Analisis Konvergensi Ekonomi Sumsel

44
1 PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktifitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Proses ini akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan produk nasional, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota (Susanti, 2000: 23). Selama periode tahun 1993 1997 pertumbuhan ekonomi regional Sumatera Selatan telah meningkat rata-rata sebesar 3,77 persen per tahun. Pada tahun 1998, ekonomi regional Sumatera Selatan secara riil mengalami kemunduran sebesar 6,81 persen akibat adanya krisis ekonomi nasional. Keadaan ini masih lebih baik dibandingkan dengan perkembangan ekonomi nasional dengan perkembangan ekonomi nasional yang mengalami penurunan sebesar 13,13 persen. Pada tahun 1999 ekonomi regional Sumatera Selatan meningkat kembali sebesar 3,18 persen dan pada tahun 2003 mengalami kenaikan sekitar 4,52 persen (BPS, 2003: 444).

description

#

Transcript of Analisis Konvergensi Ekonomi Sumsel

  • 1PENDAHULUAN

    Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

    melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.

    Pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu

    periode tertentu, karena pada dasarnya aktifitas perekonomian adalah suatu proses

    penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Proses ini akan

    menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat.

    Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai

    pemilik faktor produksi juga akan meningkat.

    Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah

    tingkat pertumbuhan produk nasional, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) untuk

    tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah provinsi dan

    kabupaten/kota (Susanti, 2000: 23).

    Selama periode tahun 1993 1997 pertumbuhan ekonomi regional Sumatera

    Selatan telah meningkat rata-rata sebesar 3,77 persen per tahun. Pada tahun 1998,

    ekonomi regional Sumatera Selatan secara riil mengalami kemunduran sebesar 6,81

    persen akibat adanya krisis ekonomi nasional. Keadaan ini masih lebih baik dibandingkan

    dengan perkembangan ekonomi nasional dengan perkembangan ekonomi nasional yang

    mengalami penurunan sebesar 13,13 persen. Pada tahun 1999 ekonomi regional Sumatera

    Selatan meningkat kembali sebesar 3,18 persen dan pada tahun 2003 mengalami

    kenaikan sekitar 4,52 persen (BPS, 2003: 444).

  • 2Tabel 1Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera SelatanTahun 1993 2003 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993

    Dan Harga Berlaku (dalam juta rupiah)

    TahunP D R B Pertumbuhan (%)

    Atas DasarHarga Konstan

    Atas DasarHarga Berlaku

    Atas DasarHarga Konstan

    Atas DasarHarga Berlaku

    19931994199519961997199819992000200120022003

    10.736.16511.515.28812.515.76113.521.16314.207.48813.239.32113.659.78712.046.76912.312.41912.775.36513.352.812

    10.736.16512.062.00014.513.00016.967.00020.156.02233.071.51336.036.44539.233.22944.054.53949.104.50654.748.216

    -

    7,268,698,035,08

    - 6,813,18

    - 11,812,213,764,52

    -

    12,3520,3216,9118,8064,088,978,87

    12,2911,4611,49

    Sumber : Sumatera Selatan Dalam Angka, berbagai edisi, (diolah)

    Salah satu unsur yang penting dan menjadi faktor positif dalam mendorong

    pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja. Jumlah tenaga

    kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan

    pertumbuhan penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar domestik.

    Namun kenyataan yang terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat cepat juga akan

    memberikan efek negatif terhadap perkembangan ekonomi, sehingga diperlukan sistem

    perekonomian yang mampu untuk menyerap dan secara produktif mempekerjakan

    tambahan tenaga tersebut. (Todaro, 2004: 322). Mengenai ketenagakerjaan dan lapangan

    usaha penduduk Sumatera Selatan tahun 2003 dapat dijelaskan dalam Tabel 2.

    Berdasarkan persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha maka

    penduduk Sumatera Selatan terbanyak bekerja pada sektor Pertanian, yaitu 66,02 persen

    yang menikmati lebih kurang 20,70 persen dari total PDRB. Kemudian 0,78 persen yang

  • 3bekerja di sektor Pertambangan dan penggalian, menikmati hampir 15,66 persen dari total

    PDRB. Jasa-jasa sebanyak 7,33 persen dapat menikmati 6,77 persen dari total PDRB.

    Tabel 2Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Kontribusi

    Lapangan Usaha Penduduk terhadap PDRB tahun 2003di Provinsi Sumatera Selatan

    Lapangan Usaha/Sektor Penduduk yang Bekerja PDRB1. Pertanian2. Pertambangan & Penggalian3. Industri Manufaktur4. Listrik, Gas dan Air Bersih5. Bangunan6. Perdagangan, Restoran & Hotel7. Pengangkutan dan Komunikasi8. Keuangan dan Persewaan9. Jasa-jasa

    66,020,784,600,094,07

    12,604,060,437,33

    20,7015,6621,190,786,02

    19,535,533,826,77

    J u m l a h 100,00 100,00Sumber : BPS (Susenas, PDRB 2003) dan hasil olahan

    Dengan demikian sebenarnya ketidakmerataan sektoral (ketimpangan) tercermin

    dari proporsi tenaga kerja dan PDRB yang tidak merata, sehingga Sumatera Selatan

    masih harus mengembangkan semua potensinya untuk meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi daerahnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan diikuti dengan pembagian pendapatan yang

    merata, tidak hanya untuk individu, tetapi juga antar sektor ekonomi dan antar wilayah.

    Proses inilah yang disebut dengan proses ke arah konvergensi (pemerataan

    pembangunan) yang masih harus dilaksanakan.

    Konvergensi ekonomi antar daerah merupakan salah satu indikator keberhasilan

    dalam pembangunan daerah. Dengan analisis konvergensi maka penyebaran pendapatan

    per kapita seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera dapat diketahui semakin merata

    atau tidak. Parameter yang digunakan dalam konvergensi ekonomi antara lain adalah

  • 4pendapatan per kapita kabupaten/kota terhadap pendapatan per kapita provinsi. Ekonom

    Neo-Klasik mengatakan adanya keseimbangan jangka panjang (steady state), dimana

    kondisi ini akan tercapai apabila tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita, kapital per

    kapita dan tenaga kerja per kapita mempunyai pertumbuhan yang konstan. Seperti yang

    dinyatakan Boediono (1992: 1) bahwa laju pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

    output per kapita dalam jangka panjang, penekanan pada proses karena mengandung

    unsur dinamis, perubahan atau pengembangan. Oleh karena itu pemakaian indikator

    pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya

    selama satu tahun.

    Konvergensi ekonomi di Sumatera Selatan ini akan tercapai apabila terjadi proses

    konvergensi ekonomi pada daerah-daerah di Sumatera Selatan melalui pertumbuhan

    pendapatan per kapita yang meningkat. Untuk mendorong terciptanya konvergensi

    tersebut, maka diperlukan investasi pada sektor-sektor yang tepat dan kemungkinan

    adanya faktor lain yang perlu diidentifikasi untuk mempercepat proses tersebut. Dengan

    demikian, pemikiran ini dapat dikembangkan lebih luas ke skala mikro ekonomi dalam

    program pengembangan wilayah di daerah-daerah melalui mobilitas sumber daya, hasil

    produksi barang dan atau jasa serta perdagangan daerah secara dinamis.

    Dari uraian-uraian terdahulu maka permasalahan yang akan diteliti adalah : (1).

    Bagaimanakah kecenderungan terjadinya konvergensi ekonomi antar daerah di Sumatera

    Selatan. (2). Berapa besar pengaruh faktor-faktor terhadap pertumbuhan ekonomi di

    Sumatera Selatan ?

    1.3. Tujuan Penelitian

  • 5Penelitian ini bertujuan untuk :

    1. Menganalisis kecenderungan terjadinya konvergensi ekonomi antar daerah di

    Sumatera Selatan.

    2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera

    Selatatan ?

    TINJAUAN PUSTAKA

    Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Konvergensi

    Menurut pandangan para ekonom Klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo,

    Thomas Robert Malthus dan John Stuart Mill, maupun ekonom Neo-Klasik antara lain

    Robert Solow dan Trevor Swan, pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi

    pertumbuhan ekonomi, yaitu (a) jumlah penduduk, (b) jumlah stok barang modal, (c) luas

    tanah dan kekayaan alam, dan (d) tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno, 1985: 273).

    Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam

    jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita.

    Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan

    output per kapita harus dilihat dan dianalisis dari output total disatu pihak dan jumlah

    penduduk dilain pihak (Boediono, 1992: 2). Teori pertumbuhan Neo-Klasik memusatkan

    perhatian pada pertumbuhan output bersumber dari kenaikan kuantitas dan kualitas

    tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan),

    penambahan modal (melalui tabungan dan investasi) serta penyempurnaan teknologi

    (Todaro, 2004: 151).

  • 6Salah satu asumsi yang melandasi model Neo-Klasik adalah bahwa semua

    tabungan masyarakat diinvestasikan sehingga S = I. Dalam jangka panjang investasi akan

    menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan, dan sebagainya). Jadi I =

    K, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Proses pertumbuhan dalam model

    Neo-Klasik selalu memenuhi syarat warranted rate of growth (gw), yaitu laju

    pertumbuhan yang menjamin keseimbangan output antara output potensial dan

    permintaan agregat (atau secara umum yang menjamin keseimbangan di pasar barang)

    dalam jangka panjang. Menurut Harrod-Domar, persamaan yang menunjukkan warranted

    rate of growth (gw) adalah :

    Z = Qp ............................................................................................... (1)

    diketahui:

    Qp= hK ............................................................................................. (2)

    dimana:

    Z = permintaan agregatQp = output potensial yang bisa dihasilkan dengan stok kapital yang adah = unit output yang dapat dihasilkan dari setiap unit kapitalI = Investasi

    Selanjutnya penambahan kapasitas ini akan meningkatkan output potensial

    sebesar:

    Qp= h K = h I .............................................................................. (3)

    Semakin besar I, semakin besar tambahan output potensial.

    Dari teori multiplier bahwa tingkat Investasi menyebabkan tingkat permintaan

    agregat sebesar:

    Z = 1 I = 1 I ............................................................................ (4)1- c s

    Kalau persamaan Z= hI dibagi dengan persamaan (3) akan diperoleh:

  • 7Z = sh = Qp = gw ............................................................................ (5)Z Qp

    Dalam jangka panjang, keadaan yang paling ideal adalah perekonomian tumbuh

    pada jalur warranted rate of growth dan sekaligus juga pada jalur natural rate of growth

    (gn). Natural rate of growth bisa diartikan sebagai laju pertumbuhan ekonomi yang

    diisyaratkan oleh pasar tenaga kerja, agar tidak ada tenaga kerja yang menganggur (full

    employment). Dengan persamaan sebagai berikut:

    gn = N = Qn = p + t .................................................................. (6)N Qn

    dimana :

    Qn = tingkat output potensial yang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yangtersedia

    N = jumlah tenaga kerja yang tersediap = laju pertumbuhan pendudukt = laju kemajuan teknologi

    Dalam teori pertumbuhan, posisi keseimbangan jangka panjang semacam ini

    disebut steady state growth. Ciri dari steady state growth adalah semua variabel (I, Qp, Z,

    K, N, Qn) tumbuh dengan laju yang sama yaitu dengan laju gn=gw (Boediono, 1992:

    57-59).

    Sementara model pertumbuhan Neo-Klasik dari Solow mengembangkan

    formulasi Harrod-Domar dengan memasukkan unsur kemajuan teknologi yang

    merupakan variabel eksogen. Jika diasumsikan bahwa tingkat kemajuan teknik adalah

    fungsi waktu, maka fungsi produksi model pertumbuhan mantap menurut Richardson

    (1978 : 139) adalah:

    Yi = f (Ka, Lb, t) ............................................................................ (7)

    dimana:

  • 8Yi = output regional ke-iK = modalL = tenaga kerjat = teknologia = produk marjinal modalb = produk marjinal tenaga kerja

    dari fungsi produksi dapat diturunkan menjadi persamaan pertumbuhan regional yaitu:

    dimana:yi = tingkat pertumbuhan output region iki = tingkat pertumbuhan modal di region iIi = tingkat pertumbuhan tenaga kerja di region iti = tingkat pertumbuhan teknik di region ia = bagian yang dihasilkan oleh faktor modal(1-a) = bagian pendapatan yang dihasilkan oleh tenaga kerja

    jika perubahan modal berasal dari saving dibagi capital output ratio kemudian ditambah

    atau dikurangi dari migrasi modal maka persamaannya:

    ki = si K ji .............................................................................. . (8)vi j

    dimana:

    ki = perubahan modal di region isi = tabungan, income ratiovi = capital output ratioKij = migrasi modal antar region

    Jika perubahan tenaga kerja berasal dari jumlah tenaga kerja di suatu region kemudian

    ditambah atau dikurangi migrasi tenaga kerja dari/ke region lain, maka persamaannya:

    li = ni mij ................................................................................ (9)j

    dimana:li = perubahan tenaga kerja di region ini = jumlah tenaga kerja di region imij = migrasi tenaga kerja dari region j ke iApabila migrasi modal merupakan fungsi dari bagian yang dihasilkan oleh rate of

    return to capital, ditunjukkan oleh adanya migrasi modal dari region j kepada region i,

    dengan persamaan:

  • 9kji = f i (rj - ri) ................................................................................. (10)

    dimana:

    kji = pergeseran modal dari region j ke region iri = rate of return to capital di region irj = rate of return to capital di region j

    Untuk tenaga kerja terjadi pula pergeseran regional tenaga kerja yang merupakan

    fungsi dari besarnya tingkat upah riil suatu region.

    mij = f i (wi - wj) ............................................................................... (11)

    dimana:

    mij = pergeseran tenaga kerja antar regionwi = tingkat upah di region iwj = tingkat upah di region j

    Apabila s adalah saving/income ratio, v adalah capital output ratio, a adalah

    bagian yang dihasilkan oleh faktor modal atau produk marjinal modal dan dengan asumsi

    constan return to scale, maka bagian (1-a) adalah bagian pendapatan yang dihasilkan

    oleh tenaga kerja atau produk marjinal tenaga kerja akan diperoleh persamaan:

    Y x K = MPK = r ........................................................................ (12)K Y

    Y x L = MPL = w ........................................................................ (13)L Y

    Model Neo-Klasik menghendaki pertumbuhan kapasitas penuh dengan

    mekanisme yang dapat menyamakan investasi dengan tabungan full employment. Syarat

    pertumbuhan yang mantap dapat diperoleh bila yi sama dengan ki, ditentukan oleh m

    yang sudah given (tertentu) dan a yang konstan, sehingga Y dan K tumbuh dengan tingkat

    yang sama, maka :

  • 10

    mi = r i = a i Y i ............................................................................... (14)K i

    Apabila disubsitusikan yi kedalam persamaan (7) maka diperoleh persamaan:

    yi = k i = 1 + l i .................................................................. (15)1 - ai

    Untuk mencapai pertumbuhan yang mantap maka yi harus sama juga dengan yj.

    Perbedaan-perbedaan inter-regional dalam tingkat kemajuan teknik dan pertumbuhan

    penduduk mungkin diimbangi dengan perbedaan dalam ratio modal output yang

    mengakibatkan berubahnya a. Dapat disesuaikannya K/Y ini merupakan ciri model Neo-

    Klasik (Panorama, 2002:18).

    Sementara itu, model Neo-Klasik mengemukakan pula tentang mobilitas faktor

    produksi, baik modal maupun tenaga kerja, pada permulaan proses pembangunan adalah

    kurang lancar. Akibatnya pada saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung

    terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga ketimpangan pembangunan cenderung

    melebar (Divergence). Akan tetapi bila proses pembangunan terus berlanjut, dengan

    semakin baiknya prasarana dan fasilitas komunikasi, maka mobilitas modal dan tenaga

    kerja tersebut akan semakin lancar. Dengan demikian, nantinya setelah negara yang

    bersangkutan telah maju, maka ketimpangan pembangunan akan berkurang

    (Convergence). Perkiraan ini kemudian dikenal sebagai Hipotesa Neo-Klasik.

    Berkaitan dengan pertumbuhan dan konvergensi, Abramovitz (1985)

    mengemukakan bahwa negara-negara dengan tingkat produktivitas rendah memiliki

    potensi besar untuk mencapai laju pertumbuhan tinggi. Meskipun begitu, potensi

    pertumbuhan akan melemah bila tingkat produktivitas tersebut mendekati tingkat

  • 11

    produktivitas negara yang menjadi patokannya. Hal ini menunjukkan terjadinya proses

    mengejar ketinggalan.

    Apabila ketimpangan pembangunan regional terus meningkat seiring dengan

    peningkatan proses pembangunan. Ini berarti proses konvergensi tidak terjadi, seperti

    yang dikemukakan model Neo Klasik tetapi lebih sesuai dengan model yang

    dikemukakan oleh Kaldor yaitu Model Penyebab Kumulatif (Cumulatif Causation

    Model) . Model Penyebab Berkumulatif tidak percaya pemerataan pembangunan antar

    daerah akan dicapai dengan sendirinya berdasarkan mekanisme pasar. Menurut model ini,

    ketimpangan pembangunan regional hanya akan dapat dikurangi melalui program

    pemerintah. Apabila hanya diserahkan pada mekanisme pasar, maka ketimpangan

    regional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan proses pembangunan. Analisis

    ini dapat dipresentasikan melalui Gambar 1

    Pada Gambar 1 ditunjukkan mengenai kurva G yang mewakili pertumbuhan

    ekonomi daerah. Titik keseimbangan tercapai pada titik E dimana kurva G berpotongan

    dengan garis bantu 450. Sebelum titik keseimbangan kurva G berada dibawah garis bantu

    450 yang berarti sudutnya, g1, maka pertumbuhan ekonomi daerah

    berkumulatif sehingga cenderung melebar (Divergence) (Richardson, 1973: 149).

  • 12

    Yt+1 G

    450 gye y0 y1 y2 y3 yt

    h

    G

    Gambar 2.2. Pertumbuhan Penyebab Berkumulatif

    Penelitian Sebelumnya

    Penelitian di bidang konvergensi ekonomi mulai banyak dilakukan sejak

    pertengahan 1980-an, diawali dengan penelitian dua kontributor utama, Boumol (1986)

    dan Abramovitz (1986).

    Saldanha (1997: 8-12) meneliti tentang pertumbuhan regional dan konvergensi di

    Indonesia antara 1971 hingga 1994. Penelitian dilakukan pada 26 propinsi di Indonesia,

    tidak termasuk Timor-Timur. Penelitian ini menggunakan tiga ukuran konvergensi, yaitu

    konvergensi-, diindikasikan oleh penurunan deviasi standar PDB perkapita. Hasil

    penelitian yang diperoleh adalah deviasi standar PDB per kapita antar propinsi di

    Indonesia telah menurun dari 0,2082 di tahun 1971 menjadi 0,1604 pada tahun 1994.

    Kedua konvergensi- untuk periode sampel bernilai negatif dan signifikan secara

    statistik yang mengindikasikan adanya bukti terjadi konvergensi- di Indonesia. Ketiga

  • 13

    konvergensi- dengan memadukan variabel kontrol yakni kondisi awal anggaran belanja

    negara, angka harapan hidup, dan tingkat partisipasi sekolah menengah pertama. Dari

    hasil penelitian ini ditemukan bukti terjadinya konvergensi sementara periode 1980an

    menunjukkan divergensi meskipun tidak signifikan, setelah dikontrol dengan variabel

    lainnya, kecenderungan menuju divergensi.

    Penelitian Wibisono (2003: 64-78) juga menggunakan dua ukuran konvergensi di

    Indonesia : - convergence dan - convergence serta menggunakan Indeks Theil.

    Studi empiris mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

    ekonomi di Sumatera Selatan dilakukan oleh Tarwiyanto (1998: 76-77) kurun waktu

    tahun 1979-1996.

    Hasil studi Ardi (2003: 38-48) mengenai prospek konvergensi ekonomi antar

    daerah dalam era otonomi khusus di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 1983

    2000 menunjukkan adanya tren konvergensi ekonomi dari PDRB per kapita dari

    kabupaten-kabupaten terhadap PDRB per kapita provinsi di Nanggroe Aceh Darussalam,

    dengan angka banding PDRB per kapita dari kabupaten terkaya dengan kabupaten

    termiskin sebesar 12,39 pada tahun 1983 menjadi sekitar 7,28 pada tahun 2000

  • 14

    Kerangka Pikir

    Gambar 2 Model Kerangka PikirAnalisis Konvergensi Antar Daerah di Sumatera Selatan

    2.4. Hipotesis

    Hipotesis penelitian adalah (1). Konvergensi ekonomi cenderung telah terjadi

    pada daerah-daerah di Sumatera Selatan sesuai dengan hipotesis Neo-Klasik. (2). Faktor-

    faktor angkatan kerja, tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, investasi swasta,

    tingkat bunga pinjaman, dan tingkat bunga simpanan sangat berpengaruh terhadap

    pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan.

    METODE PENELITIAN

    Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada masalah yang berhubungan

    dengan konvergensi dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan, faktor-faktor yang

    mempengaruhinya. Variabel yang digunakan dalam model konvergensi adalah

    Faktor-faktor :- Angkatan Kerja- Tabungan Masyarakat- Tabungan Pemerintah- Investasi Swasta- Tingkat Bunga Pinjaman- Tingkat Bunga Simpanan

    PertumbuhanEkonomi KONVERGENSI

  • 15

    pendapatan per kapita menurut kabupaten/kota di Sumatera Selatan, investasi swasta,

    belanja rutin daerah, dan inflasi regional. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

    pertumbuhan antara lain, angkatan kerja, tabungan masyarakat, tabungan pemerintah,

    investasi swasta, dan tingkat bunga pinjaman, dan tingkat bunga simpanan di Provinsi

    Sumatera Selatan.

    Kabupaten/Kota yang akan diteliti adalah : (1). Kabupaten Ogan Komering Ulu

    (OKU), (2). Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), (3). Kabupaten Musi Banyuasin

    (MUBA), (4). Kabupaten Musi Rawas (MURA), (5). Kabupaten Muara Enim, (6).

    Kabupaten Lahat, dan (7). Kota Palembang.

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

    dari berbagai instansi/lembaga yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti antara

    lain: Badan Pusat Statistik Kabupaten dan Provinsi, Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah (Bappeda), BKPMD, Bank Indonesia dan lain-lain.

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    studi pustaka dan metode dokumentasi. Metode studi pustaka adalah yang bersumber dari

    kepustakaan yang berupa literatur, tulisan ilmiah, maupun artikel. Metode dokumentasi

    merupakan data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang terkait dengan

    permasalahan yang akan diteliti, studi pustaka dan penelitian sebelumnya secara

    deskriptif.

    Selain itu dalam penelitian ini akan dipisahkan pula analisis konvergensi sebelum

    terjadinya krisis ekonomi dan pada waktu terjadinya krisis ekonomi yang dianggap juga

    berpengaruh terhadap analisis konvergensi ekonomi antar daerah di Sumatera Selatan

  • 16

    adalah krisis ekonomi. Untuk memformulasikannya masih tetap menggunakan model

    konvergensi ekonomi antar daerah tersebut.

    Teknik analisis yang digunakan adalah : (1). Analisis Kecenderungan Terjadinya

    Konvergensi Ekonomi digunakan dua ukuran konvergensi yang dipergunakan oleh

    Saldanha didalam penelitiannya tahun 1997. Pertama konvergensi- atau konvergensi

    absolut atau konvergensi tidak bersyarat (unconditional convergence) diukur oleh

    koefisien tingkat awal PDRB jika laju pertumbuhan PDRB per kapita diregresi terhadap

    tingkat awal PDRB per kapita. Persamaan konvergensi- dapat ditulis secara lebih

    sederhana sebagai berikut (Wibisono, 2003: 59).

    log YYY iTii baT 0,,0, log// ................................................... (17)dimana :

    (Yi0 -Yi,T )/T = PDRB per kapita daerah i pada tahun awal sampel sampaidengan tahun T dibagi jangka waktu (PDRB per kapita rata-rata).

    Yi0 = PDRB per kapita daerah i pada tahun awal sampelYi,T = PDRB per kapita daerah i pada tahun TT = jangka waktua = Interceptb = Slope Coeficient

    Kedua konvergensi- adalah koefisien tingkat awal PDRB per kapita jika laju

    pertumbuhan per tahun PDRB per kapita diregresi terhadap tingkat awal PDRB per

    kapita dengan memadukan variabel kontrol yakni kondisi awal anggaran belanja rutin

    daerah, investasi swasta daerah dan inflasi regional.

    Persamaan konvergensi- dapat ditulis sebagai berikut.

    log hYYY iiTii cbaT 0,0,,0, loglog/ .................................. (18)

  • 17

    dimana hi,0 menunjukkan kondisi awal dari kondisi awal investasi di daerah i pada tahun

    T. Tanda titik-titik menunjukkan variabel lain atau variabel yang dianggap turut

    mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, seperti anggaran

    belanja rutin daerah, inflasi regional. Persamaan (17) dan (18) diregresi dengan metode

    Ordinary Least Square (OLS) diuji pada tingkat keyakinan sebesar 99 persen.

    Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera

    Selatan

    Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Sumatera

    Selatan ini dilakukan untuk menjawab permasalahan dan sekaligus menguji hipotesis

    kedua mengenai pengaruh faktor-faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi di

    Sumatera Selatan. Pertumbuhan ekonomi dalam hal ini dilihat dari pertumbuhan

    pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Selatan.

    Dalam penelitian ini, fungsi produksi yang digunakan adalah sebagai berikut:

    (Tarwiyanto, 1998: 33-37).

    Yi = F (Li, Smi, Sgi, Isi) ...................................................................... (19)

    dimana:

    Yi = Output riilLi = Jumlah angkatan kerja di daerah iSmi = Tabungan masyarakat di daerah iSgi = Tabungan pemerintah daerah iIsi = Investasi swasta di daerah i

    Dengan membagi kedua sisi persamaan (19) dengan jumlah penduduk total (P),

    akan diperoleh output per kapita per daerah (yi) dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

    yi = f (li, smi, sgi, isi) ........................................................................... (20)

  • 18

    dimana:

    yi = output riilli = Rasio angkatan kerja terhadap jumlah penduduk daerah ismi = Tabungan masyarakat daerah i per kapitasgi = Tabungan pemerintah daerah i per kapitaisi = Investasi swasta daerah i per kapita

    Diferensiasi total persamaan (20) akan menghasilkan:

    dy =f1 dl + f2 dsm + f3 dsg + f4 dis

    PIsd

    PSgd

    PSmd

    PLd ffff 4321 ...................................... (21)

    Bila :

    BA

    BdB

    BdA

    BdBABdA

    BAd

    2

    ..

    maka persamaan (21) dapat diubah menjadi:

    P

    dPP

    SmP

    dSmP

    dPPL

    PdLdy ff 21

    P

    dPPIs

    PdIs

    PdP

    PSg

    PdSg ff 43 ........................................ (22)

    dimana : f1 = df/dl, f2 = df/dsm, f3 = df/dsg, f4 = df/dis

    Diasumsikan bahwa fungsi produksi bersifat homogen linier (linearly

    homogeneous), sehingga semua koefisien sekaligus mencerminkan nilai produktivitas

    marjinal masing-masing faktor produksi yang digunakan.

    Jika masing-masing sisi persamaan (22) dibagi y, diperoleh persamaan yang

    menghubungkan tingkat pertumbuhan output dengan tingkat pertumbuhan angkatan

    kerja, proporsi tabungan masyarakat terhadap output, proporsi tabungan pemerintah

    daerah terhadap output, dan proporsi investasi swasta terhadap output.

  • 19

    PY

    PdPPSmPdSmPY

    PdPPLPdLy

    dy ff ////

    ////

    21

    PY

    PdPPIsPdIsPY

    PdPPSgPdSg ff ////

    ////

    43............... (23)

    PdP

    YIs

    YSg

    YSm

    YL

    YdL

    ydy fffff

    43211

    UYIs

    IsdIs

    YSg

    SgdSg

    YSm

    SmdSm fff

    432

    ................ (24)

    Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa tabungan masyarakat (Sm)

    mencerminkan arus investasi dan bahwa rasio tabungan masyarakat terhadap output riil

    (Sm/Y) bersifat liniearly homogeneous terhadap output riil.

    Sm/Y = Sm (Y,IS) .............................................................................. (25)

    D/Y = D (Yp,IP) ................................................................................ (26)

    Dimana: Y = PDRB

    Yp = PDBR per kapita

    IS = Tingkat bunga simpanan

    IP = Tingkat bunga pinjaman (investasi)

    Implikasi dari asumsi bahwa S/Y bersifat homogenitas linear (linearly

    homogeneous) adalah:

    Sm/Y = a1 Y a2 S ............................................................................ (27)

    D/Y = b1 Yp b2 IP ......................................................................... (28)

    dimana:

    dIS

    YSmdY

    YSmdaa

    /,

    /21

    dIP

    YDdYp

    YDd bb /,/ 21

  • 20

    Dengan mensubstitusi persamaan (27) dan (28) kedalam persamaan (24) maka

    diperoleh:

    P

    dPYIs

    YSg

    YSm

    YL

    YL

    LdL

    ydy fffff 43211

    Ubcffaaf iIPYpYIsIsdIsYSgSgdSgISYSmdSm

    2143212....(29)

    YSm

    dSmP

    dPYIs

    YSg

    YSm

    YL

    YL

    LdL

    ydy

    affffff

    2243211

    ISSm

    dSmYSg

    SgdSgIS

    SmdSm

    cffaf

    14322 U i ......................... (30)

    y

    dy1

    LdL

    + 2

    P

    dP+ 3

    SmdSm

    - 4 IS + 5

    SgdSg

    - 6 IP + U i ........ (31)

    Untuk simplikasi persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:

    PESSt = 1 PAKt + 2 PTMt + 3 IPt + 4 ISt + 5 PTPt + 6 Ismt + Ut ............... (32)dimana:PESSCt = Pertumbuhan pendapatan perkapita Sumatera Selatan pada tahun tPAKt = Pertumbuhan angkatan kerja Sumatera Selatan pada tahun tPTMt = Pertumbuhan tabungan masyarakat Sumatera Selatan pada tahun tIPt = Tingkat bunga pinjaman (investasi) pada tahun tISt = Tingkat bunga simpanan pada tahun tPTPt = Pertumbuhan tabungan pemerintah Sumatera Selatan pada tahun tPTPt = Pertumbuhan investasi swasta nasional Sumatera Selatan pada tahun tUt = Kesalahan pengganggu (error term)

    Selanjutnya dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary LeastSquares/OLS) akan diperoleh koefisien regresi dari masing-masing variabel.

  • 21

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kecenderungan Konvergensi Ekonomi di Sumatera Selatan

    Kecenderungan Konvergensi- atau konvergensi absolut

    Kecenderungan konvergensi ekonomi di Sumatera Selatan yang ditelaah melalui

    perhitungan model konvergensi- atau konvergensi absolut atau konvergensi tidak

    bersyarat (unconditional convergence) yang digunakan untuk melihat koefisien tingkat

    Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) riil per kapita awal untuk setiap

    kabupaten/kota dengan cara laju pertumbuhan per tahun PDRB per kapita diregresikan

    terhadap log PDRB riil per kapita awal setiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera

    Selatan.

    Jika koefisien yang diperoleh dari hasil perhitungan regresi adalah negatif dan

    signifikan secara statistik maka konvergensi- telah terjadi. Ini berarti proses

    konvergensi telah terjadi di Sumatera Selatan. Namun apabila koefisien yang diperoleh

    adalah positif dan signifikan secara statistik maka konvergensi- belum terjadi. Sesuai

    pula dengan model Neo Klasik yang mengemukakan bahwa pada permulaan proses

    pembangunan ditandai dengan mobilitas faktor produksi, baik modal maupun tenaga

    kerja adalah kurang lancar. Akibatnya pada saat itu modal dan tenaga kerja ahli

    cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga ketimpangan pembangunan

    cenderung melebar (divergence). Akan tetapi bila proses pembangunan terus berlanjut,

    dengan semakin baiknya prasarana dan fasilitas komunikasi, maka mobilitas modal dan

    tenaga kerja tersebut akan semakin lancar. Dengan demikian ketimpangan pembangunan

    akan berkurang (convergence).

  • 22

    Hasil perhitungan dengan model Konvergensi- untuk memberikan gambaran

    proses konvergensi di Sumatera Selatan dilakukan penelitian dengan jangka waktu 11

    tahun (tahun 1993-2003) menggunakan satu variabel bebas yaitu PDRB per kapita awal

    diperoleh nilai koefisien yang positif dan terbukti signifikan secara statistik. Hal ini

    ditunjukkan oleh nilai t-hitung =11,33 lebih besar dari nilai t-tabel = 4,032 dengan tingkat

    signifikansi 99 % ( = 1%) seperti yang ditunjukkan pada tabel 3. Dengan demikian

    berarti berlawanan dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

    Tabel 3

    Hasil Estimasi Konvergensi

    Dengan OLS (Tahun 1993- 2003)Variabel Koefisien t-hitung t-tabel Signifikan

    KonstantaLog PDRB per kapita

    1,90040,87296 17,12 4,032 S

    R2 = 0,9625R2 adjusted = 0,9950SE of Regression = 0,07703DW-Statistik = 1, 7172Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 1)Keterangan : S = Signifikan pada = 1%.

    Dari hasil regresi di atas, diperoleh persamaan sebagai berikut.

    Konvergensi- = 1,9004 + 0,87296 Yio

    (1,092) (0,07703)

    Keterangan : - Yio adalah PDRB riil per kapita awal.- Angka dalam kurung adalah nilai standard error.

    Dari hasil estimasi Tabel 5.1. menunjukkan model tidak terjadi gejala

    autokorelasi, dimana nilai koefisien D-W (Durbin Watson) statistik (d) dari model yaitu

    sebesar 1,7172 pada selang kepercayaan = 5%. Ternyata hasil estimasi model N=7 dan

  • 23

    k=1 memiliki nilai yaitu 1,336. Jika nilai d >du berarti tidak ada serial korelasi positif,

    karena D-W hitung lebih besar dari du (d > du) maka model tidak terdapat korelasi serial.

    Untuk mengatasi terjadinya heteroskedastisitas dan autokorelasi (dimana asumsi

    homoscedastisity dan korelasi serial di antara disturbance terms tidak berlaku, maka

    digunakan cara penaksiran yang tepat untuk model regresi linear. Dalam situasi seperti ini

    digunakan metode Generalized Least Square (GLS) yang diformulasikan Aitken (1935).

    Hasil estimasi dengan GLS dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4

    Hasil Estimasi Dengan GLSVariabel Koefisien t-hitung t-tabel Signifikan

    KonstantaLog PDRB per kapita

    0.841312.3644 11.52 4.032 S

    R2 = 0,9637R2 adjusted = 0,9564SE of Regression = 0,07304DW-Statistik = 1, 3079Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 1)Keterangan : S = Signifikan pada = 1%.

    Dari hasil regresi di atas diperoleh persamaan sebagai berikut:

    Konvergensi- = 2, 3644 + 0,84131 Yio(1,036) (0,07304)

    Keterangan : - Yio adalah PDRB riil per kapita awal.- Angka dalam kurung adalah nilai standard error.

    Dari hasil estimasi dapat dijelaskan pula bahwa dengan estimasi koefisien dari log

    PDRB riil per kapita awal menunjukkan arah positif dan signifikan. Ini berarti proses

    konvergensi pada periode tahun 1993 sampai tahun 2003 belum terjadi atau dengan kata

    lain masih terjadi proses divergensi. Hal ini sebenarnya mengikuti teori dan model dari

  • 24

    Neo Klasik, pada permulaan proses pembangunan adalah kurang lancar. Akibatnya pada

    saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju

    sehingga ketimpangan pembangunan cenderung melebar (divergence). Daerah-daerah di

    Propinsi Sumatera Selatan masih berada pada proses pembangunan sehingga

    kecenderungan mobilitas faktor-faktor produksi masih belum lancar dan masih

    terkonsentrasi di daerah yang lebih maju seperti di Kota Palembang dan Kabupaten Musi

    Banyuasin sehingga ketimpangan pembangunan di daerah-daerah lain seperti Kabupaten

    Musi Rawas, Lahat, OKI dan Kabupaten OKU masih cenderung melebar (divergence).

    Kemudian regresi dihitung dengan cara memisahkan periode sebelum terjadi

    krisis ekonomi (tahun 1993-1996) dan periode setelah terjadi krisis ekonomi (tahun 1997-

    2003). Tujuannya untuk menganalisis proses konvergensi dapat terjadi pada periode

    sebelum krisis atau bahkan sesudah krisis ekonomi tersebut. Hasil perhitungan regresi

    dengan menggunakan OLS terhadap model penelitian adalah sebagai berikut.

    Sebelum krisis ekonomi :

    Konvergensi- = 0,31492 + 0,9832 Yio(0,8134) (0,0574)

    Keterangan : - Yio adalah PDRB riil per kapita awal.- Angka dalam kurung adalah nilai standard error.

    Setelah krisis ekonomi :

    Konvergensi- = -0,40830 + 1,0278 Yio(0,5774) (0,0404)

    Keterangan : - Yio adalah PDRB riil per kapita awal.- Angka dalam kurung adalah nilai standard error.

    Untuk lebih jelasnya hasil estimasi model tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

  • 25

    Tabel 5

    Hasil Regresi Konvergensi-

    Dengan Menggunakan OLSVariabel Bebas Variabel Terikat

    Growth Rate 93-96 Growth Rate97-03Konstanta Parameter

    Log (PDRB riil per kapita thn 1993)

    Log (PDRB riil per kapita thn 1997)

    R2 =R2 adjusted =S.E. of Regression =D.W. Statistic =

    0,31492(0,3872)0,9832(17,12)

    -

    -

    0,98320,9799

    0,057391,4163

    - 0,40830(-0,7072)

    -

    -

    1,0278(25,46)0,99230,9908

    0,040371,3514

    Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 2 dan 3)Catatan : Angka dalam kurung adalah t-statistic dari masing-masing estimasi

    koefisien.

    Dari Tabel 5 memperlihatkan hasil estimasi koefisien dari log PDRB riil per

    kapita menunjukkan arah positif dan signifikan secara statistik. Bahkan pada periode

    setelah terjadinya krisis ekonomi (tahun 1997-2003) nilai koefisien menjadi bertambah

    besar yaitu 1,027 bila dibandingkan dengan nilai koefisien sebelum terjadi krisis ekonomi

    yang hanya sebesar 0,98236. Dengan demikian berarti berlawanan dengan hipotesis yang

    diajukan dalam penelitian ini.

    Menurut hipotesis awal, seharusnya koefisien log PDRB riil per kapita awal

    memiliki arah negatif yang menunjukkan bahwa pemerataan pembangunan telah tercapai

    atau dengan kata lain proses konvergensi telah terjadi. Namun dalam penelitian ini,

    ternyata hasil yang diperoleh pada koefisien log PDRB riil per kapita awal adalah positif.

    Ini menunjukkan bahwa yang terjadi adalah pemerataan pembangunan belum dapat

    dicapai atau ketimpangan pembangunan masih cenderung melebar, sehingga masih

    berada pada proses divergensi.

  • 26

    Di dalam penelitian ini, pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan

    Uji Durbin-Watson (D-W test). Setelah dilakukan estimasi terhadap model penelitian,

    ternyata hasil estimasi model memiliki nilai D-W statistik (d) sebesar 1,4893 dan 1,5497.

    Karena nilai D W statistik (d) 1,4893 dan 1,5497 pada kedua periode sebelum dan

    setelah terjadi krisis, ternyata model tidak mengalami gejala korelasiseri, yaitu adanya

    korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series).

    Hal ini terlihat dari D-W (Durbin Watson) statistik (d) sebesar 1,4893 dan 1,5497 atau

    kedua nilai lebih besar dari nilai du=1,356. Ini artinya tidak terdapat korelasiseri karena

    D-W hitung lebih besar dari du (d>du).

    Analisis untuk periode sebelum maupun setelah krisis ekonomi dengan

    menggunakan satu variabel bebas yaitu PDRB per kapita awal yang telah diperoleh nilai

    koefisien- yang positif dan dan dapat dibuktikan signifikan secara statistik. Hal ini

    ditunjukkan oleh masing-masing nilai t-hitung =17,12 dan 25,46 lebih besar dari nilai t-

    tabel = 4,032 dengan tingkat signifikansi 99 % ( = 1%). Dengan demikian tidak terdapat

    gejala heteroskedastisitas didalam model sehingga model menjadi signifikan.

    Kecenderungan Konvergensi- atau Conditional Convergence

    Model konvergensi- dihitung dengan cara mencari nilai koefisien tingkat awal

    PDRB per kapita jika laju pertumbuhan per tahun PDRB per kapita diregresi terhadap

    tingkat awal PDRB per kapita dengan memadukan variabel eksogen yakni kondisi awal

    anggaran belanja daerah dalam hal ini adalah belanja rutin, Investasi swasta masyarakat

    awal, dan inflasi regional setiap kabupaten/kota di provinsi Sumatera Selatan.

  • 27

    Hasil perhitungan dengan model Konvergensi- untuk memberikan gambaran

    proses konvergensi di Sumatera Selatan dilakukan penelitian dengan jangka waktu 11

    tahun (tahun 1993-2003) menggunakan variabel bebas yaitu PDRB per kapita awal dan

    variabel lain seperti belanja rutin pemerintah daerah, investasi swasta daerah, dan inflasi

    regional. Masing-masing diregresi secara terpisah atau satu persatu, seperti yang

    ditunjukkan pada Tabel 5.4, Tabel 5.5, dan Tabel 6

    Tabel 6Hasil Estimasi Dengan OLS

    Dengan Model Konvergensi-(Tahun 1993-2003)

    Variabel Koefisien t-hitung t-tabel Signifikan

    KonstantaLog PDRB per kapitaLog Belanja Rutin

    -3,66880,878070,22685

    23,234,098

    3,7473,747

    S*S*

    R2 = 0,9928R2 adjusted = 0,9892DW-Statistik = 1, 4204Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 4)Keterangan : S = Signifikan

    Dari hasil regresi di atas, diperoleh persamaan sebagai berikut.

    Konvergensi- = -3,6688 + 0,87807 Yio + 0,22685 hio(1,461) (0,03780) (0,05536)

    Keterangan : - Yio adalah PDRB riil per kapita awal.- hio adalah Belanja Rutin.- Angka dalam kurung adalah nilai standard error.

    Menurut hipotesis awal, seharusnya koefisien log PDRB riil per kapita awal

    memiliki arah negatif dengan adanya kontribusi dari variabel belanja rutin pemerintah

    daerah awal periode sampel (tahun 1993). Dari hasil estimasi dapat ternyata dapat

    dijelaskan pula bahwa dengan estimasi koefisien dari log PDRB riil per kapita awal dan

  • 28

    log belanja rutin awal menunjukkan arah positif dan signifikan. Ini berarti dengan

    memasukkan variabel belanja rutin pada model ternyata proses konvergensi pada periode

    tahun 1993 sampai tahun 2003 belum terjadi atau dengan kata lain masih terjadi proses

    divergensi.

    Selanjutnya dengan menggunakan variabel investasi swasta pada modelKonvergensi- menghasilkan persamaan sebagai berikut.

    Konvergensi- = 1,7055 + 0,79662 Yio + 0,04939 hio(1,092) (0,07703)

    Keterangan : - Yio adalah PDRB riil per kapita awal.- hio adalah Investasi swasta.- Angka dalam kurung adalah nilai standard error.

    Untuk lebih jelasnya hasil estimasi model tersebut dapat dilihat pada tabel 7

    Tabel 7

    Hasil Estimasi Dengan OLSDengan Model Konvergensi-

    (Tahun 1993-Tahun 2003)Variabel Koefisien t-hitung t-tabel p-Value Signifikan

    KonstantaLog PDRB per kapitaLog Investasi swasta

    1,70550,796620,04939

    12,562,413

    2,7762,015

    0,0000,073

    S*S****

    R2 = 0,9847R2 adjusted = 0,9771DW-Statistik = 2,1031Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 5)Keterangan : S = Signifikan

    TS = Tidak SignifikanCatatan : * Menunjukkan signifikansi statistik pada derajat kepercayaan 99 %

    ** Menunjukkan signifikansi statistik pada derajat kepercayaan 98 %*** Menunjukkan signifikansi statistik pada derajat kepercayaan 95 %**** Menunjukkan signifikansi statistik pada derajat kepercayaan 90 %

    Pada Tabel 7 setelah diteliti dengan variabel lainnya seperti investasi swasta

    sebagai variabel eksogen pada estimasi dengan metode OLS menunjukkan arah positif

    dan signifikan secara secara statistik dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar dari t-tabel

  • 29

    pada tingkat signifikansi 99 % ( = 1%). Dengan pula dapat dibuktikan dengan

    menggunakan p-value yang dilakukan untuk menguji adanya gejala heteroskedastisitas

    dalam model yang akan mengakibatkan model menjadi tidak signifikan.

    Selanjutnya pada Tabel 8 setelah diteliti dengan variabel lainnya yaitu inflasi

    regional sebagai variabel eksogen pada estimasi dengan metode OLS menunjukkan arah

    positif dan tidak signifikan secara secara statistik dilihat dari nilai t-hitung yang lebih

    besar dari t-tabel pada tingkat signifikansi 99 % ( = 1%). Dengan pula setelah

    dibuktikan dengan menggunakan p-value yang dilakukan ternyata terdapat adanya gejala

    heteroskedastisitas dalam model sehingga mengakibatkan model menjadi tidak

    signifikan. Oleh karena itu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode

    Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasi adanya gejala heteroskedastisitas

    maupun autokorelasi pada model dengan kedua variabel penjelas yang berbeda tersebut.

    Nilai R2 adjusted adalah 0,9892 ; 0,9771; dan 0,9542. Hal ini menunjukkan

    bahwa proporsi variasi variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model mampu

    menjelaskan variabel-variabel terikat sebesar 98,92 persen ; 97,71 persen dan 95,42

    persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel diluar model. Nilai R2 yang tinggi ini

    memperlihatkan estimasi model yang dihasilkan dari penelitian ini cukup

    memperlihatkan keadaan yang sebenarnya (goodness of fit) atau cukup kuat untuk

    dipercaya. Pada Tabel 8 diuraikan mengenai hasil perhitungan regresi dengan

    memasukkan variabel inflasi regional ke dalam model konvergensi- yaitu sebagai

    berikut.

  • 30

    Tabel 8Hasil Estimasi Dengan OLS

    Dengan Model Konvergensi-(Tahun 1993-Tahun 2003)

    Variabel Koefisien t-hitung p-Value Signifikan

    KonstantaLog PDRB per kapitaLog Inflasi Regional

    1,96290,866170,07402

    11,070,0939

    0,0000,930

    S*TS

    R2 = 0,9694R2 adjusted = 0,9542DW-Statistik = 1, 4503Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 6)Keterangan : S = Signifikan

    TS = Tidak SignifikanSelanjutnya regresi dengan model Konvergensi- dihitung dengan cara

    memisahkan periode sebelum terjadi krisis ekonomi (tahun 1993-1996) dan periode

    setelah terjadi krisis ekonomi (tahun 1997-2003). Tujuannya untuk menganalisis proses

    konvergensi- dapat terjadi pada periode sebelum krisis atau bahkan sesudah krisis

    ekonomi tersebut. Hasil perhitungan regresinya dapat dilihat pada Tabel 9.

    Dari tabel 5.7. memperlihatkan hasil estimasi koefisien dari log PDRB riil per

    kapita menunjukkan arah positif dan signifikan secara statistik. Bahkan pada periode

    setelah terjadinya krisis ekonomi (tahun 1997-tahun 2003) nilai koefisien juga menjadi

    bertambah besar yaitu 1,0290 bila dibandingkan dengan nilai koefisien sebelum terjadi

    krisis ekonomi yang hanya sebesar 0,98530. Dengan demikian berarti masih berlawanan

    dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Kemudian apabila dianalisa

    mengenai koefisien log belanja rutin sebelum krisis ekonomi sebesar 0,13038 menjadi

    minus 0,00672 setelah krisis ekonomi terjadi dan secara statistik tidak signifikan. Ini

    menandakan bahwa krisis ekonomi sangat berpengaruh terhadap variabel belanja rutin

  • 31

    daerah sehingga mengakibatkan juga nilai koefisien log belanja rutin yang seharusnya

    bernilai positif menjadi negatif.

    Tabel 9Hasil Regresi Konvergensi-Dengan Menggunakan OLS

    Variabel Bebas Variabel TerikatGrowth Rate 93-96 Growth Rate97-03

    Dengan Belanja Rutin (X2)Konstanta Parameter

    Log PDRB riil/kapita th93 (X1)

    Log PDRB riil/kapita th97 (X1)

    Log Belanja Rutin th93 (X2)

    Log Belanja Rutin th97 (X2)

    R2 =R2 adjusted =S.E. of Regression X1 =S.E. of Regression X2 =D.W. Statistic =

    -2,8860(-1,614)0,98530(21,29)

    -

    -

    0,13038(1,924)

    -

    -

    0,99130,9869

    0,046270,067770,9550

    - 0,26152(-0,1923)

    -

    -

    1,0290(22,37)

    -

    -

    -0,67234E-02(-0,1226)

    0,99240,9886

    0,045990,054861,3126

    Dengan Investasi Swasta (X2)Konstanta Parameter

    Log PDRB riil/kapita th93 (X1)

    Log PDRB riil/kapita th97 (X1)

    Log Investasi Swasta th93 (X2)

    Log Investasi Swasta th97 (X2)

    R2 =R2 adjusted =S.E. of Regression X1 =S.E. of Regression X2 =D.W. Statistic =

    7,6423(2,861)0,05968(4,063)

    -

    -

    0,21864(4,063)

    -

    -

    0,81670,72500,1295

    0,053811,9392

    -0,42899(-0,7806)

    -

    -

    1,0049(23,55)

    -

    -

    0,013647(1,234)0,99450,9917

    0,042670,011061,5652

    Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 7, 8, 9 dan 10)Catatan : Angka dalam kurung adalah t-statistic dari masing-masing estimasi koefisien.

  • 32

    Selain variabel belanja rutin, maka variabel investasi swasta juga dapat dianalisis

    dengan melihat nilai koefisien log investasi swasta untuk melihat konvergensi- . Dari

    hasil estimasi koefisien dari log PDRB riil per kapita menunjukkan arah positif tetapi

    secara statistik tidak signifikan. Bahkan periode setelah terjadinya krisis ekonomi (tahun

    1997-tahun 2003) nilai koefisien menjadi bertambah besar yaitu 1,0049 dan signifikan

    secara statistik bila dibandingkan dengan nilai koefisien sebelum terjadi krisis ekonomi

    yang hanya sebesar 0,05968. Ini berarti juga berarti berlawanan dengan hipotesis yang

    diajukan dalam penelitian ini, proses konvergensi belum terjadi di Provinsi Sumatera

    Selatan. Sementara itu nilai R2 adjusted adalah 0,7250 dan 0,9945. Hal ini menunjukkan

    bahwa proporsi variasi variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model mampu

    menjelaskan variabel variasi terikat sebesar 72,50 persen dan 99,45 persen, sedangkan

    sisanya dijelaskan oleh variabel di luar model. Nilai R2 tertinggi ini memperlihatkan

    estimasi model yang dihasilkan dari penelitian ini cukup memperlihatkan keadaan yang

    sebenarnya (goodness of fit) atau cukup kuat untuk dipercaya. Analisis konvergensi-

    pada periode sebelum krisis dan sesudah krisis ekonomi juga dilakukan dengan

    memasukkan variabel inflasi regional. Untuk lebih jelasnya hasil estimasi model tersebut

    dapat dilihat pada Tabel 10

  • 33

    Tabel 10Hasil Regresi Konvergensi-Dengan Menggunakan OLS

    Variabel Bebas Variabel TerikatGrowth Rate 94-96 Growth Rate97-03

    Konstanta Parameter

    Log (PDRB riil per kapita thn 1994)

    Log (PDRB riil per kapita thn 1997)

    Log Inflasi Regional th94 (X2)

    Log Inflasi Regional th97 (X2)

    R2 =R2 adjusted =S.E. of Regression (X1)S.E. of Regression (X2)D.W. Statistic =

    0,25930(0,6109)0,98558(34,17)

    -

    -

    -0,99948E-03

    -

    0,99670,9951

    0,028850,029061,8254

    1,4177(-0,9824)

    -

    -

    0,90390(9,062)

    -

    -0,18569E-01

    0,95470,9321

    0,099750,042721,8940

    Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 11 dan 12)Catatan : Angka dalam kurung adalah t-statistic dari masing-masing estimasi

    koefisien.

    Dari hasil estimasi koefisien Yio menunjukkan arah positif dan signifikan. Nilai

    koefisien setelah krisis ekonomi menjadi lebih kecil daripada sebelum krisis ekonomi dari

    0,98558 menjadi 0,90390 dan signifikan secara statistik bila dilihat dari t-hitung yang

    lebih besar dari t-tabel= 4,604, df=4, ( = 1%). Sementara itu nilai koefisien log inflasi

    regional bernilai negatif dan secara statistik tidak signifikan. Ini berarti berlawanan

    dengan hipotesis dan variabel inflasi regional tidak mempunyai peranan yang berarti

    terhadap konvergensi-.

  • 34

    Indeks Pendapatan Per Kapita Kabupaten/Kota dan Provinsi

    Pada analisis sebelumnya telah diperoleh gambaran mengenai konvergensi

    ekonomi Provinsi Sumatera Selatan. Selanjutnya untuk melengkapi analisis terjadinya

    konvergensi pada setiap kabupaten/kota di Sumatera Selatan dapat digunakan indeks

    pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Selatan dan PDRB per kapita dengan migas

    kabupaten/kota. Dengan menggunakan variabel bebas (Independent) adalah tahun (T),

    dan variabel terikat (Dependent) adalah indeks pendapatan per kapita (I), yang

    dirumuskan sebagai berikut (Sulistijo, 2001 : 35).

    Iit = Yit x 100 Yit

    dimana :

    Iit = Indeks Pendapatan Per KapitaYit = PDRB Per Kapita Kabupaten i pada tahun ke tYit = PDRB Per Kapita Provinsi pada tahun ke tt = Tahun

    i = Kabupatern

    Untuk menunjukkan kapan tercapainya konvergensi PDRB di Provinsi Sumatera

    Selatan digunakan persamaan garis trend linier yang dinyatakan dengan (Supranto, 2000:

    224) :

    I = a + b T

    Tahun kode T mempunyai nilai-nilai yang berbeda untuk jumlah tahun ganjil dan

    tahun genap yaitu :

    Untuk tahun ganjil (n ganjil), nilai T-nya: ........-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ..........

    Untuk tahun ganjil (n ganjil), nilai T-nya: ........-3, -2, -1, 1, 2, 3, ..........

  • 35

    Dari data Gambar 5.1 dan Tabel 5.9 mengenai indeks pendapatan per kapita

    Sumatera Selatan dan PDRB per kapita dengan migas kabupaten/kota dapat diketahui

    bahwa :

    1. Kabupaten yang telah melampaui pendapatan per kapita provinsi surplus (3

    kabupaten/kota) :

    - Pada tahun 1993 angka banding indeks PDRB per kapita tertinggi terhadap indeks

    PDRB per kapita dengan angka yang terendah adalah sebesar 2,60, sedangkan

    pada tahun 1997 angka tersebut mengecil menjadi 2,11 kemudian pada tahun-

    tahun berikutnya mengalami peningkatan yang secara terus menerus hingga

    mencapai 2,53 pada tahun 2003. Indeks PDRB per kapita tersebut turun sebesar

    lebih kurang 2,11 pada tahun 1997, sebenarnya merupakan tren adanya

    konvergensi dari PDRB per kapita namun kemudian akhirnya dengan terjadi

    krisis ekonomi juga berpengaruh pada pendapatan per kapita sehingga

    menyebabkan angka banding indeks PDRB per kapita meningkat lagi. Hal ini

    menunjukkan adanya tren divergensi dari PDRB per kapita.

    - Sejak tahun 1993 kabupaten/kota yang telah mempunyai PDRB per kapita di atas

    PDRB per kapita provinsi adalah tiga kabupaten/kota yaitu Kabupaten Muara

    Enim, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kota Palembang.

    2. Kabupaten minus(PDRB per kapita di bawah PDRB per kapita provinsi) terdapat 4

    kabupaten:

    - Pada kurun waktu 1993-1998 terdapat 4 kabupaten yang sangat lambat

    peningkatan PDRB per kapitanya dan masih jauh di bawah PDRB per kapita

    provinsi yaitu k R2 adjusted Kabupaten OKU, OKI, dan Lahat. Untuk kabupaten

  • 36

    Musi Rawas tahun 1993-1996 justru mengalami penurunan pendapatan per kapita,

    kemudian berupaya untuk meningkat lagi namun belum stabil, bahkan pada tahun

    2003 indeks PDRB per kapita kabupaten Musi Rawas menjadi 78,17 lebih kecil

    dibandingkan dengan tahun 2002, dapat dilihat pada Tabel 5.9.

    Apabila dilihat PDRB per kapita dengan migas, disamping kabupaten/kota

    surplus yang telah melampaui PDRB per kapita provinsi, memasuki kurun waktu 10

    tahun mendatang, berdasarkan model regresi ekonometrik (Lihat tabel 5.9) diperoleh data

    bahwa konvergensi PDRB per kapita Kabupaten Musi Rawas akan terjadi pada tahun

    2010, Kabupaten Ogan Komering Ulu terjadi pada tahun 2030, sedangkan Kabupaten

    Lahat belum dapat diproyeksikan konvergensi PDRB per kapita akan terjadi karena hasil

    persamaan regresinya tidak dapat dihitung. Untuk Kabupaten Ogan Komering Ilir

    diproyeksikan bahwa konvergensi PDRB per kapita akan terjadi pada tahun 2129 yang

    akan datang, ditunjukkan pada Tabel 11

    Tabel 11 Indeks PDRB Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Di Sumatera Selatandi Sumatera Selatan Dengan Migas Tahun 1993-2003 (Persen)

    Tahun Kabupaten /KotaOKU OKI ME LAHAT MURA MUBA PLG SUMSEL

    1993 62,24 61,07 159,36 65,81 87,91 128,53 128,53 1001994 63,47 61,74 168,44 66,84 82,91 131,56 131,56 1001995 64,34 62,95 168,05 68,60 77,72 133,02 133,02 1001996 63,99 64,17 169,77 68,83 77,44 132,73 132,73 1001997 66,05 67,63 136,01 74,95 81,37 139,47 139,47 1001998 66,48 68,81 141,11 75,78 84,46 130,77 130,77 1001999 65,66 68,29 139,88 75,53 83,78 131,99 131,99 1002000 64,38 64,98 131,39 72,39 79,32 144,63 144,63 1002001 65,74 67,18 128,54 78,37 79,07 146,30 146,30 1002002 67,62 69,33 130,06 58,92 80,33 149,91 149,91 1002003 67,26 63,93 120,16 57,34 78,17 161,94 161,94 100

    Sumber : Diolah dariPDRB Per Kapita ADHK Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan

  • 37

    Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model ekonometrika dengan

    pendekatan kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares/OLS) dengan model adalah sebagai

    berikut:

    PESSt = 1 PAKt + 2 PTMt + 3 IPt + 4 ISt + 5 PTPt + 6 ISMt + UtSetelah dilakukan analisis data dengan bantuan program komputer Shazam

    ternyata dengan menggunakan variabel-variabel tersebut tidak menghasilkan nilai yang

    signifikan secara statistik bila dilihat dari nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel,

    sehingga kemudian digunakan variabel angkatan kerja, tingkat bunga pinjaman, investasi

    swasta dengan hasil estimasi yang terdapat pada Tabel 12

    Tabel 12

    Hasil Estimasi Faktor-faktor Yang mempengaruhiPertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan (Tahun 1994-2003)

    Variabel Koefisien t-hitung p-Value Signifikan

    KonstantaPAKIPISMY

    5,92860,87673E-05

    -0,51076-0,7852E-06

    3,3980,3525-1,4291,216

    0,0150,7370,2030,270

    TSTSTS

    R2 = 0,2732R2 adjusted = -0,0903DW-Statistik = 2,8325Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 1)Keterangan : S = Signifikan

    TS = Tidak Signifikan

    Uji Gejala Autokorelasi

    Gejala autokorelasi dalam model akan menyebabkan taksiran tidak efisien dan

    meningkatkan variasi dari taksiran dalam model dan kesalahan baku akan bias ke bawah

    (underestimated) (Ramanathan, 1995: 450).

  • 38

    Di dalam penelitian ini, pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan

    Uji Durbin Watson (D-W test). Setelah dilakukan estimasi terhadap model penelitian,

    ternyata hasil estimasi model memiliki nilai D-W statistik (d) sebesar 2,8325 pada selang

    kepercayaan = 5 persen. Ternyata hasil estimasi model n=10 dan k=3 memiliki nilai

    yaitu 2,016. Jika nilai d >du berarti tidak ada serial korelasi positif, karena D-W hitung

    lebih besar dari du (d > du) maka model tidak terdapat korelasi serial.

    Uji Gejala Heteroskedastisitas

    Adanya gejala heteroskedastisitas dalam model akan mengakibatkan model

    menjadi tidak signifikan. Untuk memperbaiki masalah ini, maka dapat dilakukan

    perbaikan estimasi model dengan menggunakan metode Cochrane-Orcutt

    (Ramanathan, 1995 : 462 464). Dengan menggunakan model tersebut diperoleh hasil

    akhir seperti pada Tabel 13

    Tabel 13Hasil Estimasi Faktor-faktor Yang mempengaruhi

    Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan (Tahun 1994-2003)Variabel Koefisien t-hitung p-Value Signifikan

    KonstantaPAKIPISMY

    6,63140,10532E-04

    -0,795200,14121E-05

    5,3850,4572-3,1122,877

    0,0020,646

    0,021***0,028***

    TSSS

    R2 = 0,5323R2 adjusted = 0,2985DW-Statistik = 2,2888Sumber : Hasil Penelitian 2005 (Lampiran 14)Keterangan : TS = Tidak Signifikan

    S = SignifikanCatatan: *** = Menunjukkan signifikansi statistik pada derajat kepercayaan 95%.

  • 39

    Tabel 13 memperlihatkan bahwa berdasarkan Uji F dan R2 model yang digunakan

    adalah cukup baik. Uji Fisher (F-Test) atau pengujian koefisien regresi secara serentak

    bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas yang digunakan dalam estimasi

    model secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

    terikat. Berdasarkan uji F dengan menggunakan tingkat signifikansi pada = 5 persen,

    variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model, yaitu variabel rasio investasi

    swasta masyarakat dinyatakan positif dan signifikan secara statistik berpengaruh pada

    pertumbuhan ekonomi, sedangkan tingkat bunga pinjaman dinyatakan negatif dan

    signifikan secara statistik berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan.

    Dari hasil perhitungan coeficient of determination (R2) sebesar 0,5323 artinya

    bahwa 53,23 persen variasi nilai variabel dependent (tingkat pertumbuhan) dijelaskan

    oleh semua variabel independent (investasi swasta dan tingkat bunga), sedangkan 46,77

    persen dijelaskan oleh variabel lain.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    beberapa kesimpulan antara lain:

    a. Kecenderungan konvergensi- belum terjadi di Sumatera Selatan. Nilai koefisien

    log PDRB riil per kapita awal menunjukkan tanda positif dan signifikan secara

    statistik.

    b. Pada periode sebelum krisis ekonomi dan setelah krisis ekonomi pada model

    konvergensi- bahwa hasil koefisien log PDRB riil per kapita menunjukkan arah

    positif dan signifikan secara statistik. Bahkan pada periode setelah terjadinya

  • 40

    krisis ekonomi (tahun 1997-tahun 2003) nilai koefisien menjadi bertambah besar.

    Dengan demikian berlawanan dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian

    ini, seharusnya koefisien log PDRB riil per kapita awal memiliki arah negatif.

    Namun dalam penelitian ini, ternyata hasil yang diperoleh pada koefisien log

    PDRB riil per kapita awal adalah positif. Ini menunjukkan bahwa yang terjadi

    adalah pemerataan pembangunan belum dapat dicapai atau ketimpangan

    pembangunan masih cenderung melebar, sehingga masih berada pada proses

    divergensi.

    c. Hasil analisis model konvergensi- dengan menggunakan variabel kontrol yaitu

    belanja rutin, investasi swasta, dan inflasi regional yang diregresi satu persatu,

    ternyata bahwa proses konvergensi pada periode tahun 1993 - 2003 belum terjadi

    atau dengan kata lain masih terjadi proses divergensi.

    d. Pada periode sebelum krisis tahun 1993-1996 Dari Tabel 5.7. memperlihatkan

    hasil estimasi koefisien dari log PDRB riil per kapita menunjukkan arah positif

    dan signifikan secara statistik. Bahkan pada periode setelah terjadinya krisis

    ekonomi (tahun 1997-2003) nilai koefisien juga menjadi bertambah besar bila

    dibandingkan dengan nilai koefisien sebelum terjadi krisis ekonomi. Dengan

    demikian berarti masih berlawanan dengan hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini.

    Saran

    Konvergensi ekonomi antar daerah di Sumatera Selatan cenderung belum dapat

    tercapai baik dianalisis dengan menggunakan model konvergensi- maupun model

    konvergensi-, apalagi bila dilihat dari periode setelah terjadi krisis ekonomi.

  • 41

    Berdasarkan temuan tersebut, maka disarankan yaitu adanya upaya untuk meningkatkan

    pembangunan di segala bidang termasuk sumber daya manusia supaya dapat menciptakan

    proses konvergensi ekonomi yang ditandai dengan pemerataan pembangunan dan

    pemerataan pendapatan.

    Dalam kaitan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

    ekonomi Sumatera Selatan seperti investasi swasta yang berpengaruh negatif terhadap

    pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan apalagi dalam upaya memulihkan perekonomian

    dari dampak krisis ekonomi disarankan kebijakan pemerintah daerah agar dapat

    memberikan perhatian dalam hal dorongan bagi swasta melakukan dan meningkatkan

    investasinya ke daerah-daerah yang meliputi penyediaan iklim usaha yang sehat dan

    aman, membantu usaha ekonomi kecil dan menengah dalam permodalan dan

    mempermudah prosedur perizinan.

    Untuk kabupaten-kabupaten minus yaitu kabupaten OKI, OKU, Lahat dan Musi

    Rawas, konvergensi ekonominya masih memerlukan waktu yang sangat panjang. Upaya

    tersebut dapat dilakukan melalui investasi pada sektor-sektor unggulan berdasarkan

    potensi daerah masing-masing sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.

    hasil ilmiah ini masih terbuka untuk kajian berikutnya bagi penelitian lain dengan

    menambah periode penelitian.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ardi, 2003, Prospek Konvergensi Ekonomi Antar Daerah Dalam Era Otonomi Khusus DiPropinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Tesis (Tidak Dipublikasikan), PPSUniversitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

  • 42

    Andres, J, Domenech R, Molinas Cesar, 1996, Growth and Convergence in OEDCCountries, Cambridge University Press, Cambridge.

    Arsyad, Lincolin, 1992, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta______________, 1993, Pengantar Perencanaan Ekonomi, Media Wedya, Mandala,

    Yogyakarta

    ______________, 1999, Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi Daerah,BPFE UGM, Yogyakarta.

    Bank Indonesia, 2005, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Vol.III No.2 Maret 2005,Palembang.

    Barro, Robert J, dan Xavier Sala-I-Martin, 1992, Convergence, Journal of PoliticalEconomy (April 1992): 223-251.

    Basri, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan Bagi KebangkitanIndonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.

    Boediono, 1992, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE- UGM, Yogyakarta.______________, 1996, Ekonomi Moneter, BP FE UGM, Yogyakarta.BPS, 1985, 1990, 1995, 2000, PDRB Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Selatan

    Menurut Lapangan Usaha 1989 200, Palembang.______________, 2004, Sumatera Selatan Dalam Angka 2003, Palembang.Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometrics, Bernard Baruch College City University

    of New York.

    ______________, 2003, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.Ismail, Munawar, 1995, Pertumbuhan dan Pemerataan : Analisa dan Bukti Empirik,

    Prisma No.1 Tahun XXIV, Januari, Jakarta.

    Jhingan, M.L, 1988, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, JakartaKuncoro, 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, FE-UGM Yogyakarta, Penerbit

    Erlangga, Jakarta.

    Kuncoro, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategidan Peluang, FE-UGM Yogyakarta, Penerbit Erlangga, Jakarta.

    Mankiw, G, 2003, Teori Makroekonomi, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.Panorama, Maya, 2002, Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Antar Daerah di Sumatera

    Selatan, Tesis (tidak dipublikasikan), PPS Universitas Sriwijaya.

  • 43

    Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan, 2000, Program Pembangunan Daerah(PROPEDA) Propinsi Sumatera Selatan 2000-2004, Pemerintah Propinsi SumateraSelatan, Palembang

    Quah, T.D, 1995, Regional convergence cluster across Europe, The ScandinavianJournal of Economics 95, No.4, Scandinavia.

    Ramanathan, Ramu, 1995, Introductory Econometries, The Dryden Press, Orlando,Florida.

    Richardson, W, 1973, Regional Growth Theory, Micmillan Press Ltd. London.Rosario G. M, Ruben G. M, 1999, Regional Economic Growth and Convergence in the

    Philippines, Philippine Institute for Development Studies, Philippina.Sjafrizal, 2002, Teori Pertumbuhan Ekonomi regional dan Metode Analisis, (Bahan

    Kuliah), Palembang.______________, 2002, Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Dalam Era Otonomi,

    (Bahan Kuliah), Medan 2002.Saldanha, J M, 1997, Growth and Convergence in Indonesia, Manuscript. Department of

    Economics, Havard University, Cambridge, MA 021138.______________, 2003, Pertumbuhan Regional dan Konvergensi di Indonesia, dalam

    Pangestu, Mari, Sjahrir, Perdana. Ari.A, 2003, 75 Tahun Suhadi Mangkusuwondo:Indonesia dan Tantangan Ekonomi Global, Centre for Strategic and InternationalStudies, Jakarta.

    Sukirno, Sadono, 1985, Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan DasarKebijaksanaan, LPFE, UI, Jakarta.

    ______________, 1994, Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, Penerbit PTRajaGrafindo Persada, Jakarta.

    Sulistijo, Ukar w, 2001, Konvergensi Ekonomi Antar Daerah Dalam Era Otonomi diIndonesia, Makalah disampaikan pada acara Konsultasi PDRB, Jakarta.

    Supranto, J, 2000, Statistik, Teori dan Aplikasi, Jilid I, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga,Jakarta.

    Susanti, H., Moh.Iksan dan Widyanti, 2000, Indikator-indikator Makro Ekonomi, EdisiKedua, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

  • 44

    Tambunan, Tulus, 2003, Perekonomian Indonesia, Beberapa Masalah Penting, EdisiPertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

    Tarwiyanto, Junaidi, 1998, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PertumbuhanEkonomi Sumatera Selatan, Tesis (Tidak Dipublikasikan), PPS, UniversitasSyiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

    ------------------------, 2004, Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional: StudiKasus Di Sumatera Selatan Tahun 1993-2003, Disertasi (Tidak Dipublikasikan),PPS, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

    Todaro, Michael, 2000, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Ghalia Indonesia,Jakarta.

    --------------------, 2004, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Ghalia Indonesia,Jakarta.

    Wibisono, Yusuf, 2003, Konvergensi di Indonesia, Beberapa Temuan Awal danImplikasinya, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol.51 (1), LPEM,Jakarta.