A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN...

46
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia berasal dari zaman Belanda, karena Peraturan Jabatan Notaris Indonesia berasal Notaris Reglement (Stbl. 1660-3) bahkan jauh sebelumnya yakni dalam tahun 1620. Notaris pertama di Hindia Belanda adalah Melchoir Kerchem dan tugasnya adalah melayani semua surat, surat wasiat dibawah tangan (codicil), persiapan penerangan, akta kontrak perdagangan, perjanjian: kawin, surat wasiat (testament), dan akta-akta lainnya dan ketentuan- ketentuan yang perlu dari kota praja dan sebagainya. Lima tahun kemudian jumlah Notaris menjadi bertambah terus-menerus. Pengangkatan-pengangkatan Notaris di prioritaskan bagi kandidat-kandidat yang telah pernah menjalani masa magang pada seorang Notaris. 1 Lembaga Notariat di Negara Belanda pada masanya berdasarkan Dekrit- Dekrit Kaisar tanggal 8 November dan tanggal 6 November 1811, dinyatakan berlaku di Belanda dengan suatu peraturan yang berlaku umum yang pertama di bidang Notariat, yang mana sebelumnya belum ada ketentuan umum yang mengatur, Perundang-Undangan Notariat di Belanda diundangkan pada tanggal 9 Juli 1842 (Ned. Stbl. No.20) Tentang Jabatan Notaris. Undang-undang ini kemudian banyak mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan 1 Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta, Sinar Garfika,2006) hal.28.

Transcript of A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN...

Page 1: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Notaris

1. Sejarah Notaris

Lembaga Notaris di Indonesia berasal dari zaman Belanda, karena Peraturan

Jabatan Notaris Indonesia berasal Notaris Reglement (Stbl. 1660-3) bahkan jauh

sebelumnya yakni dalam tahun 1620. Notaris pertama di Hindia Belanda adalah

Melchoir Kerchem dan tugasnya adalah melayani semua surat, surat wasiat

dibawah tangan (codicil), persiapan penerangan, akta kontrak perdagangan,

perjanjian: kawin, surat wasiat (testament), dan akta-akta lainnya dan ketentuan-

ketentuan yang perlu dari kota praja dan sebagainya. Lima tahun kemudian

jumlah Notaris menjadi bertambah terus-menerus. Pengangkatan-pengangkatan

Notaris di prioritaskan bagi kandidat-kandidat yang telah pernah menjalani masa

magang pada seorang Notaris.1

Lembaga Notariat di Negara Belanda pada masanya berdasarkan Dekrit-

Dekrit Kaisar tanggal 8 November dan tanggal 6 November 1811, dinyatakan

berlaku di Belanda dengan suatu peraturan yang berlaku umum yang pertama di

bidang Notariat, yang mana sebelumnya belum ada ketentuan umum yang

mengatur, Perundang-Undangan Notariat di Belanda diundangkan pada tanggal 9

Juli 1842 (Ned. Stbl. No.20) Tentang Jabatan Notaris. Undang-undang ini

kemudian banyak mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

1 Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta, Sinar Garfika,2006)

hal.28.

Page 2: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

20

perkembangan zaman pada waktu itu dan perubahan terjadi pada tanggal 24

Desember 1970 Stbl. No. 612 dan terakhir tanggal 1 Juli 1999 Stbl. No. 190

Tanggal 03 April 1999.2

Keberadaan lembaga Notariat ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zaman

pemerintahan yang pernah menguasai (menjajah) Bumi Nusantara ini, yaitu:

1. Zaman pemerintahan penjajahan Belanda dikenal juga dengan Pemerintahan

Hindia Belanda;

2. Zaman pemerintahan penjajahan Jepang;

3. Zaman pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; ini terbagi lagi

dalam 2 masa atau periode, yaitu:

a. Masa sebelum reformasi (orde lama dan orde baru); dan

b. Masa reformasi.3

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, untuk pertama kalinya di

Indonesia tepatnya di Ibukota Jakarta yang baru didirikan pada tanggal 4 Maret

1621 dinamakan Batavia sebagai pusat kota pemerintahan dan sentra bisnis pada

waktu itu diangkatlah oleh pemerintah Belanda seorang “Notarium Publicum”

ditulis juga “Notarius Publicus” pada tanggal 27 Agustus 1620 yang bernama

Melchoir Kerchem, seorang sekretaris College Van Schenpe untuk membuat

dokumen-dokumen legal di bidang keperdataan.4

Pengangkatan Notaris di Indonesia yang pada waktu itu disebut Kepulauan

Hindia Belanda bertujuan untuk mengatur persaingan dagang yang berlatar

belakang penjajahan dengan menguasai bidang perdagangan secara monopoli dan

2 Andi Prajitno, Pengetahuan Praktis Tentang Apa dan Siapa Notaris Di Indonesia sesuai UUJN

Nomor 2 Tahun 2014, (Surabaya, Perwira Media Nusantara,2015) hal.14 3 Ibid,.

4 Ibid,. hal 16.

Page 3: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

21

sekaligus merupakan pengukuhan penguasaan wilayah jajahan pemerintah

Belanda di Bumi Nusantara.5

Pada zaman penjajahan Jepang, sama sekali tidak ada perubahan yang

mendasar terhadap profesi maupun lembaga ini, baik fungsi maupun

peraturannya. Ini dikarenakan masa penjajahan Jepang tidak terlalu lama dan

sangat singkat.6

Zaman pemerintahan Republik Indonesia merdeka terbagi menjadi 3 (tiga)

periode atau masa, berdasarkan pemberlakuan Undang-Undang tentang Notaris,

yaitu:

1. PJN (Peraturan Jabatan Notaris). Sejak merdeka sampai diberlakukannya

UUJN (Orde Lama, Orde Baru, sebelum Orde Reformasi sebelum Juni

2004);

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sejak ada

reformasi yang diundangkan tanggal 6 Oktober 2004; dan

3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang merupakan

penyempurnaan dari UUJN Nomor 30 Tahun 2004.7

Perjalanan notaris Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan

perkembangan negara dan Bangsa Indonesia. Hal ini ditandai dengan berhasilnya

pemerintahan Orde Reformasi mengundangkan UU Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris. Peraturan UU ini merupakan pengganti Peraturan Jabatan

Notariat (Stb. 1660-3) dan Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb

5 Ibid,.

6 Ibid,.

7 Ibid,.

Page 4: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

22

1860 : 3) yang merupakan peraturan Pemerintah Kolonial Belanda. Lalu yang

terakhir UUJN tersebut mengalami perubahan sehingga yang terakhir saat ini

adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.8

2. Memahami Jabatan Notaris

Notaris adalah suatu profesi kepercayaan dan berlainan dengan profesi

pengacara, dimana Notaris dalam menjalankan kewajibannya tidak memihak.

Oleh karena itu dalam jabatannya kepada yang bersangkutan di percaya untuk

membuat alat bukti yang mempunyai kekuatan otentik.9

Lembaga Notaris timbul karena adanya kebutuhan masyarakat di dalam

mengatur pergaulan hidup sesama individu yang membutuhkan suatu alat bukti

mengenai hubungan keperdataan mereka. Oleh karenanya kekuasaan umum

berdasarkan perundang-undangan memberikan tugas kepada yang bersangkutan

oleh para pihak yang melakukan yang mempunyai kekuatan otentik.10

Pasal 1 angka 1 UUJN menjelaskan bahwa Notaris adalah pejabat umum

yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-

undang lainnya.

Pasal 15 ayat (1) UUJN, dijelaskan yaitu :

“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan

perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-

8 Ibid,.

9 Wiratni Ahmadi, Sari Wahyuni, Ahmad S. Djoyosugito, Tehnik Pembuatan Akta Notaris,

(Bandung, Logoz Publishing,2016), hal. 1. 10

Ibid., hal. 2.

Page 5: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

23

undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk

dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan

akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,

semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan oleh

undang-undang."

Tentang akta otentik, pasal 1 angka 7 UUJN menjelaskan bahwa akta notaris

yang selanjutnya disebut akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan

notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.

Akta otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata yaitu :

“Suatu Akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang di tentukan

oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum

yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya”

Kode Etik Notaris Tahun 2015 pada pasal 1 angka 4 menjelaskan bahwa

Notaris adalah setiap orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan

sebagai pejabat umum, sebagaimana yang dimaksud dan dijelaskan di dalam

Undang-Undang tentang Jabatan Notaris.

Maka yang dimaksud dengan pejabat umum dalam sistem hukum di Negara

Republik Indonesia satu-satunya adalah orang yang menjabat sebagai Notaris.

Dengan demikian yang dinamakan Notaris, juga termasuk semua pegawai yang

Page 6: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

24

ditugaskan oleh pemerintah untuk melakukan segala pekerjaan yang berhubungan

dengan pekerjaan Notaris.11

Notaris adalah pejabat umum yang independent (mandiri), berhak mengatur,

menentukan kantor, baik berupa letak maupun bentuk gedung dan karyawan dari

jumlah maupun gaji, tidak tergantung kepada pejabat maupun lembaga lain. Bila

ada istilah “Publik” dalam Jabatan Notaris, maka publik disini mempunyai arti

pejabat ini melayani masyarakat umum dalam hal pembuatan beragam atau

banyak macam dari akta otentik yang berhubungan dengan bidang hukum

keperdataan dan kewenangan ini belum di limpahkan kepada pejabat lain serta di

minta oleh masyarakat umum yang membutuhkan atau berkepentingan agar

perbuatan hukum mereka dinyatakan dalam bentuk akta otentik dan undang-

undang mengharuskan dalam bentuk akta otentik yang kewenangannya ada pada

Notaris.12

Berdasarkan uraian bunyi pasal-pasal yang masih berlaku tersebut, maka

dapat disimpulkan pejabat yang dimaksud KUHPerdata Pasal 1868 satu-satunya

adalah NOTARIS, walaupun Pasal 1868 hanya menerangkan apa yang dinamakan

“akta otentik”, akan tetapi tidak menerangkan apa itu “pegawai umum”, juga tidak

di terangkan tempat dimana dia berhak atau batas kewenangannya sedemikian,

sampai dimana batas-batas haknya dan bagaimana bentuk menurut hukum yang

dimaksud. KUHPerdata Pasal 1868 bertalian dengan UUJN Nomor 2 Tahun 2014

Pasal 1 ayat 1 dan ayat 7, serta Pasal 15 ayat 1 dapat disimpulkan bahwa pegawai

11

Ibid., hal. 33. 12

Ibid., hal. 34.

Page 7: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

25

umum adalah pejabat umum dan akta otentik tersebut merupakan akta Notaris

tersebut.13

3. Dasar Hukum Notaris

Jaman pemerintahan Republik Indonesia merdeka terbagi menjadi 3 (tiga)

periode atau masa, berdasarkan pemberlakuan undang-undang tentang Notaris,

yaitu :

- PJN (Peraturan Jabatan Notaris), sejak merdeka sampai diberlakukannya

UUJN (Orde Lama, Orde Baru, sebelum Orde Reformasi sebelum Juni

2004);

- UUJN Nomor 30 Tahun 2004 (Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris) sejak orde reformasi yang diundangkan tanggal 6

Oktober 2004; dan

- UUJN Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang merupakan

penyempurnaan.14

Dalam menjalankan profesinya, Notaris diharuskan mematuhi Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Notaris pun

memiliki Kode Etik Notaris yang harus ditaati selama masih menjalankan profesi

sebagai Notaris. Kode Etik Notaris yang di tetapkan dalam Kongres Luar Biasa

13

Op.Cit, hal.33. 14

Ibid, hal. 19.

Page 8: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

26

Ikatan Notaris Indonesia di Banten, 29-30 Mei 2015. Kode etik pun tertuang di

dalam UUJN Pasal 83 ayat (1), Pasal tersebut menjelaskan bahwa Organisasi

Notaris dalam hal ini adalah Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) menetapkan dan

menegakkan Kode Etik Notaris.

4. Tugas Dan Kewenangan Notaris

Tugas dan wewenang Notaris diatur dalam Pasal 1 angka 1 UUJN tahun 2014,

yaitu membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

dalam UUJN. Kewenangan lain sebagaimana dimaksud dalam UUJN merujuk

kepada Pasal 15 ayat (1), (2) dan ayat (3) UUJN tahun 2014.

Jadi, untuk dapat membuat akta-akta otentik berdasarkan Pasal 1 Peraturan

Jabatan Notaris harus mempunyai kedudukan sebagai “pejabat umum”. Tanpa

adanya kedudukan itu maka ia tidak mempunyai wewenang untuk membuat akta

otentik.15

Kata berwenang dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris berhubungan

dengan ketentuan dalam pasal 1868 KUHPerdata yang mengatakan bahwa “suatu

akta otentik adalah yang sedemikian, yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan

undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang itu, ditempat

dimana itu dibuat”.

Otentisitas akta terkait dengan kewenangan notaris dalam membuat akta

dimana wewenang notaris bersifat umum sedangkan wewenang pejabat lain

merupakan pengecualian, maksud perkataan “uitsluitend” (satu-satunya) dalam

pasal 1 PJN dimaksudkan untuk memberikan penegasan bahwa notaris adalah

15

R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, (Jakarta : Penerbit CV. Rajawali

1982), hal.13.

Page 9: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

27

satu-satunya mempunyai wewenang “tertentu”, artinya wewenang mereka tidak

lebih daripada pembuatan akta otentik yang secara tegas ditugaskan kepada

mereka oleh undang-undang.16

Salah satu syarat yang harus dipenuhi agar suatu akta memperoleh

otentisitas adalah kewenangan notaris yang bersangkutan untuk membuat akta,

kewenangan notaris meliputi 4 (empat) hal yaitu :17

a. Notaris berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuat itu.

Tidak semua pejabat umum berwenang membuat akta, akan tetapi

seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu, yakni

yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

b. Notaris berwenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan siapa

akta itu dibuat.

Notaris tidak berwenang untuk membuat akta untuk kepentingan setiap

orang. Dalam Pasal 52 ayat 1 UUJN, di tentukan notaris tidak

diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, suami/isteri, atau orang

lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan notaris baik karena

perkawinan maupun hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke

bawah dan/atau ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis ke

samping sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk diri

perantara kuasa. Maksud dan tujuan dari ketentuan ini ialah untuk

mencegah terjadinya tindakan memihak dan penyalahgunaan jabatan.

16

Yurike Goldania ,TESIS KEABSAHAN PERUBAHAN ISI AKTA PERJANJIAN JUAL BELI

TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS NOMOR 30 TAHUN 2014,(

Salemba : Universitas Indonesia,2014), hal.17. 17

GHS Lumban Tobing, Op.Cit., hal. 36.

Page 10: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

28

c. Notaris berwenang sepanjang mengenai tempat dimana akta itu dibuat.

Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk

membuatnya di tempat dimana akta itu dibuat. Jadi akta itu harus dibuat

di tempat wewenang pejabat yang membuatnya. Setiap notaris sudah

ditentukan daerah hukumnya (daerah jabatannya) dan hanya di dalam

daerah yang ditentukan baginya itu ia berwenang untuk membuat akta

otentik. Akta yang dibuat diluar jabatannya adalah tidak sah.

d. Notaris berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.

Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari

jabatannya, demikian juga notaris tidak boleh membuat akta sebelum ia

memangku jabatannya (sebelum diambil sumpahnya).

Jika salah satu persyaratan di atas tidak dipenuhi, maka akta yang

dibuatnya itu adalah tidak otentik dan hanya mempunyai kekuatan seperti

akta yang dibuat di bawah tangan, apabila akta itu ditandatangani oleh

para penghadap.

Berdasakan bunyi dari Pasal 1870 KUHPerdata tentang kekuatan

dari akta otentik sebagai alat pembuktian, yaitu :

“Suatu akta otentik memberikan diantara para pihak beserta ahli-ahli

waris-ahli warisnya atau orang-orang yang mendapatkan hak dari pada

mereka, suatu bukti yang sempurna tenang apa yang dimuat di

dalamnya.”

Ketentuan Pasal 1870 KUHPerdata tersebut dapat disimpulkan

bahwa akta otentik itu mempunyai kekuatan pembuktian yang mutlak,

apalagi apabila akta itu membuat perjanjian yang mengikat kedua belah

Page 11: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

29

pihak yang membuat perjanjian itu. Jadi apabila antara pihak-pihak yang

membuat perjanjian itu merupakan bukti yang sempurna, sehingga tidak

perlu lagi di buktikan dengan alat-alat pembuktian lain. Akta otentik

memiliki kemudahan dalam pembuktian dan memberikan kepastian

hukum yang lebih kuat. Lain halnya dengan akta dibawah tangan yang

masih dapat di sangkal dan baru mempunyai kekuatan pembuktian yang

sempurna apabila diakui oleh kedua belah pihak, atau dikuatkan lagi

dengan alat-alat pembuktian lainnya. Karena itu dikatakan bahwa akta

dibawah tangan itu merupakan permulaan bukti tertulis (begin van

schriftelijk bewijs).18

Seorang Notaris itu tentu bukan hanya pembuat akta-akta belaka,

akan tetapi dia harus dan wajib menyusun redaksi serta menjelaskan

kepada kedua pihak yang berkepentingan tentang peraturan-peraturan

berasal dari undang-undang.19

Notaris dalam menjalankan fungsi dan

wewenangnya juga harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan agar dapat melayani masyarakat dengan baik, berkaitan

dengan itu para notaris membentuk sebuah wadah yaitu Ikatan Notaris

Indonesia.20

Apabila dikemudian hari dari akta tersebut timbul suatu sengketa

diantara para pihak, maka hal itu bukan lagi menjadi wewenang Notaris.

Dalam hal ini Notaris hanya menjadi saksi dan hanya sebatas apakah

18

R. Soegondo Notodisoerjo, Op.Cit, hal.14. 19

R.Soesanto, Tugas, Kewajiban dan hak-hak notaris wakil notaris (sementara), (Jakarta : Pradnya

Paramita,1982),cetakan kedua, hal.35. 20

Muchlis Tatahna dan Joko Purwanto, Notaris Bicara Soal Kenegaraan, (Jakarta : Watampone

Press,2003), hal.271.

Page 12: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

30

benar akta itu dibuat oleh atau dihadapan notaris atau tidak bukan

mengenai isi dari aktanya. Mengenai pelaksanannya dari isi akta yang

menjadi sengketa itu bukanlah menjadi tanggung jawab notaris.21

Kewenangan Notaris sebagai pejabat umum diatur dalam Undang-Undang

Jabatan Notaris Pasal 15 ayat 1, Pasal 15 ayat 2 dan Pasal 15 ayat 3 yaitu sebagai

berikut :

a) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,

perjanjian dan penetapan yang di haruskan oleh peraturan perundang-

undangan dan atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk

dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan

akta, menyimpan akta, memberikan grosse akta, salinan dan kutipan akta,

semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan

atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetaapkan

oleh undang-undang.

b) Notaris berwenang pula mengesahkan tanda tangan dan menetapkan

kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku

khusus; membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa

salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam

surat aslinya; memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan

pembuatan akta; membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan atau

membuat akta risalah lelang.

21

Ibid,.

Page 13: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

31

c) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat diatas, Notaris

mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Hal di atas dapat di uraikan sebagai berikut :22

1. Memberikan surat keterangan sesuai dengan kewenangan dan keahlian;

2. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat

dibawah tangan dengan jalan pendaftaran (Legalisasi), yaitu akta di

bawah tangan telah selesai dibuat oleh pihak-pihak tetapi belum

ditandatangani oleh para pihak, kemudian dengan segera dibawa dan

ditandatangani di hadapan Notaris yang sebelumnya harus dinilai oleh

Notaris tentang syarat keabsahannya apakah telah terpenuhi lalu

dibacakan, diterangkan termasuk akibat hukumnya oleh Notaris dan

tanggal akta harus sama dengan tanggal pengesahan tanda tangan.

3. Mendaftar akta di bawah tangan yang telah sempurna (Waarmerking),

yaitu akta telah selesai dan telah ditandatangani para pihak tidak di

hadapan Notaris. Jadi merupakan akta di bawah tangan lalu dibawa dan

dicatatkan/didaftarkan kepada Notaris dalam protokolnya. Notaris hanya

membaca dan menilai sudah memenuhi syarat sahnya perjanjian,

kemudian membubuhkan nomor pendaftaran serta membubuhkan tanda

tangan dan cap jabatannya. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi tanggal

akta tidak sama dengan tanggal pendaftaran/pencatatan pada kantor

Notaris.

22

A.A.Andi Prajitno, Op.Cit., hal 89-90.

Page 14: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

32

4. Melegalisir fotokopi sesuai asli (Legalisir), sebelum melegalisir, Notaris

harus melihat akta aslinya, bila telah sesuai, cocok mengenai bentuk

blanko, huruf, stempel, tanda tangan dan lain-lain, baru Notaris

membubuhkan cap/stempel dan tanda tangan pada fotokopi dari akta

tersebut.

5. Informasi dan pendapat tentang akta yang akan dibuat (Legal advisor

acta), setelah Notaris mendengar kehendak pihak, Notaris wajib

memberikan penjelasan akta yang dibuat itu layak atau perlu perbaikan

atau agar tidak melanggar hukum, ideology, social dan budaya.

Tugas dan wewenang Notaris sebagai pejabat umum sangat penting

dalam membuat akta otentik. Tugas dan kewenangannya tidak hanya

membuat akta otentik saja, pada saat para pihak hadir dihadapan Notaris

untuk membuat akta otentik seperti perjanjian jual-beli, perjanjian sewa-

menyewa, perjanjian kawin, dan lain-lain, maka setelah akta itu selesai

dibuat, notaris harus membacakan akta tersebut kepada para penghadap

dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang kemudian ditandatangani oleh para

penghadap, saksi-saksi dan Notaris.

Notaris sebagai pejabat umum memiliki kewenangan dalam membuat

akta otentik berdasarkan Pasal 15 UUJN tersebut, termasuk juga Notaris

yang telah diangkat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia dengan Surat Keputusan, tetapi belum disumpah

adalah telah cakap sebagai Notaris tetapi belum berwenang membuat

Page 15: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

33

akta otentik, demikian hanya dengan Notaris yang sedang menjalani cuti,

tidak berwenang membuat akta otentik.

5. Kewajiban Notaris

Notaris sebagai seorang pejabat umum yang diangkat oleh negara memiliki

kewajiban yang diatur secara khusus dalam Pasal 16 UUJN, yaitu :

(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban :

a. Bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga

kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;

b. Membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya

sebagai bagian dari Protokol Notaris;

c. Mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta

berdasarkan Minuta Akta;

d. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-

Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

e. Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan

segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai

dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan

lain;

f. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku

yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah

akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid

menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta,

bulan, dan tahun pembuatanya pada sampul setiap buku;

Page 16: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

34

g. Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak

diterimanya surat berharga;

h. Membuat daftar akta yang berkenan dengan wasiat menurut urutan

waktu pembuatan akta setiap bulan;

i. Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h

atau daftar nihil yang berkenan dengan wasiat ke Daftar Pusat

Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap

bulan berikutnya;

j. Mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada

setiap akhir bulan;

k. Mempunya cap/stempel yang memuat lambang Negara Republik

Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama,

jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan;

l. Membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh

paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditanda tangani pada saat itu

juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;

m. Menerima magang calon Notaris.

(2) Menyimpan Minuta Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan akta dalam bentuk

originali.

(3) Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah akta:

a. Pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun;

(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib:

Page 17: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

35

a. Bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan

menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;

b. Membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya

sebagai bagian dari Protokol Notaris;

c. Melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada

Minuta Akta;

d. Mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta

berdasarkan Minuta Akta;

e. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-

Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

f. Merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan

segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta sesuai

dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan

lain;

g. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku

yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta dan jika jumlah

Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat

dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta

Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;

h. Membuat daftar Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak

diterimanya surat berharga;

i. Membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut

urutan waktu pembuatan Akta setiap bulan;

Page 18: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

36

j. Mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf I

atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat pada kementrian

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum

dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulannya;

k. Mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada

setiap akhir bulan;

l. Mempunyai cap atau stempel yang membuat lambing negara

Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan

nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan;

m. Membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh

paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi

khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan

ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan

Notaris; dan

n. Menerima magang calon Notaris.

(2) Kewajiban menyimpan Minuta Akta sebagaimana dimaksud pada ayat

huruf b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan Akta in

originali.

(3) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Akta pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun;

b. Akta penawaran pembayaran tunai;

c. Akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat

berharga;

d. Akta kuasa

Page 19: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

37

e. Akta keterangan kepemilikan; dan

f. Akta lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat

lebih dari 1 (satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk, da nisi

yang sama, dengan ketentuan pada setiap Akta tertulis kata-kata

“BERLAKU SEBAGAI DAN SATU BERLAKU UNTUK SEMUA”.

(5) Akta in originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama penerima

kuasa hanya dapat dibuat dalam 1 (satu) rangkap.

(6) Bentuk dan ukuran cap atau stempel sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf I ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

(7) Pembacaan Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak

wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar Akta tidak

dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan

memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan

dalam penutup Akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf

oleh penghadap, saksi, dan Notaris

(8) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikecualikan terhadap

pembacaan kepala Akta, komparasi, penjelasan pokok Akta secara

singkat dan jelas, serta penutupan Akta.

(9) Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m

dan ayat (7) tidak dipenuhi, Akta yang bersangkutan hanya

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.

Page 20: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

38

(10) Ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat (9) tidak berlaku untuk

pembuatan Akta wasiat.

(11) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a sampai dengan huruf I dapat dikenai sanksi berupa :

a. Peringatan tertulis;

b. Pemberhentian sementara;

c. Pemberhentian dengan hormat; atau

d. Pemberhentian dengan tidak hormat.

(12) Selain dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11),

pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf j dapat

menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut

penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

(13) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf n dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis.

6. Produk Hukum Notaris

Eksistensi dan wewenang Notaris diatur dalam Undang-Undang Jabatan

Notaris. Menurut Herlian Budiono, dalam lalu lintas hubungan-hubungan

hukum privat, Notaris memiliki kewenangan eksklusif untuk membuat akta-

akta otentik.23

Akta otentik diberikan kekuatan bukti yang kuat dalam perkara-

perkara perdata, sehingga Notaris yang berwenang membuat akta-akta otentik

menempati kedudukan sangat penting dalam kehidupan hukum.

23

Herlian Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, (Bandung:Citra

Aditya Bakti,2006), hal.257.

Page 21: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

39

Notaris berkedudukan sebagai penasehat terpercaya bagi orang-orang yang

membutuhkan bantuan hukum, karena dapat berperan sebagai penunjuk arah

dalam segala tindakan hukum. Fungsi dan peran Notaris akan semakin luas dan

berkembang, sebab kelancaran dan kepastian hukum bagi para pihak, tidak

terlepas dari pelayan dan produk hukum yang berupa akta otentik yang

dihasilkan oleh Notaris.24

Dalam Pasal 1868 KUHPerdata dinyatakan bahwa, suatu akta otentik ialah akta

yang dibuat dalam bentuk yang telah ditentukan oleh undang-undang, dibuat

oleh atau dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana

akta dibuat. Pengertian tersebut sekaligus merupakan syarat suatu akta untuk

dapat disebut sebagai akta otentik. Penjelasan tersebut, dapat dilihat beberapa

unsur akta otentik, yaitu :

- Akta itu dibuat dan diresmikan oleh dalam bentuk menurut hukum;

- Akta itu dibuat atau dihadapan pejabat umum;

- Akta itu dibuat dihadapan pejabat yang berwenang untuk membuatnya di

tempat dimana akta itu dibuat, jadi akta itu harus dibuat di tempat yang

termasuk kewenangan pejabat yang membuat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan tentang penggolongan akta

otentik, yaitu : pertama, akta otentik yang dibuat di hadapan pejabat umum (akta

relaas) dan kedua, akta otentik yang dibuat di hadapan pejabat umum (akta

partij). Akta Notaris yang dibuat oleh pejabat umum disebut akta pejabat/akta

relaas (ambtelijke acte), merupakan akta Notaris yang hanya memuat apa yang

24

I Gusti Agung Oka Diatmika, TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP JABATAN

NOTARIS Berkaitan Dengan ADANYA DUGAAN MALPRAKTEK DALAM PROSES

PEMBUATAN AKTA OTENTIK, (Denpasar : Univ Udayana,2014), hal.58

Page 22: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

40

dialami, didengar dan disaksikan oleh Notaris sebagai pejabat umum25

contohnya,

Berita Acara yang dibuat oleh Notaris dari suatu Rapat Umum Pemegang Saham

dari suatu Perseroan Terbatas. Akta Notaris yang dibuat di hadapan pejabat umum

atau yang disebut juga dengan akta partij (akta pihak-pihak), merupakan akta

yang selain memuat catatan tentang apa yang dialami dan disaksikan oleh Notaris,

tetapi juga memuat apa yang diperjanjikan atau ditentukan oleh pihak-pihak yang

menghadap pada Notaris, contohnya, akta perjanjian jual beli, perjanjian sewa

menyewa dan lain sebagainya.

Perbedaan dari akta pejabat (relaas) dengan akta pihak (partij) dapat

dijabarkan sebagai berikut, yaitu :26

a) Akta relaas oleh pejabat, sedangkan akta partij (para pihak) dibuat oleh para

pihak di hadapan pejabat, atau para pihak meminta bantuan pejabat untuk

memformulasikan keinginan para pihak tersebut ke dalam sebuah akta;

b) Dalam akta relaas, Pejabat Pembuat Akta itu kadang-kadang yang memulai

inisiatif untuk membuat akta itu sedangkan akta partij (para pihak), para

pejabat pembuat akta sama sekali tidak pernah memulai inisiatif;

c) Akta relaas berisi keterangan tertulis dari pejabat yang membuat atau

menyuruh membuat akta itu;

d) Kebenaran dari isi akta relaas tidak dapat diganggu gugat, kecuali dengan

menuduh bahwa akta itu palsu, sedangkan kebenaran isi akta partij (para pihak)

dapat diganggu gugat tanpa menuduh kepalsuan akta tersebut.

25

Mulyoto, Kriminalisasi Notaris Dalam Pembuatan Akta Perseroan

Terbatas(Yogyakarta:Cakrawala,2010), Hal.43. 26

Herry Susanto, 2010, Peranan Notaris Dalam Menciptakan Kepatutan Dalam Kontrak, Cet 1,

UI Press, Yogyakarta, Hal.12.

Page 23: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

41

Pembuatan akta Notaris baik akta relaas maupun akta partij (para pihak) yang

menjadi dasar utama atau inti dalam pembuatan akta Notaris yaitu harus ada

keinginan atau kehendak dan permintaan dari para pihak. Jika tidak ada keinginan

atau kehendak dari para pihak, maka Notaris tidak akan membuat akta yang

dimaksud untuk memnuhi keinginan dan permintaan para pihak. Notaris dapat

memberikan saran dengan tetap berpihak kepada aturan hukum, dan ketika saran

Notaris diikuti oleh pihak dan dituangkan ke dalam bentuk akta Notaris, hal

tersebut tetap merupakan keinginan dan permintaan para pihak, bukan kehendak

Notaris, atau isi akta merupakan perbuatan para pihak, bukan perbuatan atau

tindakan Notaris.27

B. Kode Etik Profesi Notaris

1. Kode Etik Profesi Notaris Sebagai Pedoman Kaedah Moral Dalam

Menjalankan Tugas Jabatan

Kode etik profesi menurut Bertens K. (1995) bahwa kode etik profesi

merupakan norma yang telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi dan

untuk mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada para anggotanya, yaitu

bagaimana “seharusnya” (das sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas

moral profesi yang bersangkutan di mata masyarakat untuk memperoleh

tanggapan yang positif. Kode etik profesi merupakan bagian dari moral etika

terapan (professional ethic application) karena dihasilkan berdasarkan penerapan

dari pemikiran etis yang berkaitan dengan suatu perilaku atau aplikasi profesi

27

TESIS I Gusti Agung Oka Diatmika, Op.Cit., hal. 60.

Page 24: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

42

tertentu yang berpedoman dengan tindakan etik, yaitu “mana yang seharusnya

dapat dilakukan dan mana yang semestinya tidak dilakukan”. Hal itu berdasarkan

pertimbangan secara etik moral yang tepat sebagai seorang professional dan

sekaligus proposional dalam melakukan profesi terhormatnya.28

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan,

sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban professional anggota lama, baru

ataupun calon anggota profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan

terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok profesi atau anggota

masyarakat dapat melakukan control melalui rumusan kode etik profesi.29

Kode etik profesi adalah norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok

profesi, yang mengarahkan dan memberi petunjuk kepada anggota bagaimana

seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu dimata

masyarakat. Kode etik profesi merupakan produk etika terapan dihasilkan

berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi adalah

rumusan norma moral manusia yang mengemban profesi dan menjadi tolak ukur

perbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik merupakan pencegahan berbuat

yang tidak etis bagi anggota.30

Kode etik Notaris ini berlaku dan wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan

dan semua yang menjalankan tugas dan jabatan sebagai Notaris. Notaris, yang

menjalankan profesi, wajib tunduk pada ssuatu peraturan yang bersifat internal

28

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/464/jbptunikompp-gdl-isniarbudi-23168-3-4kodee-i.pdf di

akses pada tanggal 17 Juli 2017 Pukul 08.29. 29

Lieke Lianadevi Tukgali, Bahan Ajar Kode Etik Profesi Hukum, (Jakarta:Universitas Pelita

Harapan,2016), hal.14. 30

Ibid., hal.15.

Page 25: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

43

yang berlaku dalam suatu organisasi profesi tertentu, selain itu, Kode Etik Notaris

juga berperan penting sebagai sarana kontrol sosial.31

Ketentuan dalam Pasal 1 ayat 2 Kode Etik Notaris, menyatakan bahwa Kode Etik

adalah seluruh kaedah moral yang di tentukan olen perkumpulan I.N.I yang

selanjutnya akan disebut “perkumpulan” berdasarkan Keputusan Kongres

Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta

wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang

menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat

Sementara Notaris Pengganti. Penegakan kode etik dalah usaha melaksanakan

kode etik sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksaannya supaya tidak terjadi

pelanggaran, Jika terjadi pelanggaran maka sanksi yang diberikan diharapkan

dapat menegakkan kembali kode etik yang dilanggar tersebut.

Kode Etik Notaris dilandasi oleh kenyataan bahwa Notaris sebagai pengemban

profesi adalah orang yang memiliki keahlian dan keilmuan dalam bidang

kenotariatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang

memerlukan pelayanan dalam bidang kenotariatan, berdasarkan hal tersebut,

seorang Notaris harus mempunyai professional dengan unsur-unsur sebagai

berikut :32

a) Harus menunjuk pada keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan

pengalaman yang tinggi;

31

Abdul Kadir Mohammad, Etika Profesi Hukum, (Bandung:Citra Aditya Bakti,2006), hal.56. 32

E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum Norma-Norma Bagi Penegak Hukum,

(Yogyakarta:Kanisius, 1995), hal.159.

Page 26: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

44

b) Memiliki integritas moral yang tinggi, bahwa segala pertimbangan moral

harus melandasi tugas-tugas professional. Pertimbangan moral professional

harus diselaraskan dengan nilai-nilai kemasyarakatan, sopan santun dan

agama;

c) Menunjukkan kejujuran terhadap para pihak dan diri sendiri;

d) Dalam menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, tidak boleh bersikap

materialistis dan diskriminatif.

2. Kewajiban, Larangan Dan Pengecualian Bagi Notaris

Dalam bidang kenotariatan, upaya konkrit sebagai perwujudan dari prinsip

kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum tersebut diaplikasikan dalam

bentuk pembuatan akta yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna

karena dibuat oleh pejabat yang berwenang yaitu Notaris. Notaris dan produk

hukumnya yang berupa akta otentik dapat dimaknai sebagai upaya negara untuk

menciptakan kepastian hukum bagi anggota masyarakat. Mengingat dalam

wilayah hukum perdata, negara menempatkan Notaris pejabat umum yang

berwenang dalam hal pembuatan akta otentik, untuk kepentingan pembuktian

atau alat bukti.33

Sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik, Notaris

memiliki peraturan yang harus dipatuhi yang tidak hanya bertujuan untuk

melindungi otentisitas akta yang dibuatnya tetapi juga untuk menjaga kehormatan

kedudukan Notaris sebagai profesi yang mulia. Peraturan tersebut antara lain

merangkum tentang kewajiban yang harus dijalankan oleh Notaris dan larangan

33

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002),

hal. 77.

Page 27: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

45

yang harus dihindari oleh Notaris dalam melaksanakan jabatannya. Hal tersebut

tidak hanya di atur dalam UUJN sebagai ketentuan pokok yang dijadikan

pedoman bagi Notaris dalam menjalankan jabatannya tetapi juga termuat dalam

Kode Etik Notaris yang dibuat oleh I.N.I.

I.N.I sebagai kaedah moral yang berlaku mengikat bagi perkumpulan

Notaris di Indonesia sehingga wajib ditaati oleh semua anggota perkumpulan

Notaris di Indonesia sehingga wajib ditaati oleh semua anggota perkumpulan dan

semua orang yang menjalankan tugas sebagai Notaris termasuk di dalamnya

Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.34

Berkaitan dengan kewajiban dan larangan Notaris dalam menjalankan

jabatannya, UUJN mengatur ketentuan tersebut pada Pasal 16 dan Pasal 17.

Dalam Kode Etik Notaris kewajiban Notaris diatur pada Pasal 3 yaitu Notaris

wajib :

1. Seorang Notaris harus memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang

baik;

2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan

Notaris;

3. Seorang Notaris harus mampu menjaga dan membela kehormatan

perkumpulan;

4. Berperilaku jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, seksama, penuh

rasa tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan da

nisi sumpah jabatan notaris;

34

Hartanti Sulihandari & Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris Berdasarkan

Peraturan Perundang-Undangan Terbaru, (Jakarta : Dunia Cerdas,2013), hal. 159.

Page 28: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

46

5. Meningkatkan ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan;

6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan

negara;

7. Memberikan jasa pembuatan akta dan kewenangan lainnya untuk

masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium;

8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut

merupakan satu-satunya kantor bagi notaris yang bersangkutan dalam

melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.

9. Memasang 1 (satu) papan nama di depan/di lingkungan kantornya

dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm X 40 cm, 150 cm X 60 cm atau

200 cm X 80 cm, yang memuat :

a. Nama lengkap dan gelar yang sah;

b. Tanggal dan nomor Surat Keputusan pengangkatan yang terakhir

sebagai Notaris;

c. Tempat kedudukan;

d. Alamat kantor dan nomor telepon/fax.

Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf berwarna hitam dan

tulisan di atas papan nama harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali di

lingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasangan

papan nama dimaksud;

10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang di

selenggarakan oleh perkumpulan;

11. Menghormati, mematuhi, melaksanakan peraturan-peraturan dan

keputusan-keputusan perkumpulan;

Page 29: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

47

12. Membayar uang iuran perkumpulan secara tertib;

13. Membayar uang duka untuk membantu ahli teman sejawat yang

meninggal dunia;

14. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium

yang ditetapkan perkumpulan;

15. Menjalankan jabatan notaris di kantornya, kecuali karena alasan-

alasan tertentu;

16. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam

melaksanakan tugas dan kewajiban dan kegiatan seharai-hari serta

saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati,

saling menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin

komunikasi dan tali silaturahim;

17. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak

membedakan status ekonomi dan/atau status sosialnya;

18. Membuat akta dalam jumlah batas kewajaran untuk menjalankan

peraturan perundang-undangan, khusus Undang-Undang tentang

Jabatan Notaris dan Kode Etik.

Larangan bagi Notaris diatur dalam Kode Etik Profesi Notaris, yaitu seperti

yang disebutkan dalam Pasal 4 Kode Etik I.N.I Tahun 2015, dimana dalam

pasal tersebut dijelaskan bahwa Notaris maupun orang lain (selama yang

bersangkungtan menjalankan jabatan Notaris) dilarang :

1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun

kantor perwakilan;

Page 30: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

48

2. Memasang papan nama dan/atau tulisan yang berbunyi

“Notaris/Kantor Notaris” di luar lingkungan kantor;

3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik diri sendiri maupun

secara bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya,

menggunakan saran media cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk:

a. Iklan;

b. Ucapan selamat;

c. Ucapan belasungkawa;

d. Ucapan terimakasih;

e. Kegiatan pemasaran;

f. Kegiatan sponsor, baik dalam bidang social, keagamaan, maupun

olahraga.

4. Bekerja sama dengan biro jasa/orang/badan hukum yang pada

hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau

mendapatkan klien;

5. Menandatangani akta yang proses pembuatannya telah dipersiapkan

oleh pihak lain;

6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani;

7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun agar seseorang

berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan

langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui

perantaraan orang lain;

Page 31: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

49

8. Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-

dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan

psikologis dengan maksud agar klien tetap membuat akta padanya;

9. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang

menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dnegan

sesame rekan Notaris;

10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah

yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan

perkumpulan;

11. Memperkerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus

karyawan kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari

Notaris yang bersangkutan, termasuk menerima pekerjaan dari

karyawan kantor Notaris lain;

12. Menjelaskan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang

dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau

menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata

di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau

membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahukan

kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang

dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggurui, melainkan

mencegah timbunya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap klien yang

bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut;

13. Tidak melakukan kewajiban dan melakukan pelanggaran terhadap

larangan sebagaimana dimaksud dalam Kode Etik dengan

Page 32: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

50

menggunakan media elektronik, termasuk namun tidak terbatas

dengan menggunakan internet atau media sosial;

14. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif

dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau

lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk

berpartisipasi;

15. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

16. Mebuat akta melebihi batas kewajaran yang batas jumlahnya di

tentukan oleh Dewan Kehormatan;

17. Mengikuti pelelangan untuk mendapatkan pekerjaan/pembuatan akta.

Berdasarkan butir-butir Perundang-undangan diatas, seorang Notaris

harus memperhatikan segala bentuk tindakan yang merupakan larangan-

larangan sebagaimana yang diatur dalam UUJN maupun dalam Kode Etik

Profesi. Apabila Notaris mengabaikan keluhuran dari martabat jabatannya

selain dapat dikenai sanksi moril, teguran atau dipecat dari keanggotaan

profesinya, juga dapat diberhentikan dari jabatannya sebagai Notaris.

Dari uraian di atas telah dijelaskan kewajiban serta larangan dari jabatan

Notaris akan tetapi atas larangan tersebut terdapat pula pengecualian yang

diatur dalam Pasal 5 Kode Etik. Adapun pengecualian tersebut adalah :

1. Memberikan ucapan selamat, ucapan berdukacita dengan

mempergunakan kartu ucapan, surat, karangan bunga ataupun media

lainnya dengan tidak mencantumkan Notaris, tetapi hanya nama saja;

Page 33: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

51

2. Pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor telepon,

fax dan telex yang di terbitkan secara resmi oleh PT. Telkom dan/atau

instansi-instansi dan/atau lembaga-lembaga resmi lainnya;

3. Memasang 1(satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak melebihi 20

cm X 50 cm, dasar berwarna putih, huruf berwarna hitam, tanpa

mencantumkan nama Notaris serta dipasang dalam radius maksimum 100

meter dari kantor Notaris.

4. Memperkenalkan diri tetapi tidak melakukan promosi diri selaku Notaris.

Berdasarkan uraian tentang tindakan pengecualian bagi seorang Notaris

dalam menjalankan jabatannya senantiasa selalu memperhatikan aturan

hukum yang berlaku serta selain itu seorang Notaris juga harus selalu

bercermin pada etika moral profesi yang dijalankannya, taat asas, serta

tunduk pada setiap peraturan jabatannya sehingga semua kalangan

masyarakat dapat memaknai profesi Notaris adalah profesi yang mulia

dan bermartabat.

3. Sanksi Atas Pelanggaran Kode Etik Notaris

Uraian mengenai Kode Etik Notaris meliputi etika kepribadian Notaris,

etika melakukan tugas jabatan, etika pelayanan terhadap klien, etika hubungan

sesama rekan Notaris dan etika pengawasan terhadap Notaris. Jika dianalisis

hubungannya dengan ketentuan undang-undang, maka akan diketahui Kode Etik

Notaris memiliki upaya paksaan yang berasal dari undang-undang.35

35

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal.89.

Page 34: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

52

Pasal 1 angka 9 Kode Etik Notaris menjelaskan tentang pelanggaran.

Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh :

- Anggota perkumpulan yang bertentangan dengan Kode Etik dan/atau

Disiplin Organisasi;

- Orang lain yang memangku dan menjelaskan Jabatan Notaris yang

bertentangan dengan ketentuan Kode Etik.

Pasal 1 angka 12 Kode Etik Notaris berisi bahwa sanksi adalah suatu

hukuman yang dijatuhkan oleh Dewan Kehormatan yang di maksudkan sebagai

sarana, upaya, dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota Perkumpulan

maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris.

Kode Etik Notaris mengatur tentang sanksi yang diberikan jika ada yang

melakukan pelanggaran. Pasal 6 Kode Etik Notaris berisi :

1. Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode

Etik berupa:

a. Teguran;

b. Peringatan;

c. Pemberhentian sementara dari keanggotaan perkumpulan;

d. Pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan perkumpulan;

e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan;

2. Penjatuhan sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang

melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kuantitas dan kualitas pelanggaran

yang dilakukan anggota tersebut.

3. Dewan Kehormatan Pusat berwenang untuk memutuskan dan menjatuhkan

sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota biasa (dari

Page 35: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

53

Notaris aktif) Perkumpulan, terhadap pelanggaran norma susila atau

perilaku yang merendahkan harkat dan martabat Notaris, atau perbuatann

yang dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap Notaris.

4. Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh orang lain (yang sedang dalam

menjalankan jabatan Notaris), dapat dijatuhkan sanksi teguran dan/atau

peringatan.

5. Keputusan Dewan Kehormatan berupa teguran atau peringatan tidak dapat

diajukan banding.

6. Keputusan Dewan Kehormatan Daerah/Dewan Kehormatan Wilayah berupa

pemberhentian sementara atau pemberhentian dengan hormat atau

pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan dapat

diajukan danding ke Dewan Kehormatan Pusat.

7. Keputusan Dewan Kehormatan Pusat tingkat pertama berupa pemberhentian

sementara atau pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan

tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan dapat diajukan banding ke

Kongres.

8. Dewan Kehormatan Pusat berwenang pula untuk memberikan rekomendasi

disertai usulan pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia.

Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang

melanggar kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan

anggota.

Page 36: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

54

C. Organisasi Notaris

Sebelum zaman reformasi, profesi Notaris di Indonesia mempunyai satu

wadah untuk berhimpun yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI). Hal ini wajar dan

benar apabila hanya satu wadah karena organisasi ini bukan organisasi politik

maupun organisasi massa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1985. INI merupakan organisasi yang bertujuan meningkatkan kualitas

keprofesionalan yang berlatar belakang dalam bidang intelektual keilmuan untuk

mencapai visi dan misi.36

INI secara resmi didirikan sejak tanggal 1 juli 1908 dan berkedudukan di

Jakarta diakui sebagai Badan Hukum (rechtspersoon) berdasarkan Gourverments

Besluit (Keputusan Pemerintah) tertanggal 5 September 1908 Nomor 9 dikenal

dengan nama Nederlands Indische Notarieele Vereeniging dan dipertegas dengan

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor:

AHU-03.AH.01.07. Tahun 2009, tanggal 12 Januari 2009 tentang Persetujuan

Perubahan Anggaran Dasar Perkumpulan INI hasil Kongres XIX INI di Jakarta

tanggal 27-28 Januari 2006.37

Tahun 1997, tepatnya pada tanggal 28-31 Mei, di Santo Domingo Republik

Dominika, organisasi INI secara resmi dilantik menjadi anggot Organisasi Latin

Dunia (Union Internacional del Notariado Latino-UINL) sebagai anggota ke-66.38

Perkumpulan INI merupakan wadah paguyuban untuk mengontrol perilaku

Notaris yang menjadi anggota INI, baik dalam menjalankan jabatannya maupun

perilaku pribadi, yang berpedoman pada Etika dan Estetika yang diatur dengan

36

A. A. Prajitno., Op.Cit, hal. 116. 37

Ibid., hal.117. 38

Ibid., hal.177.

Page 37: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

55

Anggaran Dasa, Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik Notaris yang

pelaksanaannya di emban oleh Majelis Pengawas Notaris bersama dengan Dewan

Kehormatan Notaris yang dipilih oleh para anggota INI.39

D. Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Notaris Dalam Menjalankan

Tugas Jabatannya

1. Pengawasan Terhadap Notaris

Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksaan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang

dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah di tentukan

sebelumnya.40

Pengawasan dalam penjelasan Pasal demi Pasal, Pasal 67 ayat (1) UUJN,

yaitu meliputi juga pembinaan yang dilakukan Menteri kepada Notaris,

sedangkan untuk pengawasan menurut Pasal 67 ayat (1) dan ayat (2) UUJN

dilakukan oleh Menteri namun dalam pelaksanaannya dilakukan oleh

Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk oleh Menteri.41

Pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris dan

oleh INI, melalui Dewan Kehormatan. Pengawasan Notaris oleh Dewan

Kehormatan tersebut meliputi pengawasan Kode Etik Notaris dilakukan

oleh Dewan Kehormatan Daerah. Dalam rangka menjalankan tugas dan

kewajiban memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dalam

39

Ibid., hal. 118. 40

Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika,1987), hal.53. 41

Indonesia, Undang-Undang Jabatan Notaris, UU No.30 Tahun 2004, penjelasan Pasal 67 ayat

(1).

Page 38: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

56

pelaksanaan serta pentaatan kode etik oleh para anggota Organisasi Notaris

di daerah masing-masing. Dewan Kehormatan Daerah berwenang:42

1) Memberikan dan menyampaikan usul dan saran yang ada hubungannya

dengan kode etik dan pembinaan rasa kebersamaan profesi (corpgessi)

kepada pengurus daerah.

2) Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan secara

langsung kepada para anggota di daerah masing-masing yang melakukan

pelanggaran atau perbuatan yang tidak sesuai dengan kode etik atau

bertentangan denga rasa kebersamaan profesi.

3) Memberitahu tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus Daerah,

Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus Pusat dan

Dewan Kehormatan Pusat.

4) Mengusulkan kepada Pengurus Pusat melalui Dewan Kehormatan Wilayah

dan Dewan Kehormatan Pusat untuk pemberhentian sementara (schorsing)

anggota INI yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik.

Dewan Kehormatan Daerah dapat mencari fakta pelanggaran atas prakarsa sendiri

ataupun setelah menerima pengaduan secara tertulis dari anggota INI atau orang

lain dengan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa telah terjadi pelanggaran

terhadap kode etik.

Majelis Pengawas sebagaimana yang dimaksud di atas, terdiri atas Majelis

Pengawas Daerah (MPD), Majelis Pengawas Wilayah (MPW), dan Majelis

42

Tesis PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS

PENGAWAS DAERAH NOTARIS DI KABUPATEN TANGERANG,

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20298467-T29974-Bayu%20Nirwana%20Sari.pdf, Diakses pada

tanggal 18 Juli 2017.

Page 39: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

57

Pengawas Pusat (MPP), yang dalam hal ini masing-masing mempunyai

wewenang yang berbeda, yaitu :

- Dalam Pasal 70 UUJN Nomor 2 Tahun 2014 menjelaskan wewenang

Majelis Pengawas Daerah (MPD), yaitu :

a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran

Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris;

b. Melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1(satu)

kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu;

c. Memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan;

d. Menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris yang

bersangkutan;

e. Menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah

terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau

lebih;

f. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara

Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara sebagaimana

dimaksud dalam pasal 11 ayat (4)

g. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya alasan dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam

undang-undang ini; dan

h. Membuat dan menyampaikan laporan dimaksud pada huruf a, huruf b,

huruf c, huruf f, dan huruf g kepada Majelis Pengawas Daerah.

- Pasal 73 ayat (1) UUJN Nomor 2 Tahun 2014 menjelaskan wewenang

Majelis Pengawas Wilayah (MPW), yaitu:

Page 40: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

58

a. Menyelengarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan

atas laporan masyarakat yang dapat disampaikan melalui Majelis

Pengawas Daerah;

b. Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas laporan

sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. Memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1(satu) tahun;

d. Memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis Pengawas Daerah

menolak cuti yang diajukan oleh Notaris Pelapor;

e. Memberikan sanksi baik peringatan lisan maupun peringatan tertulis;

f. Mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada Majelis

Pengawas Pusat berupa :

1) Pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam)

bulan; atau

2) Pemberhentian dengan tidak hormat

g. Dihapus.

- Pasal 77 UUJN Nomor 2 Tahun 2014 menjelaskan wewenang Majelis

Pengawas Pusat (MPP), yaitu :

a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan

dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti;

b. Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada huruf a;

c. Menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara; dan

d. Mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak

hormat kepada Menteri.

Page 41: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

59

2. Keberadaan Majelis Kehormatan Notaris sebagai institusi yang melakukan

pembinaan terhadap Notaris

Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

(UUJN), dibentuk lembaga Majelis Kehormatan Notaris (MKN). Tugas dan

fungsi, syarat dan tata cara pengangkatan, pemberhentian, struktur

organisasi, tata kerja, dan anggaran Majelis Kehormatan Notaris diatur

dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 7 Tahun

2016 tentang Majelis Kehormatan Notaris.43

Dalam melaksanakan pembinaan, Menteri membentuk MKN yang terdiri

atas Notaris, Pemerintah dan ahli atau akademisi. Dalam menjalankan

fungsinya sebagai lembaga perlindungan hukum. MKN memiliki wewenang

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 66 ayat (1) UUJN yang

menentukan bahwa untuk kepentingan peradilan, penyidik, penuntut umum

atau hakim dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris berwenang :

a. Mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan

pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan

b. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan

dengan Akta atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan

Notaris.

43

http://www.indonesianotarycommunity.com/majelis-kehormatan-notaris-catatan-diskusi-inc/

Diakses pada tanggal 19 Juli 2017.

Page 42: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

60

Terkait dengan wewenang ini, sebelumnya adalah wewenang Majelis

Pengawas Daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 66 UUJN, yang

menyatakan bahwa untuk kepentingan proses peradilan, penyidik,

penuntut umum atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah.

Dengan adanya pengalihan sebagian wewenang dari MPD lembaga MKN,

bukan berarti lembaga MPD tidak berfungsi lagi. Karena masih banyak

wewenang lain yang masih merupakan wewenang MPD.44

Keberadaan lembaga MKN ini adalah “menggantikan” peran MPD dalam

menyetujui atau menolak pemanggilan Notaris dan pengambilan fotokopi

protokol Notaris oleh penyidik, penuntut umum dan hakim. MKN ini

merupakan badan yang bersifat independen dalam mengambil keputusan

yang mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan bimbingan atau

pembinaan dalam rangka memperkuat institusi Notaris dalam menegakkan

UUJN bagi setiap orang yang menjalankan jabatan sebagai Notaris.45

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, MKN dapat melakukan

pemeriksaan terhadap Notaris yang diduga melakukan pelanggaran terkait

dengan adanya dugaan pidana dalam proses pembuatan akta otentik.

Apabila ditemukan adanya bukti pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris

yang menyebabkan kerugian bagi para pihak, maka dalam hal ini MKN

dapat memberikan persetujuan kepada penyidik untuk diperiksa dalam

44

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/viewFile/5917/4871 Diakses pada tanggal 19 Juli

2017. 45

Ibid,.

Page 43: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

61

proses peradilan. Jika tidak, maka MKN tidak dapat memberikan

persetujuan.46

Peran MKN sangat diperlukan untuk memberikan suatu pembinaan dan

perlindungan hukum bagi Notaris agar dapat terhindar dari permasalahan

hukum yang dapat menjatuhkan institusi Notaris sebagai lembaga

kepercayaan bagi masyarakat. Kehadiran MKN ini diharapkan dapat

memberikan suatu bentuk perlindungan hukum yang optimal bagi Notaris

serta dapat memberikan pembinaan secara preventif amupun kuratif dalam

penegakan UUJN dalam menjalankan tugas dan jabatannya sebagai pejabat

umum.47

Menurut Permen Nomor 7/2016 bahwa Majelis Kehormatan Notaris terdiri

atas Majelis Kehormatan Notaris Pusat dan Majelis Kehormatan Notaris

Wilayah. MKNP dibentuk oleh Menteri dan berkedudukan di ibukota

Negara Republik Indonesia, sedangkan MKNW dibentuk oleh Direktur

Jenderal atas nama Menteri dan berkedudukan di Ibukota Provinsi. Unsur

MKNP dan MKNW terdiri atas unsur pemerintah, Notaris, dan ahli atau

akademisi, yang keanggotaannya terdiri dari 7 (tujuh) orang anggota terdiri

atas satu orang ketua, satu orang wakil ketua dan lima orang anggota.

E. Pelanggaran Notaris Pasal 17 butir (a) Undang-Undang Jabatan

Notaris

46

Ibid,. 47

Ibid., hal. 46.

Page 44: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

62

Menurut Pasal 18 ayat (1) UUJN Notaris mempunyai tempat kedudukan di

daerah kabupaten atau kota. Kedudukan Notaris di daerah kota atau kabupaten

sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

propinsi dan daerah propinsi dibagi atas kabupaten dan kota. Bahwa pada tempat

kedudukan Notaris berarti Notaris berkantor di daerah kota atau kabupaten dan

hanya mempunyai 1 (satu) kantor pada daerah kota atau kabupaten (Pasal 19 ayat

1 UUJN).

Notaris yang membuat akta di luar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris

yang bersangkutan mencantumkan dalam akta tersebut seolah-olah dilangsungkan

dalam wilayah hukum kewenangannya atau seolah-olah dilakukan ditempat

kedudukan notaris tersebut, hal tersebut tentu melanggar Pasal 17 huruf (a) UUJN,

bahwa Notaris dilarang untuk menjalankan jabatan di luar daerah jabatannya.

Larangan tersebut di maksudkan untuk menjamin kepentingan masyarakat dan

sekaligus mencegah terjadinya persaingan tidak sehat antar Notaris dalam

menjalankan jabatannya. Salah satunya upaya dalam mencegah persaingan

tersebut, Notaris hendaknya memperhatikan ketentuan mengenai honorarium

yang merupakan hak Notaris atas jasa hukum yang diberikan sesuai Pasal 36

UUJN dengan tidak memungut biaya terlampau murah dibanding rekan-rekan

Notaris lainnya, namun dengan tetap melaksanakan kewajiban dalam memberikan

jasa hukum dibidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak

mampu, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 37 UUJN.

Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah propinsi dari

tempat kedudukannya (Pasal 19 ayat 2 UUJN). Pengertian pasal-pasal tersebut

Page 45: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

63

bahwa Notaris dalam menjalankan jabatannya tidak hanya harus berada di tempat

kedudukannya, karena Notaris memiliki wilayah jabatan seluruh Propinsi,

misalnya Notaris yang berkedudukan di Kota Surabaya, maka dapat membuat akta

di kabupaten atau kota lain dalam wilayah Propinsi Jawa Timur. Hal ini dapat

dijalankan dengan ketentuan :48

a. Notaris ketika menjalankan tugas jabatannya (membuat akta) di luar tempat

kedudukannya, maka Notaris tersebut harus berada d tempat akta akan

dibuat. Contoh Notaris yang berkedudukan di Mojokerto, maka Notaris

yang bersangkutan harus membuat dan menyelesaikan akta tersebut di

Mojokerto.

b. Pada akhir akta harus disebutkan tempat (kota/kabupaten) pembuatan dan

penyelesaian akta.

c. Menjalankan tugas jabatan di luar tempat kedudukan Notaris dalam wilayah

jabatan satu propinsi tidak merupakan suatu keteraturan atau tidak terus-

menerus (Pasal 19 ayat 2 UUJN).

Ketentuan tersebut dalam praktik memberikan peluang kepada Notaris

untuk merambah dan melintasi batas tempat kedudukan dalam pembuatan akta,

meskipun bukan suatu hal yang dilarang untuk dilakukan, karena yang dilarang

menjalankan tugas jabatannya di luar wilayah jabatannya atau di luar propinsi

(Pasal 17 huruf a UUJN), tapi untuk saling menghormati sesama Notaris di

kabupaten atau kota lain lebih baik hal seperti itu untuk tidak dilakukan, berikan

penjelasan kepada para pihak untuk membuat akta yang diinginkannya untuk

48

Dr. Habib Adjie., HUKUM NOTARIS DI INDONESIA, (Surabaya:PT. Refika Anditama,2011).,

hal. 133.

Page 46: A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notarisrepository.uph.edu/3566/5/Chapter 2.pdf19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notaris di Indonesia

64

datang menghadap Notaris di kabupaten atau kota yang bersangkutan. Dalam

keadaan tertentu dapat saja dilakukan, jika di kabupaten atau kota tersebut tidak

ada Notaris.49

F. Pelanggaran Kode Etik Notaris Pasal 4 ayat 1 Kongres Luar Biasa INI

Yang Diselenggarakan Di Banten Tanggal 29-30 Mei 2015

Ketentuan mengenai etika profesi jabatan Notaris sebagaimana yang

dirumuskan, sebagian besar berisi tindak perbuatan yang sangat konkrit. Misalnya

harus hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan perkumpulan,

membayar iuran perkumpulan secara tertib, mempunyai hanya 1 (satu) kantor

Notaris dan menjalankan semua kegiatan notaris di kantor sendiri dan lain-lain,

semua bersifat konkrit dan sangat terukur. Yang termasuk kategori abstrak dan

bersifat umum, hanya pada ketentuan butir keempat, yaitu harus “berperilaku

jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, seksama, penuh rasa tanggung jawab

berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan isi sumpah jabatan notaris”.

Kaedah etika dan perilaku jujur, mandiri, tidak berpihak atau imparsial, amanah,

seksama dan sikap bertanggungjawab dapat dikatakan bersifat umum dan abstrak

yang biasanya dikategorikan sebagai kode etik (code of ethics) yang masih perlu

dijabarkan dalam bentuk kode perilaku (code of conducts). Sanksi jika melakukan

pelanggaran Kode Etik Notaris terdapat pada Pasal 6 ayat 1 maka anggota dapat

dikenakan sanksi berupa teguran, peringatan, pemberhentian sementara,

pemberhentian dengan hormat ataupun pemberhentian dengan tidak hormat dari

keanggotaan perkumpulan.

49

Dr. Habib Adjie., Ibid., hal.134.