BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sebagai sumber kehidupan makhluk hidup, sungai memiliki banyak manfaat. Bagi manusia sungai bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, untuk kegiatan perekonomian, transportasi, dan sebagainya. Pentingnya keberadaan sungai membuat aktifitas manusia yang tinggal di sekitarnya tidak akan lepas dari sungai, sehingga terbentuk kebudayaan masyarakat di tepi sungai. Seiring waktu, peradaban di tepi sungai terus berkembang dalam berbagai aspek kehidupan. Perkembangan yang terjadi disebabkan oleh tingginya intensitas pertukaran informasi masyarakat antar daerah dengan beragam latar belakang, ditandai dengan meningkatnya konsentrasi dan aktifitas penduduk pada tepi sungai, beberapa diantaranya tumbuh dan berkembang menjadi kota. Terpusatnya pembangunan di sekitar aliran sungai ditandai dengan banyak didirikannya pusat-pusat kegiatan masyarakat, terutama yang berkaitan dalam sektor perekonomian dan perindustrian. Hal ini semakin didukung oleh fungsi sungai sebagai sarana transportasi yang mengakomodasi kegiatan distribusi antar daerah, sehingga banyak pelabuhan di sepanjang aliran sungai. Peningkatan aktifitas perekonomian di sekitar tepi sungai diikuti dengan pertumbuhan penduduk dan berkembangnya kawasan permukiman di tepi sungai. Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan kawasan permukiman tidak hanya terjadi di tepi sungai, tetapi juga meluas ke wilayah daratan. Pembangunan di wilayah daratan mulai diperkenalkan oleh Bangsa Eropa, yaitu dengan membangun jalan raya sebagai kekuatan keamanan dan ekonomi. Pembuatan jalan raya diikuti dengan pembangunan infrastruktur dan bangunan-bangunan strategis lainnya. Arah pembangunan ke wilayah daratan ini kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Republik Indonesia yang dirumuskan dalam berbagai kebijakan tata ruang dan wilayah (Salura, 2014).

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sebagai sumber kehidupan makhluk hidup, sungai memiliki banyak manfaat.

Bagi manusia sungai bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, untuk

kegiatan perekonomian, transportasi, dan sebagainya. Pentingnya keberadaan sungai

membuat aktifitas manusia yang tinggal di sekitarnya tidak akan lepas dari sungai,

sehingga terbentuk kebudayaan masyarakat di tepi sungai. Seiring waktu, peradaban

di tepi sungai terus berkembang dalam berbagai aspek kehidupan. Perkembangan

yang terjadi disebabkan oleh tingginya intensitas pertukaran informasi masyarakat

antar daerah dengan beragam latar belakang, ditandai dengan meningkatnya

konsentrasi dan aktifitas penduduk pada tepi sungai, beberapa diantaranya tumbuh

dan berkembang menjadi kota.

Terpusatnya pembangunan di sekitar aliran sungai ditandai dengan banyak

didirikannya pusat-pusat kegiatan masyarakat, terutama yang berkaitan dalam sektor

perekonomian dan perindustrian. Hal ini semakin didukung oleh fungsi sungai

sebagai sarana transportasi yang mengakomodasi kegiatan distribusi antar daerah,

sehingga banyak pelabuhan di sepanjang aliran sungai. Peningkatan aktifitas

perekonomian di sekitar tepi sungai diikuti dengan pertumbuhan penduduk dan

berkembangnya kawasan permukiman di tepi sungai. Pesatnya pertumbuhan dan

perkembangan kawasan permukiman tidak hanya terjadi di tepi sungai, tetapi juga

meluas ke wilayah daratan. Pembangunan di wilayah daratan mulai diperkenalkan

oleh Bangsa Eropa, yaitu dengan membangun jalan raya sebagai kekuatan keamanan

dan ekonomi. Pembuatan jalan raya diikuti dengan pembangunan infrastruktur dan

bangunan-bangunan strategis lainnya. Arah pembangunan ke wilayah daratan ini

kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Republik Indonesia yang dirumuskan

dalam berbagai kebijakan tata ruang dan wilayah (Salura, 2014).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

2

Permasalahan terjadi karena pembangunan yang terjadi tidak seimbang antara

wilayah daratan dan wilayah tepi sungai, sehingga terjadi kesenjangan. Kondisi ini

mempengaruhi kawasan permukiman di tepi sungai yang sudah ada sebelumnya.

Pada beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan

Banjarmasin, banyak terjadi perubahan orientasi kawasan permukiman di tepi

sungai. Jika sebelumnya sungai merupakan bagian depan, maka setelah

pembangunan di wilayah daratan sungai menjadi bagian belakang dan seringkali

menjadi tempat pembuangan limbah. Inilah yang menjadi penyebab turunnya

kualitas lingkungan sungai, baik fisik maupun non-fisik.

Perkembangan kawasan Banjarmasin yang cukup pesat menyebabkan

penurunan kualitas lingkungan, salah satunya lingkungan sungai. Bermunculannya

permukiman yang berada di tepian sungai seperti pada daerah komersial dengan

kosenstrasi penduduk yang tinggi. Sungai-sungai pada daerah komersil diantaranya

Martapura, Kelayan, Pekapuran yang berada di tengah Kota dan untuk Sungai Kuin

merupakan kawasan budaya dan sejarah Banjarmasin. Permukiman yang berada di

tepi sungai yang kurang tertata berkembang menjadi permukiman kumuh. Letak

bangunan yang tidak teratur, utilitas (drainase dan persampahan) yang tidak baik,

fasilitas pelayanan (MCK, sarana bermain, pasar) yang buruk serta kebiasaan

masyarakat yang kurang baik berdampak pada lingkungan sungai sekitar.

Berdasarkan fakta yang terjadi dari beberapa tahun yang lalu hingga sekarang,

permukiman kumuh di tepi sungai menjadi penyebab pencemaran sungai.

Keberadaan permukiman tepi sungai sudah ada sejak dahulu, karena kondisi

geografis Kota Banjarmasin yang dikelilingi sungai-sungai, sehingga permukiman

tumbuh didekat sungai.

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mengenai kawasan permukiman

dinyatakan bahwa “kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan”. Salah satu kawasan yang termasuk

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

3

kawasan lindung yaitu Tepi Sungai dan atau Sempadan Sungai, dengan berdasarkan

pada ketentuan peraturan tersebut, maka permukiman di tepian sungai dapat dikatakan

melanggar peraturan dan dapat dikenakan sanksi seperti penggusuran atau relokasi.

Oleh karena itu perlu dilakukan studi mendalam mengenai dampak yang akan terjadi

ke lingkungan sekitar baik fisik (sungai), biotik (biota sungai), dan sosial (masyarakat)

ditinjau dengan melihat sistem persampahan pada permukiman tersebut, khususnya

pada daerah sungai yang padat permukiman.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan sampah sudah lama terjadi di permukiman tepi sungai di Kota

Banjarmasin, banyak berita di media yang mengatakan bahwa sungai di Kota

Banjarmasin tercemar limbah padat domestik dari permukiman. Sebagai contoh

pemberitaan media, yaitu; Limbah rumah tangga merupakan faktor tertinggi dalam

pencemaran sungai-sungai di Banjarmasin, padahal sungai di Banjarmasin dijadikan

air baku (Hanafi, 2013). Berdasarkan data hasil penelitian dari Kementerian

Lingkungan Hidup sepanjang 2013-2014, menunjukkan bahwa kualitas Sungai

Martapura, Sungai Barito, Sungai Negara dan Riam Kiwa, dalam kondisi tercemar

berat, dan Sumber pencemar paling besar berasal sampah.

Pengelolaan persampahan yang kurang baik akan berdampak pada lingkungan

fisik dan sosial, dan memberikan pengaruh kualitas lingkungan sekitar yang saling

berinteraksi, Hal ini perlu diperkuat dengan menelusuri sejarah dan budaya masyarakat

Banjarmasin yang sejak lama bermukim di dekat aliran sungai. Sistem pengelolaan

sampah yang buruk akan berdampak pada lingkungan fisik dan biotik sungai, sehingga

kawasan permukiman pada daerah tepi sungai dengan pengelolaan yang buruk akan

berpengaruh pada komponen lingkungan, yaitu; abiotik,biotik,kultural. Limbah rumah

tangga merupakan faktor tertinggi dalam pencemaran sungai-sungai di Banjarmasin,

padahal sungai di Banjarmasin dijadikan air baku Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) setempat (Hanafi, 2013).

Sepanjang Sungai Kuin muncul permukiman pertama di Banjarmasin

sehingga menjadikan Kampung Kuin sebagai kampung tertua dari kampung-

kampung yang ada di Banjarmasin dan sekitarnya. Di kampung inilah sebagai awal

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

4

dari persinggahan dan menetapnya masyarakat untuk bertempat tinggal dalam bentuk

suatu komunitas yakni komunitas etnis Banjar. Gambaran Kondisi yang berkaitan

dengan pengelolaan sampah beberapa tahun terakhir pada Sungai Kuin yaitu pada

bantaran kiri dan kanan sungai menjadi daratan yang menyerupai tepian pantai,

dikarenakan tumpukan sampah yang banyak mengendap di kolong rumah warga,

sehingga menyerupai pantai sampah yang menutupi bantaran sungai (Sriwahyuni,

2015).

Permasalahan sampah yang menjadi sumber pencemar terbesar untuk sungai-

sungai di Kota Banjarmasin berkaitan dengan keberadaan permukiman kumuh di tepi

sungai, karena indikasi sumber sampah tersebut berasal dari permukiman kumuh di tepi

sungai. Pengaruh perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan sampah

terdiri dari dua, yaitu; pengaruh terhadap Sungai Kuin dan pengaruh terhadap kondisi

sosial masyarakat. Pertanyaan besar yaitu “Apakah pengelolaan sampah pada

permukiman di tepi sungai saat ini sesuai dengan kondisi permukiman ? Dalam hal ini

pengelolaan sampah pada permukiman di tepi sungai perlu dikaji dan diteliti.

Sebagaimana penjabaran rumusan masalah beberapa pertanyaan muncul dan

menjadi acuan penelitian yang dilakukan, Pertanyaan tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Bagaimana sistem pengelolaan sampah yang digunakan di permukiman kumuh

tersebut?

2. Seperti apa kondisi Sungai Kuin dan kondisi masyarakat dalam mengelola

sampah?

3. Bagaimana strategi dan kebijakan pemerintah dalam menyikapi permasalahan

sampah di permukiman kumuh di tepi sungai tersebut?

4. Apakah sistem pengelolaan persampahan sesuai untuk kondisi permukiman di

bantaran Sungai Kuin?

5. Bagaimana pengelolaan sampah yang tepat untuk permukiman kumuh ditepi

sungai?

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

5

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dampak permasalahan sampah

permukiman kumuh di tepi sungai terhadap lingkungan fisik sungai dan pengaruhnya

terhadap masyarakat, ditinjau, dengan rincian yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut:

1. Mengkaji sistem pengelolaan sampah yang digunakan di permukiman kumuh

2. Menganalisa kondisi sungai dan kondisi masyarakat dalam mengelola sampah di

sekitar di permukiman tepi Sungai Kuin

3. Mengkaji strategi dan kebijakan pemerintah dalam menyikapi permasalahan

sampah di permukiman kumuh di tepi Sungai Kuin.

4. Mengevaluasi sistem pengelolaan sampah yang digunakan

5. Merumuskan saran pengelolaan yang sesuai dengan permukiman di tepi sungai

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat kepada semua pihak, baik kepada pemerintah

dan juga masyarakat. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Menjadi masukan kepada pemerintahan untuk menata kembali persampahan

permukiman kumuh di tepi sungai.

2. Menjadi masukan kepada masyarakat setempat, terutama yang bermukim di tepi

sungai agar dapat lebih menghargai lingkungan sekitar

3. Menjadi gambaran untuk mendeskripsikan keadaan persampahan permukiman

kumuh masyarakat tepi sungai di Kota Banjarmasin

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengelolaan sampah pada permukiman di Tepi Sungai Kuin

di Banjarmasin, dibandingkan dengan penelitian lain terlihat bahwa usulan penelitian

ini belum pernah dilakukan sebelumnya untuk permukiman Sungai Kuin. Penelitian

menenkankan pada mendeskripsikan dampak dari permasalahan pengelolaan

persampahan terhadap lingkungan dan mengkaji startegi dan kebijakan pemerintah.

Berikut ini Penelitian yang pernah dilakukan (Tabel 1.1.) dan berikut penjabarannya

adalah:

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

6

Rachmawati (2015) dalam hasil Penelitiannya tentang pastisipasi warga dalam

mengelola lingkungan permukiman di Bantaran Sungai Code dan Sungai Gajah Wong,

menunjukkan bahwa partisipasi warga sangat penting dalam keberhasilan pengelolaan

lingkungan, demikian juga tokoh setempat di kedua lokasi yaitu sama-sama berperan

dalam mengorganisasi dan mengkoordinasi warga dalam mengelola lingkungan.

Rachmawati (2015) menjelaskan bahwa Pemerintah sebagai pemrakarsa program

pengelolaan lingkungan di Sungai Code dan Sungai Gajah Wong, dibantu Organisasi

non-Gorverment (NGO) Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) dan akademisi

perguruan tinggi sebagai fasilitator warga. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui

bahwa dalam mengelola lingkungan tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah,

melainkan perlunya melibatkan warga setempat dan bantuan fasilitator warga seperti

organisasi lingkungan dan akademisi.

Novrial (2014) dalam penelitiannya tentang kajian pengaruh pengelolaan

sampah permukiman terhadap pengendalian Vektor Penyakit Demam Berdarah (

Aedes aegypti), Studi di Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, menggunakan

metode Observasional analitik dalam menemukan pengaruh pengelolaan sampah

permukiman terhadap pengendalian vektor penyakit demam berdarah dan produk

akhirnya berupa rumusan pengelolaan persampahan, hasil penelitiannya yaitu;

(1)Ada hubungan antara kondisi tempat perkembangbiakan nyamuk dengan

kepadatan populasi vektor penyakit demam bedarah. Hal ini diketahui dengan

besarnya angka HI, CI, dan BI yang merupakan indikator untuk mengetahui risiko

penularan penyakit demam berdarah; (2) Dari hasil statistik, tidak ada pengaruh

pengelolaaan sampah permukiman dengan pengendalian vektor penyakit demam

berdarah di Kecamatan Gaamping; (3)Rumusan strategi pengelolaan yang dapat

dilakukan adalah lebih menggiatkan kerjasama yang terintegrasi diantara pemangku

kepentingan terkait dengan pengelolaan sampah secara berkelanjutan bersama-sama

dengan kegiatan pengendalian vektor penyakit.

Prahdipta (2012) dalam penelitian tentang pengaruh kondisi sosial ekonomi

masyarakat terhadap produksi sampah rumah tangga Kota Yogyakarta,

menggunnakan metode survai analisis dalam menentukan jenis sampah yang

dihasilkan, menghitung nilai ekonomi sampah, dan mengestimasi pengaruh faktor

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

7

sosial-ekonomi masyarakat terhadap jumah sampah yang diproduksi. Penelitian ini

membagi sampah menjadi sembilan kategori umum dan 33 kategori khusus,

berdasarkan jenis material dan nilai ekonomi. Hasil dan kesimpulan dalam peneitian

ini yaitu, Sampah yang dihasilkan oleh keluarga inti dan keluarga besar ternyata

berbeda secara statistik. Berdasarkan aktivitas daur ulang dan jual-beli sampah

informal yang telah terjadi, sampah rumah tangga memiliki nilai ekonomi yang

positif. Jumlah anggota rumah tangga dan total pendapatan rumah tangga ternyata

berpengaruh kuat secara statistik terhadap produksi sampah rumah tangga

Hartanto (2012) dalam penelitian tentang Pengelolaan Sampah Rumahtangga

Berbasis Masyarakat di Padukuhan Soragan Desa Ngetisharjo Kecamatan Kasihan

Kabupaten Bantul KotaYogyakarta, bertujuan untuk (1) memperoleh Gambaran

tentang pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat, (2)

menginventarisasi problematika dalam sistem pengelolaan sampah rumah tangga ini,

(3) memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan sistem pengelolaan sampah

rumah tangga berbasis masyarakat. Menggunakan metode analisis deskriptif-

kualitatif. Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik tiga kesimpulan. Pertama,

pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat di Soragan, Kabupaten

Bantul berjalan secara baik dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dan berhasil

mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPS hingga 73%. Kedua, model

pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat dengan prinsip 3R

merupakan solusitif. Ketiga, problem utama dalam pelaksanaan model ini adalah

bagaimana mengubah paradigma “membuang sampah” menjadi “memanfaatkan

sampah”. Problem lain yang teridentifikasi ialah (1) pemerintah daerah belum

memberikan apresiasi terhadap masyarakat yang telah melakukan pemilahan

sampah; (2) tidak ada mekanisme dan person yang memantau dan mengevaluasi

kegiatan; (3) penerapan kebijakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan

prinsip 3R tidak diikuti penyediaan sarana dan prasarana penunjang; (4) pemilahan

sampah di rumah tangga kurang tuntas; (5) tidak ada kaderisasi untuk mencari

pengurus baru yang memiliki kapabilitas dan integritas.

Soares (2011), Penelitiaan mengenai persepsi masyarakat terhadap

pengelolaan sampah padat perkotaan dilaksanakan di Kecamatan Dom Aleixo,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

8

Kabupaten Dili Timor Leste dengan sampel penelitiannya adalah rumah tangga yang

ada di Desa Comoro dan Bairopite. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:

(1) mengkaji persepsi masyarakat terhadap usaha pemerintah dalam

memberdayakan, menguatkan serta bagaimana menfasilitasi peranserta masyarakat

dalam mengelola sampah rumah tangganya; (2) mengkaji kelemahan-kelemahan

maupun permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kota Dili. Hasil dari penelitian ini

: (a) untuk kepentingan pemerintah daerah dalam usaha pemberdayaan, penguatan

dan fasilitasi masyarakat melalui pendidikan non formal, penyuluhan, pendampingan

dan pengembangan program 3R (reuse, reduce dan recycling) guna meningkatkan

persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangganya, (b) sebagai

model dalam merumuskan kebijakan dan aturan daerah guna meningkatkan persepsi

masyarakat terhadap pengelolaan sampah padat perkotaan, (c) sebagai masukan

untuk pemerintah pusat dalam menentukan intansi pengelola sampah perkotaan guna

meningkatkan persepsi masyarakat terhadap kinerja Pemkot Dili, (d) sebagai

masukan untuk pemerintah kota Dili dalam melibatkan peranan stakeholder terhadap

kegiatan pengelolaan sampah perkotaan di Kota Dili.

Iskandar (2009), dalam penelitian tentang kajian lingkungan kultural terhadap

persepsi,sikap, dan perilaku penduduk dalam membuang sampah di Perkotaan

Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Propnsi Riau. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui respon penduduk dalam bentuk persepsi, sikap dan perilaku

penduduk dalam membuang sampah berdasarkan pendidikan, tingkat pendapatan,

jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan kondisi pemukiman. Bagaimana sistem

pembuangan sampah dari rumah tangga sampai dengan TPA saat ini berdasarkan

kepadatan dan keteraturan pemukiman. Bagaimana strategi pengelolaan lingkungan

cultural supaya persepsi, sikap dan perilaku penduduk dalam membuang sampah

lebih baik dari sebelumnya. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan

analisis deskriptif dan skoring. Penentuan daerah penelitian dengan cara purposif,

sedang untuk menentukan responden dengan menggunakan metode random

sampling dengan pengambilan responden sebanyak 100 responden. Hasil penelitian

menunjukkan, persepsi penduduk Rengat terhadap pengelolaan sampah dapat

ditentukan oleh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan keteraturan pemukiman.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

9

Sikap penduduk Rengat terhadap pengelolaan sampah dapat ditentukan oleh tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan keteraturan pemukiman sedang

perilaku penduduk Rengat dalam membuang sampah dapat ditentukan oleh tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan dan keteraturan pemukiman.

Berdasarkan penelitian (Annisa,2014) bertujuan untuk mengetahui ragam

keruangan (tipologi) tepi sungai di kawasan permukiman produktif di Kelurahan Alalak

Tengah dan Alalak Selatan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ragam

keruangan (tipologi) tepi sungai di kawasan permukiman produktif di Kelurahan Alalak

Tengah dan Alalak Selatan, dan mengGambarkan konsep penataan keruangan kawasan

permukiman produktif di Kelurahan Alalak Tengah dan Alalak Selatan sesuai dengan

ragam keruangan yang ada. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan

secara rasional dengan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

rasionalistik karena menggunakan grand theory yang didasarkan dari parameter,

variabel serta indikator penelitian yaitu pola dan raut kawasan permukiman tepi

sungai yang dapat dijelaskan dengan solid (massa) dan void (ruang tertutup/terbuka)

dan jejalur (jaringan sirkulasi) serta aktivitas pendukung kawasan permukiman

produktif tepian sungai Alalak Tengah dan Alalak Selatan. Hasil penelitian ini

menyebutkan bahwa terdapat 3 tipe permukiman produktif (tipologi/ragam

keruangan) di kawasan tepian sungai Alalak Tengah dan Alalak Selatan berdasarkan

pada fungsi kawasan/tata guna lahan, solid/void, jejalur (jaringan sirkulasi) dan

aktivitas pendukung kawasan Alalak Tengah dan Alalak Selatan, yaitu tipe

permukiman produktif area daratan, tipe permukiman produktif area tepian sungai

dan tipe permukiman produktif area sungai. Sehingga rekomendasi yang akan

diarahkan pada penelitian ini adalah penataan kawasan Alalak Tengah dan Alalak

Selatan yang sesuai dengan fungsi kawasan yaitu permukiman produktif kawasan

tepian sungai.

Menurut penelitian (Ari Okinosa Agus,2013) yang dilakukan di Kelurahan

Tanjung Solok, Desa Teluk Majelis, dan Desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala

Jambi ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bermaksud untuk

mengeksplorasi dan mendeskripsikan konsep permukiman di bantaran Sungai

Batanghari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berlandaskan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

10

fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan metode Analisis Deskriptif

Kualitatif, dengan melakukan pendekatan analisis dengan menggunakan sudut

pandang peneliti sebagai tool analisis utama. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

terdapat 3 (tiga) konsep permukiman yang dibentuk dari tema-tema hasil temuan

penelitian, yaitu: 1). Konsep kemudahan akses transportasi, 2). Konsep kedekatan

hubungan kekerabatan, 3). Konsep kedekatan dengan lokasi pekerjaan. Tema-tema

hasil temuan penelitian yang membangun konsep-konsep tersebut adalah: tata letak

dan orientasi bangunan, kondisi bangunan, status kepemilikan tanah, sarana dan

prasarana, ekonomi, dan hubungan kekerabatan.

Fathurrakhman (2001), bertujuan untuk mengetahui seperti apa karakteristik

permukiman tepian sungai Mahakam di kecamatan samarinda seberang kota

samarinda. hasil penelitiannya yaitu, pertama aspek fisik, permukiman dilokasi

penelitian sebagian besar menunjukkan kondisi bangunan darurat dan semi

permanen, tata letak bangunan tidak teratur dan kurang teratur, dekat dengan jalan,

menjorok dan membelakangi sungai. Kepadatan bangunan sangat tinggi dan pengap.

Kepemilikan tanah dominan tidak mempunyai sertifikat tanah. Kebutuhan air bersih,

penduduk mengkonsumsi air sungai Mahakam. Kedua, aspek ekonomi, sebagian

besar penghuni bekerja di sektor informal (buruh pelabuhan, buruh industry,

galangan kapal, tukang bangunan, mengojek, taksi air, nelayan dan pedagang).

Tingkat pendapatan penghuni rata-rata rendah. Jumlah pengeluaran keluarga

diprioritaskan hanya sebatas kebutuhan sandang. Ketiga, aspek budaya, sebagian

besar kepala keluarga berumur pada rentang 30-40 tahun. Jumlah anggota keluarga

mayoritas 5 orang, tingkat pendidikan rata-rata rendah. Suku mayoritas penghuni

adalah pendatang. Pemeluk agama terbesar adalah Islam, diikuti Kristen dan katolik.

Ikatan kekerabatan sosial masyarakat sangat tinggi, dilakukan melalui kegiatan

keagamaan, kerukunan warga, gotong royong dan kegiatan olahraga/kesenian.

Nurfansyah, (2004) menemukan hasil yaitu pola permukiman linier

berkembang sepanjang tepian sungai martapura yang mengakibatkan bangunan

semakin padat dan tidak teratur. Rumah panggung banyak ditemui di sepanjang

sungai, selain itu terdapat juga rumah terapung yang menyebar di beberapa spot di

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

11

sepanjang tepian sungai. Sarana infarstruktur kawasan terdiri dari MCK terapung

yang juga dimanfaatkan sebagai dermaga singgah penumpang angkutan taksi sungai.

Sistem pembuangan sampah rumah– tangga masih banyak yang dibuang ke sungai

dan tidak ditempatkan pada tempat pembuangan sampah sementara sehingga sungai

menjadi tercemar oleh banyaknya sampah-sampah.

Pindatri Jemy, (2010) menemukan bahwa kawasan tepi Sungai Kahayan

secara umum terbentuk cenderung mix dengan kanal sungai yang minim dan tidak

menjadi acuan pola hunian. Secara spesifik, kawasan terbagi atas tiga area tipologi

yaitu kawasan daratan (Inland area) membentuk koridor kawasan secara linear sejajar

dan berbelok terhadap kontur lahan, kawasan pasang surut sungai (Tidal area)

membentuk pola tata massa ke dalam kluster-kluster hunian dan kawasan atas sungai

(Riverzone area) membentuk tata massa secara kurva linear terhadap sungai yang

terbentuk mengikuti alur tepi sungai dan linear tegak lurus terhadap sungai pada

beberapa area yang membentuk promenade sepotong-sepotong (area Pahandut).

Arahan rancangan yang dihasilkan terhadap tiga tipe tersebut bersifat untuk

meningkatkan kualitas secara lingkungan dan tata bangunan dari permukiman tepi

sungai Kahayan.

Hartanto (2006) dalam penelitian tentang Mengkaji kinerja pengelolaan

sampah di Kota Gombong dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menemukan

hasil bahwa Produksi sampah di Kota Gombong berdasarkan jumlah penduduk

mencapai 269 m3/hari. Jumlah timbulan sampah yang dapat terangkut saat ini hanya

sebesar 40 m3/hari, maka kinerja pengelolaan sampah masih sangat kurang atau

kurang efektif. Hasil kinerja pengelolaan sampah berdasarkan persepsi masyarakat,

sebagian besar dinilai oleh masyarakat masih kurang baik sehingga belum

sepenuhnya sesuai dengan kepuasan atau harapan masyarakat. Hasil kinerja

pengelolaan sampah di Kota Gombong dipengaruhi oleh aspek yaitu teknis,

kelembagaan, pembiayaan, hukum dan peran serta masyarakat..

Naatonis, (2010) dalam penelitian tentang Sistem Pengelolaan Sampah

Berbasis Masyarakat Di Kampung Nealayan Oesapa Kupang. Menemukan hasil

kesimpulan yaitu: Peran serta masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga

hanya terbatas pada penyediaan pewadahan sampah sampai pembuangan sementara

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

12

di TPS, sedangkan pengangkutan dari lokasi TPS sampai lokasi TPA menjadi

tanggung jawab pemerintah kota;masyarakat kampung nelayan membuang sampah

pada tempatnya/pewadahan walaupun sampah yang dibuang masih bercampur

antara sampah basah dan kering;Peran serta masyarakat kampung nelayan dalam

pembiayaan pengelolaan sampah merupakan hal yang sangat penting dalam

operasional pengelolaan sampah; Tingkat kepuasan masyarakat kampung nelayan

terhadap sistem pengumpulan dan pemindahan sampah menyatakan sangat puas

karena dengan kemampuan yang terbatas mereka dapat melaksanakan dengan baik.

Yones, (2007) dalam penelitian tentang Kajian Pengelolaan Sampah Di Kota

Ranai, Kabupaten Natuna Propinsi Riau. Menemukan hasil kesimpulan yaitu:

Tingkat dan daerah layanan yang dilakukan masih terbatas pada sebagian kegiatan

komersil yakni sekitar 107 sumber sampah yang disekitar kawasan jalan utama,

sementara sumber sampah dari sebagian kegiatan komersil lainya dan rumah tangga

belum terlayani sama sekali; Kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki saat ini

masih kurang; masalah kewenangan pada institusi pengelola sehingga hal ini

berdampak pada sub sistim lainnya yakni sub sistem teknis operasional yakni sarana

dan prasarana, sub sistim pembiayaan yakni masih kurang biaya 117 pengelolaan

sampah, sub sistim Hukum yakni belum terdapatnya peraturan daerah yang berkaitan

dengan persampahan terutama Peraturan Daerah tentang Retribusi, Peraturan

Daerahtentang Pembuangan sampah dan permasalahan masih kurangnya keterlibatan

masyarakat dalam perencanaan pengelolaan sampah..

Wibowo (2010), dalam penelitian perilaku sampah dalam mengelola sampah

permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Menemukan hasil bahwa Pola

pembinaan pengelolaan sampah permukiman dengan peran masyarakat sebagai

objek pelaku pengelolaan secara mandiri, memerlukan kontinuitas atau

pelaksanaan pembinaan yang simultan guna membentuk atau mengkondisikan

masyarakat untuk melaksanakan pengelolaan sampah. Pembinaan pengelolaan

sampah yang telah diadakan oleh Pemerintah Kota Pontiana nampakkan

keberhasilannya.

Utami (2006). dalam jurnal peneitian tentang mengetahui efektivitas dan

efisiensi pola pengelolaan sampah rumahtangga pada sumbernya di Wedomartani

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

13

(Sleman) dan Banjarsari (Jakarta Selatan). Menemukan hasil yaitu, Pengembangan

penegolaan sampah pada sumbernya sangat dipengaruhi oleh bentuk inisiasi dan

pendampingan pemimpin lokal. Pola pengelolaan sampah di Wedomartani yang

berbasis di industri lebih efektif dalam mereduksi sampah rumahtangga

dibandingkan dengan pola di Banjarsari yang berbasis komunitas.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

14

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No. Penulis Judul Tujuan Metode Kesimpulan

1. Rini Rachmawati, 2015 Community Participation in

Managing The Space and

Settlement Environment on The

Riparian Area: A Case Study in

Yogyakarta, Indonesia

Menjelaskan partisipasi

masyarakat dalam mengelola

lingkungan permukiman di

Bantaran Sungai Gajah Wong

dan Bantaran Sungai Code

Deskripsi Kualitatif Keikutsertaan masyarakat

penting dalam keberhasilan

pengelolaan lingkungan

Tokoh masyarakat berperan

dalam mengorganisasi dan

mengkoordinasi warga

Pemerintah, Organisasi

WALHI (NGOs), akademisi

berkontribusi dalam

pengelolaan lingkungan.

1.

Annisa, 2014 Ragam Keruangan Tepi sungai

Kawasan Permukiman Produktif

Alalak, Banjarmasin.

Mengetahui ragam keruangan

(tipologi) tepi sungai,

mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi ragam keruangan

(tipologi), mengGambarkan

konsep penataan keruangan

kawasan permukiman

Pendekatan secara

rasional dengan metode

kualitatif

Terdapat 3 tipe permukiman

produktif (tipologi/ragam

keruangan), yaitu tipe

permukiman produktif area

daratan, tipe permukiman

produktif area tepian sungai dan

tipe permukiman produktif area

sungai

2 Ari Okinosa Agus, 2013 Permukiman Di Bantaran

Sungai Batanghari Di

Kecamatan Kuala Jambi

Kabupaten Tanjung Jabung

Timur Provinsi Jambi

Mengeksplorasi dan

mendeskripsikan konsep

permukiman di bantaran Sungai

Batanghari.

Metode deskriptif

kualitatif

Terdapat 3 (tiga) konsep

permukiman yang dibentuk dari

tema-tema hasil temuan

penelitian, yaitu: 1).Konsep

kemudahan akses transportasi,

2).Konsep kedekatan hubungan

kekerabatan, 3).Konsep

kedekatan dengan lokasi

pekerjaan.

3 Pindatri Jemy, 2010 Tipologi permukiman kawasan

tepian sungai Kahayan

Palangkaraya Kalimantan

Tengah

Bertujuan untuk dapat

melakukan identifikasi karakter

kawasan tepian sungai

Metode rasionalistik

secara deduktif

kualitatif

Hasil penelitian ditemukan

bahwa kawasan tepi Sungai

Kahayan secara umum terbentuk

cenderung mix dengan kanal

sungai yang minim dan tidak

menjadi acuan pola hunian

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

15

4 Nurfansyah, 2004 Model penataan permukiman

tepian sungai: Studi kasus

Sungai Martapura

Mendapatkan karakter

permukiman tepi sungai di

sungai martapura dan

mendapatkan keterkaitan antara

pola permukiman dengan

infrastruktur tepian sungai.

Metode rasionalistik

dan deskriptif

kualitatif

Pola permukiman linier

berkembang yang

mengakibatkan bangunan

semakin padat dan tidak teratur.

Sistem pembuangan sampah

yang buruk.

5. Fathurrakhman, 2001 Karakteristik permukiman

tepian sungai Mahakam :: Studi

kasus Kecamatan Samarinda

Seberang, Kota Samarinda

Mengetahui seperti apa

karakteristik permukiman tepian

sungai Mahakam

Aspek fisik, kondisi bangunan

darurat dan semi permanen, tata

letak bangunan tidak teratur dan

kurang teratur,. Kepadatan

bangunan sangat tinggi dan

pengap.Kebutuhan air bersih,

penduduk mengkonsumsi air

sungai Mahakam.

Aspek ekonomi, sebagian besar

penghuni bekerja di sector

informal.

Aspek budaya, sebagian besar

kepala keluarga berumur pada

rentang 30-40 tahun. Jumlah

anggota keluarga mayoritas 5

orang, tingkat pendidikan rata-

rata rendah.. Ikatan kekerabatan

sosial masyarakat sangat tinggi,

6. Widi Hartanto, 2006 Kinerja Pengelolaan Sampah Di

Kota Gombong Kabupaten

Kebumen

Mengkaji kinerja pengelolaan

sampahdi Kota Gombong dan

faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Metode Kualitatif

Deskriptif

1. Hasil kinerja pengelolaan

sampah berdasarkan persepsi

masyarakat, sebagian besar

dinilai oleh masyarakat masih

kurang baik sehingga belum

sepenuhnya sesuai dengan

kepuasan atau harapan

masyarakat. Hal ini

menunjukan kinerja

pengelolaan sampah belum

sepenuhnya berjalan efektif.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

16

2. Hasil kinerja pengelolaan

sampah di Kota Gombong

dipengaruhi oleh aspek yaitu

teknis, kelembagaan,

pembiayaan, hukum dan

peran serta masyarakat

7. Rony M.Naatonis, 2010 Sistem Pengelolaan Sampah

Berbasis Masyarakat Di

Kampung Nealayan Oesapa

Kupang

Mengkaji sistem pengelolaan

sampah yang sesuai dengan

keinginan masyarakat di

kampung nelayan Oesapa

Kupang

Metode campuran

antara kualitatif dan

kuantitatif

1. Peran serta masyarakat dalam

mengelola sampah rumah

tangga hanya terbatas pada

penyediaan pewadahan

sampah sampai pembuangan

sementara di TPS, sedangkan

pengangkutan darilokasi TPS

sampai lokasi TPA menjadi

tanggung jawab pemerintah

kota.

2. Kesadaran masyarakat

kampung nelayan dalam

penyediaan pewadahan sudah

dikatakan baik.

3. Peran serta masyarakat

kampung nelayan dalam

pembiayaan pengelolaan

sampah merupakan hal yang

sangat penting dalam

operasional pengelolaan

sampah.

8.

Indra Yones, 2007 Kajian Pengelolaan Sampah Di

Kota Ranai, Kabupaten Natuna

Propinsi Riau

Mengkaji sistem pengelolaan

sampah yang sesuai dengan

keinginan masyarakat di Kota

Ranai, Kabupaten Natuna

Propinsi Riau

Metode Kualitatif

Deskripif

1. Tingkat dan daerah layanan

yang dilakukan masih

terbatas pada sebagian

kegiatan komersil.

2. Kondisi sarana dan prasarana

yang dimiliki saat ini masih

kurang.

3. Permasalahan utama yang

dihadapi dalam pengelolaan

sampah Kota Ranai adalah

masalah kewenangan pada

institusi pengelola sehingga

hal ini berdampak pada sub

sistim lainnya

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

17

9. Hermawan Eko Wibowo,

2010

Perilaku Dalam Mengelola

Sampah Permukiman Di

Kampung Kamboja Kota

Pontianak

Mengetahui bentuk-bentuk

perilaku dan faktor

pembentuk perilaku individu

dan masyarakat dalam

mengelola sampah

permukiman di Kampung

Kamboja Kota Pontianak.

Metode Kualitatif

Deskriptif

1. Karakteristik fisik Sungai

Kapuas di wilayah

Kampung Kamboja

membentuk image kepada

masyarakat di wilayah ini

untuk menjadikan sungai

sebagai bagian dari fasilitas

atau bagian yang

memfasilitasi dalam

pengelolaan sampah

permukiman.

2. Bentuk konstruksi rumah

panggung di bantaran

sungai yang berfungsi untuk

mengadaptasi kondisi pasang

surut air sungai, menciptakan

kolong dibawah rumah yang

berpotensi menjadi tempat

timbulan sampah yang relatif

sulit untuk dilakukan proses

pembersihannya.

3. Pola pembinaan pengelolaan

sampah permukiman dengan

peran masyarakat sebagai

objek pelaku pengelolaan

secara mandiri, memerlukan

kontinuitas

10. Beta Dwi Utami, 2006 Pengelolaan Sampah

Rumahtangga Berbasis

Komunitas: Teladan Dari Dua

Komunitas Di Sleman dan

Jakarta Selatan

Mengetahui efektivitas dan

efisiensi pola pengelolaan

sampah rumahtangga pada

sumbernya di Wedomartani

(Sleman) dan Banjarsari

(Jakarta Selatan)

Metode campuran

antara kualitatif dan

kuantitatif.

1. Pola pembinaan pengelolaan

sampah permukiman dengan

peran masyarakat sebagai

objek pelaku pengelolaan

secara mandiri, memerlukan

kontinuitas.

2. Pola pembinaan pengelolaan

sampah permukiman dengan

peran masyarakat sebagai

objek pelaku pengelolaan

secara mandiri, memerlukan

kontinuitas.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

18

11. Novrial, 2014

Kajian Peengaruh Pengelolaan

Sampah Permukiman Terhadap

Pengendalian Vektor Penyakit

Demam Berdarah ( Aedes

aegypti), Studi di Kecamatan

Gamping Kabupaten Sleman

Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta

Mengetahui hubungan

kondisi tempat

perkembangbiakan nyamuk

dengan kepadatan vektor

penyakt demam berdarah

Mengetahui pengaruh

pengelolaan sampah

permukiman terhadap

pengendalian vektor penyakit

demam berdarah

Merumuskan strategi

pengelolaan lingkungan

untuk pengendalian vektor

penyakit demam berdarah

Observasional analitilk

1. Ada hubungan antara kondisi

tempat perkembangbiakan

nyamuk dengan kepadatan

populasi vektor penyakit

demam bedarah.

2. Dari hasil statistik, tidak ada

pengaruh pengelolaaan

sampah permukiman dengan

pengendalian vektor penyakit

demam berdarah.

3. Rumusan strategi pengelolaan

yang dapat dilakukan adalah

lebih menggiatkan kerjasama

yang terintegrasi diantara

pemangku kepentingan

terkait dengan pengelolaan

sampah secara berkelanjutan

bersama-sama dengan

kegiatan pengendalian vektor

penyakt

12. Wipti eka prahadipta,

2012

Pengaruh kondisi sosial

ekonomi masyarakat terhadap

produksi sampah rumah tangga

Kota Yogyakarta

Menganalisis jenis material

sampah yang dihasilkan oleh

rumahtangga berdasarkan tipe

keluarga Kota Yogyakarta

Menghitung nilai ekonomi

dari sampah rumhatangga

Mengestimasi pengaruh

faktor sosial-ekonomi

terhadap produksi sampah

rumhatangga

Merumuskan pengelolaan

sampah rumahtangga Kota

Yogyakarta

Metode survei analisis

Produksi sampah

rumhatangga sangat

dipengaruhi oleh pendapatan

total rumahtangga, akan tetapi

peningkatan produksi sampah

rumah tangga terbesar terjadi

jika jumlah anggota

rumahtangga bertambah.

13. Benny Hartanto, 2012 Pengelolaan Sampah

Rumahtangga Berbasis

Masyarakat di Padukuhan

Soragan Desa Ngetisharjo

Mengetahui sistem

pengelolaan sampah rumah

tangga berbasis masyarakat

yang ada di pedukuhan

soragan

Deskriptif kualitatif

dengan interview

guide dan survei

lapangan

1. Pengelolaan sampah rumah

tangga berbasis masyarakt

telah berhasil dilakukan

dengan prinsip 3R melalui

proses pemilahan sampah

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

19

Kecamatan Kasihan Kabupaten

Bantul, Yogyakarta

Mengetahui problem pada

pengelolaan sampah rumah

tangga berbasis masyarakat

Membuat suatu rekomendasi

untuk menyempurnakan

pengelolaan sampah rumah

tangga berbasis masyarakat

2. Problem utama dari

penerapan model ini adalah

pada soal bagaimana

mengubah paradigma dari

membuang sampah menjadi

pemanfaatan sampah.

3. Sistem pengelolaan sampah

rumah tangga berbasis

masyarakat dengan prinsip

3R melalui kegiatan

pemilahan sampah

merupakan solusi

paradigmatik, yaitu solusi

dari paradigma cara

mengelola sampah.

14. Joao Carlos Soares, 2011 Persepsi Masyarakat Terhadap

Pengelolaan Sampah Padat

Perkotaan di Kecamatan Dom

Aleixo Kabupaten Dili, Timor

Leste

Mengkaji persepsi

masyarakat terhadap usaha

pemerintah dalam

memberdayakan,

danmemfasilitasi

peran/serta masyarakat

dalam mengelola sampah

rumahtangganya

Mengakaji kelemahan-

kelemahan maupun

permasalahan

Mengkaji struktur

kelembagaan Pemerintah

Kota Dili guna

mempertegas pendelegasian

wewenang institusi

pengelolaan sampah

perkotaan

Membantu memfasilitasi

keterlibatan stakeholders

dalam mendukung program

pengelolaan sampah

Mix Methods

1. Belum adanya usaha

pemerintah timor leste dalam

rangka memberdayakan,

menguatkan, dan

menfasiitasi peran/serta

masyarakat dalam

pengelolaan sampah pada

perkotaan

2. Belum adanya perumusan

kebijakan dan peraturan

daerah dalam pengelolaan

sampah perkotaan

3. Tidak adanya kejelasan

struktur tata kelola sampah

Kota Dili mengakibatkan

pekerjaan pengelolaan

sampah Kota menjadi

tumpah tindih

4. Belum adanya peranan

stakeholder dalam setiap

program pemerintah dalam

pengelolaan sampah kota

15. Basuki, 2010 Pengelolaan Sampah di

Kampung Jogoyudan dan

Mengetahui perbedaan

pengelolaan sampah

penduduk menurut tingkat

Kuantitatif deskriptif 1. Terdapat pengaruh yang

positif antara variabe umur

terhadap pengelolaan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

20

Ratmakan di Bantaran Sungaai

Code Kota Yogyakarta

umur, tingkat pendidikan,

dan tingkat penghasilan

kepala keluarga

Dari tingkat umur,

pendidikan, dan

penghasilan manakah yang

berpengaruh terhadap

pengelolaan sampah

sampah, baik di kampung

Jogoyudan dan Kampung

Ratmakan

2. Ada perbedaan tingkat

pengelolaan sampah di

Kampung Ratmakan dengan

Kampung Jogoyudan,

pengelolaan sampah di

Kampung Ratmakan lebih

baik dari Kampung

Jogoyudan

3. Urutan pertama yang

berpengaruh terhadap

pengelolaan sampah adalah

variabel pendidikan, kedua

variabel umur

4. Penghasilan tidak

menunjukkan signifikan

terhadap peran serta dalam

pengelolaan sampah

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109375/potongan/S2-2017... · Gambaran Kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah beberapa tahun ...

21

16. Dody Iskandar, 2009 Kajian Lingkungan Kulturaal

Terhadap Persepsi, Sikap, dan

Perilaku Penduduk Dalam

Membuang Sampah di

Perkotaan Kecamatan Rengat

Kabupaten Indragiri Hulu

Propnsi Riau

Mengkaji respon penduduk

yang dicerminkan dalam

bentuk persepsi, sikap dan

perilaku dalam membuang

sampah berdasarkan

pendidikan, tingkat

pendapatan, jenis pekerjaan,

jumlah anggota keluarga

dan kondisi permukiman.

Mengkaji sistem

pembuangan sampah mula

dari rumah tangga sampai

tempat pembuangan akhir

Mengkaji bagaimana

strategi pengelolaan

lingkungan kultural supaya

persepsi, sikap dan perilaku

penduduk dalam membuang

sampah lebih baik dari

sebelumnya.

Kuantitatif deskriptif

a. Persepsi penduduk terhadap

pengelolaan sampah

Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin

baik tingkat persepsi

terhadap pengelolaan sampah

Jenis pekerjaan tidak dapat

menentukan persepsi

penduduk

Semakin baik tingkat

pendapatan maka semakin

baik tingkat persepsi

penduduk

Kepadatan pemukiman tidak

dapat menentukan persepsi

penduduk

b. Sikap penduduk terhadap

pengelolaan sampah

Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka akan

semakin baik sikap

terhadap pengelolaan

sampah

Semakin baik jenis

pekerjaan maka akan

semakin baik sikap

pengelolaan sampah