapi yang ditulis adalah
angka satuannya yaitu 0 sedangkan angka puluhan yaitu 1 akan
ditambahkan pada diagonal ketiga.
6. Sehingga untuk diagonal ketiga 5 + 2 + 4 + 4 = 15 ditambah 1
menjadi 16, ditulis hanya angka satuannya yaitu 6, sedangkan
puluhannya akan ditambahkan ke diagonal keempat.
7. Untuk diagonal keempat yaitu 1 + 1 + 2 + 2 = 6 kemudian
ditambah 1 menjadi 7.Diagonal kelima 1 + 0 + 4 = 5
8. Dan diagonal teratas adalah 3.
9. Dari semua hasil penjumlahan, kemudian disusun dari diagonal
teratas ke diagonal terbawah, menjadi 357602.
10. Jadi hasil 574 x 623 = 357.602
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
teknik napier bone’s atau batang napier adalah suatu pola
mengajarkan operasi hitung perkalian yang dapat memudahkan peserta
didik dalam mengalikan anak karena tersusun dalam bentuk kotak
persegi. Membuat anak lebih mudah mengalikan angka yang satu
dengan angka yang lain.
Dengan menggunakan teknik batang napier yang sederhana maka
persoalan perkalian diterjemahkan menjadi persoalan penjumlahan.
Persoalan perkalian yang tadinya sulit kini dengan mudah dicari
hasilnya dengan cara penjumlahan. Sehingga peserta didik dapat
29
dengan mudah dan cepat menghitung hasil dari perkalian bilangan-
bilangan besar sekalipun.
Cara kerja batang napier yang unik ini dapat membuat peserta
didik merasa senang belajar Matematika khususnya pada persoalan
perkalian. Perkalian bilangan-bilangan besar yang pada awalnya
peserta didik merasa kesulitan kini peserta didik dapat
menyelesaikannya dengan mudah dan lebih cepat dibandingkan
dengan cara yang lama.
Dengan menggunakan teknik batang napier ini kemampuan
menghitung peserta didik dapat semakin meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari berkurangnya kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
perhitungan perkalian yang dilakukan oleh peserta didik. Selain dapat
meningkatkan kemampuan menghitung pada peserta didik.
Penggunaan teknik batang napier dalam perkalian bilangan ini
dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi
peserta didik. Dengan begitu aktivitas peserta didik pun dapat
meningkat. Peserta didik tidak hanya pasif tetapi dapat secara aktif
mencoba teknik batang napier ini untuk memecahkan persoalan
perkalian.
d. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Batang Napier
Supriyadi (2011:42) menyatakan bahwa kelebihan teknik batang
napier diantaranya :
1. Pengerjaan operasi hitung perkalian lebih sederhana. 2. Cara pengerjaan tidak banyak aturan yang mengikat.
30
3. Dapat meningkatkan minat peserta didik untuk mengerjakan operasi hitung karena tidak memeras memori otak peserta didik.
4. Pembelajaran Matematika akan lebih menyenangkan. 5. Membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar
Matematika. 6. Cara pengerjaan operasi hitung dengan teknik batang napier
lebih menyenangkan.
Supriyadi (2011:43) menyatakan bahwa kekurangan teknik batang
napier,yaitu:
1. Peserta didik harus memahami konsep perkalian sederhana dengan baik sebelumnya.
2. Teknik batang napier ini fokus pada aritmatika, aritmatika sendiri adalah salah satu cabang dalam Matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka tertuma menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, maka dari itu cakupannya kurang luas.
3. Teknik batang napier sifatnya membantu proses berhitung lebih mudah dan cepat, belum pada pemecahan masalah.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang relevan yang pernah
dilakukan oleh Peneliti lain. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh
Peneliti berikut ini :
1. Aristiani (2013) dengan judul Penggunaan Media Batang Napier Dalam
Meningkatkan Kemampuan Operasi Perkalian Bagi Anak Kesulitan
Belajar Kelas 3 Sd 11 Belakang Tangsi Padan.
Dari hasil penelitian tersebut terlihat kemampuan peserta didik mengalami
peningkatan, ini terbukti dari data yang diperoleh, pada pertemuan ke
tujuh sampai ke 15 mencapai 90 %. Dan juga telah dibuktikan peningkatan
tersebut melalui analisis data estimasi kecendrungan arah, kecendrungan
31
stabilitas, jejak data, level stabilitas, level perubahan. Untuk itu setelah
diberikannya latihan terhadap seorang peserta didik anak kesulitan belajar
yang Peneliti lakukan, hendaknya menjadi motivasi bagi guru kelas untuk
memberikan latihan kepada peserta didik yang lainnya, karena peserta
didik anak kesulitan belajar hanya mengalami lamban dalam belajar dan
media batang napier adalah pembelajaran Matematika dalam memudah
untuk dijalankan atau dipelajari.
2. Nyoman (2010) dengan judul Pemanfaatan Alat Peraga Batang Napier
Dalam Pembelajaran Operasi Perkalian Bilangan Cacah Sebagai Upaya
Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Peserta didik.
Dari hasil yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa pemanfaatan alat
peraga batang napier dalam pembelajaran operasi perkalian bilangan
cacah dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Minat belajar
peserta didik ini muncul karena pemanfaatan alat peraga batang napier
memudahkan peserta didik dalam pembelajaran operasi perkalian bilangan
cacah yang seringkali menyulitkan peserta didik.
Dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan suatu
teknik dan metode berhitung cepat terutama teknik batang napier dalam
Matematika, hal ini terlihat dari hasil belajar yang didapatkan setelah
menerapkan suatu cara berhitung cepat, karena peserta didik lebih tertarik
dengan cara-cara perhitungan yang lebih sederhana dan cepat sehingga tidak
memberatkan memori otak anak.
32
C. Kerangka Berfikir
Materi perkalian ini telah diajarkan sejak peserta didik duduk di kelas II,
semakin tingginya kelas maka operasi hitung perkalian pun akan semakin
kompleks, pada peserta didik kelas V seharusnya sudah dapat menyelesaikan
suatu operasi hitung perkalian dengan bilangan yang komplek dengan lancar.
Tetapi dalam kenyatannya untuk mengitung operasi perkalian dengan angka
yang besar yaitu bilangan dengan tiga angka atau lebih masih banyak peserta
didik yang mengalami kesulitan karena dalam menyelesaikan operasi hitung
tersebut peserta didik menggunakan cara bersusun yang memerlukan ketelitian
dan konsentrasi yang tinggi apalagi bila peserta didik belum paham betul
konsep perkalian, akibatnya hasil belajar Matematika tentang operasi
perkalian menjadi rendah dan sebagian besar nilai peserta didik berada di
bawah KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah .
Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penerapan teknik cara berhitung
perkalian yang lebih sederhana tanpa harus membebankan otak anak yaitu
teknik batang napier. Dengan teknik napier ini peserta didik akan lebih mudah
dan cepat dalam mengerjakan opersai hitung perkalian terutama untuk
bilangan-bilangan besar atau bilangan lebih dari tiga angka, karena teknik ini
menawarkan cara berhitung yang sederhana yaitu mempermudah tugas berat
Matematika dengan mengubah konsep perkalian menjadi konsep penjumlahan
sehingga lebih mudah, menyenangkan, praktis dan tidak memberatkan memori
otak anak.
33
Dengan penggunaan teknik batang napier dalam pembelajaran peserta
didik lebih termotivasi dan aktif dalam menyelesaikan soal-soal perkalian dan
hal ini dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, selain itu
peserta didik akan dengan lebih mudah menyelesaikan suatu operasi hitung
perkalian dengan bilangan-bilangan besar sehingga peserta didik tidak
tertekan oleh soal-soal perkalian yang rumit. Jika peserta didik merasa senang
belajar Matematika dan dapat menyelesaikan soal-soal dengan tepat maka
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik.
D. Hipotesis Tindakan
Menurut Kerlinger (Sangadji, dkk,2010:90), “Hipotesis (Hypothesis)
adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih.”
Menurut Buckley (Sangadji, dkk,2010:90) “Hipotesis adalah suatu bentuk
pernyataan yang sederhana mengenai harapan Peneliti akan hubungan antara
variabel-variabel dalam suatu masalah untuk diuji dalam penelitian.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap permasalahan penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui data-
data yang dikumpulkan.
Bertumpu pada beberapa pendapat di atas maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian yang
dilaksanakan dengan menggunakan teknik berhitung batang napier pada
34
peserta didik kelas VA SD 4 Palangka menunjukan aktivitas yang lebih
baik atau meningkat.
2. Ada peningkatan hasil belajar Matematika tentang operasi hitung perkalian
bilangan cacah setelah menggunakan teknik berhitung napier bone’s
(batang napier) pada peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah selama lima bulan,
yaitu terhitung sejak bulan Februari 2014 sampai Juni 2014, tahun
pelajaran 2013/ 2014.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN 4 Palangka, yang
beralamat Jl. Kinibalu no. 1, Palangkaraya tahun pelajaran 2013/ 2014.
Peneliti memilih kelas VA SDN 4 Palangka karena terdapat permasalahan
yaitu hasil belajar peserta didik masih rendah terutama pada operasi hitung
perkalian sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang memiliki karakteristik yaitu mendeskripsikan
semua informasi/ data secara alamiah/ apa adanya, dan Peneliti bertindak
sebagai instrumen utama dalam penelitian ini, disamping itu yang khas dari
penelitian ini yakni tindakan-tindakan (aksi) yang berulang-ulang untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
C. Kehadiran dan Peran Peneliti.
Sesuai dengan jenis penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kehadiran Peneliti di lapangan sangat diperlukan setiap saat karena kedudukan
36
Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul,
penganalisa, dan akhirnya sebagai pelaporan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini Peneliti merupakan instrumen kunci dan pemberi
tindakan. Sebagai intrumen kunci, artinya Peneliti sebagai pelaksana yang
memberikan tindakan di kelas, dalam kedudukannya sebagai pemberi tindakan
Peneliti bertindak sebagai pengajar atau guru Matematika kelas VA, yang
berperan langsung dalam proses pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan
pengajaran/ penyaji selama berlangsungnya kegiatan penelitian, sampai
dengan penilaian. Selain itu Peneliti yang dibantu dua orang observer yang
mengamati aktivitas guru dan peserta didik selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran yang kehadirannya mutlak diperlukan.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dari penelitian ini adalah keseluruhan peserta didik kelas
VA yang berjumlah 23 orang di SDN 4 Palangka pada semester II tahun
pelajaran 2013/ 2014. Peneliti memilih subjek penelitian ini karena, masih
ditemui peserta didik mengalami kesulitan dalam operasi hitung perkalian,
peserta didik tidak menyukai pelajaran Matematika, dan dilihat dari hasil
belajar mata pelajaran Matematika pada semester satu masih rendah.
Tabel 1 Data Peserta Didik Kalas VA
No. Kelas Subjek Penelitian
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. VA 11orang 12 orang 23 orang Sumber : Absensi peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka
37
E. Rancangan Penelitian.
Telah dijelaskan di atas bahwa penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Ebbut (Lelie, 2009:32) mengemukakan pengertian bahwa
Penelitian tindakan kelas sebagai penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Arikunto (2012:2-3), mengemukakan pengertian penelitian tindakan kelas
sebagai berikut :
Penelitian tindakan kelas atau dengan istilah Classroom Action Research (CAR). Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara/ aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data / informasi bermanfaat guna meningkatkan mutu, suatu hal yang menarik dan penting bagi Peneliti yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian yang berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik dalam kelas untuk menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.
Jadi Peneltian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu bagian dari
penelitian tindakan dengan tujuan yang spesifik yang berkaitan dengan kelas.
PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik dan hasil pembelajaran di kelasnya dan dilakukan dalam
beberapa siklus penelitian.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika
tentang operasi hitung perkalian pada peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka
adalah dengan penerapan teknik batang Napier
Adapun alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas
menurut Arikunto (2012:16-20) “PTK dilaksanakan dilaksanakan dalam
38
bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama
kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.” Rincian
kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut akan dilakukan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan dikelas. Skenario
dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.
3. Pengamatan atau observasi
Tahapan ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan
dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Kegiatan pengamatan ini
dilakukan oleh pengamat
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Untuk lebih jelas alur PTK maka dapat diperhatikan skema penelitian
dibahan ini:
39
Gambar 3
Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas (Arikunto 2012:16)
Berdasarkan penjelasan di atas penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus
yaitu siklus I dan siklus II, tiap-tiap siklus direncanakan berkesinambungan
artinya proses dan hasil siklus I akan ditindak lanjuti dalam siklus II. Prosedur
penelitian tindakan kelas ini pada setiap siklusnya meliputi perencanaan,
tindakan, observasi, refleksi.
Dalam penelitian ini, Peneliti terlebih dahulu melakukan test awal berupa
test diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, sebelum
diberikan tindakan. Selain test awal, Peneliti juga melakukan observasi awal
untuk mengetahui ketetapan tindakan yang akan diberikan dalam rangka
meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya pada operasi perkalian.
n
40
Dari hasil evaluasi dan observasi awal, maka dipilih alternatif pemecahan
yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik,
yaitu melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik berhitung batang
napier
Berdasarkan data awal tersebut maka penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Perencanaan
a. Perencanaan Pada Siklus I
Pada siklus I kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini
meliputi :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum
mengajar yang berisi tentang kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan
penutup.
2) Mempersiapkan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.
3) Mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai.
4) Menyusun instrumen pengumpulan data berupa test untuk
mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi operasi
hitung perkalian.
5) Mengembangkan format observasi untuk mengamati aktifitas guru,
aktifitas peserta didik, dan penggunaan teknik batang napier pada
saat proses pembelajaran.
41
b. Perencanaan Pada Siklus II
Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan
memperhatikan hasil observasi dari pengamat dan hasil belajar peserta
didik pada siklus I. Pada tahap perencanaan ini Peneliti:
1) Peneliti dan observer (penilai) mengidentifikasi masalah serta
mengembangkan tindakan II berdasarkan hasil refleksi padasiklus I
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
merupakan penyempurnaan dari RPP siklus I yang berisi tentang
kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup.
3) Mempersiapkan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.
4) Mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai.
5) Menyusun instrumen pengumpulan data berupa test untuk
mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi operasi
hitung perkalian sama dengan test pada siklus I.
6) Mengembangkan format observasi untuk mengamati aktifitas guru,
aktifitas peserta didik, dan penggunaan teknik batang napier pada
saat proses pembelajaran sama dengan format observasi siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini Peneliti menerapkan skenario pembelajaran yang telah
disusun yaitu penggunaan tenik batang napier dalam pembelajaran
Matematika tentang operasi hitung perkalian.
42
a. Pelaksanaan Pindakan Pada Siklus I
Adapun urutan rencana dari tindakan pada siklus I ini adalah guru
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
dibuat secara berurutan dimulai dari :
1) Kegiatan awal
Pada kegiatan ini guru melakukan:
- Apersepsi dengan metode tanya jawab tentang perkalian
yang telah dipelajari sebelumnya.
- Memberikan rangsangan positif kepada peserta didik agar
siap menerima pelajaran
- Mengkondisikan peserta didik untuk menerima pelajaran
Matematika.
- Memusatkan perhatian peserta didik terhadap situasi
pembelajaran, dengan melakukan permainan
- Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan ini guru:
- Menyampaikan materi secara sistematis dengan
menjelaskan pengertian dan cara-cara penggunaan teknik
batang napier dalam operasi hitung perkalian
- Memberikan beberapa contoh soal perkalian.
- Mengadakan interaksi terbuka dengan peserta didik, yaitu
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif
43
dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan bertanya
apabila masih ada yg belum dipahami.
- Lebih banyak melakukan tanya jawab dan memberikan
soal-soal latihan yang dikerjakan peserta didik didepan
kelas
- Bila diperlukan guru dapat memberikan bimbingan bagi
peserta didik yang belum lancar menggunakan teknik
batang napier ini.
3) Kegiatan penutup
Pada kegiatan ini guru:
- Membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari
- Memberikan evaluasi sebagai test siklus I
- Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar
Matematika.
b. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II
Pada tahap ini Peneliti menerapkan skenario pembelajaran yang
telah disusun yaitu penggunaan tenik batang napier dalam
pembelajaran Matematika tentang operasi hitung perkalian. Adapun
urutan rencana dari tindakan ini adalah guru melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat secara berurutan
dimulai dari :
44
1) Kegiatan awal
Pada kegiatan ini guru melakukan:
- Apersepsi dengan metode tanya jawab tentang perkalian
yang telah dipelajari sebelumnya.
- Memberikan rangsangan positif kepada peserta didik agar
lebih siap menerima pelajaran
- Mengkondisikan peserta didik untuk menerima pelajaran
Matematika.
- Memusatkan perhatian peserta didik terhadap situasi
pembelajaran, dengan melakukan permainan
- Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan ini guru:
- Mematangan teknik batang napier dalam menyelesaikan
soal-soal perkalian.
- Lebih banyak memberikan latihan-latihan soal dan
melibatkan peserta didik untuk menyelesaikan dengan
menggunakan teknik batang napier dalam operasi hitung
perkalian
- Mengadakan interaksi terbuka dengan peserta didik, yaitu
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif
dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan bertanya
apabila masih ada yg belum dipahami.
45
- Lebih banyak melakukan tanya jawab dan diskusi dengan
peserta didik
- Bila diperlukan guru dapat memberikan bimbingan bagi
peserta didik yang belum lancar menggunakan teknik
batang napier ini.
3) Kegiatan penutup
Pada kegiatan ini guru:
- Membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari
- Memberikan nasehat-nasehat kepada peserta didik untuk
belajar Matematika.
3. Observasi
a. Observasi Pada Siklus I
Observasi dilaksanakan (diamati) oleh Observer terhadap aktivitas
peserta didik dan aktivitas guru saat proses pembelajaran pada siklus I
berlangsung. Pada tahap pengamatan dilakukan perekaman data oleh
dua orang Pengamat atau Observer yang meliputi proses dan hasil
pelaksanaan tindakan.
Perekaman data ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan melakukan
refleksi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas peserta didik dan lembar aktivitas guru dalam proses
pembelajaran. Pada kegiatan ini Observer:
46
1) Mengamati jalannya proses pembelajaran baik dari kemampuan
guru dalam menyampaikan pelajaran maupun kemampuan peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik
batang napier.
2) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan
pada tahap perencanaan dan mencatat semua hal-hal yang
diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
b. Observasi Pada Siklus II
Observasi dilaksanakan (diamati) oleh observer terhadap aktivitas
peserta didik dan aktivitas guru saat proses pembelajaran pada siklus II
berlangsung. Pada tahap pengamatan dilakukan perekaman data oleh
dua orang Pengamat atau Observer yang meliputi proses dan hasil
pelaksanaan tindakan.
Perekaman data ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan melakukan
refleksi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas peserta didik dan lembar aktivitas guru dalam proses
pembelajaran. Pada kegiatan ini Observer:
1) Mengamati jalannya proses pembelajaran baik dari kemampuan
guru dalam menyampaikan pelajaran maupun kemampuan peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik
batang napier.
47
2) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan
pada tahap perencanaan dan mencatat semua hal-hal yang
diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
4. Refleksi
a. Refleksi Pada Siklus I
Setelah data hasil belajar peserta didik diperoleh dari tindakan
pada siklus I, Peneliti dan Observer (Pengamat) melakukan evaluasi
tindakan dan melakukan diskusi untuk membahas hasil. Refleksi
dilaksanakan pada akhir siklus pelaksanaan tindakan, refleksi tersebut
ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan hasil
belajar Matematika tentang operasi hitung perkalian dan kekurangan
yang terjadi selama siklus I berjalan.
Alat evaluasi yang digunakan adalah test hasil belajar yang
disusun Peneliti. Apabila secara klasikal peserta didik telah
memperoleh nilai di atas nilai KKM maka tindakan dianggap telah
berhasil dilaksanakan. Dan apa bila nilai yang diperoleh peserta didik
belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan maka
dilanjutkan pada tahap siklus II.
Hasil analisis data akan digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus II. Tahap refleksi ini memiliki tujuan :
1) Mengetahui hasil belajar peserta didik tentang materi perkalian
dengan menggunakan teknik batang napier.
48
2) Mengetahui aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran
Matematika dengan menggunakan teknik batang napier.
b. Refleksi Pada Siklus II
Setelah data hasil belajar peserta didik diperoleh dari tindakan
pada siklus II, Peneliti dan Observer (Pengamat) melakukan evaluasi
tindakan dan melakukan diskusi untuk membahas hasil. Refleksi
dilaksanakan pada akhir siklus pelaksanaan tindakan, refleksi tersebut
ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan hasil
belajar Matematika tentang operasi hitung perkalian dan kekurangan
yang terjadi selama siklus II berjalan.
Alat evaluasi yang digunakan adalah test hasil belajar yang disusun
Peneliti. Apabila secara klasikal peserta didik telah memperoleh nilai
di atas nilai KKM maka tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.
Dan apa bila nilai yang diperoleh peserta didik belum mencapai
standar indikator keberhasilan yang diharapkan maka dilanjutkan pada
tahap siklus berikutnya.
Hasil analisis data akan dipergunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus selanjutnya. Tahap refleksi ini memiliki tujuan :
1) Mengetahui hasil belajar peserta didik tentang materi perkalian
dengan menggunakan teknik batang napier.
2) Mengetahui aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran
Matematika dengan menggunakan teknik batang napier.
49
Penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus seterusnya sampai dengan
siklus ke-n apabila hasil belajar perkalian peserta didik belum mencapai
skor ketuntasan yang telah ditentukan pada indikator keberhasilan.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum melaksanakan penelitian perlu adanya rancangan penelitian
yang dimaksudkan agar penelitian ini terlaksana dengan terarah. Melihat
variabel penelitian ini dan upaya melakukan pengumpulan data mengenai
permasalahan yang diteliti, agar mendapatkan data-data yang relevan
dengan tujuan penelitian maka dalam pengumpulan data Peneliti
menggunakan teknik observasi dan test.
a. Observasi
Menurut Faisal (2005:52) ”Observasi adalah penggunaan
pengamatan atau pengindraan langsung terhadap suatu benda, kondisi,
situasi, proses atau perilaku.”
Menurut Sangadji (2010:192) “Observasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan indera sehingga tidak hanya
dengan pengamatan menggunakan mata.”
Jadi observasi adalah pencatatan dan pengkodean serangkaian
perilaku dan suasana yang berkenaan dengan orang-orang yang ada
dalam suatu tempat sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu yang diamati
langsung.
50
b. Test
Menurut Sangadji, dkk (2010:191) “Test merupakan teknik untuk
mengumpulkan data yang digunakan dalam melakukan evaluasi, yaitu
membedakan antara kondisi awal dengan kondisi sesudahnya.”
Menurut Sudjana (2011:35), “Test sebagai alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mendapatkan jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (test
lisan), dalam bentuk tulisan (test tertulis), atau dalam bentuk perbuatan
(test tindakan).”
Arikunto (Lelie, 2010:40), mengemukakan pengertian test sebagai
berikut:
Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengatur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode test dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur ketercapaian/ prestasi belajar seseorang setelah dilakukan perlakuan. Test adalah cara yang dapat digunakan atau prosedur yang
ditempuh untuk pengukuran yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh peserta
didik, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut yang dapat dihasilkan skor yang melambangkan tingkah laku
atau hasil belajar peserta didik lainnya, atau dibandingkan dengan skor
standar tertentu.
51
Bentuk test yang digunakan dalam penelitian ini adalah test
tertulis, dalam bentuk test essay (test uraian). Pelaksanaan
pengumpulan data menggunakan test dilakukan dengan dua tahap yaitu
pretest (test sebelum memberikan materi) dan postest (test sesudah
memberikan materi) yang menggunakan teknik batang napier.
1) Test awal (Pretest)
Sudijono (2007:40) mengemukakan pengertian test awal
sebagai berikut:
Test awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi test awal adalah test yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik.
Test awal (pretest) dilaksanakan dengan tujuan mengetahui
sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang diajarkan telah
dikuasai oleh peserta didik dan untuk menyamakan tingkat
pemahaman serta penguasaan peserta didik terhadap materi dengan
permulaan yang sama sebelum diberikan perlakuan. Jadi test awal
adalah test yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan
kepada peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, maka Peneliti melakukan test awal
kepada 23 peserta didik kelas VA berupa soal uraian untuk
menyelesaikan soal-soal tentang operasi hitung perkalian bilangan
cacah.
52
2) Test akhir (postest)
Sudijono (2007:41) mengemukakan pengertian test akhir
sebagai berikut :
Test akhir adalah test yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Isi atau materi test ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting yang telah diajarkan kepada para peserta didik, dan biasanya naskah test akhir ini dibuat sama dengan naskah test awal. Berdasarkan pendapat di atas, maka Peneliti memberikan test
kepada peserta didik secara tertulis dan soalnya sama dengan soal
test awal. Pemberian test ini untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berhitung perkalian setelah penerapan teknik dan
model pembelajaran.
Materi yang digunakan untuk menyusunan test ini adalah soal-
soal perkalian bilangan cacah.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk penyusunan butir soal
adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan kisi-kisi butir soal yang mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matematika dan
sesusi dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2) Menyusun butir soal test dan pemedoman penskoran
3) Menganalisis validitas butir soal.
53
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah observasi langsung dan partisipatif. Observasi langsung (direct
observation) adalah suatu pengamatan pada kegiatan yang dilakukan
tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti.
Observasi dilakukan di SDN 4 palangka untuk mengetahui persiapan,
perhatian, keaktifan, dan keterampilan berhitung Matematika peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
teknik batang napier. Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh dua
orang Observer dengan mengisi lembar observasi yang telah di susun
sebelumnya. Pengisian lembar observasi ini dilakukan dengan cara
memberikan tanda cek (√) pada kolom jawaban lembar observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini ada dua macam yaitu :
1) Lembar Observasi Guru
Observasi dilakukan pada guru mengenai kinerja dan
kemampuan guru dalam mengkondisikan kelas dan mengatur
pembelajaran dengan menyenangkan. Dilakukan pada saat
pembelajaran berlangsung, yang mempunyai tujuan untuk
memantau kinerja guru serta mengukur kualitas proses kegiatan
belajar mengajar. Sehingga hasilnya akan tampak kekurangan dan
kelebihan guru dalam menerapkan rencana pembalajaran yang telah
dibuat. Adapun yang diamati dalam lembar observasi guru ini
54
adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menunjang hasil
belajar Matematika dengan menggunakan teknik batang napier.
Tabel 2 Kisi-kisi observasi terhadap aktivitas guru
No. Aktivitas yang diamati Skor
1 2 3 4
Aktivitas Guru
1. Apersepsi dalam pembelajaran
2. Guru dapat menarik perhatian peserta didik
untuk belajar Matematika.
3. Guru memberikan motivasi belajar perkalian
pada peserta didik.
4. Guru memberikan rangsangan positif kepada
peserta didik tentang materi perkalian
5. Penguasaan materi dan penguasaan teknik
batang napier oleh guru
6. Guru menjelaskan materi dengan jelas dan
urut (siatematis)
7. Guru menyampaikan materi dengan media
yang sesuai.
8. Guru membuka interaksi dengan melakukan
tanya jawab
9. Kemampuan guru menguasai kelas dan
mengondisikan kelas.
10. Kemampuan guru membuat suasana belajar
lebih menyenangkan dan menantang
11. Guru dapat melakukan komunikasi interaktif
kepada peserta didik
12.
Guru memberikan contoh-contoh soal untuk
melatih keterampilan peserta didik dalam
penggunaan teknik batang napier.
13. Kemampuan guru mengaktifkan peserta didik
dalam pembelajaran Matematika.
14. Pembinaan peserta didik selama proses
pembelajaran
15.
Pemberian kesempatan kepada peserta didik
untuk mengerjakan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan materi
55
No. Aktivitas yang diamati Skor
Aktivitas Guru 1 2 3 4
16. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya selama proses pembelajaran
17. Guru melaksanakan penilaian evaluasi belajar
18. Guru memberikan penguatan kepada peserta
didik tentang materi yang telah diberikan
19. Guru membimbing peserta didik
menyimpulkan materi pembelajaran
20. Guru menutup pelajaran
Jumlah
Rata-Rata
Kategori
Keterangan : Dengan kriteria rata-rata: Skor :1. Kurang baik 4 : Sangat baik
2.Cukup baik 3-3,9 : Baik 3.Baik 2-2,9 : Cukup 4.Sangat baik 1-1,9 : Kurang
2) Lembar Observasi Peserta Didik
Obeservasi ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas peserta
didik selama mengikuti pembelajaran Matematika didalam kelas
dengan menggunakan teknik berhitung batang napier.
Pengisian lembar observasi ini dilakukan dengan cara
memberikan tanda cek (√) pada kolom jawaban lembar observasi.
Pada instrument pengumpulan data dengan menggunakan
observasi, maka disusunlah kisi-kisi observasi sebagai berikut :
Tabel 3 Kisi-kisi observasi terhadap aktivitas Peserta didik
No. Aktivitas yang diamati Skor
1 2 3 4 Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik masuk kelas tepat waktu
2. Peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran Matematika
56
No. Aktivitas yang diamati
Skor
Aktivitas Peserta Didik 1 2 3 4
3. Peserta didik membawa buku dan alat tulis
4. Peserta didik bersikap antusias saat pembelajaran Matematika dimulai
5. Peserta didik respon terhadap pertanyaan guru
6. Peserta didik memperhatikan guru ketika menjelaskan penggunaan teknik batang napier.
7. Peserta didik merespon positif penjelasan guru
8. Peserta didik tanggap terhadap penjelasan guru
9. Peserta didik aktif bertanya tentang materi yang disampaikan guru
10. Suasana belajar peserta didik yang kondusif
11. Peserta didik mampu menerapkan teknik batang napier dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian
12. Peserta didik terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan
13. Peserta didik antusias untuk menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru
14. Peserta didik berani maju kedepan menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru
15. Peserta didik mampu menyelesaikan soal perkalian dengan tepat dan cepat
16. Peserta didik menunjukan proses yang efisien dalam menyelesaikan soal-soal.
17. Peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan dengan menggunakan teknik teknik batang napier sesuai perintah.
18.
Peserta didik menunjukan antusiasme/ minat terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik teknik batang napier dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian
19. Peserta didik tepat waktu dalam menyelesaikan soal-soal.
20. Peserta didik dapat meyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Jumlah Rata-rata Kategori
57
Keterangan Skor Dengan kriteria rata-rata: 1. Kurang baik 4 : Sangat baik 2. Cukup baik 3-3,9 : Bai 3. Baik 2-2,9 : Cukup 4. Sangat baik 1-1,9 : Kurang
b. Test
Untuk instrumen pengumpulan data dengan menggunakan test,
disusun berdasarkan kisi-kisi, sebagai berkut:
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata pelajaran : Matematika
Materi pokok : Perkalian Bilangan Cacah
Kelas/ Semester : VA/ 2 (dua)
Jumlah soal : 10 butir soal
Bentuk soal : Test tertulis ( Soal Uraian)
Waktu : 35 menit
Tabel 4 Kisi-kisi instrumen test awal dan test akhir
No. Kompetensi Dasar Indikator Butir soal
1. Melakukan Operasi
Perkalian dan pembagian
1. Menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan
tiga angka dengan
bilangan dua angka
2. Menyelesaikan operasi
hitung perkalian bilangan
tiga angka dengan
bilangan tiga angka
1,3,4,6,8
2,5,7,9,10
3. Uji Instrumen
Menurut Sudijono (2007:164) “Validitas isi dari suatu test hasil belajar
adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan atau
pengujian terhadap isi yang terkandung dalam test hasil belajar.”
58
Jadi validitas isi adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat
ketepatan antara materi yang akan diukur dengan materi yang seharusnya
diukur.
Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas isi jika butir-butir
pernyataan dalam instrumen itu memiliki kesesuaian dengan indikator
variabel. Validitas isi ini merupakan pengujian item soal yang valid dan
tidak valid, untuk mengetahui soal tersebut valid atau tidak valid maka
dalam validitas ini diuji oleh dosen dan guru mata pelajaran sebagai
validator ahli. Validator ahli adalah seseorang yang berkompeten di
bidangnya yang mengerti tentang mata pelajaran yang akan diujikan dan
mengetahui penyusunan evaluasi yang sesuai dengan tujuan yang akan di
capai. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai validator adalah
seorang dosen Matematika dan seorang guru Matematika. Soal yang valid
akan digunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian
G. Teknik Analisis Data
Data mentah yang telah dikumpulkan oleh Peneliti tidak akan ada gunanya
jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam
penelitian ilmiah, karena dengan analisis dapat diberi arti dan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan
masalah adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
59
1. Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan baik dari
observasi guru dan observasi peserta didik. Untuk mengetahui aktivitas
guru dan peserta didik maka digunakan rumus persentase sebagai berikut :
Rumus : P = �
� x 100%
Keterangan : menurut Sudijono (Lelie, 2009:44)
P : Angka persentase yang diharapkan
F : Frekuensi aktivitas yang dilakukan responden
N : Jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan responden
100% : Bilangan tetap
Dengan kriteria :
86% - 100% : amat tercapai
76% - 85% : tercapai
60% - 75% : cukup tercapai
55% - 59% : kurang tercapai
≤ 54% : amat kurang tercapai
2. Kualitatif
Data kuantitatif berasal dari pretest yang dilakukan diawal pertemuan
dan postest yang dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar.
Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu :
a. Ketuntasan Individu
Untuk menghitung skor ketuntasan belajar individu digunakan
rumus sebagai berikut:
Skor Perolehan P = X 100 %
Skor Maksimal
Keterangan : menurut Purwanto (Lelie, 2009:44)
60
P : Ketuntasan Individu
Pencapaian skor individu jika lebih dari 65 dinyatakan tuntas,
sebaliknya jika pencapaian skor kurang dari 65 dinyatakan tidak
tuntas. Hal ini sesuai dengan standar ketuntasan minimal yang telah
ditetapkan di SDN 4 PALANGKA untuk mata pelajaran matematika
yaitu dengan KKM 65.
b. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan belajar klasikal peserta didik digunakan rumus sebagai
berikut :
TB = ∑����
� × 100 %
Keterangan : menurut Purwanto (Lelie,2009:44)
∑ S ≥ 65 : Jumlah peserta didik yang mendapat nilai lebih besar
atau sama dengan 65
n : Banyaknya peserta didik
100% : Bilangan tetap
TB : Ketuntasan Belajar
Dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu sebagai berikut :
80 – 100 : Sangat tercapai
60 – 79 : Tercapai
50 – 69 : Cukup Tercapai
0 – 49 : Sangat Kurang Tercapai
Untuk mengetahui peningkatan pembelajaran dengan
menggunakan teknik batang napier dapat diketahui dengan
menggunakan rumus normalitas-gain (n-Gain). Jadi perhitungan
tersebut diperoleh dari nilai pretest dan postest. Sebagaimana yang
61
diungkapkan oleh Hake (1998:2 dalam Imaza: 24 juni 2014) bahwa
dengan mendapatkan nilai rata-rata gain yang ternormalisasi maka
secara kasar akan mengukur efektifitas suatu pembelajaran dalam
pemahaman konseptual. Berikut ini adalah rumus gain ternormalisasi
(Meltzer,2002)
g = ���������
����������
Keterangan :
g = Indeks Gain
���� = Skor pretest
���� = Skor postest
����� = Skor maksimal
Kriteria tingkat gain menurut klasifikasi Meltzer (2002)(24 Juni 2014)
yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 5 Kriteria Tingkat Gain
G Keterangan g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah
H. Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Aktivitas Pembelajaran
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi indikator proses
yang ditandai oleh keaktifan peserta didik dan guru dalam proses
62
pembelajaran dan terlaksananya pembelajaran sesuai dengan rencana pada
tahap-tahap pembelajaran tercapai dengan menggunakan teknik batang
napier.
Peningkatan aktivitas peserta didik dan guru pada penelitian ini
ditentukan dari hasil observasi selama pembelajaran. Berdasarkan lembar
observasi peserta didik dan guru tersebut jumlah skor minimal adalah 20
dan jumlah skor maksimal adalah 80. Aktivitas peserta didik dan guru
dikatakan meningkat jika total skor aktivitas dalam pembelajaran
mencapai jumlah ≥ 60 atau dengan rata-rata aktivitas minimal tiga yang
termasuk dalam kategori baik, dan secara klasikal mencapai 85% dari
jumlah seluruh aktivitas peserta didik dan guru.
2. Hasil Belajar Peserta didik
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar yang ditetapkan oleh
pihak sekolah SDN 4 Palangka untuk mata pelajaran Matematika adalah
65. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukan dengan
perolehan nilai peserta didik di atas nilai KKM yaitu 65.
Hasil yang diperoleh dari nilai postest mencerminkan kemampuan
peserta didik untuk menyelesaikan operasi hitung perkalian dengan teknik
batang napier. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar
peserta didik mencapai nilai ketuntasan individual ≥ 65 dan secara klasikal
terdapat 85 % peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 65.
63
I. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian Tindakan Kelas di kelas VA SDN 4 Palangka
tahun pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Jadwal Penelitian
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A. Tahap Persiapan
1. Observasi Awal x x
2. Identifikasi Masalah x x
2. Penyusunan Proposal x x x
3. Seminar Proposal x
4. Revisi Proposal x x
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pembimbingan x x x x x x x x x x x x
2. Pelaksanaan Penelitian x x
3. Manganalisis data x x x x
C. Pelaporan Hasil Penelitian
1. Penyusunan Skripsi x x x x x
2. Ujian Skripsi
x
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Pra Tindakan (Data Awal)
Sebelum melakukan melakukan siklus I penelitian ini diawali dengan
pengambilan data awal atau data pra tindakan. Data pra tindakan terdiri
dari data hasil observasi pra tindakan dan test pra tindakan. Data pra
tindakan ini berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap materi operasi hitung perkalian sebelum Peneliti memberikan
tindakan atau memulai penelitian tindakan kelas. Data pra tindakan
tersebut di jelaskan sebagai berikut :
a. Deskripsi Data Observasi Pra Tindakan.
Data observasi ini diperoleh dari mengamati proses pembelajaran
sehari-hari peserta didik di kelas pada pembelajaran Matematika. Dari
hasil pengamatan Peneliti ketika guru kelas melakukan kegiatan
pembelajaran dapat dilihat aktivitas peserta didik sebagai berikut :
1) Ada peserta didik yang kurang memperhatikan penjelasan guru.
2) Ada peserta didik yang asik bermain dan berbicara dengan teman
sebangku.
3) Pembelajaran tidak menggunakan media
4) Peserta didik tidak banyak bertanya.
5) Pembelajaran yang dilakukan cenderung berpusat pada guru.
6) Peserta didik tidak aktif dalam pembelajaran.
65
7) Sebagian besar peserta didik yang belum mencapai KKM.
8) Hasil belajar Matematika peserta didik terutama pada operasi
hitung perkalian belum memuaskan.
b. Deskripsi Data Test Pra Tindakan.
Test pra tindakan (pretest) diperoleh dari hasil pretest kepada
peserta didik, pretest di lakukan dengan memberikan soal uraian
sebanyak 10 butir soal jumlah peserta didik yang mengikuti pretest
sebanyak 22 orang karena yang satu orang peserta didik tidak hadir.
Test pra tindakan bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
peserta didik dalam materi yang akan dijadikan topik pembelajaran
sebelum penelitian tindakan kelas di laksanakan.
Tabel 7 Data Pretest Sebelum Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan
No. Nama Peserta didik Nilai
Pretest
Ketuntasan
Tuntas (T) Tidak Tuntas (TT)
1. A 70 T
2. B 70 T
3. C 65 T
4. D 65 T
5. E 60 TT
6. F 55 TT
7. G 50 TT
8. H 50 TT
9. I 50 TT
10. J 45 TT
11. K 40 TT
12. L 35 TT
13. M 30 TT
14. N 25 TT
15. O 35 TT
16. P 30 TT
17. Q 30 TT
18. R 30 TT
19. S 20 TT
20. T 25 TT
66
No. Nama Peserta didik Nilai
Pretest
Ketuntasan
Tuntas (T) Tidak Tuntas (TT)
21. U 25 TT
22. V 15 TT
Jumlah nilai 920
Rata-rata 41,82
Nilai Maksimum 70
Nilai Minimum 15
Ketuntasan Klasikal 18 %
Jumlah Peserta Didik 22
Keterangan :
Rata-rata = �����������
������������������
= 920
22= 41,82
TB =∑ �≥65
� x 100 %
= 4
22 x 100 %
= 18 %
Berdasarkan tabel hasil pretest tersebut terlihat nilai hasil belajar
peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka dengan rata-rata 41,82 dan
ketuntasan secara klasikal sebesar 18 % yang termasuk dalam kriteria
sangat kurang tercapai, dari data dan perhitungan tersebut diketahui
bahwa peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM adalah
sebanyak 18 % atau 4 orang peserta didik, ketuntasan belajar pada test
awal belum mencapai indicator ketuntasan bealajar yang telah
ditentukan yaitu 85% sehingga dalam test pra tindakan ini tingkat
ketercapaian keberhasilan pembelajaran belum memenuhi syarat
ketuntasan belajar secara klasikal.
67
Data pretest di atas menunjukan tingkat kemampuan peserta didik
sebelum dilakukan tindakan, sebagai berikut :
1) Dari 22 peserta didik, tidak ada peserta didik yang memperoleh
nilai 90- 100
2) Dari 22 peserta didik, tidak ada peserta didik yang memperoleh
nilai 80- 89
3) Dari 22 peserta didik, ada dua peserta didik yang memperoleh nilai
70- 79
4) Dari 22 peserta didik, ada tiga peserta didik yang memperoleh nilai
60- 69
5) Dari 23 peserta didik, ada 17 peserta didik yang memperoleh nilai
0 - 59
6) Perolehan nilai maksimum peserta didik adalah 70
7) Perolehan nilai minimum peserta didik adalah 15
8) Perolehan rata-rata kelas dari 22 peserta didik dalam menjawab
soal pretest adalah 41,82
Dari data pretest tersebut peneliti berkesimpulan bahwa pada
umumnya peserta didik masih kurang memahami cara menyelesaikan
operasi perkalian yang melibatkan bilangan tiga angka sehingga
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pengerjaan soal operasi
hitung perkalian yaitu masih banyak kesalahan dalam meletakan hasil
perkalian. Oleh sebab itu peneliti ingin menerapkan suatu teknik
berhitung yang lebih sederhana yaitu teknik batang napier dalam
68
menyelesaikan soal-soal perkalian yang melibatkan bilangan-bilangan
besar. Nilai test pra tindakan (pretest) selanjutnya dijadikan sebagai
nilai dasar untuk menghitung peningkatan hasil belajar peserta didik
pada siklus I.
2. Deskripsi Data Siklus I
Setelah melakukan test pra tindakan (pretest) maka Peneliti menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus I. Rencana penelitian
tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I ini diantaranya:
a. Perencanaan
Pada siklus I ini Peneliti akan memberikan pembelajaran
Matematika dengan materi operasi hitung perkalian dengan
menggunakan teknik batang napier. Sebelumnya Peneliti melakukan
persiapan-persiapan yang diperlukan diantaranya membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan
pembelajaran, materi dan alokasi waktu. Tujuan pembelajaran yang
akan dicapai yaitu peserta didik dapat menyelesaikan soal-soal
perkalian bilangan dua angka dan bilangan tiga angka dengan tepat.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini telah di konsultasikan kepada
guru kelas dan dosen pembimbing sebelumnya. Setelah menyusun
RPP, Peneliti mempersiapkan bahan ajar dan media pembelajaran yang
akan digunakan sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar,
media yang telah dipersiapkan adalah batang napier , diharapkan
69
dengan penggunaan media batang napier akan membantu peserta didik
untuk memahami teknik batang napier.
Peneliti juga harus mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru
dan peserta didik, Peneliti meminta bantuan dua orang guru sebagai
Observer yang mengamati aktivitas guru dan peserta didik selama
proses pembelajaran serta Peneliti juga mempersiapkan soal postest
siklus I.
b. Tindakan
Pada penelitian ini siklus I dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2014,
Pukul 07.00 – 08.45 WIB yang diikuti oleh 23 peserta didik.
Pelaksanaan tindakan siklus I berdasarkan RPP yang telah disusun
dalam tahap perencanaan. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai
guru mata pelajaran Matematika dan dibantu oleh dua orang guru yang
bertindak sebagai Observer. Berdasarkan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun, maka pembelajaran pada penelitian
ini melalui tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir.
1) Kegiatan awal
Pada kegiatan ini guru mengadakan apersepsi dengan
mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah
didapat peserta didik sebelumnya yang berkaitan dengan operasi
hitung perkalian yaitu dengan menunjukan tabel perkalian dan guru
meminta peserta didik mengisi bagian-bagian yang kosong dalam
70
tabel perkalian tersebut dan menanyakan hasil perkalian yang
melibatkan bilangan tiga angka. Kemudian guru
menghubungkannya dengan materi yang akan diajarkan, yaitu
menyelesaikan operasi hitung perkalian yang melibatkan bilangan
lebih dari tiga angka dengan menggunakan teknik batang napier.
Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pertemuan ini.
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti dibagi dalam tiga tahap yaitu:
a) Eksporasi
Pada tahap ini guru menjelaskan pengertian, bagian-bagian
batang napier dengan menunjukan alat peraga batang napier.
Guru menunjukan cara menyelesaikan suatu operasi hitung
dengan menggunakan alat peraga batang napier. Guru juga
menunjukan langkah-langkah penggunaan teknik batang napier
secara urut dalam menyelesaikan suatu operasi hitung perkalian
dengan memberikan contoh-contoh soal yang dikerjakan
dengan menggunakan teknik batang napier.
b) Elaborasi
Pada tahap ini guru lebih mengaktifkan peserta didik dengan
memberikan beberapa soal-soal perkalian dan meminta peserta
didik menyelesaikan beberapa soal operasi hitung perkalian
71
dengan menggunakan teknik batang napier di depan kelas dan
mengoreksi jawaban teman secara bersama-sama dan guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk
membenarkan jika jawaban temannya salah, sehingga peserta
didik mengetahui letak kesalahannya, sedangkan peserta didik
yang tidak berkesempatan maju kedepan dapat mengerkerjakan
dibuku masing-masing.
c) Konfirmasi
Pada tahap ini guru bertanya jawab tentang kesulitan yang
dihadapi peserta didik dalam menyelesaikan operasi hitung
perkalian dengan menggunakan teknik batang napier dan
memberikan penguatan materi. Tahap ini diakhiri dengan
memberikan evaluasi berupa test yang harus dikerjakan peserta
didik dan dikumpulkan dalam waktu yang telah di tentukan.
Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat
keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan dalam tindakan
siklus I.
3) Kegiatan Akhir
Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi
yang telah diterima peserta didik dan guru memberikan nasehat-
nasehat untuk lebih banyak belajar dan berlatih berhitung perkalian
dan menutup pelajaran
72
c. Pengamatan (Observasi)
1) Observasi Aktivitas Peserta Didik
Pada tahap ini Peneliti meminta bantuan dua orang guru yang
bertindak sebagai Observer yaitu Ibu Paridah, S.Pd dan Ibu Tety K.
Kalawa, S.Pd, Observer mengamati jalannya pembelajaran dari
awal sampai akhir dan hasil pengamatan tersebut di tuliskan pada
lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Berdasarkan
hasil observasi peserta didik pada siklus I diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Pada Siklus I
No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2
1 2 3 4 1 2 3 4
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik masuk kelas tepat waktu √ √
2. Peserta didik mempersiapkan diri untuk
mengikuti pelajaran Matematika √ √
3. Peserta didik membawa buku dan alat tulis √ √
4. Peserta didik bersikap antusias saat
pembelajaran Matematika perkalian dimulai √ √
5. Peserta didik respon terhadap pertanyaan guru √ √
6.
Peserta didik memperhatikan guru ketika
menjelaskan penggunaan teknik batang
napier.
√ √
7. Peserta didik merespon positif penjelasan
guru √ √
8. Peserta didik tanggap terhadap penjelasan
guru √ √
9. Peserta didik aktif bertanya tentang materi
yang disampaikan guru √ √
73
No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2
Aktivitas Peserta Didik 1 2 3 4 1 2 3 4
10. Suasana belajar peserta didik yang kondusif √ √
11.
Peserta didik mampu menerapkan teknik
batang napier dalam menyelesaikan operasi
hitung perkalian
√ √
12. Peserta didik terampil menyelesaikan soal-
soal yang diberikan √ √
13. Peserta didik antusias untuk menjawab soal-
soal yang diberikan oleh guru √ √
14. Peserta didik berani maju kedepan
menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru √ √
15. Peserta didik mampu menyelesaikan soal
perkalian dengan tepat dan cepat √ √
16. Peserta didik menunjukan proses yang efisien
dalam menyelesaikan soal-soal. √ √
17.
Peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan
dengan menggunakan teknik teknik batang
napier sesuai perintah.
√ √
18.
Peserta didik menunjukan antusiasme/ minat
terhadap kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan teknik teknik batang napier
dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian
√ √
19. Peserta didik tepat waktu dalam
menyelesaikan soal-soal. √ √
20. Peserta didik dapat meyimpulkan materi yang
telah disampaikan. √ √
Jumlah 62 60
Rata-Rata 3.1 3
Kategori Baik Baik
Keterangan: Dengan kriteria rata-rata: P1 : Observer 1 ( Paridah, S.Pd) 4: Sangat baik P2 : Observer 2 (Tety S. Kalawa, S.Pd) 3-3,9 : Baik
2-2,9 : Cukup 1-1,9 : Kurang
74
Untuk mengetahui ketercapaian aktivitas peserta didik yang di
inginkan dalam penelitian siklus I ini maka peneliti melakukan
perhitungan sebagai berikut:
Jumlah skor aktivitas peserta didik = (���������� ���������)
�
= (�����)
�
= ���
�= 61
Rata-rata aktivitas peserta didik = (�����������������������)
�
= (�,���)
�
= �,�
� = 3,05
Persentase ketercapaian aktivitas peserta didik dengan
menggunakan rumus : P = �
� x 100%
P = (�����)/�
���� X 100 %
= ��
�� X 100 %
= 76 %
Keterangan :
P : Persentase aktivitas peserta didik yang diharapkan
F : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan peserta didik
N : Jumlah maksimal aktivitas yang dilakukan peserta didik
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah skor aktivitas
peserta didik dari Observer satu (P1) dan Observer dua (P2) yaitu
61 dengan rata-rata 3,05 yang termasuk dalam kategori baik dan
persentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran pada siklus I
yaitu 76% yang termasuk dalam kriteria tercapai. Hal ini terlihat
75
dari kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran dan
keterlibatan pesrta didik selama pembelajaran, peserta didik
antusias untuk menyelesaikan soal-soal perkalian dengan teknik
batang napier yang diberikan dan suasana belajar lebih
menyenangkan, karena dengan teknik batang napier peserta didik
dengan mudah menyelesaikan operasi hitung perkalian. peserta
didik menunjukan kategori yang baik.
Jadi berdasarkan tabel observasi dan perhitungan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa aktivitas peserta didik selama
pembelajaran pada siklus I sudah baik ini terlihat dari jumlah total
skor lebih dari 60 dan rata-rata skor adalah tiga tetapi untuk
persentase ketercapaian aktivitas yang diinginkan belum tercapai
karena indikator keberhasilan aktivitas peserta didik secara klasikal
yang telah ditentukan adalah 85%.
2) Observasi Aktivitas Guru
Aktivitas guru ini diamati oleh dua orang guru yang bertindak
sebagai Observer yaitu Ibu Paridah, S.Pd dan Ibu Tety K. Kalawa,
S.Pd yang mengamati proses pembelajaran dari awal sampai akhir
pelajaran dan mencatat hasil pengamatan pada lembar observasi
yang telah disusun sebelumnya. Berikut hasil pengamatan aktivitas
guru.
76
Tabel 9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I
No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2
1 2 3 4 1 2 3 4
Aktivitas Guru
1. Apersepsi dalam pembelajaran √ √
2. Guru dapat menarik perhatian peserta didik
untuk belajar Matematika. √ √
3. Guru memberikan motivasi belajar perkalian
pada peserta didik. √ √
4. Guru memberikan rangsangan positif kepada
peserta didik tentang materi perkalian √ √
5. Penguasaan materi dan penguasaan teknik
batang napier oleh guru √ √
6. Guru menjelaskan materi dengan jelas dan
urut (siatematis) √ √
7. Guru menyampaikan materi dengan media
yang sesuai. √ √
8. Guru membuka interaksi dengan melakukan
tanya jawab √ √
9. Kemampuan guru menguasai kelas dan
mengondisikan kelas. √ √
10. Kemampuan guru membuat suasana belajar
lebih menyenangkan dan menantang √ √
11. Guru dapat melakukan komunikasi interaktif
kepada peserta didik √ √
12. Guru memberikan contoh-contoh soal untuk melatih keterampilan peserta didik dalam penggunaan teknik batang napier.
√ √
13. Kemampuan guru mengaktifkan peserta didik
dalam pembelajaran Matematika. √ √
14. Membimbing peserta didik selama proses
pembelajaran √ √
15.
Pemberian kesempatan kepada peserta didik
untuk mengerjakan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan materi
√ √
16. Pemberian kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya selama proses pembelajaran √ √
17. Guru melaksanakan penilaian evaluasi belajar √ √
77
No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2
Aktivitas Guru 1 2 3 4 1 2 3 4
18. Guru memberikan penguatan kepada peserta
didik tentang materi yang telah diberikan √ √
19. Guru membimbing peserta didik
menyimpulkan materi pembelajaran √ √
20. Guru menutup pelajaran √ √
Jumlah 65 63
Rata-rata 3,25 3,15
Kategori Baik Baik
Keterangan: Dengan kriteria rata-rata: P1 : Observer 1 ( Paridah, S.Pd) 4 : Sangat baik P2 : Observer 2 (Tety S. Kalawa, S.Pd) 3-3,9 : Baik
2-2,9 : Cukup 1-1,9 : Kurang
Untuk mengetahui ketercapaian aktivitas guru yang di inginkan
dalam penelitian siklus I ini maka peneliti melakukan perhitungan
sebagai berikut:
Jumlah skor aktivitas guru = (���������� ���������)
�
= (�����)
�
= ���
�
= 64
Rata-rata aktivitas guru = (�����������������������)
�
= (�,����,��)
� =
6,4
2 = 3,2
Persentase ketercapaian aktivitas guru dengan menggunakan
rumus: P = �
� x 100%
P = (�����)/�
���� X 100 %
78
= ��
�� X 100 %
= 80 %
Keterangan :
P : Persentase aktivitas guru yang diharapkan
F : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan guru
N : Jumlah maksimal aktivitas yang dilakukan guru
Berdasarkan tabel observasi aktivitas guru di atas maka dapat
dilihat bahwa jumlah skor aktivitas guru dari Observer satu (P1)
dan Observer dua (P2) adalah 64 dengan rata-rata 3,2 yang
termasuk dalam kategori baik dan persentase aktivitas guru selama
pembelajaran pada siklus I yaitu 80 % yang termasuk dalam
kriteria tercapai. Hal ini terlihat dari penguasaan guru terhadap
bahan ajar sehingga guru dapat menyampaikan dan melaksanakan
pembelajaran dengan baik dan dapat diterima oleh peserta didik.
Jadi berdasarkan tabel observasi dan perhitungan di atas dapat
disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran sudah dalam
kategori baik dengan jumlah total skor lebih dari 60 dan rata-rata
skor lebih dari tiga tetapi untuk persentase ketercapaian aktivitas
yang diinginkan belum tercapai karena indikator keberhasilan
aktivitas guru secara klasikal yang telah ditentukan adalah adalah
85 %.
3) Hasil Belajar Siklus I
Data hasil belajar diperoleh dari nilai test yang dilakukan
setelah selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas
79
siklus I. Soal yang diberikan pada postest berjumlah 10 butir soal
yang berbentuk soal uraian. Kriteria nilai ketuntasan belajar pada
siklus I adalah sesuai dengan nilai KKM yang berlaku di SDN 4
Palangka yaitu lebih besar atau sama dengan 65 (≥ 65). Data hasil
belajar siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 10 Hasil Postest Pada Siklus I
No. Nama Peserta
didik
Nilai
postest I
Ketuntasan siklus I
Tuntas (T) Tidak Tuntas (TT)
1. A 82 T
2. B 84 T
3. C 82 T
4. D 84 T
5. E 97 T
6. F 100 T
7. G 91 T
8. H 100 T
9. I 85 T
10. J 73 T
11. K 61 TT
12. L 54 TT
13. M 88 T
14. N 85 T
15. O 91 T
16. P 58 TT
17. Q 57 TT
18. R 82 T
19. S 47 TT
20. T 77 T
21. U 51 TT
22. V 61 TT
23. W 47 TT Jumlah nilai 1737
Rata-rata 75,52
Nilai Maksimum 100
Nilai Minimum 47
Ketuntasan Klasikal 65%
Jumlah Peserta Didik 23
80
Rata-rata hasil belajar siklus I = �����������
������������������
= ����
��
= 75,52
Untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik secara
klasikal pada siklus I dengan cara menghitung persentase
ketuntasan belajar dengan indikator ketuntasan belajar yang di
tentukan yakni ≥ 65 , jadi :
TB =∑ �≥65
� x 100 %
= ��
��×100 %
= 65 %
Berdasarkan tabel hasil postest siklus I terlihat bahwa rata-rata
hasil belajar peserta didik adalah 75,52 dengan ketuntasan klasikal
65%. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik pada
siklus I belum tercapai karena dilihat dari ketuntasan belajar secara
klasikal belum memenuhi kriteria indikator ketercapaian hasil
belajar secara klasikal yaitu 85%.
Dari hasil postest pada tabel di atas menunjukan tingkat
kemampuan peserta didik pada saat penelitian tindakan kelas siklus
I yang secara rinci diuraikan sebagai berikut :
a) Dari 23 orang peserta didik, ada lima orang peserta didik yang
memperoleh nilai 90-100
b) Dari 23 orang peserta didik, ada delapan orang peserta didik
yang memperoleh nilai 80-89
81
c) Dari 23 orang peserta didik, ada dua orang peserta didik yang
memperoleh nilai 70-79
d) Dari 23 orang peserta didik, ada dua orang peserta didik yang
memperoleh nilai 60-69
e) Dari 23 orang peserta didik, ada enam orang peserta didik yang
memperoleh nilai 0-50
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dapat
dilihat dari nilai sebelum adanya tindakan (test pra tindakan) dan
sesudah adanya tindakan siklus I. Agar lebih jelas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Postest Pada Siklus I
No. Nama Peserta didik Nilai
pretest
Nilai
Postest
siklus I
Ketuntasan siklus I
Tuntas
(T)
Tidak Tuntas
(TT)
1. A 70 82 T
2. B 70 84 T
3. C 65 82 T
4. D 65 84 T
5. E 60 97 T
6. F 55 100 T
7. G 50 91 T
8. H 50 100 T
9. I 50 85 T
10. J 45 73 T
11. K 40 61 TT
12. L 35 54 TT
13. M 30 88 T
14. N 25 85 T
15. O 35 91 T
16. P 30 58 TT
17. Q 30 57 TT
18. R 30 82 T
19. S 20 47 TT
20. T 25 77 T
21. U 25 51 TT
82
No. Nama Peserta didik Nilai
pretest
Nilai
Postest
siklus I
Ketuntasan siklus I
Tuntas
(T)
Tidak Tuntas
(TT)
22. V 15 61 TT
23. W 0 47 TT
Jumlah nilai 920 1737
Rata-rata 41.82 75,52
Nilai Maksimum 70 100
Nilai Minimum 15 47
Ketuntasan Klasikal 18 % 65%
Jumlah Peserta Didik 22 23
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dapat digunakan
rumus N-Gain, yaitu
N-Gain Siklus I ( g )= ���������
����������
= ��,�����,��
������,��
= ��,�
��,��
= 0,57 (Sedang)
Berdasarkan hasil test yang dilakukan oleh Peneliti setelah
siklus I (postest) ternyata ada peningkatan hasil belajar
dibandingkan hasil test yang dilakukan peneliti sebelum di berikan
tindakan (test pra tindakan). Hasil test pra tindakan (pretest)
menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar adalah 41,82 dan
persentase peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah
sebesar 18 %, setelah dilakukan siklus I diketahui nilai rata-rata
hasil belajar adalah 75,52 dan persentase peserta didik yang
memperoleh nilai ≥ 65 yaitu sebesar 65 %, dan N-Gain pada siklus
I sebesar 0,57 yang termasuk dalam kategori sedang.
83
d. Refleksi
Pada tahap ini Peneliti dan dua orang Observer melakukan evaluasi
dan berdiskusi membahas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Observer dan hasil
belajar yang diperoleh dari nilai postest. Berdasarkan hasil test dan
observasi yang telah di evaluasi maka diperoleh:
1) Nilai rata-rata hasil belajar sebelum dilakukan tindakan adalah
41,82 dan setelah siklus I dilaksanakan rata-rata hasil belajar
adalah 75,52 dari hasil tersebut terlihat adanya peningkatan rata-
rata hasil belajar yang signifikan.
2) Setelah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I
terdapat 65 % atau sekitar 15 orang peserta didik dari jumlah 23
orang peserta didik yang telah tuntas.
3) Berdasarkan perhitungan N-Gain terjadi peningkatan hasil belajar
sebesar 0,57 yang termasuk dalam kategori sedang.
4) Aktivitas guru dan peserta didik menunjukan adanya perbaikan ini
terlihat dari rata-rata aktivitas guru dan peserta didik yang
termasuk dalam ketegori baik serta persentase aktivitas yang
berlangsung selama pembelajaran termasuk dalam kategori
tercapai.
Dari hasil pengamatan Observer terhadap pelaksanaan siklus I ini
peneliti juga menemui berberapa kekurangan dan hambatan
diantaranya :
84
1) Guru kurang dapat membuat peserta didik aktif bertanya dalam
pembelajaran.
2) Guru kurang dapat memberikan rangsangan (tantangan) kepada
peserta didik dalam pembelajaran
3) Masih ada peserta didik yang ragu-ragu untuk menanyakan hal-hal
yang dianggap belum jelas baginya.
4) Ada beberapa peserta didik belum terampil dalam menggunakan
teknik batang napier dalam menyelesaikan soal-soal perkalian.
Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi di atas dan mengacu
kepada indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka disimpulkan
bahwa pembelajaran pada siklus I ini masih belum berhasil. Dengan
melihat kekurangan-kekurangan yang ada serta hasil observasi dan test
siklus I yang belum mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan maka materi ini perlu diulang pada tindakan siklus II
dengan beberapa penyempurnaan sebagai berikut:
1) Membangkitkan interaksi antar peserta didik dalam menyelesaikan
soal-soal perkalian dengan menggunakan teknik batang napier.
2) Pada proses pembelajaran diselingi dengan permainan dan diskusi
agar suasana kelas lebih menyenangkan.
3) Guru memberikan penghargaan bagi peserta didik yang dapat
menyelesaikan soal-soal perkalian di papan tulis dengan benar.
85
4) Guru lebih banyak memberikan contoh-contoh soal dan lebih
banyak mengajak peserta didik untuk berpartisipasi dalam
menyelesaikan soal-soal perkalian dengan teknik batang napier.
5) Guru memberikan bimbingan kepada peserta didik yang masih
menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal perkalian
dengan menggunakan teknik batang napier.
3. Deskripsi Data Siklus II
Setelah dilakukan siklus I dan berdasarkan refleksi yang dilakukan
Peneliti maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Tujuan siklus II ini
adalah untuk lebih meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik
dalam materi operasi hitung perkalian, aktivitas peserta didik dan guru
dalam pembelajaran Matematika. Pada tindakan siklus II ini, tindakan
pembelajaran direncanakan masih menyajikan materi operasi hitung
perkalian dengan menggunakan teknik batang napier. Kegiatan yang
dilakukan pada tindakan siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan diuraikan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka dibuat kembali
perencanaan yang lebih baik sehingga penelitian ini dapat berjalan
lancar sesuai dengan harapan yang ingin dicapai yaitu peningkatan
aktivitas pembelajaran dan hasil belajar Matematika Peserta didik
dengan menggunkan teknik batang napier.
86
Sebelumnya melakukan tindakan siklus II Peneliti melakukan
persiapan-persiapan yang diperlukan diantaranya membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan penyempurnaan dari RPP
siklus I dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi yang sama dengan siklus I,
hanya saja ada penambahan dan perbaikan pada kegiatan awal yaitu
pada tahap apersepsi dan pada kegiatan inti pembelajaran. Pada
apersepsi peneliti menanyakan kembali penjelasan tentang bagian-
bagian batang napier dan langkah-langkah teknik batang napier
dengan cara melakukan permainan dengan tujuan membuat suasana
belajar lebih santai, tidak bosan dan menyenangkan selain itu dapat
meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ini telah di konsultasikan kepada guru kelas sebelumnya.
Selain RPP, Peneliti juga harus mempersiapkan lembar observasi
aktivitas guru dan peserta didik, Peneliti meminta bantuan dua orang
guru sebagai observer yang mengamati aktivitas guru dan peserta didik
selama proses pembelajaran dan Peneliti juga mempersiapkan soal
postest siklus II.
b. Tindakan
Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 12 Mei 2014 pukul 07.00-
08.45 WIB yang diikuti oleh 23 peserta didik. Pada siklus II ini
Peneliti bertindak sebagai guru mata pelajaran Matematika sebagai
pemberi tindakan dan Peneliti dibantu oleh dua orang guru sebagai
87
Observer yang mengamati jalannya proses pembelajaran. Materi yang
disajikan pada siklus II ini masih sama dengan materi siklus I hanya
saja pada siklus II ini lebih mematangkan kemampuan peserta didik
dalam menggunakan teknik batang napier dalam menyelesaikan soal-
soal operasi hitung perkalian. Sama dengan siklus I tindakan pada
siklus II ini terdiri dari :
1) Kegiatan awal
Pada kegiatan awal ini guru memberikan apersepsi, yaitu
menanyakan kembali materi sebelumnya yang berkaitan dengan
penggunaan teknik batang napier yaitu menanyakan bagian-bagian
batang napier, dan menanyakan langkah-langkah penggunaan
teknik batang napier dalam suatu perhitungan perkalian. Dalam
pelaksanaan apersepsi ini guru menggunakan sebuah permainan
yang membangkitkan konsentrasi belajar dan memunculkan situasi
kelas yang lebih menyenangkan bagi peserta didik untuk terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dibagi dalam bebrapa tahap yaitu
a) Eksplorasi
Pada tahap ini guru menyajikan soal-soal perkalian yang
melibatkan bilangan tiga angka dan meminta keterlibatan
peserta didik untuk menyelesaikannya. Guru juga memberikan
umpan balik yang dapat menumbuhkan suatu interaksi tanya
88
jawab atau diskusi antar peserta didik pada situasi ini guru
sebagai perantara, hal ini bertujuan agar peserta didik berani
mengutarakan jawabannya
b) Elaborasi
Pada tahap ini guru lebih banyak melibatkan peserta didik
dalam pembelajaran dan membangkitkan interaksi antar peserta
didik dengan lebih banyak menyelesaikan soal-soal perkalian.
Guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan soal-soal
tersebut di depan kelas kemudian hasilnya di diskusikan
kembali kepada peserta didik lainnya. Untuk membangkitkan
motivasi dan semangat peserta didik untuk berpartisipasi guru
memberikan penghargaan bagi peserta didik yang memiliki
keberanian untuk menyelesaikan soal operasi hitung di depan
kelas.
c) Konfirmasi
Pada tahap ini guru menyakan kesulitan yang masih
dihadapi peserta didik mengenai penggunaan teknik batang
napier untuk menyelesaikan suatu operasi hitung perkalian.
Pada tahap ini Peneliti memberikan evaluasi yaitu memberikan
soal postest yang isinya sama dengan soal evaluasi pada siklus
I yaitu soal uraian berjumlah 10 butir soal. Evaluasi
dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam tindakan siklus II
89
3) Kegiatan Akhir
Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi
yang telah diterima peserta didik dan guru memberikan nasehat-
nasehat untuk lebih banyak belajar dan berlatih berhitung perkalian
dan menutup pelajaran.
c. Pengamatan (Observasi)
1) Observasi Aktivitas Peserta Didik
Unuk mengetahui aktivitas peserta didik Peneliti meminta
bantuan dua orang guru yang bertindak sebagai Observer selama
proses pembelajaran berlangsung, yaitu bapak Dedy Ruswandi,
S.Pd dan Ibu Paridah, S.Pd. Observer mengamati jalannya
pembelajaran dari awal sampai akhir dan hasil pengamatan tersebut
di tuliskan pada lembar observasi yang telah disusun sebelumnya.
Berdasarkan hasil observasi peserta didik pada siklus II diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 12 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Pada Siklus II
No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2
1 2 3 4 1 2 3 4
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik masuk kelas tepat waktu √ √
2. Peserta didik mempersiapkan diri untuk
mengikuti pelajaran Matematika √ √
3. Peserta didik membawa buku dan alat tulis √ √
4. Peserta didik bersikap antusias saat
pembelajaran Matematika perkalian dimulai √ √
5. Peserta didik respon terhadap pertanyaan guru √ √
90
No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2
Aktivitas Peserta Didik 1 2 3 4 1 2 3 4
6.
Peserta didik memperhatikan guru ketika
menjelaskan penggunaan teknik batang
napier.
√ √
7. Peserta didik merespon positif penjelasan
guru √ √
8. Peserta didik tanggap terhadap penjelasan
guru √ √
9. Peserta didik aktif bertanya tentang materi
yang disampaikan guru √ √
10. Suasana belajar peserta didik yang kondusif √ √
11.
Peserta didik mampu menerapkan teknik
batang napier dalam menyelesaikan operasi
hitung perkalian
√ √
12. Peserta didik terampil menyelesaikan soal-
soal yang diberikan √ √
13. Peserta didik antusias untuk menjawab soal-
soal yang diberikan oleh guru √ √
14. Peserta didik berani maju kedepan
menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru √ √
15. Peserta didik mampu menyelesaikan soal
perkalian dengan tepat dan cepat √ √
16. Peserta didik menunjukan proses yang efisien
dalam menyelesaikan soal-soal. √ √
17.
Peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan
dengan menggunakan teknik teknik batang
napier sesuai perintah.
√ √
18.
Peserta didik menunjukan antusiasme/ minat
terhadap kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan teknik teknik batang napier
dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian
√ √
19. Peserta didik tepat waktu dalam
menyelesaikan soal-soal. √ √
20. Peserta didik dapat meyimpulkan materi yang
telah disampaikan. √ √
Jumlah 74 72
Rata-Rata 3,7 3,6
Kategori Baik Baik
91
Keterangan: Dengan kriteria rata-rata: P1 : Observer 1 4 : Sangat baik
( Paridah, S.Pd) 3-3,9 : Baik P2 : Observer 2 2-2,9 : Cukup
(Tety S. Kalawa, S.Pd) 1-1,9 : Kurang
Untuk mengetahui ketercapaian aktivitas peserta didik yang di
inginkan dalam penelitian siklus II ini maka peneliti melakukan
perhitungan sebagai berikut:
Jumlah skor aktivitas peserta didik = (���������� ���������)
�
= (�����)
�=
���
�= 73
Rata-rata aktivitas peserta didik = (�����������������������)
�
= (�,���,�)
� =
�.�
� = 3,65
Persentase aktivitas peserta didik dengan rumus : P = �
� x 100%
P = (�����)/�
���� X 100 %
= ��
�� X 100 %
= 91,25 %
Keterangan :
P : Persentase aktivitas peserta didik yang diharapkan
F : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan peserta didik
N : Jumlah maksimal aktivitas yang dilakukan peserta didik
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah skor aktivitas
peserta didik dari Observer satu (P1) dan Observer dua (P2) yaitu
73 dengan rata-rata 3,65 yang termasuk dalam kategori baik dan
persentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran pada siklus
II yaitu 91,25% yang termasuk dalam kriteria amat tercapai. Hal ini
92
terlihat peserta didik lebih aktif dan antusias selama proses
pembelajaran berlangsung yaitu peserta didik lebih aktif bertanya
dan aktif mengerjakan soal-soal di depan meningkat karena peserta
didik lebih percaya diri mengerjakan soal-soal didepan dengan
menggunakan teknik batang napier. Aktivitas peserta didik
menunjukan kategori yang baik.
Jadi berdasarkan tabel observasi dan perhitungan di atas
diketahui bahwa aktivitas peserta didik termasuk dalam kriteria
tercapai karena dilihat dari jumlah skor lebih dari 60 dan rata-rata
lebih dari tiga serta persentase ketercapaian secara klasikal telah
lebih dari 85%, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas peserta
didik selama pembelajaran pada siklus II meningkat lebih baik dan
dalam kriteria tercapai .
2) Observasi Aktivitas Guru
Aktivitas guru ini diamati oleh dua orang guru yang bertindak
sebagai Observer yaitu Bapak Dedy Ruswandy, S.Pd dan Ibu
Paridah, S.Pd yang mengamati proses pembelajaran dari awal
sampai akhir pelajaran dan mencatat hasil pengamatan pada lembar
observasi yang telah disusun sebelumnya. Berikut hasil
pengamatan aktivitas guru selama pembelajaran siklus II
93
Tabel 13 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II
No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2
1 2 3 4 1 2 3 4
Aktivitas Guru
1. Apersepsi dalam pembelajaran √ √
2. Guru dapat menarik perhatian peserta didik
untuk belajar Matematika. √ √
3. Guru memberikan motivasi belajar perkalian
pada peserta didik. √ √
4. Guru memberikan rangsangan positif kepada
peserta didik tentang materi perkalian √ √
5. Penguasaan materi dan penguasaan teknik
napier oleh guru √ √
6. Guru menjelaskan materi dengan jelas dan
urut (siatematis) √ √
7. Guru menyampaikan materi dengan media
yang sesuai. √ √
8. Guru membuka interaksi dengan melakukan
tanya jawab √ √
9. Kemampuan guru menguasai kelas dan
mengondisikan kelas. √ √
10. Kemampuan guru membuat suasana belajar
lebih menyenangkan dan menantang √ √
11. Guru dapat melakukan komunikasi interaktif
kepada peserta didik √ √
12 Guru memberikan contoh-contoh soal untuk melatih keterampilan peserta didik dalam penggunaan teknik batang napier.
√ √
13. Kemampuan guru mengaktifkan peserta didik
dalam pembelajaran Matematika. √ √
14. Pembinaan peserta didik selama proses
pembelajaran √ √
15.
Pemberian kesempatan kepada peserta didik
untuk mengerjakan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan materi
√ √
16. Pemberian kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya selama proses pembelajaran √ √
17. Guru melaksanakan penilaian evaluasi belajar √ √
94
No. Aktivitas yang diamati Skor P1 Skor P2
Aktivitas Guru 1 2 3 4 1 2 3 4
18. Guru memberikan penguatan kepada peserta
didik tentang materi yang telah diberikan √ √
19. Guru membimbing peserta didik
menyimpulkan materi pembelajaran √ √
20. Guru menutup pelajaran √ √
Jumlah 76 76
Rata-rata 3,8 3,8
Kategori Baik Baik
Keterangan: Dengan kriteria rata-rata: P1 : Observer 1 ( Paridah, S.Pd) 4 : Sangat baik P2 : Observer 2 (Tety S. Kalawa, S.Pd) 3-3,9 : Baik
2-2,9 : Cukup 1-1,9 : Kurang
Untuk mengetahui ketercapaian aktivitas guru yang di inginkan
dalam penelitian siklus II ini maka peneliti melakukan perhitungan
sebagai berikut:
Jumlah skor aktivitas guru = (���������� ���������)
�
= (�����)
�=
���
�= 76
Rata-rata aktivitas guru = (�����������������������)
�
= (�,���,�)
� =
�,�
� = 3,8
Persentase ketercapaian aktivitas guru dengan menggunakan
rumus: P = �
� x 100%
P = (�����)/�
���� X 100 %
= ��
�� X 100 %
= 95 %
95
Keterangan :
P : Persentase aktivitas guru yang diharapkan
F : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan guru
N : Jumlah maksimal aktivitas yang dilakukan guru
Berdasarkan tabel observasi aktivitas guru dan perhitungan di
atas maka dapat dilihat bahwa jumlah skor aktivitas guru dari
Observer satu (P1) dan Observer dua (P2) adalah 76 dengan rata-
rata 3,8 yang termasuk dalam kategori baik dan persentase
ketercapaian aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II
yaitu 95 % yang termasuk dalam kriteria amat tercapai.
Jadi berdasarkan tabel observasi dan perhitungan di atas
diketahui bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria tercapai
karena dilihat dari jumlah skor lebih dari 60 dan rata-rata lebih dari
tiga serta persentase ketercapaian secara klasikal telah lebih dari
85%, dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran
sudah dalam baik dan amat tercapai tercapai.
3) Hasil Belajar Siklus II
Data hasil belajar diperoleh dari nilai test yang dilakukan
setelah selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas
siklus II. Soal yang diberikan pada postest siklus II ini berjumlah
10 butir soal yang berbentuk soal uraian. Kriteria nilai ketuntasan
belajar pada siklus II adalah sesuai dengan nilai KKM yang
berlaku di SDN 4 Palangka yaitu lebih besar atau sama dengan 65
96
(≥ 65). Data hasil belajar siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah
ini
Tabel. 14 Hasil Postest Pada Siklus II
No. Nama Peserta didik
Nilai
postest
siklus II
Ketuntasan siklus II
Tuntas (T) Tidak Tuntas (TT)
1. A 100 T
2. B 100 T
3. C 100 T
4. D 100 T
5. E 100 T
6. F 100 T
7. G 100 T
8. H 100 T
9. I 100 T
10. J 93 T
11. K 93 T
12. L 86 T
13. M 100 T
14. N 100 T
15. O 100 T
16. P 91 T
17. Q 86 T
18. R 100 T
19. S 85 T
20. T 93 T
21. U 86 T
22. V 91 T
23. W 75 T Jumlah nilai 2179
Rata-rata 94,73
Nilai Maksimum 100
Nilai Minimum 75
Ketuntasan Klasikal 100 %
Jumlah Peserta Didik 23
Rata-rata hasil belajar siklus II = �����������
������������������
= ����
��
= 94,73
97
Untuk menghitung ketuntasan belajar peserta didik pada siklus
II digunakan persentase ketercapaian ketuntasan belajar peserta
didik secara klasikal dengan indikator ketuntasan belajar yang di
tentukan yakni ≥ 65 dengan ketuntasan klasikal 85%. Jadi :
TB =∑ �≥65
� x 100 %
= ��
��×100 %
= 100 %
Berdasarkan tabel hasil postest siklus II terlihat bahwa rata-rata
hasil belajar peserta didik adalah 94,73 dengan ketuntasan klasikal
100% yang berarti sangat tercapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar peserta didik pada siklus II telah tercapai hal ini
dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal yang telah memenuhi
kriteria indikator ketercapaian hasil belajar secara klasikal yaitu
85%.
Dari hasil postest pada tabel di atas menunjukan tingkat
kemampuan peserta didik pada saat penelitian tindakan kelas siklus
II yang secara rinci diuraikan sebagai berikut :
a) Dari 23 orang peserta didik, ada 18 orang peserta didik yang
memperoleh nilai 90-100
b) Dari 23 orang peserta didik, ada empat orang peserta didik
yang memperoleh nilai 80-89
c) Dari 23 orang peserta didik, ada satu orang peserta didik yang
memperoleh nilai 70-79
98
d) Dari 23 orang peserta didik, tidak ada peserta didik yang
memperoleh nilai 60-69
e) Dari 23 orang peserta didik, tidak ada peserta didik yang
memperoleh nilai 0-50
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dapat
dilihat dari nilai postest siklus I dan nilai postest siklus II. Agar
lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. 15 Rekapitulasi Hasil Postest Siklus I dan Postest Pada Siklus II
No. Nama Peserta
didik
Nilai Postest siklus I
Nilai Postest siklus II
Ketuntasan siklus II Tuntas
(T) Tidak Tuntas
(TT) 1. A 82 100 T 2. B 84 100 T 3. C 82 100 T 4. D 84 100 T 5. E 97 100 T 6. F 100 100 T 7. G 91 100 T 8. H 100 100 T 9. I 85 100 T 10. J 73 93 T 11. K 61 93 T 12. L 54 86 T 13. M 88 100 T 14. N 85 100 T 15. O 91 100 T 16. P 58 91 T 17. Q 57 86 T 18. R 82 100 T 19. S 47 85 T 20. T 77 93 T 21. U 51 86 T 22. V 61 91 T 23. W 47 75 T
Jumlah nilai 1737 2179 Rata-rata 75,52 94,73
Nilai Maksimum 100 100 Nilai Minimum 47 75
Ketuntasan Klasikal 65% Jumlah Peserta Didik 23
99
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dapat digunakan
rumus N-Gain, yaitu
N-Gain Siklus II ( g )= ���������
����������
= ��,�����,��
������,��
= ��,��
��,��= 0,78 (tinggi)
N-Gain Total ( g ) = ���������
����������
= ��,�����,��
������,��
= ��,��
��,�� = 0,9 (Tinggi)
Berdasarkan hasil postest yang dilakukan oleh Peneliti setelah
siklus II ternyata ada peningkatan hasil belajar dibandingkan hasil
postest yang dilakukan pada siklus I. Hasil postest siklus I
menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar adalah 75,52 dan
persentase peserta didik yang memperoleh nilai KKM ≥ 65 adalah
sebesar 65 %, setelah dilakukan perbaikan pada siklus II diketahui
nilai rata-rata hasil belajar adalah 94,73 dan persentase peserta
didik yang memperoleh nilai KKM ≥ 65 yaitu sebesar 100 %, dan
N-Gain pada siklus II menunjukan angka 0,78 yang termasuk
dalam kategori tinggi, artinya terjadi peningkatan hasil belajar
yang tinggi antara siklus I dan siklus II. Dari keseluruhan
peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari N-Gain Total sebesar
0,9 yang termasuk dalam kriteria tinggi.
100
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah seluruh kegiatan pembelajaran siklus II
selesai, pada siklus II ini Peneliti melakukan perbaikan dari hasil
refleksi siklus I yaitu dengan memperbanyak memberi soal-soal latihan
tentang operasi hitung perkalian agar peserta didik lebih terampil
dalam menggunakan teknik bantang napier dalam penyelesaian soal
dan memberikan bimbingan kepada peserta didik yang masih menemui
kesulitan selain itu juga Peneliti dalam proses pembelajaran siklus II
ini menyelipkan permainan dan diskusi agar peserta didik lebih aktif.
Peneliti dan observer berdiskusi membahas kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh
observer dan hasil belajar yang diperoleh dari nilai post test siklus II.
Berdasarkan hasil test dan observasi yang telah di evaluasi maka
diperoleh:
1) Seluruh peserta didik yaitu yang berjumlah 23 orang telah mecapai
ketuntasan belajar yaitu memperoleh nilai ≥ 65 yang secara
klasikal mencapai ketuntasan 100 % dengan rata-rata kelas adalah
94,73.
2) Berdasarkan perhitungan N-Gain pada siklus II terjadi peningkatan
hasil belajar sebesar 0,78 yang termasuk dalam kategori tinggi.
3) Aktivitas guru dan peserta didik menunjukan adanya perbaikan dan
peningkatan ini terlihat dari persentase aktivitas yang berlangsung
selama pembelajaran yang termasuk dalam kategori baik.
101
Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi di atas dan mengacu
kepada indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka disimpulkan
bahwa pembelajaran pada siklus II ini telah berhasil oleh karena itu
perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus II.
B. Pengujian Hipotestis Tindakan
Setelah penelitian tindakan kelas ini dilakukan maka diperoleh data-
data yang kemudian data-data tersebut dianalisis berdasarkan pertanyaan
(rumusan masalah) dan pernyataan (hipotestis) penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka pertanyaan dan pernyataan penelitian
tersebut dijawab melalui hasil penelitian yang telah dilakukan dalam dua
siklus pembelajaran.
Untuk menguji hipotestis yang telah dikemukakan dapat dilihat dari
data hasil observasi dan test yang dilakukan selama penelitian yaitu pada
siklus I dan siklus II sebagai berikut :
1. Aktivitas Peserta Didik dan Guru
Peneliti merumuskan hipotestis tindakan yang pertama yaitu
“Aktivitas pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik berhitung batang
napier pada didik kelas VA SD 4 Palangka menunjukan aktivitas yang
lebih baik atau meningkat.” Untuk menguji hipotestis tersebut dapat
dilihat tabel dibawah ini:
102
Tabel 16 Rekapitulasi Data Observasi Aktivitas Peserta Didik
No. Siklus Pengamat
Jumlah Skor
Rata-rata skor
Persentase ketercapaian
Keterangan
1. Siklus I 61 3,05 76 % Baik dan tercapai 2. Siklus II 73 3,65 91,25 % Baik dan amat
tercapai
Tabel 17 Rekapitulasi Data Observasi Aktivitas Guru
No. Siklus Pengamat
Jumlah Skor
Rata-rata skor
Persentase ketercapaian
Keterangan
1. Siklus I 64 3,2 80 % Baik dan tercapai 2. Siklus II 76 3,8 95 % Baik dan amat
tercapai
Berdasarkan tabel di atas ada dapat dilihat bahwa peningkatan
aktivitas pembelajaran baik aktivitas peserta didik maupun aktivitas
guru selama proses pembelajaran Matematika dengan menggunakan
teknik batang napier kearah yang lebih baik. Aktivitas guru dalam
pembelajaran mengalami perbaikan dan peningkatan hal ini terlihat
dari kriteria ketuntasan yaitu pada siklus I mencapai kriteria baik dan
tercapai sedangkan pada siklus II memperoleh kriteria baik dan amat
tercapai. Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran juga mengalami
perbaikan dan peningkatan hal ini terlihat dari kriteria ketuntasan yaitu
pada siklus I mencapai kriteria baik dan tercapai sedangkan pada siklus
II memperoleh kriteria baik dan amat tercapai. Maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah
benar.
103
2. Hasil belajar
Hipotestis yang kedua adalah “Ada peningkatan hasil belajar
Matematika tentang operasi perkalian bilangan cacah setelah
menggunakan teknik napier bone’s (batang napier) pada peserta didik
kelas VA SDN 4 Palangka.” Untuk menguji dan mengetahui
kebenaran hipotestis tersebut maka dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 18 Rekapitulasi Data Hasil Test
No. Jumlah Nilai Pretest PostestSiklus I
Postest Siklus II
Keterangan
1. Rata-rata 41,82 75,52 94,73 Meningkat 2. Ketuntasan Balajar 18 % 65 % 100 % Meningkat 3. N-Gain - 0,57 0,78 Meningkat
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan
hasil belajar peserta didik dari sebelum dilakukan tindakan sampai
dengan selesai siklus II yang menunjukan adanya perbaikan hasil
belajar peserta didik mata pelajaran Matematika dengan menggunaan
teknik batang napier dalam operasi hitung perkalian. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hipotestis kedua dalam penelitian ini adalah benar.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada penelitian tindakan kelas ini meliputi
aktivitas peserta didik, aktivitas guru dan hasil belajar peserta didik
selama pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian
dengan menggunakan teknik batang napier pada peserta didik kelas
104
VA SDN 4 Palangka. Penelitian ini diawali dengan pengambilan data
sebelum dilakukan tindakan (data pra tindakan) kemudian data yang
didapat tersebut dijadikan tolak ukur untuk melakukan tindakan
perbaikan, dalam penelitian ini tindakan perbaikan dilakukan dengan
dua siklus dan dihasilkan data-data sebagai berikut:
a) Aktivitas Peserta Didik
Peningkatan aktifitas peserta didik dilihat dari hasil observasi
yang tertulis dalam lembar observasi yang telah disusun. Dari data
hasil observasi tersebut terlihat adanya peningkatan aktifitas dalam
pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik batang
napier. Untuk lebih rinci dapat diperhatikan grafik dibawah ini :
Grafik 1. Peningkatan aktivitas peserta didik
Keterangan grafik :
1. Peserta didik masuk kelas tepat waktu
2. Peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran
Matematika
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sokr
Rat
a-R
ata
Aktivitas Peserta Didik
AKTIVITAS PESERTA DIDIK
skor rata-rata siklus I skor rata-rata siklus II
105
3. Peserta didik membawa buku dan alat tulis
4. Peserta didik bersikap antusias saat pembelajaran Matematika
perkalian dimulai
5. Peserta didik respon terhadap pertanyaan guru
6. Peserta didik memperhatikan guru ketika menjelaskan
penggunaan teknik batang napier.
7. Peserta didik merespon positif penjelasan guru
8. Peserta didik tanggap terhadap penjelasan guru
9. Peserta didik aktif bertanya tentang materi yang disampaikan
guru
10. Suasana belajar peserta didik yang kondusif
11. Peserta didik mampu menerapkan teknik batang napier dalam
menyelesaikan operasi hitung perkalian
12. Peserta didik terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan
13. Peserta didik antusias untuk menjawab soal-soal yang diberikan
oleh guru
14. Peserta didik berani maju kedepan menyelesaikan soal-soal
yang diberikan guru
15. Peserta didik mampu menyelesaikan soal perkalian dengan
tepat dan cepat
16. Peserta didik menunjukan proses yang efisien dalam
menyelesaikan soal-soal.
17. Peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan dengan
menggunakan teknik teknik batang napier sesuai perintah.
18. Peserta didik menunjukan antusiasme/ minat terhadap kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan teknik teknik batang
napier dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian
19. Peserta didik tepat waktu dalam menyelesaikan soal-soal.
20. Peserta didik dapat meyimpulkan materi yang telah
disampaikan.
b) Aktivitas Guru
Peningkatan aktivitas guru selama pembelajaran terlihat dari
data hasil observasi yang dilakukan pemngamat selama proses
pembelajaran berlangsung. Dari data hasil observasi yang telah
dianalisis terlihat adanya peningkatan aktivitas guru selama proses
106
pembelajaran Matematika dengan materi operasi hitung perkalian
dengan menggunakan teknik berhitung batang napier. Untuk lebih
rinci dapat diperhatikan diagram dibawah ini :
Grafik 2. Peningkatan Aktivitas Guru
Keterangan grafik :
1. Apersepsi dalam pembelajaran
2. Guru dapat menarik perhatian peserta didik untuk belajar
Matematika.
3. Guru memberikan motivasi belajar perkalian pada peserta
didik.
4. Guru memberikan rangsangan positif kepada peserta didik
tentang materi perkalian
5. Penguasaan materi dan penguasaan teknik napier oleh guru
6. Guru menjelaskan materi dengan jelas dan urut (siatematis)
7. Guru menyampaikan materi dengan media yang sesuai.
8. Guru membuka interaksi dengan melakukan tanya jawab
9. Kemampuan guru menguasai kelas dan mengondisikan kelas.
10. Kemampuan guru membuat suasana belajar lebih
menyenangkan dan menantang
11. Guru dapat melakukan komunikasi interaktif kepada peserta
didik
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sko
r R
ata
-Ra
ta
Aktivitas Guru
Aktivitas Guru
Skor Rata-Rata siklus I Skor Rata-Rata siklus II
107
12. Guru memberikan contoh-contoh soal untuk melatih
keterampilan peserta didik dalam penggunaan teknik batang
napier.
13. Kemampuan guru mengaktifkan peserta didik dalam
pembelajaran Matematika.
14. Pembinaan peserta didik selama proses pembelajaran
15. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk
mengerjakan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan materi
16. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
selama proses pembelajaran
17. Guru melaksanakan penilaian evaluasi belajar
18. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik tentang
materi yang telah diberikan
19. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi
pembelajaran
20. Guru menutup pelajaran
c) Hasil Belajar
Dari data yang diperoleh pada penelitian ini diketahui hasil
belajar pada pretest yaitu rata-rata hasil belajar 41,82, ketuntasan
belajar 18% yang mempunyai arti bahwa dari 22 orang peserta
didik yang melakukan pretest hanya empat orang peserta didik
yang tuntas. Pada siklus I diperoleh hasil rata-rata hasil belajar
75,52, ketuntasan belajar 65 % yang mempunyai arti bahwa dari 23
orang peserta didik ada 15 orang peserta didik yang tuntas dan nilai
N-Gain 0,57 ini menunjukan adanya peningkatan tetapi belum
mencapai tingkat keberhasilan yang di inginkan Peneliti. Pada
siklus II diperoleh hasil rata-rata hasil belajar 94,73, ketuntasan
belajar 100 % artinya bahwa dari 23 orang peserta didik semua
peserta didik mencapai nilai ketuntasan dan nilai N-Gain 0,78,
maka penelitian ini telah mencapai keberhasilan sesuai dengan
108
yang diharapkan oleh Peneliti. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
diagram berikut :
Grafik 3. Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Grafik 4. Peningkatan N-Gain
41.25
75.52
94.73
18
65
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
jum
lah
Hasil Belajar
rata-rata
ketuntasan belajar (%)
1 : Pretest2 : Siklus I3 : Siklus II
0
0.57
0.78
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1 2 3
Nila
i n-gain
Tindakan
Peningkatan N-Gain
N-gain
1 : Pretest2 : Siklus I
3 : Siklus II
109
2. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki aktivitas
dan hasil belajar matematika materi operasi hitung perkalian dengan
menggunakan teknik batang napier pada peserta didik kelas VA SDN
4 Palangka. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di kelas VA
SDN 4 Palangka bahwa hasil belajar peserta didik terutama pada
materi perkalian masih rendah yaitu di bawah nilai KKM yang telah
ditentukan oleh sekolah. Oleh karena itu Peneliti pada penelitian ini
menerapkan teknik berhitung batang napier untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar Matematika peserta didik.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan tentang media
batang napier (napier bone’s) menyatakan bahwa media atau alat
peraga batang napier dapat meningkatkan aktivitas, minat dan hasil
belajar peserta didik, maka dalam penelitian ini peneliti ingin
menerapkan teknik berhitung batang napier kepada peserta didik kelas
VA di SDN 4 Palangka, dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat
peningkatan aktivitas dalam proses pembelajaran Matematika baik
aktivitas guru maupun peserta didik serta peningkatan hasil belajar
Matematika dengan menggunakan teknik batang napier. Hal tersebut
terjadi karena dengan menggunakan teknik batang napier dalam
menyelesaikan suatu operasi hitung perkalian terutama perkalian lanjut
yang melibatkan bilangan-bilangan besar menjadi lebih mudah,
110
sistematis dan menyenangkan sehingga mempengaruhi proses dan
hasil belajar Matematika kearah yang lebih baik dan meningkat.
Dari penelitian ini terlihat adanya peningkatan aktivitas peserta
didik selama proses pelajaran berlangsung terutama keaktifan bertanya
dan menjawab soal-soal yang diberikan, ini karena peserta didik lebih
percaya diri dalam mempelajari dan menyelesaikan soal-soal dengan
teknik batang napier dan teknik ini tidak memberatkan memori peserta
didik sehingga pelajaran pun menjadi menyenangkan. Selain aktif
bertanya, penguasaan peserta didik tentang teknik batang napier juga
mengalami peningkatan ini terjadi karena selama pembelajaran guru
lebih banyak memberikan soal-soal yang diselesaikan dengan
menggunakan teknik batang napier, hal ini terlihat dari peningkatan
kemampuan peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan cepat dan
tepat.
Teknik batang napier ini membuat cara penyelesaian soal perkalian
menjadi lebih mudah dikerjakan oleh peserta didik, hal ini sesuai
dengan pendapat Supriyadi (2011:36) mengemukakan bahwa, “Teknik
batang napier dirancang untuk menyederhanakan tugas berat dalam
perkalian dengan mengubah perkalian menjadi penjumlahan.”
Langkah langkah pengerjaannya pun cukup sederhana dan mudah
dipahami peserta didik seperti yang dikemukakan Evi Rine, dkk (2007:
35), dengan langkah-langkah tersebut peserta didik dapat
menyelesaikan soal-soal perkalian bahkan untuk bilangan besar
111
sekalipun, teknik batang napier merupakan teknik atau cara untuk
mengerjakan operasi hitung perkalian dengan sederhana dan mudah
sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Pada penelitian ini selain aktivitas pembelajaran yang meningkat
hasil belajar peserta didik juga meningkat hal ini dilihat dari hasil
evaluasi postest yang dilakukan terjadi peningkatan yang memuaskan
dan kategori peningkatannya dalam kategori tinggi.
Tercapainya keberhasilan belajar peserta didik dalam pelajaran
Matematika dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Rinra (2011:
20 Februari 2014) yang menyatakan Ciri-ciri keberhasilan peserta
didik dalam belajar Matematika antara lain:
6. Peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pada pelajaran Matematika.
7. Peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, hal ini terlihat dari seringnya peserta didik bertanya apabila belum memahami materi.
8. Peserta didik selalu dapat menjawab dengan benar pada saat diberikan soal ataupun tugas lainnya.
9. Peserta didik berani memberikan tanggapan atau memperbaiki jawaban temannya yang kurang tepat pada saat menjawab soal di papan tulis.
10. Peserta didik selalu memperoleh hasil belajar yang tinggi sesuai dengan ketentuan yang ingin dicapai.
Dengan menggunakan teknik batang napier terbukti dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika peserta didik.
Hal ini penting karena Matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
manusia hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Departemen Pendidikan
112
Nasional (2006:416). Sehingga Matematika sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, maka dari itu Matematika diberikan sejak di
Sekolah Dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi oleh karena itu
perlu inovasi dalam pembelajaran Matematika salah satunya dengan
teknik berhitung batang napier.
113
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian pada pembelajaran Matematika siklus I
dan siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Aktivitas pembelajaran Matematika materi operasi hitung perkalian
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik berhitung batang
napier pada peserta didik kelas VA SD 4 Palangka menunjukan
aktivitas yang lebih baik atau meningkat. Dengan persentase
ketercapaian aktivitas peserta didik pada siklus I yang sebesar 76%
yang termasuk dalam kriteria tercapai dan aktifitas guru 80% yang
termasuk dalam kategori baik dan tercapai, sedangkan pada siklus II
aktifitas peserta didik meningkat menjadi 91,25% yang termasuk
dalam kriteria sangat tercapai dan aktifitas guru menjadi 95% yang
termasuk dalam kategori baik dan amat tercapai.
2. Ada peningkatan hasil belajar Matematika tentang operasi hitung
perkalian bilangan cacah setelah menggunakan teknik berhitung napier
bone’s (batang napier) pada peserta didik kelas VA SDN 4 Palangka.
Hal ini terlihat dari data hasil pra tindakan sebanyak 4 orang (18%)
peserta didik yang tuntas, siklus I sebanyak 15 orang (65%) peserta
didik yang tuntas, dan siklus II sebanyak 23 orang (100%) peserta
didik yang tuntas. Dan untuk hasil N-Gain dalam setiap siklus juga
114
terjadi peningkatan siklus I sebesar 0,57 dengan kategori sedang dan
pada siklus II sebesar 0,78 yang termasuk kategori tinggi
B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan di atas dan pengamatan proses pembelajaran yang
terjadi selama penelitian, Peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi kepala sekolah, agar dapat memberikan dukungan dan motivasi
kepada guru supaya dapat menerapkan teknik berhitung batang napier
pada pelajaran yang berkaitan dengan Matematika dan disesuai dengan
materi.
2. Bagi guru
a. Diharapkan guru dapat menerapkan teknik berhitung batang napier
pada mata pelajaran Matematika pada materi yang sesuai agar peserta
didik merasa lebih senang belajar Matematika, sehingga dapat
memacu peningkatan aktivitas selama pembelajaran Matematika
berlangsung dan meningkatkan hasil belajar Matematika.
b. Ketika menggunakan teknik batang napier dalam pembelajaran
Matematika diharapkan guru memberikan bimbingan kepada peserta
didik dengan penuh kesabaran.
3. Bagi Peserta didik
Diharapkan dapat menguasai dan menggunakan teknik batang napier
dengan benar dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian sehingga
dapat menyelesaikan soal-soal perkalian dengan tepat dan efisien dan
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar Matematika.
115
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Arifin,Afriyanti. 2013. Dengan Batang Napier Perkalian Menjadi Lebih Mudah. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/08/pemanfaata n-batang-napier-untuk-menghitung-perkalian-bilangan-cacah-598517.html. Diakses 23 Desember 2013
Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasioanal. 2006. Buku Peraturan Menteri (PERMEN) Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Depdiknas.
E.T., Russefendi. 2007. Dasar-Dasar Matematika edisi ke empat. Bandung:
Tarsito
Faisal, Sanafiah. 2005. Format-Format Penelitian Social. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hartuti, Evi Rine, dkk. 2007. Ensiklopedia Matematika 2 “Bola –faktor”. Jakarta: Empat Pilar Pendidikan
----------------------------. 2007. Ensiklopedia Matematika 5“Prisma”. Jakarta: Empat Pilar Pendidikan
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosakarya.
Imaza . 2010. Normalitas, Homogenitas, Uji-t, Validitas, Reabilitas, Gain.
http://www.docstoc.com/docs/68059517/normalitas-homogenitasuji-t-
validitas-reliabilitasgain. Diakses 24 juni 2014
Ismadi, Janu. 2006. Ensiklopedia matematika’ perkalian ‘. Bandung : Azka Press Bandung.
Jihad, Asep. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Multi Solusindo.
116
Lelie. 2009. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Peserta Didik Kelas III Di SDN 1 Pahandut Seberang. skripsi tidak diterbitkan. Palangkaraya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muijs, Daniel, & Reymond, David. 2011. Effectife Teaching Teorydan Aplikasi. Jakarta : Pustaka Belajar.
Murniati, Endyah. 2008. Kesiapan Belajar Matematika Sekolah Dasar. Surabaya: SIC
N.K, Roestiyah. 2001. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta .
Padmonodewo, Soemiarti. 2005. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
R. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini menuju harapan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Rinra. 2011. Implementasi Metode Pembelajaran Matematika. [online].
(http//bloggaul.com/implementasi metode pembelajaran Matematika).(20 Januari 2014)
Sari, Nina Indra. 2011. Upaya meningkatkan minat belajar matematika dengan
menggunakan metode demonstrasi pada peserta didik kelas III SD-IT Baiturrahman Buntok tahun ajaran 2011/ 2012. skripsi tidak diterbitkan. Palangkaraya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Sangadji, Mamang Etta & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan
Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta : CV.Andi Offset Yogyakarta.
Sardiman. 2007. Interaktif dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Slameto. 2010. Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Sudjana, Nana. 2006. Dasar-dasar Proses Pendidikan. Bandung :Sinar Baru
Algesindo.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
117
Suherman, Erman, & Winataputra. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA. Supriyadi. 2011. Rahasia Berhitung Cepat dan Mudah Metode Batang Napier.
Bandung: Prestise Publishing.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun KBBI. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Uno, B. Hamzah. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Untoro, Joko. 2012. Buku Pintar Matematika. Jakarta Selatan : PT. Wahyu Media