BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kesehatan manusia. Dalam Undang-undang no 23 tahun 1992 dijelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Atas dasar definisi kesehatan tersebut, dapat dikatakan bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan dan unsur utama dalam terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Masalah gangguan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kesehatan jiwa yang menjadi perhatian dan dikategorikan dalam gangguan psikis yang paling serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti kesulitan dalam merawat diri sendiri, bekerja atau bersekolah, memenuhi kewajiban peran, dan membangun hubungan yang dekat dengan seseorang (Jeste & mueser, 2008). Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata 0,85%) dengan angka insidensi skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per tahun (Sinaga, 2007). Riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan angka kejadian skizofrenia di Indonesia adalah 4,6 per 1000 penduduk meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 1-3 per 1000 penduduk (Menteri Kesehatan RI, 2010). .

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kesehatan manusia.

Dalam Undang-undang no 23 tahun 1992 dijelaskan bahwa kesehatan adalah

keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang dapat

hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Atas dasar definisi kesehatan tersebut,

dapat dikatakan bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari kesehatan dan unsur utama dalam terwujudnya kualitas hidup manusia yang

utuh.

Masalah gangguan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah

yang sangat serius. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kesehatan jiwa

yang menjadi perhatian dan dikategorikan dalam gangguan psikis yang paling

serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam

melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti kesulitan dalam merawat diri

sendiri, bekerja atau bersekolah, memenuhi kewajiban peran, dan membangun

hubungan yang dekat dengan seseorang (Jeste & mueser, 2008). Skizofrenia

mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata 0,85%) dengan

angka insidensi skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per tahun (Sinaga, 2007).

Riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan angka kejadian skizofrenia di

Indonesia adalah 4,6 per 1000 penduduk meningkat dari tahun sebelumnya yang

hanya 1-3 per 1000 penduduk (Menteri Kesehatan RI, 2010).

.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

2

Pada pasien skizofrenia terjadi pemisahan antara pikiran, emosi, dan

perilaku. Gejala yang timbul pada setiap penderita skizofrenia sangat beragam,

diantaranya adalah ketidakmampuan dalam berkomunikasi, kognitif, berbahasa,

daya ingat, emosi dan ketidakmampuan dalam adaptasi sosial.

Obat antipsikotik telah menjadi terapi farmakologi utama untuk

skizofrenia sejak 1950-an. Antipsikotik dapat digunakan untuk mengatasi

skizofrenia dengan gejala halusinasi, delusi, dan untuk pencegahan keterulangan

(British Medical Association, 2004). Terapi skizofrenia dengan menggunakan

obat antipsikotik dibagi dalam 3 episode, yaitu terapi awal selama 7 hari pertama,

terapi stabilisasi selama 6-8 minggu dan terapi penjagaan selama 12 bulan setelah

membaiknya episode pertama psikotik, sedangkan untuk pasien dengan episode

akut yang multiple sebaiknya terapi penjagaan dilakukan minimal selama 5 tahun

(Crismon dkk., 2008).

Skizofrenia memerlukan terapi pemberian antipsikotik dalam jangka

waktu yang cukup lama, sehingga sangat mungkin dalam proses pengobatan dapat

ditemukan permasalahan dalam penggunaan antipsikotik. Beberapa jurnal ilmiah

menyatakan hubungan antara penggunaan antipsikotik terutama antipsikotik

atipikal dengan efek samping metabolik pada tingkat yang bervariasi dari

penambahan berat badan, dislipidemi dan risiko terhadap diabetes tipe 2.

Perubahan fisik seperti berat badan, perubahan kadar kolesterol maupun gula

darah bisa menjadi indikasi efek samping metabolik pada pasien yang diobati

dengan antipsikotik ini. Berdasarkan penelitian epidemiologi, cross-sectional, dan

prospektif menyatakan jika antipsikotik terutama antipisikotik atipikal

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

3

menyebabkan peningkatan secara drastis berat badan dan perubahan metabolik

seperti peningkatan glukosa darah puasa, resistensi insulin dan trigliserida (Teff &

Kim, 2011). Potensi munculnya efek samping ini bisa dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti dosis, pola dan durasi penggunaan antipsikotik, serta kerentanan

seseorang terhadap munculnya efek samping ini juga berbeda-beda. Hingga saat

ini belum ada penelitian yang melihat gambaran munculnya efek samping ini

terutama pengaruhnya terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien

skizofrenia yang menggunakan antipsikotik dengan berbagai aturan penggunaan

yang biasa digunakan di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia. Sehingga penelitian ini

perlu dilakukan terutama untuk melihat potensi munculnya efek samping ini pada

pasien yang menggunakan kombinasi antipsikotik tipikal dan atipikal.

Rumah sakit Grhasia merupakan rumah sakit pemerintah yang secara

khusus menangani penyakit kejiwaan di provinsi DIY. Skizofrenia merupakan

salah satu penyakit kejiwaan yang ditangani di rumah sakit tersebut, dan

memiliki prevalensi lebih tinggi dibanding penyakit kejiwaan lain. Selain itu,

penelitian tentang evaluasi efek samping obat berupa hiperglikemia akibat

penggunaan kombinasi antipsikotik tipikal dan atipikal belum pernah dilakukan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Grhasia DIY dan diharapkan hasil penelitian ini

nantinya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dan evaluasi dalam terapi

pada pasien.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

4

B. Rumusan Masalah

Adakah perubahan kadar glukosa darah yang terjadi pada pasien

skizofrenia sebagai efek samping dari penggunaan kombinasi obat antipsikotik

tipikal dan atipikal di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta

selama periode penelitian Februari-April 2013 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui potensi munculnya efek samping penggunaan

kombinasi obat antipsikotik tipikal dan atipikal terhadap kadar glukosa darah

pasien skizofrenia di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Yogyakarta selama periode penelitian Februari-April 2013.

2. Tujuan khusus

Mengetahui adanya kenaikan kadar glukosa darah yang terjadi pada

pasien skizofrenia sebagai efek samping penggunaan kombinasi obat

antipsikotik tipikal dan atipikal di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa

Grhasia Yogyakarta selama periode penelitian Februari-April 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran informasi

terkait risiko sindrom metabolik terutama pengaruhnya terhadap kadar

glukosa darah sebagai efek samping dari penggunaan kombinasi antipsikotik

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

5

tipikal dan tipikal pada pasien skizofrenia. Selain itu juga untuk menjawab

permasalahan peneliti.

2. Bagi rumah sakit

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat perubahan kadar glukosa

darah yang timbul sebagai efek samping dari penggunaan antipsikotik tipikal

dan atipikal pengobatan pada pasien skizofrenia sehingga dapat dijadikan

sebagai dasar pertimbangan dan evaluasi dalam terapi pada pasien

skizofrenia.

3. Bagi institusi pendidikan

Menjadi sumber referensi yang dapat membantu penelitian

selanjutnya guna perkembangan terapi pada pasien skizofrenia

E. Tinjauan Pustaka

1. Skizofrenia

a. Definisi

Skizofrenia secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani

yaitu schizo yang berarti ‘terpotong’ atau ‘terpecah’ dan phren yang

berarti pikiran, sehingga skizofrenia berarti pikiran yang terpecah

(Veague, 2007). Arti dari kata-kata tersebut menjelaskan tentang

karakteristik utama dari gangguan skizofrenia, yaitu pemisahan antara

pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang mengalaminya. Definisi

skizofrenia yang lebih mengacu kepada gejala kelainannya adalah

gangguan psikis yang ditandai oleh penyimpangan realitas, penarikan diri

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

6

dari interaksi sosial, juga disorganisasi persepsi, pikiran, dan kognisi

(Wiramihardja, 2007).

Dalam DSM-IV, skizofrenia didefinisikan sebagai sekelompok ciri

dari gejala positif dan negatif, ketidakmampuan dalam fungsi sosial,

pekerjaan ataupun hubungan antar pribadi, dan menunjukkan terus gejala-

gejala ini selama paling tidak enam bulan. Referensi lain juga

menyebutkan bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan yang

mencakup gejala kelainan kekacauan pada isi pikiran, bentuk pikiran,

persepsi, afeksi, perasaan terhadap diri sendiri, motivasi, perilaku, dan

fungsi interpersonal (Halgin & Whitboume, 1997). Berdasarkan definisi-

definisi yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia

adalah salah satu jenis kelainan mental yang mengacaukan hampir seluruh

fungsi manusia yang mencakup fungsi berpikir, persepsi, emosi, motivasi,

perilaku, dan sosial.

b. Epidemiologi

Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di

dunia (rata-rata 0,85%) dengan angka insidensi skizofrenia adalah 1 per

10.000 orang per tahun (Sinaga, 2007). Riset kesehatan dasar tahun 2007

melaporkan angka kejadian skizofrenia di Indonesia adalah 4,6 per 1000

penduduk meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 1-3 per 1000

penduduk (Menteri Kesehatan RI, 2010).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

7

Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan budaya

adalah sama. Perempuan cenderung mengalami gejala yang lebih ringan,

lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas

dibandingkan dengan laki-laki (Sinaga, 2007). Onset skizofrenia pada laki-

laki terjadi lebih awal dari pada wanita. Onset puncak pada laki-laki terjadi

pada umur 15-24 tahun sedangkan pada wanita terjadi pada usia 25-35

tahun. Skizofrenia jarang terjadi pada penderita sebelum remaja atau

setelah umur 40 tahun. Prevalensinya 8 x lebih besar pada tingkat sosial

ekonomi rendah dari pada tinggi (Ikawati, 2009).

Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-

rata kematian orang yang menderita skizofrenia lebih tinggi dibandingkan

dengan populasi umum. Tingginya angka kematian berkaitan dengan gaya

hidup yang tidak sehat, efek samping obat yang menyebabkan status

kesehatan yang menurun, dan juga kondisi buruk di institusi perawatan

yang berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka penyakit

menular.

c. Etiologi

Skizofrenia disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab skizofrenia

telah diselidiki dan menghasilkan beraneka ragam pandangan. Sebagian

besar ilmuwan meyakini bahwa skizofrenia adalah penyakit biologis yang

disebabkan oleh faktor – faktor genetik, ketidakseimbangan kimiawi di

otak, atau abnormalitas dalam lingkungan prenatal. Berbagai peristiwa

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

8

stress dalam hidup dapat memberikan kontribusi pada perkembangan

skizofrenia pada mereka yang telah memiliki predisposisi pada penyakit

ini.

Penyebab munculnya skizofrenia terbagi menjadi berbagai

pendekatan seperti pendekatan biologis, teori psikogenik, dan pendekatan

gabungan atau stree-vulnerability model.

1) Pendekatan biologis

Pada pendekatan biologis menyangkut faktor genetik, struktur

otak, dan proses biokimia sebagai penyebab skizofrenia (Halgin dkk.,

1997).

a) Teori genetik

Teori ini menekankan pada ekspresi gen yang bisa

menyebabkan gangguan mental. Hasil dari beberapa penelitian

menunjukan bahwa faktor genetik sangat berperan dalam

perkembangan skizofrenia, dimana ditemukan hasil bahwa

skizofrenia cenderung menurun dalam keluarga. Hal ini

dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan National Institute of

Mental Health (NIMH) pada keluarga penderita skizofrenia yang

menyatakan bahwa skizofrenia muncul pada 10% populasi yang

memiliki keluarga dengan riwayat skizofrenia seperti orang tua

dan saudara kandung. Berdasarkan American Journal of Medical

Genetiks, menyatakan bahwa apabila kedua orang tuanya

mengidap skizofrenia, maka kemungkinan anaknya mengalami

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

9

skizofrenia adalah sebesar 40%. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa semakin dekat hubungan biologis dengan individu yang

sakit, maka semakin besar juga kemungkinan seseorang

menderita skizofrenia (Semiun, 2006).

Beberapa tahun terakhir telah diteliti mengenai gen yang

spesifik berkontribusi terhadap timbulnya skizofrenia. Gen-gen

tersebut di antaranya adalah Disrupted in Schizophrenia (DISC),

G-Protein Signalling-4 (RGS4), Prolyne Dehidrogenase

(PRODH), dan Neuregulin-1 (NRG-1) (Dawe dkk., 2009 ;

Harrison & Owen, 2003). Dengan adanya kelainan gen-gen

tersebut maka akan berpengaruh terhadap sintesis protein,

misalnya akan menyebabkan disfungsi protein yang membentuk

kompleks reseptor NMDA. Tentu saja hal ini akan menyebabkan

hipofungsi reseptor NMDA yang pada akhirnya akan

menyebabkan timbulnya gejala-gejala psikosis (Dawe, 2009).

Hasil penelitian lain menunjukkan proporsi yang tinggi

dari orang-orang skizofrenia mengalami masalah dengan suatu

gen khusus pada kromosom 5 (Semiun, 2006). Hal ini menjadi

logis karena gen ini mempengaruhi dopamin dan reseptor

dopamin yang berperanan penting dalam timbulnya simptom

skizofrenia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lebih dari satu

gen dapat menyebabkan gangguan skizofrenia.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

10

Pengaruh genetik tidak sesederhana itu, lingkungan

individu merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap

proses perkembangan skizofrenia. Ada kemungkinan jika

individu-individu yang hubungannya lebih erat memiliki

lingkungan yang sama. Dengan begitu, tidak bisa disimpulkan

dengan pasti mengenai satu dasar genetik pada skizofrenia. Selain

itu juga, faktor-faktor genetik tidak dapat menjelaskan semua

kasus skizofrenia. Dapat dikatakan jika gen-gen tersebut hanya

meningkatkan kerentanan seseorang untuk menjadi seorang

dengan skizofrenia.

b) Teori neurostruktural

Berdasarkan pemeriksaan MRI dan CT scan otak pada

orang-orang dengan skizofrenia menunjukkan ada tiga tipe

abnormalitas struktural, yaitu pembesaran pada ventrikel otak,

atrofi kortikal, dan asimetri serebral yang terbalik (reversed

cerebral asimetry) (Semiun, 2006).

(1) Pembesaran pada ventrikel otak

Ventrikel adalah rongga atau saluran otak tempat

cairan serebrospinal mengalir, diperkirakan pada pasien

skizofrenia terjadinya pembesaran pada daerah ini hingga 20

hingga 50%. Kerusakan pada ventrikel berhubungan dengan

skizofrenia kronis dan simptom negatif (Semiun, 2006).

Struktur otak yang tidak normal seperti pembesaran ventrikel

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

11

otak diyakini menyebabkan tiga sampai empat orang yang

mengalaminya menderita skizofrenia (Nevid dkk., 2005).

Pembesaran ventrikel otak ini menyebabkan otak

kehilangan sel–sel otak, sehingga otak akan mengecil

ukurannya dibandingkan otak yang normal.

Gambar 1. Pembesaran ventrikel otak pada pasien skizofrenia (Stefan dkk., 2002)

(2) Atrofi kortikal

Pendapat lain menyatakan bahwa skizofrenia dapat

terjadi pada seseorang yang kehilangan jaringan otak yang

bersifat degeneratif atau progresif, kegagalan otak untuk

berkembang normal, dan juga karena infeksi virus pada otak

ketika masa kandungan (Nevid dkk., 2005). Atrofi juga

menyebabkan kerusakan suci yang menutupi selaput otak

atau pembesaran celah antara bagian-bagian otak. Sebanyak

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

12

20 hingga 35% orang dengan skizofrenia mengalami kelainan

ini (Semiun, 2006).

(3) Asimetri serebral yang terbalik (reversed cerebral asimetry)

Pada orang normal, sisi kiri otak lebih besar daripada

sisi kanan, tetapi kondisi yang terbalik terjadi pada orang-

orang dengan skizofrenia. Padahal otak kiri bertanggung

jawab dalam kemampuan bahasa, sedangkan otak kanan

bertanggung jawab dalam kemampuan spasial. Hal ini

menyebabkan perbedaan dalam memahami masalah-masalah

kognitif pada pasien skizofrenia.

Abnormalitas pada struktur otak pada pasien

skizofrenia, seperti pengurangan massa otak karena

pembesaran ventrikel otak mungkin dapat mempengaruhi

dalam produksi neurotransmitter yang terlibat dalam

skizofrenia dan menentukan simptom-simptom yang nantinya

akan muncul. Selain itu, kemungkinan lain yang diungkapkan

adalah pengurangan massa otak ini dapat menyebabkan

pegurangan ukuran dari daerah-daerah otak yang penting

untuk fungsi normal (Semiun, 2006). Namun, masih

dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

kepastian teori-teori ini.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

13

c) Teori biokimia

Pada teori biokimia, dikenal hipotesis dopamin dan

serotonin-glutamat. Overaktivitas reseptor dopamin saraf pada

jalur mesolimbik bisa menyebabkan timbulnya gejala positif,

sedangkan penurunan aktivitas dopamin neuron pada jalur

mesokortek di dalam kortek prefrontalis bisa menyebabkan gejala

negatif. Pada teori glutamat disebutkan bahwa, penurunan kadar

glutamat akan menyebabkan penurunan regulasi reseptor N-

methyl-D-aspartate (NMDA) dan menyebabkan gejala-gejala

psikotik serta defisit kognitif (Dawe, 2009).

Banyak literatur yang menyatakan hubungan peningkatan

aktivitas dari neurotransmiter dopamin dengan skizofrenia.

Tingginya konsentrasi dopamin yang ditemukan di daerah korteks

pada lobus frontalis berperan dalam mengintegrasikan fungsi

manusia (Semiun, 2006). Konsentrasi dopamin yang tinggi

menyebabkan aktivitas neurologis yang tinggi dalam otak,

sehingga memunculkan simptom-simptom skizofrenia. Tingginya

aktivitas dopamin menyebabkan rangsangan yang tinggi pada

daerah khusus pada otak, rangsangan tersebut mengganggu fungsi

kognitif yang kemudian mengakibatkan halusinasi dan delusi.

Penjelasan ini yang mengemukakan hubungan antara faktor

biokimiawi dan faktor kognitif.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

14

Ada tiga faktor yang mungkin menjadi penyebab

tingginya aktivitas dopamin (Semiun, 2006).

(1) Konsentrasi dopamin yang tinggi

(2) Sensitivitas yang tinggi dari reseptor dopamin

(3) Jumlah reseptor dopamin yang terdapat pada sinapsis

Pada orang dengan skizofrenia ditemukan memiliki

jumlah reseptor dopamin yang lebih banyak daripada orang

normal. Penurunan drastis jumlah reseptor dopamin pada laki-

laki terjadi pada usia antara 30-50 tahun, sedangkan pada

perempuan penurunan jumlah reseptor terjadi perlahan-perlahan

(Wong dkk., 1986). Teori ini dapat menjadi penjelasan mengenai

perbedaan onset yang terjadi pada laki-laki dan perempuan.

2) Teori psikogenik

Teori psikogenik, yaitu skizofrenia sebagai suatu gangguan

fungsional dan penyebab utama adalah konflik, stress psikologik dan

hubungan antar manusia yang mengecewakan.

3) Stress-Vulnerability Model

Pendekatan ini meyakini bahwa orang – orang tertentu yang

memiliki kerentanan genetis terhadap skizofrenia akan memunculkan

gejala skizofrenia jika mereka hidup dalam lingkungan yang penuh

dengan stress (Semiun, 2006). Peristiwa dalam hidup dapat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

15

memberikan kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka

yang telah memiliki predisposisi pada penyakit ini.

d. Gejala skizofrenia

Skizofrenia ditandai oleh gejala positif, negatif, dan kognitif.

Gejala positif mencakup delusi, halusinasi, disorganisasi pikiran,

pembicaraan, dan perilaku.

1) Delusi yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun telah

dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional,

namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

2) Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan.

Penderita skizofrenia merasa melihat, mendengar, mencium,

meraba atau menyentuh sesuatu yang tidak ada.

3) Disorganisasi pikiran dan pembicaraan meliputi tidak runtutnya

pola pembicaraan dan penggunaan bahasa yang tidak lazim pada

orang dengan skizofrenia. Gangguan berpikir pada skizofrenia

biasa disebut sebagai gangguan berpikir formal yang ditandai oleh

kecenderungan untuk melompat dari satu topik ke topik lain ketika

berbicara. Orang dengan skizofrenia seringkali menjawab dengan

sedikit sekali hubungannya dengan pertanyaan yang diajukan.

4) Disorganisasi perilaku meliputi aktivitas psikomotor yang tidak

biasa dilakukan orang normal, seperti gaduh, gelisah, tidak dapat

diam, mondar-mandir, agresif.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

16

5) Gejala lain yang biasanya muncul adalah seperti pikirannya penuh

dengan kecurigaan atau seakan – akan ada ancaman terhadap

dirinya dan juga menyimpan rasa permusuhan.

Pada gejala negatif ditandai dengan saffective flattening, alogia dan

avolition.

1) Affective flattening adalah suatu gejala dimana seseorang hanya

menampakkan sedikit reaksi emosi terhadap stimulus, sedikitnya

bahasa tubuh dan sangat sedikit melakukan kontak mata. Hal ini

bukan berarti orang dengan skizofrenia kurang atau tidak

merasakan emosi, orang dengan skizofrenia tetap saja merasakan

emosi namun tidak mampu mengekspresikannya.

2) Alogia adalah kurangnya kata pada seseorang sehingga dianggap

tidak responsif dalam suatu pembicaraan. Orang dengan

skizofrenia seringkali tidak memilki inisiatif untuk berbicara

kepada orang lain bahkan merasa takut berinteraksi dengan orang

lain sehingga sering menarik diri dari lingkungan sosial.

3) Avolition adalah kurangnya inisiatif pada seseorang seakan-akan

orang tersebut kehilangan energi untuk melakukan sesuatu.

Gejala ketiga adalah gejala kognitif yang melibatkan masalah

memori dan perhatian. Gejala ini mungkin yang paling mengganggu pada

pasien skizofrenia karena mempengaruhi kemampuan penderita untuk

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

17

melakukan tugas sehari-hari seperti masalah dalam memahami informasi

dan menentukan pilihan, kesulitan dalam memberikan perhatian, dan

masalah ingatan.

e. Klasifikasi skizofrenia

Skizofrenia dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut

PPDGJ III tahun 1993, yaitu :

1) Skizofrenia paranoid (F 20. 0)

a) Memenuhi kriteria skizofrenia

b) Halusinasi dan / waham harus menonjol : halusinasi

auditori yang memberi perintah atau auditorik yang

berbentuk tidak verbal; halusinasi pembauan atau

pengecapan rasa atau bersifat seksual;waham dikendalikan,

dipengaruhi, pasif atau keyakinan dikejar-kejar

c) Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan

serta gejala katatonik relative tidak ada.

2) Skizofrenia hebefrenik (F 20. 1)

a) Memenuhi kriteria skizofrenia

b) Pada usia remaja dan dewasa muda (15-25 tahun)

c) Kepribadian premorbid : pemalu, senang menyendiri

d) Gejala bertahan 2-3 minggu

e) Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan

proses pikir umumnya menonjol. Perilaku tanpa tujuan, dan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

18

tanpa maksud. Preokupasi dangkal dan dibuat-buat

terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak.

f) Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat

diramalkan, mannerism, cenderung senang menyendiri,

perilaku hampa tujuan, dan hampa perasaan

g) Afek dangkal (shallow) dan tidak wajar (in appropriate),

cekikikan, puas diri, senyum sendiri, atau sikap tinggi hati,

tertawa menyeringai, mengibuli secara bersenda gurau,

keluhan hipokondriakal, ungkapan kata diulang-ulang

h) Proses pikir disorganisasi, pembicaraan tak menentu,

inkoheren

3) Skizofrenia katatonik (F 20. 2)

a) Memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia

b) Stupor (amat berkurang reaktivitas terhadap lingkungan,

gerakan, atau aktivitas spontan) atau mutisme

c) Gaduh-gelisah (tampak aktivitas motorik tak bertujuan

tanpa stimuli eksternal)

d) Menampilkan posisi tubuh tertentu yang aneh dan tidak

wajar serta mempertahankan posisi tersebut

e) Negativisme (perlawanan terhadap perintah atau melakukan

ke arah yang berlawanan dari perintah)

f) Rigiditas (kaku)

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

19

g) Flexibilitas cerea (waxy flexibility) yaitu mempertahankan

posisi tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar

h) Command automatism (patuh otomatis dari perintah) dan

pengulangan kata-kata serta kalimat

i) Diagnosis katatonik dapat tertunda jika diagnosis

skizofrenia belum tegak karena pasien yang tidak

komunikatif

4) Skizofrenia tak terinci atau undifferentiated (F 20. 3)

a) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofernia

b) Tidak paranoid, hebefrenik, katatonik

c) Tidak memenuhi skizofren residual atau depresi pasca-

skizofrenia

5) Skizofrenia pasca-skizofrenia (F 20. 4)

a) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofernia selama 12

bulan terakhir ini

b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak

lagi mendominasi gambaran klinisnya)

c) Gejala – gejala depresif menonjol dan mengganggu,

memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif

(F32.-), dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2

minggu.

Apabila pasien tidak menunjukkan lagi gejala skizofrenia,

diagnosis menjadi episode depresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

20

masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari

subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0 - F20.3).

6) Skizofrenia residual (F 20. 5)

a) Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya

perlambatan psikomotorik, aktifitas yang menurun, afek yang

menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan

dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal

yang buruk sperti dalam ekspresi muka, kontak mata,

modulasi suara dan posisi tubuh, erawatan diri dan kinerja

sosial yang buruk.

b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas

dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis

skizofrenia;

c) Sedikitnya sudah melewati kurun waktu satu tahun dimana

intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan

halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul

sindrom “negatif” dari skizofrenia;

d) Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik

lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat

menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

21

7) Skizofrenia simpleks (F 20. 6)

a) Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara

meyakinkan karena tergantung pada pemantapan

perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

(1) Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia

residual tanpa didahului riwayat halusinasi,

waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik

(2) Disertai dengan perubahan – perubahan perilaku

pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai

kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat

sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri

secara sosial.

b) Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan

subtipe skizofrenia lainnya.

8) Skizofrenia lainnya (F.20.8)

Termasuk skizofrenia chenesthopathic (terdapat suatu

perasaan yang tidak nyaman, tidak enak, tidak sehat pada bagian

tubuh tertentu), gangguan skizofreniform YTI.

9) Skizofrenia tak spesifik (F.20.7)

Merupakan tipe skizofrenia yang tidak dapat diklasifikasikan

kedalam tipe yang telah disebutkan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

22

f. Diagnosis

Diagnosis skizofrenia yang biasa digunakan adalah berdasarkan

DSM-IV.

Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM-IV :

1) Gejala Karakteristik : dua atau lebih gejala berikut ini yang muncul

dalam jangka waktu yang signifikan dalam periode 1 bulan, yaitu :

a) Delusi (waham, keyakinan yang kuat terhadap sesuatu yang

sebenarnya tidak nyata)

b) Halusinasi (seperti mendengar suara-suara atau melihat

sesuatu yang sebenarnya tidak ada)

c) Cara bicara tak teratur

d) Tingkah laku yang tak terkontrol

e) Gejala negatif, yaitu afek datar, alogia, atau tidak ada

kemauan (avolition)

Catatan : jika wahamnya bersifat aneh/ganjil, atau halusinasinya

terdiri dari suara-suara yang mengomentari orang itu atau suara-

suara yang berbicara satu sama lain, maka satu gejala karakteristik

saja cukup untuk mendiagnosa skizofrenia.

2) Disfungsi sosial/pekerjaan : adanya gangguan terhadap fungsi

sosial atau pekerjaan untuk jangka waktu yang signifikan.

3) Durasi : tanda gangguan terjadi secara terus menerus selama enam

bulan, yang merupakan gejala karakteristik seperti pada poin 1.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

23

4) Gejala psikotik bukan disebabkan karena gangguan mood seperti

pada bipolar.

5) Gejala psikotik bukan disebabkan karena penggunaan obat atau

kondisi medik tertentu.

g. Penatalaksanaan skizofrenia

Tujuan utama dari terapi skizofrenia adalah mengembalikan fungsi

normal pasien dan mencegah kekambuhan penyakitnya. Tidak ada

pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia.

Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada

pasien. Terapi yang bisa dilakukan pada penderita skizofrenia meliputi

terapi farmakologi dan non farmakologi.

1) Terapi farmakologi

Obat-obatan yang biasa digunakan pada terapi farmakologi

pada pasien skizofrenia adalah golongan obat antipsikotik. Pada

awalnya, obat antipsikotik hanya digunakan saat episode akut saja,

namun selanjutnya digunakan juga untuk mencegah risiko

kekambuhan. Oleh karena itu, obat antipsikotik ini digunakan

dalam jangka waktu yang lama karena memang berfungsi untuk

terapi pemeliharaan. Selain untuk mencegah kekambuhan,

antipsikotik juga berguna untuk mengurangi gejala.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

24

2) Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi pada penderita skizofrenia meliputi

pendekatan psikososial dan ECT (electro convulsive therapy).

Peningkatan kualitas hidup dan kesembuhan pasien skizofrenia

akan lebih baik jika diberikan juga terapi non farmakologi

disamping terapi obat. Kombinasi kedua terapi ini akan mampu

memberikan manfaat yang banyak bagi pasien. Pendekatan

psikososial bertujuan untuk memberikan dukungan emosional

kepada pasien sehingga pasien mampu meningkatkan fungsi sosial

dan pekerjaannya dengan lebih baik. Ada beberapa jenis

pendekatan psikososial yang biasa dilakukan pada pasien

skizofrenia, diantaranya yaitu Program for Assertive Community

Treatment (PACT), intervensi keluarga, terapi perilaku kognitif

(cognitive behavioural therapy), dan pelatihan keterampilan sosial

(Ikawati, 2011). Selain pendekatan psikososial, ada juga terapi non

farmakologi menggunakan ECT (electro convulsive therapy).

Penggunaan ECT yang dikombinasi dengan obat-obatan

antipsikotik bisa dijadikan pilihan terapi bagi pasien yang

menginginkan perbaikan umum dan pengurangan gejala dengan

cara yang cepat (Tharyan, 2005).

Sasaran terapi pada pasien skizofrenia bervariasi berdasarkan fase

dan keparahan penyakitnya. Pada fase akut, sasarannya adalah mengurangi

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

25

atau menghilangkan gejala psikotik dan meningkatkan fungsi normal

pasien. Sedangkan pada fase stabilisasi, sasarannya adalah mengurangi

risiko kekambuhan dan meningkatkan adaptasi pasien terhadap kehidupan

dalam masyarakat.

Ada tiga tahap pengobatan dan pemulihan skizofrenia (Ikawati, 2011) :

1) Terapi fase akut

Pada fase ini pasien menunjukkan gejala psikotik yang

intens. Biasanya pada fase ini ditandai dengan munculnya gejala

positif dan negatif. Pengobatan pada fase ini bertujuan untuk

mengendalikan gejala psikotik sehingga tidak membahayakan

terhadap diri sendiri maupun orang lain. Terapi utamanya adalah

dengan menggunakan obat dan biasanya dibutuhkan rawat inap.

Pemilihan antipsikotik yang benar dan dosis yang tepat dapat

mengurangi gejala psikotik dalam waktu enam minggu.

2) Terapi fase stabilisasi

Pada fase ini pasien masih mengalami gejala psikotik

dengan intensitas yang lebih ringan. Pada fase ini pasien masih

memiliki kemungkinan yang besar untuk kambuh sehingga

dibutuhkan pengobatan yang rutin untuk menuju ke tahap

pemulihan yang lebih stabil.

3) Terapi tahap pemeliharaan

Pada tahap ini dilakukan terapi jangka panjang dengan

harapan dapat mempertahankan kesembuhan, mengontrol gejala,

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

26

mengurangi risiko kekambuhan, mengurangi durasi rawat inap, dan

mengajarkan keterampilan untuk hidup mandiri. Terapinya

meliputi obat-obatan, terapi suportif, pendidikan keluarga dan

konseling, serta rehabilitasi pekerjaan dan sosial.

2. Antipsikotik

Obat–obat ini pernah disebut neuroleptik, antiskizofrenia, antipsikotik,

dan transkuilizer mayor. Istilah yang paling sering digunakan adalah

neuroleptika dan antipsikotik. Antipsikotik memiliki aktivitas yang hampir

sama terutama dalam mengeblok aktivitas dari neurotransmitter dopamin. Hal

ini sesuai dengan teori yang menyatakan terjadinya peningkatan aktivitas

dopamin pada pasien skizofrenia. Namun, terdapat berbagai tipe skizofrenia

yang menggambarkan penyebab fisiologi yang berbeda maka dapat dikatakan

antipsikotik ini memiliki tingkat efektivitas yang berbeda untuk setiap pasien

yang berbeda.

Terdapat dua jenis antipsikotik yaitu antipsikotik tipikal dan atipikal.

Pada dasarnya semua antipsikotik mempunyai efek klinis yang sama pada

dosis ekivalen. Perbedaan utama pada efek samping. Pemilihan jenis

antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek

samping obat. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya

adalah obat antipsikosis atipikal (golongan generasi kedua), sebaliknya jika

gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah

tipikal (golongan generasi pertama).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

27

Antipsikotik tidak bersifat kuratif (karena tidak mengeliminasi

gangguan berpikir mendasar), tetapi biasanya membantu pasien berfungsi

normal. Obat-obat ini hanya memperbaiki ketidakseimbangan untuk

sementara dan tidak dapat memecahkan masalah fisiologis yang mendasar.

Hal ini dibuktikan dengan beberapa kasus pasien yang kambuh setelah

menghentikan penggunaan obat-obat ini.

Antipsikotik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Antipsikotik tipikal (FGA)

Antipsikotik tipikal merupakan antipsikotik generasi lama

yang mempunyai aksi untuk mengeblok reseptor dopamin D2.

Antipsikotik jenis ini lebih efektif untuk mengatasi gejala positif yang

muncul. Efek samping ekstrapiramidal banyak ditemukan pada

penggunaan antipsikotik tipikal sehingga muncullah antipsikotik

atipikal yang lebih aman. Contoh obat-obatan yang termasuk dalam

antipsikotik tipikal diantaranya adalah klorpromazin, tiorizadin,

flufenazin, haloperidol, loxapin, dan perfenazin (Ikawati, 2011).

b. Antipsikotik atipikal (SGA)

Antipsikotik atipikal adalah generasi baru yang banyak muncul

pada tahun 1990an. Aksi obat ini yaitu mengeblok reseptor 5-HT2 dan

memiliki efek blokade pada reseptor dopamin yang rendah.

Antipsikotik atipikal merupakan pilihan pertama dalam terapi

skizofrenia karena efek sampingnya yang cenderung lebih kecil jika

dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Antipsikotik atipikal

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

28

menunjukkan penurunan dari munculnya efek samping karena

penggunaan obat dan masih efektif diberikan untuk pasien yang telah

resisten terhadap pengobatan (Shen, 1999). Antipsikotik ini efektif

untuk mengatasi gejala baik positif maupun negatif. Contoh obat yang

termasuk antipsikotik atipikal adalah clozapin, risperidon, olanzapin,

ziprasidon, dan quetiapin. Klasifikasi dan dosisnya dapat dilihat pada

tabel I.

Tabel I. Klasifikasi dan dosis antipsikotik ( Crismon dkk., 2008)

Nama Generik Nama DagangDosis Ekuivalensi

Tipikal (mg)

Rentang Dosis yang sering Digunakan (mg/hari)

Dosis Maksimum

Menurut Pabrik

(mg/hari)Antipsikotik Tipikal ( Generasi Pertama )Chlorpromazine Thorazine 100 100-800 2000Fluphenazine Prolixin 2 2-20 40Haloperidol Haldol 2 2-20 100Loxapine Loxitane 10 10-80 250Molindone Moban 10 10-100 225Mesoridazine Serentil 50 50-400 500Perphenazine Trilafon 10 10-64 64Thioridazine Mellaril 100 100-800 800Thiothixene Navane 4 4-40 60Trifluoperazine Stelazine 5 5-40 80Antipsikotik Atipikal ( Generasi Kedua )Aripiprazole Abilify TA 15-30 30Klozapin Clozaril TA 50-500 900Olanzapine Zyprexa TA 10-20 20Quetiapine Seroquel TA 250-500 800Risperidone Risperdal TA 2-8 16Ziprasidone Geodon TA 40-160 200

Keterangan :TA : parameter ini tidak digunakan pada atipikal antipsikotik

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

29

Gambar 2. Alghoritma terapi Skizofrenia ( Crismon dkk., 2008)

Tahap 1 : Episode pertama psikosisMencoba Antipsikotik tunggal

Antipsikotik atipikal (SGA) sebagai drug of choice. Dimulai dengan dosis rendah antipsikotik dan monitoring efek samping serta sensitifitas pasien terhadap pengobatan.

Tahap 2Tipikal atau atipikal tunggal

(bukan antipsikotik pada Tahap 1)

Tahap 6Terapi Kombinasi

Contoh : SGA + FGA, kombinasi dari SGA,(FGA atau SGA) + ECT, (FGA + SGA) + agen lain (seperti mood stabilizer)

Tahap 5Tipikal atau atipikal tunggal

(tidak digunakan pada Tahap 1 atau 2)

Tahap 4CLOZAPINE

+(FGA, SGA atau ECT)

Tahap 3CLOZAPINE

Respon parsial atautidak ada respon

Respon parsial atautidak ada respon

Respon parsial atautidak ada respon

Tidak ada respon

CLOZAPINEPertimbangkan penggunaan clozapin jika pasien memiliki riwayat percobaan bunuh diri (Level A), riwayat penyalahgunaan obat (Level B/C), dan tidak ada perbaikan gejala lebih dari 2 tahun setelah menjalani pengobatan dengan antipsikotik.

FGA = First Generation Antipsychotic= Antipsikotik Tipikal (contoh : loxapine, perphenazine, molindone, haloperidol, trifluoroperazine, thiothixine, chlorpromazine)SGA = Second Generation Antipsychotic=Antipsikotik atipikal (contoh : aripipraole, olanapine, quatiapine, risperidone atau ziprasidone)

J

Pasien tidak patuhPertimbangkan penggunaan long-acting antipsikotik seperti microspheres risperidon, haloperidol dekanoat, atau fluphenazine dekanoat.

Tahap 4-6 berdasarkan pendapat ahli dan laporan kasus

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

30

3. Efek samping antipsikotik

Selain manfaat antipsikotik yang telah dijelaskan sebelumnya, obat-

obat antipsikotik ini juga memiliki efek samping yang bermakna terutama

jika digunakan dalam dosis besar dalam jangka waktu yang lama. Efek

samping utama yang paling sering muncul dan dijadikan bahan pertimbangan

dalam pemberian terapi adalah efek samping ekstrapiramidal pada

penggunaan antipsikotik generasi lama. Termasuk dalam efek samping

ekstrapiramidal ini yaitu distonia akut, pseudoparkinsonisme, dan akatsia.

Efek samping ini umumnya muncul setelah beberapa hari sampai beberapa

minggu setelah penggunaan antipsikotik dan biasanya sulit untuk diatasi

(Holloman dkk.,1994). Selain adanya efek samping ekstrapiramidal yang

muncul, efek samping lain yang ditimbulkan oleh penggunaan antipsikotik

yaitu sedasi, neuroleptic malignant syndrome, gangguan kardiovaskular, efek

antikolinergik dan antiadrenergik, gangguan metabolisme, kenaikan berat

badan, dan disfungsi seksual (Crismon dkk., 2009).

Salah satu cara untuk mengatasi efek samping dan meningkatkan

kemanfaaatan dari antipsikotik adalah dengan menggunakan dosis obat

serendah mungkin yang masih dapat memberikan efek farmakologis. Dosis

tersebut harus tetap dikontrol.

4. Sindrom metabolik

Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh pengobatan antipsikotik

terhadap gangguan metabolisme dalam tubuh. Komponen utama dari

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

31

sindrom metabolik ini meliputi resistensi insulin, obesitas abdominal/sentral,

hipertensi, dan dislipidemia (peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar

HDL kolesterol). Adanya peningkatan berat badan, gangguan metabolisme

glukosa, dan hiperglikemi telah diketahui menjadi salah satu dampak dari

penggunaan antipsikotik. Hiperglikemia dan diabetes melitus tipe 2 banyak

terjadi pada pasien skizofrenia. Prevalensi peningkatan berat badan dan

diabetes pada pasien skizofrenia adalah 1,5 sampai 2 kali lebih besar

dibandingkan populasi umum (Woo dkk., 2005). Adanya peningkatan berat

badan, ataupun hiperglikemia ini menjadi masalah yang serius karena dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat adanya peningkatan risiko

penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus tipe 2.

Banyak teori yang mengemukakan tentang mekanisme yang mungkin

memperantarai terjadinya perubahan metabolisme yang terjadi pada pasien

yang menggunakan antipsikotik.

1. Teori yang pertama menyatakan jika penggunaan antipsikotik pada

pasien skizofrenia menyebabkan peningkatan berat badan. Bertambahnya

berat badan pada pasien yang diobati dengan antipsikotik disebabkan

oleh peningkatan nafsu makan yang tidak diseimbangi dengan

peningkatan penggunaan energi. Akibatnya terjadi peningkatan

penyimpanan lemak dalam jaringan adiposa yang mengakibatkan

penambahan berat badan. Keadaan yang berlanjut menyebabkan

terjadinya obesitas yang dilihat dari Body Mass Index (BMI). Obesitas

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

32

dihubungkan dengan resistansi insulin dan merupakan faktor utama

penyebab diabetes tipe 2 (Castagna, 2011).

2. Penggunaan antipsikotik banyak dikaitkan dengan kelainan dalam

regulasi glukosa. Penggunaan antipsikotik dapat menyebabkan

peningkatan penyimpanan lemak dalam jaringan adiposa yang kemudian

memicu penurunan sensitivitas insulin (Newcomer dkk., 2002).

Antipsikotik generasi kedua seperti clozapin dan olanzapin berhubungan

dengan efek samping terhadap regulasi glukosa dalam berbagai tingkatan

keparahan yang berbeda tergantung dari potensinya dalam peningkatan

penyimpanan lemak dalam jaringan adiposa dibandingkan dengan

antipsikotik tipikal. Clozapin dan olanzapin menyebabkan peningkatan

berat badan dan meningkatkan massa lemak tubuh secara signifikan,

dengan resistensi insulin dan risiko diabetes mellitus (Newcomer dkk.,

2002).

3. Aktifitas antipsikotik atipikal adalah antagonis pada berbagai sistem

neurotransmitter termasuk dopaminergik, adrenergik, serotonergik,

histaminergik dan subtipe reseptor muskarinik (Teff & Kim, 2011).

Neurotransmitter ini berhubungan baik secara langsung maupun tidak

langsung dengan jalur metabolisme dan juga regulasi asupan makanan.

Reseptor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya diabetes adalah

dopamin, 5-HT1A , 5-HT2c, histamin-1 (Gianfrancesco dkk., 2003).

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

33

a. Reseptor muskarinik dan histaminergik

Suatu hipotesis yang menyimpulkan jika reseptor

muskarinik dan histaminrgik memiliki peranan penting dalam

kasus gangguan metabolisme yang berkaitan dengan penggunaan

antipsikotik. Histamin dan muskarinik dikatakan sebagai mediator

pada peningkatan berat badan dan abnormalitas dalam metabolisme

glukosa. Ikatan pada reseptor histamin H-1 dapat memicu

peningkatan nafsu makan dan berat badan, sedangkan ikatan pada

muskarinik M3 menyebabkan kelainan pada regulasi insulin (Teff

& Kim, 2011).

Perbedaan kemampuan pengikatan reseptor mungkin

menjadi penyebab tingkat perubahan metabolisme, berat badan,

dan peningkatan asupan makanan untuk setiap antipsikotik

berbeda. Clozapin dan olanzapin adalah antagonis reseptor

asetilkolin muskarinik kuat dan dikaitkan dengan kenaikan berat

badan. Risperidon tidak diketahui afinitas terhadap reseptor

asetilkolin muskarinik namun menyebabkan beberapa kasus new

onset diabetes bila diberikan bersamaan dengan antagonis

muskarinik yang biasa diresepkan untuk mengatasi efek samping

ekstrapiramidal (Lean & Pajonk, 2003). Ini merupakan bukti peran

reseptor asetilkolin muskarinik dalam sindrom metabolik yang

terjadi pada pasien skizofrenia yang menggunakan antipsikotik.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

34

b. Dopamin

Jalur dopamin di otak tengah berperan dalam kontrol

asupan makanan. Regulasi glukosa darah berpusat di hipotalamus.

Antipsikotik yang berperan sebagai antagonis dopamin

menyebabkan glukosa darah tidak terkontrol (Gianfrancesco dkk.,

2003). Sebuah bukti mengenai peran dopamin ini berdasarkan studi

yang menunjukkan penggunaan agonis dopamine sentral dapat

meningkatkan kontrol glukosa (Lipscombe, 2009).

c. Aktivitas reseptor serotonin 5-HT1A dan 5-HT2 juga di hubungkan

dengan pengaruhnya terhadap kontrol glukosa. Walaupun

mekanisme yang menghubungkan kedua reseptor ini sangat

kompleks (Haupt & Newcomer, 2001). Reseptor 5-HT2c mungkin

terlibat dalam kontrol asupan makanan. Jika reseptor ini diblok

dapat menimbulkan kenaikan berat badan kecuali ziprasidon dan

quetiapin (Lean & Pajonk, 2003).

Saat terjadi resistensi insulin, tubuh berusaha untuk mengatasinya

dengan mensekresi lebih banyak lagi insulin yang menyebabkan terjadinya

hiperinsulinemia. Hiperinsulinemia yang terjadi menyebabkan resistensi

insulin dan keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan kegagalan dalam

regulasi reseptor insulin (Lean & Pajonk, 2003). Kelainan yang berhubungan

dengan resistensi insulin termasuk intoleransi glukosa, hipertensi, dan

dislipidemia (Handerson dkk., 2005). Resistensi insulin yang terjadi akibat

penggunaan antipsikotik kemungkinan diakibatkan karena efek langsung dari

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

35

peningkatan massa lemak di abdominal dan fungsi transport glukosa (Haupt

& Newcomer, 2001).

Faktor genetik dan gaya hidup sangat berpengaruh pada peningkatan

berat badan dan gangguan metabolisme pada pasien skizofrenia. Sehingga

perlu dipertimbangkan mengenai faktor risiko lain yang juga berperan dalam

perkembangan diabetes melitus (Haddad, 2004), seperti:

1. Riwayat DM keluarga

2. Peningkatan usia

3. Obesitas

4. Ras ( insiden paling banyak terjadi pada ras asia dan afrika-karibia )

5. Merokok

6. Diet tinggi karbohidrat

7. Jarang olahraga

Oleh karena itu pasien-pasien skizofrenia yang mendapatkan

antipsikotik sebaiknya dilakukan monitoring berat badan, kadar glukosa

darah, profil lemak darah, sehingga akan mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat sindrom metabolik sebagai dampak penggunaan antipsikotik ini.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64108/potongan/S1-2013... · serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam ... delusi, dan

36

F. Keterangan Empiris

Skizofrenia memiliki perjalanan penyakit yang kronis dan berulang

sehingga membutuhkan terapi jangka panjang. Obat antipsikotik telah menjadi

terapi farmakologi utama untuk pasien skizofrenia. Pemberian antipsikotik dalam

jangka waktu yang cukup lama ini memungkinkan munculnya berbagai masalah

selama proses penggunaannya, seperti peningkatan kadar glukosa darah yang

banyak dilaporkan oleh berbagai jurnal ilmiah. Penelitian ini dilakukan dengan

harapan dapat melihat gambaran perubahan glukosa darah puasa pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta akibat penggunaan kombinasi

obat antipsikotik tipikal dan atipikal.