BAB I PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dewasa ini memberikan andil yang besar bagi
perkembangan dunia komunikasi. Kehadiran internet telah memberikan
kemudahan dan keleluasaan bagi manusia, tidak hanya dalam hal
mendapatkan informasi tetapi juga kemudahan dalam berinteraksi. Internet
memberikan akses yang hampir tidak terbatas bagi para penggunanya. Untuk
Indonesia sendiri pengguna internet mengalami kenaikan yang signifikan
setiap tahunnya. Dalam 2 tahun terakhir tercatat bahwa statistik penggunaan
internet di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 30 juta orang dengan tingkat
penetrasi sebesar 12.3% sementara statistik per 31 Desember 2011
menyodorkan fakta bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta
orang dengan tingkat penetrasi sebesar 23%.1 Internet menjadi salah satu
media yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia.
Kehadiran internet membawa manusia beranjak dari era telekomunikasi
menuju era komunikasi interaktif (Rogers, 1986: 25). Dalam era komunikasi
interaktif membuat internet tidak hanya dapat digunakan sebagai sarana
mencari informasi, tetapi juga sebagai sarana untuk berinteraksi. Salah satu
ruang yang diberikan oleh internet adalah melalui situs jejaring sosial
Situs jejaring sosial memungkinkan individu untuk menciptakan jaringan
komunikasi dengan individu lain melalui sebuah sistem yang memiliki
karakteristik tersendiri, bergantung pada karakteristik situs tersebut. Boyd
(2007) menjelaskan bahwa jejaring sosial mempunyai keunikan untuk
memungkinkan individu berbagi informasi didalamnya dan membuat jejaring
sosialnya tampak nyata. Penjabaran tersebut menjelaskan bahwa saat ini telah
tercipta sebuah kebiasaan baru manusia dalam berinteraksi. Saat ini manusia
tidak lagi harus bertemu secara fisik untuk dapat berinteraksi. Internet dan
1 Data ini diperoleh dari situs http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm per tanggal 4 Maret
2
jejaring sosial telah memberikan sebuah media bagi manusia untuk dapat
berinteraksi. Hal ini membuat internet menjadi sangat populer di Indonesia
dan juga di seluruh dunia.
Selain menawarkan kemudahan akses bagi siapapun, kehadiran internet
juga membawa tren gerakan konvergensi media. Henry Jenkins (2006)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan konvergensi media adalah:
“Aliran konten di platform beberapa media, kerja sama antara industri
beberapa media, dan perilaku migrasi khalayak media”.
Diartikan secara singkat bahwa konten apapun dapat dikonsumsi oleh
manusia dalam berbagai jenis platform media. Jenkins (2006) juga
menjelaskan bahwa konvergensi media ini menyatukan 3C yaitu computing
(memasukkan data melalui komputer), communication (komunikasi), dan
content (materi isi/ konten). Contoh konvergensi media yang terjadi di
Indonesia adalah yang terjadi pada harian Kompas, salah satu surat kabar
terbesar di Indonesia. Fenomena konvergensi media membuat Kompas
menelurkan surat kabar digital dengan nama Kompas.com, Detik.com bahkan
telah mengubah format penerbitannya menjadi format digital. Selain surat
kabar, salah satu contoh bentuk konvergensi media adalah apa yang dilakukan
oleh sekelompok orang di Yogyakarta yang menciptakan sebuah radio
berbasis internet yang bernama Pamityang2an Qwerty Radio.
Pamityang2an Qwerty Radio adalah sebuah radio berbasis internet yang
berdiri di Yogyakarta pada 12 September 2010. Radio ini tidak memiliki jam
tayang yang tetap, mereka mengudara sesuai dengan kehendak penyiarnya
atau yang biasa disebut dengan DJ (Disc Jockey ). Dalam setiap programnya
radio ini hanya memutar lagu terus-menerus dengan tema yang lagi-lagi
disesuaikan dengan keinginan dan suasana hati penyiarnya. Program berjudul
KONTIL yang merupakan kependekan dari “Komposisi Nostalgia Inggris
Lama” misalnya khusus memutar lagu-lagu berbahasa Inggris yang populer di
era 80-an, atau program berjudul NGADANG BIS (akronim dari “Nglaras
Dangdut Bisa Disini) yang khusus memutar lagu-lagu dangdut.
3
Hal yang menarik dari radio ini adalah mereka berkomunikasi secara
penuh dengan pendengarnya menggunakan jejaring sosial twitter2 sementara
lagu-lagu yang diputar bisa didengarkan melalui situs pribadi mereka
(www.pamityang2an.com) yang juga bisa ditautkan pada telepon selular
dengan spesifikasi Blackberry, Android dan iPhone.
Konsep “Qwerty Radio” yang diusung oleh Pamityang2an mengacu pada
metode interaksi yang digunakan oleh DJ kepada audiensnya. Radio ini
menginformasikan setiap lagu yang mereka putar melalui twitter, pendengar
pun bisa memesan lagu melalui twitter, perbincangan antara DJ dengan
pendengarnya pun dilakukan melalui twitter dengan nama akun
@pamityang2an. Pendengar cukup mengikuti ( mem-follow ) akun mereka
dan segala hal yang ditulis oleh sang DJ akan muncul dalam linimasa si
pendengar. Saat ini akun @pamityang2an memiliki 4.308 pengikut
(followers) 3 dan diperkirakan akan terus bertambah. Fitur yang
memungkinkan pendengar menyimak siaran mereka melalui telepon seluler
membuat radio ini fleksibel untuk didengarkan dimana saja. Jika tidak ingin
mendengarkan lagu-lagu yang disiarkan pun pendengar bisa berinteraksi
dengan DJ-nya melalui twitter. Konsep “Qwerty Radio” tersebut membuat DJ
Pamityang2an dapat melakukan aktivitas siaran dimana saja. Audiens juga
dapat mengakses siaran mereka dimana saja, dengan syarat mereka memuliki
akses jaringan internet dimana mereka berada.
Pamityang2an merupakan salah satu bentuk media baru yang
memanfaatkan kehadiran new media. Pamityang2an “keluar” dari konsep
radio konvensional (yang termasuk dalam old media) dan menciptakan sebuah
bentuk radio baru yang merupakan konvergensi antara situs web dengan
jejaring sosial twitter. Pendengarnya bisa mengakses kedua jenis media
2 Twitter adalah situs jejaring sosial yang didirikan pada tahun 2006 oleh Evan Williams, Jack Dorsey, dan Biz Stone. Hingga kini jumlah pengakses Twitter mencapai 224 juta orang dan masih terus bertambah 3 Data ini diambil dari profile akun twitter @pamityang2an per tanggal 4 Maret 2012. Jumlah pengikut (followers) pamityang2an masih terus meningkat setiap harinya.
4
tersebut atau dapat memilih salah satu media saja intuk dapat menyimak
aktivitas siaran radio ini.
Berangkat dari fenomena tersebut penelitian ini berupaya untuk melihat
praktek konvergensi media Pamityang2an Qwerty Radio dan juga pola
komunikasi yang terjadi anatara radio ini dengan pendengarnya.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
dirumuskan bahwa penelitian ini akan berfokus pada praktik konvergensi
antara web dan jejaring sosial twitter yang menjadi sarana utama operasional
kegiatan penyiaran Pamityang2an Qwerty Radio. Merujuk pada rumusan
tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah :
“Bagaimana praktik konvergensi media dengan menggunakan media baru
yang terjadi dalam aktivitas penyiaran Pamityang2an Qwerty Radio?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mendeskripsikan praktek konvergensi media yang dilakukan oleh
Pamityang2an Qwerty Radio.
2. Untuk mengetahui interaksi antara radio dengan pendengarnya serta
media yang digunakannya
D. Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan dikaji adalah unit radio berbasis internet
dengan nama Pamityang2an Qwerty Radio. Kantor pusat radio ini berada di
Yogyakarta akan tetapi karena operasional penyiarannya berbasis internet
maka aktivitas siaran radio ini bisa dilakukan dimana saja. Salah satu DJ dari
radio ini yang berdomisili di Norwegia masih bisa melakukan aktivitas
penyiaran.
5
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini bisa bermanfaat bagi :
1. Peneliti Media Baru
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan referensi baru bagi para
peneliti media tentang bentuk-bentuk studi kasus konvergensi media yang
terjadi di dunia nyata dan manfaatnya bagi masyarakat.
2. Pengguna Media Baru
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan cara baru bagi masyarakat
untuk mengakses informasi dan berinteraksi dengan menggunakan media
baru. Selain itu juga memberikan pengetahuan tentang variasi bentuk
konvergensi media baru yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
kepentingan
F. Kerangka Pemikiran
1. Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal
dengan cara modulasi dan radiasi gelombang elektromagnetik. Gelombang
ini melintas dan merambat melalui udara atau bisa juga merambat melalui
ruang angkasa yang hampa udara karena gelombang ini tidak memerlukan
pengangkut. Sebenarnya meskipun kata “radio” digunakan untuk hal-hal
yang berkaitan dengan alat penerima gelombang suara, namun transmisi
gelombangnya dipakai sebagai dasar gelombang pada televisi, radar dan
telepon seluler pada umumnya. Pada awal ditemukannya, radio banyak
digunakan oleh orang-orang maritim untuk mengirimkan kode morse
antara kapal dan darat maupun sebaliknya. Pada masa perang, gelombang
radio banyak digunakan sebagai alat pendeteksi lokasi pesawat atau kapal
perang dengan menggunakan gelombangnya pada radar. Pada
perkembangannya radio tidak hanya digunakan sebagai kepentingan
perang saja, akan tetapi juga digunakan sebagai kepentingan komersial.
Radio mulai banyak digunakan sebagai sarana untuk menyiarkan musik,
berita, maupun drama.
6
Pada tahun 1930-an ketika televisi mulai ditemukan, banyak yang
memprediksi bahwa era radio telah usai. Televisi jelas memiliki
keunggulan daripada radio karena televisi mampu menyampaikan konten
siarannya secara audio-visual, sementara radio hanya mampu
menyampaikan konten siarannya secara audio saja. Akan tetapi ternyata
prediksi tersebut tidak sepenuhnya tepat. Sampai sekarang radio masih
terus hadir ditengah-tengah masyarakat dan mampu bersanding dengan
televisi. Kemampuan radio untuk terus bertahan tersebut disinyalir karena
radio memiliki faktor-faktor yang membuat siaran radio memiliki daya
kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Daya Langsung
Program yang disiarkan melalui radio tidaklah kompleks.
Penyiar/programmer tinggal menuliskan gagasan yang ingin disiarkan
diatas kertas dan kemudian menyampaikannya melalui moncong radio
secara berulang-ulang. Hal ini berbeda dengan televisi misalnya yang
perlu mengalami proses editing gambar dan suara jika ingin
melakukan siaran, atau yang terjadi pada media cetak yang perlu
mencetak konten beritanya, menyesuaikan dengan layout dan
keterbatasan halaman yang berlaku.
b. Daya Tembus
Karena kontennya yang sederhana (hanya audio), radio dapat
dengan mudah dijangkau oleh masyarakat di berbagai penjuru. Ketika
para penikmat televisi masih sering dihantui keluhan mengenai
ketidakjelasan gambar yang diterima, atau ketika media cetak tidak
dapat menjangkau daerah-daerah terpencil dikarenakan keterbatasan
sumber daya untuk distribusi, radio tetap dapat dinikmati di semua
penjuru. Radio juga dapat dinikmati tanpa kita harus meninggalkan
aktivitas kita yang lainnya sehingga membuatnya menjadi teman yang
setia. Ketika kita ingin menonton televisi sangat sulit jika kita harus
melakukannya sambil mencangkul disawah, atau tidak mungkin jika
kita mengendarai kendaraan bermotor sambil membaca koran. Akan
7
tetapi seorang petani dapat mendengarkan radio sembari tetap
melaksanakan aktivitasnya bekerja disawah. Bentuk radio yang
semakin inovatif memungkinkan para pengendara mobil untuk tetap
menyetir sembari mendengarkan radio tanpa harus terganggu.
c. Daya Tarik
Radio memiliki tiga unsur yang membuatnya memiliki daya tarik
tersendiri, yaitu : musik, kata-kata, dan efek suara. Konten yang
disiarkan oleh televisi adalah konten audio-visual. Jelas bahwa
penikmat televisi dapat menikmati secara langsung suara dan sekaligus
juga sumber suaranya. Akan tetapi ternyata radio yang hanya
menyiarkan suara memiliki kelebihan tersendiri, yaitu memberikan
kebebasan para pendengarnya untuk berimajinasi tentang bentuk visual
sumber suara tersebut. Ketika berlangsung siaran drama radio
misalnya, pendengar hanya diberikan deskripsi secara audio mengenai
lokasi terjadinya cerita maupun bentuk fisik sang tokoh cerita.
Pendengar dibebaskan untuk berimajinasi sendiri dan kemudian
merangkainya menjadi sebuah visual yang utuh. Atau yang juga
banyak terjadi adalah ketika pendengar menebak-nebak seperti apa
wujud seorang penyiar berdasarkan karakteristik suaranya. Tidak
jarang realitanya jauh dari ekspektasi si pendengar.
Kemampuan radio membuatnya menjadi salah satu media komunikasi
massa yang efektif. Berbagai macam berita dan informasi dapat disiarkan
secara cepat kepada orang banyak. Pada Perang Dunia II Jerman
menggunakan radio untuk menyarkan pesan diplomatiknya karena kabel
komunikasi bawah lautnya dipotong oleh Britania. Pada masa perang
kemerdekaan Indonesia salah satu infrastruktur yang harus dikuasai agar
dapat memberitahukan kondisi terkini kepada rakyat adalah stasiun radio.
Bahkan pemberitahuan mengenai kemerdekaan Indonesia kepada rakyat
diseluruh pelosok nusantara juga disarkan melalui radio.
8
Sama halnya dengan jenis media lama lainnya, radio juga memiliki
kekurangan. Gelombang frekuensi sebuah radio memang bisa didengarkan
hingga jarak puluhan kilometer, akan tetapi fasilitas yang disediakan oleh
radio konvensional bagi para pendengarnya untuk memberikan feedback
sangatlah terbatas. Radio konvensional modern biasanya menyediakan
jalur telepon dan menerima pesan pendek (SMS – Short Message Service)
bagi para pendengarnya yang ingin memberikan feedback. Akan tetapi
telepon dan SMS memiliki sifat komunikasi interpersonal, oleh karena itu
setiap pendengarnya harus mengantri terlebih dahulu jika ingin
berkomunikasi dengan pihak radio.
Semula sinyal pada gelombang radio ditransmisikan melalui
gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM)
maupun modulasi frekuensi (FM) yang juga disebut dengan sinyal analog.
Seiring dengan perkembangan teknologi, ditemukanlah internet yang
kemudian memunculkan sinyal digital dan kemudian mengubah cara
transmisi sinyal radio.
Kehadiran internet telah membawa pola baru pada kehidupan manusia
dalam bermedia. Internet telah membawa manusia masuk kedalam era
komunikasi interaktif. Internet muncul menjadi pembatas antara media
lama dan media baru, dimana media baru memiliki kemampuan untuk
menyebarkan informasi secara massif kepada banyak pihak akan tetapi
juga memiliki kemampuan dimana penggunanya dapat memberikan
feedback secara langsung. Berbeda dengan media lama yang hanya
mampu menyebarkan informasi secara massif kepada banyak pihak akan
tetapi hampir tidak memiliki kemampuan yang memungkinkan untuk
pendengarnya memberikan feedback secara langsung.
2. Perubahan Paradigma Media Lama Ke Media Baru
Pada tahap awal perkembangan teori dan model komunikasi dikenal
adanya model S-M-C-R. S merupakan singkatan dari Source. M singkatan
dari Message, C singkatan dari Channel dan R merupakan singkatan dari
9
Receiver. C atau Channel mengandung arti sebagai saluran atau media.
Komponen tersebut menurut Edward Sappir seperti yang ditulis oleh
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya berjudul Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi (Sappir, hal. 256 dalam Effendy, 1993) mengandung 2
pengertian, yang pertama adalah media sebagai saluran primer yaitu
lambang-lambang yang digunakan khusus dalam komunikasi tatap muka
seperti bahasa, gambar atau warna. Sedangkan definisi yang kedua adalah
media sebagai saluran sekunder, yaitu media yang berwujud media massa
seperti surat kabar, televisi, radio, atau telepon. Akan tetapi media tersebut
memiliki kelemahan yaitu tidak memungkinkan audiensnya untuk
memberikan tanggapan atau umpan balik (feedback) secara langsung.
Bahkan pola komunikasi media tersebut bisa dikatakan satu arah.
Pola komunikasi timbal balik dimana komunikan bisa memberikan
feedback secara langsung dengan menggunakan media lama bisa
digunakan melalui media seperti telepon, dimana sifat media tersebut
adalah sebagai media komunikasi interpersonal, artinya tidak
memungkinkan untuk melakukan komunikasi secara massif. Sebagai
contoh adalah komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media
televisi. Siaran berita di televisi memungkinkan komunikator untuk
menyebarkan pesan kepada komunikan dalam jumlah banyak. Akan tetapi
pola tersebut tidak memungkinkan komunikan untuk memberikan
feedback secara langsung. Karakteristik media lama tersebut berbeda
dengan karakteristik yang dimiliki oleh media baru. Ketika media lama
hanya bisa menerapkan pola komunikasi yang linear, media baru dapat
menerapkan pola komunikasi yang interaksional antara komunikator
dengan komunikannya. Sebuah teori yang diungkapkan oleh Wilbur
Schramm menjelaskan tentang pola komunikasi tersebut.
10
Gambar 1.1 Model Komunikasi Wilbur Schramm
Sumber : http://www.shkaminski.com/Classes/Handouts/Communication%20Models.htm
Dalam Model komunikasi dari Wilbur Schramm tersebut terjadi
pertukaran pesan (message) dengan bentuk pesan (message) – feedback –
(message) begitu seterusnya. Dengan kata lain terjadi sebuah proses
interaksi dalam model tersebut. Proses komunikasi tersebut dapat
menggambarkan proses komunikasi interpersonal seperti yang bisa
dilakukan dengan menggunakan media telepon, selain itu pola tersebut
juga menjelaskan pola komunikasi yang terjadi dalam media baru.
Untuk kasus pada media massa, media baru memungkinkan adanya
interaksi antara komunikator dengan komunikan dan memungkinkan
terjadinya pertukaran pesan, dimana hal tersebut dapat dilakukan secara
massif. Artinya media baru memiliki kemampuan untuk menyebarkan
informasi secara massif seperti layaknya media lama (televisi, radio, surat
kabar) akan tetapi juga memungkinkan audiensnya untuk memberikan
tanggapan (feedback) secara langsung. Memiliki keintiman seperti proses
11
komunikasi interpersonal akan tetapi juga memiliki sifat massif seperti
media massa.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis media baru
adalah pendekatan Convergence Theory. Rogers dan Kincaid (1981)
dalam Communication for Social Change : An Integrated Model for
Measuring the Process and Its Outcomes 4 menjelaskan bahwa
Convergence Theory menggambarkan komunikasi sebagai proses
horizontal antara dua orang atau lebih dalam sebuah social networks.
Model ini menjelaskan komunikasi sebagai proses yang
berkesinambungan dimana antara partisipan terdapat proses saling tukar
informasi dalam upaya mencapai sebuah mutual understanding.
Gambar 1 2 Teori Konvergensi Rogers & Kincaid
Gambar 1 2 Teori Konvergensi Rogers & Kincaid
Sumber: http://soonshik.blogspot.com/2008/02/communication-theories.html
Diagram diatas menjelaskan beberapa poin mengenai konsep
Convergence Theory, yaitu : (1) Informasi dipertukarkan dari satu orang
ke orang lain, bukan hanya bersifat satu arah. Sumber informasi bisa
4 Maria Figueroa, D. Lawrence Kincaid, Manju Rani, Gary Lewis. 2002 “Communication For Social Change: An Integrated Model for Measuring the Process and Its Outcomes”. New York: The Rockefeller Foundation. Hal . 4
12
berasal dari salah satu partisipan, namun bisa juga berasal dari luar
lingkaran partisipan. Seperti pemerintah, media massa, ataupun institusi
lain. (2) Model ini menekankan pentingnya persepsi dan partisipasi dari
partisipan, yang digambarkan melalui dialog maupun percakapan kultural
lainnya. (3) Model ini menggambarkan proses yang horizontal antar
partisipan komunikasi yang ditunjukkan dengan “information sharing” (4)
Model ini memungkinkan untuk berulang secara kontinyu dimana
partisipan bisa bergantian dalam berbagi informasi hingga terciptalah
sebuah mutual understanding untuk melakukan sebuah aksi kolektif.
3. Konvergensi Media
Henry Jenkins (2006) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
konvergensi media adalah “Aliran konten di platform beberapa media,
kerja sama antara industri beberapa media, dan perilaku migrasi khalayak
media”. Fenomena konvergensi media dipicu oleh lahirnya media baru dan
teknologi digital, dimana saat ini memungkinkan untuk mengakses konten
di beberapa platform media. Contoh nyata bentuk konvergensi media yang
terjadi di Indonesia adalah ketika salah satu media terbesar di Indonesia,
Kompas yang semula hanya terbit dalam versi cetak (surat kabar)
meluncurkan bentuk digitalnya dengan nama Kompas.com. Dengan
kehadiran Kompas.com masyarakat tidak diharuskan lagi untuk membaca
surat kabar dalam bentuk fisik, akan tetapi cukup dengan mengakses
internet masyarakat sudah dapat mengakses berita yang dimuat, bahkan
bisa memilih sendiri konten berita yang diinginkan. Konten berita tidak
lagi hanya mengalir dalam bentuk kertas cetak, akan tetapi bisa mengalir
dalam bentuk tulisan digital yang dapat dinikmati melalui Personal
Computer atau komputer jinjing (laptop).
Konvergensi media juga bisa berarti bagaimana media dapat
digunakan untuk mengakses berbagai macam konten. Sebelumnya kita
mengenal telepon untuk melakukan proses komunikasi interpersonal, jika
ingin menonton film kita bisa menggunakan televisi, atau jika ingin
13
mengakses berita –berita terbaru kita harus menunggu kedatangan surat
kabar esok pagi. Kemunculan media baru yang memicu fenomena
konvergensi media membuat fungsi-fungsi tunggal semacam itu menjadi
tidak relevan lagi. Saat ini dengan sebuah Personal Computer atau
komputer jinjing (laptop) masyarakat bisa mengakses berita, menonton
film, melakukan percakapan, bahkan mendengarkan radio sekaligus.
Teknologi memungkinkan untuk mengakses berbagai macam konten
dalam satu platform media.
Henry Jenkins dalam Technology Review: Convergence? I Diverge
(2001) menyebutkan bahwa konvergensi media adalah sebuah proses yang
terus berjalan. Jenkins menyatakan bahwa saat ini kita memasuki era
dimana media ada dimana-dimana. Manusia akan menggunakan media
yang saling berhubungan satu sama lain, tidak ada satu jenis media yang
akan memegang kontrol. Konten media pun mengalir lebih fleksibel
kedalam berbagai macam platform media. Manusia akan mengembangkan
teknik-teknik dan struktur yang baru dalam mengakses informasi dengan
menggunakan berbagai macam media yang dikolaborasikan. Menurut
Henry Jenkins konvergensi media juga bercabang kepada perilaku
ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat.
Jenkins memberikan contoh yang terjadi pada konvergensi teknologi,
bahwasanya seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa konten berupa
kata, suara dan gambar telah bertransformasi kedalam bentuk digital yang
memungkinkan manusia untuk menikmati konten semua konten tersebut
dalam satu platform. Konsep satu platform media untuk menikmati satu
macam konten menjadi punah. Tidak perlu harus melalui pesawat televisi
untuk menonton berita audio-visual, ataupun membeli surat kabar cetak
untuk membaca berita hari ini. Cukup dengan menggunakan satu platform,
baik laptop, komputer tablet ataupun telepon seluler pintar (smartphone)
untuk dapat mengakses semuanya. Kemudian yang terjadi pada bidang
ekonomi. Jenkins memberikan pernyataan tentang integrasi yang
horizontal dalam industri hiburan. Jenkins memberikan contoh tentang
14
perusahaan AOL Time Warner yang sekarang menjadi pemain penting
dalam industry televisi, buku, film, video games, website, musik, bahkan
bisnis real-estate.5
Sebuah perusahaan tidak hanya berkonsentrasi pada perusahaan
pembuatan film semata misalnya, akan tetapi juga memproduksi produk-
produk cinderamata seperti mainan dan cinderamata yang berkaitan
dengan film tersebut. Pada bidang psikologi-sosial, konvergensi
menciptakan perilaku multitasking pada masyarakat dalam mengakses
berbagai macam informasi. Dicontohkan oleh Jenkins bagaimana seorang
anak usia SMA dapat menonton siaran langsung pertandingan olahraga
sambil mendengarkan lagu-lagu yang disukainya, sembari tidak lupa
menulis surat elektronik (e-mail) kepada sahabatnya yang berada diluar
negeri dan juga mengerjakan tugas sekolahnya dengan menggunakan
sebuah laptop atau PC (Personal Computer).
Flaw menjelaskan konsep konvergensi media terdiri dari 3 kombinasi,
yaitu: Computing and Information Technology, Communication Network,
and Digitalized Content. 6 Konsep tersebut menjelaskan bahwa dalam
proses perubahan struktur media penyiaran, telekomunikasi, penerbitan,
dan industri teknologi informasi telah terguncang oleh dinamika industry
yang lebih fleksibel dan berbasis perubahan teknologi.
Chris Anderson dan jurnalis Michael Wolff dalam Bloggerati,
Twiterrati : How Blogs And Twitter Transforming Popular Culture 7
karangan Mary Cross menyebutkan bahkan menyebutkan bahwa pengguna
internet non-komersial lebih suka menggunakan aplikasi yang terpampang
dilayar iPad atau iPhone mereka. Pengguna media baru bahkan tidak perlu
mencari/browsing akan tetapi mereka langsung mendapatkan informasi
dari perangkat digital mereka. Sherry Turkle mengatakan dalam Life In
5 Henry Jenkins. 2001 “Convergence? I Diverge” 6 Dwyer, T. (2010). Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies, London: McGraw Hill & Open University Press (1 & 4) 7 Mary Cross. 2011 “Bloggerati, Twiterrati : How Blogs And Twitter Transforming Popular Culture”. California. Praeger. Hal. 137
15
Screen bahwa manusia saat ini berada dalam batas antara dunia nyata dan
dunia maya.
Konvergensi media juga membawa pengaruh besar pada proses
kultural masyarakat. Era media baru membuka peluang sebesar-besarnya
bagi semua orang untuk berpartisipasi sebagai penerima maupun penyedia
informasi. Pada era media lama peluang untuk memilih informasi yang
diterima sangatlah terbatas, setelah menerima informasi tersebut audiens
juga tidak mampu berbuat apapun selain menerima informasi tersebut apa
adanya. Pada era media baru dan kemunculan fenomena konvergensi
media membuat audiens bebas untuk memilih informasi mana yang ingin
diaksesnya dan bebas untuk bersikap apapun terhadap informasi tersebut,
baik menerima, mengubah, menolak, mengarsipkannya, bahkan juga
bersikap tidak peduli terhadap informasi tersebut.
Penyedia informasi juga mendorong para penyedia informasi untuk
mengembangkan informasi yang akan disiarkannya melalui berbagai
macam platform media. Ketika menerima informasi dari sebuah sumber,
penyedia informasi harus mampu menyiarkannya kepada masyarakat
dalam berbagai jenis media. Jenkins menyebutkan bahwa konvergensi
media telah menuntun masyarakat kepada era Digital Renaissance. Seperti
yang kita ketahui bahwa era Renaissance pertama terjadi ketika situasi
sosial dan politik berada pada kondisi yang tidak stabil karena keruntuhan
pemimpin yang sebelumnya berkuasa.
Konvergensi media menciptakan ketidakstabilan tersebut, tidak ada
satupun pemenang dalam proses konvergensi media karena semua pihak
mempunyai kekuatan yang sama dalam mengakses media. Akibatnya kita
terjebak dalam sebuah situasi dimana kita berada ditengah-tengah berbagai
macam kepentingan. Jenkins menambahkan bahwa saat ini manusia hidup
dalam sebuah era dimana setiap perubahan informasi baik secara konten
maupun bentuk akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan. Jenkins
menambahkan bahwa era Digital Renaissance dapat berarti saat yang baik
maupun buruk dalam sejarah kehidupan manusia.
16
4. Pengguna Media Baru: Dari Audiens Ke User
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai karakteristik dan pola
komunikasi media lama dan media baru. Bagaimana media lama yang bisa
melakukan komunikasi interpersonal tidak memungkinkan untuk
melakukan komunikasi secara massif kepada banyak pihak, sementara
media lama yang memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi
secara massif akan kehilangan sifat keintimannya (interpersonal).
Danah M. Boyd (2007) menjelaskan mengenai situs jejaring sosial
media sebagai berikut:
“We define social network sites as web-based services that allow individuals to (1) construct a public or semi-public profile within a bounded system, (2) articulate a list of other users with whom they share a connection, and (3) view and traverse their list of connections and those made by others within the system. The nature and nomenclature of these connections may vary from site to site.”
Penjelasan Boyd tersebut menggambarkan bahwa situs jejaring social
memungkinkan setiap individunya untuk menciptakan jaringan
komunikasi dengan individu lainnya melalui sebuah sistem yang memiliki
karakteristik tersendiri yang bergantung pada karakteristik situs tersebut.
Andrew Dewdney dan Peter Ride dalam bukunya berjudul “The New
Media Handbook” (2006) menyebutkan bahwa kata “Interaktifitas”
menjadi prinsip dalam media baru. Dewdney dan Ride menyebutkan
bahwa media baru mengubah hubungan antara komunikator dan
komunikan sehingga menawarkan kebebasan berekspresi yang baru bagi
manusia. Dewdney dan Ride memberi contoh dalam pemograman
komputer, dimana pengguna koputer dapat mengubah susunan informasi
yang sudah diprogram, baik mengubah susunan teks, gambar maupun
suara. Pengguna komputer dapat memilih sendiri bagaimana susunan
informasi yang mereka pilih, dan hal tersebut dapat dilakukan secara
17
langsung.8 Dalam kasus media baru, ketika informasi dilontarkan, audiens
bebas memilih informasi mana yang akan mereka terima, setelah itu
audiens dapat memberikan tanggapan/umpan balik (feedback) secara
langsung pada saat itu juga. Era telekomunikasi telah bergeser kepada era
komunikasi interaktif.
Kehadiran media baru dan munculnya fenomena konvergensi media
juga telah mengubah perilaku sosial dan budaya masyarakat penggunanya.
Pada awalnya untuk mengakses sebuah konten maka audiens harus
menggunakan satu platform media saja. Setelah kemunculan media baru
audiens tidak lagi diharuskan untuk bergantung pada satu platform jika
ingin mengakses sebuah konten media. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa fenomena konvergensi media memungkinkan untuk
mengakses berbagai macam konten melalui satu platform media. Sebagai
contoh dengan menggunakan perangkat komputer tablet iPad audiens
dapat mengakses berita dan mendengarkan siaran radio. Selain itu konten
yang tersedia pun menjadi fleksibel dan tidak hanya bisa diakses melalui
satu media saja, akan tetapi banyak media, konten berita tidak lagi hanya
muncul didalam surat kabar, akan tetapi juga bisa muncul melalui
komputer atau bahkan telepon seluler.
5. Twitter
Twitter adalah situs jejaring sosial berupa mikroblog yang
memungkinkan penggunanya untuk menulis dan membaca pesan yang
berupa kicauan (tweets). Untuk memulai menggunakan twitter sangatlah
mudah, cukup dengan sign up (melakukan pendaftaran), mengisi profile
dengan data-data pribadi, termasuk memilih nama pengguna (username).
Nama pengguna diawali dengan “@” diikuti nama yang kita buat.
Misalnya @barrackobama
Setelah meenentukan nama, pengguna dapat masuk ke halaman muka
dengan memasukkan username dan password mereka. Pada halaman 8 Dewdney Andrew and Ride Peter. 2006. The New Media Handbook. New York: Routledge
18
muka terdapat sebuah kotak kosong dengan kalimat “What’s
Happening?” tertulis diatasnya (pada awal terbentuknya twitter, kalimat
tersebut berbunyi “What are you doing?”). Jawaban atas pertanyaan
tersebut kita tuliskan pada kotak kosong tersebut maksimal sepanjang140
karakter. Itulah yang disebut dengan tweet atau kicauan. Apa yang kita
tulis pada kotak tersebut dapat dibaca oleh pengguna lain yang mengikuti
(follow) kita. Setiap hal yang kita tulis juga akan muncul pada halaman
muka pengikut (followers) kita. Begitu pula sebaliknya jika kita mengikuti
pengguna lain, maka apa yang dituliskan oleh pengguna tersebut pada
halaman muka akun pribadi kita.
Jika ingin berkomunikasi dengan pengguna lain tersedia fasilitas reply,
dimana kita bisa saling berdialog dengan pengguna lain. Juga tersedia
fasilitas retweet dimana kita bisa mem-pos ulang komentar, link atau
apapun yang ditulis oleh pengguna yang kita ikuti. Jika kita ingin
berinteraksi dengan pengguna lain secara privat, tersedia fasilitas direct
message dimana kita bisa mengirimkan pesan kepada pengguna lain tanpa
bisa dibaca oleh pengguna lain. Untuk mengirimkan direct message kita
harus mengikuti (follow) pengguna tersebut dan pengguna tersebut juga
harus mengikuti (following) kita.
Twitter juga menyediakan fitur trending topic, yaitu sebuah fitur yang
mampu mendeteksi tentang topik ataupun isu apa yang paling banyak
diperbincangkan oleh masyarakat. Menurut analisis yang dilakukan oleh
Pear Analytics isi kicauan yang ada di twitter mencakup berita, spam,
promosi diri, percakapan, dan celoteh yang tidak berarti.
Twitter berawal dari sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh anggota
dewan dari Podcasting perusahaan Odeo. Dalam pertemuan tersebut, Jack
Dorsey memperkenalkan ide twitter dimana individu bisa menggunakan
SMS layanan untuk berkomunikasi dengan sebuah kelompok kecil. Proyek
ini dimulai pada tanggal 21 secara terbuka pada tanggal 15 Juli 2006.
Twitter menjadi perusahaan sendiri pada bulan April 2007.
19
Sampai saat ini berdasarkan survey yang dilakukan oleh semiocast.com
ada sejumlah 383 juta akun twitter yang dibuat per Januari 2012.
Berdasarkan statistik tersebut Indonesia menempati peringkat kelima
pengguna twitter terbanyak didunia dengan jumlah pengguna twitter
mencapai angka 20 juta pengguna. Saat ini twitter tersedia dalam bahasa
Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Italia dan Jepang. Twitter juga tersedia
dalam fitur mobile yang memungkinkan kita untuk mengaksesnya melalui
telepon seluler.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Website-Monitoring.com pada
tahun 2010, sebagian besar pengguna twitter adalah masyarakat yang
berusia 18-34 tahun dengan persentase sebesar 45%. Sebanyak 24%
pengguna berusia 35-49 tahun, pengguna berusia 50 tahun keatas
berjumlah 14% dan pengguna berusia 13-17 tahun berjumlah 14%. Jika
dilihat berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih banyak menggunakan
twitter, yaitu dengan persentase sebesar 55% dari total pengguna twitter
diseluruh dunia.
Satu hal yang menarik dari twitter adalah bagaimana jejaring sosial ini
“membuka diri” dan beradaptasi dengan situs lain untuk memudahkan
penggunanya. Pengguna twitter tidak harus masuk kedalam situs
twitter.com untuk mengakses twitter, tetapi diberikan pilihan untuk
mengakses melalui situs-situs lain yang disebut sebagai twitter client.
Muncullah aplikasi-aplikasi seperti TweetDeck, Twitpic, dan masih
banyak aplikasi lainnya dengan berbagai fitur yang berbeda-beda, akan
tetapi pada dasarnya prinsip kerja aplikasi-aplikasi tersebut tetaplah sama,
yaitu mem-posting kicauan (tweet) dan merespon kicauan-kicauan dari
pengguna lain.
Mary Cross dalam Bloggerati, Twitterati : How Blogs And Twitter Are
Transforming Popular Culture (2011) menyatakan bahwa pada awal
kemunculannya tidak ada satupun yang menduga bahwa jejaring sosial
dengan konsep yang sederhana ini mampu memberikan “pencerahan” bagi
individu, perusahaan besar maupun perusahaan kecil untuk menyampaikan
20
pesan mereka secara efektif kepada khalayak luas. Bahkan seorang Dalai
Lama juga sempat membuat akun twitter.
Mary Cross menjelaskan bahwa twitter menciptakan instant audience
untuk penggunanya yang selalu mendengar dan membaca setiap aktivitas
yang mereka tulis di twitter, dengan feedback yang sangat cepat. Twitter
adalah sebuah ruang chatting raksasa dimana kita bisa berhubungan
dengan banyak pihak, mengetahui apa yang orang lain lakukan ataupun
pikirkan. Sesuai dengan pertanyaan yang tercantum pada kolom penulisan
status di twitter, “What’s Happening?”. Sifat-sifat tersebut membuat
twitter saat ini menjadi salah satu sarana untuk promosi yang paling efektif
bagi banyak pihak.
Mary Cross menambahkan bahwa twitter mempunyai kekuatan word of
mouth yang mengumpulkan ide-ide dan komentar dari banyak orang
dimana hal tersebut secara bisnis dapat membuat perusahaan mendapatkan
feedback secara langsung dan cepat dari para konsumennya. Para
perusahaan dapat mengetahui rekasi dari para konsumen terhadap suatu
produk yang diluncurkannya. Hal tersebut tentu lebih efektif daripada
melakukan sebuah jajak pendapat atau survey lapangan untuk mengetahui
rekasi masyarakat. Fasilitas trending topic juga bisa membuat sebuah
perusahaan dengan mudah dapat mengetahui apa yang sedang banyak
diperbincangkan atau disukai oleh masyarakat.
Fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh twitter tersebut membuat banyak
perusahaan mempromosikan produknya melalui twitter. Para event
organizer juga bisa memangkas biaya produksi poster yang cukup besar
karena mempromosikan acara mereka melalui twitter sudah cukup untuk
meraih perhatian banyak orang. Selebritis dunia Aston Kutcher yang saat
ini memiliki 6.509.811 pengikut (followers) berkata bahwa salah satu
kehebatan twitter adalah bahwa twitter dapat menghapus batas antara
selebriti dan penggemarnya dan juga perusahaan dengan pelanggannya.
Orang-orang bisa secara bebas berhubungan dengan siapapun yang mereka
inginkan. Tidak seperti blog ataupun website, twitter tidak memiliki editor
21
atau apapun yang bisa menyaring isi tweet (kicauan) mereka, dan seperti
yang sudah diungkapkan oleh Pear Analytics, orang bebas untuk
menuliskan apapun yang mereka inginkan, mulai dari menuliskan hal-hal
yang kreatif sampai dengan hal-hal sepele yang membosankan.
G. Kerangka Konsep
Henry Jenkins dalam “Technology Review” (2001) mengatakan bahwa
media lama tidak akan pernah mati. Pernyataan tersebut berlaku pada kasus
radio dan internet. Kehadiran internet tidak kemudian membuat radio hilang,
akan tetapi justru membawa inovasi baru pada perkembangan radio melalu
konvergensi kedua media tersebut.
Pada perkembanggannya kemudian munculah radio streaming. Dulu untuk
menikmati radio kita harus mendengarkannya melalui pesawat radio yang
tentunya hanya memiliki satu fungsi, yairtu untuk mendengarkan siaran
tersebut. Dengan kehadiran internet kita bisa mendengarkan radio dengan cara
streaming melalui berbagai macam platform seperti telepon seluler pintar
(smartphone) jenis iPhone, Blackberry, Android, maupun perangkat seperti
laptop maupun komputer tablet.
Secara teknis aktivitas mendengarkan radio (yang tentu saja sebelumnya
sudah mudah) menjadi lebih mudah. Kita hanya perlu membawa satu
perangkat (device) untuk mendengarkan radio. Sejak internet mulai populer di
masyarakat dan perangkat komunikasi seperti laptop, komputer tablet dan
smartphone beredar luas di masyarakat dengan harga terjangkau maka banyak
stasiun radio mengembangkan metode penyiarannya melalui internet dengan
metode streaming. Tentu saja stasiun-stasiun radio tersebut tidak
menghilangkan model penyiaran dengan sinyal analog (AM dan FM) karena
model penyiaran tersebut tetap memiliki segmen pendengarnya sendiri,
misalnya bagi para pengendara mobil dikota-kota yang akrab dengan
kemacetan seperti Jakarta. Radio kemudian bisa dinikmati dengan berbagai
macam platform baik analog maupun digital.
22
Interaksi yang terjadi antara penyiar dan pendengar radio juga mengalami
perubahan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa radio
konvensional tidak memberikan banyak peluang bagi pendengarnya untuk
memberikan feedback.
Kehadiran internet radio dapat bertransformasi menjadi sebuah media
massa yang memberikan peluang besar kepada para pendengarnya untuk
menyampaikan feedback dan memungkinkan terjadinya dialog antara penyiar
dan pendengar. Melalui radio streaming pendengar dapat melakukan chatting
dengan banyak pendengarnya. Ketika jejaring sosial seperti twitter mulai
populer di masyarakat, pola interaktivitas antara penyiar dan pendengar juga
semakin besar.
Pada kasus yang terjadi pada Pamityang2an Qwerty Radio yang khusus
memutar program-program musik, pendengarnya melaukan interaksi secara
langsung kepada DJ/penyiar melalui twitter dan lagu-lagu yang diputar
disiarkan melalui website mereka.
H. Metodologi
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti
transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan
lain-lain.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat
kebenaran dan membenarkannya, namun di dalam melihat kebenaran
tersebut tidak selalu dapat dan cukup dengan melihat sesuatu yang nyata.
Kadangkala dalam penelitian kualitatif perlu pula melihat sesuatu yang
23
bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu
yang nyata tersebut.
Dalam penelitian kualitatif ini perlu menekankan pada pentingnya
kedekatan peneliti dengan orang-orang yang berada pada lokasi penelitian.
Hal ini diperlukan agar peneliti memahami secara lebih dalam mengenai
kondisi kehidupan nyata tentang realitas sosial di lapangan. Oleh karena
itu, peneliti harus dapat diterima oleh lingkungan agar mampu
mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh,
perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam lingkungan
penelitian.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi
kasus merupakan pengumpulan informasi secara sistematik tentang sebuah
objek studi yang bisa berupa seseorang, sebuah kelompok sosial, sebuah
peristiwa, atau sebuah kebudayaan. Fokus penelitian ini berada pada studi
kasus yang merupakan penelitian rinci mengenai suatu obyek tertentu
selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh.
Penelitian ini mengarah kepada intrinsic case study, yaitu jenis penelitian
studi kasus yang dilakukan untuk mengenali dan mempelajari secara lebih
baik kasus yang istimewa. Kasus yang diambil sebagai objek bukan karena
kasus ini mewakili kasus-kasus yang lain tetapi untuk mempelajari aspek-
aspek yang melekat pada kasus tersebut.
Metode ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai
aktivitas penyiaran yang dilakukan oleh para penyiar dari Pamityang2an
Qwerty Radio yang kemudian mencipatakan positioning dari radio ini.
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus dipelajari sebagai suatu
keseluruhan yang terintegrasi, Oleh karena itu, penelitian ini bersifat
deskriptif. Kemudian penelitian ini juga mengacu kepada studi kasus yang
deskriptif yaitu mengharuskan peneliti menyajikan teori deskriptif yang
24
berkaitan dengan kasus yang diteliti. Teori deskriptif tersebut menjadi
panduan pokok yang memberikan arah penelitian.
3. Sumber Data
Pemahaman mengenai berbagai sumber data merupakan bagian yang
sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan
jenisnya. Sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau
informasi yang diperoleh. Peneliti menggunakan dua sumber data yaitu
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer akan dilakukan dengan melakukan observasi secara
langsung ditunjang dengan wawancara mendalam dengan beberapa
orang yang memiliki posisi sesuai dengan kebutuhan peneliti. Jenis
data dalam observasi berupa tindakan yang berkaitan dengan sasaran
penelitiannya. Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas peneliti
bisa mengetahui proses yang terjadi di dalam proses penyiaran dan
operasional dari radio tersebut karena menyaksikan sendiri secara
langsung perilaku para informan atau sumber pendukung dalam
kegiatan tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengutip dari sumber lain seperti
barbagai jenis data yang diperoleh melalui studi pustaka seperti buku-
buku kepustakaan, majalah, koran, foto, dan sebagainya. Data tersebut
digunakan sebagai referensi yang digunakan untuk mendukung
penelitian yang sedang berlangsung.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua teknik
pengumpulan data, yaitu:
25
a. Observasi
Teknik pengumpulan data utama yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi. Menurut Nawawi dan Martini (1991) observasi
merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam
objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada media
jejaring sosial twitter dimana segala aktivitas radio tersebut terpusat.
Teknik observasi dibutuhkan untuk dapat memahami secara jelas
bagaimana proses yang didapat melalui wawancara dan menelaah
konteks wawancara tersebut sebagai bahan deskriptif penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk memahami secara
lebih dalam mengenai proses terjadinya wawancara dan hasil
wawancara dapat dipahami konteksnya. Observasi yang akan
dilakukan adalah observasi terhadap subjek, prilaku subjek selama
wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
wawancara.
Tujuan menggunakan observasi sebagai metode pengumpulan data
adalah untuk mendeskripsikan setting yang terjadi di lapangan (media
jejaring sosial twitter) dan aktivitas-aktivitas yang berlangsung di
dalamnya. Observasi dilakukan untuk mendapatkan pemahaman lebih
baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.
b. Wawancara
Teknik wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam (depth interview).
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan
data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden,
caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Dalam
26
proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum. Wawancara
dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta
mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan
pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit
(Patton dalam Poerwandari 1998).
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer
mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, juga menjadi daftar
pengecek (check list) apakah aspek-aspek yang relevan tersebut telah
dibahas atau ditanyakan (Patton dalam Poerwandari 1998). Dengan
pedoman demikian, wawancara harus memikirkan bagaimana
pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat
tanya. Selain itu, pedoman pertanyaan juga menyesuaikan pertanyaan
dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung (Patton dalam
Poerwandari, 1998).
Metode pengumpulan data berupa wawancara akan dilakukan
kepada informan yang kompeten dalam terlaksananya segala aktivitas
pemasaran dari Pamityang2an Qwerty Radio. Dalam hal ini informan
tersebut adalah para pejabat penyiar (DJ) baik yang tetap maupun
penyiar (DJ) tamu yang melaksanakan segala aktivitas penyiaran
Pamityang2an Qwerty Radio. Metode wawancara ini dipilih sebagai
salah satu teknik pengumpulan data karena mampu mendapatkan
informasi lebih mendalam tentang aktivitas komunikasi dan
konvergensi yang dilakukan dalam membangun positioning
Pamityang2an Qwerty Radio.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton dalam bukunya Moleong (2000:103)
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu
pola, kategori dan satuan uraian besar. Analisis kualitatif yaitu analisis
terhadap data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder dalam
bentuk utama dan tidak menggunakan kaidah statistik.
27
Dalam menganalisa data kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan
yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002),
diantaranya:
a. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui
wawancara mendalam, dimana data tersebut direkam dengan tape
recorder dibantu dengan alat tulis. Kemudian dibuatkan transkripnya
dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi
bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah dapat dibaca berulang-
ulang agar penulis mengerti benar data hasil yang telah di dapatkan.
b. Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban
Pada tahap ini peneliti membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi
untuk memberikan coding (pengkodean data) atau indexing (indeksasi
data). Peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan
dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti
kemudian kembali membaca transkip.
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa
yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin di ukur.
Keabsahan ini dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat.
Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data
tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut. Menurut Patton (dalam Sutopo, 2002:77) ada empat macam
triangulasi sebagai teknik analisis untuk mencapai keabsahan antara lain:
(1) triangulasi data, (2) triangulasi pengamat, (3) triangulasi teori, (4)
triangulasi metode. Untuk menganalisis penelitian ini adalah dengan teknik
triangulasi data. Teknik ini menggunakan berbagai sumber data seperti
dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut
pandang yang berbeda.
28
Triangulasi data atau sumber memanfaatkan jenis sumber yang
berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Dalam penelitian ini
ditekankan pada perbedaan sumber data atau lainnya. Peneliti bisa
memperoleh informan yang berbeda-beda posisinya dengan teknik
wawancara mendalam, sehingga infomasi dari informan yang satu bisa
dibandingkan dengan informan lainnya.
Cara triangulasi data dapat juga dilakukan dengan menggali
informasi dari satu sumber tertentu, dari kondisi lokasinya, dari
aktivitasnya yang menggambarkan perilaku orang atau dari sumber yang
berkaitan dengan maksud peneliti.
Seluruh data yang telah diperoleh dianalisa menggunakan
triangulasi data dan kemudian peneliti memetakan hasil penelitian.
Pemetaan ini digunakan untuk mengetahui aktivitas konvergensi media
dalam Pamityang2an Qwerty Radio yang dilakukan oleh informan.
Kemudian peneliti menggunakan pemetaan tersebut menjadi sebuah
deskripsi analisis yang bisa digunakan sebagai penarik kesimpulan atas
jalannya aktivitas penyiaran Pamityang2an Qwerty Radio. Seperti yang
dipaparkan di atas, berdasarkan jenis-jenis teknik triangulasi yang ada,
untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa maka teknik yang dipilih
adalah triangulasi data. Teknik ini sangat membantu dalam memperoleh
data-data yang dianggap valid (Sutopo, 2002: 79)