BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

9
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali akibat pembedahan atau kematian), tanpa tanda-tanda penyebab non vaskuler, termasuk didalamnya tanda- tanda perdarahan subaraknoid, perdarahan intraserebri, iskemik atau infark serebri (WHO MONICA Project,1997). Stroke merupakan penyakit neurologis yang serius dan paling banyak dijumpai serta angka kematian cukup tinggi. Stroke di Amerika Serikat, merupakan penyakit yang menyebabkan kematian nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang Amerika mengalami stroke dan 150.000 orang meninggal akibat stroke atau komplikasi segera setelah stroke (Goldszmidt et al, 2013). Data statistik dunia bersama WHO tahun 2002 menunjukkan 15 juta orang menderita stroke di seluruh dunia setiap tahun, dan mengakibatkan 5 juta orang diantaranya mengalami kematian dan 5 juta orang mengalami disabilitas permanen yang menimbulkan beban bagi keluarga yang bersangkutan dan komunitasnya (WHO, 2002). Diperkirakan setiap tahunnya 500.000 orang peduduk Indonesia mengalami serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat berat maupun ringan (Ovina, 2013). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi stroke di Indonesia mengalami 1 ©UKDW

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau

global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali akibat pembedahan atau

kematian), tanpa tanda-tanda penyebab non vaskuler, termasuk didalamnya tanda-

tanda perdarahan subaraknoid, perdarahan intraserebri, iskemik atau infark serebri

(WHO MONICA Project,1997). Stroke merupakan penyakit neurologis yang

serius dan paling banyak dijumpai serta angka kematian cukup tinggi. Stroke di

Amerika Serikat, merupakan penyakit yang menyebabkan kematian nomor 3

setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang

Amerika mengalami stroke dan 150.000 orang meninggal akibat stroke atau

komplikasi segera setelah stroke (Goldszmidt et al, 2013).

Data statistik dunia bersama WHO tahun 2002 menunjukkan 15 juta orang

menderita stroke di seluruh dunia setiap tahun, dan mengakibatkan 5 juta orang

diantaranya mengalami kematian dan 5 juta orang mengalami disabilitas

permanen yang menimbulkan beban bagi keluarga yang bersangkutan dan

komunitasnya (WHO, 2002). Diperkirakan setiap tahunnya 500.000 orang

peduduk Indonesia mengalami serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000

orang meninggal dan sisanya mengalami cacat berat maupun ringan (Ovina,

2013). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi stroke di Indonesia mengalami

1

©UKDW

2

peningkatan dari 8,3 per 1000 penduduk (2007) menjadi 12,1 per 1000 penduduk

(2013) dan yang telah terdiagnosis adalah sebanyak 57,9% dengan proporsi yang

sama antara laki-laki dan perempuan, yang insidensinya terus meningkat seiring

dengan peningkatan usia. Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, prevalensi

stroke tertinggi terdapat di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta

(10,3‰), kemudian disusul oleh Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-

masing 9,7 per mil(Riskesdas, 2013).

Stroke digolongkan menjadi dua, yaitu yang disebabkan oleh sumbatan aliran

darah ke otak yang dikenal sebagai stroke iskemik dan yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah di otak yang dikenal sebagai stroke perdarahan

(AHA/ASA, 2013). Stroke iskemik adalah salah satu sindrom neurologi yang

merupakan ancaman terbesar karena dapat menimbulkan kecacatan. Data register

stroke RS Bethesda Yogyakarta tahun 2011-2013 menunjukan jumlah penderita

stroke sebanyak 2460 pasien dan paling banyak adalah stroke iskemik yaitu

sebesar 74,67 % ( Pinzon, 2014). Penderita stroke saat ini masih menjadi pasien

terbanyak hampir semua pelayanan Poli Saraf di Rumah Sakit, seperti penelitian

yang dilakukan oleh Ovina 2013 di Poli Saraf RSUD Raden Mattaher Jambi pada

bulan mei-juni 2013 menunjukan bahwa stroke masih merupakan masalah utama

di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Angka morbiditas

berdasarkan jenis patologis stroke di dapatkan 66% adalah stroke infark yang

disebabkan oleh trombosis, 6% stroke infark oleh karena emboli, 24% stroke

perdarahan intraserebral dan 4% stroke perdarahan subarakhnoid

(Setyopranoto,2012).Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak berkurang,

©UKDW

3

akibat adanya sumbatan karena aterosklerosis (endapan kolesterol dan plak di

dalam dinding arteri) atau pembentukan bekuan darah (Kowalak et al, 2003).

Salah satu upaya untuk mencegah stroke adalah meningkatkan kadar HDL (WHO,

2002). Kadar HDL (High Density Lipoprotein) yang rendah merupakan salah

satu faktor risiko pada stroke iskemik selain hipertensi, diabetes, merokok,

alkohol, usia, penyakit jantung serta faktor risiko yang lainnya (Harsono, 2007,

Alway 2012). HDL (High Density Lipoprotein) atau yang sering disebut sebagai

kolesterol baik, berperan penting dalam “membuang” kelebihan kolesterol jahat

(LDL) di pembuluh arteri kembali ke hati untuk diproses dan dibuang sehingga

dapat mencegah terjadinya atherosklerosis (Soeharto, 2002). Meskipun sudah

diketahui demikian, namun perhatian terhadap kadar HDL seseorang masih sering

terabaikan.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kadar HDL memiliki pengaruh terhadap

luaran klinis stroke iskemik namun hasil ini masih menimbulkan perdebatan,

karena terdapat hasil penelitian yang berbeda-beda. Seperti pada penelitian yang

dilakukan oleh Yi-Heng Li et al (2013) pada 3.093 pasien stroke iskemik dengan

aterosklerosis, didapatkan hasil pasien yang memiliki kadar HDL rendah (≤

35mg/dL) memiliki tingkat keparahan yang tinggi serta luaran klinis yang buruk

yang ditandai dengan peningkatan modified Rankin Scale (mRS). Hasil penelitian

tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tian et al (2014)

terhadap 1568 pasien stroke iskemik akut di 4 Rumah Sakit di China yang

menunjukan hasil kadar HDL yang rendah merupakan faktor protektif terhadap

luaran klinis pasien stroke iskemik akut (luaran klinis lebih baik) yang diukur

©UKDW

4

dengan menggunakan National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS).

Penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2013) terhadap 63 pasien stroke

iskemik di RSUP Dr. Sardjito menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara kadar HDL saat masuk rumah sakit dengan gangguan

kemampuan Activity Daily Living (ADL) yang dinilai dengan indeks Barthel.

Berdasarkan studi epidemiologi melalui beberapa penelitian yang dilakukan oleh

beberapa peneliti mengenai hubungan antara kadar HDL dengan luaran klinis

pada pasien stroke iskemik didapatkan hasil yang berbeda-beda, belum jelas serta

penelitian mengenai hal ini di Indonesia masih jarang dilakukan sebelumnya.

Penelitian sebelumnya yang hasilnya masih berbeda/ bervariasi bahkan belum

jelas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kadar

HDL dengan luaran klinis pasien stroke iskemik dengan menggunakan subyek,

metode dan tempat yang berbeda. Penelitian ini akan dilakukan dengan

menggunakan data rekam medis pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan permasalahan sebagai

berikut :

1. Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan

modern saat ini yang memiliki insidensi tinggi di masyarakat tanpa

memandang jabatan ataupun tingkatan sosial ekonomi serta menjadi faktor

utama penyebab kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang.

©UKDW

5

2. Di Indonesia kejadian stroke iskemik lebih sering ditemukan dibanding

stroke hemoragik. Faktor risiko stroke iskemik salah satunya adalah

rendahnya HDL kolesterol.

3. Perhatian terhadap kadar HDL seseorang masih sering terabaikan.

4. Pengaruh kadar HDL saat masuk Rumah Sakit dengan luaran klinis stroke

iskemik masih kontroversi dan belum jelas.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas timbul pertanyaan penelitian : apakah

terdapat hubungan antara kadar HDL saat masuk RS dengan luaran klinis pasien

stroke iskemik ?

1.4.Tujuan

1.4.1. Tujuan umum :

Untuk mengetahui stroke iskemik serta faktor risiko yang

berpengaruh.

1.4.2. Tujuan khusus :

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kadar HDL saat masuk RS

dengan luaran klinis pasien stroke iskemik yang diukur dengan menggunakan

modified Rankin Scale (mRS).

1.5. Manfaat Penelitian :

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah :

©UKDW

6

1.5.1. Bagi klinisi/dokter

Apabila penelitian ini melalui uji statistik bermakna, maka dapatmenambah

wawasan mengenai hubungan antara kadar HDL dengan luaran klinis pada pasien

stroke iskemik akut, dan setelah itu diharapkan para klinisi/dokter dapat

membantu mencegah maupun 1.menangani kadar HDL yang rendah sebagai salah

satu faktor yang memperburuk luaran klinis sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup pasien.

1.5.2. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi yang penting bagi masyarakat khususnya keluarga

pasien mengenai pentingnya menjaga kadar lemak dalam darah sebagai salah satu

faktor risiko yang dapat memperburuk luaran klinis setelah serangan stroke,

dengan cara menjagapola makan, gayahidup serta upaya memeriksakan diri lebih

awal ke fasilitas kesehatan sebagai cara mengendalikan faktor risiko tersebut.

1.5.3. Bagi Insituasi Pelayanan Kesehatan

Dapat memberikan informasi lebih lanjut dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan terutama dalam hal manajemen pasien stroke iskemik dengan kadar

HDL yang rendah, dan juga dapat sebagai informasi untuk penyusunan

perencanaan penyuluhan mengenai faktor yang dapat memperburuk luaran klinis

pada pasien stroke sebagai langkah awal pencegahan kasus stroke di masyarakat.

1.6. KeaslianPenelitian

Pada tabel dibawah ini terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan

untuk mengetahui hubungan antara kadar HDL dengan kejadian dan luaran klinis

©UKDW

7

stroke iskemik. Penelitian yang dilakukan oleh Tian et al (2014) mengenai

dislipidemia dengan luaran klinis pasien stroke iskemik menunjukan bahwa kadar

LDL dan kolesterol total yang abnormal memiliki luaran klinis yang buruk,

sebaliknya untuk kadar HDL yang abnormal memiliki luaran klinis yang lebih

baik diukur dengan menggunakan NIHSS. Penelitian yang dilakukan oleh

Pamungkas (2013), menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar

HDL saat masuk Rumah Sakit dengan gangguan kemampuan ADL (Activity Daily

Living) yang dinilai dengan indeks Barthel pada pasien stroke iskemik. Yi- Heng

Li et al (2013) dalam penelitiannya pada 3.093 pasien stroke iskemik dengan

aterosklerosis, menunjukan pasien dengan kadar HDL rendah (≤35mg/dL)

memiliki hubungan dengan tingginya tingkat keparahan strokenya dan luaran

klinis yang buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Vauthey et al (2000)dengan

menggunakan metode kasus kontrol pada 3273 pasien, menunjukan hasil bahwa

pasien stroke dengankadar kolestrol yang tinggi berhubungan dengan luaran klinis

yang lebih baik pada fase awal setelah terjadi stroke iskemik. Penelitian yang

dilakukan oleh Sacco et al (2001) mengenai kadar HDL dan stroke iskemik pada

usia lanjut menunjukan hasil bahwa kadar HDL yang tinggi dapat mengurangi

risiko terjadinya stroke iskemik pada usia tua yang berbeda antar ras atau

kelompok etnis tertentu. Oleh karena hubungan antara kadar HDL dengan luaran

klinis pasien stroke iskemik belum memberikan hasil yang jelas dan masih

menimbulkan hasil yang bervariasi, sehingga penulis perlu melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai hubungan antara kadar HDL dengan luaran klinis stroke

iskemik dengan menggunakan metode penelitian kohort retrospektif yang pada

©UKDW

8

pada penelitian sebelumnya hanya digunakan oleh Pamungkas (2013) dan Sohail

et al (2013), subjek diambil dari RS Bethesda yang belum pernah dilakukan

sebelumnya untuk meneliti hubungan kadar HDL dengan luaran klinis stroke

iskemik, serta metode pengukuran menggunakan mRSuntuk menilai luaran klinis

yang sebelumnya hanya digunakan pada penelitian Sohail et al (2013), dengan

harapan diperoleh hasil penelitian yang bermanfaat dan signifikan.

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Peneliti Metode Subyek Hasil

Vauthey et al,

2000

Kasus kontrol 3273 pasien stroke

iskemik di Lausanne

Stroke Registry yang

akan dibagi dalam dua

kelompok yaitu yang

memiliki kolesterol

yang tinggi dan

kolesterol yang normal

Kolesterol total yang tinggi

berhubungan dengan luaran

klinis yang baik di fase

awal setelah terjadi stroke

iskemik diukur dengan

menggunakan ADL five-

level Scale (p < 0.001).

Ralph Iet al,

2001

Kasus kontrol 539 pasien stroke

iskemik sebagai

kelompok kasus dan

905 pasien stroke

iskemik sebagai

kelompok kontrol di

Northern Manhattan

Peningkatan kadar HDL

memiliki hubungan dengan

menurunnya risiko stroke

iskemik pada usia lanjut

dan pada berbagai ras,

dimana kulit hitam

memiliki angka mortalitas

dan insidensi yang lebih

tinggi.

Pamungkas, 2013 Kohort

retrospektif

63 pasien stroke

iskemik di RSUP Dr.

Sardjito

Tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara

hubungan kadar HDL saat

masuk Rumah Sakit dengan

gangguan kemampuan

ADL yang dinilai dengan

indeks Barthel pada pasien

stroke iskemik di RSUP Dr.

Sardjito

Sohail et al, 2013 Kohort

retrospektif

116 pasien di Shifa

International Hospital,

Islamabad, Pakistan

Hiperkolesterol memiliki

hubungan dengan tingginya

skor mRS yang

mengindikasikan luaran

klinis yang buruk (p =

0,025)

Tabel 1. Keaslian Penelitian

©UKDW

9

Peneliti Metode Subyek Hasil

Yi-Heng Li et al,

2013

Kohort prospektif 3.093 pasien stroke

iskemik dari Agustus

2006 sampai

Desember 2011 yang

memiliki rata-rata usia

67 tahun

Pasien dengan kadar HDL

rendah(≤35mg/dL)

memiliki hubungan dengan

tingginya tingkat keparahan

strokenya dan luaran klinis

yang buruk pada pasien

stroke dengan

aterosklerosis

menggunakan NIHSS (p <

0.001).

Tian et al, 2014 Prospektif dengan

regresi multivariat

1568 pasien stroke

iskemik akut dari 4

Rumah Sakit di

Provinsi Shandong

(China) Januari 2006

sampai Desember

2008

Terdapat hubungan antara

kadar total kolestrol, LDL,

HDL dengan luaran klinis

pasien stroke iskemik akut

yang diukur dengan

menggunakan NIHSS

(p<0.05). pasien dengan

kadar LDL dan kolestrol

total yang abnormal

memiliki luaran klinis yang

buruk, kadar HDL yang

normal memiliki luaran

klinis yang buruk dibanding

dengan kadar HDL yang

abnormal

©UKDW