BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf ·...

39
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. 1 Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia dalam pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan adalah pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) yaitu tidak tertagihnya atau tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan kepada para nasabahnya. 2 Seiring pertumbuhan perbankan syariah yang hingga kini berjumlah 12 Bank Umum Syariah (BUS) di seluruh Indonesia, maka risiko adanya NPF dari pembiayaan yang disalurkan pihak perbankan juga akan bertamba. 3 Perkembangan tingkat NPF yang terjadi pada perbankan syariah di Indonesia nilainya fluktuatif, seperti yang terlihat pada tabel 1.1. Dari Tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun 2010 sampai dengan September tahun 2014 terjadi fluktuasi tingkat NPF pada bank syariah. Kenaikan tingkat NPFini terlihat pada periode September 2014 yang mencapai 6,76% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat NPF pada tahun sebelumnya. Nilai ini telah melebihi batas maksimal tingkat NPF yang ditetapkan 1 Sumar’in,Konsep Kelembagaan Bank Syariah(Yogyakarta: Graha Ilmu,2012),hlm. 50 2 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 785 3 Ahmad Dahlan, Bank Syariah: Teori, Praktik, Kritik,(Yogyakarta: Teras, 2012),hlm. 93

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

pembiayaan dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia

dalam pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan adalah pembiayaan

bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) yaitu tidak tertagihnya atau

tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan kepada para nasabahnya.2

Seiring pertumbuhan perbankan syariah yang hingga kini berjumlah 12

Bank Umum Syariah (BUS) di seluruh Indonesia, maka risiko adanya NPF dari

pembiayaan yang disalurkan pihak perbankan juga akan bertamba.3

Perkembangan tingkat NPF yang terjadi pada perbankan syariah di Indonesia

nilainya fluktuatif, seperti yang terlihat pada tabel 1.1.

Dari Tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun 2010 sampai

dengan September tahun 2014 terjadi fluktuasi tingkat NPF pada bank syariah.

Kenaikan tingkat NPFini terlihat pada periode September 2014 yang mencapai

6,76% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat NPF pada tahun

sebelumnya. Nilai ini telah melebihi batas maksimal tingkat NPF yang ditetapkan

1 Sumar’in,Konsep Kelembagaan Bank Syariah(Yogyakarta: Graha Ilmu,2012),hlm. 50

2Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi

(Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 785 3Ahmad Dahlan, Bank Syariah: Teori, Praktik, Kritik,(Yogyakarta: Teras, 2012),hlm.

93

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

2

oleh Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dimana nilai maksimal untuk tingkat

NPF sebesar 5%, Jadi semakin tinggi nilai NPF (di atas 5%) maka bank tersebut

dinyatakan tidak sehat.4

Tabel 1.1

Perkembangan tingkat NPF pada perbankan syariah

Sumber : Publikasi Bank Indonesia.

Secara umum besarnya rasio NPF menjadi salah satu indikator kesehatan

sebuah bank. NPF setidaknya menimbulkan permasalahan bagi pemilik bank dan

pemilik deposito. Pertama bagi pemilik bank, dengan semakin tinggi NPF mereka

tidak menerima return pasar dari modal mereka. Kedua untuk pemilik deposito

tidak menerima return pasar dari deposito atau tabungan mereka. Bank membagi

kegagalan kredit mereka kepada pemilik deposito dengan cara menekan tingkat

suku bunga. Dalam kasus yang lebih buruk, jika bank mengalami kebangkrutan

deposan akan kehilangan aset atau dihadapkan dengan jaminan yang tidak

seimbang. Bank juga membagi risiko kerugian mereka kepada debitur lain dengan

cara menetapkan suku bunga pinjaman yang tinggi. Tingkat bunga deposito yang

4Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in

Indonesia”, (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2, Oktober 2014)

Tahun

Bank Muamalat Indonesia Bank Syariah Mandiri

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des

2010 6,59% 4,72% 4,20% 4,32% 4,08% 4,13% 4,17% 3,52%

2011 4,71% 4,32% 4,53% 2,60% 3,30% 3,49% 3,21% 2,42%

2012 2,83% 2,73% 2,21% 2,20% 2,52% 3,04% 3,10% 2,82%

2013 2,02% 2,19% 2,17% 1,10% 3,44% 2,90% 3,40% 4,32%

2014 2,11% 3,30% 5,96% 6,43% 4,88% 6,46% 6,76% 6,84%

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

3

rendah dan suku bunga pinjaman yang tinggi akan menekan tabungan dan pasar

keuangan, dan menghambat pertumbuhan ekonomi. NPF akan mengakibatkan

jatuhnya sistem perbankan, mengkerutnya pasar saham dan bahkan

mengakibatkan kontraksi dalam perekonomian. Tingkat NPF yang tinggi adalah

indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis dan berdampak timbulnya

masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.5

Penyebab kredit macet (NPF) dapat dilihat dari sisi eksternal dan internal

bank. Perubahan kebijakasanaan pemerintah di sektor rill, kenaikan harga-harga

faktor produksi yang tinggi karena adanya perubahan nilai tukar/kurs,

meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman, adanya resesi yaitu berkaitan dengan

menurunnya tingkat Gross Domestik Produk, devaluasi, inflasi, deflasi dan

kebijakan moneter lainnya, serta adanya bencana alam dan peningkatan

persaingan merupakan penyebab dari sisi eksternal. Sedangkan dari sisi internal

disebabkan buruknya perencanaan finansial atas aktiva tetap/modal kerja, adanya

kegagalan dalam memenuhi syarat-syarat dalam pemberian kredit, serta

kelemahan analisis oleh pejabat kredit sejak awal proses pemberian kredit.6

Lebih jelasnya, faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah

disebabkan oleh tiga unsur, yakni (1) dari pihak bank itu sendiri (kreditur), (2)

dari pihak debitur, serta (3) diluar faktor kreditur dan debitur yang diwaklili oleh

faktor makroekonomi.7 Faktor eksternal penyebab kredit bermasalah yang

5 Rukmana,Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia,(Jakarta:

Erlangga, 2010), hlm. 162 6 Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Edisi 2.

(Yogyakatra: BPFE, 2012), Hlm.429. 7MaresSuci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada

Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

4

dipresentasikan Gross Domestik Produk (GDP) pernah diteliti oleh Rahmawulan

(2008) dalam penelitiannya GDP berpengaruh positif signifikan terhadap NPF,

sedangkan Muntoha ihsan (2011) menyatakan sebaliknya.

Penyebab lain yang mempengaruhi NPF dari sisi eksternal bank dan debitur

yang juga merupakan representasi kondisi makro ekonomi adalah tingkat inflasi

dan kurs. Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Rahmawulan

(2008), Ihsan (2011), Popita (2013) diketahui bahwa inflasi berpengaruh positif

signifikan dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap NPF. sedangkan

dalam penelitian padmantyo (2011) dan Mutamimah (2012) menunjukkan hasil

yang sebaliknya.

Sedangkan penyebab pembiayaan bermasalah yang berasal dari inernal bank

itu sendiri terkait dengan karakteristik sistem yang ada di bank syariah yang

tercermin dari kebijakan jenis pembiayaan yang diberikan yang diwakili oleh

Rasio return pembiayaan profit loss sharing dibanding return total pembiaan (RR),

dan Rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan profit loss

sharing (RF), serta yang berkaitan dengan dana pihak ketiga yaitu Financing to

deposito ratio (FDR).8

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Solehah (2013) dan Husnah

Amalia (2014) menyatakan Rasio return pembiayaan profit loss sharing dibanding

return total pembiaan (RR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap rasio

NPF, sedangkan Mutamimah (2012), Ernawati (2013) serta Mares Suci (2013)

menunjukkan hasil yang berbeda dimana Rasio return pembiayaan profit loss

8Mutamimah, “Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing 19,

financing Bank Umum Syariah di Indonesia”. (Semarang.: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,

No. 1, 2012)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

5

sharing dibanding return total pembiaan (RR) berpengaruh negatif signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah (2012) menyatakan Rasio alokasi

piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing (RF)

berpengaruh negatif tidak signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Solehah (2013) menyatakan sebaliknya bahwa RF berpengaruh secara positif

signifikan terhadap rasio NPF.

Faktor internal lainnya direpresentasikan oleh tingkat Financing to deposito

ratio (FDR) suatu bank. Penelitian yang dilakukan oleh Popita (2013) dan

Yulianto (2013) menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap tingkat NPF. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sity Raysa

(2014) dan Solehah (2013) menyatakan bahwa FDR berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap rasio NPF.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk meneliti mengenai

faktor-faktor penyebab terjadinya NPF baik yang berasal dari sisi eksternal

maupun internal bank. Hal ini perlu dilakukan agar pihak bank bisa merencanakan

dan mempersiapkan cara untuk meminimalisir resiko pembiayaan dan mengurangi

tingginya tingkat NPF. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut

dengan judul “Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank terhadap Rasio

NonPerforming Financing (NPF) pada Perbankan Syariah di Indonesia

Periode 2006 sampai 2015-II”.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka permasalahan yang akan diteliti

oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor eksternal bank yang meliputi Gross Domestic Product

(GDP), inflasi dan kurs. Serta faktor internal bank yang meliputi rasio return

profit loss sharing dibanding return total pembiayaan atau Rasio Return (RR),

rasio alokasi piutang murabahah terhadapalokasi pembiayaan profit loss

sharing atau Rasio Financing (RF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR)

secara parsial berpengaruh terhadap Non Performing Finanacing (NPF) pada

perbankan syariah di Indonesia ?

2. Apaka faktor-faktor eksternal bank yang meliputi Gross Domestic Product

(GDP), inflasi dan kurs. Serta faktor internal bank yang meliputi rasio return

profit loss sharing dibanding return total pembiayaan atau Rasio Return (RR),

rasio alokasi piutang murabahah terhadapalokasi pembiayaan profit loss

sharingatau Rasio Financing (RF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR)

secara simultan berpengaruh terhadap Non Performing Finanacing (NPF) pada

perbankan syariah di Indonesia ?

C. Batasan Masalah

Dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan dalam penelitian ini,

peneliti melakukan beberapa pembatasan masalah yang akan diteliti diantaranya

sebagai berikut:

1. Penelitian dibatasi hanya 10 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun

2015 triwulan II.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

7

2. Variabel independen yang digunakan dibatasi pada 6 variabel yang berupa

faktor eksternal bank yang meliputi GDP, inflasi dan kurs. Sedangkan faktor

internal bank yang meliputi Rasio Return (RR), Financing (RF), dan Financing

to Deposit Ratio (FDR).

3. Jumlah bank umum syariah yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya

berjumlah 2 (dua) bank yaitu PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank

Muamalat Indonesia

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor eksternal bank yang meliputi

Gross Domestic Product (GDP), inflasi dan kurs. Serta faktor internal bank

yang meliputi rasio return profit loss sharing dibanding return total

pembiayaan atau Rasio Return (RR), rasio alokasi piutang murabahah

terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing atau Rasio Financing (RF)

dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial terhadap Non

Performing Finanacing (NPF) pada perbankan syariah di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor eksternal bank yang meliputi

Gross Domestic Product (GDP), inflasi dan kurs. Serta faktor internal bank

yang meliputi rasio return profit loss sharing dibanding return total

pembiayaan atau Rasio Return (RR), rasio alokasi piutang murabahah

terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing atau Rasio Financing (RF)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

8

dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara simultan terhadap Non

Performing Finanacing (NPF) pada perbankan syariah di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi kalangan akademisi, sebagai bahan referensi guna penelitian

selanjutnya yang memerlukan pengembangan pengetahuan lebih lanjut

mengenai NPF.

b. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan

penganalisaan tentang NPF.

c. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi

serta informasi mengenai NPF.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi referensi serta informasi tentang pengaruh faktor-faktor eksternal

bank yang meliputi GDP, inflasi dan kurs. Faktor internal bank yang

meliputi Rasio Return (RR), Rasio Financing (RF), Financing to Deposit

Ratio (FDR) terhadap NPF pada perbankan syariah.

b. Bagi pihak perbankan, penelitian ini bisa dijadikan sebagai alat bantu untuk

menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat NPF sehingga

kedepannya masalah peningkatan tingkat NPF dapat diminimalisir dan

diselesaikan oleh pihak perbankan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

9

F. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor penyebab NPF telah dibahas oleh

beberapa peneliti sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi

karena objek dan periode waktu penelitian yang berbeda serta variabel yang

digunakan berbeda,maka terdapat banyak perbedaan yang diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan referensi yang saling melengkapi karena penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan pengembangan dari penelitian

sebelumnya.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rahmawulan dengan judul

“Perbandingan Faktor Penyebab Timbulnya Non Performing Loan (NPL) dan

Non Performing Financing (NPF)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pertumbuhan kredit atau pembiayaan tidak berpengaruh terhadap kredit

bermasalah, baik NPL maupun NPF merespon positif terhadap perubahan

Gross Domestik Product (GDP) dan inflasi. Variabel Loan Deposit Rasio

(LDR) berpengaruh negatif terhadap NPL. Financing Deposito Rasio (FDR)

tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF. Sedangkan Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) berpengaruh positif terhadap NPL, akan tetapi sebaliknya,

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) direspon negatif oleh NPF.9

Peneliti lainnya yaitu Muntoha Ihsan meneliti dengan judul “Pengaruh

Gross Domestic Produck (GDP), Inflasi dan Kebijakan Jenis Pembiayaan

Terhadap Non Performing Finanacing (NPF) Bank Umum Syariah di

9Rahmawulan, “Perbandingan Faktor Penyebab Timbulnya NPL dan NPF pada

Perbankan Konvensional dan Syariah di Indonesia” Tesis, (jakarta : Universitas Indonesia,2008)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

10

Indonesia Periode 2005–2010”.Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif

dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel–variabel independen secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap rasio NPF. Hanya variabel rasio alokasi

piutang murabahah dibanding alokasi pembiayaan profit loss sharing (RF)

yang berpengaruh signifikan terhadap NPF.10

Penelitian lainnya dilakukan oleh Sri Padmantyo dengan judul “Analisis

Variabel yang Mempengaruhi Kredit Macet Perbankan di Indonesia”. Hasil

penelitian ini diketahui bahwa variabel Produk Domestik Bruto (PDB) dan

jumlahpendanaan bank islam Financing Deposito Rasio (FDR) berpengaruh

secara signifikan terhadap tingkat NPF. Variabel inflasi, Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), Sertifikat Wadiah BankIndonesia (SWBI) tidak berpengaruh

terhadap NPF. Sedangkan tingkat kredit macet pada perbankan konvensional

dipengaruhi oleh tingkat suku bunga secarapositif dan rasio kredit atas deposit

LoanDeposito Rasio (LDR) secara negatif. 11

Peneliti lain Mutamimah dengan judul “Analisis Eksternal dan Internal

dalam Menentukan Non Performing financing (NPF) Bank Umum Syariah di

Indonesia”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan

pengujian data menggunakan analisis linier berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa bahwa pertumbuhan Gross Domestic Produck (GDP) dan

kurs nilai berpengaruh positif terhadap NPF tetapi tidak signifikan. Inflasi

10Muntoha Ihsan, “Pengaruh GDP, Inflasi, dan Kebijakan Pembiayaan terhadap NPF”,

(Semarang: Undip,2011) 11

Sri Padmantyo,”Analisis Variabel yang Mempengaruhi Kredit Macet Perbankan di

Indonesia”,Tesis, ( Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta,2011)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

11

berpengaruh negatif terhadap NPF dan signifikan, dan rasio return profit loss

sharing terhadap return total pembiayaan (RR) mempunyai pengaruh negatif

terhadap NPF tetapi tidak signifikan. Rasio alokasi pembiayaan murabahah

terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap NPF.12

Peneliti lainnya, Sholihah meneliti denga dengan judul “Analisis

Pengaruh Inflasi, Gross Domestik Product (GDP), Financing Deposit Ratio

(FDR), dan return pembiayaan Profit and Loss Sharing (PLS) terhadap Non

Performing Financing (NPF) pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Penelitian

ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitian menujukkan bahwa inflasi, FDR dan return

pembiayaan PLS terbukti berpengaruh simultan secara signifikan terhadap

NPF. Sedangkan pengujian secara parsial, FDR terbukti berpengaruh positif

signifikan dan return PLS berpengaruh negatif signifikan sedangkan inflasi dan

GDP berpengaruh signifikan terhadap NPF.13

Peneliti selanjutnya yaitu Mares Suci Ana Popita meneliti dengan judul

“Analisis Penyebab Terjadinya Non Perfoming Financing (NPF) pada Bank

Umum syariah di Indonesia”. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa pertumbuhan

Gross Domestik Product (GDP) rill dan Financing to Deposit Rasio (FDR)

berpengaruh tidak signifikan positif NPF dan inflasi, sertifikat wadiah bank

12

Mutamimah, “Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing 19,

financing Bank Umum Syariah di Indonesia”. (Semarang.: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,

No. 1, 2012) 13

Sholihah, “AnalisisPengaruh Inflasi,GDP,Financing Deposit Ratio,dan Return

Pembiayaan Profit and Loss Sharing terhadap Non Performing Financing pada Perbankan

Syariah di Indonesia”,(Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2013)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

12

indonesia (SWBI), rasio return profit loss sharing terhadap return total

pembiayaan (RR) berpengaruh tidak signifikan negatif terhadap NPF.

Sedangkan total asset mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap NPF.14

Peneliti lain Ernawati Puspitasari meneliti dengan judul “Pengaruh

Faktor Eksternal dan Internal Bank terhadap Resiko Pembiayaan Bermasalah

pada Bank Syariah Tahun 2006–2009”.Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel dana pihak ketiga (DPK), rasio Rasio Return (RR) berpengaruh

secara signifikan terhadap NPF, sedangkan variabel inflasi dan bonus sertifikat

wadiah bank indonesia (SWBI) tidak berpengaruh terhadapNPF.15

Peneliti lain yaitu Yulianto meneliti tentang “Pengaruh Capital Adequacy

Ratio (CAR), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional Pendapatan

Operasional (BOPO), dan Financing to Dposito Ratio (FDR) terhadap Non

Performing Financing perbankan Syariah (studi kasus Bank Syariah Mandiri

tahun 2005-2012)”. Hasil penilitian menunjukkan bahwa variabel CAR,BOPO

dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPF,dan variabel NPM

tidak berpengaruh terhadap NPF.16

Penelitian lainnya dilakukan oleh Siti Raysa meneliti mengenai

“Pengaruh Curent Asset Rasio (CAR), FinancingDeposit Rasio (FDR), Return

On Asset (ROA), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), return

pembiayaan Profit Loss Sharing (PLS), BI rate, dan size terhadap Non

14

MaresSuci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada

Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013) 15

Ernawati Puspitasari,“Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank terhadap Resiko

Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah Tahun 2006–2009”, (UIN Sunan Kalijaga,2012) 16

Yulianto ,” pengaruh CAR,NPM,BOPO,dan FDR terhadap Non Performing Financing

perbankan syariah (studi kasus Bank Syariah Mandiri tahun 2005-2012)”.Skripsi Sarjana Ekonomi

Syariah, (yogyakarta : UIN sunan kalijaga,2013)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

13

Performing Financing (NPF) pada Bank Umum Syariah Periode 2010-2013”.

Hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa CAR, berpengaruh terhadap NPF,

FDR berpengaruh secara negatif signifikan terhadap NPF. ROA, RR, BOPO

tidak berpengaruh terhadap NPF, sedangkan BI rate dan Size berpengaruh

positif signifikan terhadap NPF.17

Tabel 1.2

Perbedaan dan persamaan

Persamaan Perbedaan

Dalam penelitan variabel dependen

yang akan diteliti sama-sama

menggunakan variabel Non

Performing Financing (NPF).

Variabel independen yang digunakan.

Periode penelitian yang diteliti.

Tempat penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka posisi peneliti ini diantara

penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Menindaklanjuti penelitian sebelumnya terkait dengan NPF,khususnya bank

syariah dalam upaya untuk untuk mengindentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi NPF,dilihat dari faktor yang berasal dari luar bank yaitu faktor

eksternal dan faktor yang berasal dari dalam bank itu sendiri yaitu faktor

internal. Faktor eksternal diantaranya meliputi GDP inflasi dan kurs. Faktor-

faktor internal meliputi Rasio Return(RR), Rasio Financing(RF), dan FDR.

17

Siti Raysa, “Pengaruh CAR, FDR, ROA, BOPO, Return Pembiayaan PLS, BI

rate,SBIS,dan Size terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah Periode 2010-

2013”, Skripsi Sarjana Ekonomi Syariah, (yogyakarta : UIN sunan kalijaga,2014)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

14

2. Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya, selain

variabel independen yang digunakan yaitu yang meliputi faktor eksternal dan

internal bank, penelitian ini juga berbeda baik dari segi periode penelitian

maupun objek penelitian. Kurun waktu yang digunakan adalah dari tahun 2006

sampai 2015. Objek penelitian adalah 2 bank syariah yaitu PT.Bank Muamalat

Indonesia, dan PT.Bank Syariah Mandiri.

2. Kerangka Teori

Setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada resiko, begitu juga usaha

yang dilakukan oleh perbankan dalm penyaluran kredit/pembiayaan yang

dilakukan yang akibatnya akan menghambat keberhasilan kredit/ pembiayaan

yang dilakukan. Salah satu resiko yang dihadapi adalah Non Performing

Financing (NPF), atau kredit macet.18

NPF adalah rasio antara pembiayaan

yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.

Pembiayaanbermasalah atau yang sering disebut kredit macet merupakan

kredit/pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank,dan nasabah tidak dapat

melakukan pembayaran atau melakukan angsuran, baik cicilan pokok maupun

bunga atau bagi hasil dari investasi yang dilakukan sesuai dengan perjanjian

yang telah disepakati.19

Penyebab terjadinya kredit macet (NPF) dapat dilihat dari sisi eksternal

dan internal bank. Perubahan kebijakasanaan pemerintah di sektor rill,

kenaikan harga-harga faktor produksi yang tinggi karena adanya perubahan

18

Teguh Pudjo Miyono. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Edisi.3,

(Yogyakarta: BPFE, 1996), Hlm. 76 19

Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori Menuju Aplikasi,(Jakarta: Prenada,2010).hlm

123.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

15

nilai tukar/kurs, meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman, adanya resesi,

devaluasi, inflasi, deflasi dan kebijakan moneter lainnya, serta adanya bencana

alam dan peningkatan persaingan merupakan penyebab dari sisi eksternal.

Sedangkan dari sisi internal disebabkan buruknya perencanaan finansial atas

aktiva tetap/modal kerja, adanya kegagalan dalam memenuhi syarat-syarat

dalam pemberian kredit, serta kelemahan analisis oleh pejabat kredit sejak awal

proses pemberian kredit.20

Beberapa penelitian terdahulu juga menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang menyebabkan kredit macet atau pembiayaan bermasalah yang dalam

istilah perbankan syariah disebut sebagai Non Performing Financing (NPF)

dapat disebabkan oleh tiga unsur, yakni dari pihak bank itu sendiri (kreditur),

dari pihak debitur,serta diluar pihak kreditur dan debitur tersebut. dari faktor

kreditur merupakan faktor yang disebabkan oleh kinerja bank yang bersifat

mikro ekonomi, sedangkan faktor debitur merupakan faktor dari pengguna

dana sedangkan faktor diluar keduanya merupakan faktor yang bersifat

makroekonomi.21

Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab NPF akan diambil

variabel yang umum yakni faktor eksternal Gross Domestik Produk (GDP),

inflasi, dan kurs.22

Variabel GDP, infasi, dan kurs merepresentasikan kondisi makroekonomi

yang menjadi penyebab adanya kredit macet. Kondisi makro ekonomi

20

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Edisi

2. (Yogyakatra: BPFE, 2012), Hlm.429. 21

MaresSuci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada

Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013) 22

Rahmawulan, “Perbandingan Faktor Penyebab Timbulnya NPL dan NPF pada

Perbankan Konvensional dan Syariah di Indonesia” Tesis, (jakarta : Universitas Indonesia,2008)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

16

berkaitan dengan tingkat kredit macet. Perkembangan kredit domestik telah

demikian aktif berperan dalam proses pembangunan. Total kredit domestik

(perbankan) dan GDP riil mempunyai hubungan satu arah, artinya tumbuhnya

lembaga keuangan moderen, beserta terciptanya kekayaan dan hutang suatu

bank, serta jasa keuangan yang berkaitan merupakan tanggapan atas

permintaan terhadap jasa-jasa keuangan (perbankan)dari investor dan

penabung di sektor rill.23

Selain GDP, inflasi juga merupakan salah satu faktot

yang menyebabkan terjandinya kredit macet. Resiko terjadinya kredit macet

(NPF) akan semakin meningkat apabila tingkat inflasi semakin tinggi. Adanya

inflasi akan menyebabkan penurunan kemampuan nasabah dalam membanyar

hutang pokok dan serta margin atas pembiayaan yang telah diterimanya.24

Keadaan makroekonomi lainnya direpresentasikan dengan nilai tukar mata

uang asing terhadap mata uang Indonesia (kurs). kurs menggambarkan

kestabilan ekonomi di negara Indonesia. Penguatan nilai tukar rupiah, semakin

kuat rupiah semakin bagus perekonomian nasional di suatu negara. Jika nilai

rupiah jatuh dibandingkan dengan valuta asing dan jika usaha tersebut

dijalankan menggunakan bahan impor, maka akan memukul usaha yang

dilakukan oleh para produsen.25

Faktor internal antara lain kebijakan jenis pembiayaan bank syariah yang

direpresentasikan oleh rasio return profit loss sharing dibanding return total

pembiayaan atau Rasio Return (RR), rasio alokasi piutang murabahah terhadap

23

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Edisi 2.

(Yogyakatra: BPFE, 2012), Hlm.416 24

Teguh Pudjo Miyono. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Edisi.3,

(Yogyakarta: BPFE, 1996), Hlm. 80 25

N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, (Jakarta : Erlangga, 2006), Ed.6, hlm. 130.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

17

alokasi pembiayaan profit loss sharing atau Rasio Financing (RF).26

Untuk

perbankan syariah rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi

pembiayaan profit loss sharing atau Rasio Financing (RF) dalam jangka

pendek maupun jangka panjang berpengaruh secara positif terhadap rasio NPF.

kebijakan jenis kedua pembiayaan ini merupakan indikasi adanya Moral

Hazard yang dilakukan oleh pihak perbankan.27

Dalam beberapa penelitian terdahulu yang lain juga menyatakan bahwa

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan faktor internal penyebab NPF.

Faktor penentu tingkat NPL yang berasal dari internal institusi misalnya dapat

kita amati dari pertumbuhan tingkat kredit (FDR). Kaitannya dengan bank

gagal (bank’s failure). Tingginya rasio NPF merupakan salah satu indikator

penting disamping FDR, penentuan resiko yang keliru, dan ketidakmampuan

bank mengantisipasi berbagai resiko yang dihadapi. Agak sulit memposisikan

indikator FDR di perbankan saat ini. Bila FDR dilakukan secara masif bisa

mengakibatkan meningkatnya resiko kredit macet, tetapi bila tingkat FDR

rendah maka sektor riil juga tidak akan berkembang.28

26

Mutamimah, “Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing 19,

financing Bank Umum Syariah di Indonesia”. (Semarang.: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,

No. 1, 2012) 27

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Curren Issues Lembaga Keuangan Syariah,

( Jakarta: Kencana, 2009), Hlm. 87. 28

Sri Padmantyo,”Analisis Variabel yang Mempengaruhi Kredit Macet Perbankan di

Indonesia”,Tesis, ( Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta,2011)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

18

3. Kerangka Pemikiran

Dari uaraian landasan teori, kerangka pemikiran penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara

logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk

pernyataan yang dapat diuji.

1. Gross Domestik Produck (GDP)

GDP adalah indikator dari pertumbuhan ekonomi yang merupakan

ukuran penting dalam menjelaskan kinerja ekonomi yang secara langsung

merupakan kinerja dari pelaku ekonomi yang menyediakan barang dan

GDP

KURS

Inflasi

RR

Non

performing

financing

(NPF) RF

FDR

Faktor

eksternal

Faktor

internal

Variabel independen Variabel dependen

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

19

jasa termasuk industri perbankan. dalam kondisi ini terjadi resesi dimana

terjadi penurunan penjualan dan pendapatan perusahaan, maka akan

mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mengembalikan

pinjamannya, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya outstanding

Pembiayaan bermasalah (NPF) (Rahmawulan, 2008) sehingga ketika GDP

meningkat maka NPF menurun, sebab saat ekonomi makro meningkat

kemampuannya (capability to pay back) meningkat sehingga NPF

menurun. Jadi, emakin tinggi GDP, makan akan menurunkan tingkat NPF

pada perbankan syariah. 29

Penelitian Sri padmantyo (2011) dan Sholihah

(2013) juga menunjukkan bahwa GDP berpengaruh negatif terhadap rasio

NPF. sementara itu hasil penelitian mutamiamah (2012) dan Muntoha

Ihsan (2011) serta Mares Suci (2013) menunjukkan bahwa GDP

berpengaruh positif terhadap tingkat Non Performing Financing (NPF)

Berdasakan uraian di atas, peneliti mencoba merumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H1: Gross Domestik Produck (GDP) berpengaruh negatif signifikan

terhadap rasio Non Performing Financing (NPF)

2. Inflasi

Inflasi dapat berpengaruh terhadap kredit bermasalah, inflasi yang

tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial

ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan

menurunnya pendapatan riil masyarakat sehingga standar hidup

29

Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in

Indonesia”, (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2, Oktober 2014)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

20

masyarakat juga turun. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan

ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil

keputusan. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan

inflasi dinegara tetangga menjadikan tingkat suku bunga riil menjadi tidak

kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah.

Dengan meningkatnya inflasi maka akan mengakibatkan kemampuan

nasabah dalam membayar cicilan kreditnya juga akan terganggu.

Pengaruh perubahan inflasi terhadap NPF adalah inflasi yang

tinggi akan menyebabkan menurunnya pendapatan riil masyarakat

sehingga standar hidup masyarakat juga turun. Sebelum inflasi, seorang

debitur masih sanggup untuk membayar angsuran kreditnya, namun

setelah inflasi terjadi, harga-harga mengalami peningkatan yang cukup

tinggi, sedangkan penghasilan debitur tersebut tidak mengalami

peningkatan, maka kemampuan debitur tersebut dalam membayar

angsurannya menjadi melemah sebab sebagian besar atau bahkan seluruh

penghasilannya sudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga sebagai akibat dari harga-harga yang meningkat.30

Hasil penelitian yang dilakukan Mutamimah (2012), Mares Suci

(2013) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap NPF.

sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rahmawulan (2008) dan Muntoha Ihsan (2011)

30

Zakiyah Dwi Poetry dan Yulizar D Sanrego (2011) “ Pengaruh Vriabel Mikro Dan

Makro Terhadap NPL Perbankan Konvensional Dan NPF Perbankan Syariah”. Jurnal Islamic

Finance & Bussiness Review Vol. 6 No. 2.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

21

Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini yaitu, H2 : inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap rasio NPF

3. Kurs / Nilai tukar

Nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan positif terhadap pelaku

ekspor impor di satu negara. Dalam arti bahwa penurunan nilai tukar (mata

uang domestik nilainya turun terhadap mata uang asing) maka hal ini akan

menguntungkan para eksportir, sebab para eksportir akan mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dari selisih penurunan kurs mata uang

domestik terhadap kurs mata uang asing tersebut (keuntungan jangka

pendek). Begitu juga nilai tukar mengalami kenaikan (mata uang domestik

nilainya naik terhadap mata uang asing), maka akan mengakibatkan

peningkatan impor, sebab barang-barang yang diimpor harganya menjadi

lebih murah. Perubahan kurs mata uang juga akan sangat berpengaruh

pada kelancaran usaha nasabah. Jika nilai rupiah jatuh dibandingkan

dengan valuta asing dan jika usaha tersebut dijalankan menggunakan

bahan impor, maka akan memukul usaha nasabah.

Hasil riset BI (2002) menunjukkan bahwa jika suatu negara

memiliki pinjaman dalam bentuk valuta asing dalam jumlah yang besar,

baik itu dilakukan oleh bank, lembaga keuangan, ataupun nasabah bank

maka kondisi tersebut telah menyebabkan sistem keuangan secara

keseluruhan rentan terhadap gejolak nilai tukar. Penurunan rupiah

terhadap valuta asing menyebabkan pinjaman dalam mata uang asing

meningkat nilainya secara relatif sesuai dengan penurunan tersebut.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

22

Peningkatan jumlah kewajiban tersebut berdampak pada kemampuan

membayar kewajiban yang semakin menurun, bahkan banyak kasus

mengakibatkan ketidakmampuan membayar dan meningkatkan besaran

NPF.31

Hasil penelitian yang dilakukan Muntoha Ihsan (2011) dan

Wikutama (2010) menunjukkan kurs berpengaruh negatif terhadap rasio

NPF. Sementara penelitian yang dilakukan Ramawulan (2008) dan

Mutamimah menunjukkan hasil kurs berpengaruh positif terhadap rasio

NPF .

Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini yaitu, H3 : kurs berpengaruh positif signifikan terhadap rasio NPF.

4. Rasio return profit loss sharing dibandingkan return total pembiayaan

/ Rasi Return (RR)

Rasio return profit loss sharing dibandingkan return total

pembiayaan (RR) mencerminkan kebijakan jenis pembiayaan. Pembiayaan

Profit Loss Sharing (PLS) terdiri dari pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah dimana pembiayaan PLS ini memiliki risiko yang tinggi, hal

ini dikarenakan dalam kontrak ini keuntungan yang diperoleh shahibul

maal (bank) relatif tidak pasti bahkan bank harus siap menanggung

kerugian. Tidak adanya ketentuan jaminan dalam pembiayaan PLS

menyebabkan bank menghadapi risiko terjadinya moral hazard dan

adverse selection karena adanya informasi yang asimetri.

31 Arya, Wikutama, (2010). “Faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan

Bank Pembangunan Daerah (BPD)”. Tesis, Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi

Universitas Indonesia

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

23

Dengan menetapkan nisbah yang memberikan return tinggi untuk

jenis pembiayaan yang berisiko (profit loss sharing: mudharabah dan

musyarakah) berarti telah mencegah terjadinya risiko moral hazard yang

dapat meningkatnya rasio NPF, yang dilakukan oleh debitur– debitur yang

tidak bertanggung jawab. Semakin tinggi rasio return, berarti semakin

baik kebijakan bank tersebut dalam mengantisipasi kemungkinan

terjadinya moral hazard. Dengan demikian bank tersebut telah hati-hati

dalam melakukan pembiayaan. Semakin tinggi return pembiayaan profit

loss sharing dibanding return total pembiayaan maka akan semakin

rendah pembiayaan bermasalah (NPF). 32

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Muntoha

Ihsan (2011) dan Irma Yanti (2014) menyatkan variabel RR berpengaruh

positif terhadap rasio NPF. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Mutamimah dan Chasanah (2012) dan Mares Suci (2013) yang dari hasil

penelitiannya diketahui variabel rasio return berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap NPF.

Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini yaitu,

H4: Rasio Return (RR) berpengaruh negatif signifikan terhadap rasio

NPF.

32

Mares Suci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada

Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

24

5. Rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan profit

loss sharing / Rasio Financing (RF)

Rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan

profit loss sharing atau Rasio Financing (RF) merupakan jenis

pembiayaan yang paling diminati dalam kalangan perbankan syariah.

seperti yang terlihat dari data publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari

Statistik Perbankan Syariah September 2014 jumlah pembiayaan

murabahah sebesar 112.288 miliar rupiah. jumlahnya jauh lebih besar dari

jenis pembiayaan lain yaitu pembiayaan mudharabah sebesar 13.802

miliar ruppiah dan pembiayaan musyarakah sebesar 42.830 miliar rupiah.

Hal ini dikarenakan resiko yang dimiliki pembiayaan ini paling kecil jika

dibandingkan dengan pembiayaan lain. Beberapa alasan akad murabahah

sangat popular dalam operasi perbankan syariah, yaitu: Pertama, dari sisi

bank syariah; investasi jangka pendek yang cukup memudahkan, benefit

yang berasal dari mark up bisa ditentukan dan dipastikan; serta menjauhi

ketidakpastiandan minimalisasi risiko yang ada pada sitem bagi hasil. Jika

preferensi bank syariah dalam memilih piutang murabahah yang beresiko

rendah karena lasan kehati-hatian, hal ini tentunya akan berimplikasi

kepada rasio NPF. Kebijakan alokasi piutang murabahah (beresiko rendah)

dibanding alokasi pembiayaan beresiko tinggi (mudharabah dan

musyarakah) menjadi variabel yang mempengaruhi besaran NPF. 33

33

Mutamimah, “Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing 19,

financing Bank Umum Syariah di Indonesia”. (Semarang.: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,

No. 1, 2012)

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

25

Berdasarkan penelitian Mutamimah (2012) dan Ihsan (2011)

menunjukkan bahwa variabel RF berpengaruh negatif terhadap NPF,

sedangkan Inovasi (2014) dari hasil penelitiannya diketahui variabel RF

berpengaruh positif terhadap NPF.

Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini yaitu,

H5: Rasio Financing (RF) berpengaruh negatif signifikan terhadap rasio

NPF.

6. Financing to Peposito Ratio (FDR)

Financing to Peposito Ratio (FDR) menyatakan seberapa jauh jauh

kemampuan bank dalam membanyar kembali penarikan dana yang

dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi FDR menunjukkan semakin

besar pula DPK (dana pihak ketiga) yang digunakan untuk penyaluran

kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan fungsi intermediasinya

dengan baik. Di sisi lain FDR yang terlalu tinggi dapat menimbulkan

resiko likuiditas bagi bank. FDR mempengaruhi penawaran kredit yang

dilakukan oleh pihak bank. Semakin tinggi nilai FDR suatu bank, maka

pihak bank akan menurunkan jumlah penawaran kredit yang dilakukan.

Sehingga FDR memiliki pengaruh yang positif terhadap NPF. 34

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda-

beda mengenai pengaru FDR terhadap NPF. Penelitian yang dilakukan

34

Mares Suci Ana Popita,“Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing pada

Bank Umum Syariah”, ( Accounting Analysis Journal 2013)

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

26

oleh Mares suci (2013) menujukkan FDR berpengaruh positif terhadap

NPF, sedangkan Zakya (2011) menunjukkan hasil yang berbeda, dimana

FDR berpengaruh negatif

Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini yaitu, H6 : Financing to Peposito Ratio (FDR) berpengaruh positif

signifikan terhadap rasio NPF.

H7 : GDP, inflasi, kurs, RR, RF, dan FDR tidak berpengaruh

secara simultan terhadap rasio Non Performing Financing (NPF).

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantiataif yaitu penelitian yang mengacu

pada data-data yang berupa angka. Data yang diperoleh kemudian diproses dan

dimanipulasi menjadi sebuah informasi yang berharga bagi pengambilan

keputusan. 35

2. Definisi operasional variabel

Definisi operasional dari masing-masing variabel yang diteliti adalah

sebagai berikut:

1. Non Performing Financing(NPF)

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio antara

pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan

oleh bank syariah. Pembiayaan bermasalah atau yang sering disebut

35

Mudrajad Kuncoro, Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi.

Edisi. 3, (Yogyakarta: UPPM STIM YKPN,2007), Hlm. 1.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

27

kredit macet merupakan kredit/pembiayaan yang telah disalurkan oleh

bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan

angsuran, baik cicilan pokok maupun bunga atau bagi hasil dari investasi

yang dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.36

Rumus untuk rasio NPF adalah sebagai berikut:

2. Gross Domestic Product (GDP)

Merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam periode tertentu

yaitu dalam kurun waktu satu tahun.37

Variabel GDP yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam

bentuk pertumbuhan GDP rill Quarter on Quarter triwulanan yang

diperoleh dari laporan yang diambil dari BPS. Rumusnya sebagai

berikut:

3. Inflasi

Inflasi secara umum didefinisikan naiknya harga barang dan jasa

sebagai akibat jumlah uang (permintaan) yang lebih banyak

dibandingkan jumlah barang atau jasa yang tersedia (penawaran), sebagai

akibat dari inflasi adalah turunnya nilai uang. Inflasi dapat diartikan juga

36

Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori Menuju Aplikasi,(Jakarta:

Prenada,2010).hlm 123. 37

Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis,(Jakarta: Prenada Media,

2008),hlm 21.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

28

sebagai kecenderungan kenaikan harga- harga umum secara terus

menerus. 38

Variabel inflasi diperoleh dari laporan triwulanan yang

diperoleh dari Bank Indonesia. Rumusnya sebagai berikut:

4. Kurs

Kurs (nilai tukar) adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara

yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya, atau dengan kata

lain kurs dapat diartikan sebagai harga satu unit mata uang asing

dinyatakan dalam mata uang domestik khususnya terhadap nilai dollar

Amerika. 39

Kurs diproksikan dengan kurs tengah bank Indonesia yaitu rata-rata

penjumlahan dari kurs jual dan kurs beli yang berlaku pada akhir periode

laporan triwulan yang sumbernya diambil dari BankIndonesia.

Rumus perubahan kurs diperoleh dengan rumus sebagai brikut :

KURSt

5. Rasio Return (RR)

Rasio Profit Loss Sharing (PLS) dibanding return total

pembiayaan yang dinotasikan dengan Rasio Return (RR) merupakan

gambaran perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan oleh

pembiayaan PLS dengan return total pembiayaan. Jenis pembiayaan

PLS terdiri dari pembiayaan mudharabah dan musyarakah dimana

38

Dwi Eko Wluyo, Ekonomika Makro,(Malang: UMM PRESS, 2007),hlm 167. 39

Toni Hartono, Mekanisme Ekonomi,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),hlm 354.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

29

pembiayaan PLS ini memiliki risiko yang tinggi karena return

yangdihasilkan bisa positif atau negatif, tergantung hasil usaha yang

dijalankan.40

Perhitungan variabel RR diperoleh dari laporan triwulanan masing-

masing bank yang menjadi sampel terbitan dari Bank Indonesia.

Perhitungan variabel RR adalah sebagai berikut:

6. Return Financing (RF).

Rasio alokasi piutang murabahah terhadap alokasi pembiayaan

profit loss sharing yang dinotasikan dengan Rasio Financing (RF),

merupakan rasio yang menunjukkan besarnya alokasi piutang

murabahah dibandingkan alokasi pembiayaan Profit and Loss Sharing

(PLS) yang meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah.41

Perhitungan variabel RF diperoleh dari laporan triwulanan masing-

masing bank yang menjadi sampel terbitan dari Bank

Indonesia.Perhitungan variabel RR adalah sebagai berikut:

40

Sholihah,”Analisis Pengaruh Inflasi,GDP,Financing Deposit Ratio, dan Return

Pembiayaan Profit and Loss Sharing terhadap Non Performing Financing pada Perbankan

Syariah di Indonesia”,(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013) 41

Mutamimah, ”Analisis Eksternal dan Internal dalam Menentukan Non Performing

Financing Bank Umum Syariah di Indonesia”.,(Semarang: Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE),

Maret , 2012)

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

30

7. Financing to Deposito Ratio (FDR)

Financing to Deposito Ratio (FDR) menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang

dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya.42

Perhitungan variabel FDR diperoleh dari laporan triwulanan

masing-masing bank yang menjadi sampel terbitan dari Bank

Indonesia. Rumusnya sebagai berikut:

3. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank

Muamalat Indonesia. Sedangkan periode penelitian ini adalah tahun 2006

sampai 2015 triwulan ke-2, hal ini berdasarkan ketersediaan data berupa

laporan keuangan triwulan yang diperoleh dari website Bank Indonesia, serta

dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel

42

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking : Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 785.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

31

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi

tersebut.43

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah yang ada

di Indonesia.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti dimana

syarat yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi oleh sampel. Kriteria bank

umum syariah yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bankumum syariah yang mempublikasikanlaporan keuangan kuartalan

atau triwulananselama periode pengamatan yaitu dari tahun 2006 sampai

dengan 2015 triwulan II.

2. Bank umum syariah yang memiliki kelengkapan data berdasarkan

variabel yang diteliti.

Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas, bank umum

syariah yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel adalah PT.Bank

Muamalat Indonesia dan PT.Bank Syariah Mandiri.

5. Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang berupa laporan keuangan triwulanan bank syariah yang menjadi sampel

penelitian selama periode 2006 sampai 2015. Data sekunder yang dibutuhkan

tersebut diperoleh dari publikasi oleh instansi-instansi yang terkait seperti Bank

43

Sugiyono,Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfa Beta).

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

32

Indonesia, Badan pusat statistik (BPS) dan Bank syariah yang dimaksud di

sample penelitian, dengan cara browse ke website mereka, seperti:

www.bi.go.id,www.bps.go.id,danwww.bsmi.co.id.

6. Teknik pengumpulan data

Metode pengambilan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi

dikarenakan data berupa data sekunder. Metode ini merupakan metode

pencarian dan pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupacatatan, transkrip, buku–buku, majalah dan lain sebagainya yang

berhubungan dengan penelitian ini.44

Data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu data yang dipublikasikan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan

Bank syariah yang termasuk dalam sampel.

7. Metode analisis data

a. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti

melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan

analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut.

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan swekness (kemencengan distribusi).

Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah memahami variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian.

44

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajdah Mada

Universiti Prees, 2007),hlm 141.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

33

b. Uji asumsi klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi yang

digunakan benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan

representatif. Adapun jenis uji asumsi klasik yang dilakukan sebagai

berikut:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model

regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan analisis grafik.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas sebagai

berikut:45

i. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan

poladistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

ii. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan

pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

45

ImamGhazali, Aplikasi Analisis Multivariated dengan Program SPSS, Edisi Ketiga

(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), hlm.110.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

34

2) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan sebagai syarat digunakan

analisis regresi berganda dan juga untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel bebas itu sendiri. Pada model regresi yang

baik antar variabel independen seharusnya tidak terjadi kolerasi.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model

regresi diilakukan dengan melihat nilai tolerance dan lawannya atau

nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada table Coefficients yang

dapat dilihat dari output SPSS. Sebagai dasar acuannya dapat

disimpulkan:46

i. Jika nilai tolerance 10 persen dan nilai VIF 10, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variabel bebas

dalam model regresi.

ii. Jika nilai tolerance 10 persen dan nilai VIF 10, maka dapat

disimpulkan bahwa ada multikolinaeritas antar variabel bebas

dalam model regresi.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t - 1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

46

Ibid, hlm. 105-106.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

35

waktu berkaitan sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi

lainnya, tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi menggunakan

uji Durbin-Watson (DW). Uji ini menghasilkan nilai DW hitung (d)

dan nilai DW tabel (dL dan du).47

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:

i. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du)

dan (4–du) maka koefisien autokorelasi = 0, berari tidak ada

autokorelasi.

ii. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound

(dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi

positif.

iii. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi <

0, berarti ada autokorelasi negatif.

iv. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-

du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan terhadap salah satu asumsi klasik yang mensyaratkan

adanya homokedastisitas. Pengujian ada tidaknya gejala

heteroskedastisitas memakai metode grafik dengan melihat ada

47

Purbayu.Budi Santoso dkk, Analisis Statistik dengan Mikrosoft Excel dan SPSS,

(Yogyakarta : ANDI, 2005).hlm. 240.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

36

tidaknya pola tertentu pada scatterplot dari variabel dependen, dimana

jika tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas

dan begitu juga sebaliknya.Analisis dengan grafik plot memiliki

kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan

mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan,

maka akan semakin sulit pula untuk mengintepretasikan hasil grafik

plot.

c. Pengujian Hipotesis

1) Analisis regresi linier berganda

Analisis regresi berganda bertujuan untuk meramalkan pengaruh

dua variable predictor atau lebih terhadap variable kriterium atau untuk

membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional antara dua buah

variable bebas (independen) atau lebih dari sebuah variable terikat

(dependen). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable

independen terhadap variable dependen dapat dihitung dengan persamaan

regresi berganda sebagai berikut :

NPF= α + β1GDP + β2INF + β3KURS +β4RR +β5RF + β6FDR+ ε

Keterangan:

NPF : Non performing Financing

α : Konstanta regresi

β1,β2,β3,β4,β5, β6 : Koefisien regresi

GDP : Gross Domestik product

INF : Inflasi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

37

KURS : Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

RR :Rasio Return

RF : Rasio Financing

FDR : Financing Deposito Ratio

ε :Variabel pengganggu diluar variabel yang tidak

dimasukkan sebagai variabel di atas.

2) Uji signifikansi

a) Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

terhadap tingkat non performing financing/NPF secara parsial (untuk

menguji signifikan atau tidaknya masing- masing variabel bebas

terhadap tingkat NPF dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05.

Prosedur pengujian hipotesis sebagai berikut:

a. Jika t hitung> t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti

masing- masing variabel bebas tersebut mampu mempengaruhi

variabel terikat secara signifikan.

b. Jika t hitung< t tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti

masing-masing variabel bebas tersebut tidak mempengaruhi

variabel terikat.

b) Uji Statistik F

Uji simultan (Uji Statistik f) digunakan untuk menguji

hipotesis pada penelitian yang menggunakan analisis regresi linier

berganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

38

variabel terikat (non performing financing /NPF) secara simultan atau

serentak. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F

tabel dengan Fhitung.

Dasar pengambilan keputusan adalah : Ho ditolak atau Ha diterima

jika signifikan F atau p value < 5 %.

Kriteria uji yang digunakan adalah:

1. Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima (tidak signifikan) dan Ha

ditolak artinya hitung tabel secara statistik dapat dibuktikan

bahwa variabel independen (GDP, inflasi, kurs, RR,RF dan FDR)

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (NPF).

2. Jika Fhitung> Ftabel maka Ho ditolak (signifikan) dan Ha hitung tabel

diterima, artinya secara simultan dapat dibuktikan semua variabel

independen (GDP, inflasi, kurs, RR,RF dan FDR)berpengaruh

terhadap variabel dependen (NPF).

c) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2

mengukur ketepatan yang paling baik (goodnes fit) dari

analisis linear berganda. Jika R2 yang diperoleh mendekati 1 (satu),

maka semakin kuat model tersebut menerangkan variabel independen

terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol),

maka semakin lemah variabel-variabel independen menerangkan

variabel dependen.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/70/6/11. BAB I.pdf · rakyat.1Salah satu permasalahan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia ...

39

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan penelitian ini terbagi menjadi 5 bab. Adapun

masing-masing bab akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka,

kerangka teori, metode penelitian,hipotesa dan sistematika

penulisan.

BAB II Landasan Teori, bab ini berisi teori dan penjelasan yang membahas

pembiayaan, NPF, dan faktor-faktor penyebab NPF.

BAB III Gambaran umum perusahaan, dalam bab ini membahas mengenai

gambaran umum perusahaan, yaitu penjelasan mengenai gambaran

umum PT. Bank Muamalat Indonesia,dan PT. Bank Syariah

Mandiri.

BAB IV Hasil dan pembahasan, dalam bab ini dibahas secara lebih

mendalam tentang uraian penelitian yang berisi deskrisi objek

penelitian dan analisis data serta pembahsan hasil interprestasi yang

diperoleh dari penelitian.

BAB V Penutup, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan

dalam penelitian, serta saran dari peneliti.