BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter...

13
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Terbentuknya sebuah pemukiman dapat dijelaskan melalui proses dimana awalnya manusia berkumpul dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu tempat-tempat tersebut menjadi perkampungan (suatu area hunian yang kemudian tumbuh menjadi pemukiman dan berkembang menjadi perkampungan). 1 Penulisan sejarah yang menyangkut daerah tempat tinggal atau pemukiman sudah diawali oleh D.H Burger dalam tulisannya “Rapport over de desa Pekalongan in 1869 en 1928 dan desa Ngablak (Regentschap Pati) 1869 en 1928”. Kedua jenis tulisan ini menonjolkan aspek sruktural dan perkembangan dua desa dalam waktu Proses terbentuknya daerah tempat tinggal manusia terjadi melalui proses yang panjang, Proses ini menjelaskan bahwa sejarah mempunyai peran penting dan sejarah akan selalu terikat pada kronologis peristiwa, artinya selalu ada kesinambungan antara kejadian sebelumnya dengan kejadian selanjutnya. Sejarah melihat penting sebuah proses terbentuknya sebuah area hunian karena dalam pembentukan area hunian pasti melibatkan dimensi ruang, waktu, dan manusia. Ketiga unsur tersebut merupakan bagian terpenting dalam penulisan sejarah yang analitis. 1 Benny Octofryana Yousca Marpaung dan Madya Alip Bin Rahim, Fenomena Terbentuknya Kampung Kota oleh Masyarakat Pendatang Spontan, Medan, CV Suryaputra Panca Mandiri, 2009 hal. 3 Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter...

Page 1: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Terbentuknya sebuah pemukiman dapat dijelaskan melalui proses dimana

awalnya manusia berkumpul dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu.

Seiring dengan berjalannya waktu tempat-tempat tersebut menjadi perkampungan

(suatu area hunian yang kemudian tumbuh menjadi pemukiman dan berkembang

menjadi perkampungan).1

Penulisan sejarah yang menyangkut daerah tempat tinggal atau pemukiman

sudah diawali oleh D.H Burger dalam tulisannya “Rapport over de desa Pekalongan

in 1869 en 1928 dan desa Ngablak (Regentschap Pati) 1869 en 1928”. Kedua jenis

tulisan ini menonjolkan aspek sruktural dan perkembangan dua desa dalam waktu

Proses terbentuknya daerah tempat tinggal manusia terjadi

melalui proses yang panjang, Proses ini menjelaskan bahwa sejarah mempunyai

peran penting dan sejarah akan selalu terikat pada kronologis peristiwa, artinya selalu

ada kesinambungan antara kejadian sebelumnya dengan kejadian selanjutnya. Sejarah

melihat penting sebuah proses terbentuknya sebuah area hunian karena dalam

pembentukan area hunian pasti melibatkan dimensi ruang, waktu, dan manusia.

Ketiga unsur tersebut merupakan bagian terpenting dalam penulisan sejarah yang

analitis.

1Benny Octofryana Yousca Marpaung dan Madya Alip Bin Rahim, Fenomena Terbentuknya Kampung Kota oleh Masyarakat Pendatang Spontan, Medan, CV Suryaputra Panca Mandiri, 2009 hal. 3

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

yang berbeda.2 Sejarah Pedesaan (rural history) menyangkut semua macam masalah

sosial, politik, dan kultural di pedesaan. Jenis persoalan ini mencakup persoalan yang

sangat luas.3

Pada umumnya, manusia cenderung mencari tempat tinggal yang aman,

nyaman, dan teratur. Jelas sekali sebagai proses untuk bertahan hidup manusia

menghindari ancaman-ancaman yang dapat membahayakan keberlangsungan hidup

mereka, Ancaman yang dimaksud dapat berupa bahaya banjir, letusan gunung,

gempa, dan lain-lain. Selain itu ada juga faktor seperti kesuburan tanah atau

kurangnya sumber daya alam yang memaksa manusia untuk meninggalkan suatu

tempat tinggal dan membentuk tempat tinggal yang baru. Dalam proses membentuk

ruang sebagai wujud usaha terciptanya pemukiman, manusia melewati banyak

permasalahan maupun tantangan. Namun hambatan-hambatan ini yang memaksa

manusia untuk terus belajar dari waktu ke waktu bagaimana agar dapat bertahan

hidup.

Pembentukkan tempat tinggal merupakan wadah fungsional yang didasarkan

pada pola aktivitas manusia. Pola tersebut boleh bersifat fisik dan non fisik.

Pemukiman merupakan refleksi dari kekuatan-kekuatan sosial budaya seperti

kepercayaan,hubungan kekeluargaan, organisasi sosial, dan interaksi sosial antara

individu.4

2Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hal. 101

Pemukiman yang dibentuk oleh suatu kelompok masyarakat secara sadar

3Ibid. 4Benny Octofryana Yousca Marpaung, op. cit, hal. 55

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada keterkaitan

dan hubungan geografis antara desa dengan daerah perbukitan atau lembah. Letak

geografis membedakan perubahan sosial, pendapatan, tingkah laku, dan

kepercayaan.5

Pola dalam suatu desa juga dipengaruhi oleh budaya, “budaya adalah seluruh

cara kehidupan dari masyarakat dan sebagian tata cara hidup yang dianggap lebih

tinggi dan lebih diinginkan”.

6

Pengertian “Kampung Bali” secara etimologis terbagi atas “kampung” dan

“bali”. Pengertian “kampung” menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

kelompok rumah yang merupakan bagian kota,

Tentu setiap daerah memiliki ciri-ciri adat, kehidupan,

dan tingkah laku yang berbeda. Sebagai contoh kampung orang Jawa dengan

kampung orang Batak tentu memiliki perbedaan yang didasari oleh kebudayaan

mereka masing-masing. Perbedaan ini dapat dilihat dari bentuk fisik bangunan, tata

letak dan unsur-unsur lainnya seperti kebiasaan hidup sehari-hari masyarakat

kampung. Inilah yang menjadi keunikkan dan daya tarik dalam sebuah penelitian

mengenai perkembangan suatu daerah tempat tinggal. Kegiatan ini termasuk dalam

kajian sejarah pedesaan yang dilihat secara prosesual melewati kronologis kejadian di

daerah tempat tinggal tersebut.

7

5Suhartono W. Pranoto, op. cit, hal. 102

“Kampung” juga dapat diartikan

sebagai lingkungan tradisional khas Indonesia, yang ditandai dengan ciri kehidupan

6Leonard Siregar, Antropologi dan konsep kebudayaan, Jurnal Antropologi Papua Volume 1, No. 1 (Universitas Cendrawasih. 2002), hal. 5

7W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta,Balai Pustaka, edisi III: 2007 hal. 515.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

yang terjadi dalam ikatan kekeluargaan yang erat.8

provinsi

Sedangkan Bali adalah nama salah

satu di Indonesia yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Bali

atau yang dikenal juga dengan pulau dewata, merupakan salah satu daerah andalan

wisata Indonesia yang terkenal hingga ke mancanegara.

Terkait dengan penjelasan diatas, pengertian Kampung Bali disini bukanlah

suatu pemukiman yang berada di provinsi Bali, karena Kampung Bali yang dimaksud

merupakan daerah pedalaman yang berada di Kecamatan sei. Wampu Kabupaten

Langkat. Penamaan “Kampung Bali” untuk daerah ini berasal dari masyarakat luar

kampung. Nama kampung Bali ini lebih dikarenakan mayoritas masyarakat dan

penghuni pertama yang tinggal diperkampungan ini adalah masyarakat Bali sekalipun

kampung Bali ini terletak didaerah Langkat.9 Kampung Bali di Langkat memiliki

nama asli kampung Cipta Dharma yang berarti menciptakan kebaikan atau

kebenaran. Secara filosofis nama ini diartikan dengan tujuan agar masyarakat

kampung Bali dapat menjadi masyarakat pendatang yang bertujuan menciptakan

kebaikan dan kebenaran bagi seluruh makhluk hidup yang didatangi. Nama kampung

Cipta Dharma ini dihasilkan melalui musyawarah generasi pertama, mereka adalah

orang-orang yang pertama kali membuka kampung Bali.10

Masyarakat Bali yang umumnya menganut agama Hindu adalah orang yang

pertama kali tinggal di Kampung Bali, sumber yang didapat dari lapangan dan

8Benny Octofryana Yousca Marpaung, op. cit, hal 74 9Merupakan wilayah administratif yang terletak dipropinsi Sumatra Utara, penduduk asli

Melayu. 10 Wawancara I nyoman Sumandro. Kampung Bali, 18 Desember 2012.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

tulisan-tulisan yang membahas keberadaan Kampung Bali menunjukkan bahwa

Kampung ini dibuka pada tahun 1974. Masyarakat yang membuka kampung

merupakan transmigran dari Bali yang datang ke Sumatera karena terikat kontrak

dengan Perkebunan di Bandar Selamat dan Tanjung Garbus di daerah Lubuk Pakam.

Setelah masa kontrak habis mereka tidak pulang ke kampung halaman mereka di

Bali, melainkan menetap di Sumatera Utara. Pemerintah pada masa itu memberikan

lokasi pemukiman dan tanah olahan kepada mereka di Desa Paya Tusam Kecamatan

Sei Wampu Kabupaten Langkat sebanyak ±2 hektar untuk satu kepala keluarga.

Pada masa awal pembukaan kampung, masyarakat Bali yang tinggal di

kampung ini menghadapi permasalahan yang sangat sulit. Mereka dihadapkan pada

sebuah keadaan yang memaksa mereka untuk bertarung dengan kondisi alam tempat

mereka tinggal yang tidak layak. Mereka mengalami depresi karena ternyata hutan

yang mereka tempati adalah hutan tropis yang belum pernah terjamah oleh manusia.

Menurut sumber yang didapatkan dari hasil wawancara dengan masyarakat yang

pertama kali tinggal dipemukiman ini, daerah tempat mereka tinggal merupakan

hutan lebat dengan pohon-pohon besar yang umurnya sudah sangat lama dan butuh

usaha keras untuk mengolah tempat ini untuk menjadi tempat tinggal yang layak.11

11 Wawancara I nyoman Sumandro. Kampung Bali, 18 Desember 2012.

Tantangan selanjutnya yang mereka hadapi adalah mereka kesusahan mencari

makanan kerena Kampung Bali berada jauh dari kota, sulitnya alat transportasi dan

belum adanya listrik juga menjadi penghambat sehingga mereka merasa sangat

menderita. Keadaan ini berdampak buruk pada kelangsungan hidup mereka, bahkan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

ada beberapa penduduk yang tidak dapat bertahan hidup pada saat itu sehingga

meninggal dunia. Namun seiring dengan berjalannya waktu, keadaan ini berangsur-

angsur membaik. Sehingga mereka dapat bertahan dan tetap tinggal di Kampung Bali

hingga sekarang.

Suku Bali merupakan suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran

akan kesatuan kebudayaannya12

Hingga tahun 2002 penduduk yang ada di Kampung Bali tidak hanya umat

Hindu Bali, namun ada juga yang beragama Islam dan Kristen meskipun jumlahnya

lebih sedikit daripada jumlah penduduk Hindu Bali yang berjumlah 39 kepala

keluarga. Jumlah ini memang lebih sedikit dari sejak awal dibuka Kampung Bali oleh

masyarakat Hindu Bali yang berjumlah 56 kepala keluarga. Keadaan ini berbanding

terbalik dengan peningkatan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Bali.

Peningkatan ekonomi dapat ditelisik dari status awal pada masa bekerja diperkebunan

Tanjung Garbus dan Bandar Selamat sebagai buruh perkebunan yang berkembang

menjadi pemilik perkebunan di Kampung Bali dimana lahan yang awalnya hanya 2

. Masyarakat Bali yang tinggal di Kampung Bali

selalu mempertahankan nilai-nilai budaya mereka sekalipun berada jauh dari tempat

asalnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan dibangunnya Pura atau tempat ibadah di

Kampung Bali, ditambah lagi dengan rutinnya masyarakat Bali yang tinggal

dikampung ini untuk selalu merayakan atau menjalankan ritual yang sesuai dengan

adat budaya mereka.

12Muhammad Takari, dkk, “Masyarakat Kesenian di Indonesia”, Studia Kultura, Fakultas Sastra: 2008 hal,140.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

hektar pada tahun 1974, kemudian berkembang menjadi 4 hektar dan bahkan ada

yang memiliki 6 hektar pada tahun 2002.13

Berkembangnya suatu kelompok masyarakat pedalaman Kampung Bali

sebagai bentuk dinamika kehidupan sosial, maka peneliti merasa tertarik untuk

mengkaji dalam konteks karya tulisan sejarah, itu Kampung Bali ini juga belum

pernah diteliti. Adapun pembabakan waktu dalam tulisan ini agar tidak terlalu

meluas, maka ditentukan periodesasi yang tepat. Penelitian ini diawali mulai dari

tahun 1974 dimana sejak tahun inilah awal mulainya dibuka Kampung Bali di

Langkat oleh masyarakat penganut Hindu Bali. Sementara itu skop temporal

penulisan penelitian diakhiri pada tahun 2002, karena pada batasaan tahun itu

Kampung Bali yang berada di kabupaten Langkat mengalami peningkatan taraf

ekonomi walaupun populasi masyarakat Bali pada saat itu mengalami penurunan, dan

pada tahun 2002 Kampung Bali sudah mulai disosialisakan ke masyarakat luas dan

direncanakan untuk menjadi lokasi wisata budaya Bali oleh pemerintah setempat. Hal

ini terbukti dengan dibangunnya beberapa fasilitas, seperti perbaikan jalan dan

bantuan dana pembangunan di Kampung Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam rangka melakukan sebuah penelitian perlu ditentukan landasan yang

menjadi akar permasalahannya. Berangkat dari latar belakang di atas, maka dibuatlah

suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama

13 Wawancara Wayan Kariadi, Kampung Bali, 18 Desember 2012.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

dalam penelitian sekaligus menjaga keterkaitan dalam uraian penelitian. Untuk

mempermudah penulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, maka

pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana awal terbentuknya Kampung Bali di Langkat?

2. Bagaimana dinamika yang terjadi pada masyarakat Kampung Bali sejak

1974 s/d 2002?

3. Bagaimana eksistensi masyarakat Kampung Bali di Kabupaten Langkat?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setelah memperhatikan apa yang menjadi permasalahan yang akan dikaji

maka langkah selanjutnya adalah menentukan apa yang menjadi tujuan penelitian,

serta manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan. Seperti diketahui bahwa memang

masa lampau manusia tidak dapat ditampilkan dalam konstruksi seutuhnya, namun

rekonstruksi manusia perlu dipelajari sehingga diharapkan dapat memberikan

pelajaran bagi kehidupan manusia di masa kini dan akan datang.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menjelaskan awal terbentuknya Kampung Bali di Langkat.

2. Menjelaskan dinamika yang terjadi pada masyarakat Kampung Bali sejak

1974 s/d 2002.

3. Menjelaskan eksistensi masyarakat Kampung Bali di Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan sekaligus motivasi dalam menghasilkan karya-karya

historiografi serta memberikan referensi literatur yang berguna terhadap dunia

akademis, terutama dalam studi ilmu sejarah guna membuka ruang penulisan

sejarah yang berikutnya.

2. Menjadi suatu deskripsi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat dalam

menyelenggarakan proses pembangunan sarana dan prasarana di bidang sosial

ekonomi.

3. Menambah wawasan pembaca mengenai keberadaan Kampung Bali di

Langkat.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam memahami masalah penelitian ini, diperlukan beberapa referensi yang

dapat dijadikan panduan penulisan nantinya dalam bentuk tinjauan pustaka. Adapun

beberapa buku yang mendukung untuk dijadikan referensi adalah buku yang berjudul

Fenomena Terbentuknya Kampung Kota Oleh Masyarakat Pendatang Spontan

(2009) yang ditulis Beny Octofryana Yousca Marpaung dan Madya Alip Bin Rahim

yang menjelaskan tentang latar belakang awalnya muncul suatu area hunian dan

pemukiman yang tumbuh menjadi perkampungan, buku ini juga menjelaskan adanya

fenomena pemikiran manusia dalam mewujudkan daerah hunian berdasarkan keadaan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

sosial suatu masyarakat. Lebih jauh lagi buku ini membahas mengenai adanya

keterkaitan antara karakteristik bentuk area hunian dan pemukiman dengan keadaan

sosial budaya masyarakat penghuni yang pada mulanya menempati suatu kampung.

Buku ini dapat membantu peneliti untuk menjelaskan latar belakang terbentuknya

Kampung Bali.

Buku Seminar Sejarah Lokal: Dinamika Masyarakat Pedesaan menguraikan

tentang mengenai proses perubahan dan perkembangan sosial ekonomi pada

masyarakat desa dalam kaitannya dengan mata pencaharian seperti bidang pertanian.

Secara garis besar buku ini juga menjelaskan ciri-ciri dari kehidupan masyarakat

Indonesia. Gambaran-gambaran dari beberapa desa di Indonesia masing-masing

menunjukkan cirinya baik dalam proses adat istiadat, kerukunan, gotong royong

dalam bekerja maupun konflik yang terdapat pada masyarakat. Dapat ditemukan juga

dalam buku ini yaitu perbandingan yang ditampilkan di antara beberapa desa berbeda

di Indonesia. Buku ini juga dapat membantu peneliti untuk melihat perkembangan

masyarakat di Kampung Bali.

Buku yang ditulis oleh Mubyarto dan Sartono Kartodirdjo dengan judul

Pembangunan pedesaan di Indonesia menggambarkan masalah-masalah pedesaan

tentang pembangunan sebuah desa, buku ini dinilai cukup untuk menggambarkan

mengenai proses pembangunan sebuah desa dengan membandingkan apa yang terjadi

di Kampung Bali, buku ini juga secara jelas mengurai kehidupan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

pedesaan dengan menunjukkan bentuk ideal dari pembangunan desa-desa di

Indonesia.

Buku yang berjudul Dinamika permukiman perdesaan pada masyarakat Bali

(2004), buku ini mengkaji bentuk ideal pemukiman oleh Masyarakat Bali. Buku ini

juga menjabarkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan dalam proses

perkembangan pemukiman oleh Masyarakat Bali. I wayan Parwata secara jelas

mengurai struktur kehidupan Masyarakat Bali sehingga buku ini dapat membantu

peneliti dalam melakukan penulisan sejarah Kampung Bali di Langkat yang deskriptif

analitis.

1.5 Metode Penelitian

Karya sejarah tanpa memanfaatkan teori dan metodologi dikatakan sejarah

naratif (narrative history), sedangkan karya sejarah yang memanfaatkan teori dan

metodologi adalah sejarah analitis (analitical history).14

14Suhartono W. Pranoto, op. cit., hal 9

Ada beberapa tahapan yang

harus dilalui dalam melakukan penulisan sejarah yang deskriptif analitis. Tahap

pertama adalah heuristik (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung dengan

objek yang diteliti. Pada tahap heuristik ini digunakan dua cara yaitu penelitian

kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian

kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan beberapa buku, majalah, artikel-

artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya berkaitan dengan

judul yang dikaji. Selanjutnya penelitian lapangan akan dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap

mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini.

Tahap kedua yang dilakukan adalah kritik sumber. Maksudnya dalam tahapan

ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan

sumber, yaitu dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis. Hal ini ditujukan

agar kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah dengan guna

mendapatkan objektivitas suatu kejadian15

Tahapan ketiga ialah interpretasi atau penafsiran, dalam tahapan ini data yang

diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis baru yang sifatnya lebih

objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke

belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi

sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan

fakta sejarah yang objektif. Hal ini juga akan menjadi penting karena tanpa

penafsiran dari seorang sejarawan, data tidak akan dapat berbicara.

. Kritik yang mengacu terhadap kredibilitas

sumber, yang artinya apakah isi dokumen ini terpercaya atau tidak dimanipulasi

dinamakan kritik intern, sedangkan kritik yang mengacu pada usaha mendapatkan

otensitas sumber dengan melakukan penelitian fisik dinamakan kritik ekstern.

Tahap terakhir adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat

dipercaya tersebut menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha

memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini

15L. Gottschalk, Understanding History: A Primer of Historical Method 1956: 118-171; G.J. Garraghan, 1957: 143-320; J. Tosh, 1985; 49-64 (“Mengerti Sejarah” terjemahan Nugroho Notosusanto 2008, UI Press)

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39259/5/Chapter I.pdf · maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada

adalah deskriptif analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada

untuk mendapatkan penulisan sejarah yang objektif dan ilmiah.

Universitas Sumatera Utara