BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan pada hakekatnya adalah agen of trust atau agen kepercayaan sebagai suatu lembaga yang sangat bergantung dari kepercayaan masyarakat. Tanpa ada kepercayaan masyarakat tentunya suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Hal ini dikarenakan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. 1 Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, lembaga pemerintah, swasta maupun perorangan penyimpan dananya, melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan. 2 Oleh karena itu, bank dituntut untuk berperan sebagai agen pembangunan yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. 3 Fungsi lembaga perbankan sebagai perantara pihak-pihak tersebut yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana membawa konsekuensi pada timbulnya interaksi yang intensif antara bank sebagai pelaku usaha dengan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa perbankan. Hubungan antara bank dan nasabah dalam penyimpan dana pada prinsipnya adalah dilandasi oleh hubungan kepercayaan yang lazimnya disebut fiduciary relation. Bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan atas dasar kepercayaan sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat tersebut. 4 Hal ini dapat ditunjukkan dari sisi pihak yang memiliki kelebihan dana, interaksi dengan bank terjadi pada saat pihak yang kelebihan dana tersebut 1 Pasal 1 angka 2 Undang-Undnag Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 2 Sentosa Sembiring. 2008. Hukum Perbankan. Bandung: CV Mandar Maju, hlm. 7. 3 Budi Untung. 2005. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi, hlm. 14. 4 Djoni S. Ghazali dan Rachmadi Usman. 2010. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 56. UPN "VETERAN" JAKARTA

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lembaga perbankan pada hakekatnya adalah agen of trust atau agen

kepercayaan sebagai suatu lembaga yang sangat bergantung dari kepercayaan

masyarakat. Tanpa ada kepercayaan masyarakat tentunya suatu bank tidak akan

mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Hal ini dikarenakan bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.1

Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan,

lembaga pemerintah, swasta maupun perorangan penyimpan dananya, melalui

kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan.2 Oleh karena itu, bank

dituntut untuk berperan sebagai agen pembangunan yaitu sebagai lembaga yang

bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.3

Fungsi lembaga perbankan sebagai perantara pihak-pihak tersebut yang

memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana membawa

konsekuensi pada timbulnya interaksi yang intensif antara bank sebagai pelaku

usaha dengan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa perbankan. Hubungan

antara bank dan nasabah dalam penyimpan dana pada prinsipnya adalah dilandasi

oleh hubungan kepercayaan yang lazimnya disebut fiduciary relation.

Bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan atas dasar

kepercayaan sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap

memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat tersebut.4

Hal ini dapat ditunjukkan dari sisi pihak yang memiliki kelebihan dana,

interaksi dengan bank terjadi pada saat pihak yang kelebihan dana tersebut

1 Pasal 1 angka 2 Undang-Undnag Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 2 Sentosa Sembiring. 2008. Hukum Perbankan. Bandung: CV Mandar Maju, hlm. 7.

3 Budi Untung. 2005. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi, hlm. 14.

4 Djoni S. Ghazali dan Rachmadi Usman. 2010. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 56.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

2

menyimpan dananya pada bank dalam bentuk giro, tabungan, deposito, sementara

dari sisi pihak yang memerlukan dana, interaksi terjadi pada saat pihak yang

memerlukan dana tersebut meminjam dana dari bank guna keperluan tertentu.

Selain itu, interaksi antara bank dengan nasabah dapat pula mengambil bentuk

lain pada saat nasabah melakukan transaksi jasa perbankan selain penyimpanan dan

peminjaman dana. Bentuk transaksi lain tersebut seperti misalnya, jasa transfer dana

dengan menggunakan kartu ATM, inkaso, maupun aset safe deposit.5 Oleh karena

itu, bank dituntut oleh nasabah untuk dapat memberikan kemudahan dalam

menggunakan produk dan jasa perbankan.

Untuk memenuhi tuntutan nasabah dalam kemudahan bertransaksi maka bank

harus melakukan inovasi dan kreasi menyangkut sarana atau fasilitas produk dan

jasa perbankan yang dapat digunakan untuk bertransaksi bagi nasabah, terutama

pada penggunaan electronic banking adalah ATM atau Automated Teller Machines

menjadi kebutuhan vital masyarakat dalam bertransaksi. Selain menggunakan kartu

ATM, transaksi elektronik (e-transaction) dalam dunia perbankan adalah erat

kaitannya dengan internet banking.

Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau yang disebut dengan Automated Teller

Machine merupakan suatu sistem perangkat komputerisasi yang dipergunakan oleh

lembaga perbankan sebagai salah satu upaya untuk menyediakan sistem layanan

transaksi keuangan di tempat-tempat umum tanpa harus melalui pegawai bank

(teller).6

Menurut Karen Furst, Internet Banking merupakan suatu bentuk pemanfaatan

media internet oleh bank untuk mempromosikan dan sekaligus melakukan transaksi

secara online, baik dari produk yang sifatnya konvensional maupun yang baru.

Dengan adanya internet banking setiap nasabah mampu melakukan kegiatan

5

Joice Irma Runtu Thomas. 2013. Pertanggungjawaban Bank terhadap Hak Nasabah yang

Dirugikan dalam Pembobolan Rekening Nasabah. Jurnal Lex et Societatis, Vol. I/No.1/ Januari – Maret

2013, hlm. 124. 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai

Mandiri (ATM) dalam Sistem Perbankan di Indonesia. Jurnal Magister Hukum Udayana Universitas

Udayana, Vol. 5 No. 1 : 119 – 130, hlm. 121.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

3

transaksi elektronik setiap saat dengan mengaksesnya melalui personal computer,

ponsel maupun media wireless lainnya.7

Di dalam menciptakan dasar sistem internet banking maka lembaga keuangan

bank harus menyediakan harus menyediakan fasilitas layanan internet banking yang

real-time dan cross-channel view dari semua informasi nasabah. Sehingga, lembaga

keuangan bank dapat merespon dengan segera untuk setiap kontak atau transaksi

dengan nasabah, memperbaiki layanan nasabah, membuka kesempatan keuntungan

untuk penjualan secara silang, dan juga dengan layanan internet banking ini

diharapkan lembaga keuangan mampu masuk pada generasi selanjutnya dari retail

banking.8

Pada pelaksanaan dari internet banking masih terdapat beberapa potensi

lubang atau bocornya keamanan (security hole) pada teknis pelaksanaan layanan

internet banking itu sendiri. Pengguna menerima serangan berupa virus yang dapat

menyadap, mengubah, menghapus, atau memalsukan data (PIN, nomor kartu kredit,

dan kunci rahasia).9 Selain itu, informasi dalam penyedia jasa layanan internet dapat

disadap dan dipalsukan, sehingga penyadap dapat menerima informasi tentang

pelanggan penyedia jasa layanan internet tersebut.

Adanya kelemahan-kelemahan tersebut, diperlukan adanya upaya pengamanan

terhadap layanan internet banking. Selain bentuk proteksi terhadap layanan itu

sendiri, upaya pengamanan harus dilakukan dari segi regulasi. Dalam hal ini, Bank

Indonesia telah menciptakan beberapa regulasi yang mengatur penyelenggaraan

internet banking oleh bank pada umumnya sebagai berikut :

a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/18/DPNP Tanggal 20 April 2004 Tentang

Penerapan Manajemen Risiko Pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui

Internet;

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 Tentang Penerapan Manajemen

Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum;

7 Karen Furst. 2002. Internet Banking: Development and Prospect. Journal: Program on Information

Policy, Harvard University, April 2002, hlm. 4. 8 Budi Agus Riswandi. 2005. Aspek Hukum Internet Banking. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

hlm. 20. 9 Budi Rahardjo. 2001. Aspek Teknologi dan Keamanan Dalam Internet Banking dalam Seminat

“Internet Banking: Implementasi dan Tantangannnya ke Depan”. Bank Indonesia: Banking Research and

Regulation Directorate, 13 Agustus 2001.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

4

c. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/30/DPNP Tanggal 12 Desember 2007

Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi

Oleh Bank Umum;

d. Peraturan Bank Indonesia Nomor:11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik;

e. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:11/11/DASP Tanggal 13 April 2009

Tentang Uang Elektronik.

Bagi nasabah pengguna kartu ATM sekarang telah banyak yang mengalami

masalah seperti kartu tertelan, uang yang tidak keluar pada saat penarikan, serta

rekening yang terdebet. Nasabah menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan terdapat dalam Pasal 1 ayat (16) yaitu nasabah adalah pihak

yang menggunakan jasa bank. Nasabah dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Nasabah penyimpan yaitu nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam

bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan

(Pasal 1 ayat (17)).

2. Nasabah debitur yaitu nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan

berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (Pasal 1 ayat

(18)).

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dapat dikatakan

bahwa tidak memuat secara terperinci ketentuan mengenai perlindungan hukum bagi

nasabah bank. Pada Pasal 29 ayat (5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang

sebagaimana diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan disebutkan, “Untuk kepentingan nasabah, bank menyediakan informasi

mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian bagi transaksi nasabah yang

dilakukan melalui bank.”

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP/2012 7 Juni 2012

Perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP/2009 13

April 2009 Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu, prinsip perlindungan nasabah sebagai berikut:

Ketentuan butir VII.A diubah sehingga berbunyi :

Prinsip Perlindungan Nasabah

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

5

Penerbit wajib menerapkan prinsip perlindungan nasabah dalam

menyelenggarakan kegiatan APMK (Alat Pembayaran Melalui Kartu)

yang antara lain dilakukan dengan

1. Menyampaikan informasi tertulis kepada pemegang kartu atas APMK

yang diterbitkan. Informasi tersebut wajib disampaikan dengan

menggunakan Bahasa Indonesia yang jelas dan mudah dimengerti,

ditulis dalam huruf dan angka yang mudah dibaca oleh pemegang kartu,

dan disampaikan secara benar dan tepat waktu.

2. Menyediakan sarana dan nomor telepon yang dapat dengan mudah

digunakan dan/atau dihubungi oleh calon Pemegang Kartu dan

Pemegang Kartu dalam rangka melakukan verifikasi kebenaran segala

fasilitas yang ditawarkan dan/atau informasi yang disampaikan oleh

penerbit.

Menurut Surat Edaran Nomor 14/17/DASP/2012 7 Juni 2012 Perihal

Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP/2009 13 April

2009 Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan

Kartu, penerbit wajib memberikan informasi tertulis kepada pemegang kartu,

sekurang-kurangnya meliputi:

1. Prosedur dan tata cara pengguna kartu, fasilitas yang melekat pada kartu, dan

resiko yang mungkin timbul dari penggunaan kartu tersebut;

2. Hak dan kewajiban pemegang kartu, sekurang-kurangnya meliputi:

a) Hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh pemegang kartu dalam

penggunaan kartunya, termasuk segala konsekuensi/resiko yang mungkin

timbul dari penggunaan kartu, misalnya tidak memberikan Personal

Identification Number (PIN) kepada orang lain dan berhati-hati saat

melakukan transaksi melalui mesin ATM;

b) Hak dan tanggung jawab pemegang kartu dalam hal terjadi berbagai hal yang

mengakibatkan kerugikan bagi pemegang kartu dan/atau penerbit, baik yang

disebabkan karena adanya pemalsuan kartu, kegagalan system penerbit, atau

sebab yang lainnya;

c) Jenis dan besarnya biaya yang dikenakan; dan

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

6

d) Tata cara dan konsekuensi apabila pemegang kartu tidak lagi berkeinginan

menjadi pemegang kartu.

3. Tata cara pengajuan pengaduan yang berkaitan dengan penggunaan kartu dan

perkiraan waktu penanganan pengaduan tersebut.

Masalah perlindungan hukum bagi nasabah perbankan merupakan suatu hal

yang masih sangat dilematis, sehingga sampai saat ini perlindungan hukum bagi

nasabah belum maksimal untuk mendapatkan kepastian yang baik dalam sistem

perbankan nasional. Penyelenggaraan e-banking yang sangat dipengaruhi dengan

perkembangan teknologi informasi dalam kenyataanya selain transaksi perbankan

menjadi sangat mudah dan praktis tetapi di sisi lainya membuat adanya risiko yang

dapat merugikan nasabah.

Penggunaan kartu ATM sudah bukan hal yang baru lagi bagi masyarakat

sekarang ini. Seiring dengan berkembangnya zaman penggunaan kartu ATM

sekarang ini telah banyak digunakan oleh kalangan masyarakat sebagai nasabah

bank. Nasabah yang semakin banyak yang menggunakan kartu ATM membuat

banyak pihak ketiga yang tergiur untuk dapat memanfaatkan situasi ini.

Hal ini menyebabkan terjadi banyak kasus-kasus yang dikarenakan ATM.

Kasus-kasus yang umum terjadi seperti kartu tertelan, uang yang tidak keluar pada

saat penarikan, penggandaan kartu atm, serta rekening yang terdebet. Tidak hanya

itu kasus kejahatan yang banyak meresahkan pihak bank dan nasabahnya salah

satunya adalah pembobolan ATM.10

Resiko kerugian nasabah dapat dilihat dari terjadinya kasus pembobolan dana

nasabah di beberapa bank yang beroperasi di Indonesia, seperti pada tahun 2011

terjadi aksi pembobolan bank yang dilakukan oleh Malinda Dee sebagai mantan

Manajer Relationship Citibank sebagai salah satu bank swasta yang memiliki

reputasi baik di dunia perbankan. Selain itu, juga pernah terjadi kasus pembobolan

dana nasabah yang dilakukan oleh Parmadi selaku KepalaTeller di Bank Mandiri

cabang Pondok Kelapa, Duren Sawit Jakarta Timur dengan nilai kerugian mencapai

Rp. 2,2 miliar.

10

R. Totok Sugiharto. 2010. Tips ATM Anti Bobol: Mengenali Modus-Modus Kejahatan Lewat

ATM dan Tips Cerdik Menghindarinya. Yogyakarta: MedPress, hlm. 26-27.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

7

Pembobolan dana nasabah di Bank BRI mencapai Rp. 29 miliar, Bank BNI Rp.

4,5 miliar, Bank BII Rp. 3,6 miliar, Bank Panin Rp. 2,5 miliar, Bank Danamon Rp.3

miliar, Bank Victoria Rp.7 miliar, Bank BPR Rp. 7 miliar, dan Citibank sebesar

Rp.17 miliar, dengan nilai kerugian negara yang disebabkan oleh kejahatan

perbankan mencapai Rp. 202,3 miliar.11

Masyarakat pada umumnya tidak mengetahui hak dan kewajibannya sebagai

nasabah apabila terjadi masalah dalam penggunaan kartu ATM. Sosialisasi yang

minim terhadap aturan-aturan hukum tersebut mengakibatkan masyarakat tidak

memahami perlindungan hukum apabila masyarakat mengalami kerugian terutama

masalah kartu ATM.

Dari berbagai kasus tersebut maka hak-hak nasabah yang harus diwujudkan

oleh penyedia jasa sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 4 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjadi tanggung jawab

sepenuhnya sebagai penyedia jasa dan nasabah mendapatkan fasilitas terbaik

terutama dalam hal yang berkaitan dengan keamanan nasabah sendiri.

Pada penelitian tesis ini, peneliti berupaya menyajikan sebuah kasus dari

peristiwa yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2012 yang diduga merugikan nasabah

pengguna ATM Prioritas/Priority yang tertelan di mesin ATM Bank Mandiri.

Setelah kartu ATM tertelan, nasabah pergi mencari Bank Mandiri terdekat untuk

melaporkan tertelannya kartu ATM miliknya tersebut.

Kemudian, berkisar 10 menit setelah nasabah pergi meninggal ATM, nasabah

ditelepon oleh temannya yang memberitahukan tentang kedatangan dua orang

teknisi ATM nasabah, yaitu teknisi dari PT Tunas Artha Gardatama yang telah

membuka mesin ATM dan mengambil kurang lebih lima kartu ATM yang tertelan

di dalam mesin ATM tersebut, kemudian teknisi tersebut menyerahkan kartu ATM

kepada nasabah tersebut dan nasabah tersebut tanpa melakukan pengecekan pada

kondisi fisik kartu ATM tersebut pada keesokan harinya, kartu ATM yang diterima

oleh nasabah dari teknisi tersebut dicoba di mesin ATM ternyata tidak dapat

digunakan.

11

Tjie Sisie. 2014. Tanggung Jawab Bank Atas Hilangnya Dana Nasabah.

http://hukumkini.blogspot.co.id/2014/02/tanggung-jawab-bank-atas-hilangnya-dana.html diakses tanggal

30 November 2017.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

8

Pada tanggal 14 Maret 2012, nasabah melakukan pengecekan saldo rekening

miliknya dengan cara meminta rekening koran ke Bank Mandiri, ternyata dana atau

uang milik nasabah tersebut telah hilang dengan sejumlah Rp. 585 juta.

Kejadian tersebut mencerminkan pada awalnya adalah diduga telah terjadi

kerugian yang dialami oleh nasabah dengan hilangnya dana nasabah dalam rekening

miliknya sehingga Bank Mandiri dengan melibatkan PT Tunas Artha Gardatama

selaku penanggungjawab dalam hal keamanan dan perawatan sistem dan mesin

ATM Bank Mandiri diajukan ke ranah hukum melalui jalur pengadilan dengan

Putusan No. 150/Pdt/G/2012/PN.Jkt.Sel.

Meskipun peristiwa tersebut telah terjadi pada tahun 2012 namun peneliti

beranggapan bahwa dalam pengkajian dari sisi akademis yang berkaitan dengan

ketentuan hukum perbankan dan perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen

maka penelitian tesis ini dapat menyajikan analisis yang mendalam berkaitan dengan

adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh nasabah dalam mendapatkan haknya

ketika muncul dugaan adanya kerugian yang dialami oleh nasabah atas hilangnya

uang di rekening milik nasabah pada suatu bank, sehingga diperlukan suatu

pembuktian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia.

Antara bank dengan nasabah terdapat hubungan hukum yakni hubungan

kontraktual. Hubungan kontraktual ini terjadi pada saat nasabah menjalin hubungan

hukum. Hubungan kontraktual tersebut timbul karena adanya perjanjian antara

kedua belah pihak.

Dalam hal ini, nasabah sebelum mendapatkan kartu ATM harus

menandatangani perjanjian yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh pihak bank.

Menurut Undang-Undang Perbankan, hubungan hukum antara nasabah dengan bank

bukan sekadar hubungan kontraktual biasa antara debitur dengan kreditur yang

diliputi asas-asas dalam hukum perjanjian, tetapi juga hubungan kepercayaan yang

diliputi asas kepercayaan.

Secara eksplisit, undang-undang mengakui bahwa hubungan antara bank dan

nasabah penyimpan dana adalah hubungan kepercayaan yang membawa

konsekuensi bank tidak boleh hanya memperhatikan kepentingan nasabah

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

9

penyimpan dana, tetapi juga membebankan kewajiban-kewajiban kepercayaan bank

terhadap nasabahnya.12

Atas dasar permasalahan berkaitan dengan kasus hilangnya dana nasabah

sebagai akibat tertelannya kartu ATM di mesin ATM Bank Mandiri yang mencapai

ratusan miliar rupiah sangat menarik untuk diteliti berkaitan dengan perlindungan

hak nasabah atas penggunaan fasilitas produk perbankan dalam transaksi elektronik

perbankan melalui Automated Teller Machines (ATM) dan internet banking.

Oleh karena itu, penelitian tesis ini akan meneliti tentang “Perlindungan Hak

Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (Studi Kasus: Putusan No.

150/Pdt.G/2012/PN.Jkt Sel)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dalam penelitian

tesis ini maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengaturan perlindungan hak nasabah pengguna Anjungan Tunai

Mandiri pada Putusan Nomor 150/Pdt.G/2012/PN.Jkt Sel?

2. Apa upaya yang dilakukan oleh pihak Bank terkait nasabah pengguna Anjungan

Tunai Mandiri pada Putusan Nomor 150/Pdt.G/2012/PN.Jkt Sel?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pengaturan perlindungan hak

nasabah pengguna Anjungan Tunai Mandiri pada Putusan Nomor

150/Pdt.G/2012/PN.Jkt Sel.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang upaya yang dilakukan oleh pihak

Bank terkait nasabah pengguna Anjungan Tunai Mandiri pada Putusan Nomor

150/Pdt.G/2012/PN.Jkt Sel.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian tesis ini terdapat dua manfaat yaitu manfaat secara

teoritis dan manfaat secara praktis.

12

Rachmadi Usman. 2011. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, hlm. 16-17.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

10

Manfaat secara teoritis diharapkan penelitian tesis ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran berkaitan dengan disiplin ilmu hukum terutama hukum bisnis

dalam kajian perlindungan hak nasabah dan upaya hukum oleh pihak bank dalam

perkara kerugian dana nasabah pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Manfaat secara praktis diharapkan penelitian tesis ini dapat

merekomendasikan saran dan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan

melakukan analisis berkaitan dengan perlindungan hak nasabah pengguna Anjungan

Tunai Mandiri.

1.5 Kerangka Teoritis

1.5.1 Hukum Perjanjian/Kontrak

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,

salah satu pihak memiliki hak untuk menuntut sesuatu dari pihak lain, dan pihak

yang lain tersebut memiliki kewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Pihak yang

berhak menuntut sesuatu itu dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedangkan pihak

yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang.13

Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi secara sukarela, maka kreditur dapat

menuntut debitur ke pengadilan. Adapun barang sesuatu yang dapat dituntut

dinamakan “prestasi” yang menurut undang-undang berupa :14

1) Menyerahkan suatu barang

2) Melakukan suatu perbuatan

3) Tidak melakukan suatu perbuatan.

Mengenai sumber-sumber perikatan, oleh Undang-Undang diterangkan bahwa

suatu perikatan dapat lahir dari suatu persetujuan (perjanjian) atau dari Undang-

Undang. Perikatan yang lahir dari Undang-Undang dapat dibagi lagi atas perikatan-

perikatan yang lahir dari undang-undang saja dan yang lahir dari undang-undang

karena perbuatan orang.

Yang terakhir ini dapat dibagi lagi atas perikatan-perikatan yang lahir dari

suatu perbuatan yang diperbolehkan dan perbuatan yang berlawanan dengan hukum.

Apabila seseorang yang berhutang tidak memenuhi kewajibannya, menurut bahasa

13

Subekti R. Hukum Perjanjian. Bandung: Intermasa, 2005, hal. 1. 14

Subekti R. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Bandung: Intermasa, 2002, hal. 122.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

11

hukum ia melakukan “wanprestasi” yang menyebabkan ia dapat digugat di depan

hakim.

Menurut Harahap mendefinisikan perjanjian sebagai berikut: “perjanjian

adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau

lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan

sekaligus kewajiban pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.”15

Perjanjian menurut hukum perikatan adalah hubungan hukum dibidang harta

kekayaan, bukan hubungan hukum ataupun hubungan-hubungan lainnya diluar

hukum mengakibatkan adanya hak dan kewajiban yang dapat dituntut dan

dilaksanakan oleh para pihak secara hukum.

Hak tertuju pada perolehan prestasi sedangkan kewajiban tertuju pada

pelaksanaan perjanjian yang bisa bersifat sepihak artinya hanya menimbulkan hak

dipihak yang satu dan kewajiban di pihak lainnya dan prestasi yang dimiliki oleh

masing-masing pihak atau perjanjian secara timbal balik, artinya disatu pihak

menimbulkan kewajiban pada pihak lainnya dan sebagainya.

Jadi dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak

adalah pihak yang wajib berprestasi (debitor), dan pihak lainnya adalah yang berhak

atas prestasi tersebut (kreditor).16

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, karena

memang pada kenyataannya perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu

perjanjian, tetapi sebagaimana sudah dikatakan tadi, terdapat juga sumber-sumber

lain yang melahirkan perikatan.

Sumber-sumber lain ini tercakup dengan nama undang-undang. Jadi dapat

disimpulkan, ada perikatan yang lahir dari “perjanjian” dan ada perikatan yang lahir

dari undang-undang.”17

Adapun asas-asas hukum dalam perjanjian adalah sebagai berikut.

A. Asas Konsensualitas

15

M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung:Alumni,1986, hal.6. 16

Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2008, hal.92. 17

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku Kesatu, Bandung:PT

Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 1.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

12

Dalam melakukan perjanjian hal yang paling utama yang harus

ditonjolkan ialah bahwa kita berpegang pada asas konsensualitas, yang

merupakan syarat mutlak bagi hukum perjanjian modern dan bagi terciptanya

kepastian hukum.18

Asas konsensualitas mempunyai arti terpenting yaitu bahwa untuk

melahirkan adalah cukup dengan dicapainya sepakat mengenai hal-hal pokok

dari perjanjian tersebut dan bahwa perjanjian itu (dan perikatan yang

ditimbulkan karenanya) sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya

consensus atau kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah

apabila hal-hal yang pokok sudah disepakati dan tidak diperlukan suatu

formalitas.19

Asas konsensualisme ini tercermin dalam perjanjian pasal 1458

KUHPerdata tentang perjanjian jual beli. Terhadap asas konsensualisme

terdapat pengecualian yaitu bagi perjanjian formil dan perjanjian riil. Perjanjian

formil ialah perjanjian yang disamping memenuhi syarat kata sepakat juga harus

memenuhi formalitas tertentu, seperti perjanjian perdamaian yang harus dibuat

secara tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 1851 ayat (2) KUHPerdata,

demikian pula tentang perjanjian jual beli atas tanah dan bangunan tidak

dimungkinkan hanya dibuat perjanjian secara lisan saja.

Perjanjian Riil ialah perjanjian yang harus memenuhi kata sepakat dan

perbuatan tertentu untuk melahirkan perjanjian seperti perjanjian penitipan.

Perjanjian penitipan yaitu perjanjian yang mensyaratkan adanya penyerahan

dari pihak yang dititipi (Pasal 1694 KUHPerdata).20

B. Asas Kekuatan Mengikat

Baik dalam prinsip kekuatan mengikat, kita dapat merujuk pada pasal

1338 ayat 1 KUHPerdata, “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Di dalam pasal 1339

KUHPerdata dimasukkan prinsip kekuatan mengikat ini, “Suatu perjanjian tidak

hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi

18

Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992, hal 5. 19

Subekti, Ibid, hal. 15. 20

Sri Soesilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarief, Akhmad Budi Cahyono, Hukum Perdata (Suatu

Pengantar), Jakarta: Gitama Jaya Jakarta, 2005, hal.145.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

13

juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh

kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.”

Janji terhadap kata yang diucapkan sendiri adalah mengikat. Persetujuan

ini pada hakikatnya diletakkan oleh para pihak sendiri di atas pundak masing-

masing dan menetapkan ruang lingkup dan dampaknya. Persetujuan mempunyai

akibat hukum dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak.

Adagium/ungkapan Pacta Sunt Servanda diakui sebagai aturan bahwa

semua persetujuan yang dibuat oleh manusia-manusia secara timbal balik pada

hakikatnya bermaksud untuk dipenuhi dan jika perludapat dipaksakan sehingga

secara hukum mengikat.

C. Asas Kebebasan Berkontrak

Prinsip bahwa orang terikat pada persetujuan-persetujuan

mengasumsikan adanya suatu kebebasan tertentu di dalam masyarakat untuk

dapat turut serta dalam lalu-lintas yuridis dan hal ini mengimplikasikan pula

prinsip kebebasan berkontrak.21

Kebebasan berkontrak adalah begitu esensial, baik bagi individu untuk

mengembangkan diri di dalam kehidupan pribadi dan di dalam lalu-lintas

kemasyarakatan serta untuk mengindahkan kepentingan-kepentingan harta

kekayaannya, maupun bagi masyarakat sebagai suatu kesatuan, sehingga hal-hal

tersebut oleh beberapa penulis dianggap sebagai suatu hak dasar.

Ketentuan tersebut memberi kebebasan kepada para pihak untuk dengan

bebas membuat perjanjian apa saja asalkan tidak bertentangan dengan Undang-

undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Dengan demikian para pihak diberi

kesempatan untuk membuat klausula-klausula yang menyimpang dari ketentuan

Buku III KUHP Perdata.

Ketentuan yang dapat disimpangi adalah ketentuan yang bersifat

optional atau pilihan, sedangkan ketentuan yang bersifat memaksa seperti syarat

sahnya perjanjian adalah ketentuan yang tidak dapat disimpangi oleh para pihak.

Salah satu contoh ketentuan yang bersifat optional adalah ketentuan tentang

risiko.

21

Johannes Ibrahim. Kartu Kredit (Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan), Bandung: PT Refika

Aditama, 2004, hal. 38.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

14

Dengan adanya asas kebebasan berkontrak maka diharapkan para pihak

dapat membuat perjanjian-perjanjian apa saja secara bebas sesuai

perkembangan zaman, mengingat masyarakat yang terus berkembang akan

menjadi sulit jika setiap perjanjian harus ada terlebih dahulu ketentuan Undang-

undang yang mengaturnya sehingga dengan terbukanya sistem yang dianut

Buku III KUHPerdata dan asas kebebasan berkontrak ini akan memberikan

kepastian hukum bagi para pihak yang membuat perjanjian.22

D. Asas Itikad Baik

Hukum perjanjian menganut asas itikad baik, seperti yang terkandung

dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, yang menyatakan, “Perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik”. Ketentuan ini memberi wewenang kepada

hakim untuk mengawasi pelaksanakan perjanjian supaya tidak bertentangan

dengan rasa keadilan.

Dalam praktek hakim dapat mencampuri isi perjanjian yang berat

sebelah yang merugikan pihak yang lemah dan tidak sesuai dengan rasa

keadilan, Itikad baik dalam perjanjian mengacu pada kepatutan dan keadilan,

sehingga dalam pelaksanaan perjanjian disyaratkan dilaksanakan dengan itikad

baik.

Jika dianalisa lebih jauh itikad baik ini merupakan pengecualian dari

asas kebebasan berkontrak, dimana dalam asas kebebasan berkontrak para pihak

diberi kebebasan untuk perjanjian seringkali posisi para pihak tidak seimbang

baik dari segi ekonomi pendidikan dan pengaruh atau sukses, sehingga

dimungkinkan perjanjian ditentukan secara sepihak oleh pihak yang lebih kuat

sementara pihak yang lain karena kelemahannya dimanfaatkan oleh pihak yang

kuat secara tidak adil.23

Adapun syarat sahnya perjanjian diperlukan empat syarat berdasarkan pasal

1320 KHUP, yaitu:

1. Kata sepakat

2. Kedua belah pihak cakap untuk membuat perjanjian

22

Sri Soesilowati Mhdi, Surini Ahlan Sjarief, Akhmad Budi Cahyono. Op.Cit, hal. 146. 23

Sri Soesilowati Mhdi, Surini Ahlan Sjarief, Akhmad Budi Cahyono. Op.Cit, hal. 147.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

15

3. Mengenai suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Dua syarat pertama dinamakan syarat subjektif karena mengenai orang-

orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian sedangkan untuk syarat

selanjutnya dinamakan syarat-syarat objektif karena mengenai perjanjian itu sendiri

atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.

Dengan kata sepakat, dimaksudkan bahwa kedua belah pihak yang

mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju, atau seia-sekata mengenai hal-hal

pokok yang dari perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh salah satu

pihak, juga dikehendaki oleh pihak lain. Mereka menghendaki sesuatu yang sama

secara timbal balik, dan kesepakatan tersebut harus diberikan secara bebas, artinya

bebas dari paksaan, kekhilafan, dan penipuan sebagaimana dalam pasal 1320

KUHPerdata.

Seseorang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada

asasnya setiap orang yang sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat pikirannya adalah

cakap menurut hukum. Dalam pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

disebut sebagai orang yang tidak cakap menurut hukum untuk membuat suatu

perjanjian adalah:

1) Anak yang belum dewasa

2) Orang yang ditaruh dibawah pengampuan

3) Perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang, dan semua

orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat perjanjian itu.

Adanya kecakapan untuk bertindak dalam hukum merupakan syarat subjektif

kedua terbentuknya suatu perjanjian yang sah di antara para pihak. Kecakapan

bertindak ini dalam banyak hal berhubungan dengan masalah kewenangan bertindak

dalam hukum.

Meskipun kedua hal tersebut secara prinsipal berbeda, namun dalam hal

membahas masalah kecakapan bertindak yang melahirkan suatu perjanjian yang sah,

maka masalah kewenangan untuk bertindak tidak dapat dilupakan. Jika masalah

kecakapan untuk bertindak berkaitan dengan kedewasaan seseorang yang melakukan

suatu tindakan atau perbuatan hukum, masalah kewenangan berkaitan dengan

kapasitas orang perseorangan tersebut.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

16

Pada dasarnya yang paling pokok dan mendasar adalah masalah kecakapan

untuk bertindak. Setelah seseorang dinyatakan cukup untuk bertindak untuk dan atas

namanya sendiri, baru kemudian dicari tahu apakah orang perorangan yang cakap

bertindak dalam hukum tersebut, juga berwenang untuk melakukan suatu tindakan

atau perbuatan hukum tertentu.

Sebagai syarat ketiga juga disebutkan bahwa suatu perjanjian harus mengenai

suatu hal tertentu, yang artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua

belah pihak jika timbul suatu perselisihan. Barang yang dimaksudkan ke dalam

perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya. Bahwa barang tersebut sudah ada

atau sudah berada di tangan si berutang pada waktu perjanjian dibuat tidak

diharuskan oleh undang-undang. Juga jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal

dikemudian hari hari dapat ditentukan atau dapat ditetapkan.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjelaskan hal tertentu, dengan

memberikan rumusan dalam Pasal 1333 KUHPerdata, yang berbunyi sebagai berikut,

“suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok perjanjian berupa suatu

kebendaan yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan

bahwa jumlah kebendaan tidak tentu, asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan

atau dapat dihitung.”

Dengan rumusan “pokok perjanjian berupa barang yang telah ditentukan

jenisnya” tampak bahwa KUHPerdata hanya menekankan kepada perikatan untuk

memberikan atau menyerahkan sesuatu. Namun demikian jika diperhatikan lebih

lanjut, rumusan tersebut hendak menegaskan kepada kita semua bahwa apapun jenis

perikatannya, baik untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau untuk tidak

berbuat sesuatu, KUHPerdata hendak menjelaskan, bahwa semua jenis perikatan

tersebut pasti melibatkan keberadaan atau eksistensi dari suatu kebendaan tertentu.

Syarat yang terakhir adalah suatu perjanjian adalah sah dengan adanya suatu

sebab yang halal dengan sebab ini dimaksudkan tiada lain dari isi perjanjian. Dengan

segera harus dihilangkan suatu kemungkinan salah sangka, bahwa sebab itu adalah

sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian yang termaksud.

Tetapi bukan hal tersebut yang dimaksudkan oleh undang-undang dengan

sebab yang halal itu. Sesuatu yang menyebabkan seseorang untuk membuat suatu

perjanjian pada asasnya tidak tidak diperdulikan oleh Undang-Undang. Hukum pada

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

17

asasnya tidak menghiraukan apa yang berada dalam gagasan seseorang atau apa

yang dicita-citakan seseorang.

Yang diperhatikan oleh hukum atau undang-undang adalah apakah suatu

perjanjian tersebut melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Pengertian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang disini adalah undang-

undang yang bersifat melindungi kepentingan umum, sehingga jika dilanggar dapat

mengganggu ketertiban umum.24

Dengan demikian dimungkinkan untuk melanggar ketentuan tentang Undang-

Undang yang mengatur hubungan hukum tertentu diantara para pihak yang

mengadakan perjanjian, misalnya menurut Pasal 1460 KUHPerdata resiko dalam

jual beli berada di tangan pembeli, dapat disimpangi berdasarkan kesepakatan para

pihak bahwa resiko ditanggung penjual. Sehingga berdasarkan kesepakatan tersebut

jika terjadi sesuatu terhadap barang yang dijual di luar kesalahan para pihak sebelum

barang diserahkan menjadi tangungan si penjual, misalnya dalam perjalanan barang

yang akan diserahkan rusak akibat adanya gempa bumi.

Dalam hal syarat-syarat diatas tidak terpenuhi harus dibedakan antara syarat

subjektif dan syarat obyektif. Dalam hal syarat obyektif, apabila syarat itu tidak

terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya dari semula tidak pernah

dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.

Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan

suatu perikatakan hukum adalah gagal. Dengan demikian, maka tidak ada dasar

untuk saling menuntut di depan hakim. Dalam bahasa inggris dikatakan bahwa

perjanjian yang demikian itu dinamakan null and void.

Dalam hal suatu syarat subjektif, jika syarat itu tidak terpenuhi maka,

perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak mempunyai hak

untuk meminta agar perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan

itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara

tidak bebas. Jadi perjanjian yang telah dibuat itu tetap mengikat selama tidak

dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan.

24

Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law cet.2, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1996, hal. 99.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

18

Untuk mengetahui sistem perlindungan nasabah bank maka kita harus melihat

aspek yuridis tentang bank dan perbankan. Bank berasal dari kata Italia banco yang

artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani

kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan

populer menjadi Bank.

Terdapat berbagai definisi mengenai bank atau perbankan, namun pada

dasarnya masing-masing mendapat memiliki pengertian yang sama. Salah satu

pendapat menyatakan bahwa bank adalah badan yang mempunyai tugas utama

melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan menyalurkan dana dari pihak

yang kelebihan dana (surplus) ke pihak yang kekurangan dana (defisit), serta ada

beberapa pendapat lain. Kedua tugas tersebut dinamakan fungsi intermediasi.

1.5.2 Ketentuan Aturan Perbankan dalam Penggunaan ATM

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

dan merupakan perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992. Sedangkan

perbankan menurut undang-undang tersebut adalah segala sesuatu yang menyangkut

tentang bank mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa

sektor perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan

penunjang sistem pembayaran.

Peran perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan lebih memperhatikan

pembiayaan pada koperasi, pengusaha kecil dan menengah, serta berbagai lapisan

masyarakat tanpa diskriminasi sehingga pada akhirnya akan memperkuat struktur

perekonomian nasional. Bank juga perlu memberikan perhatian yang lebih besar

guna meningkatkan kinerja perekonomian di wilayah operasi tiap-tiap kantornya.

Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang terpenting bagi masyarakat

dalam suatu Negara. Dalam sistem perekonomian ini, terdapat Bank umum dan

Bank Perkreditan Rakyat, dimana bank tersebut dijalankan dan dimiliki oleh Negara

ataupun oleh swasta.

Di samping itu terdapat Bank Sentral yang mengatur serta mengawasi system

kerja sama bank tersebut dan membantu mencapai tujuan ekonomi dalam

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

19

pembangunan perekonomian nasional, yakni agar ekonomi masyarakat semakin adil

dan merata.

Adapun pengertian Bank itu sendiri menurut undang-undang Perbankan

Nomor 10 tahun 1998 pasal 2 adalah: “Badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak”

Pengaturan tentang perbankan di Indonesia telah di atur mulai dari undang-

undang nomor 12 tahun 1967, undang-undang nomor 7 tahun 1992 dan undang-

undang nomor 10 tahun 1998. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 telah mengatur

bank dan berbagai usaha yang terkait di dalamnya. Itulah sebabnya jasa perbankan

telah di tetapkan dalam undang-undang tersebut salah satunya yaitu dengan

penggunaan ATM.

ATM memang sudah menjadi kebutuhan penting bagi sebagian besar nasabah

bank dalam rangka transaksi secara mudah, nyaman, dan cepat. Misalnya,

pengambilan uang, pembayaran, dan transfer dana antar rekening. Tidak heran,

perputaran uang lewat ATM bisa mencapai puluhan triliun rupiah per hari. Namun,

di tengah tingginya kebutuhan terhadap ATM, penjahat bank selalu berupaya

mendahului menguasai perkembangan kecanggihan teknologi ATM.

Pengaturan tentang ATM belum terperinci seperti pengaturan pertanggung

jawaban perbankan, pengaturan tentang tuntutan ganti rugi dan aturan-aturan lain

yang terkait dengan mengatur system perlindungan ATM. Banyaknya nasabah yang

mengalami penipuan dalam penggunaan ATM terutama oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab seharusnya dilindungi oleh pihak bank dengan memberikan

jaminan penggantian kerugian terhadap nasabah sebagai bentuk perlindungan

konsumen.

Bank mengakui, secara yuridis, pemilik rekening simpanan berhak

mendapatkan informasi atas rekening simpanannya, termasuk mutasi transaksi yang

dilakukan pada rekening yang bersangkutan. Dalam hal informasi atas suatu

rekening simpanan diminta oleh pihak selain pemilik rekening yang bersangkutan,

maka pemberian informasi tersebut harus memenuhi ketentuan rahasia bank

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

20

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan

atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan.

Dalam hal nasabah menyampaikan pengaduan kepada bank, maka

penyelesaian mengenai pengaduan nasabah menyampaikan pengaduan kepada bank,

maka penyelesaian mengenai pengaduan nasabah harus tunduk pada PBI No:

7/7/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2006 tentang prosedur penyelesaian pengaduan

nasabah sesuai peraturan internal masing-masing bank.

Bank tetap berpedoman pada undang-undang nomor 11 tahun 2008 sebagai

dasar hukum tentang perlindungan transaksi elektronik. Sesuai ketentuan pasal 15

ayat 1 UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, setiap

penyelenggara system elektronik harus menyelenggarakan sistem elektronik secara

andal dan aman serta bertanggung jawab beroperasinya dalam system elektronik

sebagaimana mestinya.

Selanjutnya dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa: andal artinya

system elektronik memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan

penggunaannya. Aman artinya system elektronik harus terlindungi secara fisik dan

non fisik. Beroperasi sebagaimana mestinya artinya elektronik memiliki kemampuan

sesuai dengan spesifikasinya.

Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, wajib

memberikan informasi mengenai risiko kerugian akibat transaksi sebagaimana

dimaksud didalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang dirubah oleh

Undang-Undang Nomor.10 Tahun 1998 tentang Perbankan khususnya pada Pasal 29

ayat 4.

Peranan dari lembaga perbankan tersebut, maka dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan nasional tidak berlebihan apabila lembaga perbankan ditempatkan

begitu strategis dan mendapat perhatian pemerintah melalui pembinaan yang intensif.

Bank sebagai suatu lembaga yang melindungi dana nasabah juga berkewajiban

menjaga kerahasiaan terhadap dana nasabahnya dari pihak-pihak yang dapat

merugikan nasabah.

Hal tersebut juga termasuk dalam jaminan bank terhadap penggunaan ATM

oleh nasabah terhadap upaya-upaya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dan

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

21

sebaliknya masyarakat yang mempercayakan dananya untuk dikelola oleh bank juga

harus dilindungi terhadap tindakan yang semena-mena yang dilakukan oleh bank

yang dapat merugikan nasabahnya termasuk tindakan untuk tidak memberikan ganti

rugi akibat pembobolan ATM.

Bank adalah suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak

pada kepercayaan mutlak dari para nasabahnya yang mempercayakan dana dan jasa-

jasa lain yang dilakukan mereka melalui bank pada khususnya dan dari masyarakat

luas pada umumnya.25

Bank harus memegang teguh rahasia bank termasuk rahasia kepemilikan ATM

oleh nasabah baik PIN dan transaksi-transaksi agar supaya tidak mudah dilacak oleh

pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dengan demikian,istilah rahasia bank

mengacu kepada rahasia dalam hubungan antara bank dengan nasabahnya.

Rahasia-rahasia lain yang bukan merupakan rahasia antara bank dengan

nasabahnya, sesungguhnya pun bersifat “rahasia” tidak tergolong kedalam istilah

“rahasia bank” menurut undang-undang perbankan. Rahasia-rahasia lain yang bukan

rahasia bank tersebut misalnya rahasia mengenai data dalam hubungan dengan

pengawasan bank oleh Bank Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Ayat

(3), dan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana yang telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 50 KUHP menyebutkan bahwa barang siapa

melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang tidak dipidana,

sedangkan Pasal 51 ayat (1) KUHP, menyebutkan barang siapa melakukan

perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa untuk

melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak

dipidana.

Dalam keadaan seperti itu, terdapat suatu alasan pembenaran, sehingga apa

yang dilakukan oleh terdakwa benar, dan sudah semestinya demikian. Dalam bidang

perbankan misalnya mengenai pembukaan rahasia bank untuk kepentingan peradilan,

maka pejabat bank tidak dikenakan sanksi apabila membuka data dan keterangan

nasabahnya sepengetahuan pimpinan Bank Indonesia atas permintaan polisi, Jaksa

25

Sutedi, 2006. Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan

Kepailitan. Penerbit Sinar Grafika, Jakarta,hal. 1.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

22

atau Hakim, guna kepentingan peradilan (Pasal 42), atau atas permintaan,

persetujuan atau kuasa dari nasabahnya (Pasal 44 A Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan).

Perlindungan hukum antara Bank dengan nasabah sebagai pengguna kartu

ATM, menurut M. Hadjon adalah sebagai berikut.26

1. Perlindungan hukum yang preventif berfungsi untuk memberikan perlindungan

bagi nasabah dalam hal mencegah terjadinya sengketa.

2. Perlindungan hukum yang reprensif berfungsi untuk memberikan perlindungan

kepada nasabah dalam hal menyelesaikan terjadinya sengketa.

Perlindungan hukum di dalam Peraturan Perbankan tersebut diatur dalam pasal

29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan menyatakan

bahwa : “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai

timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan

melalui bank”.

Hal tersebut dapat dilihat secara tegas perlindungan hukum yang didapatkan

oleh nasabah sudah diatur sesuai dalam Pasal 4 huruf e Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 Perlindungan Konsumen telah disebutkan secara jelas bahwa : “hak

untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut.

Jika dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen pada Pasal 7 huruf f dan huruf g yang pada intinya

memberikan kompensasi, ganti rugi, karena kerugian yang ditimbulkan dari

pemakaian, penggunaan barang atau jasa yang diperdagangkan.

Pemerintah mengambil tindakan tegas dalam hal ini dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

dengan 4 pasal yang berlaku yaitu : Pasal 30 ayat (1), Pasal 30 ayat (3), Pasal 32

ayat (2), dan Pasal 36.

1.6 Kerangka Konseptual

26

Philipus M. Hadjon, 2007, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Peradaban, Jakarta hal.

13.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

23

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah sebagai

berikut.

1. Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi untuk menyimpan dana nasabah

dan menyalurkan dana melalui kredit untuk tujuan tertentu serta memberikan

fasilitas sarana alat berupa kartu ATM bagi nasabah dalam bertransaksi

sebagaimana diatur dengan ketentuan Undang-Undang Perbankan dan Peraturan

Bank Indonesia.

2. Nasabah adalah pengguna jasa keuangan perbankan yang mendapatkan fasilitas

kartu ATM dalam bertransaksi secara electronic banking sebagaimana diatur

dengan ketentuan Undang-Undang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia dan

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

3. Perlindungan Hak Nasabah berlandaskan pada asas-asas perlindungan bagi

pelaku usaha dan konsumen sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

1.7 Metode Penelitian

Peneliltian dalam tesis ini merupakan penelitian hukum normatif yang

mencakup pengumpulan data, pengolahan data dan analisa data. Sifatnya deskriptif

artinya menggambarkan faktor-faktor yang diteliti dihubungkan dengan peraturan

perundang-undangan, teori-teori dan pendapat para ahli hukum.27

Metode pendekatan yang digunakan adalah normatif yuridis. Pendekatan

normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti buku

kepustakaan. Dengan metode yuridis dimaksud untuk mengungkapkan berbagai

perangkat hukum yang dapat digunakan dalam rangka penegakan hukum di sektor

Perbankan.

Sumber data yang digunakan adalah (i) bahan-bahan hukum primer yaitu

bahan-bahan hukum yang mengikat yakni norma atau kaedah dasar dan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan hukum, (ii) bahan sekunder

yang memberi penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer, seperti hasil-hasil

penelitian, karya atau pendapat para pakar hukum, dan (iii) bahan tertier, yaitu

berupa ensiklopedia dan kamus-kamus.

27

Ronny Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002, hal 9 – 10.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - repository.upnvj.ac.idrepository.upnvj.ac.id/5229/5/BAB I.pdf · 6 Ni Nyoman Muryatini. 2016. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

24

1.8 Sistematika Penulisan

Penelitian tesis ini disusun kedalam lima bab dengan sistematika penulisan

sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritis, kerangka konseptual, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka berisikan tentang penjelasan mengenai aspek hukum

perjanjian antara Bank dengan nasabah, penjabaran fungsi dan manfaat electronic

bank meliputi Automated Teller Machines dan internet banking. Selain itu juga

dijabarkan tentang hak dan kewajiban meliputi tanggung jawab pihak Bank terhadap

nasabah pengguna ATM.

Bab III Metode Penelitian berisikan tentang jenis penelitian, sumber data,

metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan berisikan tentang perlindungan hak

nasabah pengguna Anjungan Tunai Mandiri melalui studi penelitian pada Putusan

Nomor 150/Pdt.G/2012/PN.Jkt Sel.

Bab V Penutup berisikan tentang kesimpulan dan saran.

UPN "VETERAN" JAKARTA