BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf ·...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan air di berbagai daerah masih menjadi perdebatan atau kajian yang tidak kunjung rampung. Salah satunya pola pengelolaan oleh pemerintah daerah untuk keberlanjutan dan ketersediaan air hingga beberapa tahun ke depan. Berdasarkan laporan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah tahun 2015, pemanfaatan air di Jawa Timur berkisar 60% dari cadangan air yang ada, suatu jumlah dalam ukuran pengelolaan sumberdaya berkelanjutan berarti telah mendekati batas maksimum penggunaan yang diperkirakan sekitar 80%. 1 Kabupaten Malang sebagai salah satu daerah dengan sumber daya air yang berlimpah dengan kualitas air bersih yang tergolong baik pun mengalami hal serupa. Dimana distribusi air bersih di beberapa wilayah Kabupaten Malang belum berjalan secara merata. Masyarakat di Kabupaten Malang yang berada di wilayah Sumbermanjing Wetan selalu mengalami kekurangan air bersih terutama di musim kemarau. 2 Selain itu, kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan juga menjadi salah satu permasalahan pengelolaan sumber daya air di Kabupaten Malang. Dikatakan demikian karena dengan berlimpahnya sumber daya air yang ada di Kabupaten Malang juga dimanfaatkan dan dikelola secara langsung oleh masyarakat seringkali tidak sesuai dengan aspek pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. 1 Arifianto, A. K. (2017). Analisis Pengembangan Air Bawah Tanah Terhadap Kepuasan Masyarakat di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Jurnal Reka Buana Vol.2 No.1, 30-46, Hlm.31. 2 Ibid, Hlm.40.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan air di berbagai daerah masih menjadi perdebatan atau kajian yang

tidak kunjung rampung. Salah satunya pola pengelolaan oleh pemerintah daerah

untuk keberlanjutan dan ketersediaan air hingga beberapa tahun ke depan.

Berdasarkan laporan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah tahun 2015,

pemanfaatan air di Jawa Timur berkisar 60% dari cadangan air yang ada, suatu

jumlah dalam ukuran pengelolaan sumberdaya berkelanjutan berarti telah

mendekati batas maksimum penggunaan yang diperkirakan sekitar 80%.1

Kabupaten Malang sebagai salah satu daerah dengan sumber daya air yang

berlimpah dengan kualitas air bersih yang tergolong baik pun mengalami hal

serupa. Dimana distribusi air bersih di beberapa wilayah Kabupaten Malang

belum berjalan secara merata. Masyarakat di Kabupaten Malang yang berada di

wilayah Sumbermanjing Wetan selalu mengalami kekurangan air bersih terutama

di musim kemarau.2

Selain itu, kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk mengelola dan

memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan juga menjadi salah satu

permasalahan pengelolaan sumber daya air di Kabupaten Malang. Dikatakan

demikian karena dengan berlimpahnya sumber daya air yang ada di Kabupaten

Malang juga dimanfaatkan dan dikelola secara langsung oleh masyarakat

seringkali tidak sesuai dengan aspek pengelolaan sumber daya air berkelanjutan.

1Arifianto, A. K. (2017). Analisis Pengembangan Air Bawah Tanah Terhadap Kepuasan

Masyarakat di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Jurnal Reka Buana Vol.2

No.1, 30-46, Hlm.31. 2 Ibid, Hlm.40.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

2

Salah satu penelitian pengelolaan mata air Sumberawan berbasis masyarakat

di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang secara keseluruhan

masih cenderung dilakukan berdasar aspek pemanfaatan sumber daya air. Hal ini

dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang tata

cara pengelolaan sumber daya air. Sehingga, untuk mewujudkan pengelolaan

sumber daya air berdasar aspek konservasi dibutuhkan dukungan dan kepedulian

dari masyarakat dan pemerintah sebagai para stakeholder.3 Lebih lanjut,

pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kabupaten Malang dilakukan melalui

penggalian sumur di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat, sistem

perpipaan mandiri yang dilakukan oleh masyarakat hingga Pemerintah

Desa/Kelurahan, dan melalui jaringan perpipaan yang dilakukan oleh PDAM

Kabupaten Malang.

Sedangkan pengelolaan sumber air di Kota Malang terus dilakukan oleh

pemerintah sebagai salah satu upaya untuk menggali potensi sumber daya air yang

ada di Kota Malang maupun di daerah lain agar dapat memenuhi kebutuhan air

masyarakat secara maksimal. Hal demikian ini disesuaikan dengan terjadinya

pertumbuhan penduduk di Kota Malang yang kian bertambah pada setiap

tahunnya.

Kondisi demikian ini tentulah berpengaruh pada tingkat kebutuhan air bersih

di Kota Malang. Sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

bahwa tingkat pertumbuhan penduduk Kota Malang adalah 0,9% per tahun

3 Buwono, N. R., Muda, G. O., & Arsad, S. (2017). Pengelolaan Mata Air Sumberawan Berbasis

Masyarakat di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Jurnal Ilmiah

Perikanan dan Kelautan Vol.9 No.1 April, 25-36

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

3

dengan potensi perkembangan pelanggan sebesar 10.000 (sepuluh ribu) pada tiap

tahunnya.4

Adapun data kebutuhan air di Kota Malang berdasar pada jumlah pelanggan

dan pemakaian air rata-rata per tahun sebagaimana tabel berikut :

Tabel 1.1 Jumlah pemakaian air di Kota Malang Tahun 2014-2016

Tahun Jumlah Pelanggan Air Pemakaian Air Setahun

(m³)

2014 135.892 26.653.963

2015 146.795 28.542.929

2016 152.798 30.364.684

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2018

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya jumlah

pelanggan air di Kota Malang berpengaruh terhadap jumlah pemakaian air yang

disalurkan pada pelanggan. Sehingga, pertumbuhan penduduk dan terjadinya

peningkatan jumlah kebutuhan air di Kota Malang menjadi satu hal yang saling

mempengaruhi. Hal demikian ini tentulah menjadi tantangan bagi Pemerintah

Kota Malang untuk mampu memenuhi kebutuhan air di Kota Malang dengan

adanya keterbatasan sumber air yang ada. Karena lokasi 68,9% sumber air berada

di wilayah Kabupaten Malang, 19,4% di Kota Batu, dan hanya 11,7% di Kota

Malang5

Sehingga dibutuhkan tindakan nyata dari Pemerintah Kota Malang agar

pemenuhan kebutuhan air bersih di masyarakat dapat terwujud dengan maksimal.

Dimana hal demikian ini harus diimbangi dengan pengelolaan sumber daya air

4 Rencana Usaha Jangka Panjang (Business Plan) PDAM Kota Malang Tahun 2015-2019

5 Peraturan Walikota Malang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Penyediaan Air

Minum Kota Malang 2014-2018, Bab 2 Kondisi Umum Daerah, Hlm. Sub Bab Sumbe Air.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

4

berkelanjutan agar tidak terjadi pemanfaatan sumber air yang berlebihan dan

sumber air yang ada dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Oleh

karenanya, Pemerintah Kota Malang melaksanakan kerjasama dengan Pemerintah

Kabupaten Malang untuk kebutuhan air bersih di Kota Malang.

Perihal kerjasama antar daerah juga dijelaskan pada Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 Pasal 363 ayat 1 dan 2 dimana suatu daerah dalam meningkatkan

kesejahteraan rakyat dapat melaksanakan kerjasama yang berdasar pada

pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik yang saling

menguntungkan dan dapat dilakukan antar daerah, daerah dengan pihak ketiga,

dan daerah dengan lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri.

Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2018 tentang Kerjasama Daerah yang menyebutkan bahwa kerjasama daerah

dengan daerah lain merupakan usaha bersama yang dilakukan oleh daerah dengan

daerah lain dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah untuk kesejahteraan masyarakat dan percepatan pemenuhan

pelayanan publik.

Sehingga, momentum kerjasama daerah dalam pengelolaan sumber daya air

antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang

diputuskan melalui suatu Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten

Malang dengan Pemerintah Kota Malang Nomor 180/1366/429.012/2002 dan atau

Nomor 050/25/420.112/2002 tentang Pemanfaatan Mata Air Sumber Wendit

Kabupaten Malang. Dimana perjanjian kerjasama pengelolaan air ini berlaku

selama 20 (dua puluh) tahun dan akan mengalami perubahan-perubahan

kesepakatan yang akan dievaluasi setiap 3 (tiga) tahun satu kali.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

5

Berdasarkan kerjasama pemanfaatan dan pengelolaan air yang telah

diputuskan tersebut maka untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kota

Malang beberapa waktu terakhir, sebagian besar memanfaatkan beberapa titik

sumber air di wilayah Kabupaten Malang sebagai sumber air baku yang meliputi;

Sumber Air Wendit, Sumber Air Karangan, Sumber Air Sumbersari, dan Sumber

Air Sumber Pitu. Selebihnya, air baku tersebut berasal dari beberapa titik sumber

air di wilayah Kota Malang, yakni Sumber Badut, Sumur Dieng, Sumur

Sumbersari, Sumber Supiturang, dan Sumber Merjosari yang masih dalam tahap

pembangunan, serta memanfaatkan Sumber Air Binangun dan Sumber Air

Banyuning di wilayah Kota Batu.

Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kerjasama

pengelolaan sumber daya air ini ialah adanya perselisihan terkait biaya kontribusi

yang baru sehingga berpengaruh terhadap pembaruan Addendum Perjanjian

Kerjasama Pemanfaatan Sumber Wendit yang terhambat hingga 6 (enam) tahun

lamanya. Dimana seharusnya kegiatan koordinasi kerjasama yang seharusnya

rutin dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali juga belum terlaksana sebagaimana

mestinya.6

Perselisihan yang terjadi dalam kerjasama kedua daerah tersebut menjadi

salah satu hal yang menarik untuk dikaji. Mengingat, sudah seharusnya masing-

masing Pemerintah Daerah haruslah menjaga komitmen dan komunikasi dalam

kerjasama yang telah berlangsung lebih dari 10 (sepuluh) tahun ini. Terlebih,

Pemerintah Kota Malang dengan minimnya sumber air yang dimiliki tentulah

membutuhkan kerjasama pemanfaatan sumber air ini. Sehingga, perlu kiranya

6 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Arisanto Soeroyo, Kasubbag. Kerjasama Antar Daerah

Bagian Administrasi Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Malang pada 11 April 2018

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

6

dilakukan koordinasi dan komunikasi yang kuat agar kesepakatan kerjasama dapat

diterapkan secara sinergis dan masalah yang demikian tidak terulang kembali.

Lebih lanjut, penelitian tentang Kerjasama Antar Daerah Dalam Pengelolaan

Sumber Daya Air yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang dengan Kota

Batu dan Kabupaten Malang masih memiliki kelemahan terkait dengan regulasi

kerjasama antar daerah yakni jangka waktu pembahasan rutin pengelolaan dan

pemeliharaan sumber air yang hanya dilakukan pada beberapa tahun sekali. Maka

perlu kiranya dibentuk satu badan kerjasama antar daerah yang terlibat agar

pembahasan rutin pengelolaan dan pemeliharaan air dapat dilaksanakan dengan

baik.7

Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kerjasama memang tak dapat

dihindari. Sehingga pemerintah daerah harus menyadari nilai kemanfaatan dari

sebuah kerjasama yang dilakukan. Permasalahan pemahaman terhadap potensi

dan sumber daya yang dimiliki daerah dalam pelaksanaan kerjasama daerah

merupakan titik awal dan vital untuk mendalami pelaksanaannya. Kerjasama

daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan

pembangunan daerah dengan memperhatikan tingkat keterbatasan sumber daya

pengelolaan yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah itu sendiri.8

Demikian halnya dengan tujuan dilaksanakannya kerjasama ialah keuntungan

bagi kedua daerah. Kerjasama akan saling menguntungkan jika terjadi kesesuaian

pada kedua keunggulan tersebut antar pihak yang bekerjasama. Sebaliknya sifat

7 Pranata, A., Soeaidy, M. S., & Hanafi, I. (2016). Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Dalam

Pengelolaan Sumber Daya Air (Studi Pada Kerjasama Kota Malang dengan Kota Batu dan Kota

Malang dengan Kabupaten Malang Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air). Jurnal Administrasi

Publik (JAP), Vol.3, No.10, 1787-1791. 8Putra, I. R. (2004). Identifikasi Pelaksanaan Kerja Sama Daerah. Jurnal Bina Praja, Vol.6, No.2

Edisi Juni, 157-166

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

7

saling menggantikan (subtitution) memunculkan persaingan (competition) antar

pihak, sehingga bentuk kerjasamanya adalah spesialisasi yang merupakan

kesepakatan antar pihak.9

Sehingga mekanisme kerjasama daerah yang tepat dapat menjadi salah satu

penengah dalam permasalahan demikian. Akan tetapi, hal demikian ini tidak dapat

diterapkan secara keseluruhan karena kebijakan pada masing-masing pemerintah

daerah yang terlibat dalam kerjasama tentulah berbeda. pemanfaatan mekanisme

kerjasama antar daerah sebagai upaya peningkatan sinergitas kedua daerah tidak

dapat berjalan secara maksimal. Terlebih dalam pelaksanaan kerjasama antar

daerah terdiri atas organisasi lintas sektoral.

Dalam konteks kerjasama antar daerah, Intergovernmental Networks menjadi

satu hal penting karena dapat menjadi salah satu alternatif terbaik untuk

meningkatkan relasi kerjasama dan koordinasi antar lapisan dalam pelaksanaan

kerjasama antar daerah, yakni Pemerintah Kabupaten Malang dan Pemerintah

Kota Malang. Hal tersebut sangatlah krusial dalam suatu kerjasama antara daerah,

terlebih Intergovernmental Networks pada tingkatan daerah ini salah satunya

dapat diwujudkan melalui action networks, dimana masing-masing daerah secara

bersama membuat serangkaian program sebagai aksi bersama untuk menjalankan

kerjasama sesuai dengan proporsi dan kemampuannya masing-masing.

Selanjutnya, dalam Intergovernmental Networks ini kemudian terjadilah

proses untuk saling memahami dan mengetahui satu sama lain, terjadi pertukaran

informasi satu sama lain, identifikasi masalah secara bersama dan merencanakan

aksi untuk mengatasi masalah secara bersama pula. Hal demikian inilah yang

9Surkati, A. (2012). Otonomi Daerah Sebagai Instrumen Pertumbuhan Kesejahteraan dan

Peningkata Kerjasama Antar Daerah. MIMBAR, Vol.XXVIII, No.1, 39-46, Hlm. 42.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

8

menjadikan Intergovernmental Networks sesuai untuk mengkaji lebih dalam

kerjasama antar daerah.

Maka, Intergovernmental Networks diharapkan dapat mengkaji kerjasama

antar daerah dalam pengelolaan air yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Malang dengan Pemerintah Kota Malang ini secara mendalam. Dikatakan

demikian karena Intergovernmental Networks menjadi salah satu alternatif terbaik

untuk meningkatkan kinerja dan koordinasi kerjasama antar kedua daerah dalam

pelaksanaan kerjasama pengelolaan sumber daya air.

Kerjasama tersebut tidak hanya terdapat pemanfaatan sumber daya air saja

melainkan juga terjadi pengelolaan air secara berkelanjutan yang menjadi

tanggung jawab kedua daerah. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengkaji secara

komperehensif kerjasama Pemerintah Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota

Malang dalam pengelolaan Sumber Wendit. Agar kerjasama yang telah

dilaksanakan dalam kurun waktu lebih dari 10 (sepuluh) tahun tersebut dapat

berkembang ke arah yang lebih baik dan berjalan sesuai dengan kebutuhan

masing-masing daerah.

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada penjelasan latar belakang diatas, maka penting bagi peneliti

untuk mengkaji lebih lanjut terkait dengan pelaksanaan kerjasama antar daerah

dalam pengelolaan sumber air serta apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan

kerjasama tersebut. Sehingga penulis akan mengajukan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana kerjasama Pemerintah Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota

Malang dalam pengelolaan Sumber Wendit ?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

9

2. Apakah permasalahan yang timbul dari kerjasama Pemerintah Kabupaten

Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan Sumber Wendit ?

C. Tujuan

Berdasar rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan kerjasama Pemerintah Kabupaten

Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sumber daya air.

2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam kerjasama Pemerintah

Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sumber

daya air.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

bersifat teoritis maupun praktis, diantaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil dari penelitian dapat memberi manfaat dalam

perkembangan ilmu pengetahuan terkait dengan kerjasama antar daerah dalam

pengelolaan sumber daya air dan sebagai salah satu sumber referensi bagi pihak-

pihak yang melakukan penelitian serupa.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil dari penelitian dapat memberi manfaat sebagai berikut;

Pertama, bagi Pemerintah Daerah diharapkan hasil dari penelitian dapat menjadi

salah satu bahan kajian bagi Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah

Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota Malang untuk meningkatkan komitmen

dalam melaksanakan kerjasama yang telah disepakati dan sesuai dengan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

10

kebutuhan masing-masing daerah, serta terus memperkuat peran para stakeholder

yang terlibat yang dan kerangka regulasi kerjasama yang terkait.

Kedua, bagi Akademisi hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat

menjadi salah satu referensi, khususnya bagi para mahasiswa Jurusan Ilmu

Pemerintah Universitas Muhammadiyah Malang yang akan melakukan kajian

terhadap pelaksanaan kerjasama antar daerah, khususnya kerjasama dalam

pengelolaan sumber daya air. Ketiga, bagi Masyarakat diharapkan hasil dari

penelitian ini dapat menjadi referensi untuk meningkatkan kesadaran akan

pentingnya peran dan kesadaran masyarakat untuk mampu mengelola dan

memanfaatkan air secara berkelanjutan, khususnya bagi masyarakat Kabupaten

Malang dan Kota Malang.

E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan pengembangan konsep secara umum yang

berisikan uraian terkait beberapa istilah atau konsep yang dimuat dalam

penelitian. Adapun beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ialah

sebagai berikut :

a. Intergovernmental Networks

Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 363 tentang Pemerintah

Daerah dijelaskan bahwa kerjasama antar daerah dapat dikategorikan menjadi

kerjasama wajib dan kerjasama sukarela. Kerjasama wajib merupakan kerjasama

yang dilakukan antar daerah dengan wilayah yang berbatasan untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan dengan eksternalitas lintas daerah dan

penyediaan layanan publik yang lebih efisien apabila dilakukan secara bersama.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

11

Sedangkan kerjasama sukarela merupakan kerjasama yang dilakukan oleh daerah

yang berbatasan maupun tidak berbatasan dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan dinilai akan lebih efektif dan

efisien apabila dilakukan secara bersama dengan daerah lain.

Terkait dengan kerjasama antar daerah, dalam pola Intergovernmental

Networks didefinisikan sebagai inter relasi antar daerah, dimana kedudukan

masing-masing daerah bersifat bebas dan mandiri dengan tidak adanya

kewenangan sentral untuk melakukan relasi satu sama lain. Dimana karakter

kerjasama antar daerah yang berbasis pada Intergovernmental Networks pada

tingkatan daerah sangat berbeda dengan karakter kerjasama antar daerah yang

mengandalakan pola organisasi rasional.

Tidak ada struktur kewenangan sentral dan tujuan dari kerjasama tersebut

merupakan hasil kesepakatan dari daerah-daerah yang menjadi anggota forum

kerjasama antar daerah sebagai perwujudan dari aksi bersama (collective

action).10

Maka kedudukan masing-masing daerah yang bekerjasama adalah

sejajar dan memiliki tujuan bersama yang jelas pula.

Dimana dalam pelaksanaan kerjasama masing-masing daerah mendapatkan

manfaat dan keuntungan yang seimbang. Upaya tersebut maka perlu adanya

komunikasi dan pemahaman yang baik antar semua pihak agar tujuan kerjasama

dapat tercapai. Mengingat kerjasama antar daerah seringkali dilakukan sebagai

alternatif pemanfaatan sumber daya antar daerah untuk meningkatkan pelayanan

10

Laporan Penelitian Tim Peneliti Program S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM, A. P.

(2007). Model Kerjasama Antar Daerah. Yogyakarta, Hlm.12.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

12

pada masyarakat. Sehingga pelayanan pada masyarakat dapat berjalan secara

optimal dengan adanya kerjasama yang dilakukan antar daerah.

b. Pengelolaan Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu sumber bagi kehidupan yang dibutuhkan oleh

manusia dan semua makhluk hidup yang ada. Dimana kualitas dan kuantitas air

yang melimpah dan layak konsumsi sangat diperlukan. Mengingat keberadaan air

telah menjadi suatu kepentingan komersial sebagai akibat dari pemenuh

kebutuhan manusia. Tak heran jika air menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi jalannya pembangunan berbagai sektor. Oleh karenanya,

pengelolaan sumber daya air perlu dilakukan berdasar pada aspek konservasi

yakni dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber air dilakukan

secara berkelanjutan. Sehingga, dalam perwujudannya dibutuhkan peran serta dari

masyarakat, pemerintah hingga swasta sebagai stakehokder yang terlibat. Agar

tidak terjadi eksploitasi sumber daya air yang dapat menghancurkan keberadaan

sumber air.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu konsep berisikan indikator-indikator yang

mampu menunjukkan konsep yang dimaksudkan sehingga dapat

mengoperasionalkan permasalahan-permaslahan yang ada di lapangan. Adapun

definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

13

a. Kerjasama Pemerintah Kabupaten Malang Dan Pemerintah Kota

Malang dalam Pengelolaan Sumber Wendit

1. Pembentukan kerjasama pengelolaan Sumber Wendit

2. Mekanisme kerja dalam kerjasama pengelolaan Sumber Wendit

a. Mekanisme kerja Pemerintah Kota Malang

b. Mekanisme kerja Pemerintah Kabupaten Malang

c. Mekanisme kerja Pemerintah Provinsi dan Pusat

3. Kesepakatan kerjasama pengelolaan Sumber Wendit

4. Hasil kerjasama pengelolaan Sumber Wendit

a. Penyediaan sumber daya oleh kedua daerah

b. Terwujudnya Action networks dalam kerjasama pengelolaan Sumber

Wendit

5. Evaluasi dalam kerjasama pengelolaan Sumber Wendit

b. Permasalahan dalam Kerjasama Pengelolaan Sumber Wendit

1. Perselisihan terkait nilai biaya kontribusi antar kedua daerah.

2. Koordinasi yang kurang intens antar kedua daerah

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Dimana

penelitian kualitatif yang dimulai dengan asumsi, lensa penafsiran/teoritis, dan

studi tentang permasalahan riset yang meneliti bagaimana individu atau kelompok

memaknai permasalahan sosial atau kemanusiaan. Para peneliti mengumpulkan

data di lingkungan alamiah dengan tetap menjaga kepekaan terhadap masyarakat

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

14

yang diteliti, dan mereka menganalisis data mereka secara induktif dan deduktif

untuk membentuk pola atau tema.11

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah pendekatan studi kasus yang penelitiannya mengeksplorasi

kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem

terbatas (berbagai kasus), melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam

yang melibatkan beragam sumber informasi atau sumber informasi majemuk

(misalnya pengamatan, wawancara, bahan audiovisual, dan dokumen dan berbagai

laporan), dan melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus. Satuan analisis dalam

studi kasus bisa berupa kasus majemuk (studi multi situs) atau kasus tunggal

(studi dalam situs).12

Ciri-ciri dari penelitian studi kasus secara umum ialah adanya identifikasi

kasus yang spesifik dengan tujuan memberikan pemahan terkait dengan isu atau

permasalahan yang diambil. Sehingga, penelitian yang dilakukan dapat mendalam

dan tidak terpaku pada satu sumber data saja. Adapun tipe dari studi kasus

kualitatif dapat dibedakan berdasarkan ukuran batasan dari studi kasus dan

berdasarkan dalam hal tujuan dari analisis kasusnya.

Dalam penelitian ini digunakan tipe studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik

berfokus pada suatu kasus yang tidak biasa. Dimana untuk dapat memahami isu

atau permasalahan yang diteliti dilakukan secara spesifik dengan menyeleksi

kasus tersebut agar permasalahan yang terjadi dapat dipahami secara baik dan

11 Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset (Memilih Diantara Lima

Pendekatan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hlm.87.

12 Ibid, Hlm.135.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

15

benar. Pemilihan tipe studi kasus intrinsik dilakukan agar permasalahan yang

terjadi dalam kerjasama pengelolaan sumber daya air antara Pemerintah

Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang dapat dilihat secara spesifik

dan dapat dianalisis secara holistik.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan sumber informasi yang digunakan oleh penelitia

sebagai bahan pokok kajian dalam melaksanakan penelitian. Dimana sumber data

tersebut berupa informasi akurat terkait dengan data yang dibutuhkan dalam

penelitian. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi

menjadi 2 (dua) diantaranya ialah :

a. Data Primer

Data primer adalah suatu informasi yang diperoleh dari sumber pertama,

yakni berupa hasil obersvasi dan hasil wawancara dengan informan penelitian

yang relevan, tepat dan akurat agar mendapatkan data dari lokasi penelitian

dengan narsumber yang dapat dipercaya. Sehingga, dapat mempermudah peneliti

untuk mencari informasi dan bahan data yang dibutuhkan selama penelitian.

Dikatakan demikian, karena peneliti berhadapan langsung melalui kegiatan

wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan

kerjasama dalam pengelolaan sumber air Pemerintah Kabupaten Malang dengan

Pemerintah Kota Malang.

Selain itu, data primer ini dapat digunakan sebagai bukti bahwa data

diperoleh secara langsung dari instansi atau lembaga dan pihak-pihak terkait yang

menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan ialah

hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terakit dengan kerjasama pengelolaan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

16

sumber daya air yaitu; Kasubag. Kerjasama Pemerintah Daerah Sekretariat

Daerah Kabupaten Malang, Kabid. Bina Manfaat dan Kemitraan Sumber Daya

Air DPUSDA Kabupaten Malang, Kabag. Bagian SDA dan Pengembangan

Infrastuktur Sekretariat Daerah Kota Malang, Asisten Manajer Hukum PDAM

Kota Malang, dan Manajer Produksi PDAM Kota Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan dari pohak

kedua atau secara tidak langsung yang digunakan sebagai pendukung data primer.

Data yang diperoleh tentulah dalam bentuk data yang sudah jadi atau sudah

dikelola baik oleh instansi, lembaga, atau bahkan peneliti terdahulu yang sesuai

dengan penelitian yang dilakukan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini

ialah sumber data yang sudah ada dan relevan baik berupa Undang-Undang,

Peraturan Kementerian Dalam Negeri, Peraturan Daerah, Dokumen Perjanjian

Kerjasama, buku, jurnal, koran-koran lokal dan internet yang sesuai dengan

penelitian ini.

Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya

Air, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 tentang

Tata Cara Kerjasama Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun

2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah, dan Addendum III

Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah

Kota Malang tentang Pemanfaatan Air Sumber Wendit Kabupaten Malang Nomor

119/08/421.022.2012 dan atau Nomor 050/-/35.73.112/2012. Selain itu, data

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

17

sekunder yang digunakan berupa skripsi, jurnal, dan buku terkait dengan

kerjasama antar daerah dalam pengelolaan sumber daya air.

3. Teknik Pengumpulan Data

Keberadaan data menjadi suatu hal penting dalam penelitian, yangmana data

tersebut nantinya digunakan sebagai dasar untuk menjawab rumusan

permasalahan dalam penelitian. Maka dalam prosesnya, data diperoleh dengan

menggunakan metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk mengolah

dan menganalisis data tersebut. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

oleh peneliti dalam melakukan penelitian diantaranya :

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

dengan melakukan pencatatan secara sistem atis terhadap hal-hal yang terkait

dengan penelitian. Sehingga, peneliti mampu melakukan pengamatan secara

terstruktur dan relevan dengan apa yang akan diamati, kapan dan dimana

tempatnya. Maka dari itu, dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur

dengan merancang pelaksanaan observasi secara sistematis yang terkait dengan

pelaksanaan kerjasama dalam pengelolaan sumber air antara Pemerintah

Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang.

b. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh peneliti

dengan narasumber atau informan penelitian. Dimana, pengambilan data biasanya

diiringi dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara

(interview guide). Tujuan dilakukannya wawancara ialah untuk mendapatkan

informasi akurat dan langsung dari narasumber.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

18

Demikian halnya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara

terstruktur berupa wawancara langsung yang disusun secara rinci dengan

memggunakan interview guide untuk mempermudah peneliti dalam mendapatkan

informasi dan data yang dibutuhkan. Sehingga, selama proses wawancara

berlangsung peneliti akan mengajukan berbagai pertanyaan yang terkait dengan

pelaksanaan dan permasalahan dalam kerjasama pengelolaan sumber air antara

Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu bentuk penyelidikan yang digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan informasi dan data terkait dengan kajian penelitian.

Dimana peneliti dapat melakukan pencatatan terhadap berbagai dokumen

resmi,laporan-laporan, maupun arsip-arsip relevan yang diperoleh dari sumber

data primer dan sekunder. Dengan kata lain, data tersebut dapat berupa Peraturan

Perundang-undangan, Perjanjian Kerjasama Kabupaten Malang dengan Kota

Malang, Jurnal terkait, dan penelitian sebelumnya tentang kerjasama antar daerah

di Indonesia.

4. Informan Penelitian

Informan penelitian menjadi suatu bagian penting yang menjadi perhatian

peneliti, dikarenakan informan penelitian ini berkedudukan sebagai narasumber

yang dianggap menguasai dan mampu menjawab berbagai hal terkait dengan

pelaksanaan dan permasalahan dalam pengelolaan sumber air antara Pemerintah

Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang.

Adapun informan dalam penelitian ini ialah :

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

19

a. Kasubag. Kerjasama Pemerintah Daerah Sekretariat Daerah Kabupaten

Malang,

b. Kabid. Bina Manfaat dan Kemitraan Sumber Daya Air DPUSDA Kabupaten

Malang,

c. Kabag. Bagian SDA dan Pengembangan Infrastuktur Sekretariat Daerah Kota

Malang

d. Asisten Manajer Hukum PDAM Kota Malang,

e. Manajer Produksi PDAM Kota Malang.

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat tujuan yang dijadikan sebagai sasaran

penelitian oleh penulis yang sesuai dengan kebutuhan bahan kajian penulis.

Secara umum, yang menjadi lokasi penelitian ialah wilayah Kabupaten Malang

dan Kota Malang. Adapun yang akan menjadi tempat tujuan peneliti untuk

mendapatkan informasi dan data yang akurat ialah Kantor Pusat PDAM Kota

Malang.

6. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu kegiatan terstruktur untuk mengelompokkan

informasi dan data yang diperoleh dan saling berkaitan antar bagiannya. Adapun

proses yang dilakukan dalam menganalisis data ialah sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses untuk merangkum, memilah, dan

memfokuskan data yang telah diperoleh penulis. Biasanya, dalam proses ini

dilakukan penarikan rangkuman sebagai inti dari penelitian yang berguna untuk

mempertajam analisi dan pengkategorian terhadap data di lapangan dengan data

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

20

penelitian. Sehingga, peneliti mendapatkan gambaran secara spesifik dan

mempermudah peneliti untuk tetap berada pada data jalan penelitian.

Sehingga dalam penelitian ini, data-data yang terkait dengan kerjasama

Pemerintah Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan

sumber daya air dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian digolongkan ke

dalam tiap-tiap permasalahan sehingga dari data tersebut dapat ditarik suatu

kesimpulan.

b. Display Data

Penyajian data merupakan pengorganisasian dari hasil reduksi data yang telah

tersusun. Dimana penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk naratif, bagan,

hingga diagram alur. Secara keseluruhan, penyajian data juga menjadi tolak ukur

tercapainya analisis data yang valid dengan proses analisis berkerlanjutan.

Sehingga, penyajian data yang terstruktur tersebut dapat memudahkan peneliti

dalam mendeskripsikan data yang diperoleh terkait dengan kerjasama Pemerintah

Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sumber daya

air.

c. Penarikan Kesimpulan

Tahap ini merupakan tahapan penarikan kesimpulan dari data yang telah

diperoleh di lapangan dan tentunya telah di analisis melalui penyajian data. Maka,

dalam penarikan kesimpulan berisikan penjelasan akhir dari proses pemecahan

masalah dalam penelitian yang dijelaskan secara rinci dan ringkas.

7. Kerangka Berfikir

Intergovernmental network dalam pengelolaan Sumber Wendit dalam

perwujudannya berdasar pada 4 (empat) komponen yakni, Pertama administrator

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

21

sebagai pihak inisiator, dan implementator dalam proses pembangunan hingga

pelaksanaan kerjasama yang memegang peranan penting dalam aktivasi kerjasama

sehingga dijadikan sebagai salah satu penentu keberhasilan kerjasama. Adapun

adminsitrator dalam kerjasama pengelolaan Sumber Wendit ialah Pemerintah

Kota Malang dan Pemerintah Kabupaten Malang yang dalam prosesnya

membangun dan mengembangkan interaksi, pertukaran informasi, dan identifikasi

masalah.

Kedua, participating organization merupakan partisipasi organisasi

pendukung sebagai fasilitator dan pendukung kerjasama dalam sumber

pendanaan. Sehingga, dalam kerjasama pengelolaan Sumber Wendit hal ini

berarti adanya dukungan pendanaan dari Pemerintah Kota Malang terhadap

PDAM Kota Malang sebagai implementator kerjasama.

Ketiga, interorganizational process atau proses terjadinya perumusan

program dan strategi hingga kesepakatan kerjasama antar daerah. Adapun dalam

komponen ini telah terjadi komunikasi lintas sektoral antara Pemerintah Kota

Malang dengan Pemerintah Kabupaten Malang untuk melakukan sinergitas

kesepakatan kerjasama yang akan dilakukan secara bersama-sama untuk

mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Malang.

Keempat, interorganizational outcomes atau hasil kerjasama yang telah

dilakukan oleh masing-masing daerah yang diukur melalui pertukaran sumber

daya dan sejauh mana pelaksanaan kerjasama dilakukan oleh kedua daerah.

Dalam hal ini, Pemerintah Kota Malang sebagai penyedia sumber daya manusia

yang kompeten sebagai pelaksana dan penanggung jawab kerjasama pengelolaan

Sumber Wendit dan Pemerintah Kabupaten Malang sebagai penyedia sumber air

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

22

baku berupa Sumber Wendit yang dapat diakses oleh Pemerintah Kota Malang

sesuai dengan kesepakatan kerjasama. Kemudian, pelaksanaan kerjasama oleh

kedua daerah yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari kerjasama. Adapun hasil

dari kerjasama pengelolaan Sumber Wendit ialah terpenuhinya kebutuhan air di

Kota Malang, khususnya di Kelurahan Mojolangu dan Kelurahan Buring.

Maka sesuai dengan intergovernmental networks maka kerjasama

pengelolaan Sumber Wendit merupakan perwujudan dari Action Networks.

Karena dalam pelaksanaan program dan strategi oleh masing-masing daerah yang

dilakukan sesuai dengan proporsi dan kemampuan masing-masing daerah serta

dilakukannya evaluasi kerjasama pengelolaan Sumber Wendit oleh kedua daerah.

Adapun kunci keberhasilan kerjasama antar daerah yang ditekankan pada

suatu tindakan bersama (collective action) melalui beberapa komponen tersebut

dapat dilihat dari adanya sinergitas kedua daerah, meningkatnya komitmen dan

interaksi antar kedua daerah yang keseluruhan berpengaruh terhadap pelaksanaan

kerjasama pengelolaan Sumber Wendit.

Berikut merupakan bagan kerangka berfikir yang di dalamnya terdapat

hubungan antara proses dan hasil yang dicapai dalam kerjasama antara

Pemerintah Kota Malang dengan Pemerintah Kabupaten Malang sesuai dengan

komponen intergovernmental networks dan tetap mengacu pada kerangka regulasi

yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan kedua daerah.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41800/2/BAB I.pdf · daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah

23

Bagan 1.1 Kerangka Berfikir Penelitian

Intergovermental Networks

Pemerintah Kabupaten Malang Pemerintah Kota Malang

DPUSDA

Kabupaten Malang PDAM Kota Malang

Fasilitasi oleh masing-masing Pemerintah

Daerah

Penyedia air baku

Memberikan izin pemanfaatan

dan pengelolaan Sumber Wendit

Memelihara keberlangsungan

pemanfaatan dan pengelolaan

Sumber Wendit

Memanfaatkan dan mengelola

Sumber Wendit

Mengajukan izin pemanfaatan

dan pengelolaan Sumber Wendit

Mengelola, merawat,

melestarikan Sumber Wendit

sebatas luas tanah yang menjadi

tanggung jawabnya

Memenuhi kebutuhan air di Kota Malang

Berdasar pada :

Pasal 87 UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang

Nomor180/1366/429.012/2002 dan atau Nomor 050/25/420.112/2002 tentang Pemanfaatan Mata Air

Sumber Wendit Kabupaten Malang

Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2018