BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam mendukung kemandirian keuangan daerah di era desentralisasi fiskal. Hal ini, bertolak dari indikasi tingkat ketergantungan keuangan daerah yang masih besar terhadap pemerintah pusat dan provinsi. Melalui desentralisasi fiskal, diharapkan kemandirian daerah dapat terwujud terutama untuk pembiayaan daerah dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Sehingga, dengan skema tersebut, harapannya daerah dapat meminimalisir tingkat ketergantunga terhadap pemerintah pusat dan provinsi melalui dana perimbangan. Tetapi, pada kenyataannya dengan desentralisasi fiskal otonomi daerah khususnya dalam hal kemandirian keuangan belum secara optimal terselanggara. Berbagi persoalan yang ikut serta mengiringi desentralisasi fiskal justru membuat kecenderungan daerah semakin bergantung pada pemerintah pusat. Padahal, dewasa ini desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat telah memberikan kewenangan secara leluasa kepada pemerintah daerah untuk berkreasi menggali sumber-sumber keuangan yang terdapat di wilayah administratif daerah baik dalam bentuk pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan maupun lain-lain PAD yang sah. Sejalan dengan hal tersebut, E. Koswara (2000: 51-52) menyatakan bahwa daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam mendukung kemandirian keuangan daerah

di era desentralisasi fiskal. Hal ini, bertolak dari indikasi tingkat ketergantungan

keuangan daerah yang masih besar terhadap pemerintah pusat dan provinsi.

Melalui desentralisasi fiskal, diharapkan kemandirian daerah dapat terwujud

terutama untuk pembiayaan daerah dalam hal penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan publik. Sehingga, dengan skema tersebut,

harapannya daerah dapat meminimalisir tingkat ketergantunga terhadap

pemerintah pusat dan provinsi melalui dana perimbangan.

Tetapi, pada kenyataannya dengan desentralisasi fiskal otonomi daerah

khususnya dalam hal kemandirian keuangan belum secara optimal terselanggara.

Berbagi persoalan yang ikut serta mengiringi desentralisasi fiskal justru membuat

kecenderungan daerah semakin bergantung pada pemerintah pusat. Padahal,

dewasa ini desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat telah memberikan

kewenangan secara leluasa kepada pemerintah daerah untuk berkreasi menggali

sumber-sumber keuangan yang terdapat di wilayah administratif daerah baik

dalam bentuk pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan maupun lain-lain PAD yang sah.

Sejalan dengan hal tersebut, E. Koswara (2000: 51-52) menyatakan bahwa

daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

2

sumber-sumber keuangannya sendiri, dan ketergantungan terhadap pemerintah

pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD harus menjadi sumber keuangan

terbesar untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Guna

menjamin terwujudnya otonomi daerah yang semakin baik, maka diperlukan

usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri yaitu dengan

upaya peningkatan PAD melalui inovasi, dengan meningkatkan penerimaan

sumber PAD yang sudah ada maupun dengan mengali sumber PAD yang baru

sesuai ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan kondisi dan potensi

ekonomi masyarakat.

Data Ditjen Perimbangan Keuangan tahun 2012-2016 memperlihatkan

hampir semua kabupaten dan kota di Provinsi Maluku belum mampu untuk

memenuhi sebagian kebutuhan belanja yang bersumber dari PAD (lihat tabel 1.1).

Walaupun prosentase PAD tiap tahun mengalami kenaikan tetapi ternyata peran

PAD dalam APBD belum banyak memberikan kontribusi terhadap total

pendapatan daerah.

Tabel. 1.1. Persentase PAD Terhadap Total Pendapatan

Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku Tahun 2012 – 2016

No. Kabupaten /Kota Tahun Rata-

rata 2012 2013 2014 2015 2016 1. Kab. Maluku Tenggara Barat 1,60 2,38 2,57 3,39 4,93 2,97 2. Kab. Maluku Tengah 1,38 2,63 3,17 4,09 3,71 3,00 3. Kab. Maluku Tenggara 4,28 4,33 4,31 4,63 4,60 4,43 4. Kab. Buru 1,61 4,83 2,89 2,63 2,85 2,96 5. Kota Ambon 8,75 8,79 8,75 9,85 9,87 9,20 6. Kab. Seram Bagian Barat 3,94 3,49 3,45 2,32 2,75 3,19 7. Kab. Seram Bagian Timur 1,43 2,72 2,75 1,95 1,84 2,14 8. Kab. Kepulauan Aru 2,35 1,69 3,03 2,72 2,44 2,45 9. Kota Tual 1,58 1,32 1,34 3,89 3,19 2,26

10. Kab. Maluku Barat Daya 1,30 1,50 1,39 1,80 1,68 1,53 11. Kab. Buru Selatan 0,34 0,38 0,90 1,85 1,85 1,06

Rata-rata Maluku 3,20 Sumber: Data Ditjen Keuangan Tahun 2012-2016 (diolah)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

3

Sebagaimana data tabel di atas memberikan informasi secara ringkas

tentang peran PAD terhadap total pendapatan Kabupaten dan Kota yang ada di

Provinsi Maluku. Selama lima tahun terakhir semenjak tahun 2012 sampai tahun

2016 menunjukkan masih tingginya ketergantungan daerah terhadap pemerintah

pusat. Jika menggunakan rasio kemandirian keuangan, maka Kota Ambon adalah

pemerintah daerah dengan kemampuan keuangan paling tinggi yaitu sebesar 9,20

persen. Rasio terendah adalah kemandirian keuangan Kabupaten Buru Selatan

yaitu 1,06 persen. Sementara Kabupaten Seram Bagian Barat berada pada posisi

ke tiga sebesar 3,19 persen angka ini tidak jauh berbeda dengan rata-rata

kabupaten dan kota lain di wilayah provinsi Maluku sebesar 3,20 persen. Hal ini

dapat terlihat pada diagram di bawah ini.

Diagram. 1.1 Persentase PAD terhadap Total Pendapatan

Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku Tahun 2012-2016

Secara umum, presentase PAD terhadap total pendapatan Kabupaten dan

Kota di Provinsi Maluku belum berada pada angka yang diharapkan, dimana PAD

sebagai salah satu sumber pendapatan daerah belum mempunyai peran penting

dalam era desentralisasi fiskal, sehingga berakibat pula pada tingkat kemandirian

2.97 3

4.43

2.96

9.2

3.19 2.14 2.45 2.26

1.53 1.06

3.2

0123456789

10

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

4

keuangan daerah. Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai fokus penelitian juga

mengalami hal yang serupa, bahwa proporsi terbesar dari total penerimaan

pemerintah daerah masih berasal dari pemerintah pusat. Menurut Mardiasmo

(2002:146) Pemerintah Daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD untuk

mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat, sehingga

meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah.

Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) Kabupaten Seram Bagian Barat menunjukan bahwa elemen PAD

yang sangat dominan memberikan kontribusi terhadap total PAD adalah

bersumber dari lain-lain PAD yang sah. Kemudian diikuti oleh pajak daerah,

retribusi daerah yang paling terkecil kontribusinya bersumber dari hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Tabel. 1.2. Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2012-2016 (ribuan rupiah)

Tahun

Anggaran

Pajak

Daerah

Retribusi

Daerah

Bagi Laba

BUMD

Lain-lain

PAD yang sah

Total PAD

2012

2013

2014

2015

2016

730,670

1,309,300

2,853,232

2,169,252

5,012,123

1,638,208

923,322

662,173

992,740

615,005

184,252

429,304

864,475

0.00

1,364,487

1,404,613

1,907,105

9,033,163

24,964,959

18,906,575

3,957,744

4,569,032

13,413,045

28,126,952

25,898,192

Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Seram Bagian Barat (diolah)

PAD sebagai salah satu sumber pendapatan daerah belum dapat dijadikan

tumpuan dalam menambah pengeluaran daerah. Sehingga Pemerintah Kabupaten

Seram Bagian Barat perlu melalukan langkah-langkah yang serius dalam

meningkatkan penerimaan daerah dengan melakukan perhitungan pontesi PAD

yang riil dimiliki dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

5

bersumber dari PAD sendiri. Perkembangan realisasi PAD Kabupaten Seram

Bagian Barat selama kurun waktu lima tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut :

Diagram. 1.2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2012-2016

Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan daerah otonom baru sejak

memisahkan diri dari Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 2003. Memasuki

usia ke 14 tahun sejak lepas dari kabupaten induk pemerintah daerah selalu

berupaya melakukan berbagai hal dengan menggali sumber-sumber PAD untuk

menunjang pelaksanaan roda pemerintahan. Kendati demikian, pemerintah daerah

masih saja terkendala oleh minimnya pendapatan daerah, baik yang berasal dari

PAD sendiri maupun pendapatan dari pemerintah pusat berupa dana alokasi

umum dan dana alokasi khusus.

Pada umumnya Kabupaten Seram Bagian Barat memeliki potensi PAD

namun, belum tereksplorasi secara baik. Untuk mendapatkannya peran pemerintah

menjadi sangat penting, misalnya untuk menggali sumber potensi sumber daya

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

2012 2013 2014 2015 2016Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagi Laba BUMD Lain-lain PAD yang Sah Total PAD

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

6

alam. Itu dikarenakan potensi tersebut sifatnya masih tersembunyi, maka perlu

diteliti besarnya potensi pendapatan yang ada guna dioptimalkan sebagai sumber-

sumber penerimaan daerah.

Menurut Ruksaka Mahi (2005:36), ada beberapa hal yang dapat membuat

PAD belum bisa diandalkan oleh pemerintah daerah sebagai sumber pembiayaan

desentralisasi antara lain:

1. Relatif rendahnya basis Pajak/Retribusi Daerah,

2. Perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah,

3. Kamampuan administrasi pemugutan di daerah masih rendah dan

4. Kemampuan administrasi perencanaan dan pengawasan masih rendah.

Lebih jauh, Ritonga (2010:1) menjelaskan bahwa semakin tinggi

kontribusi PAD suatu daerah terhadap total pendapatan, maka semakin besar pula

diskresi daerah untuk menggunakan PAD sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan

masyarakat serta untuk prioritas pembangunan daerah.

Dengan melihat latar belakang dan fenomena yang terjadi, maka

Kabupaten Seram Bagian Barat menarik untuk diteliti guna mengetahui

pertumbuhan PAD dan kontribusi sumber-sumber PAD terhadap total PAD serta

rasio kemandirian keuangan di era desentralisasi fiskal selama periode 2012-2016.

B. Rumusan Masalah

Tingkat kemandirian keuangan daerah bisa terlihat dari struktur anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD) dimana struktur PAD kuat, maka akan

menjadi sumber pembiayaan daerah sehingga pemerintah daerah tidak akan lagi

bergantung pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam rangka

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

7

pelaksanaan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah dituntut memiliki

kemandirian keuangan daerah yang lebih besar, sehingga semakin tinggi tingkat

kemandirian keuangan, maka daerah dapat memberikan pelayanan publik yang

lebih berkualitas, melakukan investasi pembangunan jangka panjang dan

sebagainya (Mahmudi, 2016: 134).

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang diajukan dalam rencana

penelitian ini adalah “Bagaimana Kontribusi Sumber-Sumber PAD Dalam

Mendukung Kemandirian Keuangan Daerah Pada Era Desentralisasi Fiskal di

Kabupaten Seram Bagian Barat”. Untuk menjawab permasalahan di atas

dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pertumbuhan PAD di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun

anggaran 2012-2016?

2. Bagimana kontribusi sumber-sumber PAD terhadap total PAD di Kabupaten

Seram Bagian Barat Tahun Anggaran 2012-2016?

3. Bagaimana tingkat kemampuan kemandirian keuangan daerah di Kabupaten

Seram Bagian Barat Tahun Anggaran 2012-2016?

4. Bagaimana upaya meningkatkan kemandirian keuangan daerah di Kabupaten

Seram Bagian Barat.

C. Keaslian Penelitian

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini

antara lain:

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

8

Tabel. 1.3. Penelitian Terdahulu

No. Nama Penelitian

Tahun /Judul Alat analisis Hasil Penelitian

1. Rachmatan Nurul

Azmi (2013) “ Analisis

Upaya-upaya

Pemerintah Daerah

dalam meningkatkan

Pendapatan Asli

Daerah (PAD) di

Kabupaten Bener

Meriah “

Analisis

pertumbuhan,

kontribusi, matrkis

kasifikasi pajak dan

retribusi serta

efektifitas

Pertumbuhan tertinggi dari

pajak daerah adalah pajak

hiburan yaitu, 67,33 % tetapi

kontribusi terhadap PAD

sangat rendah yaitu 0,01%

sementara retribusi izin

gangguan merupakan retribusi

daerah dengan pertumbuhan

tertinggi yaitu 576,34%

berkotribusi terhadap PAD

sebesar 1,04%. Efektifitas

dinas Pertanian Tanaman

pangan dan Holtikultura

adalah dinas yang paling

efektif dengan capaian 84,20%

diatas rata-rata dinas yaitu

55,25 %. Upayah yang

dilakukan pemerintah kab.

Bener Meriah belum maksimal

dilihat dari penetapan target

penerimaan berdasarkan tahun

sebelumnya.

2. Suleman Samuda

(2016) “Analisis

Strategi Kebijakan

Fiskal Pemerintah

Kota Ternate dalam

meningkatkan

Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota

Ternate di Sektor

Analisis Kualitatif

dengan

mengunanakan

analisis deskriftif

Upaya pajak/tax effort dan

Efektifitas pengelolaan pajak

daerah Kota Ternate T.A

2012-2014, diketahui tax effort

untuk pajak daerah Kota

Ternate dalam kurun waktu 3

tahun (T.A 2012 s/d 2014)

menunjukan trend peningkatan

dan berada pada level “high”,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

9

Pajak Daerah untuk

mengatasi deficit fiscal

tahun anggaran 2012-

2014”

disisi lain efektifitas

pengelolaan pajak daerah juga

bergerak kearah positif artinya

bahwa efektifitas pengelolaan

pajak daerah “sangat efektif”

ini ditunjukan dengan derajat

efektifitas berada pada angka

diatas 100 %

3. Septa soraida (2016)

“Hubungan antara

pendapatan asli daerah

(PAD), Dana Alokasi

Umum (DAU) dan

belanja Modal dengan

Kinerja Keuangan

pemerintah Kabupaten

/Kota di Jawa Tengah

Analisis Korelasi

Product Moment

Terdapat hubungan yang

rendah antara pendapatan asli

daerah dan belanja modal

dengan kinerja keuangan

daerah sendangkan dana

alokasi umum tidak memiliki

hubungan kinerja keuangan

daerah.

4. Lia Ekowati (2013) “

Kemandirian keuangan

daerah provinsi daerah

istimewa Yogyakarta

dan Kabupaten /Kota

di daerah istimewa

Yogyakarata”

Analisis Kuantitatif

Deskriftif

bahwa walau dengan kapasitas

fiskal yang lebih tinggi namun

belum dapat memenuhi

kebutuhan fiskal daerahnya

karena kemampuan

menghasilkan PAD masih

realtif rendah dan

membutuhkan bantuan pusat,

sehingga pemerintah

yogyakarta perlu

meningkatkan penerimaan

sumber keuangan dari sektor

pajak agar lebih menyokong

PAD

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

10

5. Wahid Ahyani (2016)

“ Faktor-faktor yang

mempengaruhi

kemandirian keuangan

daerah pada

Kabupaten dan kota di

wilayah Provinsi Jawa

tengah Tahun 2010-

2014

Regresi data panel

dengan metode

random effect model

(REM)

Faktor yang mempengaruhi

positif dan signifikan terhadap

kemandirian keuangan pada

Kabupaten dan kota di

wilayah provinsi jawa tengah

tahun 2010- 2014 adalah basis

pendapatan, kepadatan

penduduk, dan UKM,

sendangkan distribusi

pendapatan berpengaruh

negative dan signifikan.

Sementara itu efisiensi

keuangan dan aset tetap tidak

signifikan mempengaruhi

kemandirian keuangan

Mengacu pada beberapa penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini

merupakan pengembangan dari beberapa penelitian sebelumnya (Ahyani, 2016;

Ekowati, 2013; Soraida,2016; Samuda, 2016; Azmi, 2013). Disadari bahwa sudah

banyak penelitian sejenis yang dilakukan namun terdapat perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada daerah penelitian, periode waktu

penelitian, alat analisis dan variabel-variabel penelitian yang digunakan.

Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

penggunaan metode kuantitatif berdasarkan data laporan keuangan dan

penggunaan rasio-rasio dalam laporan keuangan. Maka, dengan demikian

penelitian ini berupaya untuk mengisi kekosongan dari penelitian-penelitian

terdahulu yang sebelumnya penelitian terdahulu hanya melihat dari aspek PAD

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

11

dan aspek kemandirian keuangan daerah dalam penelitian ini peneliti

menambahkan aspek potensi PAD yang masih dapat di optimalkan.

Itu dapat terlihat dari hasil penelusuran pustaka yang peneliti lakukan

terhadap penelitian yang berkaitan dengan kontribusi sumber-sumber PAD dalam

mendukung kemandirian keuangan daerah pada era desentralisasi fiskal di

Kabupaten Seram Bagian Barat sampai saat ini belum pernah dilakukan.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis pertumbuhan PAD dan kontribusi sumber-sumber PAD

terhadap total PAD di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun

anggaran 2012-2016.

2. Menganalisis tingkat kemampuan kemandirian keuangan daerah

dalam era desentralisasi fiscal melalui perhitungan rasio keuangan di

Kabupaten Seram Bagian Barat tahun anggaran 2012-2016.

3. Menganalisis potensi sumber-sumber PAD yang masih dapat

dioptimalkan guna mewujudkan kemandirian keuangan daerah di

Kabupaten Seram Bagian Barat.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

12

1. Tambahan ilmu terutama bagi penulis mengenai pengetahuan tentang

manajemen keuangan daerah terlebih khusus pada analisis

pendapatan asli daerah (PAD).

2. Referensi bagi mahasiswa lain yang ingin meneliti lebih jauh tentang

kemandirian keuangan daerah.

3. Hasil penelitian ini sangat diharapkan menjadi masukan bagi

Kabupaten Seram Bagian Barat dalam memperbaiki kinerja untuk

meningkatkan kemandirian daerah melalui peningkatan pendapatan

asli daerah (PAD).

E. Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari enam bab, yaitu bab pendahuluan, bab tinjauan

pustaka, bab metodologi penelitian, bab gambaran umum objek penelitian, bab

analisis data dan pembahasan dan terakhir bab kesimpulan dan saran. Rincian

lebih lanjut masing-masing bab adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini disajikan secara logis mengenai Latar Belakang

Penelitian, Perumusan Masalah, Keaslian Penelitian, Tujuan dan

Manfaat Penelitian dan ditutup dengan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini disajikan secara sistematis berbagai defenisi

pandangan dan konsep dari tinjauan literatur dan studi pustaka

dijelaskan secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan

penelitian. Adapun ulasan teori dan konsep mengarah pada analisis

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

13

penelitian ini yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Kemandirian

Keuangan Daerah, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah, Desentralisasi Fiskal. disamping itu juga akan

disajikan kerangka berpikir penelitian yang dapat menggambarkan

alur pikir penelitian serta defenisi konseptual dan operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada Bab ini meyajikan secara detail tentang pendekatan atau

metode yang akan digunakan dalam penelitian. Hal-hal di

dalamnya menyangkut Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis

Data dan dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan teknik

analisis data.

BAB IV : MENAKAR PELUANG DAN POTENSI PENDAPATAN

ASLI DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

Bab ini menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Seram Bagian

Barat yang ditinjau dari geososial, potensi ekonomi dan kebijakan

politik daerah. Tujuannya, untuk memberikan deskripsi secara

umum lokasi penelitian, dalam hal ini kondisi Kabupaten Seram

Bagian Barat.

BAB V : ANALISIS SUMBER-SUMBER PAD DAN KINERJA

KEUANGAN KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

Dimana pada bab ini berisi data dan informasi dari hasil penelitian

kemudian dianalisis selanjutnya dibahas. Di mana dalam analisis

data dan temuan ini pertama akan di analisis PAD dengan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117164/potongan/S2-2017... · Apabila dilihat data dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

14

menghitung pertumbuhan PAD dan kontribusi sumber-sumber

PAD terhadap total PAD. Selanjutnya analisis kinerja keuangan

daerah dengan mengunakan perangkat 4 (empat) rasio keuangan

yakni mulai dari menghitung rasio derajat desentralisasi fiskal,

meghitung rasio ketergantungan keuangan daerah, menghitung

rasio kemandirian keuangan daerah dan menghitung rasio

efektivitas dan efisiensi PAD. Untuk yang terakhir dilakukan

adalah menganalisis potensi pendapatan asli daerah untuk

mengetahui jenis pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah

tertentu apakah masuk dalam kategori potensial, prima,

berkembang ataukah terbelakang.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini akan menyajikan berbagai kesimpulan dari hasil analisis

pada bab sebelumnya, dan saran yang dapat diterapkan di daerah.