BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana...

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup mengikuti dengan perkembangan zaman, dan membawa masyarakat pada satu tatanan hidup yang serba cepat dan praktis. Setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan tumbuh di dunia ini. Hak tersebut dilindungi oleh hukum dan konstitusi di Indonesia. Bahwa Indonesia sebagai negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yakni Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Disamping itu, Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menjelaskan, setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Keberhasilan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja membawa suatu negara pada kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Namun tidak dapat dipungkiri kemajuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan dapat diiringi dengan meningkatnya penyimpangan dan kejahatan dibidang ekonomi dan sosial. Ini dapat dilihat di negara maju ataupun dinegara yang sedang berkembang, jenis penyimpangan dan kejahatan semakin banyak ragamnya. Semakin tinggi peradaban suatu bangsa maka semakin maju pula ilmu pengetahuan yang berkembang dalam bangsa tersebut. Apabila kemajuan ilmu pengetahuan tidak diimbangi dengan semangat kemanusiaan, maka berpengaruh pada akses yang negatif. Munculnya tindak pidana baru pada bidang ilmu

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia hidup mengikuti dengan perkembangan zaman, dan membawa

masyarakat pada satu tatanan hidup yang serba cepat dan praktis. Setiap manusia

memiliki hak untuk hidup dan tumbuh di dunia ini. Hak tersebut dilindungi oleh

hukum dan konstitusi di Indonesia. Bahwa Indonesia sebagai negara hukum

dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, yakni Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Disamping

itu, Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia yang menjelaskan, setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Keberhasilan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

tentu saja membawa suatu negara pada kesejahteraan dan kemakmuran bagi

rakyatnya. Namun tidak dapat dipungkiri kemajuan di bidang teknologi dan ilmu

pengetahuan dapat diiringi dengan meningkatnya penyimpangan dan kejahatan

dibidang ekonomi dan sosial. Ini dapat dilihat di negara maju ataupun dinegara

yang sedang berkembang, jenis penyimpangan dan kejahatan semakin banyak

ragamnya. Semakin tinggi peradaban suatu bangsa maka semakin maju pula ilmu

pengetahuan yang berkembang dalam bangsa tersebut. Apabila kemajuan ilmu

pengetahuan tidak diimbangi dengan semangat kemanusiaan, maka berpengaruh

pada akses yang negatif. Munculnya tindak pidana baru pada bidang ilmu

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

pengetahuan yang berkembang tersebut yang menimbulkan gangguan

ketentraman, ketenangan dan sering kali menimbulkan kerugian materil maupun

immateril masyarakat.

Tindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada

dalam masyarakat. Yang artinya tindak pidana akan selalu ada selama manusia

masih ada dimuka bumi ini. Dalam ruang lingkup hukum pidana, suatu perbuatan

dikatakan tindak pidana apabila memenuhi semua unsur yang telah ditentukan

secara limitatif dalam suatu aturan perundang-undangan pidana. Hal ini sesuai

dengan Pasal 1 ayat (1) KUHP yang menyebutkan bahwa tiada suatu perbuatan

yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam peraturan

perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan itu dilakukan, nullum

delictumnoella poena sine praevia lege poenali (tidak ada delik, tidak ada pidana

tanpa peraturan terlebih dahulu).

Ilmu kesehatan adalah salah satu bidang ilmu yang memahami

perkembangan paling cepat saat ini. Begitu pula dengan perkembangan tindak

pidana dibidang ilmu kesehatan. Adapun tindak pidana yang terjadi dibidang ilmu

kesehatan antara lain: malpraktek, pemalsuan obat, mengedarkan obat tanpa izin

dan transplantasi organ manusia.

Masalah kesehatan merupakan keprihatinan serius disetiap negara, baik

negara maju maupun sedang berkembang. Karena kesehatan merupakan salah satu

faktor yang menentukan kemajuan suatu negara dan merupakan hak asasi

manusia. Negara memiliki kewajiban kepada rakyatnya untuk menyediakan

layanan kesehatan dan menetapkan aturan-aturan hukum yang terkait dengan

kepentingan kesehatan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

Secara awam kesehatan dapat diartikan ketiadaan penyakit. Menurut

WHO, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi1. Dapat

disimpulkan kesehatan itu sangat penting dalam kelangsungan hidup masyarakat.

Sehingga masyarakat dapat melangsungkan kehidupannya dengan baik.

Berbicara tentang kesehatan, maka terdapat dua aspek dari kesehatan,

yaitu aspek upaya kesehatan dan aspek sumber daya kesehatan. Aspek upaya

kesehatan salah satunya adalah pemeliharaan kesehatan, yang dibagi menjadi

pemeliharaan kesehatan masyarakat dan pemeliharaan kesehatan individu.

Pemeliharaan individu dikenal sebagai pemeliharaan kedokteran. Sementara aspek

sumber daya kesehatan terdiri dari prasarana kesehatan antara lain: rumah sakit,

puskesmas, balai pengobatan, tempat praktek dokter dan tenaga kesehatan antara

lain: dokter, perawat, bidang, apoteker. Seluruh kegiatan pelaksanaan upaya

kesehatan dilakukan oleh sumber daya kesehatan selalu diatur oleh kaidah-kaidah

medik, hukum dan moral, kesopanan, kesusilaan.2

Kata “kesehatan” muncul pada Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia setelah amandemen, Pasal 28 huruf H dan Pasal 34 ayat (3). Pasal 28

huruf H dijelaskan, Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya, setiap anak berhak kelangsungan

hidup, tumbuh dan berkembang; setiap orang berhak mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, demi meningkatkan kualitas hidupnya, setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan sehat serta

1 Titon Slamet Kurnia, Hak Atas Drajat Kesehatan Optimal Sebagai HAM di

Indonesia,Bandung, 2007, hlm 13.

2Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Manda Maju, Jakarta, 2001, hlm 25.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

berhak mem-peroleh pelayanan kesehatan; negara bertanggung jawab atas

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan dalam Pasal 34 ayat (3)

Perubahan Keempat UUD 1945 berbunyi, Negara bertanggungjawab atas

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang

layak.

Sebelum dilakukan tindakan penyidikan, terlebih dahulu dilakukan

tindakan penyelidikan oleh Pejabat penyelidik. Penyelidik merupakan salah satu

cara atau metode dari pada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain

seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemerikasaan surat,

pemanggilan, tindakan pemeriksaan dan penyerahan berkas kepada penuntut

umum. Penyelidikan dilakukan sebagai usaha mencari dan menemukan jejak

berupa keterangan dan bukti-bukti sesuatu peristiwa yang diduga merupakan

tindak pidana.3 Terkait dengan tindak pidana peredaran obat ilegal yang akan di

bahas, upaya pemerintah untuk melindungi konsumen adalah melalui

pembentukan lembaga yang bertugas untuk mengawasi pada suatu produk serta

memberikan perlindungan kepada konsumen.

Di Indonesia telah dibentuk suatu badan yang bertugas untuk mengawasi

peredaran obat dan makanan, yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan yang

seterusnya disebut dengan (BPOM). Berdasarkan keputusan presiden (Keppres)

nomor 166 tahun 2000 jo Keppres nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

3 M Yahya Harahap, Pembahasan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan,

Jakarta, Sinar Grafika, 2001, hlm 20.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

Pemerintah Non Departemen (LPND) yang mengatur mengenai pembentukan

lembaga-lembaga pemerintah nondepartemen. LPND adalah lembaga pemerintah

pusat yang dibentuk untuk menjalankan tugas pemerintah tertentu dari presiden

serta bertanggungjawab langsung kepada presiden. Tetapi lembaga yang bertugas

mengawasi belum optimal dalam melakukan tugasnya, ini terbukti dengan masih

banyaknya ditemui obat dan makanan yang tidak sesuai standar kesehatan masih

beredar di masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan, Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi

atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.

Dan dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1963

tentang Farmasi Pasal 2, Obat adalah obat yang dibuat dari bahan-bahan yang

berasal dari binatang, tumbuh-tumbuhan, mineral, dan obat synthesis. Mencapai

kesembuhan jasmani dan rohani dari suatu penyakit, tidak bisa lepas dari suatu

pengobatan optimal dan benar. Namun apabila obat yang diedarkan oleh pihak

yang ditunjuk oleh Undang-undang berhak mengedarkan obat, mengedarkan obat

dengan melakukan penyimpangan sudah tentu obat tersebut tidak dapat digunakan

dalam proses penyembuhan. Karena mungkin saja obat tersebut tidak memenuhi

standar racikan obat, kadaluarsa, dan aturan pakai. Obat seperti ini apabila

digunakan dapat menimbulkan penyakit baru bagi penggunanya bahkan

menimbulkan kematian.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

Kebutuhan masyarakat atas perlindungan kesehatan merupakan hal yang

tidak bisa ditawar lagi. Karna langsung menyerang kebutuhan masyarakat yang

primer. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

pada mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-

angsur berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh

masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup

upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh

terpadu dan berkesinambungan. Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk

menegakkan aturan perundang-undangan yang ada untuk menanggulangi

permasalahan yang semakin kompleks dalam hukum kesehatan ini. Selain itu,

sudut pandang para pengambil kebijakan juga masih belum menganggap

kesehatan sebagai suatu kebutuhan utama dan investasi berharga didalam

menjalankan pembangunan sehingga alokasi dana kesehatan hingga kini masih

tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain.

Pengamanan dan pengawasan diperlukan karena hingga saat ini tingkat

kesadaran masyarakat ternyata masih rendah terhadap resiko pemakaian obat dan

bahan-bahan makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan atau tidak memenuhi

standar kesehatan untuk dikonsumsi. Masyarakat umum, utamanya kalangan

menengah ke bawah, cenderung mengkonsumsi obat-obatan yang dijual di

warung dan toko-toko diluar apotik.

Dari maraknya kasus tentang peredaran obat tanpa izin edar yang terjadi

Indonesia, pada tahun 2016 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan

Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim) menemukan lima gudang produksi dan

distribusi obat ilegal di Banten Yaitu Blok E-19, F-36, H-16, H-24, dan 1-19.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

Lima gudang tersebut berada di Kompleks Pergudangan Surya Balaraja, Jalan

Raya Serang, Banten. Peredaran obat ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dari

Aceh hingga Papua.

Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan, produk

yang ditemukan tim penyidik termasuk dalam obat yang bisa menyebabkan

ketergantungan dan memengaruhi mental, seperti: Carnophen dan Somadryl yang

mengandung bahan aktif Carisoprodol sudah dibatalkan izin edarnya sejak 2013.

Bahan Carisoprodol mengakibatkan efek halusinasi. Selain obat diatas, Obat yang

ditemukan di antaranya adalah Tryhexyphanydyl, Heximer dan obat analgetik

(pereda sakit) Tramadol. Tim juga menemukan obat tradisional merek Pa'e,

African Black Ant, New Anrant, Gemuk Sehat dan Nangen Zenghangsu dalam

jumlah besar, produk ruahan, alat-alat produksi obat ilegal seperti mixer, mesin

pencetak tablet, mesin penyalut, bahan kemasan maupun produk jadi obat yang

diperkirakan bernilai sekitar Rp 30 Milyar. Produk tersebut tidak berizin edar dan

mencantumkan nomor izin edar fiktif. BPOM telah memasukkannya dalam daftar

public warning.

Dalam Pasal 1 Ayat (2) menjelaskan penyidikan adalah serangkaian

tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang

ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017, BPOM

adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. BPOM berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

urusan pemerintahan di bidang kesehatan, dan dalam Peraturan Presiden Nomor

80 Tahun 2017 pasal 4 huruf b dijelaskan tentang kewenangan dari BPOM

”melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;“. Pada kasus ini

berdasarkan berita acara pemeriksaan (BAP) sudah dilakukan pemeriksaan

terhadap 15 orang saksi. Barang bukti telah dilakukan penyitaan dan setelah

mendapat persetujuan pengadilan akan segera dilakukan pemusnahan.

Tindakan pelaku ini melanggar pasal 106 “Sediaan farmasi dan alat

kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin edar” dan pasal 196

atau pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang

menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau

mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin

edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak

Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Larangan untuk

mengedarkan obat bagi pihak yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan ini

juga dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 98 ayat (2) Undang-undang Nomor 36

Tahun 2009 bahwa setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan

dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan

obat dan bahan yang berkhasiat obat. Dan juga dapat dikenakan sanksi UU Nomor

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan pidana paling lama 5

tahun atau pidana denda paling banyak 2 miliar rupiah.

Berdasarkan uraian diatas mendorong keingintahuan penulis untuk

mengkaji lebih lanjut tentang peredaran obat tanpa izin edar, maka penulis tertarik

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam suatu karya ilmiah dengan judul:

“Pelaksanaan Penyidikan oleh Penyidik Badan Pengawas Obat dan

Makanan Pusat Terhadap Tindak Pidana Peredaran Obat Tanpa Izin Edar

(Studi pada Badan Pemeriksa Obat dan Makanan Republik Indonesia

Pusat).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan diatas, maka

rumusan masalah dari proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pelaksanaan Penyidikan oleh Penyidik Badan Pengawas

Obat dan Makanan Pusat Terhadap Tindak Pidana Peredaran Obat Tanpa

Izin Edar?

2. Apakah kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Penyidikan oleh

Penyidik Badan Pengawas Obat dan Makanan Pusat Terhadap Tindak

Pidana Peredaran Obat Tanpa Izin Edar?

3. Apakah upaya mengatasi kendala dalam Pelaksanaan Penyidikan oleh

Penyidik Badan Pengawas Obat dan Makanan Pusat Terhadap Tindak

Pidana Peredaran Obat Tanpa Izin Edar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua permasalahan yang

dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu:

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Penyidikan oleh Penyidik Badan

Pengawas Obat dan Makanan Pusat Terhadap Tindak Pidana Peredaran

Obat Tanpa Izin Edar.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Penyidikan

oleh Penyidik Badan Pengawas Obat dan Makanan Pusat Terhadap Tindak

Pidana Peredaran Obat Tanpa Izin Edar.

3. Untuk mengetahui upaya mengatasi kendala dalam Pelaksanaan

Penyidikan oleh Penyidik Badan Pengawas Obat dan Makanan Pusat

Terhadap Tindak Pidana Peredaran Obat Tanpa Izin Edar.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang telah penulis kemukakan diatas, maka

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan perkembangan ilmu

pengetahuan di bidang hukum pidana pada umumnya dan di bidang

hukum kesehatan khususnya terkait pelaksanaan penyidikan terhadap

Tindak Pidana Peredaran Obat Tanpa Izin Edar.

b. Menjadikan penelitian ini sebagai bahan perbandingan bagi peneliti

yang ingin mendalami masalah ini lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk menjadi sarana pengetahuan umum kepada masyarakat yang

membutuhkan pengetahuan mengenai pelaksanaan penyidikan

terhadap Tindak Pidana Peredaran Obat Tanpa Izin Edar.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

b. Untuk menjadi masukan bagi aparat penegak hukum sehingga bisa

dijadikan dasar berpikir dan bertindak bagi lembaga terkait mengenai

pelaksanaan penyidikan terhadap Tindak Pidana Peredaran ObatTanpa

Izin Edar.

c. Untuk mengembangkan penalaran dan pola pikir ilmiah sekaligus

untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang

diperoleh.

E. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

Penulisan ini menggunakan kerangka pemikiran yang bersifat teoritis dan

konseptual yang dapat dipakai dan dipergunakan sebagai dasar dalam penulisan

analisis terhadap masalah yang dihadapi.

1. Kerangka Teoritis

Teori ini sebenarnya merupakan suatu generalisasi yang dicapai,

setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup

fakta yang sangat luas.4

a. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum pada hakekatnya mengandung supremasi nilai

substansi yaitu keadilan.5 Hukum dibuat untuk dilaksanakan, hukum

tidak dapat dikatakan sebagai hukum apabila hukum tidak pernah

dilaksanakan. Oleh karena itu, hukum dapat disebut konsisten dengan

4Soejono Soekanto, Penelitian Hukum, Jakarta, UI Pers, 2014, hlm 126.

5 Sajipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta, Genta

Blishing, 2009, hlm 9.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

pengertian hukum sebagai suatu yang harus dilakukan.6 Pelaksanaan

hukum seperti itulah kemudian disebut dengan penegakan hukum.

Penegakan hukum adalah proses untuk mewujudkan keinginan hukum

menjadi kenyataan.

Penegakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan

penanggulangan kejahatan (politik criminal).7 Kejahatan itu sendiri

merupakan salah satu bentuk dari pelaku menyimpang (deviant

behavior) yang selalu ada dan melekat (inherent) dalam masyarakat.8

Kebijakan untuk melakukan penanggulangan kejahatan termasuk

dalam “kebijakan kriminal”, yang mana kebijakan kriminal tidak lepas

dari kebijakan sosial yang terdiri dari upaya-upaya untuk

mensejahterakan sosial dan kebijakan bagi perlindungan masyarakat.9

Teori penegakan hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto.

Secara konseptual inti dan arti penting penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam

kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindakan sebagai rangkaian

penjabaran nilai untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian dalam pergaulan hidup.10

Keberhasilan

penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai

6Ibid, hlm 1

7Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang, Universitas Diponegoro,

1995, hlm 8.

8Ibid

9Barda Nawawi Arif, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam

Penanggulangan Kejahatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hlm 77.

10Soerjono Sukanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta,

Raja Grafindo Persada, 1983, hlm 5.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

arti yang netral, sehingga dampak negatif atau positif terletak pada isi

faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor ini mempunyai hubungan yang

saling berkaitan dengan eratnya yang merupakan esensi serta tolak

ukur dari efektivitas penegakan hukum. Faktor-faktor tersebut

adalah:11

1. Hukum (Undang-Undang);

2. Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum;

3. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Masyarakat, yakni dimana hukum tersebut diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa

yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Dari uraian diatas, dapat ditangkap bahwa makna esensi dari penegakan

hukum adalah demi keadilan oleh aturan hukum itu sendiri, akan tetapi

sebaik-baiknya peraturan hukum akan menjadi lemah dan tidak berdaya

jika dipengaruhi oleh faktor yang buruk.

Sudarto berpendapat bahwa dalam kebijakan penegakan hukum dalam

rangka penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana harus diperhatikan hal-

hal sebagai berikut:12

1. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan

nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila. Sehubungan dengan ini maka penggunaan hukum pidana

11Ibid

12Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung, Rineka Cipta, 1997, hlm 44-48.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

bertujuan untuk menanggulangi kejahatan demi kesejahteraan

pengayoman masyarakat;

2. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan

hukum pidana terhadap perbuatan yang tidak dikehendak yaitu

perbuatan yang mendatangkan kerugian atas warga masyarakat;

3. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan prinsip biaya

dan hasil;

4. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau

kemampuan daya kerja dari badan-badan penegak hukum yaitu jangan

sampai ada kelampauan beban tugas (overvelasting). Penegakan

hukum merupakan ujung tombak agar terciptanya tatanan hukum yang

baik, guna melindungi kepentingan umum atau Negara, dan

kepentingan pribadi.13

Kepentingan tersebut terlindungi apabila

supremasi hukum benar-benar berjalan dengan baik.

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang dapat

menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau

akan diteliti. Suatu konsep bukan merupakan suatu abstraksi dari gejala

tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep

merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta

tersebut.14

Pada kerangka ini penulis akan memaparkan tentang beberapa

istilah yang ditemukan pada penulisan ini, yaitu:

13

Lili Rasjidi, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung, Mandar Maju, 2013, hlm 123.

14Soerjono Sukanto, Op Cit, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001, hlm 132.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

a. Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,

implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap

siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone

dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne

dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan

aktivitas yang saling menyesuaikan.15

b. Penyidikan diatur dalam Pasal 1 butir (2) KUHAP, Penyidikan adalah

serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti

yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang

terjadi dan guna menemukan tersangka.

c. Peredaran Dalam Pasal 1 Ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan

Farmasi dan Alat Kesehatan, peredaran adalah setiap kegiatan atau

serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan sediaan farmasi dan

alat kesehatan baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan,

atau pemindahtanganan.

d. Obat diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, obat adalah

bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

15

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada, 2002, hlm 70.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

e. Izin edar diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 Tentang

Pengawasan Pemasukan Obat Dan Makanan Ke Dalam Wilayah

Indonesia pengertian izin edar adalah bentuk persetujuan pendaftaran

obat dan makanan yang diberikan oleh Kepala Badan Pengawas Obat

Dan Makanan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia.

f. Obat illegal adalah obat yang memiliki izin edar palsu, tidak memiliki

nomor registrasi, kandungannya tidak sesuai dengan tulisan yang

tercantum dalam kemasan, obat tradisional yang mengandung bahan

obat kimia (BOK), masuk secara tidak sah karena tidak berkoordinasi

dengan pihak BPOM dan tidak berlabel bahasa Indonesia.

g. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga

pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. BPOM

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kesehatan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat penting karena merupakan unsur muthlak yang

harus ada di dalam penelitian dan pengembangan suatu ilmu pengetahuan.16

Hal

yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah adanya kesesuaian antara

16 Soejono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia Press,

2004, hlm 7.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

masalah dengan metode yang digunakan di dalam penelitian yang digunakan.

Adapun metode yang digunakan di dalam skripsi ini yaitu :

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis sosiologis

(empiris), yaitu pendekatan melalui penelitian hukum dengan melihat

ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dan dihubungkan dengan fakta

yang ada di lapangan sehubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif17

yaitu penelitian yang memberikan data

tentang suatu keadaan atau gejala-gejala sosial yang berkembang di tengah-

tengah masyarakat sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis tentang

objek yang akan diteliti.

3. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer

dan data sekunder, yaitu:

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh sacara langsung dari

lapangan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data mengenai

permasalahan yang berhubungan dengan tulisan ini, dalam penulisan

ini peneliti melakukan wawancara dengan Penyidik BPOM Pusat.

17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, 2012, hlm 50.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

Data tersebut berdasarkan pertanyaan yang penulis tanyakan pada

narasumber yang berkaitan dengan pelaksanaan penyidikan terhadap

tindak pidana peredaran obat tanpa izin edar.

2) Data Sekunder

Selain data primer yang penulis sebutkan diatas, penulis juga

berhasil mengumpulkan dokumen dan data lainnya yang berkaitan

dengan masalah dan tujuan penelitian, seperti data dari Penyidik

BPOM, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, maupun

sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah dan tujuan

penelitian, yang terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu semua ketentuan yang ada

berkaitan dengan pokok pembahasan berbentuk undang-undang

dan peraturan-peraturan lainnya, seperti:

a) Undang-Undang Dasar Tahun 1945

b) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

c) Undang-Undang 23 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

d) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan

e) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

f) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/Menkes /Per

/XI/2008 tentang Registrasi Obat

g) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman

Pengelolaan Obat-obat Tertentu yang Sering

Disalahgunakan

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.18

Bahan

hukum sekunder dapat membantu dan menganalisa serta

memahami bahan hukum primer, seperti :

a) Buku-buku

b) Jurnal Penelitian

c) Teori-teori dan Karya Tulis dari kalangan hukum lain

c. Bahan Hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder,19

seperti :

a) Kamus Hukum

b) Bahan-bahan Hukum yang didapatkan di internet

b. Sumber Data

18Ibid, hlm 114.

19Ibid, hlm 116.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan sumber data sebagai

berikut:

1) Penelitian pustaka (library research)

Dalam penelitian pustaka ini akan mencoba mengumpulkan data

atau bahan-bahan dari berbagai literatur berupa buku, majalah, atau

jurnal ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2) Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara peneliti langsung turun

kelapangan dan mengamati secara langsung keadaan dilapangan,

serta melakukan wawancara dengan beberapa informasi untuk

mendapatkan data yang akurat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah:

a. Wawancara (interview) langsung dengan Penyidik BPOM yang

menangani kasus ini. Sifat wawancara dalam penelitian yang

dilakukan peneliti adalah semi terstruktur, dimana peneliti membuat

daftar pertanyaan yang akan ditanyakan, namun tidak tertutup

kemungkinan di lapangan nanti penulis akan menanyakan pertanyaan

baru setelah melakukan wawancara dengan Penyidik BPOM Pusat.

b. Studi Dokumen (document study) Teknik pengumpulan data yang

tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka

memperoleh informasi terkait objek penelitian. Dalam studi

dokumentasi penelitian biasanya melakukan penelusuran data historis

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

objek penelitian serta melihat sejauhmana proses yang berjalan telah

terdokumentasikan dengan baik

c. Penelitian Pustaka (library research), Pengumpulan data pustaka

diperoleh dari berbagai data yang berhubungan dengan hal-hal yang

diteliti, berupa buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan

penelitian ini.

5. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Sebelum melakukan analisis data, data diolah dengan

menggunakan metode editing. Editing merupakan proses memilih

kembali data yang diperoleh atau melakukan pengecekan ulang terhadap

hasil penelitian sehingga data yang dipergunakan relevan dengan judul

penelitian serta dapat menghasilkan suatu kesimpulan.

b. Analisis Data

Penganalisaan data dengan cara kualitatif yaitu upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan apa yang dipelajari

dan memutuskan apa yang dapat diceritakan dan dijelaskan kepada orang

lain. Hal yang dilakukan diantaranya dengan mengumpulkan data dari,

wawancara, catatan pengamatan, perekaman audio dan video, kemudian

mengkualifikasikan dan kemudian menghubungkan teori yang

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/41755/2/BAB I.pdfTindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang ada ... kesehatan antara lain: malpraktek,

berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik kesimpulan untuk

menentukan hasil.

G. Sistematika Penulisan

Struktur penulisan yang akan dibuat ialah dengan menguraikan pokok-pokok

uraian dengan sistematikanya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoritis dan konseptual,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan tinjauan umum mengenai

Pengertian penyidik dan penyidikan, tugas dan wewenang BPOM, tindakan

BPOM dalam melaksanakan penyidikan, pengertian tindak pidana, unsur-unsur

tindak pidana, pengertian obat, dan tindak pidana peredaran obat tanpa izin edar.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai pembahasan terhadap masalah yang

telah dikemukakan mengenai peranan penyidik terhadap kasus tindak pidana

peredaran obat tanpa izin edar.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan terhadap semua permasalahan yang telah

dibahas dan saran yang perlu untuk perbaikan mengenai permasalahan yang

diteliti.