AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

94
AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT (STUDI PADA BANK BCA CABANG DIPONEGORO MEDAN) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Oleh : Mitra Sejati Ginting 140200409 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 1 9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

Page 1: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR

DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT

(STUDI PADA BANK BCA CABANG DIPONEGORO MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan

memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

Mitra Sejati Ginting

140200409

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

i

ABSTRAK

Mitra Sejati Ginting*)

OK. Saidin**)

Puspa Melati Hasibuan***)

Pengguna kartu kredit, diantaranya debitur selaku pemegang kartu kredit

sudah tidak mampu lagi melakukan pembayaran. Debitur selaku pengguna kartu

yang seperti ini sudah mulai tertunggak pembayarannya, dan mulai tercatat

dalam blacklist Bank Indonesia. Permasalahan dalam penelitian ini adalah

perjanjian penerbitan kartu kredit antara debitur dengan kreditur pada Bank BCA

Cabang Diponegoro Medan. Akibat hukum wanprestasi yang dilakukan debitur

dalam perjanjian kartu kredit pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan.

Penyelesaian hukum akibat wanprestasi yang dilakukan debitur dalam perjanjian

kartu kredit pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris. Sumber

data meliputi dua jenis yaitu sumber data primer dan data sekunder. Teknik dan

alat pengumpulan data pada penelitian ini observasi dan wawancara. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Perjanjian penerbitan kartu kredit, perjanjian penerbitan kartu kredit dapat

digolongkan dalam perjanjian pinjam meminjam dan perjanjian melakukan

pekerjaan dan penggunaan kartu kredit dapat digolongkan dalam perjanjian jual

beli dan perjanjian penanggungan, dimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia

No. 14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan

Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang penyelenggaraan kegiatan alat

pembayaran dengan menggunakan kartu. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(POJK) No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 29/POJK.05/2014

tentang Penyelenggaran Usaha Perusahaan Pembiayaan. Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016 tanggal 22 Maret 2016, tentang Perubahan

Kelima atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2013 tentang

Rincian Jenis Data Dan Informasi Serta Tata Cara Penyampaian Data Dan

Informasi Yang Berkaitan Dengan Perpajakan. Akibat hukum wanprestasi yang

dilakukan debitur dalam perjanjian kartu kredit pada Bank BCA Cabang

Diponegoro Medan, menjadi tanggung jawab pemegang kartu kredit dan penerbit

kartu kredit maka pihak Bank BCA memberikan sanksi denda akan keterlambatan

tersebut dan pihak debitur dalam hal ini wajib untuk membayar denda beserta

bunga yang turut serta di dalamnya. Akibat hukum yang timbul apabila pihak

debitur dalam hal ini melaksanakan prestasi yang tidak boleh dilakukan, maka

pihak Bank BCA sesuai dengan yang dituangkan dalam perjanjian kreditnya maka

pihak Bank BCA melakukan pemblokiran terhadap kartu kredit milik debitur

disertai penagihan terhadap debitur tersebut. Penyelesaian hukum dari Bank BCA

selaku penerbit kartu kredit terhadap tindakan wanprestasi dalam kartu kredit

yang dilakukan oleh pemegang di Bank BCA dijalankan sesuai dengan ketentuan

yang terdapat dalam perjanjian kartu kredit yaitu dengan cara musyawarah

melalui mediasi.

Kata kunci : Wanprestasi, Debitur, Perjanjian Kartu Kredit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

ii

ABSTRACT

Mitra Sejati Ginting *)

OK Saidin **)

Puspa Melati Hasibuan ***)

Credit card users, including debtors as credit card holders are no

longer able to make payments. Debtors as card users like this have started to be

overdue in payments, and have begun to be recorded in the Bank Indonesia

blacklist. The problem in this study is the credit card issuance agreement between

the debtor and the creditor at the Bank BCA Diponegoro Branch Medan. The

legal consequences of defaults made by the debtor in the credit card agreement at

the Bank BCA Branch Diponegoro Medan. Legal settlement due to default by the

debtor in the credit card agreement with Bank BCA Diponegoro Branch Medan.

This type of research is empirical legal research. Data sources include

two types, namely primary data sources and secondary data. Data collection

techniques and tools in this study were observations and interviews. Data analysis

in this study uses qualitative methods.

Credit card issuance agreements, credit card issuance agreements can

be classified in lending and borrowing agreements and agreements to carry out

work and use of credit cards can be classified in buying and selling agreements

and underwriting agreements, which are stipulated in Bank Indonesia Regulation

No. 14/2 / PBI / 2012 dated January 6, 2012 concerning Amendments to Bank

Indonesia Regulation Number 11/11 / PBI / 2009 concerning the conduct of card

payment instruments. Financial Services Authority Regulation (POJK) No. 1 /

POJK.07 / 2013 concerning Consumer Protection in the Financial Services

Sector. Financial Services Authority Regulation (POJK) No. 29 / POJK.05 / 2014

concerning Conducting Financing Company Businesses. Regulation of the

Minister of Finance Number 39 / PMK.03 / 2016 dated March 22, 2016,

concerning the Fifth Amendment to the Regulation of the Minister of Finance

Number 16 / PMK.03 / 2013 concerning Details of Data and Information Types

and Procedures for Submitting Data and Information Related to Taxation. As a

result of legal defaults committed by debtors in credit card agreements with Bank

BCA Diponegoro Branch Medan, is the responsibility of credit card holders and

credit card issuers, the Bank BCA imposes a penalty for the delay and the debtor

in this case is obliged to pay fines and interest participate in it. Legal

consequences arising if the debtor in this case performs an achievement that may

not be carried out, then the Bank of BCA in accordance with what was stipulated

in the credit agreement, the Bank has blocked the debtor's credit card

accompanied by billing the debtor. Legal settlement from Bank BCA as the issuer

of credit cards for defaults on credit cards carried out by holders at Bank BCA is

carried out in accordance with the provisions contained in the credit card

agreement, namely by means of deliberation through mediation.

Keywords: Default, Debtor, Credit Card Agreement

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,

karena atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga

dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah

merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi

untuk mencapai gelar kesarjanaan menyusun skripsi dalam hal ini penulis memilih

judul “ Akibat Hukum Wanprestasi Yang Dilakukan Debitur Dalam

Perjanjian Kartu Kredit (Studi Pada Bank Bca Cabang Diponegoro Medan)”

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif untuk mendekati kesempurnaan didalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi

penyempurnaan dan kemanfaatannya.

Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, ayahanda Arjuna Ginting dan

Ibunda Dementa br Pinem dan keluarga besar Amsal Ginting (Aband), Dewinta

Sinulingga (Kakak), Dodos Ginting (Abang), Thesa Barus (Abang) serta Aman

Ginting (Adik) yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam mendidik

dan membimbing anaknya untuk menjadi orang yang berhasil, dan juga tiada

hentinya mencari rezeki dari terbit fajar hingga terbenam matahari untuk

menafkahi keluarga dan membiayai pendidikan penulis hingga saat ini, serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

iv

keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi hingga saat ini, terima

kasih atas do‟a yang tiada henti.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak

langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama

penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H, M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing II yang

telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Fakultas

Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Syamsul Rizal, S.H, M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Rosmalinda, S.H, LLM, selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

v

8. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

9. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik

penulis.

10. PT. Bank BCA Cabang Diponegoro Medan yang telah memberikan

kesempatan dan waktunya untuk memberikan data yang berkaitan dengan

penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Terima Kasih penulis kepada seluruh rekan-rekan perkuliahan saya yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada

semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan

balasan kebaikan berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, November 2019

Penulis,

Mitra Sejati Ginting

NIM: 140200409

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8

D. Tinjauan Kepustakaan .................................................................... 9

E. Keaslian Penulisan ....................................................................... 14

F. Metode Penelitian ........................................................................ 17

G. Sistematika Penulisan .................................................................. 21

BAB II PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT ANTARA

KREDITUR DENGAN DEBITUR PADA BANK BCA

CABANG DIPONEGORO MEDAN .............................................. 23

A. Sejarah Perkembangan Kartu Kredit ............................................ 23

B. Para pihak yang terlibat dalam Perjanjian Penerbitan

Kartu Kredit .................................................................................. 27

C. Keabsahan Perjanjian Penerbitan Kartu Kredit ........................... 32

D. Perjanjian Penerbitan Kartu Kredit Antara Kreditur

Dengan Debitur Pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan .... 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

vii

BAB III AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN

DEBITUR DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT PADA

BANK BCA CABANG DIPONEGORO MEDAN ......................... 47

A. Prosedur Penerbitan Kartu Kredit Pada Bank BCA Cabang

Diponegoro Medan ....................................................................... 47

B. Akibat Hukum Wanprestasi Yang Dilakukan Debitur

Dalam Perjanjian Kartu Kredit Pada Bank BCA Cabang

Diponegoro Medan ....................................................................... 54

C. Perlindungan Hukum Yang Diperoleh masing-masing

Pihak Apabila Terjadi Permasalahan Dalam Penggunaan

Kartu Kredit................................................................................... 58

BAB IV PENYELESAIAN HUKUM AKIBAT HUKUM

WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR DALAM

PERJANJIAN KARTU KREDIT................................................... 63

A. Gambaran umum Bank BCA Cabang Diponegoro Medan .......... 63

B. Bentuk Wanprestasi dalam Perjanjian Kartu Kredit..................... 69

C. Penyelesaian Hukum Bank BCA Cabang Diponegoro Medan

Terhadap Debitur Yang Wanprestasi ........................................... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 78

A. Kesimpulan .................................................................................. 78

B. Saran ............................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era teknologi informansi dan komunikasi mempengaruhi sistem transaksi

dengan munculnya alat pembayaran menggunakan kartu salah satunya kartu

kredit. Istilah credit card dalam Bahasa Indonesia kartu kredit yaitu gaya hidup

dan bagian dari komunitas masyarakat untuk dapat dikatakan modern dalam tata

kehidupan sebuah kota yang beranjak menuju metropolitan (cosmopolitan). Kartu

kredit merupakan kartu yang diterbitkan oleh bank selaku penerbit yang dapat

digunakan pemakainya dalam berbagai jenis transaksi keuangan dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan masyarakat akan kartu kredit dalam melakukan

transaksi keuangan menunjukkan perkembangan yang begitu mengembirakan di

Indonesia, namun penggunaan kartu kedit tetap mengacu tetap mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku.1

Era digitalisasi bisnis kartu kredit sangat diminati oleh semua kalangan

masyarakat, sehingga tidak heran apabila bank berlomba-lomba mengeluarkan

jenis kartu kredit dengan berbagai bermacam-macam fasilitas dan kemudahan

diberikan kepada pemegang kartu kredit, sehingga berdampak persaingan antar

bank itu sendiri. Istilah kredit dalam kehidupan sehari-hari yaitu pinjam dari bank

untuk kemudian membayarkanya kembali dalam jangka waktu tertentu dengan

cara mencicil dengan imbalan berupa bunga.2

1 Johannes Ibrahim, Kartu Kredit Dilematis Antar Kontrak dan Kejahatan, (Bandung:

Refika Aditama, 2004), hlm. 7 2 Ibid, hlm. 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

2

Persamaan kehendak dalam perjanjian kredit akan menimbulkan perikatan

sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPerdata) tentang bagaimana syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu

persetujuan dari mereka yang mengikatkan dirinya. Perjanjian kredit didahului

adanya persamaan kehendak untuk mengikatkan dirinya, kemudian pihak lainnya

juga memberikan pernyataan penerimaan penawaran atas perjanjian yang

dilakukan tersebut. Perjanjian kredit ini dua subjek hukum yang mempunyai

kehendak dan dapat menyatakan kehendaknya agar tujuan dibuatnya suatu

perjanjian dapat tercapai.3

Produk yang dikeluarkan oleh bank salah satunya kartu kredit. Kartu kredit

yaitu kartu yang dikeluarkan oleh bank selaku penerbit (issuer), digunakan oleh

pemegang kartu (card holder) berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah

sebagai pengganti uang tunai dan pihak penerima seperti para merchant yang telah

ditentukan oleh bank selaku penerbit kartu kredit tersebut juga dapat diuangkan

oleh pemiliknya di berbagai tempat seperti bank-bank di Anjungan Tunai Mandiri

(ATM) yang tersebar di berbagai tempat yang strategis seperti dipusat

perbelanjaan, hiburan, perkantoran, fasilitas public dan pasar.4

Perjanjian kartu kredit antara bank selaku pihak penerbit dengan pihak

pemegang kartu kredit ini sama dengan perjanjian kredit umumnya dilakukan oleh

pihak bank, dimana hutang akan dibayar kembali dengan cara cicil dan akan

dibayar kembali sekaligus pada waktu penagihan dalam kasus pembayaran tunai.

3 V. Komalawati, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Teraupetik, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 11 4 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),

hlm. 125

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

3

Berdasarkan ketentuan KUHPerdata, maka perjanjian antara pihak penerbit

tergolong kedalam bentuk perjanjian “Pinjam Pakai Habis”, sebagaimana diatur

pada Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1773 KUHPerdata.

Pemakaian kartu kredit mulai banyak dipergunakan di seluruh dunia yaitu

dengan menggunakan sistem franchise. Sistem ini penerbit dapat menerbitkan

kartu kepada pemegangnya seperti yang dilakukan Visa dan Master. Bank dalam

sistem franchise berfungsi sebagai penerbit kartu kredit. Bank perantara yakni

yang bertugas untuk menerima slip pembayaran atas penjual barang/jasa dan

membayarnya kepada penjual tersebut, dan meneruskan slip pembayaran

kembali.5

Penggunaan kartu kredit yang dirasa lebih aman, nyaman dan praktis

dengan berbagai fungsinya yang semakin bertambah, menjadikan kartu kredit ini

semakin berkembang pesat, khususnya daerah perkotaan dimana banyak terdapat

fasilitas publik dan layanan masyarakat seperti pusat perbelanjaan, pasar,

perhotelan, restoran, tempat hiburan dan lain sebagainya. Kartu kredit sebagai alat

pembayaran yang sah pada zaman modern ini, pemegang kartu cukup dengan

“menggesek” kartu untuk mendebit nilai transaksi yang diinginkan.

Perkembangan lembaga keuangan dan pesatnya pembangunan, dan adanya

kemudahan dalam bertransaksi merupakan kebutuhan pokok dan penting

menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga banyak masyarakat ingin

menggunakan kartu kredit tersebut.6

5 Munir Fuady, Hukum Pembiayaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 182.

6 Johannes Ibrahim. Op.Cit., hlm 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

4

Pengggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran untuk melakukan

belanja di mana dilakukan dengan cara bank akan melakukan pembayaran terlebih

dahulu kepada merchant sesuai dengan jumlah transaksi yang dilakukan oleh

pemegang kartu kredit setelah bank penerbit kartu kredit melakukan pembayaran

terhadap pemegang kartu kredit tersebut, maka pemegang kartu kredit

bertanggung jawab untuk membayar kepada bank penerbit kartu kredit atas

jumlah transaksi yang tercantum dalam jumlah tagihan dan tagihan dilakukan

setiap bulan dengan melalui billing statement ke alamat pemegang kartu kredit

atau melalui email. 7

Perjanjian pemegang kartu dan syarat-syarat penggunaan sebagaimana

diterbitkan Bank BCA adalah perjanjian baku. Perjanjian baku yakni

perjanjian yang isinya telah dibuat pihak kreditur dalam bentuk akta-akta tertentu,

ketika kontrak tersebut ditandatangani pihak debitur hanya mengisikan data-data

informatif tanpa perubahan sedikitpun, sehingga biasanya perjanjian baku berat

sebelah, dimana pihak kreditur tidak dapat bernegosiasi terhadap isi akta tersebut.

Kepada debitur dalam perlaksanaan perjanjian baku diberkan akta oleh pihak

kreditur, pihak debitur tidak mempunyai kesempatan untuk bernegoisasi dan

berada hanya pada posisi “take it or leave it”.8

Kartu kredit sebagai salah satu alat pembayaran yang sah mempunyai

fasilitas yang berbeda dibandingkan dengan alat pembayaran tunai. Sebagai alat

pembayaran kartu kredit merupakan instrumen baru dalam dunia perdagangan

7 Ch. Gatot Wardoyo, Sekitar Klausul-Klausul Perjanjian Kredit Bank, Bank dan

Manajemen, (Jakarta: Citra Kreasi, 2005), hlm. 76 8Munir Fuady, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUH Perdata, (Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 145.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

5

yang merupakan surat-surat berharga yang mempunyai nilai uang. Surat-surat

berharga ini secara konseptual dapat dibedakan menjadi surat berharga dan surat

yang berharga.9

Perjanjian ini dibuat dalam bentuk akta oleh pihak bank selaku pihak

penerbit yang memuat beberapa dokumen misalnya informasi permohonan, syarat

dan ketentuan, informasi tentang prosedur dan prosedur penggunaan kartu kredit,

yang kesemuanya yaitu bagian tidak terpisahkan dalam bentuk akta. Pemegang

kartu hanya tinggal memilih menyetujui atau menolak isi perjanjian tersebut. 10

Perjanjian kartu kredit ini menerbitkan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan

pemegangnya untuk membayarkan barang/jasa perjanjian kartu kredit ini

mengacu pada perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Pasal 1754 KUH

Perdata.11

Permasalahan yang timbul dalam perjanjian kartu kredit berbeda dengan

kredit perbankan lainnya yang memiliki perjanjian yang lebih mengikat dengan

adanya unsur jaminan, sehingga dalam memprosesnya kartu kredit membutuhkan

perhatian yang lebih, khususnya dalam penerbitan kartu kredit sesuai dalam

aplikasi. Permasalahan yang timbul dalam perjanjian kartu kredit terhadap

kreditur yaitu adanya penyalahgunaan kartu kredit yang dilakukan oleh pihak

yang tidak ada hubungannya dalam penerbitan kartu kredit, mengakibatkan

kerugian bank selaku penerbit serta pemegang kartu kredit. Debitur merasa

keberatan apabila dalam penagihan kartu kredit macet dilakukan dengan

9 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Surat Berharga, (Jakarta: Djambatan, 2001), hlm.5.

10 Gunawan Widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2001), hlm. 53 11

Johannes Ibrahim, Op.Cit, hlm 20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

6

menggunakan dept collector dalam proses penagihannya. Debitur ada yang

merasa tidak nyaman, merasa hak asasinya dilanggar, dan tidak menyukai

perlakuan dept collecetor yang berkata kasar atau bahkan berlaku yang tidak

sopan, bahkan bisa berlaku kasar atau tidak menyenangkan. Para dept collector

tersebut hanya melaksanakan tugasnya, namun di sisi lain dept collector

dihadapkan dengan kondisi debitur yang diluar dugaan kondisi para petugas

penagih hutang tersebut.12

Permasalahan lain yang timbul dalam pengguna kartu kredit, diantaranya

debitur lalai dalam melaksanakan kewajibannya, debitur selaku pemegang kartu

kredit sudah tidak mampu lagi mencicil tagihan, debitur selaku pengguna kartu

yang seperti ini sudah mulai tertunggak pembayarannya. Sehingga pihak kreditur

melakukan melalui penagihan melalui dept collector. 13

Wanprestasi (ingkar janji) akan berakibat timbulnya kerugian bagi pihak

kreditur, guna menuntut ganti rugi yang dideritanya terhadap pihak yang

wanprestasi (ingkar janji). Pihak yang wanprestasi (ingkar janji) memiliki

kewajiban untuk membayar ganti rugi kepada pihak yang menderita kerugian.

Pasal 1340 ayat (1) KUHPerdata yang dinyatakan bahwa perjanjian-perjanjian

yang dibuat hanya berlaku di antara para pihak yang membuatnya. Ini berarti

bahwa setiap perjanjian, hanya membawa akibat berlakunya ketentuan Pasal 1131

KUHPerdata bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut.

12

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib 13

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

7

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan Akibat Hukum

Wanprestasi Yang Dilakukan Debitur dalam Perjanjian Kartu Kredit (Studi Pada

Bank BCA Cabang Diponegoro Medan).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang penulis

sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perjanjian penerbitan kartu kredit antara debitur dengan kreditur

pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan?

2. Bagaimana akibat hukum wanprestasi yang dilakukan debitur dalam

perjanjian kartu kredit pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan?

3. Penyelesaian hukum akibat wanprestasi yang dilakukan debitur dalam

perjanjian kartu kredit pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui perjanjian penerbitan kartu kredit antara debitur dengan

kreditur pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan.

2. Untuk mengetahui akibat hukum wanprestasi yang dilakukan debitur dalam

perjanjian kartu kredit pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan.

3. Untuk mengetahui penyelesaian hukum akibat wanprestasi yang dilakukan

debitur dalam perjanjian kartu kredit pada Bank BCA Cabang Diponegoro

Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

8

Adapun manfaat penelitian ini, dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat

teoritis dan praktis, berikut penjelasannya di bawah ini:

1. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan

serta informasi mengenai akibat hukum wanprestasi yang dilakukan debitur

dalam perjanjian kartu kredit.

2. Manfaat praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap

masyarakat pada umumnya tentang akibat hukum wanprestasi (ingkar janji)

yang dilakukan debitur dalam perjanjian kartu kredit, terutama dalam hal

terjadinya wanprestasi (ingkar janji) pada permasalahan dalam wanprestasi

yang dilakukan debitur dalam perjanjian kartu kredit.

D. Tinjauan Kepustakaan

1. Wanprestasi

Kesepakatan para pihak merupakan dasar dalam perjanjian yang akan

menimbulkan prestasi, apabila salah satu pihak tidak memenuhi prestasi dalam

perjanjian akan menimbulkan wanprestasi (ingkar janji) jika memang debitur

dapat membuktikan bukan, disebabkan keadaan memaksa (overmach). Perkataan

wanprestasi (ingkar janji) berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi

buruk. Wanprestasi (ingkar janji) yakni suatu keadaan yang disebabkan kelalaian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

9

atau kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah

ditentukan dalam disepakati dalam perjanjian tersebut.14

Wanprestasi (ingkar janji) adalah istilah yang dipakai dalam hukum

perbankan dan hukum dagang yang kemudian didefinisikan sebagai tidak

terlaksananya prestasi karena debitur baik, karena kesengajaan atau kelalaian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa wanprestasi (ingkar janji) yaitu perbuatan lalai

sebagai wujud dari tidak memenuhi perikatan. Bentuk-bentuk wanprestasi yang

sering didengar, antara lain:

a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

b) Melaksanakan apa yang disepakati tetapi tidak sebagaimana mestinya.

c) Melakukan apa yang dijanjikannya, akan tetapi terlambat.

d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.15

Pelaksanaan perjanjiaan sebagaimana Pasal 1234 KUHPerdata, yang

dinyatakan bahwa “tiap-tiap perikatan memberikan sesuatu, untuk berbuat

sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. 16

2. Perjanjian

Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda yakni overeenkomst.17

Perjanjian disering juga disebut dengan istilah persetujuan. Suatu perjanjian

adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak yang lain, dan

pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Disamping itu

perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji kepada

14

Nindyo Pramono, Hukum Komersil, (Jakarta: Pusat Penerbitan UT, 2003), hlm.221. 15

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta:Intermasa,2009), hlm 1 16

Junaidi Ganie A. Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm 67 17

Leli Joko Suryono, Pokok-pokok Perjanjian Indonesia, (Yogyakarta:LP3M UMY,

2014), hlm 43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

10

seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan

sesuatu hal.18

Pasal 1313 dinyatakan bahwa “Perjanjian merupakan suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu

orang atau lebih lainnya”. Perjanjian dalam arti sempit merupakan suatu

persetujuan dengan mana dua pihak atau lebih saling mengikatkan diri untuk

melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan dibidang harta kekayaan.19

Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain

untuk melaksanakan sesuatu hal yang telah diperjanjikan.20

Perjanjian yaitu suatu perbuatan atau tindakan hukum yang terbentuk

dengan tercapainya kata sepakat yang merupakan pernyataan kehendak bebas dari

dua orang (pihak) atau lebih, di mana tercapainya kata sepakat tersebut tergantung

dari para pihak yang menimbulkan akibat hukum untuk kepentingan pihak yang

satu dan atas beban pihak yang lain atau kepentingan pihak yang satu dan atas

beban pihak yang lain atau timbal balik dengan mengindahkan ketentuan

perundang-undangan.21

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa merupakan suatu

perjanjian dapat menjadi suatu perbuatan hukum jika ada kata sepakat kedua belah

pihak.

18

Subekti., Op.Cit., hlm 29 19

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

2010), hlm 290 20

Subekti, Op.Cit., hlm.84 21

Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang

Kenotariatan, (Bandung: Citra aditya Bakti, 2010), hlm. 54.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

11

3. Perjanjian Kartu Kredit

Istilah kartu kredit diadopsi kata credit card, yaitu kata majemuk, yang

terjadi dari dua kata yang masing-masing mempunyai pengertian dan arti yang

berbeda, dalam pengertian yang tidak sepadan serta berbeda pula pengertiannya

secara harafiahnya.22

Kartu kredit (credit card) yaitu jenis kartu yang dapat digunakan sebagai

alat pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa, dimana pelunasan atau

pembayarannya dapat dilakukan sekaligus atau dengan cara mencicil sejumlah

minimum tertentu. Jumlah cicilan tersebut dihitung dari nilai saldo tagihan

ditambah bunga bulanan. Tagihan pada bulan lalu termasuk bunga (retail

interest) merupakan pokok pinjaman pada bulan berikutnya.23

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa alat

pembayaran pengganti uang tunai dalam bentuk kartu yang diterbitkan oleh bank

untuk memudahkan para debiturnya bertransaksi.

Sumber hukum utama kartu kredit adalah perjanjian pinjam pakai habis

dan perjanjian jual beli bersyarat sebagaimana diatur dalam Buku III KUH

Perdata. Perjanjian kartu kredit yaitu salah satu bentuk perjanjian khusus yang

tunduk pada ketentuan Buku III KUH Perdata. Perjanjian penerbitan kartu kredit

antara penerbitan dan pemegang kartu dapat digolongkan ke dalam “perjanjian

pinjam pakai habis” yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata

(verbruiklening).

22

Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2010), hlm.395. 23

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008), hlm. 208.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

12

Perjanjian dalam penerbitan kartu kredit berbeda dengan perjanjian yang

lain jika ditinjau dari segi hukum, sebab memiliki persamaan yang tersendiri

dengan perjanjian lainnya. Adapun pendirian perusahaan yang bergerak dalam

usaha kartu kredit didasarkan aturan hukum yang berlaku Pasal 6 huruf I Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 Tentang Perbankan (Undang-Undang Perbankan) yang mengatur

salah satu usaha Bank adalah melakukan usaha kartu kredit, Keputusan Presiden

Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dalam Pasal 2 ayat (1) yang

dinyatakan bahwa salah satu lembaga pembiayaan adalah kartu kredit,

selanjutnya Pasal 1 angka 7 yang dimaksud dengan perusahaan kartu kredit adalah

badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam rangka pembelian

barang/jasa dengan menggunakan kartu kredit, yaitu bank, perusahaan

pembiayaan.24

Kartu kredit diterbitkan oleh bank penerbit atau lembaga pengelola kartu

kredit guna kepentingan pemegang kartu dan dapat digunakan oleh pemegangnya

sebagai alat pembayaran yang sah secara kredit. Kartu kredit merupakan sebuah

kartu yang umumnya dibuat dari bahan plastik, dengan dibubuhkan identitas dari

pemegang dan penerbitnya bersifat magnetis yang memberikan hak kepada siapa

kartu ini diisukan untuk menandatangani tanda pelunasan pembayaran harga dari

suatu jasa atau barang-barang yang dibeli di tempat tertentu, yang pembayarannya

dapat dilakukan sekaligus atau angsuran pada jangka waktu tertentu.25

24

Munir Fuady, Op.Cit., hlm 91 25

Serfianto Dibyo Purnomo, Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit, & Uang

Elektronik, (Jakarta:Visimedia, 2012), hlm. 113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

13

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas yang ada di

Indonesia tidak ditemukan judul tersebut di atas baik secara fisik maupun online,

namun ada beberapa judul terkait dengan perjanjian kartu kredit, seperti di bawah

ini:

Mohammad Zen Wijanaka. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta (2008), dengan judul penelitian Perlindungan Hukum Bagi Pemilik

Kartu Kredit Dalam Transaksi e-commerce. Permasalahan yang diangkat pada

penelitian ini adalah:

1. Hukum mengatur transaksi e-commerce.

2. Kontrak elektronik sama kekuatan hukumnya dengan kontrak tertulis.

3. Hukum memberi perlindungan bagi pemilik kartu kredit dalam transaksi e-

commerce.

Kesimpulan hukum yang mengatur transaksi e-commerce diatur dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata serta Rancangan Undang-Undang Informasi dan

Transaksi Elektronik. Perjanjian elektronik pada dasarnya sama seperti perjanjian

tertulis seperti termaktub dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

Nurul Putri. Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar Lampung

(2017), dengan judul penelitian Perlindungan Hukum Pemegang Kartu Kredit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

14

Berkaitan Dengan Peretasan Kartu Kredit (Studi Kasus PT. BankMandiri Tbk

Teluk Betung Bandar Lampung). Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini

1. Hubungan hukum antara penerbit dan pemegang kartu kredit dalam peretasan

kartu kredit.

2. Perlindungan hukum bagi pemegang kartu kredit berkaitan dengan peretasan

kartu kredit.

3. Upaya hukum dari pemegang kartu kredit untuk menyelesaikan pelanggaran

hak tersebut

Kesimpulan dalam penelitian hubungan hukum antara bank dan pemegang kartu

kredit yaitu hubungan yang diatur dengan hukum perjanjian. Hukum perjanjian

diatur tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban dari kedua belah pihak, yaitu

pihak bank dan pihak pemegang kartu kredit. Bank selaku pelaku usaha wajib

memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang kartu kredit.

Alfin Oktavianus Sianipar. Fakultas Hukum Universitas Jember (2013),

dengan judul penelitian Aspek hukum perjanjian penerbitan kartu kredit dengan

suku bunga melebihi ketentuan batas maksimum suku bunga kartu kredit. Adapun

permasalahan dalam penelitian ini :

1. Aspek hukum perjanjian penerbitan kartu kredit

2. Pengaturan batas maksimum suku bunga kartu kredit

3. Upaya penyelesaian jika terjadi sengketa antara penerbit kartu kredit dengan

pengguna kartu kredit terhadap penetapan suku bunga yang melebihi

ketentuan batas maksimum dalam perjanjian penerbitan kartu kredit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

15

Kesimpulan dalam penelitian batas maksimum suku bunga kartu kredit diatur di

dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/34/DASP tanggal 27 November 2012

perihal Batas Maksimum Suku Bunga Kartu Kredit. Untuk penekanan terkait

besarnya nominal batas suku bunga terdapat di angka (1) Surat Edaran Bank

Indonesia No.14/34/DASP yang menyatakan bahwa Batas maksimum suku bunga

Kartu Kredit yang wajib diterapkan oleh Penerbit Kartu Kredit adalah sebesar

2,95 persen (dua koma sembilan puluh lima persen) per bulan atau 35,40 persen

(tiga puluh lima koma empat puluh persen) per tahun. Jika bank penerbit

menentukan bunga kartu kredit yang melebihi ketentuan Surat Edaran tersebut,

maka akibat hukumnya sebagaimana diatur Pasal 38 Peraturan Bank Indonesia

Nomor: 14/2/PBI/2012 berupa sanksi administratif seperti teguran, denda,

penghentian sementara atau sebagian atau seluruh kegiatan Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK), dan/atau pencabutan izin penyelenggaraan

kegiatan APMK

Kiki Yunitasari Saras Putri Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Surakarta (2016), dengan judul penelitian Kartu Kredit Dan Debitur (Studi

Tentang Hubungan Hukum Antara Bank dan Pemegang Kartu Kredit Di Kantor

Cabang Utama Bank BCA Surakarta). Adapun permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah :

1. Hubungan hukum antara bank penerbit dengan pemegang kartu kredit dalam

perjanjian penerbitan kartu kredit di BCA.

2. Permasalahan yang akan timbul di dalam melakukan transaksi dengan

menggunakan kartu kredit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

16

3. Perlindungan hukum yang diperoleh masing-masing pihak apabila terjadi

permasalahan dalam penggunaan kartu kredit.

Kesimpulan penelitian ini adalah bank selaku penerbit akan melakukan penagihan

kartu kredit kepada pemegang kartu kredit sesuai dengan nota transaksi atau sales

slip. Pemegang kartu yang menerima tagihan tersebut akan melakukan

pembayaran sesuai dengan nota transaksi/sales slip. Penerbit akan mengeluarkan

tagihan kartu kredit pada hari yang telah ditentukan dalam satu bulan, pemegang

kartu kredit harus membayar sebelum masa tenggang berakhir, selebihnya, denda

keterlambatan harus dibayar.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan guna menjamin terungkapnya suatu

kebenaran ilmiah, proses penelitian ini membutuhkan metode-metode yang tepat,

karena hal tersebut digunakan sebagai pedoman dalam rangka mengadakan

penelitian termasuk analisis dari data-data hasil penelitian tersebut. Metode

penelitian merupakan faktor yang penting dalam proses penulisan skripsi dan

merupakan cara utama yang digunakan penulis untuk mencapai tujuan dan objek

yang dibahas dalam penelitian. Metode yang tepat, dalam menggunakan metode

diharapkan dapat menggunakan alur pemikiran yang berurutan dalam usaha

mencapai pengkajian. Metode yang dimaksud isini adalah jenis penelitian, sifat

penelitian, pendekatan masalah, sumber hukum, analisa bahan hukum, sehingga

dapat ditarik kesimpulan.

1. Jenis penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

17

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu

penelitian empiris. Penelitian empiris yaitu penelitian yang dilakukan melalui

studi kasus (lapangan) yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yang

bersifat yuridis dan didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil

penelitian.26

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang dan

sedang berlangsung, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan apa yang terjadi

saat penelitian dilakukan.27

3. Pendekatan masalah

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memecahkan

masalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis empiris. Pendekatan

yuridis yang dimaksudkan adalah hukum dilihat sebagai norma atau das sollen,

disebabkan dalam melakukan pembahasan masalah dalam penelitian ini

menggunakan bahan-bahan hukum. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu metode kualitatif.28

Penelitian kualitatif yaitu penelitian untuk memahami

permasalahan yang dialami oleh subjek secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

26

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 2010), hlm. 41 27

Ibid 28

Hadari Nawawi. Penelitian Terapan, (Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 2005),

hlm 63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

18

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.29

Pendekatan empiris adalah

dengan melihat hukum sebagai kenyataan sosial, kultural atau das sein, karena

dalam penelitian ini data yang digunakan data primer yang diperoleh langsung

melalui wawancara kepada informan yang berkompeten.

4. Sumber data

Data yang dikumpulkan guna menunjang hasil penelitian adalah data

primer dan data sekunder yang dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Data primer. Data primer yaitu data yang didapat secara langsung dari sumber

pertama yaitu melalui wawancara yang tentunya berkaitan dengan pokok

permasalahan. Peneliti mengkaji dan meneliti sumber data yang diperoleh dari

hasil penelitian di Bank BCA Cabang Diponegoro Medan. Wawancara

dilakukan kepada Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Debitur KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019.

b. Data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan mempelajari

peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli hukum, dan dokumen yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Bahan hukum primer yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya yang

berupa undang-undang yang memiliki otoritas tinggi yang bersifat

mengikat untuk penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini

bahan hukum primer terdiri atas: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

29

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,

2010), hlm 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

19

Perbankan. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Peraturan Bank

Indonesia No. 14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang

penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan (POJK) No. 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaran Usaha

Perusahaan Pembiayaan. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata).

2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer yang diperoleh dari studi

kepustakaan berupa literature-literatur yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian berupa pendapat para ahli, buku jurnal hukum,

buku-buku hukum dan artikel.

3) Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang mendukung bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, kamus

Bahasa Indonesia, majalah, surat kabar dan ensiklopedia berkaitan dengan

masalah dalam penelitian ini.

5. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, artinya

menguraikan data yang diolah secara rinci kedalam bentuk kalimat-kalimat

(deskritif). Analisis kualitatif yang dilakukan bertitik tolak dari analisis empiris,

yang dalam pendalamannya dilengkapi dengan analisis normatif. Kesimpulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

20

secara dedukatif, didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum untuk kemudian

ditarik suatu kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dapat tersusun secara teratur dan berurutan sesuai apa yang

hendak dicapai dan dimaksud dengan judul skripsi tersebut. Skripsi ini terdiri atas

lima bab, dimana antara bab satu dengan bab lainnya saling terkait. Sistematika

skripsi berjudul Akibat Hukum Wanprestasi Yang Dilakukan Debitur dalam

Perjanjian Kartu Kredit (Studi Pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan),

seperti berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan,

keaslian penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT ANTARA

DEBITUR DENGAN KREDITUR PADA BANK BCA CABANG

DIPONEGORO MEDAN

Bab ini berisikan sejarah perkembangan kartu kredit. Para pihak

yang terlibat dalam perjanjian penerbitan kartu kredit. Keabsahan

perjanjian kartu kredit. Perjanjian penerbitan kartu kredit antara

debitur dengan kreditur pada Bank BCA Cabang Diponegoro

Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

21

BAB III AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN

DEBITUR DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT PADA

BANK BCA CABANG DIPONEGORO MEDAN

Bab ini berisikan Prosedur Penerbitan Kartu Kredit Pada Bank

BCA Cabang Diponegoro Medan. Akibat hukum wanprestasi yang

dilakukan debitur dalam perjanjian kartu kredit pada Bank BCA

Cabang Diponegoro Medan. Perlindungan hukum yang diperoleh

masing-masing pihak apabila terjadi permasalahan dalam

penggunaan kartu kredit.

BAB IV PENYELESAIAN HUKUM AKIBAT HUKUM WANPRESTASI

YANG DILAKUKAN DEBITUR DALAM PERJANJIAN

KARTU KREDIT PADA BANK BCA CABANG DIPONEGORO

MEDAN

Bab ini berisikan gambaran umum Bank Central Asia (BCA).

Faktor penyebab wanprestasi dalam perjanjian kartu kredit dan

Penyelesaian Hukum Bank BCA Cabang Diponegoro Medan

terhadap Debitur Yang Wanprestasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis memuat tentang kesimpulan singkat tentang

hal-hal yang telah dibahas pada bab sebelumnya, serta saran–saran

yang dianggap perlu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

22

BAB II

PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT ANTARA DEBITUR

DENGAN KREDITUR PADA BANK BCA CABANG

DIPONEGORO MEDAN

A. Sejarah Perkembangan Kartu Kredit

Amerika Serikat pertama kali menggunakan kartu kredit yaitu pada dekade

1920-an, yang diberikan oleh Department Store besar kepada para pelanggannya.

Tujuannya guna mengidentifikasi pelanggannya yang ingin berbelanja tetapi

dengan pembayaran bulanan. Karena itu, kartu kredit seperti ini berbentuk kartu

pembayaran lunas (charge card), yang dibayar bulanan setelah ditagih dan tanpa

kewajiban membayar bunga bagi pelanggannya. Sehingga para pihaknya hanya 2

(dua) pihak saja, yaitu pertama toko sebagai penerbit, sedangkan pihak kedua

adalah pelanggan sebagai pemegang kartu kredit.30

Tujuan dari pembuatan kartu tersebut agar konsumen menjadi lebih loyal

terhadap toko tersebut dan terciptanya sistem manajemen yang ideal sehingga

pemilik toko mengetahui data-data konsumen. Masyarakat diperkenalkan kepada

sebuah sistem pembayaran kredit yang diprakarsai oleh institusi perbankan pada

tahun 1946. Sistem ini dikenal dengan nama "Charge-It" dan diperkenalkan oleh

seorang bankir bernama John Biggins dari Flatbush National Bank of Brooklyn

yang bertujuan guna memudahkan debitur bank tersebut dalam bertransaksi

dengan toko-toko atau merchant-merchant yang juga menjadi debitur di bank

tersebut. Jadi merchant-merchant haruslah menyerahkan slip bukti transaksi di

mana nanti bank baru akan menagih kepada debiturnya yang menggunakan

30

Lawrence‟s Clark etl. Law and Business, (New York: McGraw Hill Book Company,

1992), hlm.16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

23

fasilitas "Charge-It" ini. Dengan begitu debitur harus memiliki rekening atau dana

di bank tersebut.31

Berawal pada tahun 1949 secara tidak sengaja ketika seorang pengusaha

bernama Frank McNamara melupakan dompetnya setelah acara makan malam di

sebuah restoran ternama. Saat tagihan datang dirinya baru menyadari bahwa

dompetnya tertinggal. Frank Mc.Namara memulai debutnya untuk mencari solusi

pengganti uang tunai atau dompet yang mungkin juga sering kali dialami oleh

konsumen-konsumen restoran lainnya. Frank McNamara pada tahun 1950,

bersama rekannya, Ralph Schneider, kembali ke restoran tersebut dengan

menggunakan sebuah kartu pembayaran yang unik. Inilah cikal bakal kartu kredit

yang dikenal hingga saat ini. Perkembangan selanjutnya disebut dengan diners

club card. Semuanya bermula dari diners club yang saat itu adalah jenis kartu

"charge card". Charge Card yang berarti kartu tunda sehingga dalam hal ini

konsumen dapat menunda pembayaran pada saat bertransaksi, tetapi pada bulan

berikutnya konsumen harus membayar penuh. Charge Card pada mulanya terbuat

dari bahan baku kertas dalam pembuatannya.32

Sejak tahun 1951 masyarakat Amerika Serikat mulai menggunakan charge

card, ketika itu digunakanlah plastik sebagai bahan bakunya seperti bentuk

sekarang ini. American Express pada tahun 1958, mengeluarkan kartu kreditnya

yang disebut AMEX. Disusul kemudian oleh Bank of America mengeluarkan

kartu kreditnya yaitu Visa. Pemerintah Amerika pada tahun 1970-an,

mengeluarkan regulasi kebijakan mengenai aturan dan penggunaan kartu kredit.

31

Fitri Rahayu. A. Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia. Jurnal Manajemen Vol.1,

No.1, 2011, hlm 6 32

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

24

Sejak saat itu, perusahaan kartu kredit berkembang pesat hingga keseluruh

dunia.33

Akhirnya berkembanglah berbagai macam kartu kredit dan menerobos

batas negara, seiring dengan arus globalisasi dan perkembangan teknologi dan

komunikasi. Perkembangan yang pesat terhadap pemakaian kartu kredit tersebut

tidak terkecuali juga di Indonesia. 34

Sistem pembayaran yang menggunakan kartu yang dikenal dengan

Dinners Club. Sistem baru relatif lebih aman dan praktis. Penggunaan kartu

sebagai alat pembayaran kemudian berkembang semakin luas dan diikuti oleh

penerbit kartu yang lain seperti Visa Card dan Master Card. Di negara-negara

yang telah maju dan telah lama menggunakan kartu plastik dalam perekonomian,

kegiatan perusahaan kartu diatur secara khusus dalam undang-undang.

Perkembangan kartu untuk transaksi keuangan mulai berkembang di Indonesia

pada tahun 1980 an.35

Pelopor pengembangan usaha kartu kredit di Indonesia dilakukan oleh

Citibank dan Bank Duta. Dewasa ini jenis kartu kredit yang beredar semakin luas

seperti Master Card, Visa BCA Card, Dinner Club, Kassa Card dan Amex Card.

Khusus untuk Dinner dan Kassa Card merupakan kartu kredit yang bukan

dikeluarkan oleh bank, akan tetapi perusahaan pembiayaan seperti Dinner Jaya

Indonesia untuk kartu Dinner dan PT Kassa Multi Finance untuk kartu Kassa.36

33

Ibid, hlm 6-7 34

Johannes Ibrahim, Op.Cit., hlm 22 35

Sigit Triandaru dan Totok Budisanto, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi 2,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 256 36

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016),

hlm 298

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

25

Pengelola khusus bergerak di bidang kartu kredit adalah PT. Diners Jaya

Indonesia. Diners Club diterbitkan oleh PT. Diners Club Indonesia, sejak 1988

berada di gedung Rajawali, punya 225 pegawai yang tersebar di beberapa kota

Indonesia.37

Perkembangan bisnis kartu kredit di Indonesia kini makin semarak.

Hal ini terlihat dari terus bertambahnya jenis kartu kredit yang diterbitkan,

meningkatnya jumlah debitur, dan melonjaknya jumlah kartu kredit beredar

maupun nilai transaksinya dalam enam tahun terakhir (2005–2010). Jika pada

tahun 2005 jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia tercatat 8,34 juta kartu

dengan nilai transaksi Rp 51,67 triliun, pada tahun 2009 jumlah kartu beredar

telah menjadi 13,41 juta kartu dengan nilai transaksi Rp 137,25 triliun.

Akhir tahun 2010, jumlah kartu kredit beredar di Indonesia diprediksi akan

mencapai sekitar 14,15 juta kartu dengan nilai transaksi sekitar Rp 157,48 triliun.

Apakah ini menunjukkan penduduk Indonesia yang makin makmur atau tingkat

konsumtif penduduk Indonesia yang tinggi? Jawabannya karena kartu kredit

semakin populer sebagai alat pengganti uang tunai bahkan telah menjadi bagian

dari gaya hidup masyarakat modern di Indonesia. Selain dipicu oleh

perkembangan gaya hidup masyarakat di kota-kota besar, pertumbuhan bisnis

kartu kredit ini juga ditunjang oleh beragamnya program menarik yang

ditawarkan perusahaan penerbit, mengikuti selera dan kebutuhan debitur yang

makin bervariasi. Berbagai tawaran kartu kredit yang menarik saat ini banyak

37

Y. Sri Susilo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat, 2010,

hlm, 170.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

26

bertebaran di sejumlah media cetak, elektronik, media online, dan juga melalui

layanan Short Message Service (SMS).38

Kartu kredit di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan

pada tahun 2010 hingga April 2017. Hal ini terjadi disebabkan bertambahnya jenis

kartu kredit yang diterbitkan, meningkatnya jumlah debitur, dan melonjaknya

jumlah kartu kredit yang beredar maupun nilai transaksinya dalam 7 tahun

terakhir (2010-2017). Jika pada tahun 2010 jumlah kartu kredit yang beredar di

Indonesia 13.574.673 unit dan pada April 2017 mencapai 17.661.935 unit. Jumlah

kartu kredit mengalami penurunan sebesar 4.3% yaitu 17.661.935 pada April 2017

hingga September 2017 yang hanya 16.905.319 unit.39

Jumlah kartu kredit beredar per akhir Februari 2019, berdasarkan data

Bank Indonesia, beredar sebanyak 17,15 juta kartu, turun dari Februari 2018

sebanyak 17,43 juta kartu beredar. Bank Indonesia, naik/turunnya jumlah kartu

kredit dikarenakan terdapat kebijakan di beberapa bank penerbit untuk menghapus

kepemilikan kartu dari pengguna yang sudah tidak aktif atau tidak dapat

memenuhi kewajiban yang ditentukan.40

Peraturan yang mengatur mengenai kartu

kredit adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.41

38

Fitri Rahayu. A, Op.Cit, hlm 12 39

Pranoto. Eksistensi Kartu Kredit Dengan Adanya Electronic Money (e-money) Sebagai

Alat Pembayaran Yang Sah. Privat Law. Vol : 6 No: 1 Tahun 2018, hlm 27. 40

Komarul Hidayat https://keuangan.kontan.co.id/news/gesekan-bisnis-kartu-kredit-di-

awal-tahun-mulai-kencang/diakses tanggal 1 November 2019 41

Siaga Yoze Rosario, Penyelesaian Sengketa Tagihan Kartu Kredit Yang Tidak Pernah

Dimohonkan Oleh Konsumen Kepada PT. Bank negara indonesia (Persero), Tbk. Kantor Wilayah

Padang (Studi Kasus Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Padang), Jurnal Jurusan Ilmu

Hukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Vol. 3 No. 1 Tahun 2013, hlm 1-2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

27

B. Para Pihak yang terlibat dalam Perjanjian Penerbitan Kartu Kredit

Perjanjian penerbitan kartu kredit hampir sama dengan perjanjian kredit

bank, dimana tagihan akan dibayar kembali secara angsur/cicil pada kartu kredit

(dalam arti sempit), dan akan dibayar kembali sekaligus pada waktu penagihan

dalam kartu pembayaran tunai. Untuk dapat diterbitkannya sebuah kartu kredit,

dibutuhkan unsur-unsur, antara lain sebagai berikut:

1. Unsur kepercayaan, merupakan hal yang prinsip dalam penerbitan kartu

kredit. Penerbit kartu dalam menilai kelayakan dari pemohon

mempertimbangkan kelayakan berdasarkan kelengkapan data yang diserahkan

oleh pemohon bersama dengan aplikasi atau formulir yang telah ditanda-

tanganinya.

2. Unsur waktu, penerbitan kartu kredit baik untuk pemegang kartu kredit

maupun kartu tambahan dalam tenggang waktu yang diperjanjikan, umumnya

12 (dua belas) bulan.

3. Unsur prestasi, baik pihak bank maupun pemegang kartu kredit secara timbal

balik memberikan prestasi. Bank akan merekomendasikan setiap penggunaan

ataupun penarikan tunai yang dilakukan oleh pemegang kartu kredit sesuai

dengan fasilitas kredit yang diperjanjikan. Sedangkan pemegang kartu kredit

harus membayar biaya-biaya.

4. Unsur risiko, penerbitan kartu kredit memiliki risiko tinggi, dikarenakan

dalam pemberian fasilitas kredit umumnya tidak disyaratkan adanya agunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

28

Bank sangat berisiko, jika tidak dikaitkan secara cross collateral dengan

fasilitas kredit yang dimiliki pada Bank tersebut.42

Transaksi yang dilakukan dengan menggunakan kartu kredit melibatkan

berbagai pihak yang saling berkepentingan. Masing-masing pihak satu sama lain

terikat perjanjian baik tentang hak maupun kewajibannya. Pihak-pihak yang

terlibat ini pada akhirnya akan membentuk suatu sistem kerja kartu kredit itu

sendiri.43

Pihak-pihak dalam hubungan kartu kredit yaitu subjek yang berperan

dalam hubungan hukum penerbitan kartu kredit dan penggunaan kartu kredit.

Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penerbit (Issuer)

Pihak penerbit kartu kredit dapat berupa bank yang mendapat izin atau

lisensi dari perusahaan card international, seperti visa card dan master Card.

Bank-bank yang mendapat izin ini di Indonesia antara lain adalah Bank Niaga,

Bank BCA, Bank Mandiri, Bank Internasional Indonesia, Citibank, dan lain

sebagainya; lembaga keuangan non bank yang khusus bergerak di bidang

penerbitan kartu kredit; lembaga keuangan yang selain bergerak di dalam

penerbitan kartu kredit juga bergerak di bidang kegiatan-kegiatan keuangan

lainnya.44

2. Pemegang kartu kredit (cardholder)

Pemegang kartu kredit yakni orang yang namanya tercantum dalam kartu

kredit tersebut. Kartu kredit pihak pemegang kartu kredit (cardholder) dapat

42

Johannes Ibrahim, Op.Cit, hlm. 11 43

Kasmir, Op.Cit., hlm 300 44

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 132

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

29

membeli barang dan jasa di tempat-tempat yang menerima penggunaan kartu

kredit tersebut.45

Pemegang kartu (cardholder) yaitu seseorang yang telah diberi

kepercayaan oleh Bank Penerbit untuk menggunakan kartu kredit dalam

melakukan transaksi dengan Merchant yang telah ditetapkan oleh Bank Penerbit.

Seseorang memiliki kartu kredit dengan mempertimbangkan kemanfaatannya

yaitu:

a. Praktis dan nyaman. Praktis disebabkan pemegang katu tidak perlu

memegang uang tunai, sedangkan kenyamanan terjamin karena pemegang

kartu tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan uang pada saat.

Pembayaran karena dengan kartu kredit yang bersangkutan dapat

memanfaatkan fasilitas kredit yang diberikan.

b. Pembayaran dapat dilakukan dengan secara penuh (full payment) atau

dengan mengangsur dan membayar terlebih dahulu pembayaran minimal

(minimum payment).

c. Pemegang kartu mencerminkan status sosial tertentu, dikarenakan tidak

semua orang dapat memiliki kartu kredit.

3. Penjual yang menerima kartu kredit (merchant)

Penjual yang menerima kartu kredit (merchant) adalah mereka yang

membuat perjanjian dengan pihak penerbit kartu kredit dan merupakan pihak yang

menerima pemakaian kartu kredit guna melakukan transaksi.46

Terlihat bahwa

kartu kredit merupakan kredit tanpa jaminan, adapun syarat yang diminta bank

45

Kasmir, Op.Cit, hlm. 178 46

Sunaryo., Loc.Cit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

30

untuk memperoleh kartu kredit pada umumnya yang bersangkutan merupakan

debitur bank dan memiliki rekening koran serta suatu saldo minimum yang

jumlahnya berbeda-beda, hal ini tergantung ketentuan dari bank yang

bersangkutan dimana rekening koran dan saldo minimum ini kedudukannya

bukanlah sebagai jaminan.

Beberapa bank mensyaratkan bagi pemegang kartu kredit yang tidak

memiliki rekening koran di bank tersebut, untuk menyediakan deposito sebagai

jaminan. Syarat seperti ini boleh saja diadakan dan berlaku bagi kedua belah

pihak, karena hukum perjanjian menganut sistem terbuka47

, maksud dari sistem

terbuka adalah orang bebas membuat perjanjian dalam bentuk apapun atau tidak

terikat pada bentuk-bentuk perjanjian yang telah ada di dalam KUHPerdata,

asalkan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilan yang berlaku.48

Keleluasan dan kebebasan dalam menggunakan sangat dibatasi kepada jenis

kartu kredit yang dimilikinya. Setiap jenis kartu kredit memiliki keunggulan dan

kekurangannya. Oleh karena itu, debitur harus pandai memilih kartu kredit yang

sesuai dengan keinginannya. Jenis-jenis kartu kredit yang ada pada saat ini dilihat

dari berbagai sisi, yaitu:

1. Dilihat dari segi fungsi

a. Charge card

Charge card yaitu kartu kredit di mana pemegang kartu harus melunasi

semua penagihan yang terjadi atau dirinya sekaligus pada saat jatuh tempo.

47

Retnowulan Sutantio, Kapita Selekta Hukum Ekonomi Dan Hukum Perbankan: Seri

Varia Yustisia 1, (Jakarta: Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) Cab. Mahkamah Agung RI, 1996, hlm

18. 48

Benyamin Asri dan Thabrani Asri, Tanya-Jawab Pokok-Pokok Hukum Perdata dan

Hukum Agraria”, (Bandung: Armico, 2007), hlm 75.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

31

Misalnya debitur melakukan suatu transaksi senilai Rp. 500.000,- maka

pada saat jatuh tempo pembayaran harus dilakukan atas seluruh nilai

transaksi tersebut dan dapat dicicil.

b. Credit card

Credit card yaitu suatu sistem di mana pemegang kartu dapat melunasi

penagihan yang terjadi atas dirinya sekaligus atau secara angsuran pada

saat jatuh tempo. Jenis kartu ini pembayarannya dapat dicicil asal

memenuhi ketentuan minimal yang harus dipenuhi dan bisanya besarnya

minimal 10 persen dari nilai tagihan.

c. Debit card

Debit card yaitu kartu kredit yang pembayaran atas penagihan debitur

melalui pendebitan atas rekening yang ada di bank di mana pada saat

membuka kartu. Dengan pendebitan tersebut, maka sejumlah uang debitur

yang sesuai dengan minimal transaksi berkurang dan dikreditkan kepada

rekening pedagang tempat debitur belanja.49

d. Cash card

Cash card, yaitu kartu yang berfungsi sebagai alat penarikan tunai pada

ATM maupun langsung di Teller bank. Namun, pembayaran cash ini tidak

dapat dilakukan diluar bank

e. Check guarantee

Check guarantee yaitu kartu yang digunakan sebagai jaminan dalam

penarikan cek dan dapat pula digunakan untuk menarik uang tunai

49

Kasmir, Op.Cit.,hlm 302

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

32

2. Berdasarkan wilayah

a. Kartu lokal

Kartu lokal merupakan kartu kredit yang hanya dapat dilakukan dalam

suatu wilayah tertentu misalnya di seluruh wilayah negara Indonesia.

Contohnya jenis kartu kredit ini adalah Bank BCA Card.

b. Kartu internasional

Kartu internasional yaitu kartu kredit yang dapat dilakukan lintas negara

atau dapat digunakan seluruh negara. Contohnya jenis kartu ini adalah visa

card, master card, Dinner Card atau American Card.50

C. Keabsahan Perjanjian Kartu Kredit

Undang-Undang Perbankan menentukan pemberian kredit harus diberikan

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam, namun tidak ada

ketentuan lanjut mengenai bagaimana bentuk dari perjanjian kredit tersebut.

Praktiknya, perjanjian kredit seringkali merupakan perjanjian baku.51

Bank

biasanya mempunyai form tersendiri dan di sana-sini dilakukan perubahan

seperlunya. Meskipun demikian, semua syarat dan kondisinya (terms and

conditions) sudah bersifat baku. Debitur hanya dalam posisi menerima atau tidak

perjanjian kredit tersebut. Apabila menerima semua syarat dan ketentuan dalam

perjanjian kredit, maka debitur harus menandatanganinya. Sebaliknya, bila debitur

menolak, kreditur tidak perlu menandatangani perjanjian kredit tersebut. Pasal

1338 ayat (1) KUHPerdata mencerminkan asas kebebasan bagi para pihak untuk

dapat menentukan isi perjanjian. Namun, masih ada pertentangan pendapat

50

Ibid 51

Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002),

hlm 41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

33

mengenai apakah perjanjian baku memenuhi asas konsensualisme dan asas

kebebasan berkontrak atau tidak. Perjanjian dengan klausul baku dianggap tidak

memenuhi asas kebebasan berkontrak karena dibuat oleh satu pihak, sehingga

pihak lainnya tidak dapat mengemukakan kehendak secara bebas.52

Pasal 1320 KUHPerdata menyatakan bahwa keabsahan perjanjian

diantaranya adanya kata kesepakatan kedua belah pihak, kecakapan untuk

melakukan perbuatan hukum, adanya objek dan adanya kuasa yang halal. Pasal

1338 KUHPerdata dinyatakan “Bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian

tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena

alasan- alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu

perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Persyaratan tersebut di atas berkenaan baik mengenai subjek maupun

objek perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenaan dengan subjek

perjanjian. Persyaratan yang ketiga dan keempat berkenaan dengan objek

perjanjian. Pembedaan kedua persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan masalah

batal demi hukumnya (nieteg, null and void, void ab initio) dan dapat

dibatalkannya (vernietigbaar, voidable) suatu perjanjian. Perjanjian yang batal

demi hukum adalah perjanjian yang sejak semula sudah batal, hukum

menganggap perjanjian tersebut tidak pernah ada. Perjanjian yang dapat

52

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

34

dibatalkan adalah sepanjang perjanjian tersebut belum atau tidak dibatalkan

pengadilan, maka perjanjian yang bersangkutan masih terus berlaku.53

Tiap-tiap perjanjian mempunyai dasar pembentukannya. Ilmu hukum

mengenal empat unsur pokok yang harus ada agar suatu perbuatan hukum dapat

disebut dengan perjanjian yang sah. Keempat unsur tersebut selanjutnya

digolongkan ke dalam dua unsur pokok yang menyangkut subjek (pihak) yang

mengadakan perjanjian (unsur subjektif) dan dua unsur pokok lainnya yang

berhubungan langsung dengan objek perjanjian (unsur objektif). Unsur subyektif

mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari para pihak yang berjanji

dan kecakapan dari pihak yang melaksanakan perjanjian. Unsur objektif meliputi

keberadaan objek yang diperjanjikan dan objek tersebut harus sesuatu yang

diperkenankan menurut hukum. “Tidak dipenuhinya salah satu unsur dari keempat

unsur tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian dan perjanjian tersebut

diancam dengan kebatalan, baik dalam bentuk dapat dibatalkan (jika terdapat

pelanggaran terhadap unsur subjektif), maupun batal demi hukum (dalam hal tidak

terpenuhinya unsur objektif)”.54

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya mengandung makna bahwa

para pihak yang membuat perjanjian telah ada kata sepakat atau ada persesuaian

kemauan atau saling menyetujui kehendak masing-masing, yang dilahirkan oleh

53

R.M. Panggabean. Keabsahan Perjanjian dengan Klausul Baku. Jurnal Hukum No. 4

Vol. 17 Oktober 2010, hlm 164 54

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2006), hlm 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

35

para pihak dengan tiada paksaan, kekeliruan dan penipuan. Persetujuan mana

dapat dinyatakan secara tegas maupun secara diam-diam.55

Guna mengetahui kapan terjadinya kata sepakat, KUH Perdata sendiri

tidak mengaturnya, tetapi dalam ilmu pengetahuan terdapat beberapa teori sebagai

berikut:

1) Teori kehendak (wilstheorie). Teori ini kata sepakat dianggap telah terjadi

mana kala para pihak menyatakan kehendaknya untuk mengadakan suatu

perjanjian. Ny. Ky dan Ny. ST bertemu dijalan, kemudian bersepakat

mengadakan kerja sama dalam bidang perdagangan.56

2) Teori kepercayaan (vetrouwenstheorie). Berdasarkan teori kepercayaan, kata

sepakat dalam suatu perjanjian dianggap telah terjadi pada saat pernyataan

salah satu pihak dapat dipercaya secara objektif oleh pihak lain.

3) Teori ucapan (vitingstheorie). Teori ini yang dilihat adalah ucapan (jawaban)

debitur. Kata sepakat dianggap telah terjadi pada saat debitur mengucapkan

persetujuannya terhadap penawaran yang dilakukan kreditur. Kalau dilakukan

dengan surat, maka kata sepakat terjadi pada saat menulis surat jawabannya.

4) Teori pengiriman (verzendingstheorie). Teori kata sepakat dianggap telah

terjadi pada saat debitur mengirimkan surat jawaban kepada kreditur. Jika

dilakukan pengirimannya melalui pos, maka kata sepakat dianggap telah

terjadi pada saat surat jawaban tersebut distempel (cap) oleh kantor pos.

5) Teori penerimaan (Onterangstheorie). Teori ini kata sepakat terjadi pada saat

kreditur menerima surat jawaban dari debitur. Tepatynya pada saat kreditur

55

Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni,

2000), hlm. 214 56

I. G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, (Jakarta: Kesaint Blance, 2003), hlm.47.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

36

membaca surat jawaban tersebut, karena saat itu ia mengetahui kehendak

debitur.

6) Teori pengetahuan (Vernamingstheorie). Berdasaekan teori ini kata sepakat

dianggap telah terjadi pada saat kreditur mengetahui bahwa debitur telah

menyatakan menerima penawaran. Tampak teori pengetahuan lebih luas dari

teori penerimaan, karena dalam teori ini memandang kreditur mengetahui

kehendak debitur baik melalui surat maupun secara lisan. Ketidaksahan yang

disebabkan karena kesepakatan yang diberikan secara tidak bebas,

mengakibatkan perjanjian tersebut dapat dibatalkan.57

b. Kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian

Seseorang itu dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum, apabila sudah

dewasa, artinya umur 21 tahun atau sudah kawin walaupun belum 21 tahun.58

Sebagai lawan dari cakap hukum ialah tidak cakap hukum dan hal ini diatur dalam

Pasal 1330 KUH Perdata. Bunyi Pasal 1330 KUH Perdata :

“Tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah :

1) Orang-orang yang belum dewasa.

2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampunan.

3) Orang-orang perempuan dalam hal yang ditetapkan.

Undang-Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang-

Undang telah melarang persetujuan tertentu. Baik yang belum dewasa maupun

yang ditaruh di bawah pengampunan apabila melakukan perbuatan hukum harus

diwakili oleh wali mereka. Ketentuan mengenai seorang perempuan bersuami

57

Ibid, hlm 47 58

Abdul Kadir Muhammad., Op.Cit., hlm 92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

37

atau istri yang dalam melakukan perbuatan hukum harus mendapat izin dari

suaminya dinyatakan sudah tidak berlaku lagi dalam Pasal 108 dan 110 Surat

Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 yang diperkuat dengan

Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

c. Suatu hal tertentu

Syarat ketiga untuk sahnya perjanjian yaitu bahwa suatu perjanjian harus

mengenai suatu hal tertentu yang merupakan pokok perjanjian yaitu objek

perjanjian.59

Berdasarkan Pasal 1333 KUHPerdata, suatu perjanjian harus

mempunyai pokok suatu barang yang sedikit sudah ditentukan. Dan tidaklah

menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak ditentukan/tertentu, asal saja jumlah

itu kemudian dapat ditentukan/dihitung. Pasal 1334 KUHPerdata dinyatakan pula

bahwa barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat menjadi pokok

suatu perjanjian. Dengan demikian jelas bahwa yang dapat menjadi pokok

perjanjian ialah barang-barang/benda yang sudah ada maupun barang/benda yang

masih akan ada. Hal tertentu menurut Undang-Undang yaitu prestasi yang

menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Barang yang dimaksudkan dalam

perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya, undang-undang tidak

mengharuskan barang tersebut sudah ada atau belum di tangan debitur pada saat

perjanjian dibuat dan jumlahnya juga tidak perlu disebutkan asal saja kemudian

dapat dihitung atau ditetapkan.

d. Suatu sebab yang halal (causa)

59

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

38

Kata causa berasal dari bahasa latin artinya sebab. Sebab adalah suatu yang

menyebabkan orang membuat perjanjian. Tetapi yang dimaksud dengan sebab

dalam Pasal 1320 KUHPerdata bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan

orang membuat perjanjian, melainkan sebab dalam arti isi perjanjian itu sendiri

yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak. Akibat hukum

perjanjian yang berisi sebab yang tidak halal ialah bahwa perjanjian itu batal demi

hukum. Dengan demikian tidak ada dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian

dimuka hakim, karena sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian.

Demikian juga apabila perjanjian yang dibuat itu tanpa sebab, ia dianggap tidak

pernah ada.

D. Perjanjian Penerbitan Kartu Kredit Antara Debitur Dengan Kreditur

Pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan

Pendekatan pemanfaatan kartu kredit tidak hanya dilakukan dari segi

kebutuhan ekonomi, melainkan harus didukung pula oleh pendekatan hukum

(legal approach), sehingga diakui dan berlaku dalam hubungan hukum ekonomi.

Kartu kredit merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi di bidang usaha

pembiayaan yang bersumber dari berbagai ketentuan hukum, baik perjanjian

maupun perundang-undangan.60

Beberapa peraturan yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan bagi

kelancaran atau kemudahan dalam lalu lintas pembayaran kartu kredit yaitu:

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988, tentang

Lembaga Pembiayaan. Pasal 1 angka 7, menyatakan bahwa perusahaan kartu

60

Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hlm 277

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

39

kredit adalah badan usaha yang melakukan usaha pembayaran untuk membeli

barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit. Perusahaan ini di bawah

pengawasan dan pembinaan Menteri Keuangan.

2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/ KMK. 013/

1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

Pada Pasal 1 huruf n dan o diberi batasan mengenai:

a) Perusahaan kartu kredit adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu

kredit.

b) Pemegang kartu kredit adalah debitur yang mendapat pembiayaan dari

perusahaan kartu kredit. Pasal 7, mengatur tentang kegiatan perusahaan

kartu kredit sebagai berikut: kegiatan kartu kredit, dilakukan dalam bentuk

penerbitan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk

pembayaran pengadaan barang dan jasa.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988 Tentang

Ketentuandan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan (KMK

Lembaga Pembiayaan) mulai berlaku pada tanggal 20 Desember 1988.

KMK Lembaga Pembiayaan ini merupakan peraturan pelaksana dari

Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga

Pembiayaan. Di dalam KMK Lembaga Pembiayaan ini dinyatakan bahwa

usaha kartu kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat

dilaksanakan oleh Lembaga Pembiayaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

40

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Pada Pasal 6 huruf 1, usaha Bank Umum meliputi melakukan kegiatan anjak

piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.

Penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit

didasarkan pada ketentuan Pasal 6 huruf 1 Undang-Undang Perbankan. Pasal

6 huruf 1 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa usaha kartu kredit

merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh bank. Dengan

demikian, Undnag-Undang Perbankan dapat dijadikan dasar penyelenggaraan

usaha kartu kredit sebagai alat pembayaran oleh bank. Namun, Undang-

Undang Perbankan tidak mengatur secara lebih rinci mengenai penerbitan dan

penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran.

4. Peraturan Menteri Keuangan No. 39/PMK.03/2016 yang diterbitkan 22 Maret

2016, penyelenggara kartu kredit wajib menyerahkan data transaksi pemegang

kartu kredit kepada Ditjen Pajak. Data yang disampaikan meliputi nama bank,

nomor rekening kartu kredit, ID merchant, nama merchant, nama pemilik

kartu, alamatnya Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau paspor, Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP), bukti tagihan dan rincian transaksi.61

Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter, memberikan pedoman

bagi penerbitkartu kredit, dengan ketentuan sebagai berikut: Bahwa kartu kredit

hanya boleh dikeluarkan oleh bank yang tergolong sehat atau cukup sehat setelah

mendapat persetujuan Bank Indonesia. Ketentuan hukum tersebut di atas, ternyata

61

Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan Di Indonesia. (Bandung : Citra Aditya Bakti,

2010), hlm 21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

41

hanyaberfungsi sebagai alat untuk melegalisasi adanya usaha kartu kredit, namun

tidak mengatur secara terperinci mengenai hak dan kewajiban apa yang harus

ditaati oleh para pihak yang terlibat dalam penerbitan dan penggunaan kartu

kredit, karena baik Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang)

maupun KUH Perdata belum diatur tentang kartu kredit

Pihak penerbit kartu kredit diberikan hak untuk menagih kembali

pelunasan hak tersebut kepada pihak pemegang kartu kredit ditambah dengan

biaya-biaya lainnya seperti bunga, biaya tahunan, uang pangkal, denda dan

sebagainya.62

Ketentuan Pasal 1 angka 4 PBI No. 14/2/PBI/2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.11/11/PBI/2009 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, kartu

kredit adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas

kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi

pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban

pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit,

dan pemegnag kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang

disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan

pembayaran secara angsuran.63

Bank BCA memasuki lini bisnis baru yaitu perbankan Syariah,

pembiayaan sepeda motor, asuransi umum dan sekuritas. Di tahun 2013, BCA

menambah kepemilikan efektif dari 25 persen menjadi 100 persen pada

62

Munir Fuady, Op.Cit., hlm 174 63

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

42

perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Umum BCA (sebelumnya bernama PT

Central Sejahtera Insurance dan dikenal juga sebagai BCA Insurance).

Produk yang ditawarkan BCA sebagai berikut :

1. Produk Simpanan terdiri dari Tahapan, Tahapan Gold, Tahapan Xpresi,

Tapres, TabunganKu, giro, deposito berjangka, dan BCA Dollar.

2. Kartu Kredit terdiri dari BCA Card, BCA MasterCard dan BCA VISA

3. Fasilitas Kredit, terdiri dari kredit pemilikan rumah, kredit kendaraan

bermotor, kredit modal kerja, kredit sindikasi, kredit ekspor, kredit investasi,

distributor financing, supplier financing, dealer financing, warehouse

financing, dan trust receipt.

4. Fasilitas ekspor impor terdiri dari letter of credit (L/C), negotiation, bankers

acceptance, bills discounting, dan documentary collections.

5. Fasilitas valuta asing yang terdiri dari spot, forward, swap dan produk

derivatif lainnya.

Debitur merupakan pihak yang menggunakan jasa bank. Penghimpunan

dana dan pemberian kredit merupakan pelayanan jasa perbankan yang utama dari

semua kegiatan lembaga keuangan bank. Berdasarkan Pasal 1 angka (16) Undang-

Undang Perbankan diintroduksikan rumusan debitur yaitu debitur adalah pihak

yang menggunakan jasa bank.

Praktik perbankan, setidaknya dikenal tiga macam debitur, yaitu:

1. Debitur deposan, yaitu debitur yang menyimpan dananya pada suatu bank,

misalnya dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

43

2. Debitur yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan misalnya kredit usaha

kecil, kredit kepemilikan rumah, dan sebagainya.

3. Debitur yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank. Misalnya,

transaksi antara importir sebagai pembeli dengan eksportir di luar negeri.

Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah debitur penyimpan.64

Penerbitan kartu kredit antara pihak Bank dan debitur tidak dapat

dilepaskan dari perikatan yang dibuat antara kedua belah pihak, yaitu bersumber

dari perjanjian. Perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUPerdata memberikan

rumusan tentang perjanjian sebagai berikut “Suatu perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang lain atau lebih”.65

Perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain dari

undang-undang yang dapat menimbulkan perikatan. Perikatan adalah suatu

hubungan hukum dengan kewajiban-kewajiban yang berkaitan satu sama lain.

Perjanjian yang lahir karena undang-undang mencakup misalnya kewajiban

seorang ayah untuk menafkahi anak yang dilahirkan oleh istrinya.66

Setiap perjanjian agar dapat dikatakan sah, maka harus memenuhi

ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan bahwa, untuk sahnya

perjanjian diperlukan empat syarat: Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Suatu hal tertentu. Suatu sebab yang

halal Jadi, berdasarkan ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata jounto Pasal

64

Ibid, hlm 40-41 65

Laksanto Utomo, Aspek Hukum Kartu Kredit dan Perlindungan Konsumen, (Bandung:

Alumni, 2015), hlm.37 66

Ibid., hlm 41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

44

1320 KUH Perdata maka perjanjian dan syarat-syarat perjanjian yang dibuat

secara sah mengikat para pihak seperti Undang-Undang. Demikian halnya dengan

perjanjian penerbitan kartu kredit.67

Penerbitan kartu kredit antara pihak Bank dan debitur tidak lepas dari

perikatan yang dibuat antara kedua belah pihak, yaitu bersumber dari perjanjian.68

Perjanjian baru dapat dikatakan sah jika telah dipenuhinya semua ketentuan yang

telah diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Berdasarkan keterangan tersebut

dapat diketahui juga terdapat hal-hal yang menyebabkan batalnya suatu

perjanjian. Jika diuraikan secara rinci, syarat cakap dan sepakat suatu perjanjian

digolongkan ke dalam syarat subjektif. Apabila salah satu syarat subjektif ini tidak

dipenuhi maka akibat hukumnya perjanjian dapat dimintakan pembatalannya.

Suatu hal tertentu dan sebab halal digolongkan kedalam syarat objektif. Apabila

salah satu syarat objektif ini tidak dipenuhi, maka akibat hukumnya perjanjian

batal demi hukum. Artinya perjanjian dengan sendirinya menjadi batal dengan

kata lain perjanjian telah batal sejak dibuatnya perjanjian tersebut atau dianggap

tidak ada. Hal-hal inilah yang merupakan unsur-unsur penting dalam mengadakan

perjanjian.69

Ketentuan Undang-Undang Perbankan dapat disimpulkan bahwa

hubungan hukum antara bank dengan debitur diatur oleh suatu “Perjanjian”. Hal

ini dapat disimpulkan antara lain dari Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Perbankan

yang berbunyi, “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat

67

R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Bandung:

Alumni, 2005), hlm, 339. 68

Laksanto Utomo, Op.Cit, hlm. 65 69

Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia Buku Kesatu Hukum

Dagang Menurut KUHD Dan KUHPerdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), hlm. 191.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

45

kepada bank berdasarkan „perjanjian penyimpanan‟ dan dalam bentuk giro,

deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau untuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu”. Ketentuan ini dapat dilihat bahwa simpanan masyarakat yang ada di

bank, dasarnya adalah „perjanjian‟.70

Hubungan hukum antara bank dengan debitur penyimpan dana, artinya

bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat (para

investor). Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan „debitur penyimpan‟ adalah debitur yang menempatkan dananya

di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan debitur yang

bersangkutan”. Bentuk hubungan hukum antara bank dengan debitur penyimpan

dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari produk-produk

perbankan, seperti deposito, tabungan, giro dan sebagainya.71

Tanggung jawab pihak bank penerbit dapat dilihat dari dua sisi yaitu

melalui aspek perjanjian dan aspek peraturan perundangan yang berlaku.

Tanggungjawab dari aspek hukum perjanjian diatur dengan jelas pada klausul-

klausul yang ada dalam perjanjian penerbitan kartu kredit. Terkait dengan isi dari

perjanjian penerbitan kartu kredit ini, sebuah perjanjian haruslah berpedoman

kepada peraturan yang berlaku. Apabila isi dari perjanjian bertentangan dengan

suatu peraturan perundangan, maka perjanjian tersebut dapat dianggap batal demi

hukum. Tanggung jawab yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembayaran

menggunakan kartu kredit pihak bank penerbit harus tunduk pada peraturan-

peraturan yang berkaitan dengan perbankan, lembaga pembiayaan, peraturan-

70

Mauritz Pray Takasenseran, “Perjanjian Antara Bank dan Nasabah Menurut Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998”, Lex et Societatis, Vol. IV Juli, 2016, hlm. 44 71

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

46

peraturan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan peraturan berkenaan dengan

perlindungan konsumen.72

72

Annisa Aprilia WD, Tanggung Jawab Bank Penerbit (Card Issuer) Terhadap Kerugian

Nasabah Kartu Kredit Akibat Pencurian Data (Carding) Dalam Kegiatan Transaksi, Diponegoro

Law Journal Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, hlm 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

47

BAB III

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR

DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT PADA BANK BCA

CABANG DIPONEGORO MEDAN

D. Prosedur Penerbitan Kartu Kredit Pada Bank BCA Cabang Diponegoro

Medan

Proses permohonan dan penerbitan kartu kredit ada beberapa tahapan yang

harus dilalui calon debitur, meliputi:

1. Segi pemegang kartu kredit

Proses pengajuan permohonan penerbitan kartu kredit, debitur wajib

memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum di dalam formulir aplikasi.

Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Data pribadi dicantumkan seperti nama pribadi secara lengkap sesuai

dengan identitas pemohon (e-KTP, paspor), nomor identitas,

kewarganegaraan, tanggal lahir, alamat lengkap pemohon dan status

kepemilikannya, serta pendidikan terakhir pemohon.

b. Data pekerjaan. Data pekerjaan yaitu pekerjaan dapat berwiraswasta atau

pegawai swasta atau kalangan profesional tertentu. Disebutkan nama

perusahaannya, bidang usaha, lamanya berusaha, jabatan dan departemen,

lamanya bekerja, alamat kantor, kota, dan jumlah karyawan. Dokumen-

dokumen yang perlu dilengkapi bagi wiraswasta adalah seluruh data

perusahaan yang mendukung beserta perijinannya, sedangkan bagi

pegawai swasta atau kalangan profesi lain dapat berupa surat keterangan

penghasilan dari lembaga dimana yang bersangkutan bertugas;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

48

c. Data penghasilan dan referensi. Bank Penghasilan pemohon dihitung

besarnya per tahun dari penghasilan pokok dan penghasilan tambahan.

Aktivitas pemohon dalam menatabukukan penghasilan yang diperolehnya

pada lembaga keuangan bank dan bukan bank disertai dokumen-dokumen

rekening koran, tabungan, deposito, atau pendukung lainnya;

d. Data lainnya yaitu data pendukung sesuai dengan masing-masing

pemohon. Misalnya pemohon telah berkeluarga, akan dimintakan

keterangan tentang suami/isteri, perusahaan atau pekerjaannya, dilengkapi

dengan domisili lembaga yang dimaksud. Selain itu data lainnya berupa

rekening untuk pendebetan transaksi.

e. Data kartu tambahan. Diisi bagi pemohon yang melengkapi dengan kartu

tambahan. Untuk kartu tambahan dimintakan dokumen-dokumen pribadi

yang dipersyaratkan;

f. Persyaratan pemohon. Biasannya dalam setiap aplikasi, terdapat

pernyataan dari pemohon tentang kebenaran dari informasi yang diberikan

kepada bank penerbit, dokumen yang diserahkan, menerima alasan-alasan

terhadap penolakan aplikasi penerbitan kartu kredit dan kesediaan untuk

terikat dalam persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang diatur

dalam perjanjian kartu kredit.73

2. Segi penerbit (bank)

Permohonan kartu kredit yang diajukan oleh calon debitur selanjutnya akan

diproses dengan memperhatikan segi keamanan, antara lain :

73

Johannes Ibrahim, Op.Cit, hlm. 20-21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

49

a. Memeriksa keaslian e-KTP/Paspor;

b. Melakukan cross checking (rating) kepada penerbit lain apabila pemohon

mempunyai kartu kredit lain;

c. Melakukan penelitian dalam daftar hitam Bank Indonesia atau Asosiasi

Kartu Kredit Indonesia;

d. Jika diperlukan penerbit akan melakukan penyelidikan lapangan;

e. Meneliti data rekening atau tabungan dan keterangan gaji yang ada untuk

menetapkan apakah pemohon layak diberikan kartu kredit.74

Bank BCA untuk menjadi pemegang kartu kredit ada prosedur yang harus

ditempuh oleh calon debitur, meliputi:

1. Calon debitur mengajukan permohonan kepada kepada Bank BCA dengan

cara mengisi formulir aplikasi terdiri dari :

a. Data pribadi berisikan nama, alamat, tempat tinggal

b. Dibutuhkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi yang membutuhkan

limit di atas Rp. 50.000.000, jika tidak mempunyai NPWP harus mengisi

formulir bahwasannya calon debitur tersebut tidak mempunyai NPWP dan

hanya mendapat batas limit di bawah Rp. 50.000.000,-

c. Data pekerjaan berisikan Nama Perusahaan, alamat perusahaan

d. Data penghasilan berisikan gaji per tahun, penghasilan tambahan, rekening

bank kartu kredit yang sudah dimiliki

2. Calon debitur melampirkan dokumen yang diperlukan pada formulir aplikasi

yang terdiri dari :

74

Ibid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

50

a. Bagi karyawan berisikan fotocopy e-KTP, fotocopy surat keterangan

penghasilan.

b. Bagi dokter/pengacara berisikan fotocopy e-KTP, Fotocopy Surat izin

praktik .

c. Bagi pengusaha berisikan fotocopy e-KTP, Fotocopy STUP/Akte

pendirian/Tanda, Daftar Perusahaan.

3. Calon debitur menyampaikan formulir aplikasi yang sudah diisi lengkap

bersama lampiran yang diperlukan kepada Bank BCA. Calon debitur

menandatangani formulir aplikasi, maka permohon akan memberikan

pernyataan, seperti data yang diisikan dalam formulir adalah benar.

Memberikan kuasa kepada penerbit memeriksa kebenaran. Tunduk dan terikat

pada syarat dan ketentuan bagi pemegang kartu yang ditetapkan oleh Bank

BCA. Tanggung jawab untuk membayar semua biaya yang timbul dari

penggunaan kartu.75

Setelah Bank BCA setelah menerima formulir aplikasi, selanjutnya Bank

BCA melakukan beberapa hal, antara lain:

1. Bank BCA melakukan analisis terhadap aplikasi berikut lampiran yang

diterima jika perlu dilakukan pengecekan setempat untuk memastikan

kebenaran dari data yang disampaikan, termasuk kepada bank lain, dalam hal

debitur mencantumkan bahwa debitur sudah menjadi pemegang kartu kredit

dari bank lain.

2. Bank BCA menetapkan putusan terhadap permohonan tersebut, yang dapat

berupa :

75

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

51

a. Bank BCA mengabulkan permohonan debitur untuk menjadi pemegang

kartu Bank BCA, jika hasil analisis menunjukkan bahwa pemohon layak

menjadi pemegang kartu, atau

b. Bank BCA menolak permohonan debitur tersebut, jika terjadi sebaliknya.

Sesuai dengan formulir aplikasi, penerbit dapat menolak permohonan

calon Pemegang kartu tanpa harus menyebutkan alasannya.

3. Putusan disampaikan kepada calon debitur sebagai pemohon dengan surat.

4. Jika permohonan calon debitur dikabulkan, dipersiapkan pembuatan kartu

kredit.

5. Proses selesainya kartu kredit 14 (empat belas) hari kerja sudah sampai

ditangan debitur.

6. Kartu kerdit dikirimkan kepada debitur dengan menggunakan jasa kurir. Kartu

kredit tersebut disampaikan dalam sampul tertutup yang hanya boleh dibuka

oleh debitur. Penyampaian kartu juga disampaikan pemberitahuan tentang

plafond kredit diberikan. Debitur sebagai pemegang kartu menanda tangani

bagian kartu kredit. Pembubuhan tanda tangan itu, debitur sebagai pemegang

kartu sudah dapat menggunakannya baik untuk mendapatkan barang atau jasa

maupun untuk mendapatkan uang tunai, dengan demikian perjanjian sah

menurut hukum, karena isinya disepakati oleh semua pihak yang terkait.76

Setelah kartu kredit diterbitkan oleh Bank BCA kartu tersebut tidak dapat

dipindahtangankan dan harus ditandatangani oleh orang yang namanya tercetak di

atas kartu. Selama masa berlakunya kartu, debitur selaku pemegang kartu adalah

76

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

52

satu-satunya orang yang berhak menggunakan kartu untuk melakukan transaksi

pembayaran kepada pedagang yang dapat menerima pembayaran dengan

menggunakan kartu melakukan transaksi penarikan uang tunai melalui mesin

ATM, atau transaksi penarikan uang tunai di kantor cabang BCA yang menerima

transaksi penarikan uang tunai dengan menggunakan kartu.77

Setelah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan oleh pihak bank dan

mengisi formulir pengajuan dengan lengkap, maka aplikasi tersebut akan diproses

dan sebagaimana mestinya. Hal ini akan memakan waktu selama kurang lebih dua

minggu, hingga akhirnya debitur tersebut bisa menerima kartu kreditnya dan

menggunakannya sebagaimana mestinya, sehingga menimbulkan hak dan

kewajiban oleh debitur selaku pemegang kartu kredit. Adapun yang menjadi hak

pemegang kartu kredit, antara lain:

1. Fasilitas untuk meningkatkan atau menurunkan limit kredit yang diberikan

oleh pihak bank, di mana hal ini dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan

debitur itu sendiri dan kesepakatan antara kedua belah pihak.

2. Fasilitas perlindungan (asuransi) terhadap berang-barang tertentu yang dibeli

menggunakan kartu kredit, hal ini biasanya berlaku untuk jenis barang yang

memiliki harga tinggi (mahal).

3. Fasilitas gawat darurat (kenaikan limit secara mendadak), hal ini biasa

dilakukan oleh debitur yang sedang atau akan bepergian ke luar negeri.

4. Fasilitas asuransi ketika bepergian, ini termasuk dalam fitur tambahan yang

tentu saja dikenai sejumlah biaya secara berkala

77

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

53

5. Menerima billing statement setiap bulannya.78

Tanggung jawab debitur selaku pemegang kartu kredit, antara lain :

1. Tanggung jawab terhadap adanya penyalahgunaan kartu kredit, hal ini bisa

terjadi akibat adanya tindakan pencurian dan berbagai tindakan lainnya.

2. Membayar berbagai macam biaya yang dikenakan oleh pihak bank sebagai

bentuk konsekuensi atas pemakaian kartu kredit tersebut, seperti: biaya

keterlambatan pembayaran, biaya penarikan tunai, biaya over limit, biaya

iuran tahunan, dan beragam biaya lainnya.

3. Membayar biaya bunga, jika terjadi penunggakan pembayaran atau pun

pembayaran yang tidak penuh atas tagihan atau pembelanjaan yang timbul

dalam kurun waktu tertentu.

4. Melapor dengan segera kepada pihak bank penerbit kartu kredit, jika sewaktu-

waktu mengalami tindak pencurian atau kehilangan atas kartu kredit yang

dimiliki.

5. Mematuhi semua aturan dan kebijakan yang diterapkan oleh bank penerbit

kartu kredit.79

E. Akibat Hukum Wanprestasi Yang Dilakukan Debitur dalam Perjanjian

Kartu Kredit Pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan

Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban/prestasinya, maka

pihak tersebut dapat dikatakan melakukan wanprestasi (ingkar janji). Akibat

hukum merupakan suatu akibat dari tindakan yang dilakukan, untuk memperoleh

78

https://www.cermati.com/artikel/mengenal-kartu-kredit-serta-hak-dan-tanggung-jawab-

pemiliknya/diakses tanggal 1 Agustus 2019 79

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

54

suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku hukum. Akibat yang dimaksud adalah

akibat yang diatur oleh hukum, sedangkan tindakan yang dilakukan merupakan

tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai dengan hukum yang berlaku.80

Akibat hukum merupakan suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh karena

suatu sebab, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum, baik perbuatan

yang sesuai dengan hukum, maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum.

Pasal 1266 KUHPerdata memberikan akibat hukum terhadap debitur yang tidak

aktif dalam perjanjian.

Terjadinya wanprestasi (ingkar janji) senantiasa diawali dengan hubungan

kontraktual. Kontrak dibuat sebagai instrumen yang secara khusus mengatur

hubungan hukum antara kepentingan yang bersifat privat dan perdata khususnya

dalam pembuatan kontrak. Kepentingan antara masyarakat individu dalam

kehidupan bermasyarakat apabila dilanggar akan menimbulkan suatu konfik

kepentingan antara hak dan kewajiban.81

Debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka dikatakan debitur

melakukan wanprestasi, debitur alpa, lalai, atau bahkan ingkar janji, atau debitur

juga melanggar perjanjian, bila debitur melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak

boleh dilakukannya. Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa

Belanda “Wanprestatie”, artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti

yang telah ditetapkan dalam perjanjian tersebut. Faktor penyebab wanprestasi ada

dua kemungkinannya, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam dari pihak.

Faktor dari luar adalah peristiwa yang tidak diharapkan terjadi dan tidak dapat

80

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm 295 81

Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan yang lahir dari

hubungan kontraktual, (Jakarta, Prenada Media Group, 2014), hlm 51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

55

diduga akan terjadi ketika perjanjian dibuat. Faktor ini disebut keadaan memaksa,

yang menghalangi pihak dalam perjanjian memenuhi kepada pihak lainnya. Pihak

yang tidak memenuhi kewajiban itu tidak dapat dipersalahkan dan tidak dapat

dikenal sanksi.82

Perjanjian penerbitan kartu kredit antara pihak pemegang kartu kredit

dengan bank penerbit disebutkan bahwa jika pemegang kartu kredit tidak

melakukan kewajiban pembayaran, maka pemegang kartu kredit dengan ini

memberi hak dan kuasa kepada bank penerbit untuk:

1. Mendebet rekening giro/ tabungan/ deposito atau jenis simpanan lainnya yang

dimiliki pemegang kartu kredit di bank

2. Mencairkan jaminan yang ada di bank

3. Meminta/ melakukan penagihan pembayaran melalui jasa pihak ketiga

4. Memanggil pemegang kartu kredit melalui media masa

5. Dengan cara-cara lain yang dianggap layak oleh bank.83

Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum.

Disebabkan suatu peristiwa hukum disebabkan oleh perbuatan hukum, sedangkan

suatu perbuatan hukum juga dapat melahirkan suatu hubungan hukum, maka

akibat hukum juga dapat dimaknai sebagai suatu akibat yang ditimbulkan oleh

adanya suatu perbuatan hukum dan/atau hubungan hukum.84

Dasar perjanjian merupakan kesepakatan para pihak yang akan

menimbulkan prestasi, apabila salah satu pihak tidak memenuhi prestasi dalam

82

Ibid 83

Johannes Ibrahim, Op.Cit, hlm. 69 84

Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum,Cetakan I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm 86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

56

perjanjian akan menimbulkan wanprestasi, jika memang dapat dibuktikan bukan

karena keadaan memaksa (overmach). Wanprestasi adalah suatu keadaan yang

dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi

seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian.85

Wanprestasi yang dilakukan debitur dapat berupa tidak melakukan apa

yang disanggupi sebagaimana dalam perjanjian. Melaksanakan apa yang

diperjanjikan, akan tetapi tidak sesuai sebagaimana dalam perjanjian. Melakukan

yang diperjanjikan tetapi terlamabat. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian

tidak boleh dilakukan.86

Wanprestasi dalam pengunaan kartu kredit oleh debitur tidak bisa

dikenakan sanksi secara langsung oleh pihak bank, hal tersebut sesuai dengan

Pasal 1243 KUHPerdata yang dinyatakan bahwa penggantian kerugian atas

wanprestasi baru dapat dilakukan setelah pihak yang melakukan wanprestasi harus

dibuktikan adanya kelalaian dari pemegang kartu kredit dan diberi peringatan,

karena tidak menepati janjinya, dan debitur tetap tidak bersedia melakukan

kewajibannya. Apabila peringatan ini tidak dihiraukan oleh debitur, maka pihak

bank akan mengirimkan tagihan serta mengingatkan akan menyita harta benda

sesuai dengan perjanjian yang ada. Pernyataan lalainya pihak pemegang kartu

kredit harus dibuktikan dengan surat perintah peringatan pembayaran yang diatur

dalam Pasal 1238 KUHPerdata87

85

J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, (Bandung:Citra Aditya

Bakti, 2002), hlm. 196-197. 86

R. Subekti, Op.Cit., hlm 1 87

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

57

Wanprestasi mempunyai akibat yang sangat penting, maka harus

ditetapkan terlebih dahulu apakah debitur telah melakukan wanprestasi dan

apabila hal tersebut disangkalnya harus dibuktikan dimuka pengadilan yang

diputuskan oleh majelis hakim. Penentuan saat terjadinya wanprestasi seringkali

tidak diperjanjikan dengan tepat, kapan debitur diwajibkan melakukan prestasi

yang telah diperjanjikan. Saat terjadinya wanprestasi diatur dalam Pasal 1238

KUHPerdata, yang menyebutkan bahwa: “si berhutang adalah lalai, apabila ia

dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu telah dnyatakan lalai, atau demi

perikatannya send, ialah jika ini menetapkan bahwa si berhutang akan di anggap

lalai dengan lewatnya waktu yang dihentikan”.

Pasal 1243 KUH Perdata dinyatakan bahwa debitur wajib membayar ganti

rugi, apabila setelah dinyatakan lalai debitur tetap tidak memenuhi prestasi itu,

maka dapat menimbulkan kerugian bagi kreditur. Kerugian yang bisa dimintakan

penggantikan itu tidak hanya biaya-biaya yang sungguh-sungguh telah

dikeluarkan, atau kerugian yang sungguh-sungguh menimpa benda si berpiutang,

tetapi juga berupa kehilangan keuntungan, yaitu keuntungan yang didapat

seandainya siberhutang tidak lalai dalam menepati janji.88

Bank BCA dengan pertimbangan tertentu setiap saat berhak untuk

mengurangi pagu kredit atas kartu, memblokir kartu, mengakhiri penggunaan

kartu, dan mencabut semua hak yang melekat pada kartu. Bank BCA akan

memberitahukan kepada semua pedagang mengenai hal-hal tersebut. Penggunaan

kartu kredit akan diakhiri, debitur wajib untuk melunasi tagihan rekening kepada

88

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta:Intermasa, 2005), hlm.148

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

58

Bank BCA dengan seketika dan sekaligus lunas. Debitur dan BCA sepakat untuk

mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 KUHPerdata sepanjang mengenai

pengakhiran perjanjian sehingga untuk mengakhiri penggunaan kartu tidak

diperlukan adanya putusan pengadilan.89

Akibat hukum wanprestasi yang dilakukan debitur dalam perjanjian kartu

kredit pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan, akibat hukum yang timbul

apabila pihak debitur selaku pengguna kartu kredit dalam hal ini terlambat dalam

pemenuhan prestasi, maka pihak Bank BCA memberikan sanksi denda akan

keterlambatan tersebut dan pihak debitur dalam hal ini wajib untuk membayar

denda beserta bunga yang turut serta di dalamnya. Akibat hukum yang timbul

apabila pihak debitur dalam hal ini melaksanakan prestasi yang tidak boleh

dilakukan, maka pihak Bank BCA sesuai dengan yang dituangkan dalam

perjanjian kreditnya maka pihak Bank BCA melakukan pemblokiran terhadap

kartu kredit milik debitur disertai penagihan terhadap debitur tersebut.90

F. Perlindungan Hukum Yang Diperoleh masing-masing Pihak Apabila

Terjadi Permasalahan Dalam Penggunaan Kartu Kredit

Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada

masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum.91

89

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib 90

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib 91

Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000),

hlm. 53.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

59

Hukum menlindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan

suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya

tersebut. Pengalokasikan kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti

ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang

disebut hak. Dengan demikian, tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat itu bisa

disebut hak, melainkan kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum

kepada seseorang.92

Dibutuhkan seperangkat aturan hukum untuk melindungi konsumen.

Aturan tersebut berupa Pembentukan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) mempunyai maksud untuk memberikan

perlindungan kepada konsumen menurut Pasal 1 angka 1 UUPK. UUPK

mempunyai pengertian berupa segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Berdasarkan pengertian

tersebut dapat diketahui bahwa perlindungan konsumen merupakan segala upaya

yang dilakukan untuk melindungi konsumen sekaligus dapat meletakan konsumen

dalam kedudukan yang seimbang dengan pelaku usaha. Konsumen dalam Pasal 1

ayat (2) UUPK disini yang dimaksudkan adalah “Pengguna Akhir (end user)” dari

suatu produk yaitu setiap orang pemakaian barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.93

Berdasarkan Pasal 1 angka 7 tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor:

14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

92

Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional, (Jakarta: Kencana,2014), hlm 121. 93

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Pelindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,

2014, hlm.27.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

60

11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan

Menggunakan Kartu didalam ditegaskan bahwa pemegang kartu kredit adalah

pengguna yang sah dari APMK. Perkembangannya terkadang konsumen tidak

merasa menggunakan kartu kredit sesuai dengan tagihan yang diberikan oleh

pihak bank kepada konsumen, dari pihak bank hanya mengetahui debitur

tersebutlah pengguna yang sah dari kartu kredit tersebut.94

Perlindungan hukum terhadap pemegang kartu dapat dilakukan melalui 2

(dua) cara, yaitu:

1. Perlindungan secara implisit (Implict deposit protection), yaitu perlindungan

yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang

dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini yang

diperoleh melalui:

a. Peraturan perundang-undangan di bidang perbankan (UU Nomor 7 Tahun

1992 Jo UU Nomor 10 Tahun 1998);

b. Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang

efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia;

c. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada

khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya;

d. memelihara tingkat kesehatan bank;

e. Melakukan usaha dengan prinsip kehati-hatian;

f. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan

pemegang kartu;

94

Raphael Sitorus. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Jurnal Lex Privatum,

Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015, hlm 233

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

61

g. Menyediakan informasi risiko pada pemegang kartu.

6. Perlindungan secara eksplisit (explisit deposit protection) yaitu perlindungan

melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat,

sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan

mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut.

Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin

simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor

26 Tahun 1998 Tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum.95

Konsumen pengguna kartu kredit memang dilindungi oleh UUPK. Jika

memang kartu kredit hilang atau dicuri oleh orang lain, ada beberapa cara yang

harus diketahui oleh setiap debitur pengguna kartu kredit agar konsumen tidak

mengalami kerugian yaitu sebagai berikut :

a. Jangan panik, segera hubungi pihak bank untuk meminta kartu kredit telah

diblokir;

b. Apabila telah terjadi transaksi yang tidak dilakukan oleh konsumen/pemegang

kartu kredit, maka konsumen segera melakukan tindakan sebagai berikut:

1) Melapor ke bank penerbit kartu kredit;

2) Apabila laporan tersebut tidak juga ditindaklanjuti, konsumen dapat

membuat pengaduan tertulis yang ditunjukan kepada pihak bank yang

bersangkutan dan ditembuskan ke instansi terkait, misalnya Direktorat

Investigasi dan Mediasi Perbankan (Bank Indonesia), Asosiasi Kartu

Kredit Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.96

95

Hermasnyah, Op.Cit, hlm 145 96

Ibid., hlm 233

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

62

Kreditur beralasan, bahwa perlindungan terhadap pemegang kartu kredit

hanya sebatas apabila konsumen meminta informasi dan/atau konsfirmasi atas

produk dari bank tersebut, pengetahuan konsumen sangat terbatas tentang hal itu.

Disamping itu, debitur berada pada posisi yang kadang tidak menguntungkan atau

terdesak akan kebutuhan atau keinginan untuk memperoleh kartu kredit sehingga

tidak memperdulikan isi perjanjian atau ketentuan yang disodorkan oleh pihak

bank. Upaya perlindungan hukum terhadap debitur kartu kredit dapat terwujud,

jika adanya partisipasi dari berbagai pihak. Pihak debitur harus bersikap lebih

proaktif untuk mengetahui hak dan kewajibannya, pihak Bank BCA hendaknya

lebih bersikap terbuka dan memperabiki kinerjanya, sehingga hubungan hukum

antara pihak Bank BCA dengan debitur selaku pemegang kartu kredit akan

berjalan dengan baik karena kedua belah pihak saling mengetahui akan hak dan

kewajibannya masing-masing, sehingga kepercayaan debitur terhadap pihak bank

akan semakin meningkat.97

97

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

63

BAB IV

PENYELESAIAN HUKUM AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG

DILAKUKAN DEBITUR DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT

PADA BANK BCA CABANG DIPONEGORO MEDAN

A. Gambaran Umum Bank Central Asia

Kehadiran Bank Central Asia Berdiri (BCA) di tengah masyarakat

Indonesia dan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu bank umum terbesar di

Indonesia sejak berdiri pada tahun 1957. Selama hampir 63 tahun Bank BCA tak

pernah berhenti menawarkan beragam solusi perbankan yang menjawab

kebutuhan finansial masyarakat Indonesia dari semua kalangan. Beragam produk

dan layanan Bank BCA yang berkualitas dan tepat sasaran, solusi finansial Bank

BCA mendukung perencanaan keuangan pribadi dan perkembangan masyarakat

bisnis. Didukung oleh kekuatan jaringan antar cabang, luasnya jaringan ATM,

serta jaringan perbankan elektronik lainnya, siapa saja dapat menikmati fasilitas

dan kemudahan serta kenyamanan bertransaksi yang ditawarkan Bank BCA.98

Bank BCA akan terus berupaya menjaga kepercayaan dan harapan debitur

serta para pemangku kepentingan. Sesuai dengan komitmen Bank BCA

“Senantiasa di Sisi Anda”. Memenangkan kepercayaan untuk memberikan solusi

terbaik bagi kebutuhan finansial para debitur adalah suatu kehormatan dan

kebanggaan bagi BCA. Sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia No.42855/ U.M.II tertanggal 14 Maret 1957 perihal izin melakukan

usaha bank.99

98

https://www.bca.co.id/tentang-bca/diakses tanggal 1 Oktober 2019. 99

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

64

Krisis ekonomi yang melanda sebagian negara Asia termasuk Indonesia

pada tahun 1997 tersebut mempengaruhi aliran dana tunai Bank BCA dan bahkan

sempat mengancam kelanjutan perusahaan, disebabkan kepercayaan masyarakat

terhadap dunia perbankan menurun, akibat banyaknya debitur panik lalu beramai-

ramai menarik dana di Bank BCA. Bank BCA terpaksa harus meminta bantuan

dari pemerintah yaitu melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

pada tanggal 28 Mei 1998 mengambil alih operasi dan manajemen Bank BCA.

Status Bank BCA diubah menjadi Bank Taken Over (BTO) dan status ini

berakhir pada tanggal 28 April 2000. Sesuai dengan keputusan tersebut, setelah

masa restrukturisasi selesai, pada bulan Mei 2000, Anggaran Dasar Bank BCA

mengalami perubahan sehubungan dengan Penawaran Umum Perdana saham.

Kondisi ini mengubah status Bank BCA menjadi perusahaan terbuka dan nama

bank menjadi PT Bank BCA Tbk. Bank BCA menawarkan 22 persen dari modal

saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari divestasi pemilikan

saham Republik Indonesia yang diwakili oleh BPPN. BPPN melakukan

penawaran saham ke dua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN

mendivestasikan 10 persen lagi dari saham miliknya di Bank BCA. Di tahun

2002, BPPN melepas 51 persen dari sahamnya di Bank BCA melalui tender

penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di

Mauritius, memenangkan tender tersebut.100

100

https://www.bca.co.id/tentang-bca/korporasi/berita/2016/04/05/04/34/www-bca-co-id-

website-baru-bca/diakses tanggal 20 Agustus 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

65

Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, Bank BCA beroperasi sebagai bank

umum yang bergerak di bidang perbankan dan jasa keuangan lainnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Bank BCA

memperoleh izin untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Keuangan No. 42855/U.M.II tanggal 14 Maret 1957. Pada

tahun 1977, Bank memperoleh izin untuk melakukan kegiatan usaha devisa.

Praktiknya dalam menjalankan usahanya, bisnis dan kompetensi inti yang

dipilih oleh Bank BCA adalah untuk menjadi transaksional bank. Bank BCA

mempersiapkan infrastruktur perbankan diantaranya sektor teknologi informasi

dan komunikasi, sehingga dapat mendukung produk dan layanan yang sesuai

dengan kebutuhan debitur. Bank BCA mengembangkan ruang lingkup usahanya

dengan menjalankan fungsi intermediasi melalui penyaluran kredit. Sejak tahun

2000 Bank BCA menyiapkan pengembangan kegiatan perkreditan. Pertumbuhan

kredit yang sangat baik (kredit Bank BCA pada tahun 2006 dibandingkan tahun

2001 telah tumbuh sebesar 40 persen), menyebabkan pergeseran aktiva produktif

Bank BCA ke produk kredit yang memiliki imbal jasa lebih tinggi. Bank BCA

juga melihat kesempatan baru untuk memenuhi kebutuhan segmen menengah.

Segmen ini, selain membutuhkan kemudahan bertransaksi dan mendapatkan

pembiayaan kredit, mereka juga membutuhkan sarana untuk melakukan investasi.

Bank BCA dalam hal ini mulai aktif menjadi relationship banking untuk

memenuhi kebutuhan tersebut.101

101

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

66

Praktiknya dalam menjalankan persaingan bisnisnya, Bank BCA

merancang bidang usaha berdasarkan konsep Strategic Business Unit

(SBU). Konsep ini memungkinkan bank untuk dapat lebih fokus pada jenis

produk dan jasa yang ditawarkannya. Bank BCA mengelompokkan kegiatan

perbankan ke dalam tiga kelompok besar yaitu Bisnis Perbankan Konsumer,

Bisnis Kredit, Bisnis Tresuri dan Internasional. Ketiga bisnis lini tersebut

didukung oleh unit-unit pengendali risiko serta pendukung korporasi.

Visi Bank BCA

“Visi Bank BCA sebagai Bank pilihan utama dan andalan masyarakat Indonesia,

yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia”

Visi tersebut Bank BCA bercita-cita menjadi Bank pilihan utama di Indonesia.

Bank BCA mengharapkan kegiatan perbankan yang ditawarkan dapat

memberikan service excellence dan pengalaman yang baik kepada debitur. Hal ini

harus diwujudkan dalam bentuk kesiapan prasarana, sistem dan prosedur,

kemampuan sumber daya manusia dan budaya perusahaan.

Bank BCA diharapkan dapat menjadi bank yang memiliki brand

awareness, brand loyalty dan brand recommendation yang tinggi dalam

pandangan debitur. Tidak hanya itu, Bank BCA juga ingin menjadi institusi

andalan masyarakat luas karena sangat peduli lingkungan dan masyarakat sekitar.

Bank BCA adalah bank yang peduli pada peningkatan taraf hidup masyarakat,

keseimbangan ekosistem, pendidikan, bantuan korban bencana alam dan bantuan

pengembangan tempat ibadah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

67

Hal lain yang diharapkan terwujud adalah Bank BCA menjadi bank dengan tata

kelola yang baik dan juga berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia,

sehingga Bank BCA akan menjadi bagian dari pembangunan ekonomi Indonesia.

Misi Bank BCA

Guna mencapai visi tersebut di atas, maka Bank BCA menetapkan misi

perusahaan, antara lain:

1. Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan

solusi keuangan bagi debitur bisnis dan perseorangan

2. Memahami beragam kebutuhan debitur dan memberikan layanan finansial

yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi debitur

3. Meningkatkan nilai francais (franchise value) dan nilai stakeholder.

Ruang lingkup kegiatan usaha Bank BCA adalah bergerak di bidang

perbankan dan jasa keuangan lainnya. Bank BCA memperoleh pernyataan efektif

dari BAPEPAM-LK pada tanggal 11 Mei 2000, untuk melakukan Penawaran

Umum Saham Perdana Bank BCA (IPO) sebanyak 662.400.000 saham dengan

jumlah nilai nominal Rp500,- dengan harga penawaran Rp1.400,- per saham, yang

merupakan 22 persen dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai

bagian dari divestasi pemilikan saham Republik Indonesia yang diwakili oleh

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Penawaran umum ini dicatatkan

pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000.102

BPPN melakukan divestasi 22,5 persen tahun 2000 dari seluruh saham

Bank BCA melalui Penawaran Saham Publik Perdana (IPO), sehingga

102

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

68

kepemilikan BPPN berkurang menjadi 70,3 persen. Penawaran Publik Kedua

(Secondary Public Offering) 10 persen dari total saham Bank BCA. Kepemilikan

BPPN atas Bank BCA berkurang menjadi 60,3 persen Mulai tahun 2002, FarIndo

Investment (Mauritius) Limited mengambil alih 51 persen total saham Bank BCA

melalui proses tender strategic private placement. BPPN melakukan divestasi atas

1,4 persen saham Bank BCA kepada investor domestik melalui penawaran

terbatas dan Pemerintah Republik Indonesia melalui PT Perusahaan Pengelola

Aset (PPA) melakukan divestasi seluruh sisa kepemilikan saham Bank BCA

sebesar 5,02 persen. Bank BCA melakukan pengembangan bisnis dengan

memperkuat dan mengembangkan produk dan layanan, terutama perbankan

elektronik dengan memperkenalkan Debit Bank BCA, Tunai Bank BCA, internet

banking Klik Bank BCA, mobile banking Bank BCA dan EDCBIZZ. Bank BCA

mendirikan fasilitas Disaster Recovery Center di Singapura dan meningkatkan

kompetensi di bidang penyaluran kredit, termasuk melalui ekspansi ke bidang

pembiayaan mobil melalui anak perusahaannya, Bank BCA Finance.

Bank BCA memasuki lini bisnis baru yaitu perbankan Syariah,

pembiayaan sepeda motor, asuransi umum dan sekuritas. Bank BCA di tahun

2013, menambah kepemilikan efektif dari 25 persen menjadi 100 persen pada

perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Umum BCA (sebelumnya bernama PT

Central Sejahtera Insurance dan dikenal juga sebagai BCA Insurance).

Produk-produk yang ditawarkan BCA sebagai berikut :

a. Produk Simpanan terdiri dari tahapan, tahapan Gold, Tahapan Xpresi, Tapres,

TabunganKu, giro, deposito berjangka, dan BCA Dollar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

69

b. Kartu Kredit terdiri dari BCA Card, BCA MasterCard dan BCA VISA

c. Fasilitas Kredit, terdiri dari Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Kendaraan

Bermotor, Kredit Modal Kerja, Kredit Sindikasi, Kredit Ekspor, Kredit

Investasi, Distributor Financing, Supplier Financing, Dealer Financing,

Warehouse Financing, dan Trust Receipt.

d. Fasilitas ekspor impor terdiri dari Letter of Credit (L/C), Negotiation, Bankers

Acceptance, Bills Discounting, dan Documentary Collections.

6. Fasilitas valuta asing yang terdiri dari spot, forward, swap dan produk

derivatif lainnya.103

B. Bentuk Wanprestasi Dalam Perjanjian Kartu Kredit

Apabila dalam suatu perjanjian si debitur tidak melaksanakan apa yang

telah diperjanjikan, maka dapat dikatakan debitur telah melakukan wanprestasi.

Debitur dapat pula dikatakan telah lalai atau ingkar janji atau bahkan melanggar

perjanjian dengan melakukan sesuatu hal yang dilarang/tidak boleh dilakukan. Hal

ini berakibat hukum yakni pihak/para pihak yang dirugikan dapat menuntut

pelaksanaan dari prestasi atau konsekwensi lain yang di atur dalam perjanjian.

Wanprestasi terjadi disebabkan adanya kesalahan, kelalaian dan

kesengajaan. Yang dimaksud adanya “kesalahan”, harus dipenuhi syarat-syarat,

yaitu sebagai berikut

1. Perbuatan yang dilakukan harus dapat dihindarkan.

2. Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan kepada si pembuat, yaitu bahwa ia

dapat menduga tentang akibatnya.104

103

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

70

Faktor terjadinya wanprestasi (ingkar janji) dalam perjanjian kartu kredit

yang biasa dilakukan oleh debitur yaitu adanya unsur kesengajaan, artinya debitur

secara sengaja bermaksud tidak membayar kewajibannya, sehingga terjadi

wanprestasi. Adanya unsur tidak sengaja, artinya debitur mau membayar, tetapi

belum mampu.105

Pasal 1267 KUHPerdata dijelaskan bahwa apabila debitur dalam keadaan

wanprestasi (ingkar janji), maka kreditur dapat memilih diantara beberapa

kemungkinan tuntutan, antara lain yaitu pemenuhan perikatan, pemenuhan

perikatan dengan ganti kerugian, ganti kerugiannya saja, pembatalan perjanjian,

ataupun pembatalan perjanjian dengan ganti kerugian.

Bentuk wanprestasi (ingkar janji) dalam perjanjian kartu kredit umumnya

yang biasa terjadi adalah pihak pemegang kartu kredit tidak membayar tagihan

dari bank penerbit hingga jatuh tempo. Wanprestasi dalam perjanjian kartu kredit

oleh pemegangnya tidak dapat dikenakan sanksi secara langsung oleh pihak bank

selaku penerbit, sesuai dengan Pasal 1243 KUHPerdata yang dinyatakan bahwa

penggantian kerugian atas wanprestasi baru dapat dilakukan setelah pihak yang

melakukan wanprestasi harus dibuktikan adanya kelalaian dari pemegang kartu

kredit dan diberi peringatan karena tidak menepati janjinya, dan ia tetap tidak

bersedia melakukan kewajibannya. Apabila peringatan ini tidak dihiraukan oleh

pemegang kartu kredit, maka pihak bank akan mengirimkan tagihan serta

mengingatkan akan menyita harta benda sesuai dengan perjanjian yang ada.

Pernyataan lalainya pihak pemegang kartu kredit harus dibuktikan dengan surat

104

Yahman, Op,CIt, hlm.84 105

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

71

perintah peringatan pembayaran atau surat sejenis lainnya yang diatur dalam Pasal

1238 KUHPerdata.106

Bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian kartu kredit di Bank BCA,

antara lain seperti:

1. Pemegang kartu kredit tidak memenuhi prestasi sama sekali. Sehubungan

dengan dengan cardholder yang tidak memenuhi prestasinya, sehingga

dikatakan cardholder tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2. Pemegang kartu kredit memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya.

Apabila prestasi cardholder masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka

cardholder dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.

3. Pemegang kartu kredit memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.

Cardholder yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru

tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka cardholder dikatakan tidak

memenuhi prestasi sama sekali.107

C. Penyelesaian Hukum Bank BCA Cabang Diponegoro Medan terhadap

Debitur Yang Wanprestasi

Bilamana debitur tidak dapat menyelesaikan semua kewajiban yang timbul

sebagai akibat penggunaan kartu dengan ini bersedia secara sukarela menyerahkan

harta kekayaan milik debitur baik berupa benda bergerak maupun benda tidak

bergerak kepada Bank BCA untuk melunasi kewajiban pemegang kartu. Oleh

karena itu, Bank BCA diberi kuasa oleh debitur untuk melakukan tindakan-

106

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib 107

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

72

tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelesaian semua kewajiban pemegang

kartu kredit kepada Bank BCA.108

Debitur bertanggjungjawab penuh atas penggunaan kartu maupun

penyalahgunaan kartu, baik oleh debitur maupun pihak ketiga. Semua tagihan

berikut biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan penggunaan kartu oleh

debitur. Tambahan menjadi tanggung jawab sepenuhnya debitur, dengan tidak

menutup kemungkinan bahwa jika dianggap perlu oleh Bank BCA, Bank BCA

berhak untuk menagih secara langsung kepada debitur. Tambahan atas faktur

transaksi yang telah ditandatangani oleh debitur.109

Bila Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) tidak dapat menyelesaikan

pengaduan konsumen, dapat ditempuh dengan penyelesaian di Pengadilan atau di

lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS), yaitu :

a. Pengaduan konsumen wajib diselesaikan terlebih dahulu oleh PUJK.

b. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian Pengaduan sebagaimana

dimaksud pada angka 1, Konsumen dan PUJK dapat melakukan penyelesaian

Sengketa di luar pengadilan atau melalui pengadilan.

c. Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada angka

2 dilakukan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dimuat

dalam Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan oleh

Otoritas Jasa Keuangan.

108

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib 109

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

73

4. PUJK wajib melaksanakan putusan Lembaga Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Pengaturan mengenai Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di

Sektor Jasa Keuangan akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan.

7. Penyelesaian Pengaduan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa

dapat disampaikan oleh Konsumen apabila pengaduan tersebut belum pernah

diselesaikan melalui lembaga arbitrase (pengadilan).110

Upaya hukum yang dilakukan kreditur bank apabila pemegang kartu kredit

melakukan wanprestasi yaitu dengan melakukan upaya atau penyelesaian dengan

dua cara yaitu:

1. Penyelesaian secara damai/ diluar pengadilan (non litigasi);

Penyelamatan adalah suatu langkah penyelesaian kredit yaitu melalui

perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan memerhatikan syarat-

syarat yang sudah ditentukan. 111

a. Bila debitur macet karena usahanya merugi dikarenakan pelanggannya

yang menunggak tentu diusahakan penyelesaiannya disesuaiakan dengan

kemampuan debitur yang dimulai dengan:

1) Kreditur secara internal memanggil atau mendatangi debitur agar

menyelesaikan kewajibannya;

2) Restrukturisasi, memperpanjang waktu pinjaman, memberikan

potongan denda, bunga atau modal;

110

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib 111

Muh. Arfah Arif Putra, Upaya Hukum PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Dalam

Menyelesaikan Wanprestasi Nasabah Kartu Kredit. Alauddin Law Develompent (ALDEV)|

Volume 1 Nomor 1 Maret 2019, hlm 9-10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

74

3) Bila penyebab macet dikarenakan gempa dan usahanya masih

mempunyai prospek yang baik, tentu bank dapat melakukan

pendampingan manajemen dan atau menambah modal sehingga usaha

dari debitur tetap berjalan.

b. Bila penyelesaian upaya di atas hasilnya tidak sesuai dengan yang

diharapkan, maka cara penyelesaian berikutnya yaitu bank dan debitur

menjual jaminan (eksekusi fidusia/ hak tanggungan) secara bersama-

sama baik di bawah tangan maupun melalui lelang umum untuk

mendapatkan harga yang terbaik;

c. Bila usaha bagian di atas tidak tercapai maka penyelesaian berikutnya

dapat dilakukan mengumumkan melalui koran agar debitur melunasi

hutangnya;

d. Bila dengan cara bagian di atas tidak tercapai, maka cara berikutnya

bank dapat menjual piutangnya dengan cara cessie atau subrogasi;

e. Bila seluruh cara di atas tidak berhasil/ tidak dapat dilakukan, maka

bank dapat melakukan hapus buku dan hapus tagih selanjutnya

mengambil alih jaminan dari kreditur (Barang Jaminan Diambil Alih

/BJDA/AYDA).112

3. Penyelesaian Melalui Pengadilan (Litigasi)

Penyelesaian dengan cara damai/ diluar pengadilan (non litigasi) tidak

tercapai, maka cara berikutnya dengan cara:

112

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

75

a. Melalui Pengadilan Negeri Eksekusi jaminan melalui Pengadilan Negeri

dengan dengan dasar hukum:

1) Pasal 1131 KUHPerdata yang artinya segala harta dari debitur baik yang

ada maupun yang akan ada menjadi jaminan dari hutang dari peminjam;

2) Eksekusi hak tanggungan (Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4

Tahun 1996 Pasal 6 dan atau Fidusia (UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang

Fidusia Pasal 29) yang dilanjutkan menjual melalui lelang.

b. Melalui Pengadilan Niaga Untuk penyelesaian pengadilan niaga hal ini

dilakukan dengan cara mengajukan kepailitan atau PKPU dengan dasar hukum

(Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang Pasal 2 jo. Pasal 1131 KUH Perdata).

c. Bila bank menemukan debitur melakukan data fiktif guna mengajukan

pinjaman, bank dapat menekan debitur dengan cara melaporkan debitur

kepada kepolisian.113

Upaya hukum yang dilakukan dapat dilakukan Bank BCA dalam hal ini

penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dalam perjanjian kartu

kredit, yaitu jika debitur terlambat melakukan pelunasan tagihan kartu kredit

selama tiga bulan, maka Bank BCA mengirimkan surat peringatan pertama

melalui Debt Collector Bank BCA, setelah peringatan pertama debitur belum juga

melunasi tagihan kartu kreditnya, maka pihak Bank BCA melakukan pemblokiran

terhadap kartu kredit milik debitur disertai penagihan terhadap debitur tersebut;

hari pertama sampai hari kelima puluh sembilan dihubungi melalui handpone, hari

113

Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

76

keenam puluh sampai ke hari seratus tujuh puluh sembilan collector langsung ke

lapangan atau alamat pemegang kartu, hari serratus delapan puluh dan seterusnya

diserahkan kepada pihak ketiga (jasa penagihan).114

Adanya tunggakan dalam membayar cicilan oleh debitur, maka secara

hukum bank selaku kreditur memiliki hak untuk memberikan surat peringatan

atau somasi kepada debiturnya yang lalai dalam memenuhi kewajibannya untuk

membayar cicilannya. Hal ini sesuai yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor

852/K/Sip/1972, yang pada intinya memiliki kaidah hukum sebagai berikut:

“Bahwa untuk menyatakan seseorang telah melakukan wanprestasi terlebih

dahulu harus dilakukan penagihan resmi oleh juru sita (somasi). Oleh karena

somasi dalam perkara ini belum dilakukan, maka pengadilan belum dapat

menghukum para tergugat/ pembanding telah melakukan wanprestasi.115

Tindakan yang dilakukan oleh pihak Bank BCA dalam menangani

masalah wanprestasi kartu kredit, yaitu pihak Bank BCA adalah mengatasi sendiri

sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian kedua belah pihak

maupun dalam perjanjian antara bank penerbit (issuer) dan penjual yang

menerima kartu kredit (merchant). Tindakan pertama yang dilakukan tidak

membuahkan hasil, barulah dari pihak bank akan menempuh jalur hukum.116

Setelah penyelesaian sengketa dengan cara mediasi tidak berhasil, maka untuk

menyelesaikan sengketa ini dapat dilakukan melalui jalur pengadilan dengan

114

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib 115

Muh. Arfah Arif Putra, Op.Cit, hlm 11-12 116

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

77

perusahaan pembiayaan konsumen yang mengajukan gugatan ke pengadilan

negeri setempat dengan dasar bahwa debitur telah melakukan wanprestasi

Disamping itu pihak Bank BCA juga melakukan mediasi dengan debitur.

Sesuai dengan Pasal 1 ayat (7) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009

Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan

Kartu ditegaskan bahwa pemegang kartu kredit adalah pengguna yang sah,

sehingga apa pun yang terjadi pihak bank hanya mengetahui bahwa yang

menggunakan kartu adalah pemegang kartu itu sendiri, terlepas dari pencurian

identitas ataupun pemalsuan identitas.117

117

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan Layanan

Nasabah KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dari Bab I sampai bab IV,

maka dapat ditarik kesimpulan, seperti di bawah ini:

1. Perjanjian kartu kredit dapat digolongkan dalam perjanjian pinjam

meminjam dan perjanjian melakukan pekerjaan. Penggunaan kartu kredit

dapat digolongkan dalam perjanjian jual beli dan perjanjian

penanggungan, dimana diatur pada PBI No. 14/2/PBI/2012 2012 tentang

Perubahan Atas PBI No.11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan (POJK) No. 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaran Usaha

Perusahaan Pembiayaan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

39/PMK.03/2016 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 16/PMK.03/2013 tentang Rincian Jenis Data Dan

Informasi serta Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi Yang

Berkaitan dengan Perpajakan.

2. Akibat hukum wanprestasi yang dilakukan debitur dalam perjanjian kartu

kredit pada Bank BCA Cabang Diponegoro Medan, menjadi tanggung

jawab pemegang kartu kredi, maka pihak Bank BCA selaku penerbit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

79

memberikan sanksi berupa denda akan keterlambatan tersebut dan pihak

debitur dalam hal ini wajib untuk membayar denda beserta bunga yang

turut serta di dalamnya. Akibat hukum yang timbul apabila pihak debitur

dalam hal ini melaksanakan prestasi yang tidak boleh dilakukan, maka

pihak Bank BCA sesuai dengan yang dituangkan dalam akta perjanjian

kredit, maka pihak Bank BCA melakukan pemblokiran terhadap kartu

kredit milik debitur disertai penagihan terhadap debitur tersebut.

3. Penyelesaian hukum dari Bank BCA selaku penerbit kartu kredit terhadap

tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh pemegang di Bank BCA

dijalankan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kartu

kredit yaitu dengan cara musyawarah melalui mediasi. Terkait wanprestasi

kartu kredit juga dapat diselesaikan dengan tim khusus dari Bank BCA

yang ditugaskan dalam mengatasi berbagai penyalahgunaan dan

wanprestasi (ingkar janji) kartu kredit sebagai bentuk penyelesaian awal

dan dengan jasa pihak ketiga.

B. Saran

Berikut ini adalah saran yang mengacu pada permsalahan yang telah

dibahas sebelumnya, yaitu

1. Kepada debitur khususnya pemegang kartu kredit disarankan agar dapat

melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya guna menghindari

terjadi wanprestasi (ingkar janji) yang berakibat merugikan pihak Bank

BCA maupun debitur selaku pemegang kartu kredit tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

80

2. Adanya akibat hukum terhadap debitur selaku pemegang kartu kredit,

disarankan kepada debitur sebelum melakukan perjanjian kartu kredit

sebaiknya debitur mempelajari apa manfaat dan kerugian penggunaan

kartu kredit tersebut sehingga terhindar dari jerat hukum bagi pemegang

kartu.

3. Upaya penyelesaian terkait wanprestasi debitur dalam perjanjian kartu

kredit baik menyangkut persoalan perdata maupun pidana berrdasarkan

ketentuan yang berlaku, apabila tidak dapat diselesaikan dengan mediasi

sebaiknya dilakukan melalui jalur hukum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

81

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Asri, Benyamin dan Thabrani Asri. 2007. Tanya-Jawab Pokok-Pokok Hukum

Perdata dan Hukum Agraria”, Bandung,Armico

Budiono, Herlien. 2010. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di

Bidang Kenotariatan, Bandung, Citra aditya Bakti.

Djumhana, Muhammad. 2010. Hukum Perbankan Di Indonesia. Bandung, Citra

Aditya Bakti.

Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqih Muamalah, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar

Fuady, Munir. 2002. Hukum Pembiayaan, Bandung, Citra Aditya Bakti.

___________.2002 Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung, Citra Aditya

Bakti.

___________. 2006. Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUH Perdata,

Jakarta, Rajagrafindo Persada.

Ganie A, Junaidi.2 011. Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2011

Ibrahim, Johannes. 2004. Kartu Kredit Dilematis Antar Kontrak dan Kejahatan,

Bandung, Refika Aditama.

Hermansyah.2014. Hukum Perbankan Nasional, Jakarta, Kencana.

Ishaq. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Hukum,Cetakan I, Jakarta, Sinar Grafika.

Kansil. 1994. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia Buku Kesatu

Hukum Dagang Menurut KUHD Dan KUHPerdata, Jakarta, Sinar

Grafika.

Kasmir. 2016. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Rajagrafindo

Persada.

Komalawati, V. 1999. Peranan Informed Consent dalam Transaksi Teraupetik,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung,Remaja

Rosdakarya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

82

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2014. Hukum Pelindungan Konsumen, Jakarta, Sinar

Grafika

Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati. 2000. Segi Hukum Lembaga

Keuangan dan Pembiayaan, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Nawawi, Hadari. Penelitian Terapan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press,

2005.

Pramono, Nindyo. 2003. Hukum Komersil, Jakarta, Pusat Penerbitan UT.

Purnomo, Serfianto Dibyo. 2012. Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-

Debit, & Uang Elektronik, Jakarta, Visimedi

Rahardjo, Satjipto. 2002. Ilmu Hukum, Cetakan Kelima, Bandung, Citra Aditya

Bakti

Satrio, J. 2002. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung,

Citra Aditya Bakti.

Shofie, Yusuf. 2003. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen

Hukumnya, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2003.

Simatupang, Richard Burton. 2007. Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta, Rineka

Cipta, 2007.

Soekanto, Soerjono.2010. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas

Indonesia Press.

Soeroso, R. 2006. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2006.

Subekti. 2005. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Intermasa

______.2009. Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa.

Subekti dan R. Tjitrosudibio. 2005. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Bandung, Alumni.

Sunaryo. 2009. Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika

Susilo, Y. Sri, dkk. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Salemba

Empat.

Suryono, Leli Joko. 2014. Pokok-pokok Perjanjian Indonesia, Yogyakarta, LP3M

UMY

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

83

Syahrani, Ridwan. 2000. Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung,

Alumni

Triandaru, Sigit dan Totok Budisanto. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya Edisi 2, Jakarta, Ghalia Indonesia

Usman, Rachmadi. 2001. Dimensi Hukum Surat Berharga, Jakarta, Djambatan.

Utomo, Laksanto, Aspek Hukum Kartu Kredit dan Perlindungan Konsumen,

Bandung, Alumni, 2015.

Wardoyo, Ch. Gatot. 2005. Sekitar Klausul-Klausul Perjanjian Kredit Bank, Bank

dan Manajemen, Jakarta, Citra Kreasi, 2005

Widjaja, Gunawan. 2001. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama.

Yahman, 2014. Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan yang

lahir dari hubungan kontraktual, Jakarta, Prenada Media Group.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. 2006. Seri Hukum Bisnis Perseroan

Terbatas, Jakarta, RajaGrafindo Persada.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Fidusia

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang

penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 29/POJK.05/2014 tentang

Penyelenggaran Usaha Perusahaan Pembiayaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

84

Jurnal/Artikel/Skripsi/Makalah/Kamus

Annisa Aprilia WD, Tanggung Jawab Bank Penerbit (Card Issuer) Terhadap

Kerugian Debitur Kartu Kredit Akibat Pencurian Data (Carding) Dalam

Kegiatan Transaksi, Diponegoro Law Journal Volume 6, Nomor 2, Tahun

2017.

Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2010.

Fitri Rahayu. A. Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia. Jurnal Manajemen

Vol.1, No.1, 2011

Lawrence‟s Clark etl. Law and Business, New York: McGraw Hill Book

Company, 1992

Mauritz Pray Takasenseran, “Perjanjian Antara Bank dan Debitur Menurut

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998”, Lex et Societatis, Vol. IV (Juli,

2016.

Muh. Arfah Arif Putra, Upaya Hukum PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Dalam

Menyelesaikan Wanprestasi Debitur Kartu Kredit. Alauddin Law

Develompent (ALDEV)| Volume 1 Nomor 1 Maret 2019

Pranoto. Eksistensi Kartu Kredit Dengan Adanya Electronic Money (e-money)

Sebagai Alat Pembayaran Yang Sah. Privat Law. Vol : 6 No: 1 Tahun

2018.

Raphael Sitorus. Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Kartu Kredit Ditinjau

Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, Jurnal Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015.

Retnowulan Sutantio, Kapita Selekta Hukum Ekonomi Dan Hukum Perbankan:

Seri Varia Yustisia 1, (Jakarta: Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) Cab.

Mahkamah Agung RI, 1996.

R.M. Panggabean. Keabsahan Perjanjian dengan Klausul Baku. Jurnal Hukum

No. 4 Vol. 17 Oktober 2010.

Siaga Yoze Rosario, Penyelesaian Sengketa Tagihan Kartu Kredit Yang Tidak

Pernah Dimohonkan Oleh Konsumen Kepada PT. Bank negara indonesia

(Persero), Tbk. Kantor Wilayah Padang (Studi Kasus Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen Kota Padang), Jurnal Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas

Hukum Universitas Bung Hatta Vol. 3 No. 1 Tahun 2013.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITUR …

85

Wawancara

Hasil wawancara dengan Muhammad Rezanda, selaku Kepala Operasi dan

Layanan Debitur KFCC Medan, tanggal 29 Juli 2019 Pukul. 10.15 Wib

Website

https://www.bca.co.id/tentang-bca/korporasi/berita/2016/04/05/04/34/www-bca-

co-id-website-baru-bca/diakses tanggal 20 Agustus 2019

https://www.bca.co.id/tentang-bca/diakses tanggal 1 Oktober 2019

Komarul Hidayat https://keuangan.kontan.co.id/news/gesekan-bisnis-kartu-kredit-

di-awal-tahun-mulai-kencang/diakses tanggal 1 November 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA