BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter...

26
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, dimana saja dan kapan saja. Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi di luar kehendak manusia. Terjadinya bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda, maupun korban jiwa. Hal ini mendorong masyarakat yang tinggal di lokasi daerah kawasan rawan bencana untuk memahami, mencegah dan menanggulangi bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanan nya.Selain masyarakat yang tanggap akan bencana alam diperlukan juga pemerintah yang tanggap akan bencana. Kabupaten Karo yang terletak di kawasan dataran tinggi Sumatera Utara memiliki potensi bencana alam yang cukup tinggi. Kabupaten Karo memiliki dua buah gunung yang sampai saat ini masih aktif, yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Hal ini lah yang menyebabkan Kabupaten Karo sering mengalami bencana alam gunung meletus. Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010 kembali aktif dan mengakibatkan terjadinya erupsi di Kabupaten Karo. Selang tiga tahun kemudian, Gunung Sinabung tersebut pun kembali meletus dan mengakibatkan terjadinya erupsi yang cukup besar di daerah sekitar gunung Sinabung sehingga

Transcript of BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, dimana saja

dan kapan saja. Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi di luar

kehendak manusia. Terjadinya bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya

terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda, maupun korban jiwa. Hal ini

mendorong masyarakat yang tinggal di lokasi daerah kawasan rawan bencana untuk

memahami, mencegah dan menanggulangi bencana alam agar terjamin keselamatan

dan kenyamanan nya.Selain masyarakat yang tanggap akan bencana alam diperlukan

juga pemerintah yang tanggap akan bencana. Kabupaten Karo yang terletak di

kawasan dataran tinggi Sumatera Utara memiliki potensi bencana alam yang cukup

tinggi. Kabupaten Karo memiliki dua buah gunung yang sampai saat ini masih aktif,

yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Hal ini lah yang menyebabkan

Kabupaten Karo sering mengalami bencana alam gunung meletus.

Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010

kembali aktif dan mengakibatkan terjadinya erupsi di Kabupaten Karo. Selang tiga

tahun kemudian, Gunung Sinabung tersebut pun kembali meletus dan mengakibatkan

terjadinya erupsi yang cukup besar di daerah sekitar gunung Sinabung sehingga

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

2

menyebabkan jatuhnya korban jiwa.1

awan panas

Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus

kembali, sampai 17 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama

terjadi pada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore

harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan

ini melepaskan dan abu vulkanik. Akibat peristiwa ini, status Gunung

Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama

beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2,

Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.

Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-

letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00

status dinaikkan kembali menjadi Siaga. Letusan terjadi berkali-kali setelah itu, dan

disertai luncuran awan panas sampai 1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi

enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal

23 November 2013 sejak sore, dilanjutkan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali.

Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat rangkaian

letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena hujan abu

vulkanik. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung

dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus

1 http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/03/10/buku-sinabung-bangun-dari-tidur-panjang-diterbitkan/diakses pada tanggal 12 Desember 2014 pukul 21:45 WIB

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

3

diungsikan ke daerah yang lebih aman.2 Sibolangit Hujan abu mencapai kawasan dan

Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi Status menjadi level 4 (Awas), ini

terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan

panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi

rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai hari

berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20

ribu orang. 3Berdasarkan UU No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.

Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menanggulangi setiap bencana yang

terjadi di Indonesia. Penanggulangan bencana tersebut telah diatur dalam undang-

undang mulai dari masa prabencana, tanggap darurat hingga pascabencana. Salah satu

yang menjadi persoalan besar dalam penanggulangan bencanaadalah mengenai

pendataan. Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal

penanggulangan bencana pendataan secara akurat adalahkendala utama dalam

pembagian logistik di dalam sebuah daerah bencana, keduapersediaan komunikasai

dan kelancaran arus komunikasi atau sarana dan prasarana komunikasi.4

2

Keterlambatan dan kesalahan data dalam menginformasikan peta bencana, data

korban (baik yang selamat, hilang, korban jiwa, dll), peta kamp pengungsian,

inventarisasi kebutuhan di lapangan, katalogbantuan, serta koordinasi aksi akan

berdampak pada kesalahan dalam mengambilkebijakan oleh pemerintah, serta

http://sains.kompas.com/read/2013/12/27/1651171/2013.Tiga.Gunung.Api.Indonesia.Memberi.Kejutan.pada.Dunia di akses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 10:40 WIB 3 http://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung diakses pada tanggal 14 Desember 15:48 WIB. 4 Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), http://www.forum-ngo.com/page/62/ Diakses pada tanggal 14 Desember 2014

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

4

tindakan yang akan diambil oleh pihak-pihaklainnya seperti para relawan dan donator

bantuan bencana. Pengelolaan informasi yang baik dibutuhkan dalam usaha

penangananbencana yang efektif dan efisien. Seperti untuk memprediksi adanya

bencana, maka dibutuhkan data geografis sebuah daerah, atau ketika dideteksi akan

terjadi bencana maka dibutuhkan sarana untuk dapat menyebarkan informasi ke

masyarakat dalam waktu yang cepat.5

Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari bencana alam erupsi Gunung

Sinabung tersebut diperlukan perhatian pemerintah melalui Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) yang bekerja sama dengan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat. Walaupun bencana erupsi gunung

Sinabung tidak ditetapkan sebagai bencana nasional namun tetap harus ada program

Demikian juga ketika menolong korban

bencana, dibutuhkan pertukaran informasi antara petugas di lapangan dengan pusat

penanganan bencana antara lain untuk mengetahui keadaan di area bencana dan

bantuan apa saja yang dibutuhkan. Informasi yang ada sedapat mungkin harus

tersedia dengan cepat, tepat dan akurat serta dapat diakes dengan mudah bagi siapa

saja yang membutuhkannya, karena itu dibutuhkan sistem informasi dalam

penanggulangan bencana, karena pada dasarnya kesimpangsiuran informasi dapat

menjadi salahsatu penghambat keberhasilan dalam penanggulangan bencana, baik

saat preparedness, emergency, recovery ataupun rehabilitas.

5 Kritus sembiring, 2007, Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia, ITB, hal.2

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

5

pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk menanggulangi

bencana alam tersebut.

Namun pada kenyataannya, Badan Penanggulan Bencana Daerah Kabupaten

Karo baru terbentuk setelah erupsi gunung Sinabung terjadi beberapa kali dan mulai

menimbulkan korban materi dan juga korban jiwa. Sebelum terbentuknya Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kabupaten Karo, penanggulangan

bencana alam erupsi Sinabung dilakukan oleh TNI dan juga Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Sumatera Utara.Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) di Kabupaten Karo diharapkan akan dapat membantu

penanggulangan bencana alam erupsi Sinabung yang masih terus aktif sampai saat

ini. Mengingat masih baru dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kabupaten Karo yang belum terlihat kinerja yang maksimal. Hal ini terbukti

karena masih terdapat masalah-masalah dalam penanggulangan bencana erupsi

Gunung Sinabung, seperti :

“Syamsul Ma’arif Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Posko utama pendopo rumah dinas Bupati Karo berkomentar kinerja tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung tidak tanggap dan kurang koordinasi. Penanganan tanggap darurat Gunung Sinabung kurang koordinasi setiap tim tidak tahu tugas dan fungsinya secara jelas dan berjalan sendirii-sendiri dan hasil yang dicapai tidak maksimal.Hal ini harus segera diatasi untuk melindungi puluhan ribu pengungsi, perlunys kekompakaan tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung dalam penanganan bencana di lapangan”.6

Masalah lainnya yaitu :

66 http://www.waspada.co.id/index.php diakses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 12:35 WIB

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

6

“Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo , Ir.Subur Tambun mengatakan bahwa pada awal terjadinya tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung BPBD Kabupaten Karo belum mempunyai sarana dan prasarana untuk mendukung kinerja menanggulangi beban para pengungsi.”7

Walaupun demikian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo

harus dapat mengatasi masalah bencana erupsi Gunung Sinabung. Agar Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dapat mencegah dan

menanggulangi bencana tersebut. Sehingga dapat mengurangi resiko jatuhnya korban

jiwa akibat bencana erupsi Gunung Sinabung. Penyelenggaraan penanggulangan

bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh dalam rangka

memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan dampak

bencana berdasarkan Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2008 Pasal 2.

8

7

Untuk itu

berdasarkan analisa di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian agar

dapat melihat bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah di

Kabupaten Karo dalam hal tanggap bencana, terutama dalam mengatasi permasalahan

yang dihadapi oleh para korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Untuk

itu, peneliti akan melakukan penelitian di kantor Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Kabupaten Karo dan Desa Gurukinayan yang menjadi salah satu korban

bencana alam erupsi Sinabung. Hal tersebut lah yang melatarbelakangi saya sebagai

peneliti untuk mengangkat judul penelitian tentang”Analisis Kinerja Badan

http://metro24.co.id/2015/05/28/kepala-bpbd-karo-akui-siap-diaudit/ diakses pada tanggal 29 Mei 2015 pukul 14:00 WIB 8 Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008 Pasal 2

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

7

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dalam Upaya

Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengangkat rumusan

masalah, yaitu:”Bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Karo dalam upaya penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung di

Kabupaten Karo?”

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

dalam upaya penanggulangan bencana erupsi gunung Sinabung.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah dalam upaya penanggulangan

bencana erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan dalam menghadapi

hambatan tersebut.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

8

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh melalui kegiatan penelitian ini, yaitu:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai strategi

optimalisasi kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Karo dalam menanggulangi erupsi gunung Sinabung.

b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU,khususnya di bidang Ilmu

Administrasi Negara.

c. Secara praktis, Secara praktis hasil penulisan ini diharapkan dapat

menambah masukan bagi Pemerintah berupa saran-saran untuk digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kinerja Badan

Penanggulangan Bencana Daerah dalam menanggulangi bencana erupsi

gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori

merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti harus

terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk

menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti masalah yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

9

dipilihnya. Menurut Kerlinger, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk,

defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis

dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.9

Dalam penelitian kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan dasar

yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka

teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan-batasan tentang teori-teori

yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian

penulis dapat melakukan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian.

I.5.1 Kinerja

1.5.1.1 Pengertian Kinerja

Kata ‘kinerja’ dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa

Inggris “performance” yang berarti : (1) pekerjaan perbuatan, (2) penampilan atau

pertunjukan, sedangkan kinerja dalam ilmu administrasi / manajemen memiliki

pengertian sebagai tingkat pencapaian hasil / penyelesaian terhadap tujuan organisasi

(the degree of accomplishment).10 Kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan,

usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Hasil kombinasi

tersebut terlihat dalam bentuk catatan outcome dalam periode waktu tertentu.11

9 Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey(Jakarta:LP3ES,1995),hal 37

10 Nurlaila. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia I. Bandung : LepKhair. 9 Sulistiyani, Ambar T dan Rosidah. 2003. Manajemen SUmber Daya Manusia. Yogyakarta :Graha

Ilmu.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

10

Sedangkan menurut Henry Simamor, Kinerja adalah tingkatan dimana para karyawan

mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan dan memberikan hasil maksimal dari

standar yang telah ditentukan selama masa periode waktu tertentu.12 Selain itu,

menurut Rivai dan Basri Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang

untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.13

Dari uraian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah

hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu atau kelompok yang

dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dapat dilihat dari lima hal,

yaitu14

1. Quality of work – Kualitas hasil kerja

:

2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Communication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.

12 Simamora, Henry.1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. STEI: YKPN. 13 Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem yang Tepat Untuk Menilai Kinerja

Karyawan. Jakarta : Rajagrafindo Persada 14 Bacal, Robert. 2001. Performance Management, ahli bahasa Surya Dharma dan Yanuar Irawan.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

11

1.5.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang bekerja dalam suatu

lingkungan. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1. Kemampuan mereka,

2. Motivasi,

3. Dukungan yang diterima,

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan

5. Hubungan mereka dengan organisasi.15

Menurut Mangkunegara menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

pencapaian kinerja antara lain :

a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability)

pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita

(pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang

sesuai dengan keahlihannya.

b. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi

situasi (situasion) kerja. 16

15 http://id.m.wikipedia.org/wiki/kinerja diakses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 12:55 WIB 16 Mahmudi.(2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:UPP AMP YKPN.hlm.35

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

12

1.5.1.3 Teori Kinerja

Wexley dan Yuki mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

antara lain adalah disiplin kerja dan motivasi.17

Sutarto telah merangkum dari berbagai pendapat para ahli organisasi dan

manajemen, sehingga ditemukan ada beberapa faktor yang merupakan faktor internal

yang merupakan faktor penting bagi jalannya suatu organisasi untuk mencapai suatu

tujuan yang telah ditentukan, yaitu seperti pembagian kerja, wewenang dan tanggung

jawab disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah prioritas kepentingan bersama, gaji,

sentralisasi, saluran jenjang,ketertiban, keadilan kestabilan masa kerja,inisitaif,rasa

kebersamaan, koordinasi,jenjang penyusunan fungsi, staf, ketetapan penempatan,

pengakuan terhadap pimpinan, staf khusus dan umum, departemenisasi, asas

pengecualian, keseimbangan.

Disiplin kerja diperlukan untuk

menghasilkan kinerja yang bagus, dengan disiplin pegawai akan berusaha untuk

melakukan pekerjaan semaksimal mungkin dan kinerja yang dihasilkan menjadi lebih

bagus. Dan motivasi juga berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dengan motivasi

pegawai akan mendorong pegawai untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi seorang pegawai maka

semakin tinggi pula kinerja pegawai.

17 Mahmudi.(2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:UPP AMP YKPN.hlm 42

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

13

I.5.2 Bencana

Menurut Asian Disaster Resources and Respon Network (ADDRN), bencana

merupakan sebuah gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah komunitas atau

masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak yang meluas terhadap

manusia, materi ekonomi, dan lingkungan, yang melampaui kemampuan komunitas

atau masyarakat yang terkena dampak tersebut untuk mengatasinya dengan

menggunakan sumber daya mereka sendiri.18 Sedangkan menurut Purnomo dan

Sugiantoro, pemahaman tentang istilah bencana dari beberapa orang, meskipun

beragam, namun pada akhirnya, semuanya mengindikasikan sebagai peristiwa buruk

yang merugikan kehidupan manusia.19

Menurut Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Pasal 1 ayat (1), bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis. Bencana itu dibagi tiga jenis menurut Undang-undang No.24

tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu:

18 Asian Resources and Response Network (ADDRN). Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2010. 19 Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, Manajemen Bencana (Yogyakarta: Media Pressindo,2010),hlm.9.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

14

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (Pasal1 ayat

(2))

2. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatka oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa nonalam yang antara lain gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,

dan wabah penyakit. (Pasal 1 ayat 3))

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar

kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror. (Pasal 1 ayat 4))

Dari beberaapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bencana

merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara sengaja dan tidak sengaja yang pada

akhirnya mengganggu dan merugikan kehidupan banyak orang.

1.5.3 Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana seperti yang didefenisikan Agus Rahmat,

merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan

bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus

manajmen bencana.20

20 Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, Manajemen Bencana (Yogyakarta: Media Pressindo,2010),hlm.93.

Dan menurutnya, tujuan kegiatan ini adalah untuk mencegah

kehilangan jiwa, mengurangi penderitaan manusia, memberi informasi masyarakat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

15

dan pihak berwenang mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan infrastruktur

utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.

Adapun Carter , mendefenisikan pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu

pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan observasi sistematis dan

analisis bencana untuk meningkatakan tindakan-tindakan (measures) terkait dengan

pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi), persiapan, respon darurat dan

pemulihan.21

Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam

Pasal 1 ayat (6) menyebutkan bahwa penyelenggraan penanggulangan bencana

adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan

rehabilitasi. Dalam Pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa asas-asas penanggulangan

bencana, yaitu kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukumdan

pemerintah, keseimbangan, keselarasan, dan keserasian, ketertiban dan kepastian

hokum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Di ayat (2) digambarkan prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana,

yaitu cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan

Dan menurutnya, tujuan dari penanggulangan bencana diantaranya,

yaitu mengurangi atau menhindari kerugian secara fisik,ekonomi maupun jiwa yang

dialami oleh per orangan, masyrakat negara, mengurangi penderitaan korban

bencana, mempercepat pemulihan, dan memeberikan perlindungan kepada pengungsi

atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.

21 Ibid

Page 16: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

16

berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas,kemitraan , pemberdayaan

,nondiskriminatif dan nonproletisi. Adapun yang menjadi tujuan dari penanggulangan

bencana( Undang-undang No.24 tahun 2007 Pasal 4), yaitu memeberikan

perlindungan kepada masyarakat dan ancaman bencana, menyelaraskan peraturan

perundang-undangan yang sudah ada , menjamin terselenggaranya penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai

budaya lokal, membangun partispasi dan kemitraan publik serta swasta, mendorong

semangat gotong-royong, dan kesetiakawanan, dan kedermawanan dan menciptakan

perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam penanggulangan bencana diatas, dapat dilihat bahwa yang merupakan

salah satu prinsip dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga

dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan penanggulangan

bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada sebelum, saat dan sesudah

bencana terjadi.

I.5.3.1 Upaya Penanggulangan Bencana

Ada beberapa upaya dalam menanggulangi bencana seperti yang tertulis

dalam Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

17

1. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangakan dan/atau mengurangi ancaman

bencana.(Pasal 1 ayat (6))

2. Kesiapsiagaan adalah serangakaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna.( Pasal 1 ayat (7))

3. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera

mungkin pada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada

suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.( Pasal 1 ayat (8))

4. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana. ( Pasal 1 ayat (9))

5. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta

benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. ( Pasal1 ayat (10))

6. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik

dan masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana

dengan sasaran utama untuk normalisasi berjalannya secara wajar semua

Page 18: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

18

aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. (

Pasal 1 ayat (11))

7. Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,

kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintah

maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya

kegiatan prekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,

dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. ( Pasal1 ayat (12))

Dari pengertian-pengertian diatas mengenai beberapa upaya penanggulangan

bencana, maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak kegiatan penanggulangan

bencana yang dilakukan untuk mengatasi dan mencegah resiko bencana terjadi yang

bertujuan untuk mengembalikan sumber-sumber daya diwilayah yang terkena

bencana terebut.

1.5.3.2 Asas Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang sangat penting bagi

masyarakat di Indonesia termasuk juga untuk kalangan industri beresiko tinggi.

Pelaksanaan penanggulangan bencana dilakukan berasaskan sebagai berikut :

1. Kemanusiaan

Aspek penanggulangan bencana memiliki dimensi kemanusiaan yang tinggi.

Korban bencana khususnya bencana alam akan mengalami penderitaan baik fisik,

Page 19: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

19

moral maupun materi sehingga memerlukan dukungan tangan dari pihak lain agar

bisa bangkit kembali. Penerapan manajemen bencana merupakan usaha mulia

yang menyangkut aspek kemanusiaan untuk melindungi sesama.

2. Keadilan

Penerapan penanggulangan bencana mengandung asas keadilan, yang berarti

bahwa penanggulangan bencana tidak ada diskriminasi atau berpihak kepada unsur

tertentu. Pertolongan harus diberikan dengan asas keadilan bagi semua pihak.

3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

Penanggulangan bencana mengandung asas kesamaan dalam hukum dan juga

dalam pemerintahan, semua pihak harus tunduk kepada perundangan yang berlaku

dan taat asas yang ditetapkan.

4. Keseimbangan,

Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan

keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan.

5. Keselarasan

Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan

keselarasan tata kehidupan sosial dan lingkungan.

6. Keserasian

Page 20: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

20

Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan

keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.

7. Ketertiban dan kepastian hukum

Penanggulangan bencana harus mempertimbangkan aspek ketertiban dan

kepastian hukum. Program dan penerapan penanggulangan bencana harus

berlandaskan hukum yang berlaku dan ketertiban anggota masyarakat lainnya.

8. Kebersamaan

Salah satu asas penting dalam penanggulangan bencana adalah kebersamaan.

Masalah bencana tidak bisa diselesaikan secara partial atau hanya oleh satu pihak

saja, harus melibatkan seluruh anggota masyarakat atau komunitas yang ada.

Tanpa keterlibatan dan peran serta, program penanggulangan bencana tidak akan

berhasil dengan baik.

9. Kelestarian lingkungan hidup

Penanggulangan bencana harus memperhatikan aspek lingkungan hidup di

sekitarnya, benturan yang akan terjadi dalam menjalankan penanggulangan

bencana dengan aspek lingkungan. Untuk mencapai keberhasilan, kelestarian

lingkungan harus tetap terjaga dan terpelihara.

10. Ilmu pengetahuan dan teknologi

Penerapan peanggulangan bencana dilakukan secara ilmiah dan memanfaatkan

ilmu pengetahuan. Bencana sangat erat kaitannya dengan berbagai disiplin

Page 21: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

21

keilmuan seperti geologi, geografi, linkungan, ekonomi, budaya, teknologi, dan

lainnya.Harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan sehingga diperoleh hasil

yang lebih baik. 22

1.5.3.3 Proses Penanggulangan Bencana

Penanggulanan bencana dapat dibagi atas tiga tingkatan, yaitu pada tingkat

lokasi disebut manajemen insiden, tingkat unit atau daerah disebut manajemen

darurat, dan tingkat nasional atau korporat disebut manajemen krisis.

1. Manajemen insiden adalah penanggulangan kejadian di lokasi atau langsung di

tempat kejadian. Dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugas

lapangan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Penanggulangan bencana

pada tingkat ini bersifat teknis

2. Manjemen darurat adalah upaya penanggulangan bencana di tingkat yang lebih

tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian.

3. Manajemen krisis berada di tingkat yang lebih tinggi misalnya di tingkat nasional

atau tingkat korporat bagi suatu perusahaan yang mengalami bencana.

22 http://poskosiagabencana.blogspot.com/2013/06/10-asas-penanggulangan-bencana.html?m=1

diakses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 20:15 WIB.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

22

Perbedaan tugas dan tanggung jawab pada ketiga tingkatan adalah

berdasarkan fungsinya yaitu taktis dan strategis. Tingkat manajemen insiden, tugas

dan tanggung jawab lebih banyak bersifat taktis dan semakin keatas tugasnya akan

lebih banyak menangani hal yang strategis. Pengaturan fungsi dan peran sangat

penting dilakukan dalam mengembangkan suatu penanggulangan bencana.

Hambatan di lapangan pada dasarnya terjadi karena pengaturan tugas dan peran

tidak jelas. Siapa yang bertanggung jawab mengkoordinir bantuan dari pihak luar

dan siapa yang mengelola bantuan tersebut setelah berada di lapangan. Siapa

penentu kebijakan penanggulangan bencana dan siapa yang melakukan

penerapannya di lapangan.

I.5.4 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo

1.5.4.1 Sejarah Berdirinya BPBD Kabupaten Karo

Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010

kembali aktif. Gunung yang berada 2.460 mdpl ini pada awalnya termasuk dalam

gunung berapi tipe B yaitu gunung berapi yang tidak memiliki aktivitas yang berarti

dalam waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun maka tidak masuk dalam

prioritas pengawasan. Tercatat pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi (PVMBG) bahwa Gunung Sinabung terakhir meletus di tahun 1600.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

23

Pada awalnya, Gunung Sinabung hanya menyemburkan debu disertai bau

belerang yang menyengat. Warga yang berada di kaki gunung segera melakukan

evakuasi karena aktivitas gunung tersebut tidak seperti biasanya. Ratusan kepala

keluarga mengungsi kebeberapa tempat yang dianggap aman. Daerah yang parah

terkena aktivitas awal Gunung Sinabung setelah ratusan tahun tersebut adalah Desa

Bekerah dan Suka Nalu yang berjarak tidak sampai 10 kilometer dari puncak gunung.

Aktivitas Gunung Sinabung rupaya terus meningkat hingga meletus dan

mengeluarkan lava pijar dan status pun diubah menjadi Awas sehingga aktivitas

Gunung Sinabung menjadi dalam pengawasan pihak yang berwenang. Oleh karena

itu, pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah membuat sebuah

kebijakan untuk membentuk sebuah badan yang khusus bergerak pada bidang

penanggulangan bencana di Kabupaten Karo, yaitu Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Karo.

Sebelum BPBD berdiri di Kabupaten Karo pada tanggal 22 Januari 2014,

kewenangan dalam mengatasi masalah bencana berada di Badan Kesatuan Bangsa

dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kabupaten Karo berdasarkan

Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada salah satu bidang di instansi tersebut.

Kemudian pada tanggal 22 Januari 2014 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Karo Nomor 01 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

Karo Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis

Daerah Kabupaten Karo, maka berdirilah BPBD Kabupaten Karo yang tugas dan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

24

fungsinya mengambil alih tugas-tugas dari KESBANGLINMAS dalam lingkup

penanggulangan bencana.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial.23

1. Kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu

atau kelompok yang dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman sesuai

dengan tanggungjawab yang diberikannya. Adapun indikator kinerja yang

saya gunakan yaitu teori menurut T.R. Mitchell ada lima hal, yaitu:

Defenisi konsep bertujuan untuk menghindarkan interprestasi

ganda atas variable yang diteliti. Oleh karena itu, untuk medapatkan batasan-batasan

yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka defenisi konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Quality of work – Kualitas hasil kerja

b) Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

c) Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

d) Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

23 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey (Jakarta: Pustaka LP3ES,1995), hlm.33.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

25

e) Communication – kemampuan membina kerjasama dengan

pihak lain.

2. Penanggulangan bencana merupakan salah satu bentuk pengurangan resiko

bencana. Dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga

dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan

penanggulangan bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada

sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi.

3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo adalah

suatu Badan yang masih terbilang baru saja terbentuk pada tanggal 22

Januari 2014. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo

dibentuk karena adanya bencana Erupsi Gunung Sinabung. Sebelum

adanya BPBD Kabupaten Karo bencana erupsi Gunung Sinabung

ditangani oleh TNI/POLRI,KESBANGLINMAS, dan BPBD Provinsi

Sumatera Utara.

I.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang , perumusan masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

defenisi konsep, hipotesis dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Page 26: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54634/5/Chapter I.pdf · Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal ... Kata

26

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berikan gambaran umum tentang lokasi penelitian yang

meliputi keadaan

geografis,tpografis,hidrologi,kependudukan,pendidikan,kesehatan,

sosial ekonomi dan pemerintahan.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan data-data yang diperoleh selama penelitian di

lapangan dan dokumen-dokumen yang akan dianalsis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data yang telah diperoleh selama penelitian

dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dilakukan dan saran-

saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi kemijakan.