BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf ·...

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum terselesaikan, dilain pihak terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain akibat gaya hidup dan modernisasi (Depkes, 2006 dalam Hiroh, 2012). Salah satu penyakit kardiovaskuler tersebut adalah Hipertensi, hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal (Yeni dkk, 2010). Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2016 kasus hipertensi pada laki-laki 34,1% dan pada perempuan 32,7%. World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa pada tahun 2025 nanti akan ada sekitar 29% atau sekitar 1 milyar penduduk dunia akan menderita hipertensi. Semakin besar prevalensi penderita hipertensi maka akan semakin besar risiko terkena penyakit kardiovaskular (WHO, 2015). Data yang diperoleh dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2016, semakin tinggi kelompok umur maka akan semakin besar pula prevalensi hipertensi. Menurut data yang ada prevalensi hipertensi

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban

ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang belum terselesaikan, dilain pihak terjadi peningkatan kasus

penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan

lain-lain akibat gaya hidup dan modernisasi (Depkes, 2006 dalam Hiroh, 2012).

Salah satu penyakit kardiovaskuler tersebut adalah Hipertensi, hipertensi

atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal (Yeni dkk,

2010). Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena

jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang

berbahaya.

Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun

2016 kasus hipertensi pada laki-laki 34,1% dan pada perempuan 32,7%. World

Health Organization (WHO) memprediksi bahwa pada tahun 2025 nanti akan

ada sekitar 29% atau sekitar 1 milyar penduduk dunia akan menderita

hipertensi. Semakin besar prevalensi penderita hipertensi maka akan semakin

besar risiko terkena penyakit kardiovaskular (WHO, 2015).

Data yang diperoleh dari Centers for Disease Control and Prevention

(CDC) pada tahun 2016, semakin tinggi kelompok umur maka akan semakin

besar pula prevalensi hipertensi. Menurut data yang ada prevalensi hipertensi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

2

terbesar pada kelompok umur ≥75 dengan prevalensi pada laki-laki berjumlah

66,7% dan pada perempuan 78,5%. Hal ini disebabkan karena semakin

bertambahnya umur maka kemampuan fungsi organ pun akan menurun. (CDC,

2016).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, penyakit tidak

menular untuk prevalensi hipertensi, selain berdasarkan hasil wawancara, ditentukan

juga berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan. Prevalensi hipertensi di

Indonesia berdasarkan pengukuran pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8

persen. Terbanyak di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan

(30,8%), dan Jawa Barat (29,4%). Begitupula di Sulawesi Tenggara masing tinggi

prevalensi hipertensi sebesar 22,5%. Prevalensi hipertensi juga jika didasarkan

pada terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran terlihat adanya

peningkatandengan bertambahnya umur. Prevalensi hipertensi cenderung lebih

tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja,

kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik (Kemenkes RI,

2013).

Di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%,

pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 tahun sebesar 65%.

Dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60-64 tahun terjadi peningkatan risiko

hipertensi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70 tahun

2,97 kali (Rahajeng & Tuminah, 2009 dalam Arifin, Weta, Ratnawati, 2016).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara bahwa

hipertensi merupakan salah satu dari sepuluh besar penyakit terbesar di Sulawesi

Tenggara. Berdasarkan data surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

3

(STP) dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016

menyebutkan bahwa pada tahun 2013 jumlah kasus hipertensi sebanyak 46.656

kasus, pada tahun 2014 jumlah kasus penyakit hipertensi sebanyak 24.419

kasus dan pada tahun 2015 jumlah kasus penyakit hipertensi sebanyak 19.743

kasus dan tahun 2016 di Sulawesi Tenggara hipertensi menduduki peringkat

pertama dari 10 besar penyakit sebanyak 18.054 kasus (Dinkes Prov, 2017).

Berdasarkan data dari Puskesmas Kolaka, penyakit Hipertensi pada tahun 2017

sebesar 458 kunjungan, mengalami peningkatan pada tahun 2018 periode Januari-

Oktober sebesar 460 kunjungan.

Hipertensi sebagai sebuah penyakit kronis dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor risiko yang dapat di ubah

yaitu obesitas, kurang berolahraga atau aktivitas, merokok, alkoholisme, stress dan

pola makan. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu keturunan, jenis

kelamin, ras dan usia (Adriaansz, Rottie, Lolong, 2016). American Heart

Association (2004) menyatakan bahwa hipertensi dapat dikontrol dengan gaya hidup

sehat dan pengendalian fator risiko (Rustiana, 2014).

Selain aktifitas fisik, asupan zat gizi juga berpengaruh pada peningkatan

tekanan darah. Salah satu zat gizi mikro yang berperan penting dalam peningkatan

tekanan darah adalah natrium. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan

tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Jantung harus memompa

keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang makin

sempit yang akibatnya adalah hipertensi (Muliyati, Syam, dan Sirajuddin, 2011

dalam Widyaningrum, 2014).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

4

Berbagai penelitian telah membuktikan berbagai faktor risiko yang

berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Begitupula hasil penelitian yang

dilakukan Rotinsulu, Malonda, Punuh tahun 2015 di Desa Sinuian Kecamatan

Romboken di temukan bahwa asupan natrium sebanyak 56,5 % kategori lebih dan

43,5 % kategori kurang. Sebagian besar responden yang menjadi sampel dalam

penelitan ini kebanyakan menyukai makanan yang terasa asin atau mengandung

natrium tinggi terutama garam dapur. Menderita hipertensi sebanyak 70,2 %.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Gambaran Konsumsi Natrium Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas

Kolaka Kabupaten Kolaka”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran konsumsi natrium pada penderita Hipertensi di

Puskesmas Kolaka Kabupaten Kolaka?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran konsumsi natrium pada penderita Hipertensi di

Puskesmas Kolaka Kabupaten Kolaka.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran umur pada pasien hipertensi di Puskesmas Kolaka

b. Mengetahui gambaran jenis kelamin pada pasien hipertensi di Puskesmas

Kolaka

c. Mengetahui gambaran pekerjaan pada pasien hipertensi di Puskesmas

Kolaka

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

5

d. Mengetahui gambaran konsumsi natrium pada pasien hipertensi di

Puskesmas Kolaka.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi instansi pelayanan kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

terutama dalam upaya preventif untuk mengendalikan faktor risiko demi

menurunkan angka kejadian hipertensi melalui edukasi dan promosi kesehatan.

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terutama responden

dalam mengetahui angka kejadian hipertensi dan faktor risiko yang

mempengaruhinya.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan dari peneltian ini, peneliti selanjutnya melakukan penelitian

tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi dan/atau

motivasi masyarakat terhadap pengendalian faktor risiko yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian hipertensi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia

lanjut. Sejalan dengan brtambahnuya usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun

dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian

berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis (Triyanto, 2014).

Hipertensi dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami serangan sakit

jantung. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,

dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan

kerusakan ginjal (Nuraif & Kusuma, 2016).

2. Etiologi

Menurut Nuraif & Kusuma (2015) penyebab hpertensi di bagi menjadi 2

golongan :

a. Hipertensi primer (esensial) disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak

diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi yaitu genetik,

lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

7

peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko

yaitu obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.

b. Hipertensi sekunder penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut di bedakan atas :

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160

mmHg dan tekanan diastolik lebih rndah dari 90 mmHg.

3. Patofisiologi

Meningkat tekanan darah di dalam darah arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih

bayak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan

menjadi kaku sehingga darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut

jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang teradi pada usia lanjut dimana

dinding arterinya telah menebal dan kaku karena Aterosklerosis (Triyanto,

2014).

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam

dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan mengasilkan enim yang

disebut renin, yang memicu pelepasan hormon angiotensi, yang selanjutnya

akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting

dalam mengendalikan tekanan darah karena itu berbagai penyakit dan kelainan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

8

pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya

penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa

menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua

ginjal juga bisa menyebabkan naikknya tekanan darah (Triyanto, 2014).

4. Klasifikasi hipertensi

Tabel 1

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII, 2003 dalam Kemenkes, 2013

Klasifikasi tekanan darah Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 160 atau > 160 100 atau >100

Sumber : Kemnekes RI (2013)

5. Gejala klinis hipertensi

Menurut Nurarif & Kusuma (2016) tanda dan gejala pada hipertensi

dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang

memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak aan pernah terdiagnosa

jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bawa gejala terlaim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan

gejala terlaim mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

9

1) Mengeluh sakit kepala, pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran menurun

6. Faktor risiko kejadian hipertensi

a. Faktor risiko yang tidak dapat di ubah

1) Umur

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena

dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko

hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya

usia. Ini seing disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembulu darah dan hormon. Hipertensi pada

yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit

arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005 dalam Triyanto,

2014).

Dalam penelitian yang dilakukan Sigalargi (2006) dalam

Artiyaningrum (2015), menemukan insidensi hipertensi pada usia 41-55

sebesar 24,52% dan pada usia lebih dari 55 tahun sebesar 65,68%.

Penelitian Aris (2007) menyatakan bahwa umur lebih dari 40 tahun

mempunyai risiko terkena hipertensi. Pertambahan usia menyebabkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

10

elastisitas arteri berkurang dan jantung harus memompa darah lebih kuat

sehingga meningkatkan tekanan darah (Chobanian et al, 2003 dalam

Artiyaningrum, 2015).

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya

hipertensi dimans pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit

hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55

tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause (Triyanto, 2014).

Perbandingan antara pria dan wanitta, ternyata wanita lebih

banyak menderita hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah

didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan

dari Sumatra Barat menunjukkan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di

daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada

wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta di dapatkan 14,6% pada

Pria dan 13,7% pada wanita (Triyanto, 2014).

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi

daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula

dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh

perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi, dan

rendahnya status pekerjaan.Sedangkan pada pria lebih berhubungan

dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan

dan pengangguran. Namun, penelitian lain mengatakan bahwa laki-laki

dan perempuan mempunyai peluang yang relative sama menderita

hipertensi (Pical, 2011).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

11

3) Keturunan (Genetik)

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat

hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi di dapatkan

pada kedua orangtua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.

Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu

telur), apabila sala satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong

bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.

Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah

terjadinya hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika

seorang dari orangtua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang

hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi (Triyanto,

2014).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sapitri

tahun 2016, menunjukkan bahwa mayoritas responden hipertensi

memiliki riwayat hipertensi keluarga sebanyak 71,8%. Keluarga yang

memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi

2 sampai 5 kali lipat (Sapitri, 2016 dalam Pramana, 2016).

4) Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam

daripada yang berkulit putih, serta lebih besar tingkat morbiditas maupun

mortalitasnya. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti

penyebabnya. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa terdapat kelainan

pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifak

poligenik (Gray, 2005 dalam Artiyaningrum, 2015).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

12

Berbagai golongan etnik dapat berbeda dalam kebiasaan makan,

susunan genetika, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan angka

kesakitan dan kematian. Salah satu contoh dari pengaruh pola makan

yaitu angka tertinggi hipertensi di Indonesia tahun 2000 adalah suku

Minang. Hal ini dikarenakan suku Minang atau orang yang tinggal di

pantai, biasanya mengkonsumsi garam lebih banyak dan menyukai

makanan asin (Cahyono, 2008 dalam Artiyaningrum, 2015).

b. Faktor risiko yang dapat diubah

1) Obesitas

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari

populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini maempunyai kaitan

yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hai. Walaupun belum

dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi

penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal

(Triyanto, 2014). Hasil penelitian ini juga didukung oleh Sugiharto

(2007) dalam Rahayu (2012) yang dalam penelitian diperoleh hasil

bahwa orang dengan obesitas akan berisiko 4,02 kali menderita

hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

Obesitas merupakan keadaan kelebihan berat badan sebesar 20%

atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas mempunyai korelasi positif

dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan

cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

13

badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah

7 mmHg. Penyelidikan epidemiologi membuktikan bahwa obesitas

merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Curah jantung dan

volume darah pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal

dengan tekanan darah yang setara. Akibat obesitas, para penderita

cenderung menderita penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes

mellitus (Rohaendi, 2008 dalam Irza, 2009).

2) Konsumsi Natrium

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis

hipertensi. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah.

Yang dimaksud garam adalah garam natrium seperti yang terdapat dalam

garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium

benzoat, dan vetsin (mono sodium glutamat). Dalam keadaan normal,

jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin harus sama dengan

jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan (Almatsier,

2001).

Garam merupakan faktor penting dalam pathogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan

asupan garam rendah. Apabila asupan garam 5-15 gr/hari prevalensi

hipertensi meningkat menjadi 15-20%.

Pengaruh asupan garam terdapat hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah,.Konsumsi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

14

garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gr/hari yang setara dengan 110

mmol natrium atau 2400 mg/hari. Asupan natrium yang tinggi dapat

menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga meningkatkan volume

darah (Triyanto, 2014).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Raihan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara pola asupan garam dengan kedadian hipertensi (Raihan, 2014

dalam Pramana, 2016).

3) Stres

Stress adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara

individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara

tututan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem

biologis, psikologis dan social dari seseorang. Stres adalah yang kita

rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau

melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif.

Namun harus dipahami bahwa stress bukanlah pengaru-pengaruh yang

dating dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap pegaruh-pengaruh

dari luar itu (Pical, 2011).

Faktor lingkungan seperti stres berpengaruh terhadap timbulnya

hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga

melalui aktivitas saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja

pada saat kita beraktifitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja

pada saat kita tidak beraktifitas. Peningkatan aktifitas sara simpatis dapat

meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apa bila

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

15

stres berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap

tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, tetapi angka kejadian di

masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.

Bahkan pada kasus yang sudah tegak diagnosisnya, sangat berfluktuasi

sebagai akibat dari respon teradap stres emosional dan aktivitas fisik

(Triyanto, 2014).

4) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

hipertensi,sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok

menyebabkan nikotin terserapoleh pembuluh darah kecil dalam paru-

paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan

memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau

adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa

jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi

(Sagala, 2011 dalam Kartikasari, 2012).

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan

darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding

pembuluh darah (Sianturi, 2004 dalam Kartikasari, 2012).

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan

oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah

meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan

oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya (Sagala,

2011 dalam Kartikasari, 2012).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

16

Merokok juga diketahui dapat memberikan efek perubahan

metabolik berupa peningkatan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat

yang menyebabkan penurunan kolesterol High Density Lipid (HDL),

serta peningkatan Low Density Lipid (LDL) dan trigliserida dalam darah.

Hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dan penyakit

jantung koroner (Sianturi, 2004 dalam Kartikasari, 2012).

Penggolongan perokok berdasarkan jumlah rokok yang

dikonsuksi sehari :

a) Perokok Berat : > 20 batang/hari

b) Perokok Sedang : 11-20 batang/hari

c) Perokok Ringan : ≤ 10 batang/hari

d) Bukan Perokok : Tidak pernah sama sekali merokok, pernah

merokok dahulu, telah berhenti merokok ≥ 6 bulan (Nurkhalida,

2003dalam Artiyaningrum, 2015).

5) Konsumsi Alkohol

Alkohol termasuk salah satu subtansi berbahaya yang jika

dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan efek negative bagi tubuh.

Black dan Izzo (1999) dalam Rahayu (2012) menyatakan bahwa konsumsi

alkohol dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi, penurunan

sensitivitas tubuh terhadap obat antihipertensi, dan hipertensi yang sulit

disembuhkan. Penurunan konsumsi alcohol dapat menurunkan 4-8 mmHg

tekanan darah sistolik dan sedikit tekanan darah diastolik.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

17

6) Kebiasaan Minum Kopi

Pengaruh kopi terhadap terjadinya hipertensi saat ini masih

kontroversial. Kopi mempengaruhi tekanan darah karena mengandung

polifenol, kalium, dan kafein. Kafein memiliki efek yang antagonis

kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin merupakan neuromodulator

yang mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan saraf pusat. Hal ini

berdampak pada vasokonstriksi dan meningkatkan total resistensi perifer,

yang akan menyebabkan tekanan darah. Kandunagan kafein pada secangkir

kopi sekitar 80-125 mg (Uiterwaal C, et al, 2007 dalam Artiyaningrum,

2015).

Orang yang tidak mengkonsumsi kopi memiliki tekanan darah yang

lebih rendah dibandingkan orang yang mengkonsumsi 1-3 cangkir per hari.

Dan pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan

darah lebih tinggi dibanding pria yang mengkonsumsi 1-3 cangkir per hari

(Uiterwaal C, et al, 2007dalam Artiyaningrum, 2015).

7) Kebiasaan Olahraga

Olahraga dihubungkan dengan pengelolaan tekanan darah.

Olahraga yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah. Kurang olahraga akan meningkatkan

kemungkinan obesitas dan asupan garam dalam tubuh. Kurang olahraga

memiliki risiko 30-50% lebih besar mengalami hipertensi (Mac Mahon S. et

al, 2004 dalam Artiyaningrum, 2015).

Olahraga yang teratur yaitu rata-rata selama 30 menit per hari. Dan

akan lebih baik apabila dilakukan rutin setiap hari. Diperkirakan sebanyak

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

18

17% kelompok usia produktif memiliki aktifitas fisik yang kurang. Dari

angka prevalensi tersebut, antara 31% sampai dengan 51% hanya melakukan

aktifitas fisik < 2 jam/minggu (WHO, 2005 dalam Artiyaningrum,

2015).Aktivitas olahraga dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a) Baik, jika dilakukan 30 menit, 3 kali per minggu.

b) Cukup, jika dilakukan 30 menit, < 3 kali per minggu.

c) Kurang, jika dilakukan < 30 menit, < 3 kali per minggu (WHO,

2005dalam Artiyaningrum, 2015).

8) Sosial Ekonomi

a) Status Sosial Ekonomi

Di Negara-negara yang di tahap pasca peralihan perubahan

ekonomi dan transisi epidemiologi, selalu terlibat adanya aras tekanan

darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi pada masyarakat

sosioekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan tingkat pendidikan,

penghasilan, dan pekerjaan. Kondisi yang berbeda justru terjadi pada

kelompok sosioekonomi tinggi dengan prevalensi hipertensi yang lebih

tinggi, dalam masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra

peralihan. Hal ini kemungkinan dapat menggambarkan tahap awal

epidemik kardiovaskular. Berdasarkan pengalaman sebagian masyarakat,

menunjukkan bahwa peningkatan epidemic berpengaruh pada golongan

sosial ini (Pical, 2011).

b) Status Pasangan

Status pasangan didefinisikan sebagai keadaan responden

berdasarkan ada dan tidaknya pendamping hidup (suami/istri) dalam

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

19

kehidupan sehari-hari. Status pasangan memiliki hubungan 69,2%

dengan kejadian hipertensi tidak terkendali. Status pasangan dibedakan

dalam dua kelompok, yaitu ada pasangan (menikah, nikah siri, dan

kohabitasi atau kumpul kebo) dan status tidak ada pasangan (lajang,

cerai, berpisah, tidak menikah, dan janda). Pada kelompok tidak ada

pasangan memiliki risiko lebih tinggi untuk hipertensi tidak terkendali

(Dina T et al, 2013 dalam Artiyaningrum, 2015).

Studi penelitian di Eropa mengevaluasi bahwa status pasangan

berhubungan dengan kejadian hipertensi. Pasien tanpa pasangan

memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi dan laki-laki yang

tidak ada pasangan memiliki risiko lebih besar menderita hipertensi tidak

terkendali karena tidak menyadari dan tidak ada perawatan pada

hipertensi yang sudah ada (Van Rossum et al, 2000 dalam

Artiyaningrum, 2015).

7. Jenis makanan yang mengandung natrium

Sumber natrium adalah garam dapur, mono sodium glutamat (MSG),

kecap, dan makanan yang diawetkan dengan garam dapur.Di antara makanan

yang belum diolah, sayuran, dan buah mengandung paling sedikit natrium.

Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan

tubuh, seperti yang tercantum dalam tabel berikut:

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

20

Tabel.2

Kandungan Natrium Beberapa Bahan Makanan (mg/100)

Bahan makanan Kandungan

natrium (mg)

Bahan makanan Kandungan

natrium (mg)

Daging sapi 93 Bihun goreng

instan

928

Hati sapi 110 Mentega 780

Ginjal sapi 200 Margarin 950

Telur bebek 191 Roti cokelat 500

Telur ayam 158 Roti putih 530

Ikan ekor kuning 59 Jambu

monyet,biji

26

Sardin 131 Pisang 18

Udang segar 185 Manga manalagi 70

Teri kering 885 The 50

Cakalang,perut 230 Ragi 610

Sumber :Tabel Komposisi Pangan, Indonesia (2009) dalam Widyaningrum

(2012)

B. Kerangka Teori

Hipertensi sebagai sebuah penyakit kronis dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor risiko yang dapat di ubah

yaitu obesitas, kurang berolahraga atau aktivitas, merokok, alkoholisme, stress dan

pola makan (asupan natrium, konsumsi kopi). Sedangkan aktor risiko yang tidak

dapat diubah yaitu keturunan, jenis kelamin, ras dan usia (Gray (2005), Aswar

(2008), Susanto (2010), Rohendi (2008), dalam Pramana, 2016).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

21

Gambar 1

Kerangka Teori

Sumber :Gray (2005), Aswar (2008), Susanto (2010), Rohendi (2008), dalam

Pramana (2016)

Faktor risiko hipertensi

yang tidak dapat diubah

Jenis kelamin

Umur

Keturunan (genetik)

Etnis

Faktor risiko hipertensi

yang dapat diubah

Obesitas

Kurang olahraga

Merokok

Alkoholisme

Konsumsi natrium

Konsumsi kafein

Stress

Keturunan Hipertensi

Hipertensi

Curah jantung

Isi sekuncup Tahanan perifer Kecepatan denyut

jantung

System renin

angiotensin

Hiperkoagulasi

System saraf otonom

Disfungsi endotelium

Subtansi vasoaktif

Disfungsi diastolik

Merokok

Jumlah rokok

Lama

menghisap

rokok

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

22

C. Kerangka Konsep

Gambar 2

Kerangka Konsep

Konsumsi natrium Hipertensi

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survei.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 02 Mei – 15 Juni 2019 di

Puskesmas Kolaka Kabupaten Kolaka.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian yaitu semua pasien rawat jalan penderita

hipertensi di Puskesmas Kolaka sebanyak 460 orang pada tahun 2018.

2. Sampel

a. Besar sampel

Besar sampel minimum ditentukan dengan menggunakan rumus Lameshow

(1997) yaitu sebagai berikut :

n = Z2 1−∝/2 P(1−P)N

d2 (N−1)+ Z2 1−∝/2 P(1−P)

Ket : n = besar sampel

N = jumlah populasi

Z 1-α/2 = nilai standar distribusi normal yang dipilih (1,96)

P = perkiraan variabel yang diteliti (0,5)

1- P (0,5)

d= derajat ketelitian (0,10)

perhitungan :

n = Z2 1−∝/2 P(1−P)N

d2 (N−1)+ Z2 1−∝/2 P(1−P)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

24

= (1,96)2 x 0,5 (1−0,5).460

(0,10)2 .(460−1)+ 3,846 .0,5 (1−0,5)

= 3,846 x 0,25 x 460

4,59+ 0,9615

= 442,29

5,5515= 79 orang

b. Tehnik sampling

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Purposive sampling yaitu peneliti menentukan pengambilan sampel dengan

cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian.

1) Kriteria inklusi

a) Pasien menderita hipertensi

b) Dapat berkomunikasi dengan baik dan benar

c) Bersedia menjadi responden

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu konsumsi natrium.

E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

a. Data karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) sampel

diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner.

b. Data konsumsi natrium diperoleh dari hasil Food Frequency Quetion (FFQ).

2. Data sekunder

Data gambaran umum Puskesmas Kolaka yang diperoleh dari dokumen

Kepala Tata Usaha Puskesmas Kolaka.

F. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

25

a. Umur diperoleh dari kuesioner kemudian diolah menggunakan SPSS dengan

cara dikategorikan kelompok umur hipertensi pada dewasa yaitu 1 (18-40

tahun), dan 2 (>40 tahun) (Chobanian, 2003 dalam Artiyaningrum, 2015).

b. Jenis kelamin diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan SPSS dengan

cara dikategorikan jika 1 (laki-laki) dan 2 (perempuan).

c. Pekerjaan diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan SPSS dengan cara

dikategorikan jika bekerja dan tidak bekerja.

d. Konsumsi natrium yang di hasilkan dari formulir semi kuantitatif FFQ

kemudian hasil di hitung nilai natrium rata-rata perhari kemudian

dikategorikan tinggi (jika asupan garam (Na) sehari ≥6 gram atau >3 sendok

teh), dan normal (jika asupan garam (Na) <6 gram atau ≤3 sendok teh)

(Depkes, 2006 dalam Artiyaningrum, 2015).

2. Analisis data

a. Analisi univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran variabel

penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan analisa secara

deskriftif.

G. Definisi Operasional

1. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi berlaku apabila tekanan darah sistolik >

140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg (JNC VII, 2003 dalam

Kemenkes RI, 2013.

2. Konsumsi garam (natrium) yaitu banyaknya asupan natrium yang dikonsumsi

sehari-hari.

Kriteria objektif menurut Depkes (2006) dalam Artiyaningrum (2015) yaitu:

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

26

a. Lebih (jika asupan garam (Na) sehari ≥6 gram atau >3 sendok teh)

b. Cukup (jika asupan garam (Na) <6 gram atau ≤3 sendok teh)

3. Umur adalah umur responden dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir yang

telah dijalani saat penelitian.

Kriteria objektif menurut Chobanian et al (2003) dalam Artiyaningrum (2015)

1. 18-40 tahun

2. >40 tahun

4. Jenis kelamin adalah penggolongan responden yang terdiri dari laki-laki dan

perempuan.

1. Laki-laki

2. Perempuan

5. Pekerjaan adalah pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak responden

atau pekerjaan memberikan pengasilan terbesar

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

27

A. Hasil

1. Gambaran lokasi penelitian

a. Keadaan geografis

Puskesmas Kolaka mempunyai wilayah kerja di sebagian Kecamatan

Kolaka yang membawahi 7 Kelurahan dengan luas wilayah 218,38 km.

Kondisi geografis berupa dataran rendah dengan ketinggian 76 m dari

permukaan laut dan suhu 23–31°C yang merupakan tanah persawahan,

tegalan dan pekarangan sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan mobil

atau pun motor sampai ke dusun.

Batas wilayah kerja Puskemas Kolaka yaitu:

Sebelah Utara : Kecamatan Latambaga

Sebelah Selatan : Kecamatan Wundulako

Sebelah Timur : Kecamatan Mowewe

Sebelah Barat : Teluk Bone

Luas gedung puskesmas induk sebesar 200 m2 pada lahan seluas

2400 m2, d i b a n g u n pada tahun 2010. Luas bangunan pustu Tahoa

sebesar 135 m2 pada lahan seluas 150 m2 dengan kondisi bangunan Rusak

Sedang karena Gedung yang sudah Lama dan luas gedung Pustu Pasar

Mekongga sebesar 180 m2 pada lahan seluas 300 m2 juga dengan

kondisi yang Rusak Berat. Pustu Pemda Kolaka dengan luas 45 m2 kondisi

baik .

b. Ketenagaan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

28

Situasi ketenagaan di Puskesmas Kolaka terjadi perubahan dari tahun

ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Kolaka per 31

Desember 2017.

Tabel 3

Jenis Ketenagaan di Puskesmas Kolaka

No Jenis Ketenagaan PNS HONORER

1 Kepala Puskesmas 1

2 Kepala Tata Usaha 1

3 Dokter Umum 3

4 Dokter Gigi 2

5 Dokter Gigi PTT 0

6 Perawat kesehatan 23 21

7 Perawat Gigi 2

8 Bidan Puskesmas 6 45

9 Bidan Desa 7

10 Bendahara Puskesmas 3

11 Petugas Gizi 3 1

12 Petugas Farmasi 4 1

13 Petugas Laboratorium 1 3

14 Petugas Kesehatan Lingkungan 3 1

15 Supir Ambulans 0 1

16 Tenaga Tata Usaha 1 2

17 Jaga Malam (Honorer)

12

18 Petugas Kebersihan (Honorer)

2

Jumlah

JUMLAH

60 92

Sumber : Bagian Kepegawaian Puskesmas Kolaka

Dari Tabel di atas ketersediaan SDM di Puskesmas sebesar 152

orang.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

29

2. Gambaran karakteristik sampel

a. Umur

Umur sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4

Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Umur (tahun) n %

25-35 5 6,3

36-44 7 8,9

45-59 28 35,4

60+ 39 39,4

Total 79 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa umur sampel sebagian

besar (39,4%) 60+ tahun.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5

Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Perempuan 53 67,1

Laki-laki 26 32,9

Total 79 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jenis kelamin sampel

sebagian besar (67,1%) perempuan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

30

c. Pendidikan

Pendidikan sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6

Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan n %

Tinggi 48 60,8

Rendah 31 39,2

Total 79 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pendididkan sampel sebagian

besar (60,8%) pendidikan tinggi (SMA dan perguruan tinggi).

d. Pekerjaan

Pekerjaan sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 7

Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n %

Honorer 1 1,3

IRT 30 38

Nelayan 1 1,3

Pensiunan 15 19

Petani 6 7,6

PNS/ABRI 15 19

Wiraswasta 11 13,9

Total 79 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerjaan sampel sebagian

besar (38%) ibu rumah tangga.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

31

3. Gambaran asupan natrium

Asupan natrium sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8

Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Natrium

Asupan Natrium n % min±max Mean

Cukup (<6 gr) 28 35,4

2,4±18,9 8,14 Lebih (≥6 gr) 51 64,6

Total 79 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa asupan natrium sampel

sebagian besar (64,6%) lebih.

Tabel 9

Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Dengan Asupan Natrium

Umur (tahun)

Asupan Natrium Total

Cukup Lebih

n % n % n %

<45 2 7,1 10 19,6 12 15,2

≥45 26 92,9 41 80,4 67 84,8

Total 28 100 51 100 79 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa asupan natrium cukup

sebagian besar (92,9%) umur ≥45 tahun dan asupan natrium lebih sebagian

besar (80,4%) umur ≥45 tahun.

Tabel 10

Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan Asupan Natrium

Jenis Kelamin

Asupan Natrium Total

Cukup Lebih

n % n % n %

Perempuan 18 64,3 35 68,6 53 67,1

Laki-laki 10 35,7 16 31,4 26 32,9

Total 28 100 51 100 79 100

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

32

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa asupan natrium cukup

sebagian besar (64,3%) perempuan dan asupan natrium lebih sebagian besar

(68,6%) laki-laki.

Tabel 11

Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Dengan Asupan Natrium

Pekerjaan

Asupan Natrium Total

Cukup Lebih

n % n % n %

Bekerja 16 57,1 32 62,7 48 60,6

Tidak bekerja 12 42,9 19 37,3 31 39,2

Total 28 100 51 100 79 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa asupan natrium cukup

sebagian besar (57,1%) bekerja dan asupan natrium lebih sebagian besar

(37,3%) bekerja.

B. Pembahasan

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa umur sampel sebagian

besar (39,4%) 60+ tahun. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan

bertambahnya usia. Arteri akan kehilangan elastisitas atau kelenturan sehingga

pembuluh darah akan berangsur angsur menyempit dan menjadi kaku. Di

samping itu, pada usia lanjut sensitivitas pengatur tekanan darah yaitu refleks

baroreseptor mulai berkurang. Hal ini mengakibatkan tekanan darah meningkat

seiring dengan bertambahnya usia (Irza, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Anderson, ditemukan bahwa tekanan

darah sistolik dan diatolik meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Anderson juga meneliti hubungan usia dengan kadar renin plasma, norepinefrin,

indeks massa tubuh, dan keadaan hipertensi sekunder. Kesimpulan penelitian

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

33

Anderson adalah bahwa dengan meningkatnya usia maka kadar renin plasma

akan berkurang, sedangkan kadar norepinefrin, indeks massa tubuh, dan

prevalensi hipertensi sekunder akan meningkat. Bertambahnya indeks massa

tubuh menyebabkan kadar creatinin clearence meningkat yang mengakibatkan

retensi natrium sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Anderson, 2009

dalam Kartikasari, 2012).

2. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis kelamin sampel

sebagian besar (67,1%) perempuan. Survei yang dilakukan oleh badan kesehatan

nasional dan penelitian nutrisi melaporkan hipertensi lebih mempengaruhi

wanita dibanding pria.8 Adanya faktor obesitas dan usia menopause pada

responden wanita, kemungkinan juga dapat mempengaruhi hasil analisis

variabel jenis kelamin menjadi tidak signifikan terhadap terjadinya hipertensi

(Sanif, 2009 dalam Kartikasari, 2012).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati,

Junaid, Ibrahim tahun 2017 ditemukan bahwa jenis kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017 dapat diketahui bahwa dari 58

(100,0%) responden yang paling banyak adalah kelompok perempuan yaitu

terdapat 19 orang laki-laki (32,8%) dan 39 (67,21) perempuan..

3. Asupan natrium

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa asupan natrium sampel

sebagian besar (64,6%) lebih. Hal ini disebabkan karena sebgaian besar

mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium sehingga dalam

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

34

mengkonsumsi dalam sehari berlebihan, sehingga ini yang menyebabkan

konsumsi natrium tinggi.

Natrium atau sodium mengatur keseimbangan air di dalam sistem

pembuluh darah. Sebagian natrium dalam diit datang dari makanan dalam

bentuk garam dapur, MSG (Mono Sodium Glutamate), kecap, dan soda pembuat

roti. Mengkonsumsi garam dapat meningkatkan volume darah di dalam tubuh,

yang berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik

(Soeharto, 2004 dalam Widyaningrum, 2012). Natrium memang bukan

penyebab utama terjadinya hipertensi. Tetapi, menjadi penunjang kejadian

apabila konsumsi lemak dan karbohidrat melebihi dari apa yang dianjurkan,

Apabila pembatasan konsumsi natrium tidak dihiraukan, makanan mempercepat

terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh penyakit hipertensi.

Hubungan antara tingkat konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi

adalah saat terjadi kelebihan kandungan garam yang ada di dalam tubuh, maka

akan diserap kembali secara tidak proporsional sekitar 20% melalui proses yang

dikenal sebagai osmosis, sehingga air garam tetap stabil. Kandungan garam

yang berlebihan secara terus menerus mengakibatkan volume di dalam

peredaran darah menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya, akibatnya kelebihan

cairan tersebut meningkatkan tekanan pada dinding pembuluh darah. Dinding ini

bereaksi dengan cara penebalan dan penyempitan, menyediakan ruang yang

lebih sempit di kapiler darah, dan meningkatkan “resistensi” yang pada akhirnya

membutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk memindahkan darah ke organ

(Fadem, 2009 dalam Widyaningrum, 2012).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

35

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Zainuddin & Yunawati tahun 2018 ditemukan bahwa sebagian besar asupan

natrium tinggi pada penderita hipertensi sebesar 95,5%.

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pekerjaan sampel

sebagian besar (38%) ibu rumah tangga. Dalam hal ini pekerjaan mengurus

rumah tangga sangat membutuhkan tenaga dan pikiran karena guna untuk

menyediakan makanan, mengurus anak dan suami, mengurus anggaran belanja,

membersihkan rumah dan sebagainya, sehingga hal ini memicu terjadinya stress

dan sering beraktifitas.

Faktor lingkungan seperti stres berpengaruh terhadap timbulnya

hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga melalui

aktivitas saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita

beraktifitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak

beraktifitas. Peningkatan aktifitas sara simpatis dapat meningkatkan tekanan

darah secara intermitten (tidak menentu). Apa bila stres berkepanjangan, dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi (Triyanto, 2014).

Penelitian ini sejalan dengan teori Noor (2008) dalam Azhari (2017)

yang menyatakan bahwa pekerjaan yang lebih banyak dilihat dari kemungkinan

keterpaparan khusus dan tingkat atau derajat keterpaparan tersebut serta

besarnya risiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan kerja, dan sifat

sosioekonomi pada pekerjaan tertentu. Pekerjaan juga mempunyai hubungan

yang erat dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

36

timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang

mempengaruhi pendapatan keluarga.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Umur sampel sebagian besar (39,4%) 60+ tahun.

2. Jenis kelamin sampel sebagian besar (67,1%) perempuan

3. Pendididkan sampel sebagian besar (60,8%) pendidikan tinggi (SMA dan

perguruan tinggi).

4. Pekerjaan sampel sebagian besar (38%) ibu rumah tangga.

5. Asupan natrium sampel sebagian besar (64,6%) lebih.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan

adalah sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan variabel bebas yang berbeda, sampel

penelitian yang lebih besar, dan lokasi penelitian di daerah pantai lainnya

sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan faktor risiko hipertensi di daerah

pantai dengan daerah darat.

2. Upaya promotif dan preventif seperti melakukan penyuluhan tentang hipertensi

dan penyediaanan leaflet dan poster mengenai faktor risiko hipertensi.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

38

DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz, N. P, Rottie, J, Lolong, J. 2016. Hubungan Konsumsi Makanan Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmasranomuut Kota Manado. E

Jurnal Keperawatan, Vol. 4, No. 1, Edisi Mei 2016

Almatsier, S. (2001). Prinsip Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal : 230-

236

Arifin, M. H. B. M, Weta, I. W, Ratnawati, N. L. K. A. 2016.Faktor – Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E

Jurnal Medika. Vol. 5, No. 7, Edisi Juli

Artiyaningrum, B. 2015. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan

Rutin Di Puskesmas Kedung Mundu Kota Semarang yahun 2014. Universitas

Negeri Semarang. Skripsi

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017. Profil Kesehatan Sulawesi

Tenggara Tahun 2016. Kendari

Fatmawati, S, Junaid, H, Ibrahim, K. Hubungan Life Styledengan Kejadian Hipertensi

Pada Usia Dewasa (20-44 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota

Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Maysyarakat. Vol.2,

No. 6, Edisi Mei 2017

Hiroh, A. 2012. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Pada

Pasien Rawat JalanDi RSUD Kabupaten Karanganyar.Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Skripsi

Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo

Tanjung Sumatra Barat. Universitas Sumatra Utara. Medan. Skripsi

Kartikasari, A. N. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kabongan

Kidul, Kabupaten Rembang. Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Media

Medika Muda

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Hipertensi. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

Lameshow, S. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Universitas Gadjah

Mada Press. Yogyakarta.

Nurarif, A. H, Kusuma, H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarakan Diagnosis Medis

Dan NANDA (North American Nurcing Diagnosis Association). Penerbit

Mediaction Jogja. Yogyakarta

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1430/5/5. BAB I-BAB V.pdf · penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, dan lain-lain

39

Rahayu, H. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat RW 01 Srengseng Sawah

Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan.Universitas Indonesia.Depok. Skripsi

Rotinsulu, H, Malonda, N. S. H, Punuh, M. I. 2015. Hubungan Antara Asupan Natrium

Dan Asupan Lemak Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa

Sinuian Kecamatan Remboken Tahun 2015. Universitas Samratulangi Menado.

Artikel Penelitian

Rustiana. 2014. Gambaran Faktor Risiko Pada Penderita Hipertensi Pada Puskesmas

Ciputat Timur Tahun 2014. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi

Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.

Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Pramana, L. D. Y. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Hipertensi

Di Wilayah Kerja Puskesmas Demak II.Universitas Muhammadiyah Semarang.

Skripsi

Pical, F. I. 2011.Prevalensi Dan Determinan Hipertensi Di Posyandu Lansia Wilayah

Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2010.Universitas

Indonesia.Depok.Skripsi

Yeni, Y, Djannah, S. N, Solikhah. 2010. Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Umbulharjo I

Yogyakarta Tahun 2009. Kesmas Vol. 4, No. 2, Hal : 76 – 143

WHO. 2015. Q And As On Hypertension. World Health Organizatio. (online).

(http://www.who.int/features/qa/82/en/_diakses tanggal 9 Januari 2018)

Widyaningrum, S. 2012. Hubungan Antara Konsumsi Makanan DenganKejadian

Hipertensi Pada Lansia(Studi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember).

Universitas Jember. Skripsi

Widyaningrum, A.T. 2014. Hubungan Asupan Natrium, Kalium, Magnesium Dan

Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan Makamhaji

Kecamatan Kartasura. Universitas Muhamadiyah. Surakarta. Skripsi

Zainuddin, A, Yunawati, I. 2018. Asupan Natrium Dan Lemak Berhubungan Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Poasia Kota Kendari. Universitas

Haluoleo. Kendari. Artikel Penelitian