BAB I PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Ini mengisyaratkan bahwa pendidikan
yang baik akan didukung oleh sumber daya manusia dengan prestasi
yang dimiliki oleh mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa dalam
bidang akademik, dapat dilihat melalui Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK), yang disajikan dalam Kartu Hasil Studi (KHS). Setiap
mahasiswa harus memiliki prestasi belajar yang baik, karena setiap
perguruan tinggi memiliki standar kelulusan yang harus dicapai oleh
mahasiswanya. Dalam kerangka itulah, maka harus ditunjang dengan
berbagai faktor yang dimiliki. Diantaranya kecerdasan emosional dan
dukungan sosial teman sebaya ditinjau dari jenis kelamin. Dengan
demikian, maka mahasiswa akan merasa memiliki prestasi yang baik
dari yang dicapai sebelumnya. Pada bab ini akan dijelaskan latar
belakang yang di dalamnya terdapat fenomena-fenomena munculnya
masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian yang melatarbelakangi penulisan ini.
2
1. 1. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan teknologi informasi merupakan salah
satu ciri utama perkembangan global di abad 21 secara menyeluruh
dari berbagai dimensi, dan perkembangan ini pun telah memasuki
ranah pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan seorang
manusia dan bangsa secara luas (Metronews.com, 2013). Pendidikan
yang berjalan baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan bermutu, sehingga membawa bangsa menuju ke arah
kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan memerlukan perhatian dan
penanganan yang serius dari berbagai elemen, baik dari pemerintah
maupun masyarakat.
Atas dasar pemahaman tersebut, terdapat tekad untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya melalui proses
pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 2003), mencantumkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
3
Pernyataan yang dikemukakan tersebut sebagai dasar bahwa
pendidikan menjadi salah satu bagian yang penting di negeri ini.
Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 mencantumkan
kenaikan anggaran pendidikan itu sesuai amanat konstitusi bahwa
persentase anggaran pendidikan adalah sebesar 20% terhadap total
Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Berbagai rancangan untuk
menunjukkan pendidikan di Indonesia selalu diusahakan untuk
pendidikan. Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan di
Indonesia masih rendah. Kualitas pendidikan yang masih rendah
dapat berdampak terhadap prestasi belajar. Salah satu fenomena
rendahnya prestasi belajar dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional
(UN). Mendikbud memaparkan bahwa jumlah peserta UN SMA/MA
tahun ajaran 2012-2013 adalah 1.581.286 siswa, dan siswa yang
dinyatakan lulus UN berjumlah 1.573.036 siswa, sedangkan yang
tidak lulus berjumlah 8.250 siswa. Hal itu, menunjukkan tingkat
kelulusan UN SMA/MA tahun ini mencapai 99,48%, dan persentase
ketidaklulusannya adalah 0,52%. Ini berarti bahwa persentase
kelulusan tahun 2013 ini turun 0,02% dari tahun sebelumnya yang
mencapai 99,5%. (Metronews.com, 2013).
Prestasi belajar tidak hanya dialami oleh siswa, mahasiswa
juga mengalami hal yang sama. Universitas Kristen Indonesia
Maluku sebagai salah satu penyelenggara pendidikan memiliki
tanggung jawab. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan demi terbentuknya peserta didik dengan sumber daya
manusia berkualitas yang ditunjukkan melalui berbagai prestasi yang
dicapai oleh mereka. Peningkatan kualitas pendidikan berkaitan
4
dengan komponen mahasiswa, dosen, tujuan, kurikulum, dan sarana-
prasarana. Mahasiswa sebagai salah satu komponen dari pendidikan
tinggi akan berupaya meningkatkan kualitas belajar agar
memperoleh prestasi yang optimal. Prestasi belajar dari setiap
mahasiswa turut berpengaruh pada persaingan antar perguruan
tinggi, untuk menunjukkan kualitasnya dari sisi intelektualitas.
Dengan kesadaran akan peningkatan kualitas dalam era persaingan
bebas, maka pencapaian penilaian hasil belajar yang optimal
merupakan keinginan dari setiap usaha belajar yang dilakukan oleh
mahasiswa. Secara akademik, penilaian hasil belajar pada UKIM,
dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E. Untuk mahasiswa
berprestasi, kriteria yang digunakan adalah mahasiswa yang
memiliki Indeks Prestasi Kumulatif 3,00 ke atas, serta memenuhi
atau melewati beban maksimum SKS. Untuk mahasiswa yang
dikeluarkan atau mendapat DO (droup out), IPK mereka berada di
bawah 2,00 serta jumlah SKS mereka tidak mencapai beban
minimum (Peraturan UKIM, 2008).
Fakultas Teologi adalah salah satu dari lima fakultas yang ada
yang di Universitas Kristen Indonesia Maluku. Sejumlah kegiatan
baik secara internal dan eksternal diikuti oleh mahasiswa, dalam
meningkatkan prestasi mereka. Hal ini dibuktikan dalam beberapa
tahun terakhir ini mahasiswa Fakultas Teologi berhasil memperoleh
prestasi yang baik. Hal ini dibuktikan dengan menjuarai debat
bahasa inggris di Kota Ambon, pernah menjadi peserta terbaik
dalam kegiatan yang diadakan PERSETIA se-Indonesia. Fenomena
ini memperlihatkan sisi positif. Namun, pada kenyataannya ada
5
mahasiswa juga yang tidak mampu mempertahankan pretasi mereka
sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Dari hasil
wawancara yang dilakukan dengan bidang akademik tanggal 11
Oktober 2013. Hal ini bisa diidentifikasikan melalui pencapaian
Indeks prestasi komulatif (IPK) mahasiswa, ketika awal masuk
perkuliahan memiliki nilai yang baik. Namun pada perjalanan
semester berikutnya menunjukkan IPK yang buruk, sehingga
mendapat peringatan tetapi ada juga ada yang mengalami drop Out
(DO). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi proses belajar
mengajar pada semester Gasal 2011/2012 pada tabel sebagai berikut.
Tabel 1.1
Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012
Semester 1
No Mata Kuliah Jumlah
Siswa
Nilai
A B C D E T K
1 Pendidikan Agama 89 6 32 50 - 1
2 Pendidikan
Kewarganegaraan
90 76 6 7 - 1
3 Bahasa Ibrani 105 9 23 35 33 5
4 Bahasa Inggris 92 20 62 9 - - 1
5 Pengantar Perjanjian
Baru
125 20 34 49 8 14
6 Pengantar Ilmu
Teologi
92 15 32 34 8 3
7 Bahasa Indonesia 125 18 64 36 - 7
8 Pengantar Perjanjian
Lama
94 11 40 35 3 5
9 Bahasa Yunani 1 1 - - 1 -
Jumlah 813 175 293 256 52 36 1
6
Tabel 1.1 Semester 1, menunjukkan mata kuliah yang paling
banyak mendapat nilai “A” adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Ibrani
20 orang dari 92 mahasiswa. Nilai “B” pada mata kuliah Bahasa
Indonesia 64 orang dari 125 mahasiswa. Nilai “C” pada mata kuliah
Pengantar Perjanjian Baru 49 orang dari 125 mahasiswa. Sementara
yang mendapat Nilai “D” pada mata kuliah Bahasa Ibrani 33 orang
dari 105 mahasiswa, dan mendapat nilai “E” pada mata kuliah
Pengantar Ilmu Teologi 14 orang dari 125 mahasiswa, serta nilai T
adalah 1 orang dari 92 mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa dari 813
terdapat 724 mahasiswa (89.1%) memiliki nilai yang baik sedangkan
89 mahasiswa (10.9%) belum mendapat nilai yang memuaskan dan
ini akan memengaruhi prestasi belajar mereka. Sementara itu, perlu
dibandingkan dengan data dari Tabel 1.2 berikut ini
Tabel 1.2
Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012
Semester 3
No Mata Kuliah Jumlah
Siswa
Nilai
A B C D E T K
1 Hermeneutik Perjanjian Baru 1
93 11 56 15 1 10
2 Teologi Kontekstual 71 28 22 21 - -
3 Hermeneutik Perjanjian
Baru 1
93 6 11 38 32 6
4 Ilmu Kealaman Dasar 79 23 56 - - -
5 Apresiasi Sastra 70 12 41 13 - 4
6 Etika Kristen 114 12 41 50 10 1
7 Sosiologi 82 21 53 5 3 -
8 Sejarah Agama Kristen 2 73 11 37 20 3 1 1
9 Musik Gereja 88 3 44 35 3 2 1
10 Sejarah dan Teologi PAK 87 20 30 26 11 0
11 Sejarah Islam 76 27 45 - 1 3
Jumlah 926 135 358 187 63 17 2
7
Tabel 1.2 Semester 3, menunjukkan mata kuliah yang paling
banyak mendapat nilai “A” adalah Teologi Kontekstual 28 orang dari
71 mahasiswa. Nilai “B” pada mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar 56
orang dari 79 mahasiswa. Nilai “C” pada mata kuliah Etika Kristen
50 orang dari 114 mahasiswa. Kemudian yang mendapat Nilai “D”
pada mata kuliah Hermeneutik Perjanjian Lama 32 orang dari 93
mahasiswa, dan mendapat nilai “E” pada mata kuliah Hermeneutik
perjanjian Baru 1 yaitu 10 orang dari 93 mahasiswa, serta nilai T 1
orang dari 73 mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa dari 928 terdapat
884 mahasiswa (8.9%) mendapat nilai yang memuaskan, sedangkan
82 mahasiswa (8.9%) mendapat nilai yang belum memuaskan dan ini
akan memengaruhi prestasi belajar mereka. Kemudian, perlu
dibandingan dengan Tabel 1.3 berikut ini
Tabel 1.3
Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012
Semester 5
No Mata Kuliah Jumlah
Siswa
Nilai
A B C D E T K
1 Pastoral 1 69 17 39 13 - -
2 Homiletika 2 60 7 40 7 - 6
3 Teologi Kontekstual
Alkitabiah 2
66 8 25 33 - -
4 Teologi dan Avokasi Hukum
55 7 23 21 4 -
5 Kristologi 88 21 18 34 6 4
6 Teologi Gender 86 26 57 3 - -
7 Metode Penelitian Teologi
84 5 51 14 5 9
8 Agama dan Masyarakat 60 12 21 14 4 - - 9
9 Teologi Agama-agama 98 6 17 71 3 1
10 Analisa Sosial 28 4 20 4 -
11 Teologi Sosial 75 12 39 21 - 2 1
12 Eklesiologi 65 7 15 43 - -
13 Bacaan Skripsi 33 15 8 - - 10
Jumlah 862 108 246 204 18 26 1 9
8
Tabel 1.3 Semester 5, menunjukkan mata kuliah yang paling
banyak mendapat nilai “A” adalah Teologi Gender 26 orang dari 86
mahasiswa. Nilai “B” pada mata kuliah Homiletika 2, yaitu 40 orang
dari 60 mahasiswa. Nilai “C” pada mata kuliah Teologi Agama-
agama 71 orang dari 125 mahasiswa. Sementara itu, yang mendapat
Nilai “D” pada mata kuliah Kristologi 6 orang dari 88 mahasiswa,
dan mendapat nilai “E” pada mata kuliah Bacaan skripsi 10 orang
dari 125 mahasiswa, serta nilai T 1 orang dari 75, Juga ada yang
mendapat nilai K 9 orang dari 60 mahasiswa Ini menunjukkan bahwa
dari 862 terdapat 844 mahasiswa (91.1%) mendapat nilai yang baik,
sedangkan 82 mahasiswa (8.9%) belum mendapat nilai yang
memuaskan dan ini akan memengaruhi prestasi belajar mereka.
Selanjutnya, data tersebut perlu dibandingkan dengan data mahasiswa
Fakultas Teologi UKIM yang dapat dilihat dari Tabel 1.4
Tabel 1.4
Mahasiswa Fakultas Teologi UKIM (2013) yang drop out atau yang
berhenti kuliah
Tahun Jumlah
2008 8 orang
2009 5 orang
2010 11 orang
2011 32 orang
Jumlah 56 orang
9
Pada Tabel 1.4 dijelaskan secara keseluruhan mahasiswa
bahwa sebanyak 43 orang yang mendapat droup out atau berhenti
kuliah akibat dari IPK yang tidak mencukupi standar yang diberikan.
Berikut ini juga, data tersebut perlu dibandingkan dengan Tabel 1.5
berikut ini:
Tabel 1.5
Penyebab Droup Out
Berhenti Kuliah 31 orang
IPK Rendah 15 orang
Sanksi Disiplin 10 orang
Jumlah 56 orang
Pada Tabel 1.5 dijelaskan Penyebab dari 56 mahasiswa yang
di droup out akibat dari berhenti kuliah 31 orang, IPK Rendah 15
orang, dan Sanski Disiplin 10 orang.
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku
mengalami masalah dalam prestasi belajar mereka. Pikiran-pikiran
yang tidak memfokuskan diri untuk berkompetisi di dunia perguruan
tinggi sepertinya dapat dilihat sebagai alasan lain yang
melatarbelakangi terjadinya rendahnya prestasi belajar dari beberapa
mahasiswa yang berkuliah pada Fakultas Teologi UKIM. Tersirat
dalam kehidupan mereka ketika menjalani kuliah sangat dipengaruhi
dengan perilaku dengan dunia SMA yang seakan menjadikan
mahasiswa nampak dari acuh tak acuh terhadap proses belajar itu
sendiri. Hal tersebut mungkin saja dalam pikiran mereka tidak
10
memacu diri dalam kompetisi, sehingga pasti akan tetap lulus
sekalipun standar nilai kurang baik.
Oleh sebab itu, penelitian tentang prestasi belajar perlu
dilakukan. Hal ini juga dapat dilihat dari berbagai data hasil
penelitian tentang prestasi. Nurhidayati (2006) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan saat ini. Hal ini disebabkan karena prestasi
belajar merupakan gambaran kemampuan yang dimiliki siswa,
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar
yang diperoleh siswa akan membentuk pola pikir (kognitif) yang
kemudian akan memberikan pengaruh terhadap perilaku siswa
dalam kehidupan masyarakat. Sejalan dengan itu, Puspasari (2013),
mengatakan bahwa prestasi belajar bagi mahasiswa sangat penting
karena prestasi belajar merupakan suatu gambaran tingkat
keberhasilan dari kegiatan selama mengikuti perkuliahan. Sementara
itu, Syah (Sunarsih, 2009) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah
perubahan tingkah laku yang dianggap penting dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa. Lebih lanjut,
Sunarsih mengatakan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar perlu
diadakan eveluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah
proses pembelajaran terhadap kemampuan mahasiswa.
Proses perkuliahan yang berlangsung tersebut, seharusnya
menjadi tanggung jawab mahasiswa untuk terus menerus mengasah
kemampuan berpikirnya secara logik, sistematik dan memiliki daya
kritis serta analisis yang tajam. Kemampuan analisis mahasiswa
merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi mereka yang baru
11
beralih dari jenjang pendidikan menengah menuju jenjang
pendidikan tinggi. Mahasiswa harus menemukan pola-pola studi
sesuai dengan lingkungan akademik perguruan tinggi, sehingga
mampu mencapai prestasi yang optimal. Berdasarkan pendapat
diatas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar memiliki
dampak bagi peserta didik karena prestasi belajar merupakan tolak
ukur keberhasilan seseorang dalam menempuh studinya. Muzakki
(2012) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang
dibutuhkan siswa untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya
dari suatu kegiatan belajar. Azhar (2012), mengatakan bahwa hasil
belajar adalah pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada
waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipahami, dan
diterapkan. Karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah
satu indikator dalam keberhasilan proses belajar. (Stracuzzi & Mills,
2010), menunjukkan bahwa ketika siswa merasa dirinya dihargai,
didukung, dan diterima dalam lingkungan sekolahnya, maka akan
terjadi peningkatan dan perkembangan yang positif secara emosional
maupun kualitas hidup siswa tersebut termasuk di dalamnya prestasi
belajar.
Dengan adanya fenomena dan hasil penelitian tentang prestasi
belajar, maka dapat berdampak secara positif atau negatif. Prestasi
belajar yang baik akan dapat memberikan dampak yang positif
terbukti dalam peningkatan prestasi belajar, juga dalam
perkembangan pengetahuan mahasiswa. Hal ini nyatanya belum
sejalan dengan apa yang dialami mahasiswa Fakultas Teologi
UKIM. Atas dasar hasil observasi penulis tahun 2005 sampai 2011
12
ketika penulis melakukan perkuliahan pada lembaga tersebut.
Ditemukan bahwa masih ada mahasiswa yang memiliki pretasi
belajar rendah sehingga dapat mengakibatkan mahasiswa mengalami
droup out. Sementara itu ditemukan bahwa mahasiswa yang kritis
dalam membuat konsep studi dapat meningkatkan prestasi belajar
mereka. Kondisi ini menunjukkan bahwa menurunnya prestasi
belajar mahasiswa Fakultas Teologi UKIM merupakan persoalan
penting dan perlu mendapat perhatian pihak penyelenggara
pendidikan, sehingga prestasi yang dihasilkan juga akan bermanfaat
bagi mahasiswa tersebut.
Berdasarkan fenomena di atas, maka menurut penulis prestasi
belajar merupakan hal penting untuk diteliti. Prestasi belajar
merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat pengetahuan
siswa. Steinberg & Merriam (dalam Mishra, 2012) mengatakan
prestasi belajar meliputi yang berhubungan dengan pertumbuhan
manusia dan kognitif, emosional, sosial, dan fisik, melalui kehidupan
siswa di sekolah. Lebih lanjut Mishra (2012) mengatakan bahwa
prestasi belajar tidak hanya diinterpretasikan dalam kecerdasan
intelektual saja tetapi juga faktor-faktor lain seperti kecerdasan sosial,
kecerdasan emosional, spiritual dan kreativitas. Menurut Walgito
(2004) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terdiri dari: kesehatan fisik, kelelahan, motivasi minat, konsentrasi,
natural curiosity, self confidence, self control, intellegensi, ingatan,
tempat, peralatam belajar, suasana, waktu belajar, kedisiplinan,
dukungan sosial, dan pergaulan.
13
Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang turut
memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ini berarti
bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang
penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan prestasi siswa.
Oyinloye (2005) mengatakan bahwa tinggi rendahnya prestasi
akademik yang dimiliki siswa itu bergantung pada kecerdasan
emosional yang dimilikinya. Siswa yang sedikit atau tidak memiliki
kecerdasan emosional akan berdampak pada prestais belajarnya.
Epstain & Le Doux (dalam Nwadinigwe & Obieke, 2010) juga
mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap
pengembangan prestasi belajar siswa sebab kecerdasan emosional
dianggap melibatkan kemampuan memonitor perasaan orang lain,
serta berpikir. Preeti (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Nwadinigwe & Obieke
(2010), menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
keterampilan kecerdasan emosional dan prestasi belajar Cherniss
(dalam Nwadinigwe & Obieke, 2010) juga menyatakan pentingnya
kecerdasan emosional yang diperlukan untuk peningkatan dalam
prestasi di sekolah. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan
oleh Azizi et al. (2012), dengan menggunakan regresi berganda
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar. Hal ini terlihat pada tingkat
signifikan hubungan antara kesadaran diri (r = 0,21), manajemen
emosional (r = 0,21) dan empati (r = 0,21) pada tingkat p 0.000<0.05
dengan prestasi akademik. Penelitian lain juga dilakukan oleh Mishra
14
(2012) menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara kecerdasan
emosional dan prestasi belajar. Kelemahan emosional menyebabkan
berbagai masalah kesehatan fisik dan mental yang secara langsung
berdampak pada prestasi belajar. Menurutnya, pendidikan
menyampaikan informasi dan pengetahuan untuk daerah tertentu
yang berorientasi karir. Aspek emosional yang kurang dalam sistem
pendidikan akan menyebabkan prestasi belajar yang buruk. Preeti
(2013), mengatakan prestasi belajar tanpa kecerdasan emosional tidak
menunjukkan keberhasilan masa depan dan adanya kecerdasan
emosional juga menunjukkan kepribadian dan kemampuan untuk
membangun hubungan di tempat kerja serta sekolah dan untuk
meningkatkan pendidikan yang berkualitas dan sangat berkaitan
dengan kepribadian. Wahyuningsih (2004), dalam penelitiannya juga
menemukan adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar.
Selain kecerdasan emosional, dukungan sosial juga turut
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Stracuzzi & Mills (2010),
mengatakan lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan
utama selain keluarga ketika anak berada pada usia anak. Oleh karena
itu, ketika sekolah bisa menjadi salah satu lingkungan yang
memberikan efek positif pada siswanya, maka siswa itu sendiri akan
memiliki pemahaman yang positif dan terhindar dari perilaku-
perilaku negatif karena pengajaran, pengetahuan dan nilai-nilai moral
yang ditanamkan dalam pengalaman nyatanya ketika bersekolah.
Pengalaman nyatanya yang positif ketika berada di lingkungan
sekolah akan membuat anak merasa menjadi bagian dari sekolah.
15
Dengan demikian, anak akan merasa bahwa hubungannya dengan
sekolah memberikan dampak positif yang membawa pada
kebahagiaan dan kenyamanan dirinya. sekolah. Ketika siswa merasa
dirinya dihargai, didukung, dan diterima dalam lingkungan
sekolahnya, maka akan terjadi peningkatan dan perkembangan yang
positif secara emosional maupun kualitas hidup siswa tersebut. Pada
suatu kesempatan, Mead, Hilton & Curtis (dalam Solomon, 2004)
telah jauh meneliti dukungan teman sebaya dan menyatakan bahwa
dukungan teman sebaya merupakan sistem memberi dan menerima
bantuan yang dibangun berdasar prinsip-prinsip kunci yang meliputi
rasa hormat, berbagi tanggung jawab, dan persetujuan yang sama
mengenai apa itu menolong. Melalui sistem ini individu merasa
tertolong dan dapat saling berbagi dalam setiap hal, termasuk hal
yang berkaitan dengan pendidikan misalnya membahas tugas atau
materi pelajaran yang dipelajari di sekolah.
Berbagai penelitian tentang dukungan sosial teman sebaya
dan prestasi belajar telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di
antaranya Rosenfeld (2000) menemukan bahwa siswa dengan
dukungan sosial yang tinggi dari teman sebaya, orang tua, dan guru
memiliki nilai atau prestasi yang terbaik dibandingkan dengan siswa
yang tidak memiliki dukungan sosial. Mackinnon (2008)
menemukan bahwa dukungan sosial berpengaruh pada prestasi
belajar siswa. Sugiati & Rensi (2010), juga mengatakan ada
hubungan antara dukungan sosial dengan prestasi belajar dengan
nilai probabilitas signifikansi untuk variabel dukungan sosial
terhadap prestasi belajar sebesar 0.04 (p<0.05). Jika dukungan sosial
16
dan konsep diri siswa ditingkatkan, maka prestasi belajar siswa pun
dapat mengalami peningkatan. Penelitian berbeda juga ditemukan
oleh Taylor (1998) yang menyatakan bahwa secara tidak langsung
dukungan sosial teman sebaya berpengaruh pada prestasi belajar.
Dengan kata lain, dukungan sosial juga secara tidak langsung
berpengaruh terhadap prestasi belajar karena harus melalui persepsi
dari pentingnya kemampuan akademis.
Pentingnya presetasi belajar mahasiswa dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya telah dijelaskan pada uraian-uraian di atas.
Namun yang menjadi pertentangan hingga saat ini adalah prestasi
belajar ditinjau dari jenis kelamin. Menurut Raheem (2012), bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa
laki-laki dan siswa perempuan. Sejalan dengan itu, Adhiambo et al.
(2011) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara prestasi siswa
perempuan dan siswa laki-laki. Sebaliknya dalam penelitian yang
dilakukan oleh Salami (2013), mengatakan ada kebanyakan
penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata, anak perempuan lebih
baik dalam sekolah dibandingkan anak laki-laki. Senada dengan itu
Linver, Davis-Kean, & Eccles (2002), menunjukkan bahwa prestasi
belajar laki-laki berada di tingkat yang lebih tinggi nilai matematika
daripada perempuan yang mengikuti kursus di tempat yang sama.
Penelitian ini menyarankan bahwa dalam rangka mendorong
prestasi belajar perempuan dalam bidang matematika, sains, dan
teknologi informasi, perlu dirancang untuk tidak berfokus pada
prestasi akademik perempuan saja tetapi bagaimana membuat
perempuan mencapai tingkatan tinggi sama dengan laki-laki. Hal ini
17
tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martono,
Puspitasari & Rostikawati (2009), mengatakan bahwa ada perbedaan
prestasi belajar mahasiswa laki-laki dan perempuan, dikatakannya
lebih lanjut, secara umum prestasi perempuan lebih baik daripada
laki-laki. Rentang IPK 3,00 sampai 4,00 didominasi perempuan.
Mahasiswa perempuan memiliki masa studi yang lebih pendek
daripada laki-laki.
Mengingat pendidikan itu penting, maka pendidikan di
Fakultas Teologi UKIM mengalami masalah dalam hal prestasi
belajar mahasiswa, sedangkan prestasi belajar itu dapat dipengaruhi
oleh kecerdasan emosional, dukungan sosial teman sebaya dan jenis
kelamin. Selanjutnya berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang menyelidiki faktor-faktor tersebut secara terpisah, maka
penulis tertarik untuk menelaah faktor-faktor tersebut secara
bersamaan dalam konteks yang berbeda. Jadi penulis tertarik untuk
melihat hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman
sebaya terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin
mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku.
18
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah hubungan kecerdasan emosional dan dukungan
sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar mahasiswa
Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku?
2. Apakah ada pegaruh interaksi kecerdasan emosional dan
jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa
Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku?
3. Apakah ada pengaruh interaksi dukungan sosial teman
sebaya dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar
mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen
Indonesia Maluku?
4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar ditinjau dari jenis
kelamin mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen
Indonesia Maluku?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan
dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar
mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen
Indonesia Maluku.
19
2. Untuk mengetahui pengaruh interaksi kecerdasan
emosional dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar
mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen
Indonesia Maluku.
3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi dukungan sosial
teman sebaya dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar
mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen
Indonesia Maluku.
4. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar ditinjau dari
jenis kelamin mahasiswa Fakultas Teologi Universitas
Kristen Indonesia Maluku.
1.4 Manfaat Penelitian
Merujuk pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Kepada lembaga penyelenggara pendidikan, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal
untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
b. Kepada mahasiswa, dapat memperkaya konsep
serta pola pikir kita tentang hubungan kecerdasan
emosional dan dukungan sosial terhadap prestasi
belajar ditinjau dari jenis kelamin secara pribadi.
Selain itu kiranya penelitian ini dapat dijadikan
acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
20
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Kepada lembaga penyelenggara pendidikan, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa Fakultas
Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku.
b. Kepada Mahasiswa, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagi acuan dalam meningkatkan kualitas
dan hasil belajar secara pribadi.
c. Kepada lingkungan sosial teman sebaya agar dapat
memberikan dukungan positif bagi peningkatan
kualitas hasil belajar.