BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf ·...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf ·...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia
dalam pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan adalah pembiayaan
bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) yaitu tidak tertagihnya atau
tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan kepada para nasabahnya.2
Seiring pertumbuhan perbankan syariah yang hingga kini berjumlah 12
Bank Umum Syariah (BUS) di seluruh Indonesia, maka risiko adanya NPF dari
pembiayaan yang disalurkan pihak perbankan juga akan bertamba.3
Perkembangan tingkat NPF yang terjadi pada perbankan syariah di Indonesia
nilainya fluktuatif, seperti yang terlihat pada tabel 1.1.
Dari Tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun 2010 sampai
dengan September tahun 2014 terjadi fluktuasi tingkat NPF pada bank syariah.
Kenaikan tingkat NPFini terlihat pada periode September 2014 yang mencapai
6,76% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat NPF pada tahun
sebelumnya. Nilai ini telah melebihi batas maksimal tingkat NPF yang ditetapkan
1 Sumar’in,Konsep Kelembagaan Bank Syariah(Yogyakarta: Graha Ilmu,2012),hlm. 50
2Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi
(Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 785 3Ahmad Dahlan, Bank Syariah: Teori, Praktik, Kritik,(Yogyakarta: Teras, 2012),hlm.
93
2
oleh Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dimana nilai maksimal untuk tingkat
NPF sebesar 5%, Jadi semakin tinggi nilai NPF (di atas 5%) maka bank tersebut
dinyatakan tidak sehat.4
Tabel 1.1
Perkembangan tingkat NPF pada perbankan syariah
Sumber : Publikasi Bank Indonesia.
Secara umum besarnya rasio NPF menjadi salah satu indikator kesehatan
sebuah bank. NPF setidaknya menimbulkan permasalahan bagi pemilik bank dan
pemilik deposito. Pertama bagi pemilik bank, dengan semakin tinggi NPF mereka
tidak menerima return pasar dari modal mereka. Kedua untuk pemilik deposito
tidak menerima return pasar dari deposito atau tabungan mereka. Bank membagi
kegagalan kredit mereka kepada pemilik deposito dengan cara menekan tingkat
suku bunga. Dalam kasus yang lebih buruk, jika bank mengalami kebangkrutan
deposan akan kehilangan aset atau dihadapkan dengan jaminan yang tidak
seimbang. Bank juga membagi risiko kerugian mereka kepada debitur lain dengan
cara menetapkan suku bunga pinjaman yang tinggi. Tingkat bunga deposito yang
4Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in
Indonesia”, (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2, Oktober 2014)
Tahun
Bank Muamalat Indonesia Bank Syariah Mandiri
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2010 6,59% 4,72% 4,20% 4,32% 4,08% 4,13% 4,17% 3,52%
2011 4,71% 4,32% 4,53% 2,60% 3,30% 3,49% 3,21% 2,42%
2012 2,83% 2,73% 2,21% 2,20% 2,52% 3,04% 3,10% 2,82%
2013 2,02% 2,19% 2,17% 1,10% 3,44% 2,90% 3,40% 4,32%
2014 2,11% 3,30% 5,96% 6,43% 4,88% 6,46% 6,76% 6,84%
3
rendah dan suku bunga pinjaman yang tinggi akan menekan tabungan dan pasar
keuangan, dan menghambat pertumbuhan ekonomi. NPF akan mengakibatkan
jatuhnya sistem perbankan, mengkerutnya pasar saham dan bahkan
mengakibatkan kontraksi dalam perekonomian. Tingkat NPF yang tinggi adalah
indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis dan berdampak timbulnya
masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.5
Penyebab kredit macet (NPF) dapat dilihat dari sisi eksternal dan internal
bank. Perubahan kebijakasanaan pemerintah di sektor rill, kenaikan harga-harga
faktor produksi yang tinggi karena adanya perubahan nilai tukar/kurs,
meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman, adanya resesi yaitu berkaitan dengan
menurunnya tingkat Gross Domestik Produk, devaluasi, inflasi, deflasi dan
kebijakan moneter lainnya, serta adanya bencana alam dan peningkatan
persaingan merupakan penyebab dari sisi eksternal. Sedangkan dari sisi internal
disebabkan buruknya perencanaan finansial atas aktiva tetap/modal kerja, adanya
kegagalan dalam memenuhi syarat-syarat dalam pemberian kredit, serta
kelemahan analisis oleh pejabat kredit sejak awal proses pemberian kredit.6
Lebih jelasnya, faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah
disebabkan oleh tiga unsur, yakni (1) dari pihak bank itu sendiri (kreditur), (2)
dari pihak debitur, serta (3) diluar faktor kreditur dan debitur yang diwaklili oleh
faktor makroekonomi.7 Faktor eksternal penyebab kredit bermasalah yang
5 Rukmana,Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia,(Jakarta:
Erlangga, 2010), hlm. 162 6 Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Edisi 2.
(Yogyakatra: BPFE, 2012), Hlm.429. 7MaresSuci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada
Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013)
4
dipresentasikan Gross Domestik Produk (GDP) pernah diteliti oleh Rahmawulan
(2008) dalam penelitiannya GDP berpengaruh positif signifikan terhadap NPF,
sedangkan Muntoha ihsan (2011) menyatakan sebaliknya.
Penyebab lain yang mempengaruhi NPF dari sisi eksternal bank dan debitur
yang juga merupakan representasi kondisi makro ekonomi adalah tingkat inflasi
dan kurs. Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Rahmawulan
(2008), Ihsan (2011), Popita (2013) diketahui bahwa inflasi berpengaruh positif
signifikan dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap NPF. sedangkan
dalam penelitian padmantyo (2011) dan Mutamimah (2012) menunjukkan hasil
yang sebaliknya.
Sedangkan penyebab pembiayaan bermasalah yang berasal dari inernal bank
itu sendiri terkait dengan karakteristik sistem yang ada di bank syariah yang
tercermin dari kebijakan jenis pembiayaan yang diberikan yang diwakili oleh
Rasio return pembiayaan profit loss sharing dibanding return total pembiaan (RR),
dan Rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan profit loss
sharing (RF), serta yang berkaitan dengan dana pihak ketiga yaitu Financing to
deposito ratio (FDR).8
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Solehah (2013) dan Husnah
Amalia (2014) menyatakan Rasio return pembiayaan profit loss sharing dibanding
return total pembiaan (RR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap rasio
NPF, sedangkan Mutamimah (2012), Ernawati (2013) serta Mares Suci (2013)
menunjukkan hasil yang berbeda dimana Rasio return pembiayaan profit loss
8Mutamimah, “Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing 19,
financing Bank Umum Syariah di Indonesia”. (Semarang.: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,
No. 1, 2012)
5
sharing dibanding return total pembiaan (RR) berpengaruh negatif signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah (2012) menyatakan Rasio alokasi
piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing (RF)
berpengaruh negatif tidak signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Solehah (2013) menyatakan sebaliknya bahwa RF berpengaruh secara positif
signifikan terhadap rasio NPF.
Faktor internal lainnya direpresentasikan oleh tingkat Financing to deposito
ratio (FDR) suatu bank. Penelitian yang dilakukan oleh Popita (2013) dan
Yulianto (2013) menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap tingkat NPF. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sity Raysa
(2014) dan Solehah (2013) menyatakan bahwa FDR berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap rasio NPF.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk meneliti mengenai
faktor-faktor penyebab terjadinya NPF baik yang berasal dari sisi eksternal
maupun internal bank. Hal ini perlu dilakukan agar pihak bank bisa merencanakan
dan mempersiapkan cara untuk meminimalisir resiko pembiayaan dan mengurangi
tingginya tingkat NPF. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
dengan judul “Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank terhadap Rasio
NonPerforming Financing (NPF) pada Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2006 sampai 2015-II”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,maka permasalahan yang akan diteliti
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor eksternal bank yang meliputi Gross Domestic Product
(GDP), inflasi dan kurs. Serta faktor internal bank yang meliputi rasio return
profit loss sharing dibanding return total pembiayaan atau Rasio Return (RR),
rasio alokasi piutang murabahah terhadapalokasi pembiayaan profit loss
sharing atau Rasio Financing (RF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR)
secara parsial berpengaruh terhadap Non Performing Finanacing (NPF) pada
perbankan syariah di Indonesia ?
2. Apaka faktor-faktor eksternal bank yang meliputi Gross Domestic Product
(GDP), inflasi dan kurs. Serta faktor internal bank yang meliputi rasio return
profit loss sharing dibanding return total pembiayaan atau Rasio Return (RR),
rasio alokasi piutang murabahah terhadapalokasi pembiayaan profit loss
sharingatau Rasio Financing (RF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR)
secara simultan berpengaruh terhadap Non Performing Finanacing (NPF) pada
perbankan syariah di Indonesia ?
C. Batasan Masalah
Dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan dalam penelitian ini,
peneliti melakukan beberapa pembatasan masalah yang akan diteliti diantaranya
sebagai berikut:
1. Penelitian dibatasi hanya 10 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2015 triwulan II.
7
2. Variabel independen yang digunakan dibatasi pada 6 variabel yang berupa
faktor eksternal bank yang meliputi GDP, inflasi dan kurs. Sedangkan faktor
internal bank yang meliputi Rasio Return (RR), Financing (RF), dan Financing
to Deposit Ratio (FDR).
3. Jumlah bank umum syariah yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya
berjumlah 2 (dua) bank yaitu PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank
Muamalat Indonesia
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor eksternal bank yang meliputi
Gross Domestic Product (GDP), inflasi dan kurs. Serta faktor internal bank
yang meliputi rasio return profit loss sharing dibanding return total
pembiayaan atau Rasio Return (RR), rasio alokasi piutang murabahah
terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing atau Rasio Financing (RF)
dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial terhadap Non
Performing Finanacing (NPF) pada perbankan syariah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor eksternal bank yang meliputi
Gross Domestic Product (GDP), inflasi dan kurs. Serta faktor internal bank
yang meliputi rasio return profit loss sharing dibanding return total
pembiayaan atau Rasio Return (RR), rasio alokasi piutang murabahah
terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing atau Rasio Financing (RF)
8
dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara simultan terhadap Non
Performing Finanacing (NPF) pada perbankan syariah di Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi kalangan akademisi, sebagai bahan referensi guna penelitian
selanjutnya yang memerlukan pengembangan pengetahuan lebih lanjut
mengenai NPF.
b. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan
penganalisaan tentang NPF.
c. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi
serta informasi mengenai NPF.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi referensi serta informasi tentang pengaruh faktor-faktor eksternal
bank yang meliputi GDP, inflasi dan kurs. Faktor internal bank yang
meliputi Rasio Return (RR), Rasio Financing (RF), Financing to Deposit
Ratio (FDR) terhadap NPF pada perbankan syariah.
b. Bagi pihak perbankan, penelitian ini bisa dijadikan sebagai alat bantu untuk
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat NPF sehingga
kedepannya masalah peningkatan tingkat NPF dapat diminimalisir dan
diselesaikan oleh pihak perbankan.
9
F. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor penyebab NPF telah dibahas oleh
beberapa peneliti sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi
karena objek dan periode waktu penelitian yang berbeda serta variabel yang
digunakan berbeda,maka terdapat banyak perbedaan yang diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan referensi yang saling melengkapi karena penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan pengembangan dari penelitian
sebelumnya.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rahmawulan dengan judul
“Perbandingan Faktor Penyebab Timbulnya Non Performing Loan (NPL) dan
Non Performing Financing (NPF)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan kredit atau pembiayaan tidak berpengaruh terhadap kredit
bermasalah, baik NPL maupun NPF merespon positif terhadap perubahan
Gross Domestik Product (GDP) dan inflasi. Variabel Loan Deposit Rasio
(LDR) berpengaruh negatif terhadap NPL. Financing Deposito Rasio (FDR)
tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF. Sedangkan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) berpengaruh positif terhadap NPL, akan tetapi sebaliknya,
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) direspon negatif oleh NPF.9
Peneliti lainnya yaitu Muntoha Ihsan meneliti dengan judul “Pengaruh
Gross Domestic Produck (GDP), Inflasi dan Kebijakan Jenis Pembiayaan
Terhadap Non Performing Finanacing (NPF) Bank Umum Syariah di
9Rahmawulan, “Perbandingan Faktor Penyebab Timbulnya NPL dan NPF pada
Perbankan Konvensional dan Syariah di Indonesia” Tesis, (jakarta : Universitas Indonesia,2008)
10
Indonesia Periode 2005–2010”.Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel–variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap rasio NPF. Hanya variabel rasio alokasi
piutang murabahah dibanding alokasi pembiayaan profit loss sharing (RF)
yang berpengaruh signifikan terhadap NPF.10
Penelitian lainnya dilakukan oleh Sri Padmantyo dengan judul “Analisis
Variabel yang Mempengaruhi Kredit Macet Perbankan di Indonesia”. Hasil
penelitian ini diketahui bahwa variabel Produk Domestik Bruto (PDB) dan
jumlahpendanaan bank islam Financing Deposito Rasio (FDR) berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat NPF. Variabel inflasi, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Sertifikat Wadiah BankIndonesia (SWBI) tidak berpengaruh
terhadap NPF. Sedangkan tingkat kredit macet pada perbankan konvensional
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga secarapositif dan rasio kredit atas deposit
LoanDeposito Rasio (LDR) secara negatif. 11
Peneliti lain Mutamimah dengan judul “Analisis Eksternal dan Internal
dalam Menentukan Non Performing financing (NPF) Bank Umum Syariah di
Indonesia”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan
pengujian data menggunakan analisis linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa bahwa pertumbuhan Gross Domestic Produck (GDP) dan
kurs nilai berpengaruh positif terhadap NPF tetapi tidak signifikan. Inflasi
10Muntoha Ihsan, “Pengaruh GDP, Inflasi, dan Kebijakan Pembiayaan terhadap NPF”,
(Semarang: Undip,2011) 11
Sri Padmantyo,”Analisis Variabel yang Mempengaruhi Kredit Macet Perbankan di
Indonesia”,Tesis, ( Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta,2011)
11
berpengaruh negatif terhadap NPF dan signifikan, dan rasio return profit loss
sharing terhadap return total pembiayaan (RR) mempunyai pengaruh negatif
terhadap NPF tetapi tidak signifikan. Rasio alokasi pembiayaan murabahah
terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap NPF.12
Peneliti lainnya, Sholihah meneliti denga dengan judul “Analisis
Pengaruh Inflasi, Gross Domestik Product (GDP), Financing Deposit Ratio
(FDR), dan return pembiayaan Profit and Loss Sharing (PLS) terhadap Non
Performing Financing (NPF) pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Penelitian
ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menujukkan bahwa inflasi, FDR dan return
pembiayaan PLS terbukti berpengaruh simultan secara signifikan terhadap
NPF. Sedangkan pengujian secara parsial, FDR terbukti berpengaruh positif
signifikan dan return PLS berpengaruh negatif signifikan sedangkan inflasi dan
GDP berpengaruh signifikan terhadap NPF.13
Peneliti selanjutnya yaitu Mares Suci Ana Popita meneliti dengan judul
“Analisis Penyebab Terjadinya Non Perfoming Financing (NPF) pada Bank
Umum syariah di Indonesia”. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa pertumbuhan
Gross Domestik Product (GDP) rill dan Financing to Deposit Rasio (FDR)
berpengaruh tidak signifikan positif NPF dan inflasi, sertifikat wadiah bank
12
Mutamimah, “Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing 19,
financing Bank Umum Syariah di Indonesia”. (Semarang.: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,
No. 1, 2012) 13
Sholihah, “AnalisisPengaruh Inflasi,GDP,Financing Deposit Ratio,dan Return
Pembiayaan Profit and Loss Sharing terhadap Non Performing Financing pada Perbankan
Syariah di Indonesia”,(Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2013)
12
indonesia (SWBI), rasio return profit loss sharing terhadap return total
pembiayaan (RR) berpengaruh tidak signifikan negatif terhadap NPF.
Sedangkan total asset mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap NPF.14
Peneliti lain Ernawati Puspitasari meneliti dengan judul “Pengaruh
Faktor Eksternal dan Internal Bank terhadap Resiko Pembiayaan Bermasalah
pada Bank Syariah Tahun 2006–2009”.Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel dana pihak ketiga (DPK), rasio Rasio Return (RR) berpengaruh
secara signifikan terhadap NPF, sedangkan variabel inflasi dan bonus sertifikat
wadiah bank indonesia (SWBI) tidak berpengaruh terhadapNPF.15
Peneliti lain yaitu Yulianto meneliti tentang “Pengaruh Capital Adequacy
Ratio (CAR), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Financing to Dposito Ratio (FDR) terhadap Non
Performing Financing perbankan Syariah (studi kasus Bank Syariah Mandiri
tahun 2005-2012)”. Hasil penilitian menunjukkan bahwa variabel CAR,BOPO
dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPF,dan variabel NPM
tidak berpengaruh terhadap NPF.16
Penelitian lainnya dilakukan oleh Siti Raysa meneliti mengenai
“Pengaruh Curent Asset Rasio (CAR), FinancingDeposit Rasio (FDR), Return
On Asset (ROA), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), return
pembiayaan Profit Loss Sharing (PLS), BI rate, dan size terhadap Non
14
MaresSuci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada
Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013) 15
Ernawati Puspitasari,“Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank terhadap Resiko
Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah Tahun 2006–2009”, (UIN Sunan Kalijaga,2012) 16
Yulianto ,” pengaruh CAR,NPM,BOPO,dan FDR terhadap Non Performing Financing
perbankan syariah (studi kasus Bank Syariah Mandiri tahun 2005-2012)”.Skripsi Sarjana Ekonomi
Syariah, (yogyakarta : UIN sunan kalijaga,2013)
13
Performing Financing (NPF) pada Bank Umum Syariah Periode 2010-2013”.
Hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa CAR, berpengaruh terhadap NPF,
FDR berpengaruh secara negatif signifikan terhadap NPF. ROA, RR, BOPO
tidak berpengaruh terhadap NPF, sedangkan BI rate dan Size berpengaruh
positif signifikan terhadap NPF.17
Tabel 1.2
Perbedaan dan persamaan
Persamaan Perbedaan
Dalam penelitan variabel dependen
yang akan diteliti sama-sama
menggunakan variabel Non
Performing Financing (NPF).
Variabel independen yang digunakan.
Periode penelitian yang diteliti.
Tempat penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka posisi peneliti ini diantara
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Menindaklanjuti penelitian sebelumnya terkait dengan NPF,khususnya bank
syariah dalam upaya untuk untuk mengindentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi NPF,dilihat dari faktor yang berasal dari luar bank yaitu faktor
eksternal dan faktor yang berasal dari dalam bank itu sendiri yaitu faktor
internal. Faktor eksternal diantaranya meliputi GDP inflasi dan kurs. Faktor-
faktor internal meliputi Rasio Return(RR), Rasio Financing(RF), dan FDR.
17
Siti Raysa, “Pengaruh CAR, FDR, ROA, BOPO, Return Pembiayaan PLS, BI
rate,SBIS,dan Size terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah Periode 2010-
2013”, Skripsi Sarjana Ekonomi Syariah, (yogyakarta : UIN sunan kalijaga,2014)
14
2. Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya, selain
variabel independen yang digunakan yaitu yang meliputi faktor eksternal dan
internal bank, penelitian ini juga berbeda baik dari segi periode penelitian
maupun objek penelitian. Kurun waktu yang digunakan adalah dari tahun 2006
sampai 2015. Objek penelitian adalah 2 bank syariah yaitu PT.Bank Muamalat
Indonesia, dan PT.Bank Syariah Mandiri.
2. Kerangka Teori
Setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada resiko, begitu juga usaha
yang dilakukan oleh perbankan dalm penyaluran kredit/pembiayaan yang
dilakukan yang akibatnya akan menghambat keberhasilan kredit/ pembiayaan
yang dilakukan. Salah satu resiko yang dihadapi adalah Non Performing
Financing (NPF), atau kredit macet.18
NPF adalah rasio antara pembiayaan
yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Pembiayaanbermasalah atau yang sering disebut kredit macet merupakan
kredit/pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank,dan nasabah tidak dapat
melakukan pembayaran atau melakukan angsuran, baik cicilan pokok maupun
bunga atau bagi hasil dari investasi yang dilakukan sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati.19
Penyebab terjadinya kredit macet (NPF) dapat dilihat dari sisi eksternal
dan internal bank. Perubahan kebijakasanaan pemerintah di sektor rill,
kenaikan harga-harga faktor produksi yang tinggi karena adanya perubahan
18
Teguh Pudjo Miyono. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Edisi.3,
(Yogyakarta: BPFE, 1996), Hlm. 76 19
Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori Menuju Aplikasi,(Jakarta: Prenada,2010).hlm
123.
15
nilai tukar/kurs, meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman, adanya resesi,
devaluasi, inflasi, deflasi dan kebijakan moneter lainnya, serta adanya bencana
alam dan peningkatan persaingan merupakan penyebab dari sisi eksternal.
Sedangkan dari sisi internal disebabkan buruknya perencanaan finansial atas
aktiva tetap/modal kerja, adanya kegagalan dalam memenuhi syarat-syarat
dalam pemberian kredit, serta kelemahan analisis oleh pejabat kredit sejak awal
proses pemberian kredit.20
Beberapa penelitian terdahulu juga menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang menyebabkan kredit macet atau pembiayaan bermasalah yang dalam
istilah perbankan syariah disebut sebagai Non Performing Financing (NPF)
dapat disebabkan oleh tiga unsur, yakni dari pihak bank itu sendiri (kreditur),
dari pihak debitur,serta diluar pihak kreditur dan debitur tersebut. dari faktor
kreditur merupakan faktor yang disebabkan oleh kinerja bank yang bersifat
mikro ekonomi, sedangkan faktor debitur merupakan faktor dari pengguna
dana sedangkan faktor diluar keduanya merupakan faktor yang bersifat
makroekonomi.21
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab NPF akan diambil
variabel yang umum yakni faktor eksternal Gross Domestik Produk (GDP),
inflasi, dan kurs.22
Variabel GDP, infasi, dan kurs merepresentasikan kondisi makroekonomi
yang menjadi penyebab adanya kredit macet. Kondisi makro ekonomi
20
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Edisi
2. (Yogyakatra: BPFE, 2012), Hlm.429. 21
MaresSuci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada
Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013) 22
Rahmawulan, “Perbandingan Faktor Penyebab Timbulnya NPL dan NPF pada
Perbankan Konvensional dan Syariah di Indonesia” Tesis, (jakarta : Universitas Indonesia,2008)
16
berkaitan dengan tingkat kredit macet. Perkembangan kredit domestik telah
demikian aktif berperan dalam proses pembangunan. Total kredit domestik
(perbankan) dan GDP riil mempunyai hubungan satu arah, artinya tumbuhnya
lembaga keuangan moderen, beserta terciptanya kekayaan dan hutang suatu
bank, serta jasa keuangan yang berkaitan merupakan tanggapan atas
permintaan terhadap jasa-jasa keuangan (perbankan)dari investor dan
penabung di sektor rill.23
Selain GDP, inflasi juga merupakan salah satu faktot
yang menyebabkan terjandinya kredit macet. Resiko terjadinya kredit macet
(NPF) akan semakin meningkat apabila tingkat inflasi semakin tinggi. Adanya
inflasi akan menyebabkan penurunan kemampuan nasabah dalam membanyar
hutang pokok dan serta margin atas pembiayaan yang telah diterimanya.24
Keadaan makroekonomi lainnya direpresentasikan dengan nilai tukar mata
uang asing terhadap mata uang Indonesia (kurs). kurs menggambarkan
kestabilan ekonomi di negara Indonesia. Penguatan nilai tukar rupiah, semakin
kuat rupiah semakin bagus perekonomian nasional di suatu negara. Jika nilai
rupiah jatuh dibandingkan dengan valuta asing dan jika usaha tersebut
dijalankan menggunakan bahan impor, maka akan memukul usaha yang
dilakukan oleh para produsen.25
Faktor internal antara lain kebijakan jenis pembiayaan bank syariah yang
direpresentasikan oleh rasio return profit loss sharing dibanding return total
pembiayaan atau Rasio Return (RR), rasio alokasi piutang murabahah terhadap
23
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Edisi 2.
(Yogyakatra: BPFE, 2012), Hlm.416 24
Teguh Pudjo Miyono. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Edisi.3,
(Yogyakarta: BPFE, 1996), Hlm. 80 25
N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, (Jakarta : Erlangga, 2006), Ed.6, hlm. 130.
17
alokasi pembiayaan profit loss sharing atau Rasio Financing (RF).26
Untuk
perbankan syariah rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi
pembiayaan profit loss sharing atau Rasio Financing (RF) dalam jangka
pendek maupun jangka panjang berpengaruh secara positif terhadap rasio NPF.
kebijakan jenis kedua pembiayaan ini merupakan indikasi adanya Moral
Hazard yang dilakukan oleh pihak perbankan.27
Dalam beberapa penelitian terdahulu yang lain juga menyatakan bahwa
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan faktor internal penyebab NPF.
Faktor penentu tingkat NPL yang berasal dari internal institusi misalnya dapat
kita amati dari pertumbuhan tingkat kredit (FDR). Kaitannya dengan bank
gagal (bank’s failure). Tingginya rasio NPF merupakan salah satu indikator
penting disamping FDR, penentuan resiko yang keliru, dan ketidakmampuan
bank mengantisipasi berbagai resiko yang dihadapi. Agak sulit memposisikan
indikator FDR di perbankan saat ini. Bila FDR dilakukan secara masif bisa
mengakibatkan meningkatnya resiko kredit macet, tetapi bila tingkat FDR
rendah maka sektor riil juga tidak akan berkembang.28
26
Mutamimah, “Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing 19,
financing Bank Umum Syariah di Indonesia”. (Semarang.: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,
No. 1, 2012) 27
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Curren Issues Lembaga Keuangan Syariah,
( Jakarta: Kencana, 2009), Hlm. 87. 28
Sri Padmantyo,”Analisis Variabel yang Mempengaruhi Kredit Macet Perbankan di
Indonesia”,Tesis, ( Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta,2011)
18
3. Kerangka Pemikiran
Dari uaraian landasan teori, kerangka pemikiran penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji.
1. Gross Domestik Produck (GDP)
GDP adalah indikator dari pertumbuhan ekonomi yang merupakan
ukuran penting dalam menjelaskan kinerja ekonomi yang secara langsung
merupakan kinerja dari pelaku ekonomi yang menyediakan barang dan
GDP
KURS
Inflasi
RR
Non
performing
financing
(NPF) RF
FDR
Faktor
eksternal
Faktor
internal
Variabel independen Variabel dependen
19
jasa termasuk industri perbankan. dalam kondisi ini terjadi resesi dimana
terjadi penurunan penjualan dan pendapatan perusahaan, maka akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mengembalikan
pinjamannya, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya outstanding
Pembiayaan bermasalah (NPF) (Rahmawulan, 2008) sehingga ketika GDP
meningkat maka NPF menurun, sebab saat ekonomi makro meningkat
kemampuannya (capability to pay back) meningkat sehingga NPF
menurun. Jadi, emakin tinggi GDP, makan akan menurunkan tingkat NPF
pada perbankan syariah. 29
Penelitian Sri padmantyo (2011) dan Sholihah
(2013) juga menunjukkan bahwa GDP berpengaruh negatif terhadap rasio
NPF. sementara itu hasil penelitian mutamiamah (2012) dan Muntoha
Ihsan (2011) serta Mares Suci (2013) menunjukkan bahwa GDP
berpengaruh positif terhadap tingkat Non Performing Financing (NPF)
Berdasakan uraian di atas, peneliti mencoba merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Gross Domestik Produck (GDP) berpengaruh negatif signifikan
terhadap rasio Non Performing Financing (NPF)
2. Inflasi
Inflasi dapat berpengaruh terhadap kredit bermasalah, inflasi yang
tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan
menurunnya pendapatan riil masyarakat sehingga standar hidup
29
Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in
Indonesia”, (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2, Oktober 2014)
20
masyarakat juga turun. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan
ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan
inflasi dinegara tetangga menjadikan tingkat suku bunga riil menjadi tidak
kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah.
Dengan meningkatnya inflasi maka akan mengakibatkan kemampuan
nasabah dalam membayar cicilan kreditnya juga akan terganggu.
Pengaruh perubahan inflasi terhadap NPF adalah inflasi yang
tinggi akan menyebabkan menurunnya pendapatan riil masyarakat
sehingga standar hidup masyarakat juga turun. Sebelum inflasi, seorang
debitur masih sanggup untuk membayar angsuran kreditnya, namun
setelah inflasi terjadi, harga-harga mengalami peningkatan yang cukup
tinggi, sedangkan penghasilan debitur tersebut tidak mengalami
peningkatan, maka kemampuan debitur tersebut dalam membayar
angsurannya menjadi melemah sebab sebagian besar atau bahkan seluruh
penghasilannya sudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga sebagai akibat dari harga-harga yang meningkat.30
Hasil penelitian yang dilakukan Mutamimah (2012), Mares Suci
(2013) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap NPF.
sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawulan (2008) dan Muntoha Ihsan (2011)
30
Zakiyah Dwi Poetry dan Yulizar D Sanrego (2011) “ Pengaruh Vriabel Mikro Dan
Makro Terhadap NPL Perbankan Konvensional Dan NPF Perbankan Syariah”. Jurnal Islamic
Finance & Bussiness Review Vol. 6 No. 2.
21
Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini yaitu, H2 : inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap rasio NPF
3. Kurs / Nilai tukar
Nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan positif terhadap pelaku
ekspor impor di satu negara. Dalam arti bahwa penurunan nilai tukar (mata
uang domestik nilainya turun terhadap mata uang asing) maka hal ini akan
menguntungkan para eksportir, sebab para eksportir akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari selisih penurunan kurs mata uang
domestik terhadap kurs mata uang asing tersebut (keuntungan jangka
pendek). Begitu juga nilai tukar mengalami kenaikan (mata uang domestik
nilainya naik terhadap mata uang asing), maka akan mengakibatkan
peningkatan impor, sebab barang-barang yang diimpor harganya menjadi
lebih murah. Perubahan kurs mata uang juga akan sangat berpengaruh
pada kelancaran usaha nasabah. Jika nilai rupiah jatuh dibandingkan
dengan valuta asing dan jika usaha tersebut dijalankan menggunakan
bahan impor, maka akan memukul usaha nasabah.
Hasil riset BI (2002) menunjukkan bahwa jika suatu negara
memiliki pinjaman dalam bentuk valuta asing dalam jumlah yang besar,
baik itu dilakukan oleh bank, lembaga keuangan, ataupun nasabah bank
maka kondisi tersebut telah menyebabkan sistem keuangan secara
keseluruhan rentan terhadap gejolak nilai tukar. Penurunan rupiah
terhadap valuta asing menyebabkan pinjaman dalam mata uang asing
meningkat nilainya secara relatif sesuai dengan penurunan tersebut.
22
Peningkatan jumlah kewajiban tersebut berdampak pada kemampuan
membayar kewajiban yang semakin menurun, bahkan banyak kasus
mengakibatkan ketidakmampuan membayar dan meningkatkan besaran
NPF.31
Hasil penelitian yang dilakukan Muntoha Ihsan (2011) dan
Wikutama (2010) menunjukkan kurs berpengaruh negatif terhadap rasio
NPF. Sementara penelitian yang dilakukan Ramawulan (2008) dan
Mutamimah menunjukkan hasil kurs berpengaruh positif terhadap rasio
NPF .
Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini yaitu, H3 : kurs berpengaruh positif signifikan terhadap rasio NPF.
4. Rasio return profit loss sharing dibandingkan return total pembiayaan
/ Rasi Return (RR)
Rasio return profit loss sharing dibandingkan return total
pembiayaan (RR) mencerminkan kebijakan jenis pembiayaan. Pembiayaan
Profit Loss Sharing (PLS) terdiri dari pembiayaan Mudharabah dan
Musyarakah dimana pembiayaan PLS ini memiliki risiko yang tinggi, hal
ini dikarenakan dalam kontrak ini keuntungan yang diperoleh shahibul
maal (bank) relatif tidak pasti bahkan bank harus siap menanggung
kerugian. Tidak adanya ketentuan jaminan dalam pembiayaan PLS
menyebabkan bank menghadapi risiko terjadinya moral hazard dan
adverse selection karena adanya informasi yang asimetri.
31 Arya, Wikutama, (2010). “Faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan
Bank Pembangunan Daerah (BPD)”. Tesis, Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi
Universitas Indonesia
23
Dengan menetapkan nisbah yang memberikan return tinggi untuk
jenis pembiayaan yang berisiko (profit loss sharing: mudharabah dan
musyarakah) berarti telah mencegah terjadinya risiko moral hazard yang
dapat meningkatnya rasio NPF, yang dilakukan oleh debitur– debitur yang
tidak bertanggung jawab. Semakin tinggi rasio return, berarti semakin
baik kebijakan bank tersebut dalam mengantisipasi kemungkinan
terjadinya moral hazard. Dengan demikian bank tersebut telah hati-hati
dalam melakukan pembiayaan. Semakin tinggi return pembiayaan profit
loss sharing dibanding return total pembiayaan maka akan semakin
rendah pembiayaan bermasalah (NPF). 32
Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Muntoha
Ihsan (2011) dan Irma Yanti (2014) menyatkan variabel RR berpengaruh
positif terhadap rasio NPF. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Mutamimah dan Chasanah (2012) dan Mares Suci (2013) yang dari hasil
penelitiannya diketahui variabel rasio return berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap NPF.
Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini yaitu,
H4: Rasio Return (RR) berpengaruh negatif signifikan terhadap rasio
NPF.
32
Mares Suci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada
Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013)
24
5. Rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan profit
loss sharing / Rasio Financing (RF)
Rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan
profit loss sharing atau Rasio Financing (RF) merupakan jenis
pembiayaan yang paling diminati dalam kalangan perbankan syariah.
seperti yang terlihat dari data publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari
Statistik Perbankan Syariah September 2014 jumlah pembiayaan
murabahah sebesar 112.288 miliar rupiah. jumlahnya jauh lebih besar dari
jenis pembiayaan lain yaitu pembiayaan mudharabah sebesar 13.802
miliar ruppiah dan pembiayaan musyarakah sebesar 42.830 miliar rupiah.
Hal ini dikarenakan resiko yang dimiliki pembiayaan ini paling kecil jika
dibandingkan dengan pembiayaan lain. Beberapa alasan akad murabahah
sangat popular dalam operasi perbankan syariah, yaitu: Pertama, dari sisi
bank syariah; investasi jangka pendek yang cukup memudahkan, benefit
yang berasal dari mark up bisa ditentukan dan dipastikan; serta menjauhi
ketidakpastiandan minimalisasi risiko yang ada pada sitem bagi hasil. Jika
preferensi bank syariah dalam memilih piutang murabahah yang beresiko
rendah karena lasan kehati-hatian, hal ini tentunya akan berimplikasi
kepada rasio NPF. Kebijakan alokasi piutang murabahah (beresiko rendah)
dibanding alokasi pembiayaan beresiko tinggi (mudharabah dan
musyarakah) menjadi variabel yang mempengaruhi besaran NPF. 33
33
Mutamimah, “Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing 19,
financing Bank Umum Syariah di Indonesia”. (Semarang.: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,
No. 1, 2012)
25
Berdasarkan penelitian Mutamimah (2012) dan Ihsan (2011)
menunjukkan bahwa variabel RF berpengaruh negatif terhadap NPF,
sedangkan Inovasi (2014) dari hasil penelitiannya diketahui variabel RF
berpengaruh positif terhadap NPF.
Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini yaitu,
H5: Rasio Financing (RF) berpengaruh negatif signifikan terhadap rasio
NPF.
6. Financing to Peposito Ratio (FDR)
Financing to Peposito Ratio (FDR) menyatakan seberapa jauh jauh
kemampuan bank dalam membanyar kembali penarikan dana yang
dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi FDR menunjukkan semakin
besar pula DPK (dana pihak ketiga) yang digunakan untuk penyaluran
kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan fungsi intermediasinya
dengan baik. Di sisi lain FDR yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
resiko likuiditas bagi bank. FDR mempengaruhi penawaran kredit yang
dilakukan oleh pihak bank. Semakin tinggi nilai FDR suatu bank, maka
pihak bank akan menurunkan jumlah penawaran kredit yang dilakukan.
Sehingga FDR memiliki pengaruh yang positif terhadap NPF. 34
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda-
beda mengenai pengaru FDR terhadap NPF. Penelitian yang dilakukan
34
Mares Suci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada
Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013)
26
oleh Mares suci (2013) menujukkan FDR berpengaruh positif terhadap
NPF, sedangkan Zakya (2011) menunjukkan hasil yang berbeda, dimana
FDR berpengaruh negatif
Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini yaitu, H6 : Financing to Peposito Ratio (FDR) berpengaruh positif
signifikan terhadap rasio NPF.
H7 : GDP, inflasi, kurs, RR, RF, dan FDR tidak berpengaruh
secara simultan terhadap rasio Non Performing Financing (NPF).
H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantiataif yaitu penelitian yang mengacu
pada data-data yang berupa angka. Data yang diperoleh kemudian diproses dan
dimanipulasi menjadi sebuah informasi yang berharga bagi pengambilan
keputusan. 35
2. Definisi operasional variabel
Definisi operasional dari masing-masing variabel yang diteliti adalah
sebagai berikut:
1. Non Performing Financing(NPF)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio antara
pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syariah. Pembiayaan bermasalah atau yang sering disebut
35
Mudrajad Kuncoro, Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi.
Edisi. 3, (Yogyakarta: UPPM STIM YKPN,2007), Hlm. 1.
27
kredit macet merupakan kredit/pembiayaan yang telah disalurkan oleh
bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan
angsuran, baik cicilan pokok maupun bunga atau bagi hasil dari investasi
yang dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.36
Rumus untuk rasio NPF adalah sebagai berikut:
2. Gross Domestic Product (GDP)
Merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam periode tertentu
yaitu dalam kurun waktu satu tahun.37
Variabel GDP yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam
bentuk pertumbuhan GDP rill Quarter on Quarter triwulanan yang
diperoleh dari laporan yang diambil dari BPS. Rumusnya sebagai
berikut:
3. Inflasi
Inflasi secara umum didefinisikan naiknya harga barang dan jasa
sebagai akibat jumlah uang (permintaan) yang lebih banyak
dibandingkan jumlah barang atau jasa yang tersedia (penawaran), sebagai
akibat dari inflasi adalah turunnya nilai uang. Inflasi dapat diartikan juga
36
Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori Menuju Aplikasi,(Jakarta:
Prenada,2010).hlm 123. 37
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis,(Jakarta: Prenada Media,
2008),hlm 21.
28
sebagai kecenderungan kenaikan harga- harga umum secara terus
menerus. 38
Variabel inflasi diperoleh dari laporan triwulanan yang
diperoleh dari Bank Indonesia. Rumusnya sebagai berikut:
4. Kurs
Kurs (nilai tukar) adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara
yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya, atau dengan kata
lain kurs dapat diartikan sebagai harga satu unit mata uang asing
dinyatakan dalam mata uang domestik khususnya terhadap nilai dollar
Amerika. 39
Kurs diproksikan dengan kurs tengah bank Indonesia yaitu rata-rata
penjumlahan dari kurs jual dan kurs beli yang berlaku pada akhir periode
laporan triwulan yang sumbernya diambil dari BankIndonesia.
Rumus perubahan kurs diperoleh dengan rumus sebagai brikut :
KURSt
5. Rasio Return (RR)
Rasio Profit Loss Sharing (PLS) dibanding return total
pembiayaan yang dinotasikan dengan Rasio Return (RR) merupakan
gambaran perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan oleh
pembiayaan PLS dengan return total pembiayaan. Jenis pembiayaan
PLS terdiri dari pembiayaan mudharabah dan musyarakah dimana
38
Dwi Eko Wluyo, Ekonomika Makro,(Malang: UMM PRESS, 2007),hlm 167. 39
Toni Hartono, Mekanisme Ekonomi,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),hlm 354.
29
pembiayaan PLS ini memiliki risiko yang tinggi karena return
yangdihasilkan bisa positif atau negatif, tergantung hasil usaha yang
dijalankan.40
Perhitungan variabel RR diperoleh dari laporan triwulanan masing-
masing bank yang menjadi sampel terbitan dari Bank Indonesia.
Perhitungan variabel RR adalah sebagai berikut:
6. Return Financing (RF).
Rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan
profit loss sharing yang dinotasikan dengan Rasio Financing (RF),
merupakan rasio yang menunjukkan besarnya alokasi piutang
murabahah dibandingkan alokasi pembiayaan Profit and Loss Sharing
(PLS) yang meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah.41
Perhitungan variabel RF diperoleh dari laporan triwulanan masing-
masing bank yang menjadi sampel terbitan dari Bank
Indonesia.Perhitungan variabel RR adalah sebagai berikut:
40
Sholihah,”Analisis Pengaruh Inflasi,GDP,Financing Deposit Ratio, dan Return
Pembiayaan Profit and Loss Sharing terhadap Non Performing Financing pada Perbankan
Syariah di Indonesia”,(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013) 41
Mutamimah, ”Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing
Financing Bank Umum Syariah di Indonesia”.,(Semarang: Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE),
Maret , 2012)
30
7. Financing to Deposito Ratio (FDR)
Financing to Deposito Ratio (FDR) menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya.42
Perhitungan variabel FDR diperoleh dari laporan triwulanan
masing-masing bank yang menjadi sampel terbitan dari Bank
Indonesia. Rumusnya sebagai berikut:
3. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank
Muamalat Indonesia. Sedangkan periode penelitian ini adalah tahun 2006
sampai 2015 triwulan ke-2, hal ini berdasarkan ketersediaan data berupa
laporan keuangan triwulan yang diperoleh dari website Bank Indonesia, serta
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.
4. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel
42
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking : Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 785.
31
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi
tersebut.43
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah yang ada
di Indonesia.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti dimana
syarat yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi oleh sampel. Kriteria bank
umum syariah yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bankumum syariah yang mempublikasikanlaporan keuangan kuartalan
atau triwulananselama periode pengamatan yaitu dari tahun 2006 sampai
dengan 2015 triwulan II.
2. Bank umum syariah yang memiliki kelengkapan data berdasarkan
variabel yang diteliti.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas, bank umum
syariah yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel adalah PT.Bank
Muamalat Indonesia dan PT.Bank Syariah Mandiri.
5. Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berupa laporan keuangan triwulanan bank syariah yang menjadi sampel
penelitian selama periode 2006 sampai 2015. Data sekunder yang dibutuhkan
tersebut diperoleh dari publikasi oleh instansi-instansi yang terkait seperti Bank
43
Sugiyono,Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfa Beta).
32
Indonesia, Badan pusat statistik (BPS) dan Bank syariah yang dimaksud di
sample penelitian, dengan cara browse ke website mereka, seperti:
www.bi.go.id,www.bps.go.id,danwww.bsmi.co.id.
6. Teknik pengumpulan data
Metode pengambilan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi
dikarenakan data berupa data sekunder. Metode ini merupakan metode
pencarian dan pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupacatatan, transkrip, buku–buku, majalah dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan penelitian ini.44
Data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu data yang dipublikasikan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan
Bank syariah yang termasuk dalam sampel.
7. Metode analisis data
a. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut.
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan swekness (kemencengan distribusi).
Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah memahami variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian.
44
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajdah Mada
Universiti Prees, 2007),hlm 141.
33
b. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi yang
digunakan benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan
representatif. Adapun jenis uji asumsi klasik yang dilakukan sebagai
berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model
regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas sebagai
berikut:45
i. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
poladistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
ii. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan
pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
45
ImamGhazali, Aplikasi Analisis Multivariated dengan Program SPSS, Edisi Ketiga
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), hlm.110.
34
2) Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan sebagai syarat digunakan
analisis regresi berganda dan juga untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel bebas itu sendiri. Pada model regresi yang
baik antar variabel independen seharusnya tidak terjadi kolerasi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model
regresi diilakukan dengan melihat nilai tolerance dan lawannya atau
nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada table Coefficients yang
dapat dilihat dari output SPSS. Sebagai dasar acuannya dapat
disimpulkan:46
i. Jika nilai tolerance 10 persen dan nilai VIF 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variabel bebas
dalam model regresi.
ii. Jika nilai tolerance 10 persen dan nilai VIF 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinaeritas antar variabel bebas
dalam model regresi.
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t - 1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
46
Ibid, hlm. 105-106.
35
waktu berkaitan sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya, tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi menggunakan
uji Durbin-Watson (DW). Uji ini menghasilkan nilai DW hitung (d)
dan nilai DW tabel (dL dan du).47
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
i. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du)
dan (4–du) maka koefisien autokorelasi = 0, berari tidak ada
autokorelasi.
ii. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound
(dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi
positif.
iii. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi <
0, berarti ada autokorelasi negatif.
iv. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-
du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan terhadap salah satu asumsi klasik yang mensyaratkan
adanya homokedastisitas. Pengujian ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas memakai metode grafik dengan melihat ada
47
Purbayu.Budi Santoso dkk, Analisis Statistik dengan Mikrosoft Excel dan SPSS,
(Yogyakarta : ANDI, 2005).hlm. 240.
36
tidaknya pola tertentu pada scatterplot dari variabel dependen, dimana
jika tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas
dan begitu juga sebaliknya.Analisis dengan grafik plot memiliki
kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan
mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan,
maka akan semakin sulit pula untuk mengintepretasikan hasil grafik
plot.
c. Pengujian Hipotesis
1) Analisis regresi linier berganda
Analisis regresi berganda bertujuan untuk meramalkan pengaruh
dua variable predictor atau lebih terhadap variable kriterium atau untuk
membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional antara dua buah
variable bebas (independen) atau lebih dari sebuah variable terikat
(dependen). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable
independen terhadap variable dependen dapat dihitung dengan persamaan
regresi berganda sebagai berikut :
NPF= α + β1GDP + β2INF + β3KURS +β4RR +β5RF + β6FDR+ ε
Keterangan:
NPF : Non performing Financing
α : Konstanta regresi
β1,β2,β3,β4,β5, β6 : Koefisien regresi
GDP : Gross Domestik product
INF : Inflasi
37
KURS : Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
RR :Rasio Return
RF : Rasio Financing
FDR : Financing Deposito Ratio
ε :Variabel pengganggu diluar variabel yang tidak
dimasukkan sebagai variabel di atas.
2) Uji signifikansi
a) Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap tingkat non performing financing/NPF secara parsial (untuk
menguji signifikan atau tidaknya masing- masing variabel bebas
terhadap tingkat NPF dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05.
Prosedur pengujian hipotesis sebagai berikut:
a. Jika t hitung> t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti
masing- masing variabel bebas tersebut mampu mempengaruhi
variabel terikat secara signifikan.
b. Jika t hitung< t tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti
masing-masing variabel bebas tersebut tidak mempengaruhi
variabel terikat.
b) Uji Statistik F
Uji simultan (Uji Statistik f) digunakan untuk menguji
hipotesis pada penelitian yang menggunakan analisis regresi linier
berganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
38
variabel terikat (non performing financing /NPF) secara simultan atau
serentak. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F
tabel dengan Fhitung.
Dasar pengambilan keputusan adalah : Ho ditolak atau Ha diterima
jika signifikan F atau p value < 5 %.
Kriteria uji yang digunakan adalah:
1. Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima (tidak signifikan) dan Ha
ditolak artinya hitung tabel secara statistik dapat dibuktikan
bahwa variabel independen (GDP, inflasi, kurs, RR,RF dan FDR)
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (NPF).
2. Jika Fhitung> Ftabel maka Ho ditolak (signifikan) dan Ha hitung tabel
diterima, artinya secara simultan dapat dibuktikan semua variabel
independen (GDP, inflasi, kurs, RR,RF dan FDR)berpengaruh
terhadap variabel dependen (NPF).
c) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2
mengukur ketepatan yang paling baik (goodnes fit) dari
analisis linear berganda. Jika R2 yang diperoleh mendekati 1 (satu),
maka semakin kuat model tersebut menerangkan variabel independen
terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol),
maka semakin lemah variabel-variabel independen menerangkan
variabel dependen.
39
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan penelitian ini terbagi menjadi 5 bab. Adapun
masing-masing bab akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka,
kerangka teori, metode penelitian,hipotesa dan sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori, bab ini berisi teori dan penjelasan yang membahas
pembiayaan, NPF, dan faktor-faktor penyebab NPF.
BAB III Gambaran umum perusahaan, dalam bab ini membahas mengenai
gambaran umum perusahaan, yaitu penjelasan mengenai gambaran
umum PT. Bank Muamalat Indonesia,dan PT. Bank Syariah
Mandiri.
BAB IV Hasil dan pembahasan, dalam bab ini dibahas secara lebih
mendalam tentang uraian penelitian yang berisi deskrisi objek
penelitian dan analisis data serta pembahsan hasil interprestasi yang
diperoleh dari penelitian.
BAB V Penutup, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan
dalam penelitian, serta saran dari peneliti.