BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam mendukung kemandirian keuangan daerah
di era desentralisasi fiskal. Hal ini, bertolak dari indikasi tingkat ketergantungan
keuangan daerah yang masih besar terhadap pemerintah pusat dan provinsi.
Melalui desentralisasi fiskal, diharapkan kemandirian daerah dapat terwujud
terutama untuk pembiayaan daerah dalam hal penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan publik. Sehingga, dengan skema tersebut,
harapannya daerah dapat meminimalisir tingkat ketergantunga terhadap
pemerintah pusat dan provinsi melalui dana perimbangan.
Tetapi, pada kenyataannya dengan desentralisasi fiskal otonomi daerah
khususnya dalam hal kemandirian keuangan belum secara optimal terselanggara.
Berbagi persoalan yang ikut serta mengiringi desentralisasi fiskal justru membuat
kecenderungan daerah semakin bergantung pada pemerintah pusat. Padahal,
dewasa ini desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat telah memberikan
kewenangan secara leluasa kepada pemerintah daerah untuk berkreasi menggali
sumber-sumber keuangan yang terdapat di wilayah administratif daerah baik
dalam bentuk pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan maupun lain-lain PAD yang sah.
Sejalan dengan hal tersebut, E. Koswara (2000: 51-52) menyatakan bahwa
daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali
2
sumber-sumber keuangannya sendiri, dan ketergantungan terhadap pemerintah
pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD harus menjadi sumber keuangan
terbesar untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Guna
menjamin terwujudnya otonomi daerah yang semakin baik, maka diperlukan
usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri yaitu dengan
upaya peningkatan PAD melalui inovasi, dengan meningkatkan penerimaan
sumber PAD yang sudah ada maupun dengan mengali sumber PAD yang baru
sesuai ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan kondisi dan potensi
ekonomi masyarakat.
Data Ditjen Perimbangan Keuangan tahun 2012-2016 memperlihatkan
hampir semua kabupaten dan kota di Provinsi Maluku belum mampu untuk
memenuhi sebagian kebutuhan belanja yang bersumber dari PAD (lihat tabel 1.1).
Walaupun prosentase PAD tiap tahun mengalami kenaikan tetapi ternyata peran
PAD dalam APBD belum banyak memberikan kontribusi terhadap total
pendapatan daerah.
Tabel. 1.1. Persentase PAD Terhadap Total Pendapatan
Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku Tahun 2012 – 2016
No. Kabupaten /Kota Tahun Rata-
rata 2012 2013 2014 2015 2016 1. Kab. Maluku Tenggara Barat 1,60 2,38 2,57 3,39 4,93 2,97 2. Kab. Maluku Tengah 1,38 2,63 3,17 4,09 3,71 3,00 3. Kab. Maluku Tenggara 4,28 4,33 4,31 4,63 4,60 4,43 4. Kab. Buru 1,61 4,83 2,89 2,63 2,85 2,96 5. Kota Ambon 8,75 8,79 8,75 9,85 9,87 9,20 6. Kab. Seram Bagian Barat 3,94 3,49 3,45 2,32 2,75 3,19 7. Kab. Seram Bagian Timur 1,43 2,72 2,75 1,95 1,84 2,14 8. Kab. Kepulauan Aru 2,35 1,69 3,03 2,72 2,44 2,45 9. Kota Tual 1,58 1,32 1,34 3,89 3,19 2,26
10. Kab. Maluku Barat Daya 1,30 1,50 1,39 1,80 1,68 1,53 11. Kab. Buru Selatan 0,34 0,38 0,90 1,85 1,85 1,06
Rata-rata Maluku 3,20 Sumber: Data Ditjen Keuangan Tahun 2012-2016 (diolah)
3
Sebagaimana data tabel di atas memberikan informasi secara ringkas
tentang peran PAD terhadap total pendapatan Kabupaten dan Kota yang ada di
Provinsi Maluku. Selama lima tahun terakhir semenjak tahun 2012 sampai tahun
2016 menunjukkan masih tingginya ketergantungan daerah terhadap pemerintah
pusat. Jika menggunakan rasio kemandirian keuangan, maka Kota Ambon adalah
pemerintah daerah dengan kemampuan keuangan paling tinggi yaitu sebesar 9,20
persen. Rasio terendah adalah kemandirian keuangan Kabupaten Buru Selatan
yaitu 1,06 persen. Sementara Kabupaten Seram Bagian Barat berada pada posisi
ke tiga sebesar 3,19 persen angka ini tidak jauh berbeda dengan rata-rata
kabupaten dan kota lain di wilayah provinsi Maluku sebesar 3,20 persen. Hal ini
dapat terlihat pada diagram di bawah ini.
Diagram. 1.1 Persentase PAD terhadap Total Pendapatan
Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku Tahun 2012-2016
Secara umum, presentase PAD terhadap total pendapatan Kabupaten dan
Kota di Provinsi Maluku belum berada pada angka yang diharapkan, dimana PAD
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah belum mempunyai peran penting
dalam era desentralisasi fiskal, sehingga berakibat pula pada tingkat kemandirian
2.97 3
4.43
2.96
9.2
3.19 2.14 2.45 2.26
1.53 1.06
3.2
0123456789
10
4
keuangan daerah. Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai fokus penelitian juga
mengalami hal yang serupa, bahwa proporsi terbesar dari total penerimaan
pemerintah daerah masih berasal dari pemerintah pusat. Menurut Mardiasmo
(2002:146) Pemerintah Daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD untuk
mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat, sehingga
meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah.
Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Seram Bagian Barat menunjukan bahwa elemen PAD
yang sangat dominan memberikan kontribusi terhadap total PAD adalah
bersumber dari lain-lain PAD yang sah. Kemudian diikuti oleh pajak daerah,
retribusi daerah yang paling terkecil kontribusinya bersumber dari hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Tabel. 1.2. Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2012-2016 (ribuan rupiah)
Tahun
Anggaran
Pajak
Daerah
Retribusi
Daerah
Bagi Laba
BUMD
Lain-lain
PAD yang sah
Total PAD
2012
2013
2014
2015
2016
730,670
1,309,300
2,853,232
2,169,252
5,012,123
1,638,208
923,322
662,173
992,740
615,005
184,252
429,304
864,475
0.00
1,364,487
1,404,613
1,907,105
9,033,163
24,964,959
18,906,575
3,957,744
4,569,032
13,413,045
28,126,952
25,898,192
Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Seram Bagian Barat (diolah)
PAD sebagai salah satu sumber pendapatan daerah belum dapat dijadikan
tumpuan dalam menambah pengeluaran daerah. Sehingga Pemerintah Kabupaten
Seram Bagian Barat perlu melalukan langkah-langkah yang serius dalam
meningkatkan penerimaan daerah dengan melakukan perhitungan pontesi PAD
yang riil dimiliki dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah yang
5
bersumber dari PAD sendiri. Perkembangan realisasi PAD Kabupaten Seram
Bagian Barat selama kurun waktu lima tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut :
Diagram. 1.2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2012-2016
Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan daerah otonom baru sejak
memisahkan diri dari Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 2003. Memasuki
usia ke 14 tahun sejak lepas dari kabupaten induk pemerintah daerah selalu
berupaya melakukan berbagai hal dengan menggali sumber-sumber PAD untuk
menunjang pelaksanaan roda pemerintahan. Kendati demikian, pemerintah daerah
masih saja terkendala oleh minimnya pendapatan daerah, baik yang berasal dari
PAD sendiri maupun pendapatan dari pemerintah pusat berupa dana alokasi
umum dan dana alokasi khusus.
Pada umumnya Kabupaten Seram Bagian Barat memeliki potensi PAD
namun, belum tereksplorasi secara baik. Untuk mendapatkannya peran pemerintah
menjadi sangat penting, misalnya untuk menggali sumber potensi sumber daya
0
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
2012 2013 2014 2015 2016Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagi Laba BUMD Lain-lain PAD yang Sah Total PAD
6
alam. Itu dikarenakan potensi tersebut sifatnya masih tersembunyi, maka perlu
diteliti besarnya potensi pendapatan yang ada guna dioptimalkan sebagai sumber-
sumber penerimaan daerah.
Menurut Ruksaka Mahi (2005:36), ada beberapa hal yang dapat membuat
PAD belum bisa diandalkan oleh pemerintah daerah sebagai sumber pembiayaan
desentralisasi antara lain:
1. Relatif rendahnya basis Pajak/Retribusi Daerah,
2. Perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah,
3. Kamampuan administrasi pemugutan di daerah masih rendah dan
4. Kemampuan administrasi perencanaan dan pengawasan masih rendah.
Lebih jauh, Ritonga (2010:1) menjelaskan bahwa semakin tinggi
kontribusi PAD suatu daerah terhadap total pendapatan, maka semakin besar pula
diskresi daerah untuk menggunakan PAD sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat serta untuk prioritas pembangunan daerah.
Dengan melihat latar belakang dan fenomena yang terjadi, maka
Kabupaten Seram Bagian Barat menarik untuk diteliti guna mengetahui
pertumbuhan PAD dan kontribusi sumber-sumber PAD terhadap total PAD serta
rasio kemandirian keuangan di era desentralisasi fiskal selama periode 2012-2016.
B. Rumusan Masalah
Tingkat kemandirian keuangan daerah bisa terlihat dari struktur anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) dimana struktur PAD kuat, maka akan
menjadi sumber pembiayaan daerah sehingga pemerintah daerah tidak akan lagi
bergantung pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam rangka
7
pelaksanaan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah dituntut memiliki
kemandirian keuangan daerah yang lebih besar, sehingga semakin tinggi tingkat
kemandirian keuangan, maka daerah dapat memberikan pelayanan publik yang
lebih berkualitas, melakukan investasi pembangunan jangka panjang dan
sebagainya (Mahmudi, 2016: 134).
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang diajukan dalam rencana
penelitian ini adalah “Bagaimana Kontribusi Sumber-Sumber PAD Dalam
Mendukung Kemandirian Keuangan Daerah Pada Era Desentralisasi Fiskal di
Kabupaten Seram Bagian Barat”. Untuk menjawab permasalahan di atas
dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pertumbuhan PAD di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun
anggaran 2012-2016?
2. Bagimana kontribusi sumber-sumber PAD terhadap total PAD di Kabupaten
Seram Bagian Barat Tahun Anggaran 2012-2016?
3. Bagaimana tingkat kemampuan kemandirian keuangan daerah di Kabupaten
Seram Bagian Barat Tahun Anggaran 2012-2016?
4. Bagaimana upaya meningkatkan kemandirian keuangan daerah di Kabupaten
Seram Bagian Barat.
C. Keaslian Penelitian
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini
antara lain:
8
Tabel. 1.3. Penelitian Terdahulu
No. Nama Penelitian
Tahun /Judul Alat analisis Hasil Penelitian
1. Rachmatan Nurul
Azmi (2013) “ Analisis
Upaya-upaya
Pemerintah Daerah
dalam meningkatkan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di
Kabupaten Bener
Meriah “
Analisis
pertumbuhan,
kontribusi, matrkis
kasifikasi pajak dan
retribusi serta
efektifitas
Pertumbuhan tertinggi dari
pajak daerah adalah pajak
hiburan yaitu, 67,33 % tetapi
kontribusi terhadap PAD
sangat rendah yaitu 0,01%
sementara retribusi izin
gangguan merupakan retribusi
daerah dengan pertumbuhan
tertinggi yaitu 576,34%
berkotribusi terhadap PAD
sebesar 1,04%. Efektifitas
dinas Pertanian Tanaman
pangan dan Holtikultura
adalah dinas yang paling
efektif dengan capaian 84,20%
diatas rata-rata dinas yaitu
55,25 %. Upayah yang
dilakukan pemerintah kab.
Bener Meriah belum maksimal
dilihat dari penetapan target
penerimaan berdasarkan tahun
sebelumnya.
2. Suleman Samuda
(2016) “Analisis
Strategi Kebijakan
Fiskal Pemerintah
Kota Ternate dalam
meningkatkan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota
Ternate di Sektor
Analisis Kualitatif
dengan
mengunanakan
analisis deskriftif
Upaya pajak/tax effort dan
Efektifitas pengelolaan pajak
daerah Kota Ternate T.A
2012-2014, diketahui tax effort
untuk pajak daerah Kota
Ternate dalam kurun waktu 3
tahun (T.A 2012 s/d 2014)
menunjukan trend peningkatan
dan berada pada level “high”,
9
Pajak Daerah untuk
mengatasi deficit fiscal
tahun anggaran 2012-
2014”
disisi lain efektifitas
pengelolaan pajak daerah juga
bergerak kearah positif artinya
bahwa efektifitas pengelolaan
pajak daerah “sangat efektif”
ini ditunjukan dengan derajat
efektifitas berada pada angka
diatas 100 %
3. Septa soraida (2016)
“Hubungan antara
pendapatan asli daerah
(PAD), Dana Alokasi
Umum (DAU) dan
belanja Modal dengan
Kinerja Keuangan
pemerintah Kabupaten
/Kota di Jawa Tengah
“
Analisis Korelasi
Product Moment
Terdapat hubungan yang
rendah antara pendapatan asli
daerah dan belanja modal
dengan kinerja keuangan
daerah sendangkan dana
alokasi umum tidak memiliki
hubungan kinerja keuangan
daerah.
4. Lia Ekowati (2013) “
Kemandirian keuangan
daerah provinsi daerah
istimewa Yogyakarta
dan Kabupaten /Kota
di daerah istimewa
Yogyakarata”
Analisis Kuantitatif
Deskriftif
bahwa walau dengan kapasitas
fiskal yang lebih tinggi namun
belum dapat memenuhi
kebutuhan fiskal daerahnya
karena kemampuan
menghasilkan PAD masih
realtif rendah dan
membutuhkan bantuan pusat,
sehingga pemerintah
yogyakarta perlu
meningkatkan penerimaan
sumber keuangan dari sektor
pajak agar lebih menyokong
PAD
10
5. Wahid Ahyani (2016)
“ Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kemandirian keuangan
daerah pada
Kabupaten dan kota di
wilayah Provinsi Jawa
tengah Tahun 2010-
2014
Regresi data panel
dengan metode
random effect model
(REM)
Faktor yang mempengaruhi
positif dan signifikan terhadap
kemandirian keuangan pada
Kabupaten dan kota di
wilayah provinsi jawa tengah
tahun 2010- 2014 adalah basis
pendapatan, kepadatan
penduduk, dan UKM,
sendangkan distribusi
pendapatan berpengaruh
negative dan signifikan.
Sementara itu efisiensi
keuangan dan aset tetap tidak
signifikan mempengaruhi
kemandirian keuangan
Mengacu pada beberapa penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini
merupakan pengembangan dari beberapa penelitian sebelumnya (Ahyani, 2016;
Ekowati, 2013; Soraida,2016; Samuda, 2016; Azmi, 2013). Disadari bahwa sudah
banyak penelitian sejenis yang dilakukan namun terdapat perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada daerah penelitian, periode waktu
penelitian, alat analisis dan variabel-variabel penelitian yang digunakan.
Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
penggunaan metode kuantitatif berdasarkan data laporan keuangan dan
penggunaan rasio-rasio dalam laporan keuangan. Maka, dengan demikian
penelitian ini berupaya untuk mengisi kekosongan dari penelitian-penelitian
terdahulu yang sebelumnya penelitian terdahulu hanya melihat dari aspek PAD
11
dan aspek kemandirian keuangan daerah dalam penelitian ini peneliti
menambahkan aspek potensi PAD yang masih dapat di optimalkan.
Itu dapat terlihat dari hasil penelusuran pustaka yang peneliti lakukan
terhadap penelitian yang berkaitan dengan kontribusi sumber-sumber PAD dalam
mendukung kemandirian keuangan daerah pada era desentralisasi fiskal di
Kabupaten Seram Bagian Barat sampai saat ini belum pernah dilakukan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis pertumbuhan PAD dan kontribusi sumber-sumber PAD
terhadap total PAD di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun
anggaran 2012-2016.
2. Menganalisis tingkat kemampuan kemandirian keuangan daerah
dalam era desentralisasi fiscal melalui perhitungan rasio keuangan di
Kabupaten Seram Bagian Barat tahun anggaran 2012-2016.
3. Menganalisis potensi sumber-sumber PAD yang masih dapat
dioptimalkan guna mewujudkan kemandirian keuangan daerah di
Kabupaten Seram Bagian Barat.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
12
1. Tambahan ilmu terutama bagi penulis mengenai pengetahuan tentang
manajemen keuangan daerah terlebih khusus pada analisis
pendapatan asli daerah (PAD).
2. Referensi bagi mahasiswa lain yang ingin meneliti lebih jauh tentang
kemandirian keuangan daerah.
3. Hasil penelitian ini sangat diharapkan menjadi masukan bagi
Kabupaten Seram Bagian Barat dalam memperbaiki kinerja untuk
meningkatkan kemandirian daerah melalui peningkatan pendapatan
asli daerah (PAD).
E. Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari enam bab, yaitu bab pendahuluan, bab tinjauan
pustaka, bab metodologi penelitian, bab gambaran umum objek penelitian, bab
analisis data dan pembahasan dan terakhir bab kesimpulan dan saran. Rincian
lebih lanjut masing-masing bab adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab ini disajikan secara logis mengenai Latar Belakang
Penelitian, Perumusan Masalah, Keaslian Penelitian, Tujuan dan
Manfaat Penelitian dan ditutup dengan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini disajikan secara sistematis berbagai defenisi
pandangan dan konsep dari tinjauan literatur dan studi pustaka
dijelaskan secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Adapun ulasan teori dan konsep mengarah pada analisis
13
penelitian ini yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Kemandirian
Keuangan Daerah, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah, Desentralisasi Fiskal. disamping itu juga akan
disajikan kerangka berpikir penelitian yang dapat menggambarkan
alur pikir penelitian serta defenisi konseptual dan operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada Bab ini meyajikan secara detail tentang pendekatan atau
metode yang akan digunakan dalam penelitian. Hal-hal di
dalamnya menyangkut Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis
Data dan dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan teknik
analisis data.
BAB IV : MENAKAR PELUANG DAN POTENSI PENDAPATAN
ASLI DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Bab ini menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Seram Bagian
Barat yang ditinjau dari geososial, potensi ekonomi dan kebijakan
politik daerah. Tujuannya, untuk memberikan deskripsi secara
umum lokasi penelitian, dalam hal ini kondisi Kabupaten Seram
Bagian Barat.
BAB V : ANALISIS SUMBER-SUMBER PAD DAN KINERJA
KEUANGAN KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Dimana pada bab ini berisi data dan informasi dari hasil penelitian
kemudian dianalisis selanjutnya dibahas. Di mana dalam analisis
data dan temuan ini pertama akan di analisis PAD dengan
14
menghitung pertumbuhan PAD dan kontribusi sumber-sumber
PAD terhadap total PAD. Selanjutnya analisis kinerja keuangan
daerah dengan mengunakan perangkat 4 (empat) rasio keuangan
yakni mulai dari menghitung rasio derajat desentralisasi fiskal,
meghitung rasio ketergantungan keuangan daerah, menghitung
rasio kemandirian keuangan daerah dan menghitung rasio
efektivitas dan efisiensi PAD. Untuk yang terakhir dilakukan
adalah menganalisis potensi pendapatan asli daerah untuk
mengetahui jenis pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah
tertentu apakah masuk dalam kategori potensial, prima,
berkembang ataukah terbelakang.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini akan menyajikan berbagai kesimpulan dari hasil analisis
pada bab sebelumnya, dan saran yang dapat diterapkan di daerah.