BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana...

16
BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman permulaan abad ke 17 yaitu didirikannya “Oost Ind. Compagnie”yang mengangkat Melchior Kelchen seorang sekertaris College van Schenpenen sebagai notaris pertama di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620. Kemudian pada tanggal 16 Juni 1625 dibuat sebuah peraturan yang menetapkan bahwa seorang notaris wajib merahasiakan semua informasi yang diberikan kliennya serta dilarang menyerahkan salinan akta-akta milik kliennya. Peraturan ini disebut “Instruksi untuk Para Notaris” yang terdiri atas 10 Pasal. 1 Praktik kenotariatan di Indonesia tidak lepas dari pengaruh Belanda sebagai negara penjajah, dimana sebagai negara yang menganut sistem hukum civil law Belanda telah banyak menanamkan doktrin- doktrin mengenai sistem hukum ini. Sehingga meskipun telah lama merdeka Indonesia tetap menggunakan sistem hukum civil law danterus berlaku hingga saat ini. Praktik kenotariatan di Indonesia semakin diakui dengan dikeluarkannya Peraturan Tentang Jabatan Notaris (PJN) yang mengacu pada notariswet yang ada di Belanda pada 26 Januari 1860. Selanjutnya 1 Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Ke Notaris, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009, h 27.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

��

BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman permulaan abad

ke 17 yaitu didirikannya “Oost Ind. Compagnie”yang mengangkat

Melchior Kelchen seorang sekertaris College van Schenpenen sebagai

notaris pertama di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620. Kemudian

pada tanggal 16 Juni 1625 dibuat sebuah peraturan yang menetapkan

bahwa seorang notaris wajib merahasiakan semua informasi yang

diberikan kliennya serta dilarang menyerahkan salinan akta-akta milik

kliennya. Peraturan ini disebut “Instruksi untuk Para Notaris” yang terdiri

atas 10 Pasal.1

Praktik kenotariatan di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Belanda sebagai negara penjajah, dimana sebagai negara yang menganut

sistem hukum civil law Belanda telah banyak menanamkan doktrin-

doktrin mengenai sistem hukum ini. Sehingga meskipun telah lama

merdeka Indonesia tetap menggunakan sistem hukum civil law danterus

berlaku hingga saat ini.

Praktik kenotariatan di Indonesia semakin diakui dengan

dikeluarkannya Peraturan Tentang Jabatan Notaris (PJN) yang mengacu

pada notariswet yang ada di Belanda pada 26 Januari 1860. Selanjutnya

������������������������������������������������������������1Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Ke Notaris, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009, h

27.�

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

��

PJN dijadikan dasar pedoman bagi praktik kenotariatan yang berlaku di

Indonesia hingga disahkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris.2

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris (UUJN), Notaris adalah pejabat

umummewakiliPemerintah yang bertindak untuk dan atas nama Negara

dalam hal menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang

dibutuhkan pelaku hukum terhadap sebuah alat bukti tertulis yang bersifat

otentik. Didalam membuat alat bukti yang bersifat otentik terhadap sesuatu

objek hukum,Notaris wajib membuatkan alat bukti yang isinya

berdasarkan atas permintaan pihak berkepentingan. Alat bukti tersebut

disebut biasanya dikenal dengan sebutan Akta Notaris (Akta Otentik).

Akta otentiksendiri memiliki peranan penting dalam pembuktian Gugatan

Perdata.

Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)

terdapat 2 macam jenis Akta, yaitu Akta Otentik serta Akta di Bawah

Tangan.Dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Akta Otentik, yaitu merupakan sebuah dokumen yang dibuat dihadapan Notaris, yang secara sah dan dapat menjadi alat bukti yang sempurna. Sempurna sendiri berarti hakim menganggap semua yang tertera dalam akta merupakan hal yang benar, kecuali ada akta lain yang dapat membuktikan isi akta pertama tersebut salah. 3 Ada beberapa alasan yang menunjang kekuatan hukum dari sebuah akta otentik, yaitu akta otentik dibuat dihadapan seorang pejabat umum negara sehingga legalitasnya dapat dipastikan, ditambah lagi bahwaseorang pejabat umum negara

������������������������������������������������������������2Ibid, h 28.�3Ibid, h 83�

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

��

tidak memiliki keberpihakan dalam pembuatan akta. Hal lain yang membuat akta otentik memiliki kekuatan hukum yaitu karena akta otentik memiliki minuta akta yang disimpan oleh negara melalui Notaris, sehingga akan sanggat kecil kemungkinan akta tersebut hilang. Selain itu jika seseorang melakukan penyangkalan atas akta tersebut maka kebenarannya dapat segera dibuktikan.4

2. Akta di Bawah Tangan, yaitu akta yang dibuat bukan dihadapan notaris. Biasanya akta ini dibuat karena para pembuat perjanjian tidak mau repot dan saling memiliki kepercayaan satu sama lain. Pada akta dibawah tangan notaris tidak ikut bertanggung jawab terhadap isi kesepakatan atau perjanjian yang ada didalamnya. Notaris hanya bertugas melakukan legalisasi dan pencatatan dari akta bawah tangan yang dibawa ke hadapan notaris.5

Sedangkan dalam praktik Kenotariatan, Akta Notaris dibagi

menjadi dua yaitu, sebagai berikut :

1. Akta Partij (Partij Acte) atau Akta Pihak, akta yang berisi suatu keterangan dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan notaris, artinya diterangkan oleh pihak lain kepada notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang di hadapan notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu di hadapan notaris, agar keterangan atau perbuatan itu dikonstatir oleh notaris di dalam suatu akta otentik. Akta yang seperti itu dinamakan akta yang dibuat dihadapan notaris. Contohnya : perjanjian hibah, wasiat, kuasa, dan lain sebagainya.

2. Akta Relaas (Ambtelijke Acte) atau Akta Pejabat, Akta yang dibuat oleh notaris dapat merupakan suatu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni notaris sendiri, didalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Dengan kata lain, akta yang dibuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat oleh notaris. Contohnya : berita acara rapat para pemegang saham dalam perseroan terbatas.6

�������������������������������������������������������������Ibid, h 85�5Ibid, h 86��Tobing, G.H.S, Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, 1992, h. 46�

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

��

Pada akta partij selalu terdapat kekuatan bukti materiil sehingga

dianggap merupakan alat bukti sempurna, hal ini di sebabkan dalam akta

partij kebenaran dari isi akta tersebut ditentukan dan diakui oleh pihak-

pihak dan pejabat yang menerangkan seperti apa yang dilihat,

diketahuinya dari para pihak itu. Sebaliknya dalam akta relaas tidak selalu

terdapat kekuatan bukti materiil artinya setiap orang dapat menyangkal

kebenaran isi akta otentik itu asal dapat membuktikannya, sebab apa yang

dilihat dan dilakukan oleh pejabat itu hanya berdasarkan pada apa yang

dikehendaki oleh yang berkepentingan.7Dari dua jenis akta tersebut pula,

dapat pula dilihat bahwa baik akta partij maupun akta relaas memiliki

persamaan bahwa dalam pembuatannya tidak menujukan bahwa notaris

ikut serta dalam melakukan perbuatan hukumsebab terlihat bahwa isi dari

kedua jenis akta tersebut merupakan apa yang diinginkan oleh para pihak

yang terkait. Dengan demikian,secara teori Notaris dalam pembuatan akta

otentik hanya memiliki peran sebagai pihak yang menjamin bahwa isi dari

akta tersebut merupakan hal yang disampaikan pihak yang terkait

kepadanya.

Berdasarkan penjelasan sebelumya, apabila notaris dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa pembuatan akta otentik

telah berlaku sesuai dengan aturan hukum yang adamaka notaris tidak

dapat dikatakan sebagai pihak yang dianggap turut serta melakukan atau

membantu para pihak dalam kualifikasi hukum Pidana ataupun sebagai

Tergugat atau turut Tergugat dalam perkara Perdata.Namun meski

�������������������������������������������������������������Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 1992, h. 136.�

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

��

dalammenjalankan tugas kewenangan dan tanggungjawabnya berlaku

ketentuan yang demikian, tetapi masih saja dapat ditemukan kejadian

bahwa notaris dihadapkan dalam sebuah permasalahan hukum dimana

menyebabkannotaris yang bersangkutan dilaporkan telah melakukan

tindak Pidana.

Adjie berpendapat adapun tindak pidana yang dapat dikaitkan

dengan profesi Notaris adalah terkait prosedur pembuatan Akta otentik

apabila memenuhi unsur sebagai berikut :

1. Membuat surat palsu/yang dipalsukan dan menggunakan surat palsu/yang dipalsukan (Pasal 263 ayat (1) dan (2) KUHP)

2. Melakukan pemalsuan terhadap akta otentik (Pasal 264 KUHP) 3. Menyuruh mencantumkan keterangan palsu dalam akta otentik

(Pasal 266 KUHP) 4. Melakukan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan (Pasal

55 jo Pasal 263 ayat (1) dan (2) KUHP atau Pasal 264 atau Pasal 266 KUHP)

5. Membantu membuat surat palsu/atau yang dipalsukan dan atau menggunakan surat palsu/yang dipalsukan (Pasal 56 ayat (1) dan (2) jo Pasal 263 ayat (1) dan (2) atau Pasal 266 KUHP.8

Menurut Chazawi, terdapat perbedaan prinsip antara membuat

surat palsu dengan memalsukan surat, yaitu :9

1. Membuat Surat Palsu Sebelum perbuatan dilakukan maka belum ada suatu surat. Kemudian dibuat surat yang isinya sebagian atau seluruhnya tidak benar atau bertentangan dengan kebenaran.

2. Memalsukan Surat Sebelum perbuatan ini dilakukan, sudah terdapat sepucuk surat yang disebut surat asli. Kemudian pada surat asli, terhadap isinya (termasuk tanda tangan dan nama si pembuat asli) dilakukan perbuatan memalsukandan akibatnya surat yang semula benar menjadi surat yang sebagian atau seluruh isinya tidak benar atau bertentangan dengan kebenaran.

������������������������������������������������������������Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsiran Tematik Terhadap UU No.30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris), PT.Refika Aditama, 2008, h 76�Adami Chazawi, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2001, hal 99�

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

��

Dengan demikian pemidanaan terhadap Notaris dapat terjadi

apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :10

1. Adanya tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek-aspek formal akta yang dengan sengaja dan penuh kesadaran serta keinsyafan dan direncanakan bahwa akta yang dibuat dihadapan dan oleh Notaris bersama-sama dengan penghadap (sepakat) untuk dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak pidana;

2. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta dihadapan atau oleh Notaris yang dapat diukur berdasarkan UUJN dirasakan tidak sesuai; dan

3. Tindakan Notaris tersebut tidak sesuai menurut instansi yang berwenang (untuk menilai tindakan Notaris, dalam hal ini Majelis Pengawas Notaris).

Jadi apabila hendak mempidanakan notaris namun tanpa

melakukan pembuktian yang sangat mendalam hingga menemukan unsur

kesalahan atau kesengajaan yang dapat dikaitkan dengan notaris, itu

merupakan suatu tindakan tanpa dasar hukum dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan.11

Sebagai contoh sebuah tindak pidana memalsukan akta otentik

yang menyebutkanbahwa Notaris bersangkutan sebagai pelaku Pemalsuan

Surat (Akta Otentik),Penulis mengkaji permasalahan hukum yangterjadi di

Surakarta dengan hasil Putusan PengadilanPerkara Tindak Pidana Nomor

Perkara : 141/Pid.B/2009/PN.Ska jo No.167/Pid/2010/PT.Smg jo 1860

K/PID/2010.

��������������������������������������������������������������Habib Adjie, Op.Cit, h 30�11 Herlien Budiono,Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan Undang-Undang No.30

Tahun 2004(Dilema Notaris Diantara Negar, Masyarakat, Pasar)” Renvoi, No.4.28.III.3 September 2005, h 37�

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

��

Mulanya perkara ini merupakan sebuahgugatan dengan Pengugat

bernama Agus Sutanto dengan Nomor Perkara No.10/Pdt.G/2006/PN.Ska

jo No.35/Pdt/2007/PT.Smg jo No.617 K/Pdt/2008, dimana Tjondro

Santoso, S.H (selaku Notaris pembuat akta yang menimbulkan sengketa)

sebagai salah satu Tergugatnya yang menghasilkan putusan

berupaMenolak Gugatan atas nama Penggugat Agus Sutanto. Putusan ini

telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).

Kemudian oleh Pengugat diajukan kembali sebagai Perkara Pidana,dimana

setelah melalui tiga tahap persidangan menghasilkan Putusan berbeda.Pada

Tingkat Pengadilan Negeri dinyatakan bersalah dengan Pidana Penjara

selama 2 (dua) tahun, pada Tingkat Pengadilan Tinggi dengan putusan

yang sama yaitu bersalah dengan hukuman Pidana Penjara selama 1 (satu)

tahun dan 6 (enam) bulan namun pada Tingkat Kasasi Pengadilan

memberikanPutusan Akhir adalah membebaskan Terdakawa Tjondro

Santoso, S.H dari segala tuntutan hukum.

Pada kasus ini dijelaskan secara singkat, kejadian bermulaatas

laporan dari seorang bernama Agus Sutanto (Pelapor) kepada pihak

kepolisian POLDA Jawa Tengah No.Pol : LP/98/VII/2006 tertanggal 19

Juli 2006, tentang dugaan adanya persekongkolan dalam pemalsuan

sebuah akta dan kemudian berdasarkan laporan tersebut Penyidik POLDA

Jawa Tengah menetapkan3 orang Tersangka, yaitu : Anne Patricia Sutanto,

Yunita Koeswoyo dan Notaris Tjondro Santoso, S.H.. Dengan kronologi

kejadian sebagai berikut, pada tanggal 6 Januari 2006 Notaris Tjondro

Santoso, S.H bertempat dikantor Notaris Jl.Mr.Muh Yamin No.114

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

Surakarta, ditemui oleh dua orang wanita dalam kurun waktu berbeda

namun memiliki keinginan sama yaitu meminta untuk dibuatkan Akta.

Pukul 11.30 WIB, Yunita Koeswoyo (Pemohon) datang menemui Notaris

Tjondro Santoso, S.H., meminta dibuatkan sebuah aktamengenai

PernyataanKeputusanRapat (PKR) PT.Indo Veneer Utama penyesuaian

Anggaran Dasardan Anggaran Rumah Tanggadengan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun1995 tentang Peseroan Terbatas.Kemudian oleh Notaris

dibuatkan Akta No.2 tanggal 6 Januari 2006 tentang Perubahan Anggaran

Dasar PT. Indo Veneer Utama penyesuaian terhadap Undang-Undang

Nomor1 tahun1995 tentang Peseroan Terbatas. Kemudian padaPukul

14.30 WIB datang Anne Patricia Sutanto (Pemohon) dari perusahaan yang

sama dengan pemohon sebelumnyaPT.Indo Veneer Utama, menemui

Notaris Tjondro Santoso, S.Hdan meminta untuk dibuatkan sebuah Akta

tentang Hasil Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT.

Indo Veneer Utama. Dengan alasan tersebut Notaris Tjondro Santoso,

S.H., membuatkan Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 tentang Pernyataan

Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Indo Veneer

Utama. Kemudian oleh Notaris Tjondro Santoso, S.H., salinan Akta No.3

tanggal 6 Januari 2006 diserahkan kepada Anne Patricia Sutanto pada

tanggal 7 Januari 2006 namun karena ada perbaikan pada bagian promise

(sebelum pokok akta) Akta No.3 tanggal 6 Januari 2006 ditarik kembali

dan dikembalikan pada tanggal 13 Januari 2006. Dengan adanya salinan

tersebut dipergunakan oleh penghadap dalam merubah speciment tanda

tanggan di Bank Mandiri Cabang Jakarta, menguasai aset dan mengambil

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

alih jabatan Direktur PT. Indo Veneer Utama Surakarta. Dengan alasan

tersebut Pelapor yang semula merupakan pemegang saham merangkap

Komisaris PT. Indo Veneer Utama merasa dirugikan baik secara materiil

maupun hak lainnya sebagai Komisaris PT.Indo Veneer Utama yang juga

telah dirubah secara sepihak oleh Pengurus yang baru, dan melaporkan

kepada yang berwajib guna pengusutan lebih lanjut.

Dengan adanya laporan tersebut kemudian ketiga

Tersangkadiproses sesuai hukum yang berlaku. Kepada Tersangka Anne

Patricia Sutanto, setelah berkas perkaranya oleh Penyidik dilimpahkan

pada Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dan oleh Jaksa pada Kejaksaan

Tinggi Jawa Tengah ditetapkan sebagai Terdakwa dengan Nomor Perkara

No. 343/Pid.B/2007/PN.Ska. Yang dalam perkara tersebut Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Surakarta memutuskan Terdakwa Tidak Bersalah dan

dibebaskan dari segala dakwaan Jaksa Penuntut Umun yang dikuatkan

dengan Putusan Mahkamah Agung R.I No. 914 K/Pid/2008. Dan dengan

adanya putusan bebas atas nama Terdakwa Anne Patricia Sutanto dan

mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) kemudian

terhadap Tersangka Yunita Koeswoyo oleh POLDA Jawa Tengah

berdasarkan Surat DIRESKRIM POLDA JATENG No. Pol : B/115 b/ XII/

2008/RESKRIM tanggal 15 Desember 2008 menerbitkan Surat Perintah

Penghentian Penyidikan (SP.3). Sementara disisi lain berkas perkara

dengan Tersangka Notaris Tjondro Santoso, S.H yang oleh Penyidik

dilimpahkan pada Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dan oleh Jaksa

dinyatakan P.21 (berkas lengkap) dan menjadikan Notaris Tjondro

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

���

Santoso, S.H sebagai Terdakwa pada tanggal 17 September 2008 yang

dianggap sebagai Pelaku Tunggal oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU)

dengan isi dakwaan Memalsukan Akta Otentik. Dengan pertimbangan :

bahwa Notaris Tjondro Santoso, S.H dalam membuat kedua akta telah memasukan keterangan palsu atau keterangan yang tidak benar yang mana dalam akta No.2 tanggal 6 Januari 2006 oleh Notaris Tjondro Santoso, S.H telah dicantumkan kalimat / kata-kata telah mendapatkan pengesahan dari pihak berwajib, padahal yang sebenarnya akta No.2 tanggal 6 Januari 2006 tersebut belum mendapat pengesahan dari pihak yang berwajib dan belum jadi, baru mendapat pengesahan pada tanggal 16 Maret 200612

Sementara yang sebenarnya Akta No.2 tanggal 06 Januari 2006 baru

mendapatkan pengesahan pada tanggal 16 Maret 2006.Berdasarkan

pertimbangan tersebut kemudian JPU mendakwa Tjondro Santoso sebagai

pelaku tunggal dalam kasus ini.

Dalam perkara iniMajelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

menghasilkan Putusan dengan Nomor Perkara141/Pid.B/2009/PN.Ska,

menyatakan bahwa Terdakwa yang bernama Tjondro Santoso memenuhi

unsur pada Pasal 264 ayat (1) ke – 1 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) sehingga

dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana Memalsukan AktaOtentik

dan menghukum Terdakwa dengan Pidana Penjara selama 2 (dua) tahun.

Kemudian pendapat yang sama dinyatakan dalam Putusan Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Semarang dengan Nomor Perkara167/Pid/2010/PT.Smg

dimana menyatakan bahwa Terdakwa yang bernama Tjondro Santoso,

bersalah melakukan tindak pidana Memalsukan AktaOtentik dan

menghukum Terdakwa dengan Pidana Penjara selama 1 (satu) tahun dan 6

(enam) bulan. Namun pendapat berbeda disampaikan dalam Putusan

������������������������������������������������������������12 Putusan No. 141/Pid.B/2009/PN.Ska, h 4�

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

���

Majelis Hakim tingkat Kasasi dengan Nomor Perkara No.1860 K/Pid/2010

Terdakwa yang bernama Tjondro Santosodinyatakan Tidak Bersalah dan

Dibebaskan dari seluruh dakwaan dengan pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut :13

1. Bahwa sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Jabatan Notaris No.30 tahun 2004 dalam Pasal 15 ayat (1), maka akta yang dibuat oleh Notaris, adalah berdasarkan kemauan para penghadap, sehingga dalam pembuatan akta tersebut seorang Notaris sama sekali tidak mempunyai kepentingan apapun terhadap isi dari akta dibuatnya, oleh karena semua isi dan materi dari akta tersebut adalah menjadi tanggungjawab dari pada penghadap;

2. Bahwa terhadap kasus a quo dimana Terdakwa sebagai Notaris yang telah membuat akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 yang para pihaknya adalah Ny. Anne Patricia Sutanto dan Tuan Andi Sutanto telah membuat akta tentang Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Indo Veneer Utama, yang dalam ketentuan/syaratnya ditentukan secara tegas bahwa “PT. Indo Veneer Utama yang berkedudukan di Surakarta yang Anggaran Dasarnya telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib” (halaman 4 akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 dan Isi akta halaman 3 akta No.3). Jadi yang dicantumkan oleh Terdakwa sebagai Notaris yang telah mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwajib adalah Akta Pendirian yang merupakan Anggaran Dasar PT. Indo Veneer Utama yang dibuat oleh Notaris secara lengkap termuat dalam akta Notaris yang dibuat oleh Terdakwa, jadi bukan mengenai akta No.2 atau No. 3 yang telah mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwajib, seperti yang uraian dakwaan JPU;

3. Bahwa dengan demikian pada kasus a quo tidak terbukti bersalah adanya kesalahan dari Terdakwa, sebab yang terjadi adalah salah penafsiran tentang pengesahan dari akta itu sendiri yang terbit tanggal 16 Maret 2006 (akta No. 2), namun yang dimaksud dalam akta No. 3 adalah tentang Akta Pendirian yang merupakan Anggaran Dasar PT Indo Veneer Utama, karenanya Terdakwa tidak terdapat unsure kesalahannya, untuk itu harus dibebaskan (Glen Straff Zonder Schuld).

C. Rumusan Masalah

������������������������������������������������������������13 Putusan Mahkamah Agung No. 1860 K/Pid/2010, H 50-51.�

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

���

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, maka rumasan masalah

yang akan dikaji dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

Apakah notaris dapat dipertanggungjawabkan secara pidana dalam

menjalankan tugas tanggungjawab dan kewenangan profesi ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada tujuan penelitian yang ingin

diungkapkan adalah sebagai berikut :

Ingin mengetahui kemungkinan dalam menjalankan tugasnya

Notaris dapat dipertanggungjawaban menurut hukum Pidana.

E. Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat berguna dalam hal-hal sebagai

berikut, yaitu :

1. Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum serta sebagai

tambahan referensi dalam penelitian lain yang sejenis dengandasar

permasalahan yang sama,sehingga berguna bagi perkembangan Ilmu

Hukum dikemudian hari khususnya yang berkaitan profesi hukum

bidang Kenotariatan.

2. Praktis

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

���

Diharapkan dengan adanya skipsi ini dapat menjadi dasar

acuan atau pedoman atau pertimbangan atau masukan yang

berguna bagi :

a. Mahasiswa, yang hendak melakukan penelitian terhadap

topik mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap

Notaris.

b. Penegak Hukum, dalam proses penyelesaian perkara

hukum terhadap Notaris terkait pertanggungjawaban

pidana atas akta yang dibuatnya.

c. Pemerintah serta pembuat Undang-Undang, dalam

menetapkan dasar aturan serta sanksi terkait

pertanggungjawaban pidana yang dilakukan oleh

Notaris.

F. Metode Penelitian

Metodelogi penelitian merupakan proses-proses yang menjadi syarat

utama bagi kegiatan penulisan ilmiah sebagai bentuk upaya untuk

menghasilkan jawaban yang tepat atas rumusan masalah yang menjadi dasar

penelitian.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan pendekatan Yuridis

Normatif yang mengacu pada norma-norma hukum yang

terdapat dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Putusan-

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

���

Putusan Pengadilan serta norma-norma hukum yang berlaku

didalam lingkungan masyarakat.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang menggunakan

Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan Teori-

Teori Hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga

hukum dalam pelaksanaannya didalam lingkup masyarakat yang

berkenaan dengan objek penelitian.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan Data Sekunder

dengan maksud yaitu data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek

penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang penulis

gunakan dibagi dua, yaitu :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan hukum

yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan

yang terkait dengan objek penelitian. Dalam hal ini, bahan

hukum primer yang Penulis gunakan adalah :

1) Undang�Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris

2) Kitab Undang�Undang Hukum Pidana

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

���

3) Kitab Undang�Undang Hukum Perdata

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang

Peseroan Terbatas.

5) Putusan Pengadilan Negeri SurakartaNomor Perkara

141/Pid.B/2009/PN.Ska.

6) Putusan Pengadilan Tinggi SemarangNomor Perkara

161/Pid/2010/PT.Smg.

7) Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor Perkara

1860K/Pid/2010.

b. Bahan Sekunder

Merupakan bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta

menganalisis. :

1) Buku�buku Hukum

2) Kamus�kamus Hukum

3) Copyan Akte Notaris No.2 tanggal 6 Januari 2006

4) Copyan Akte Notaris No.3 tanggal 6 Januari 2006

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan dengan data yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan yang bersumber dari Peraturan Perundangan, buku,

dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8320/2/T1... · 2016-08-30 · Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman

���

G. Unit Amatan dan Analisa

1. Unit Amatan

Yang menjadi unit amatan pada penelitian ini adalah :

a. Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor Perkara

141/Pid.B/2009/PN.Ska

b. Putusan Pengadilan Tinggi SemarangNomor Perkara

161/Pid/2010/PT.Smg.

c. Putusan Mahkamah Agung R.I Nomor Perkara 1860

K/Pid/2010.

d. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris.

e. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Unit Analisa

Yang menjadi unit analisa pada penelitian ini adalah pertimbangan

Hakim berkaitan dengan pertanggungjawaban Pidana Notaris

didalam Putusan Perkara No.141/Pid.B/2009/PN.Ska jo

No.167/Pid/2010/PT.Smg jo No.1860 K/Pid/2010.