Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

32
STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF OLEH Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S.Kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017

Transcript of Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

Page 1: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF

OLEH

Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 2: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmatNya hasil KAJIAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DHF dapat diselesaikan pada waktunya. Penulisan ini sebagai bagian dari Tri

Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang peningkatan kualitas pendidikan.

Penulisan ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai

pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Rektor Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

3) Ketua Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

4) Rekan-rekan dosen khususnya pada bidang Keperawatan Medikal Bedah PSIK FK

Unud

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, walaupun penulis berusaha

semaksimal mungkin dan telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, masukkan dari pembaca untuk perbaikan laporan ini akan sangat dihargai dan

penulis tak lupa mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 28 Juli 2017

Penulis

Page 3: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

3

DAFTAR ISI

Halaman sampul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Kasus 4

Asuhan Keperawatan 4

Analisis Jurnal dan Jurnal Pendukung 22

Pendidikan Kesehatan 29

Page 4: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

4

KASUS

Seorang laki-laki berusia 25 tahun menjalani MRS hari ke-2 diagnosa DHF dengan

keluhan demam, nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing. TD

110/70 mmHg, rentang suhu 38o-39

oC sudah terjadi hampir 2 hari SMRS dan saat ini

38,5oC. Uji torniket positif, petekie (+), mual (+), muntah (+), BAB terakhir encer.

Nilai lab: Ht 55,3%, Hb 20g/dL, LED 50mm/jam, Leukosit 5700/µL. Pasien saat ini

merasa lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas fisik.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : .SMA

Pekerjaan : Pegawai swasta

Status perkawinan : Menikah

Agama : Hindu

Suku : Bali

Alamat : Jl. Imam bonjol. No. 14 Denpasar

Tanggal masuk : 28 Mei 2017

Tanggal pengkajian : 30 Mei 2017

Sumber Informasi : pasien dan keluarga

Diagnosa masuk : .DHF

Penanggung

Nama : Ny. K

Hubungan dengan pasien : Istri

2. Riwayat keluarga

Genogram (kalau perlu) : -

Page 5: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

5

Keterangan genogram : -

3. Status kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini

Keluhan utama (saat MRS dan saat ini): pasien mengeluh demam, nyeri

pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing.

Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini: saat masuk

rumah sakit pasien mengeluh demam, nyeri pada punggung dan tulang

hilang timbul, kepala pusing. Saat ini pasien merasa lemas dan tidak

mampu melakukan aktifitas fisik

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Apakah sebelum masuk rumah sakit pasien minum obat penurun

panas/parasetamol?

b. Status Kesehatan Masa Lalu

Apakah sebelumnya pasien sudah pernah menderita DHF?

Apakah sebelumnya pasien pernah dirawat karena penyakit tertentu?

Apakah sebelumnya pasien memiliki riwayat alergi obat atau makanan?

Apakah sebelumnya pasien pernsh memiliki riwayat tranfusi?

Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi dan pengguna

alkohol?

4. Riwayaan Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga pasien dalam satu rumah yang saat ini mengalami

DHF?

Apakah ada tetangga atau keluarga dalam jarak rumah yang berdekatan

saat ini mengalami DHF?

5. Diagnosa Medis dan therapy: DHF

6. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:

Apakah saat sakit pasien akan minum obat dan pergi ke petugas

kesehatan terdekat?

Apakah menurut pasien kesehatan itu penting?

b. Nutrisi/ metabolic:

Setelah masuk rumah sakit pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)

Page 6: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

6

Menilai apakah pasien mengalami perubahan porsi dan nafsu makan

sebelum dan setelah sakit?

Menilai bagaimana konsumsi makanan dan cairan pasien setelah sakit?

c. Pola eliminasi

Berdasarkan pengkajian pasien mengalami BAB terakhir encer

d. Pola aktivitas dan latihan (ADL dan latihan)

- Menilai apakah pasien mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti

perawatan diri, makan, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi, dan

berpindah secara mandiri atau dibantu

- Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

e. Pola tidur dan istirahat

Menilai frekuensi dan durasi periode istirahat dan tidur pasien sebelum

dan setelah sakit

Apakah ada masalah yang dirasakan saat tidur?

f. Pola kognitif-perseptual

Berdasarkan pada kasus Pasien merasa nyeri pada punggung dan tulang

yang hilang timbul

g. Pola persepsi diri/konsep diri

Menanyakan pada pasien selama sakit apakah ada peruubahan peran, harga

diri, gambaran diri, ideal diri dan identitas diri

h. Pola seksual dan reproduksi

Apakah selama sakit pasien mengalami perubahan dalam pemenuhan

kebutuhan seksual

i. Pola peran-hubungan

Apakah terjadi perubahan peran hubungan dalam keluarga dan peran sosial

selama pasien sakit dan dirawat di rumah sakit?

j. Pola manajemen koping stress

Menilai apakah pasien mengungkapkan keluhan yang dirasakan baik pada

petugas kesehatan maupun keluarga

k. Pola keyakinan-nilai

Menilai apakah pasien mampu melakukan persembahyangan selama sakit

atau hanya berdoa di tempat tidur

Page 7: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

7

7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Baik Sedang Lemah Kesadaran:

Composmentis

TTV TD: 110/70 Nadi : tidak dikaji

Suhu: 38,5 0 C RR: tidak dikaji

A. Kulit :

- Inspeksi : Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya edema dan

lesi

- Palpasi : Menilai ada tidaknya edema, menilai ada tidaknya nyeri

tekan, menilai akral pasien pana, hangat atau dingin

B. Kepala:

- Inspeksi : Melihat keadaan rambut dan kulit kepala, melihat ada

tidaknya lesi

- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan edema

C. Mata

- Inspeksi : Menilai apakah pandangan kabur atau tidak, menilai

warna konjuctiva dan sklera

- Palpasi : -

D. Telinga

- Inspeksi : Melihat apakah telinga simetris, menilai ada tidaknya lesi

- Palpasi : -

E. Hidung

- Inspeksi : Melihat ada tidaknya lesi, melihat apakah terdapat sekret,

saat anak bernafas terdapat cuping hidung

- Palpasi : -

F. Mulut

- Inspeksi : Melihat warna mukosa mulut dan serta apakah mukosa

mulut lembab atau kering

- Palpasi : -

G. Leher

- Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid pada

leher

Page 8: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

8

- Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid atau

kelenjar limfe

H. Dada

Payudara

- Inspeksi :

Areola : Menilai warna areola

Puting : Menilai apakah puting susu menonjol atau tidak

- Palpasi : -

Paru-paru

- Inspeksi : Menilai apakah gerakan dada kanan dan kiri simetris

- Palpasi : Menilai bagaimana retraksi dinding dada

- Auskultasi : Menilai suara nafas klien (suara nafas anak mengi)

Jantung

- Inspeksi : Menilai apakah iktus kordis terlihat atau tidak

- Palpasi : Menilai tempat terabanya iktus kordis

- Auskultasi : Menilai suara jantung dan menilai apakah ada suara

tambahan

I. Abdomen

- Inspeksi : Melihat keadaan perut dan tidaknya asites

- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan

- Perkusi : Apakah suara perkusi perut timfani atau tidak

- Auskultasi : Menilai bunyi bising usus

J. Sistem gastrointestinal

Pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)

K. Sistem muskuloskeletal

Berdasarkan kasus pasien mengeluh nyeri otot dan punggung hilang timbul

L. Genetalia

- Inspeksi : Melihat kebersihan genitalia

M. Anus dan rektum

- Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan anus dan rektum

N. Muskuloskeletal

- Mengkaji refleks kaki dengan tes pattela

Page 9: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

9

O. Neurologi

- Menilai tingkat kesadaran pasien (Composmentis)

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Data laboratorium yang berhubungan

Hematokrit: 55,3% (normal: 35-45%)

HB: 20g/dl. (normal 13-16g/dl)

LED: 50 mm/jam

Leukosit : 5700/uL (normal: 5000-10.000/uL)

Plt: 34.000/uL (normal: 150-400)

b. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain

Hasil torniket (+)

9. Analisa Data

No Tgl Data Etiologi Masalah

1. 30 Mei

2017

DS: Pasien

merasa lemas

dan tidak

mampu

melakukan

aktivitas fisik.

DO: Hasil

pemeriksaan lab

yang

menunjukan:

- Ht: 55,3%

- Hb: 20 g/dl

- LED :

5700/µL

- Plt: 34.000

/µL

Gigitan nyamuk aedes

aegypti

Masuknya virus dengue

dalam tubuh

Kontak dengan antibodi

Virus berekasi dengan

antibodi

Terbentuknya kompleks

virus antibodi

Aktivasi C3 & C5

Pelepasan C3a & C5a

Peningkatan permaibilitas

Kekurangan

Volume Cairan

Page 10: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

10

dinding pembuluh darah

Perembesan plasma keluar

menuju ekstravaskuler

Kekurangan volume

cairan

2. 30 Mei

2017

DS : Pasien

mengeluh

demam

DO :

- Suhu tubuh

38,5oC

(normal: 36,5

– 37,5oC)

- Kulit pasien

terasa panas

saat disentuh

Virus masuk sirkulasi

Menempel di sel fagosit

mononuklear

Masuk & menginfeksi sel

fagosit

Virus bereplikasi di dalam

sel fagosit

Aktivasi sel T helper, T

sitotoksis & sistem

komplemen

Merangsang mikrofag

melepaskan IL-1, TNF-α

& IFN-γ (pirogen

endogen)

Aktivasi IL-1 di

hipotalamus

Hipertemi

Page 11: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

11

Endothelium hipotalamus

meningkatkan produksi

prostaglandin &

neurotransmiter

Prostaglandin berikatan

dengan neuron prepiotik

di hipotalamus

Peningkatan thermostatic

set poin

Peningkatan suhu >

37,5oC

Hipertemi

3. 30 Mei

2017

DS : Pasien

mengatakan

lemas dan

merasa mual dan

sudah muntah

DO : Pasien

terlihat mual

Virus masuk dan bereaksi

dengan antibodi

Gangguan endotel

Agregasi trombosit

Mengaktivasi sistem

koagulasi

Pengeluaran ADP

(Adenosin Di Phosphat)

Trombosit melekat satu

Nausea

Page 12: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

12

sama lain

Trombosit dihancurkan

oleh RES

Kerja hati dan linfa

berlebihan untuk

menghancurkan trombosit

yang rusak

Hepatomegali-

Splenomegali

Mendesak lambung

Peningkatan HCl

Mual, muntah

Nausea

4. 30 Mei

2017

DS: Pasien

mengatakan

nyeri pada

punggung dan

tulang hilang

timbul

DO: -

Peningkatan permeabilitas

dinding pembuluh darah

Kebocoran plasma

Peningkatan hematokrit

Viskositas darah

Nyeri Akut

Page 13: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

13

meningkat

Aliran darah meningkat

Suplai O2 menurun

Penumpukan asam laktat

di sel otot

Nyeri otot dan punggung

Nyeri akut

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas):

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme regulasi

ditandai dengan peningkatan hematokrit.

2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit DHF ditandai dengan kulit panas

ketika disentuh

3. Nausea berhubungan dengan adanya iritasi gastrointestinal ditandai dengan mual

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen biological ditandai dengan pasien

menyatakan nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul

B. Perencanaan

No Diagnosa Rencana Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan

penurunan

mekanisme

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama ... di harapkan

cairan tubuh pasien

terpenuhi dan

hematokrit menuju

NIC Label:

Fluid Management

1. Memasang kateter

urine pada pasien

sesuai indikasi

2. Memonitor status

Fluid Management

1. Untuk mengetahui

jumlah urine yang

dapat dihasilkan

oleh pasien dan

terpenuhinya

Page 14: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

14

regulasi ditandai

dengan

peningkatan

hematokrit

rentang normal

Dengan kriteria hasil :

NOC Label:

Fluid Balance

1. Tekanan darah

pasien dalam rentan

normal yaitu 120/80

mmHg.

2. Turgor kulit pasien

normal.

3. Hematocrit pasien

dalam keadaan

normal yaitu 40 –

48%.

Hydration

1. Intake cairan pasien

terpenuhi (intake

cairan = output

cairan)

2. Pasien mampu

menghasilkan urine.

3. Bagian membrane

mukosa tubuh tidak

kering (seperti

mulut)

4. Pasien tidak merasa

kehausan

hydrasi pasien seperti

keadaan membrane

mukosa.

3. Memonitor tekanan

darah pasien.

4. Memonitor hasil lab

terutama adanya

penurunan dari

hematocrit pasien dari

55,3% dapat turun

sampai batas normal

yaitu 40 – 48%.

5. Memberikan terapi

cairan intravena pada

pasien sesuai

kebutuhan.

6. Memberikan cairan

melalui oral sesuai

kebutuhan.

7. Memberikan makanan

atau minuman yang

mengandung banyak

air seperti buah, juice

dan minuman berasa.

8. Memonitor pasien

yang mendapatkan

terapi elektrolit.

keseimbangan

cairan (intake

cairan = output

cairan)

2. Mukosa yang

kering terutama

mukosa bibir dapat

menjadi indikasi

pasien kekurangan

cairan.

3. Memastikan

tekanan darah

pasien tidak terlalu

rendah di bawah

normal.

4. Hematocrit pasien

dehidrasi akan

mengalami

peningkatan, maka

perlu mengetahui

jumlah hematocrit.

5. Pasien yang

kekurangan cairan

harus mendapatkan

cairan baik oral

maupun intravena.

6. Menambah cairan

tubuh pasien

7. Makanan atau

minuman yang

mengandung

banyak air

Page 15: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

15

membantu dalam

penambahan cairan

pada tubuh pasien

8. Agar dapat

menentukkan

tindakan yang perlu

dilakukan

2. Hipertermi

berhubungan

dengan penyakit

DHF ditandai

dengan kulit

panas ketika

disentuh

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama ... di harapkan

suhu tubuh pasien

menuju normal

Dengan kriteria hasil :

NOC:

Thermoregulation

1. Terjadi penurunan

pada suhu kulit

pasien yaitu saat

disentuh tidak terasa

panas

2. Warna kulit pasien

kembali ke warna

aslinya

3. Pasien tidak

mengalami

dehidrasi selama

hipertermi

Vital signs

1. Suhu tubuh stabil

stabil dan menuju

rentang normal

yaitu 36,50C -

NIC:

Fever Treatment

1. Memonitor

temperatur pasien

paling sedikit setiap 2

jam

2. Monitor frekuensi

pernafasan, nadi dan

tekanan darah pasien

agar tetap dalam

rentang normal

3. Monitor intake dan

output pasien sesuai

dengan kebutuhan

4. Berikan cairan

melalui IV dengan

jumlah sesuai anjuran

5. Berikan obat anti

piretik dengan dosis

sesuai anjuran dokter

6. Berikan kompres

hangat pada lipat paha

dan aksila pasien

7. Monitor komplikasi

terkait demam

Fever Treatment

1. Agar mengetahui

perubahan suhu

yang dialami

pasien dan jika

tidak ada

perubahan atau ke

arah yang lebih

buruk dapat

diberikan

medikasi yang

sesuai

2. Untuk mengetahui

perubahan yang

terjadi pada

pernafasan, nadi

dan tekanan darah

pasien dan dapat

diberikan

medikasi yang

sesuai

3. Agar terjadi

keseimbangan

antara intake dan

output serta

Page 16: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

16

37,50C.

2. Frekuensi

pernafasan (16-

20x/menit), tekanan

darah

(120/80mmHg) dan

nadi (60-

100x/menit) pasien

dalam rentang

normal

(kejang, penurunan

kesadaran, status

ketidakabnormalan

elektrolit,

ketidakseimbangan

asam basa)

8. Fasilitasi konsumsi

cairan sesuai anjuran

dan kebutuhan pasien

menghindari

dehidrasi yang

mungkin terjadi

pada pasien

4. Mempertahankan

kebutuhan cairan

pasien sehingga

mencegah

terjadinya

dehidrasi

5. Untuk

menurunkan panas

pasien dari 38,5oC

6. Dengan kompres

hangat pembuluh

darah melebar

sehingga pori-pori

kulit terbukan dan

membuat panas

yang terperangkap

dalam tubuh bisa

mnguap keluar

selain itu saat

kompres hangat

membuat

hipotalamus

menangkap pesan

bahwa suhu tubuh

tinggi sehingga

panas tubuh harus

diturunkan

7. Untuk mengetahui

Page 17: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

17

komplikasi yang

dapat terjadi dan

menentukkan

tindakan yang

harus dilakukan

8. Konsumsi cairan

dapat mencegah

dehidrasi pada

pasien

3. Nausea

berhubungan

dengan adanya

iritasi

gastrointestinal

ditandai dengan

mual

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama ... di harapkan

mual muntah pasien

berkurang

Dengan kriteria hasil :

NOC :

Nausea & Vomiting

Control

1. Pasien dapat

mengetahui dan

menghindari

penyebab mual

2. Meggunakan obat

antiemetik

Nausea & Vomiting

Severity

1. Frekuensi mual

pasien berkurang

2. Intensitas mual

pasien berkurang

3. Frekuensi muntah

pasien berkurang

NIC :

Nausea management

1. Lakukan pengkajian

mual secara lengkap

termasuk frekuensi,

durasi, tingkat mual,

dan faktor penyebab

mual.

2. Evaluasi efek mual

terhadap nafsu

makan, aktivitas

sehari-hari dan tidur

pasien

3. Berikan istirahat dan

tidur yang adekuat

untuk mengurangi

mual

4. Kolaborasi pemberian

obat antiemetik:

Metoclopramide 0,5

mg/berat badan

sebanyak 3xsehari

5. Anjurkan makan

NIC:

Nausea Management

1. Mengidentifikasi

secara lengkap

frekuensi , tingkat,

durasi dan faktor

penyebab mual

2. Memenuhi

kebutuhan nutrisi

pasien dan

mencegah mual

3. Mengidentifikasi

pengaruh mual

terhadap kualitas

hidup pasien dan

tidur pasien.

4. Mengurangi mual

dengan aksi

sentralnya pada

hipotalamus

5. Untuk menghindari

terjadinya mual

namun nutrisi tetap

Page 18: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

18

4. Intensitas muntah

pasien berkurang

5. Tidak ada

peningkatan sekresi

air liur

Nutritional Status :

Food & Fluin Intake

1. Pemasukan

makanan dan

minuman secara oral

kedalam tubuh

terpenuhi sesuai

dengan indikasi

2. Terpenuhinya

pemasukan nutrisi

lewat parenteral jika

tidak dapat lewat

oral

sedikit tapi sering dan

dalam keadaan hangat

6. Anjurkan pasien rutin

minum air putih

sesuai anjuran

Vomiting Management

1. Lakukan pengkajian

muntah dari warna,

konsistensi, ada

tidaknya darah, waktu

dan kekuatan

muntahnya.

2. Mengukur volume

muntah pasien

3. Mempertahankan

kebersihan mulut

pasien dengan tetap

menggosok gigi

selama sakit dan

berkumur setelah

muntah

4. Membersikan setelah

pasien muntah untuk

menghilangkan bau

dari muntahan dengan

berkumur

5. Ajari menggunakan

tehnik non

farmakologi seperti

relaksasi dan

mendengarkan musik

untuk pengalih

terpenuhi

6. Untuk menghindari

dehidrasi

Vomiting

Management

1. Mengidentifikasi

muntah dari warna,

konsistensi, darah

dan kekuatan

muntah

2. Mengidentifikasi

volume muntah

3. Untuk mengurangi

bau tidak sedap

dimulut, dan

memudahkan

pasien untuk

makan

4. Menghilangkan

bau tidak sedap

yang bisa

menyebabkan

muntah berulang

5. Untuk membantu

pasien lebih rileks

6. Untuk mengurangi

mual muntah pada

pasien

Nutritonal

Monitoring

1. Menjaga agar tidak

terjadi turgor kulit

Page 19: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

19

perhatian terhadap

mual muntah pasien

6. Menganjurkan

menghirup wangi

aromateraphy untuk

menangani muntah.

Nutritional Monitoring

1. Memantau turgor

kulit dan mobilitas

pasien

2. Memantau mual dan

muntah setiap hari

3. Memantau asupan

kalori dan makanan

pasien sesuai dengan

anjuran

4. Mengidentifikasi

perubahan selera

makan dan aktivitas

pasien

5. Memantau faktor

penentu pola makanan

seperti makanan yang

disuka, makanan dan

yang tidak disuka

namun tidak

bertentangan dengan

penyakitnya (seperti

makanan pedas,

makanan berlemak)

6. Melakukan

pemantauan uji lab

dan melakukan

mobilitas secara

mandiri

2. Mengurangi mual

muntah pasien

3. Memenuhi

kebutuhan asupan

kalori dan

makanan pasien

4. Mencegah

perubahan selera

makan dan

aktivitas pasien

5. Memenuhi

kebutuhan makan

sesuai faktor

penentu pola

makan

6. Menjaga uji lab

pasien dalam

keadaan normal

Page 20: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

20

seperti hematokrit,

hemoglobin, leukosit,

trombosit dan LED

4. Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

biological

ditandai dengan

pasien

menyatakan

nyeri pada

punggung dan

tulang hilang

timbul

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama ... di harapkan

nyeri yang dirasakan

pasien berkurang

Dengan kriteria hasil :

NOC:

Pain Control

1. Pasien dapat

menggunakan teknik

non farmakologi

untuk menurunkan

rasa nyeri

2. Menggunakan obat

non-analgesik sesuai

anjuran

Pain Level

1. Pasien dapat

menyampaikan

nyeri yang

dirasakan.

2. Durasi nyeri yang

dirasakan pasien

dapat berkurang.

3. Skala nyeri yang

dirasakan pasien

berkurang

4. Pasien dapat

mengekpresikan

NIC:

Pain Management

1. Lakukan pengkajian

nyeri secara

komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas

dan faktor presipitasi.

2. Kaji tipe dan sumber

nyeri untuk

menentukan

intervensi yang tepat.

3. Observasi reaksi

nonverbal dari

ketidaknyamanan.

4. Gunakan teknik

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalaman nyeri

klien.

5. Evaluasi bersama

klien dan tim

kesehatan lain tingkat

pengontrolan nyeri

yang dilakukan

6. Bantu klien untuk

memaksimalkan

dukungan dari

Pain Management

1. Penanganan nyeri

tidak dapat

disamakan pada

masing - masing

individu dan

kelompok umur

karena

penanganan nyeri

yang baik

memerlukan

perhatian khusus

terhadap

fisiologi,

anatomi, dan

karakteristik

farmakologi.

2. Penanganan nyeri

akan lebih tepat

sasaran apabila

sumber dari nyeri

telah

terindentifikasi

dengan jelas.

3. Untuk

mengetahui

tingkat

ketidaknyamanan

yang dirasakan

Page 21: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

21

rasa nyerinya.

sumber-sumber yang

klien miliki seperti

keluarga, teman dan

orang-orang disekitar

klien.

7. Kontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan,

kebisingan, dsb.

8. Kurangi faktor

presipitasi nyeri klien

(seperti ketakutan

yang dirasakan pasien

mengenai

penyakitnya)

9. Pilih dan lakukan

penanganan nyeri

baik secara

farmakologi

(analgesik) dan non

farmakologi.

10. Ajarkan klien tentang

pengendalian nyeri

dengan cara non

farmakologi seperti

teknik relaksasi,

distraksi, dsb.

oleh pasien

4. Komunikasi

terapeutik yang

terstrukur akan

memperjelas hal

yang dikaji,

dilakukan dan

dievaluasi.

5. Untuk

mengetahui

apakah terjadi

penurunan rasa

nyeri yang

dirasakan pasien

atau sebaliknya

6. Dengan adanya

dukungan dari

orang-orang

terdekat

diharapkan dapat

sedikit tidaknya

menurunkan rasa

nyeri yang

dirasakan pasien

7. Lingkungan yang

tidak nyaman

akan

memperparah

rasa nyeri yang

dirasakan.

8. Agar rasa nyeri

pasien dapat

Page 22: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

22

berkurang

9. Untuk

mengurangi rasa

nyeri yang

dirasakan pasien

10. Agar pasien dapat

mengaplikasikan

teknik non-

farmakologi

dalam menangani

nyeri yang

dirasakan.

ANALISIS JURNAL DAN JURNAL PENDUKUNG

Pada kasus dikatakan bahwa jumlah platelet (trombosit) pasien yaitu 34.000

sel/mm3, sedangkan rentang nilai normal platelet pada orang dewasa yaitu 150.000-

450.000sel/mm3

(Kusuma & Nurarif, 2014). Sehingga dari data tersebut dapat

diketahui bahwa pasien mengalami trombositopenia. Trombositopenia adalah suatu

keadaan dimana jumlah trombosit dalam tubuh menurun atau berkurang dari jumlah

normalnya (Henilayati, 2015). Sehingga untuk menangani kondisi tersebut,

intervensi jurnal yang diambil adalah hasil jurnal penelitian dari Subenthiran et al.

(2013), dengan judul, “Carica papaya Leaves Juice Significantly Accelerates the

Rate of Increase in Platelet Count among Patients with Dengue Fever and Dengue

Haemorrhagic Fever”.

Penelitian dalam jurnal tersebut dilakukan pada 145 pasien yang mengalami

DHF di Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah, Klang, Selangor, Malaysia dengan

rentang umur 18 sampai 60 tahun. Pasien-pasien tersebut nantinya dibagi ke dalam

dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Untuk kelompok

intervensi, disamping mendapatkan perawatan standar manajemen DHF diberikan

pula intervensi pemberian jus segar dari daun papaya (carica papaya), yang dibuat

Page 23: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

23

dari 50 gram daun papaya. Nantinya jus tersebut diberikan selama 3 hari berturut-

turut dengan frekuensi pemberian satu kali sehari, yang diberikan 15 menit setelah

sarapan. Sedangkan untuk kelompok kontrol hanya mendapatkan standar

manajemen penanganan DHF yang standar.

Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan yang signifikan dalam jumlah trombosit rata-rata 40 jam setelah

pemberian jus dari daun papaya (carica papaya) dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang hanya mendapatkan manajemen standar penanganan DHF tanpa

adanya intervensi tambahan.

Hasil yang didapatkan dari jurnal utama yang dianalisis tersebut juga

didukung oleh hasil penelitian dari Kasture et al. (2016), dengan judul, “A Multi-

centric, Double-blind, Placebo-controlled, Randomized, Prospective Study to

Evaluate the Efficacy and Safety of Carica papaya Leaf Extract, as Empirical

Therapy for Thrombocytopenia associated with Dengue Fever”, yang dilakukan

pada 300 pasien di 5 pusat, untuk mengevaluasi khasiat dan keamanan ekstrak daun

papaya carica sebagai terapi empiris untuk trombositopenia yang terkait dengan

demam berdarah. Seluruh subyek yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan

intervensi tersebut diikuti perkembangannya selama 5 hari. Hasilnya setelah

perawatan pada akhir hari ke-5, jumlah rata-rata trombosit dan nilai WBC

menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kelompok intervensi dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ching

et al. (2016), dengan judul “Complementary Alternative Medicine Use Among

Patients With Dengue Fever in the Hospital Setting: a Cross-Sectional Study in

Malaysia”, menyatakan bahwa dari hasil studi cross-sectional pasien dengan DHF

yang berkunjung ke 3 klinik berbeda di rumah sakit yang terletak di Selangor,

Malaysia, mendapatkan hasil bahwa penggunaan complementary alternative

medicine (CAM) total pada pasien dengan DHF adalah sebanyak 85,3% (N=261),

dengan jenis CAM yang paling popular dan banyak digunakan adalah salah satunya

ekstrak daun papaya (22,2%). Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa

sepertiga pasien dengan DHF menggunakan CAM sebagai salah satu pengobatan

dikarenakan mereka memiliki kesan yang baik terhadap CAM yaitu mempercayai

bahwa CAM dapat meredakan gejala penyakitnya, lebih aman dan membantu

Page 24: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

24

mereka pulih lebih cepat dari kondisi DHF tersebut. Dalam studi in vitro oleh

Dhara et al. (2016), ekstrak daun papaya terbukti berhubungan dengan adanya

peningkatan stabilisasi membran eritrosit. Flavonoid yang terdapat dalam ekstrak

daun papaya dapat menghambat protease yang terlibat dalam perakitan virus. Selain

itu, ekstrak daun papaya juga memiliki antioksidan dan penghambat radikal bebas

yang dapat membantu dalam pencegahan hemolisis dan perdarahan.

Untuk mengetahui kemungkinan penerapan dari intervensi jurnal utama

tersebut, maka dilakukan metode analisis dengan SWOT yang mendapatkan hasil

sebagai berikut :

STRENGHT (Kekuatan)

No. Faktor Kekuatan Skor Bobot Total

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

pemberian jus dari daun papaya (carica papaya)

terjadi peningkatan yang signifikan terhadap

jumlah trombosit pada pasien yang mendapatkan

intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

3 0,3 0,9

2. Intervensi dengan pemberian jus dari daun papaya

(carica papaya) aman untuk dikonsumsi karena

daun yang digunakan bebas dari herbisida dan

pestisida. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak

adanya pasien yang mengundurkan diri dari

penelitian karena efek samping yang ditimbulkan

dari pemberian jus daun papaya (carica papaya)

tersebut.

2 0,1 0,2

3. Bahan untuk pembuatan jus dari daun papaya

(carica papaya) mudah untuk didapatkan karena

dapat dibudidayakan sendiri.

3 0,3 0,9

4. Pembuatannya jus dari daun papaya (carica papaya)

tidak terlalu susah karena pada jurnal sudah

dijelaskan cara dan takaran pembuatannya

3 0,3 0,9

Page 25: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

25

Total Kekuatan - 1 2,9

WEAKNESS (Kelemahan)

No. Faktor Kelemahan Skor Bobot Total

1. Proses pembuatan jus dari daun papaya (carica

papaya) harus benar karena, apabila terdapat

kesalahan selama proses pembuatan dapat

menyebabkan senyawa atau kandungan yang

terdapat pada daun tersebut hilang atau berkurang

khasiatnya.

2 1 2

Total Kelemahan - 1 2

OPPORTUNITIES (Peluang)

No. Faktor Peluang Skor Bobot Total

1. Mudah diterima oleh masyarakat karena pada

dasarnya masyarakat Indonesia senang dengan obat

tradisional.

2 0,2 0,4

2. Penelitian jurnal dilakukan di negara Malaysia,

dimana Malaysia juga tropis serta memiliki

prevalensi kasus DHF yang termasuk tinggi.

2 0,2 0,4

3. Pemberian jus dari daun papaya (carica papaya)

termasuk kedalam salah satu penerapan dari terapi

alternatif dan komplementer. Penerapan dari terapi

alternatif dan komplementer tersebut telah tertuang

dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 103

tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan

tradisional, yang dalam pasal 12 ayat 2 tercantum

pemberian terapi alternatif komplementer.

3 0,3 0,9

4. Adanya jurnal-jurnal hasil penelitian lainnya yang

telah membuktikan tentang keefektivan dari daun

3 0,3 0,9

Page 26: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

26

papaya (carica papaya) dalam menangani DHF

utamanya dalam mengatasi kondisi

trombositopenia.

Total Peluang - 1 2,6

THREAT (Ancaman)

No. Faktor Ancaman Skor Bobot Total

1. Apabila penggunaan pohon carica tersebut tidak

bijak maka akan mengurangin jumlah dari pohon

tersebut karena di Indonesia pohon ini baru di

budidayakan.

2 1 2

Total Ancaman - 2

Analisis SWOT:

1. Selisih total kekuatan - total kelemahan = S – W = X (2,9 – 2 = 0,9)

2. Selisih total peluang - total ancaman = O – T = Y (2,6 – 2 = 0,6)

Jadi, nilai x dan y adalah 0,9 dan 0,6. Berdasarkan analisis SWOT yang telah

dilakukan, jurnal ini berada pada kuadran 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa

penerapan intervensi jurnal penelitian dari Subenthiran et al. (2013), dengan judul,

“Carica papaya Leaves Juice Significantly Accelerates the Rate of Increase in

K.1 (strategi SO atau

progresif)

(+,+)

K.3 (strategi WO atau

ubah strategi)

(-,+)

K.4 (strategi WT atau

bertahan)

(-,-)

K.2 (strategi ST atau

diversifikasi)

(+,-)

Page 27: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

27

Platelet Count among Patients with Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever”,

sangat mungkin untuk diterapkan.

Kemungkinan Penerapan Intervensi Jurnal dalam Tatanan Keperawatan di

Indonesia

Penerapan intervensi jurnal penelitian Subenthiran et al. (2013), dengan judul,

“Carica papaya Leaves Juice Significantly Accelerates the Rate of Increase in

Platelet Count among Patients with Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic

Fever” mungkin diterapkan di Indonesia melihat analisis SWOT yang telah

dilakukan diatas. Selain itu terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah

domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,

modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda

dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan terapi komplementer adalah

praktik kesehatan dengan pendekatan pengetahuan dan keyakinan tentang

pengelolaan tanaman, hewan, mineral, dan spritual yang dikombinasi untuk

mempertahankan kesejahteraan dan mencegah penyakit (Setyaningsih, 2012).

Keterbatasan pengobatan konvensional menjadi salah satu alasan terapi

komplementer dan alternatif berupa pengobatan herbal, menjadi salah satu pilihan

yang semakin dipertimbangkan oleh masyarakat Indonesia. Pengembangan terapi

komplementer dan alternatif harus menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan

khususnya perawat.

Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang Praktik

Keperawatan pasal 30 ayat (2) huruf m yang berbunyi “dalam menjalankan tugas

sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat, perawat

berwenang melakukan penatalaksanaan keperawatan kompelementer dan alternatif”.

Dalam penjelasannya pasal 30 ayat (2) huruf m tersebut adalah “melakukan

penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif merupakan bagian dari

penyelenggaraan praktik keperawatan dengan memasukan/mengintegrasikan terapi

komplementer dan alternatif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan” (Kemenkes,

2014).

Wewenang perawat dalam memberikan terapi komplementer dan alternatif

tentu tidak terlepas dari kultur (budaya) dan Sumber Daya Alam (SDM) Negara

Page 28: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

28

Indonesia yang memiliki beragam kepercayaan serta ribuan tanaman obat herbal

yang biasa digunakan dalam pengobatan alternatif dimasyarakat secara turun

temurun. Kekayaan alam dan budaya masyarakat Indonesia harus bisa dimanfaatkan

sebaik-baiknya khususnya dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah

pemanfaatan daun pepaya (carica papaya) untuk mengatasi Dengue Hemorraghic

Fever (DHF). Di Indonesia, telah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan terkait

dengan pengaruh pemberian ekstrak daun papaya sebagai obat herbal untuk demam

berdarah. Salah satunya adalah hasil penelitian dari Runadi dkk (2016), yang

menyatakan bahwa ekstrak air daun pepaya terbukti mampu meningkatkan jumlah

trombosit dan menurunkan waktu pembekuan darah pada trombositopenia. Daun

pepaya mengandung alkaloid termasuk karpain, pseudocarpain, dan dehidrokarpain I

dan II yang mana dapat beraksi pada sumsum tulang sehingga mencegah

penghancurannya dan meningkatkan produksi platelet (trombosit). Peningkatan dari

jumlah trombosit ini memicu berkurangnya juga kejadian pendarahan sehingga dapat

menghindari keparahan demam berdarah. Daun pepaya dalam bentuk jus juga

memicu meningkatnya kecepatan produksi trombosit yang ditandai dengan

meningkatnya jumlah trombosit setelah 40 dan 48 jam konsumsi jus daun papaya

(Runadi dkk, 2016).

Perawat memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan tersebut,

karena profesi perawat berinteraksi selama 24 jam dengan pasien. Hal tersebut

menjadikan alasan mengapa terapi komplementer menjadi bagian dari praktik

keperawatan (asuhan keperawatan) dikarenakan perawat merupakan salah satu

tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan upaya

kesehatan di masyarakat. Hampir dipastikan seluruh penyelenggaraan pelayanan

kesehatan memiliki tenaga perawat baik itu di rumah sakit, puskesmas, atau di

fasilitas pelayanan kesehatan lainya. Sehingga peran perawat sangatlah penting

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Sary, 2013).

Page 29: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

29

PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan

untuk perilaku agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Pendidikan

kesehatan bertujuan untuk mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau

masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan. Pendidikan kesehatan pada kasus DHF sangat penting untuk pasien dan

keluarga agar dalam menjalani proses penyembuhan dan pemulihan anatara keluarga

dan tenaga kesehatan serta pasien dapat bekerjasama secara kooperatif untuk

mencapai kesembuhan pasien. (Shidiq,Pasidi,2010)

Adapun pendidikan kesehatan yang dapat diberikan perawat kepada pasien adalah :

a. Menjelaskan pada pada pasien untuk melakukan teknik distraksi untuk

mengurangi nyeri punggung dan pusing seperti mendengarkan musik kesukaan

pasien agar pasien merasa lebih tenang.

b. Memberitahu pasien untuk kooperatif dengan semua tindakan yang dilakukan

oleh perawat

c. Menjelaskan kepada pasien bahwa tanda dan gejala yang dirasakan pasien saat

ini merupakan tanda gejala dari penyakit yang masih bisa diobati dan dapat

sembuh dengan mengikuti segala tindakan atau arahan yang diberikan dokter,

perawat maupun tenaga kesehatan lainnya

Adapun pendidikan kesehatan yang dapat diberikan perawata kepada keluarga pasien

adalah:

a. Memberitahu keluarga untuk menjaga agar side bed tetap terpasang untuk

mengurangi risiko jatuh karena pasien mengalami kelemahan.

b. Memberitahu keluarga untuk membantu mengingat berapa kali pasien pergi ke

kamar mandi untuk BAB dan dengan konsistensi yang seperti apa untuk

memudahkan perawat mengitung balance cairan.

c. Menyarankan keluarga membantu pasien ke kamar mandi atau menggunakan

yang tersedia untuk membantu pasien melakukan eliminasi karena pasien masih

merasa lemah dan belum mampu beraktifitas sendiri

d. Memberikan penjelasan tentang fase – fase pada DHF agar keluarga mengerti

dengan fase yang di lalui oleh pasien sehingga keluarga tidak merasa cemas dan

Page 30: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

30

mampu bekerjasama dengan perawat. DHF terdiri dari tiga fase yang harus

diketahui oleh keluarga pasien yaitu fase febris yang biasanya demam

mendadak tinggi 2 – 7 hari disertai muka kemerahan, kemerahan kulit, nyeri

seluruh tubuh, sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok,

infeksi faring dan konjungtiva, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula

ditemukan tanda perdarahan seperti petekie (bintik merah keunguan kecil dan

bulat pada kulit), perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi

perdarahan pervagina dan perdarahan gastrointestina. Fase kedua adalah fase

kritis, terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh

disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang

biasanya berlangsung selama 24 – 48 jam.. Pada fase ini dapat terjadi syok. Fase

terakhir adalah fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi

pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada

48– 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih

kembali, aliran darah stabil dan diuresis membaik. (Sudjana, 2010)

e. Memberikan penjelasan tanda - tanda shock agar keluarga dapat segera

mengenali dan melaporkan pada perawat. Keluarga perlu mengetahui adanya

tanda shock seperti progresif, takhikardi, ekstremitas yang dingin, Adanya

perdarahan yang signifikan, gangguan kesadaran, muntah berkelanjutan, nyeri

abdomen yang hebat atau bertambah. ( Wahyono, dkk, 2010)

f. Memberitahu keluarga untuk menjaga kesehatan keluarga lain agar selalu fit dan

terhindar dari penyakit yang sama dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk

dengan pakaian yang dimodifikasi maupun lotion anti nyamuk.

g. Saat persiapan pulang keluarga diberikan penjalasan mengenai cara hidup lebih

sehat dan menghindari perkembangan vektor nyamuk dirumah agar tidak

mengalami penyakit DHF berulang dengan cara menjaga lingkungan tetap bersih

dan terhindar dari sarang nyamuk maupun dengan melakukan proteksi pada diri.

Page 31: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

31

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing

Interventions Classification (NIC). Sixth Edition. America: Elsevier

Ching, S., Ramachandran, V., Gew, L.T., Lim, S.M., & et al. (2016).. Complementary

Alternative Medicine Use Among Patients With Dengue Fever in the Hospital Setting: a

Cross-Sectional Study in Malaysia. BMC Complementary and Alternative Medicine,vol.

16(37), p.2-7.

Dhara, R., Rubeena, A., Shweta, N., Bhavisva, P., & Kinjal, B. (2016). About Dengue Fever

And Carica Papaya, A Leaf Extract Of Papaya Is Use To Treat Dengue Fever:-A Review.

Indo American Journal of Pharmaceutical Research, vol. 6(8).

Henilayati, N.P.N. (2015). Tinjauan Pustaka. Retrieved from :

http://eprints.undip.ac.id/46793/3/Ni_Putu_Nova_Henilayati_22010111120039_Lap.KTI

_BAB_2.pdf diakses pada 30 Mei 2017

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:

Definition & Classification, 2015-2017. 10th

ed. Oxford : Wiley Blackwell

Kasture, P.N., Nagabushan, K.H. & Umar, A. (2016). A Multi-centric, Double-blind, Placebo-

controlled, Randomized, Prospective Study to Evaluate the Efficacy and Safety of Carica

papaya Leaf Extract,as Empirical Therapy for Thrombocytopenia associated with

Dengue Fever. Journal of The Association of Physicians of India, vol. 64, p.15-20.

Kemenkes RI. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang

Keperawatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kusuma, H. & Nurarif, A.H. (2014). Handbook for Health Student. Yogyakarta : Mediaction

Publishing.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes

Classification (NOC) Measurement of Health Outcomes Fifth Edition. America:

Elsevier

Runadi, D., Ferdiansyah, F., Halimah, E., Wicaksono, A.D. & Ardhya, D. (2016). Potensi Daun

Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Obat Herbal untuk Demam Berdarah. Farmaka, vol.

14(2), p. 1-17.

Page 32: Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S

32

Sary, R.A.N. (2013). BAB I Pendahuluan. Retrieved from:

http://eprints.undip.ac.id/44125/3/RinnaAyuNovita_G2A009097_BAB1KTI.pdf diakses

pada 30 Mei 2017.

Setyaningsih, Y. (2012). Tinjauan Pustaka. Retrieved from :

http://eprints.ums.ac.id/24121/2/04._BAB_II.pdf diakses pada 30 Mei 2017.

Shidiq, P. (2010). Keefektifan Penyuluhan Keluarga Terhadap Pemberantasan Demam

Berdarah Dengue Di Kabupaten Bondowoso. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Subenthiran, S., Choon, T.C., Cheong, K.C., Thayan, R. & et al. (2013). Carica papaya Leaves

Juice Significantly Accelerates the Rate of Increase in Platelet Count among Patients with

Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever. Evidence-Based Complementary and

Alternative Medicine, p.1-7.

Sudjana, P. (2010). Diagnosis Dini Penderita Dengue Dewasa. Buletin Jendela Epidemiologi

Volume 2 Kementrian Kesehatan RI

Wahyono, T. (2010). Demam Berdarah Dan Upaya Penanggulangannya. Buletin Jendela

Epidemiologi Volume 2 Kementrian Kesehatan RI.