BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38869/2/BAB I.pdfmenambah perkembangan ilmu...

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk terbesar ke-4 terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk yang besar itu maka negara ini mempunyai potensi untuk menjadi negara yang kuat, syarat untuk menjadi negara yang kuat yaitu masyarakatnya lebih memahami aturan aturan hukum yang berlaku di negara ini. Pengacara atau disebut dengan advokat sebagai pemberi bantuan hukum atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien yang menghadapi masalah hukum yang keberadaannya sangat dibutuhkan. Saat ini semakin penting, seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat serta kompleksitas nya masalah hukum. Lain dari pada itu, pengacara merupakan profesi yang memberikan jasa hukum saat menjalankan tugas dan fungsinya, yang juga berperan sebagai pendamping, pemberi advice hukum, maupun menjadi kuasa hukum untuk dan atas Nama Pemberi Kuasa (klien nya) 1 . Profesi advokat yang bebas, mandiri, dan bertanggungjawab, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, dalam penyelenggaraan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dalam ketentuan Pasal 5 Ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat diberikan status kepada Advokat sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan setara dengan 1 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, 2003, Advokad Dalam Perspektif Islam & Hukum Positif, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 65.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38869/2/BAB I.pdfmenambah perkembangan ilmu...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk terbesar ke-4

terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk yang besar itu maka negara ini

mempunyai potensi untuk menjadi negara yang kuat, syarat untuk menjadi

negara yang kuat yaitu masyarakatnya lebih memahami aturan – aturan hukum

yang berlaku di negara ini.

Pengacara atau disebut dengan advokat sebagai pemberi bantuan hukum

atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien yang menghadapi masalah

hukum yang keberadaannya sangat dibutuhkan. Saat ini semakin penting,

seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat serta kompleksitas

nya masalah hukum. Lain dari pada itu, pengacara merupakan profesi yang

memberikan jasa hukum saat menjalankan tugas dan fungsinya, yang juga

berperan sebagai pendamping, pemberi advice hukum, maupun menjadi kuasa

hukum untuk dan atas Nama Pemberi Kuasa (klien nya)1.

Profesi advokat yang bebas, mandiri, dan bertanggungjawab, yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, dalam penyelenggaraan

peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dalam ketentuan Pasal 5

Ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat diberikan status kepada

Advokat sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan setara dengan

1 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, 2003, Advokad Dalam Perspektif Islam & Hukum Positif, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 65.

2

penegak hukum lainnya (jaksa dan hakim) dalam menegakkan hukum dan

keadilan. Profesi advokat memiliki peran penting dalam upaya penegakan

hukum.

Pengertian Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal

1313 BW). Pengertian perjanjian ini mengandung unsur: Perbuatan,

Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini lebih

tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena

perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang

memperjanjikan. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih,

Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling

berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok/pas satu

Sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum. Mengikatkan

dirinya, Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak

yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada

akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri2.

Perjanjian kerja antar kedua belah pihak antara Advokat dengan klien dan

hal-hal yang menentukan besaran fee advokat. Berdasarkan UU No. 18 Tahun

2003 tentang Advokat, advokat dalam merealisasikan perjanjian, wajib

berpedoman pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu :

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat : (1). Kesepakatan mereka

2 Lista Kuspriatni. 2011. Hukum Perjanjian.Fakultas Hukum. Universitas

Gunadarma. Hal 1

3

yang mengikatkan diri. (2). Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. (3).

Suatu hal tertentu. (4). Suatu sebab yang halal.

Berdasarkan Pasal 21 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, advokat

berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang telah diberikan kepada

klien nya tetapi besarnya nominal honorarium advokasi tidak ada aturan

bakunya. Maka besaran nominal honorarium advokasi tergantung dari

Senioritas, hal ini cukup relevan karena tidak mungkin konsumen Akan

memberikan dananya sebagai honorarium advokasi yang besaran nya Sama

dengan Advokat pemula. Kualitas seorang Advokat dapat pula dilihat dari

kredibilitasnya di masyarakat3.

Advokat tidak bisa diidentifikasi kan dengan klien nya karena advokat

pada prinsipnya hanyalah pemegang kuasa/agen dari klien nya, ketak identik

antara advokat dan klien nya tersebut sesuai dengan hukum keagenan, bahwa

agen hanya bertindak untuk dan atas Nama prinsipal nya4.

Advokat dalam menjalankan professional hukum juga mengacu pada Pasal

4 kode etik advokat Indonesia a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus

mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai. Advokat tidak dibenarkan

memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang

sedang diurusnya. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada klien nya

bahwa perkara yang ditanganinya Akan menang. Dalam menentukan besarnya

3 V.Harlen Sinaga. 2011. Dasar-Dasar Profesi Advokat, Jakarta. Penerbit Erlangga,

hlm. 120. 4 H.P.Panggabean., 2010. Manajemen Advokasi, Jakarta: P.T.Alumni, hlm. 151

4

honorarium Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan klien. Advokat

tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.

Dengan dilindunginya oleh undang-undang seharusnya advokat dapat

dikatakan sebagai profesi yang mulia dan sewajarnya mendapat honorarium

yang sudah disepakati antara penerima kuasa dengan pemberi kuasa menulis

bahwa menentukan tarif seorang advokat memang persoalan gampang-

gampang sulit. Di Indonesia tarif dalam menangani perkara hukum belum ada

aturan yang Baku. Oleh karena itu masing-masing lawfirm mempunyai

patokan sendiri-sendiri.5

Fee atau honorarium advokat secara umum terbagi dalam tiga klasifikasi

yaitu;

1. Lawyer fee, yang umumnya dibayar di muka sebagai biaya profesional

sebagai advokat.

2. Operational fee, yang dikeluarkan klien selama penanganan perkara oleh

advokat, dan

3. Success fee, persentasenya ditentukan berdasarkan perjanjian antara advokat

dengan klien.

Success fee dikeluarkan klien saat perkaranya yang ditangani oleh advokat

menang, tetapi jika kalah, advokat tidak mendapat success fee.6

5 Ari Yusuf Amir, 2005, Strategi Bisnis Jasa Advokat. Yogyakarta. Penerbit Niaga

swadaya (hal. 180) 6 Hukum Online, Fee yang Wajar untuk Advokat (Success Fee) ee-yang-wajar-

untuk-advokat-success-fee-, http://www.hukumonline.com diakses tanggal 12 oktober 2017.

5

Advokat dalam hal menjalankan profesinya tidak bisa menolak klien yang

meminta bantuan kepadanya hal ini tertuang dalam pasal 4 ayat (2) UU

Advokat. Salah satu sumpah/janji yang diucapkan advokat berbunyi: “Bahwa

saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa

hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian

daripada tanggung jawab profesi saya sebagai seorang advokat.” Tetapi dalam

kode etik advokat Indonesia advokat dapat menolak menjadi kuasa hukum

apabila advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum

kepada setiap orang yang memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan

pertimbangan karena tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan

dengan hati nuraninya, advokat harus menolak mengurus perkara yang

menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya advokat yang mengurus

kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri

sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila di

kemudian hari timbul pertentangan-pertentangan antara pihak-pihak yang

bersangkutan.

Perjanjian pemberian Kuasa karena pemberi Kuasa belum membayar

honorarium kepada penerima kuasa yang merupakan Hak penerima kuasa yang

timbul dari pemberian kuasa. Ketentuan mengenai hal ini dapat kita

temui dalam Pasal 1812 KUHPerdata: “Penerima kuasa berhak untuk menahan

kepunyaan pemberi kuasa yang berada di tangannya hingga kepadanya dibayar

lunas segala sesuatu yang dapat dituntutnya akibat pemberian kuasa.”

6

Hak retensi ini dimiliki antara lain oleh advokat. Advokat yang menerima

kuasa dari klien nya memiliki hak retensi akibat dari pemberian kuasa tersebut.

Apabila terdapat kewajiban, misalnya pembayaran biaya jasa hukum, yang

belum dipenuhi oleh klien nya, maka advokat dapat menggunakan hak retensi

nya untuk menahan kepunyaan klien nya. Misal, advokat dapat menahan

berkas atau dokumen-dokumen perkara klien nya ketika honorarium nya belum

dibayarkan oleh klien. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam Kode Etik

Advokat disebutkan bahwa hak retensi Advokat terhadap klien

diakui sepanjang tidak Akan menimbulkan kerugian kepentingan klien

Tidak selamanya hubungan advokat dengan klien berjalan sesuai yang

diharapkan walaupun advokat dengan klien demikian hubungan dilindungi

undang – undang tetapi adakalanya hubungan hukum itu menjadi sengketa

seperti klien yang tidak membayar honorarium kepada advokat, sesuai yang

diperjanjikan antara kedua belah pihak yang tertuang dalam surat kuasa khusus,

factor penyebab dikarenakan penentuan tarif honorarium yang tidak ada aturan

baku yang harus di tetapkan oleh advokat.

Sengketa antara Pemberi Kuasa (Klien) dengan Penerima Kuasa

(Advokat) pernah terjadi antara Erwan M. Senetana dan Vience Titawael,.Sh

yang melukukan gugatan kepada mantan Klien nya dengan objek melakukan

wanprestasi Honorarium yang belum dibayarkanya sebesar Rp.100.000.000

(Seratus juta Rupiah) dan Succes Fee sebesar 2%.

7

Sengketa Pemberian Kuasa lainya terjadi pada advokat bernama Alamsyah

Hanafiyah yang melakukan gugatan terhadap mantan Kliennya yang tidak

membayar Honorarium sebesar Rp. 100.000.000 (Seratus Juta Rupiah).

Pada lawfirm yang penulis inggin teliti Artono & Associate terdapat

fenomena hukum wanprestasi yang dilakukan oleh pemberi kuasa (klien) yang

tidak membayar honorarium sesuai yang diperjanjian dalam perjanjian

pemberian kuasa dengan hal ini maka Akan mempengaruhi kinerja

profesionalisme advokat dalam menjalankan kewajibannya membela hak

klienya, dalam penetapan tarif honorarium advokat harus berpedoman pada

peraturan tertulis terutama agar fee advokat yang telah disepakati kedua belah

pihak tidak membankan klien serta tidak mengganggu kinerja advokat dalam

membela hak kliennya.

Dari fenomena dan dasar hukum diatas penulis membuat skripsi dengan

judul: Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemberian

Kuasa Antara Pemberi Kuasa (Klien) Dengan Penerima Kuasa (Advokat)

(Study Di Kantor Advokat Artono & Associate)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian dari latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan

yang hendak dikaji dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Bentuk-bentuk Wanprestasi dalam perjanjian Pemberian Kuasa

antara Pemberi Kuasa (Klien) dengan Penerima Kuasa Advokat) di Artono

& Associate.

8

2. Bagaimana penyelesaian sengketa perjanjian pemberian kuasa yang terjadi

antara pemberi kuasa (klien) dengan penerima kuasa (advokat) di Artono &

Associate?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 serta

mengetahui akibat hukum klien wanprestasi terhadap perjanjian pemberian

kuasa dengan advokat dalam hal honorarium antara pemberi kuasa dengan

penerima kuasa, serta Cara penyelesaiannya apabila penerima kuasa

wanprestasi. Maka penelitian ini ditujukan:

1. Untuk Bentuk-bentuk Wanprestasi Perjanjian Pemberian Kuasa antar

Pemberi Kuasa dengan Penerima Kuasa di Artono & Associate.

2. Untuk menemukan strategi tertentu untuk penyelesaian kepada kedua belah

pihak yang bersengketa.

D. Manfaat Penelitian

Pada hakikatnya terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini.

Manfaat tersebut meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian dan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk

menambah perkembangan ilmu hukum tentang fenomena masalah yang

sering timbul akibat terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh pemberi

kuasa maupun penerima kuasa dalam perjanjian penerima kuasa, sehingga

mengetahui Cara penyelesaian yang tepat guna kebaikan kedua belah

pihak.

9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Hasil penelitian oleh peneliti ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum, serta dapat

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan factor penyebab

terjadinya klien wanprestasi dalam hal honorarium kepada advokat.

b. Bagi Advokat

Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan bermanfaat bagi

advokat untuk lebih berhati – hati dalam membuat perjanjian

pemberian kuasa agar para advokat khususnya advokat muda tidak

dirugikan oleh klien yang tidak mempunyai itikad bagi dalam

kesepakatan maupun melaksanakan isi perjanjian pemberian kuasa.

c. Bagi Klien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi klien yang

merupakan salah satu pihak yang biasanya awam dalam hal

pemahaman hukum dengan dilakukannya penelitian ini maka klien

diharapkan dalam membuat perjanjian pemberian kuasa dengan

advokat maka Akan lebih memahami langkah – langkah yang Akan

diambil apabila terjadi sengketa dengan advokat.

d. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

terutama para masyarkat yang bertujuan memakai jasa advokat

dalam hal menghadapi hukum maupun berperkara di pengadilan

10

supaya masyarakat lebih memahami hukum positif yang berlaku di

Indonesia.

E. Metode Penelitian

1. Lokasi penelitian

Kantor advokat Artono & Associate merupakan Kantor Hukum yang berada

di Kota Malang, alasan penulis mengambil tempat ini adalah hasil dari

pengamatan yang dilakukan oleh penulis ada kasus sengketa antara pemberi

kuasa wanprestasi kepada penerima kuasa (advokat) hal ini berkaitan dengan

tugas akhir yang penulis kerjakan.

Dalam penelitian yang penulis lakukan ini Akan melakukan penelitian di

Kantor Advokat yaitu: ARTONO & ASSOCIATES yang berkedudukan di

Jalan Karya Timur No.25 Kota Malang.

2. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yuridis sosiologis

artinya suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat

atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan

fakta (fact-finding), yang kemudian menuju pada identifikasi (problem-

identification)7 dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah

(problem-solution). Penelitian ini mengunakan pendekatan yuridis sosiologis

mengenai: Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Pemberian Kuasa Antara

7 Zainudin Ali, 2013, Metode Penelitian Hukum (cetakan keempat), Jakarta, Sinar

Grafika, Hal, 18

11

Pemberi Kuasa (Klien) Dengan Penerima Kuasa (Advokat) (Study Di Kantor

Advokat Artono & Associate)

3. Jenis data

Dalam proses penyusunan penelitian ini penulis menggunakan 3 (tiga) jenis

data yaitu:

a. Jenis Data Primer

Jenis Data Primer adalah jenis data primer yang langsung dari

sumber utama tanpa adanya perantara, yang didapat melalui proses

interview atau wawancara pada tempat yang diteliti.

1) Hasil Wawancara

Data yang didapatkan dari Responden atau pihak-pihak yang terkait

permasalahan dalam penelitian ini. Data yang didapatkan yaitu ilmu

yang mana langsung diperoleh dalam pengamatan atas objek penelitian

mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

2) Dokumen

Studi Dokumentasi melalui dokumen atau arsip-arsip dari pihak

yang terkait penelitian ini dengan Cara mencatat atau meringkas

dokumen-dokumen seperti Surat kuasa, Perjanjian Penganan Perkara,

proses perjanjian pemberian kuasa, tulisan maupun gambar, foto, dll.

b. Jenis Data Sekunder

Jenis data sekunder diperoleh dengan Cara studi kepustakaan melalui

bahan-bahan literatur yaitu Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang

Advokat, Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI), Kitab Undang – Undang

12

Hukum Perdata dan Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perjanjian

pemberian kuasa, Buku, Jurnal, dan penelusuran situs-situs internet yang

berhubungan dengan penelitian ini.

c. Jenis Data tersier

Jenis data tersier berupa jenis data mengenai pengertian Baku, istilah

Baku yang diperoleh dari ensiklopedia, kamus, glossary, dll.

4. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Yaitu memperoleh dan mengumpulkan data melalui Tanya jawab,

dialog atau diskusi dengan responden yang dipilih dengan dengan

proposive sampling yaitu Pengambilan sampel dilakukan hanya atas

dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur

yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil8. Yang

menjadi sampling yang diambil dalam metode penelitian ini adalah:

1) Beny Ruston SH,.MH selaku advokat dan kepala di kantor hukum

Artono & Associate.

2) Abdul Malik SH, .MH selaku advokat di Kantor advokat Artono &

Associate.

8 Rozani Nasution. 2011. Teknik Sampling. Jurnal ilmiah. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Hal 5

13

Advokat di Artono & Associate yang dianggap mengetahui

permasalahan yang diangkat dengan judul: Penyelesaian Sengketa

Dalam Perjanjian Pemberian Kuasa Antara Pemberi Kuasa (Klien)

Dengan Penerima Kuasa (Advokat) (Study Di Artono & Associate)

b. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak terkait serta

ditambah dengan hasil dokumen baik dalam bentuk tulisan, foto, video

atau rekaman suara dalam hal berkenaan dengan proses penelitian ini.

c. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan

kepustakaan dari berbagai literatur atau buku-buku, atau internet ataupun

jurnal.

5. Analisa data

Seluruh data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif

kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan,

menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan penelitian

hukum. Penelitian-penelitian kualitatif yakni penelitian-penelitian tersebut

harus mampu menjelaskan secara cukup rinci tentang metode-metode dan

prosedur-prosedur untuk memungkinkan peniruan (replikasi) penelitian.9

Sedangkan, Penelitian Kualitatif adalah deskriptif. Data Deskriptif

adalah Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau

9 Hartono. 2002. Bagaimana Menulis Tesis “Petunjuk Komprehensif tentang Isi dan

Proses”. Malang. UUM Press. Hal. 78.

14

gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-

kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti

presentasi.10 Dari penjabaran pengertian mengenai metodologi penulisan

yang Akan dilakukan dalam penelitian ini menjadikan peneliti

mengaplikasikan metode-metode yang ada dalam teori dengan hasil

penelitian.

F. Sistematika Penulis

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam empat

Bab dan masing-masing Bab terdiri atas sub Bab yang bertujuan agar

mempermudah pemahamannya. Adapun sistematika penulisannya sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab I ini Akan menguraikan latar belakang, yakni memuat landasan yang

melatarbelakangi suatu masalah yang hendak dikaji lebih mendalam. Perumusan

masalah yang diturunkan dari latar belakang memuat suatu masalah yang Akan

diangkat dan dibahas. Adapun selanjutnya tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian untuk

mempermudah penyusunan penulisan hukum ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II ini berisi tentang pemaparan kajian-kajian teoritik yang berkaitan

dengan permasalahan yang Akan ditulis. Dimana teori-teori tersebut Akan

10 Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta. PT

RajaGrafindo Persada. Hal. 3.

15

dijadikan landasan analisis hukum penulisan di Bab selanjutnya yakni Bab III

pembahasan, dalam hal ini penulis memilih kerangka teori mengenai 1. Tinjauan

umum tentang perjanjian a. Pengertian Perjanjian b. Syarat Sah Perjanjian c.

Asas – asas umum dalam Perjanjian d. Akibat Perjanjian e. Berakhirnya

Perjanjian f. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya 2. Tinjauan umum tentang

perjanjian pemberian kuasa a. Perjanjian pemberian kuasa menurut Kitab

undang – undang Hukum Perdata b. Perjanjian pemberian kuasa menurut

Undang – undang No 18 tahun 2003 tentang advokat.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil wawancara yang diperoleh penulis akan dikaji dan

dianalisa secara sistematis berdasarkan pada kajian pustaka sebagaimana dalam

Bab II, hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau sumber informasi

yang bernama Bapak Beny Ruston SH,.MH yang merupakan advokat yang

merupakan Kepala Kantor Advokat Artono & Associate dan Abdul Malik

SH.,MH yang merupakan Kepala bidang Perdata antara lain 1. Bagaimana

Bentuk-bentuk Wanprestasi antara (Klien) dengan penerima kuasa (advokat)

diArtono & Associate? 2. Bagaimana penyelesaian sengketa perjanjian

pemberian kuasa yang terjadi antara pemberi kuasa (klien) dengan penerima

kuasa (advokad) di Artono & Associate?

BAB IV PENUTUP

Dalam Bab IV merupakan Bab terakhir dalam penulisan hukum ini. Bab ini

berisikan kesimpulan dari pembahasan Bab III, dan saran atau rekomendasi

penulis terhadap permasalahan yang diteliti.