1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan air di berbagai daerah masih menjadi perdebatan atau kajian yang
tidak kunjung rampung. Salah satunya pola pengelolaan oleh pemerintah daerah
untuk keberlanjutan dan ketersediaan air hingga beberapa tahun ke depan.
Berdasarkan laporan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah tahun 2015,
pemanfaatan air di Jawa Timur berkisar 60% dari cadangan air yang ada, suatu
jumlah dalam ukuran pengelolaan sumberdaya berkelanjutan berarti telah
mendekati batas maksimum penggunaan yang diperkirakan sekitar 80%.1
Kabupaten Malang sebagai salah satu daerah dengan sumber daya air yang
berlimpah dengan kualitas air bersih yang tergolong baik pun mengalami hal
serupa. Dimana distribusi air bersih di beberapa wilayah Kabupaten Malang
belum berjalan secara merata. Masyarakat di Kabupaten Malang yang berada di
wilayah Sumbermanjing Wetan selalu mengalami kekurangan air bersih terutama
di musim kemarau.2
Selain itu, kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan juga menjadi salah satu
permasalahan pengelolaan sumber daya air di Kabupaten Malang. Dikatakan
demikian karena dengan berlimpahnya sumber daya air yang ada di Kabupaten
Malang juga dimanfaatkan dan dikelola secara langsung oleh masyarakat
seringkali tidak sesuai dengan aspek pengelolaan sumber daya air berkelanjutan.
1Arifianto, A. K. (2017). Analisis Pengembangan Air Bawah Tanah Terhadap Kepuasan
Masyarakat di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Jurnal Reka Buana Vol.2
No.1, 30-46, Hlm.31. 2 Ibid, Hlm.40.
2
Salah satu penelitian pengelolaan mata air Sumberawan berbasis masyarakat
di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang secara keseluruhan
masih cenderung dilakukan berdasar aspek pemanfaatan sumber daya air. Hal ini
dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang tata
cara pengelolaan sumber daya air. Sehingga, untuk mewujudkan pengelolaan
sumber daya air berdasar aspek konservasi dibutuhkan dukungan dan kepedulian
dari masyarakat dan pemerintah sebagai para stakeholder.3 Lebih lanjut,
pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kabupaten Malang dilakukan melalui
penggalian sumur di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat, sistem
perpipaan mandiri yang dilakukan oleh masyarakat hingga Pemerintah
Desa/Kelurahan, dan melalui jaringan perpipaan yang dilakukan oleh PDAM
Kabupaten Malang.
Sedangkan pengelolaan sumber air di Kota Malang terus dilakukan oleh
pemerintah sebagai salah satu upaya untuk menggali potensi sumber daya air yang
ada di Kota Malang maupun di daerah lain agar dapat memenuhi kebutuhan air
masyarakat secara maksimal. Hal demikian ini disesuaikan dengan terjadinya
pertumbuhan penduduk di Kota Malang yang kian bertambah pada setiap
tahunnya.
Kondisi demikian ini tentulah berpengaruh pada tingkat kebutuhan air bersih
di Kota Malang. Sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
bahwa tingkat pertumbuhan penduduk Kota Malang adalah 0,9% per tahun
3 Buwono, N. R., Muda, G. O., & Arsad, S. (2017). Pengelolaan Mata Air Sumberawan Berbasis
Masyarakat di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol.9 No.1 April, 25-36
3
dengan potensi perkembangan pelanggan sebesar 10.000 (sepuluh ribu) pada tiap
tahunnya.4
Adapun data kebutuhan air di Kota Malang berdasar pada jumlah pelanggan
dan pemakaian air rata-rata per tahun sebagaimana tabel berikut :
Tabel 1.1 Jumlah pemakaian air di Kota Malang Tahun 2014-2016
Tahun Jumlah Pelanggan Air Pemakaian Air Setahun
(m³)
2014 135.892 26.653.963
2015 146.795 28.542.929
2016 152.798 30.364.684
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2018
Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya jumlah
pelanggan air di Kota Malang berpengaruh terhadap jumlah pemakaian air yang
disalurkan pada pelanggan. Sehingga, pertumbuhan penduduk dan terjadinya
peningkatan jumlah kebutuhan air di Kota Malang menjadi satu hal yang saling
mempengaruhi. Hal demikian ini tentulah menjadi tantangan bagi Pemerintah
Kota Malang untuk mampu memenuhi kebutuhan air di Kota Malang dengan
adanya keterbatasan sumber air yang ada. Karena lokasi 68,9% sumber air berada
di wilayah Kabupaten Malang, 19,4% di Kota Batu, dan hanya 11,7% di Kota
Malang5
Sehingga dibutuhkan tindakan nyata dari Pemerintah Kota Malang agar
pemenuhan kebutuhan air bersih di masyarakat dapat terwujud dengan maksimal.
Dimana hal demikian ini harus diimbangi dengan pengelolaan sumber daya air
4 Rencana Usaha Jangka Panjang (Business Plan) PDAM Kota Malang Tahun 2015-2019
5 Peraturan Walikota Malang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum Kota Malang 2014-2018, Bab 2 Kondisi Umum Daerah, Hlm. Sub Bab Sumbe Air.
4
berkelanjutan agar tidak terjadi pemanfaatan sumber air yang berlebihan dan
sumber air yang ada dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Oleh
karenanya, Pemerintah Kota Malang melaksanakan kerjasama dengan Pemerintah
Kabupaten Malang untuk kebutuhan air bersih di Kota Malang.
Perihal kerjasama antar daerah juga dijelaskan pada Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Pasal 363 ayat 1 dan 2 dimana suatu daerah dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat dapat melaksanakan kerjasama yang berdasar pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik yang saling
menguntungkan dan dapat dilakukan antar daerah, daerah dengan pihak ketiga,
dan daerah dengan lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri.
Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2018 tentang Kerjasama Daerah yang menyebutkan bahwa kerjasama daerah
dengan daerah lain merupakan usaha bersama yang dilakukan oleh daerah dengan
daerah lain dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah untuk kesejahteraan masyarakat dan percepatan pemenuhan
pelayanan publik.
Sehingga, momentum kerjasama daerah dalam pengelolaan sumber daya air
antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang
diputuskan melalui suatu Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten
Malang dengan Pemerintah Kota Malang Nomor 180/1366/429.012/2002 dan atau
Nomor 050/25/420.112/2002 tentang Pemanfaatan Mata Air Sumber Wendit
Kabupaten Malang. Dimana perjanjian kerjasama pengelolaan air ini berlaku
selama 20 (dua puluh) tahun dan akan mengalami perubahan-perubahan
kesepakatan yang akan dievaluasi setiap 3 (tiga) tahun satu kali.
5
Berdasarkan kerjasama pemanfaatan dan pengelolaan air yang telah
diputuskan tersebut maka untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kota
Malang beberapa waktu terakhir, sebagian besar memanfaatkan beberapa titik
sumber air di wilayah Kabupaten Malang sebagai sumber air baku yang meliputi;
Sumber Air Wendit, Sumber Air Karangan, Sumber Air Sumbersari, dan Sumber
Air Sumber Pitu. Selebihnya, air baku tersebut berasal dari beberapa titik sumber
air di wilayah Kota Malang, yakni Sumber Badut, Sumur Dieng, Sumur
Sumbersari, Sumber Supiturang, dan Sumber Merjosari yang masih dalam tahap
pembangunan, serta memanfaatkan Sumber Air Binangun dan Sumber Air
Banyuning di wilayah Kota Batu.
Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kerjasama
pengelolaan sumber daya air ini ialah adanya perselisihan terkait biaya kontribusi
yang baru sehingga berpengaruh terhadap pembaruan Addendum Perjanjian
Kerjasama Pemanfaatan Sumber Wendit yang terhambat hingga 6 (enam) tahun
lamanya. Dimana seharusnya kegiatan koordinasi kerjasama yang seharusnya
rutin dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali juga belum terlaksana sebagaimana
mestinya.6
Perselisihan yang terjadi dalam kerjasama kedua daerah tersebut menjadi
salah satu hal yang menarik untuk dikaji. Mengingat, sudah seharusnya masing-
masing Pemerintah Daerah haruslah menjaga komitmen dan komunikasi dalam
kerjasama yang telah berlangsung lebih dari 10 (sepuluh) tahun ini. Terlebih,
Pemerintah Kota Malang dengan minimnya sumber air yang dimiliki tentulah
membutuhkan kerjasama pemanfaatan sumber air ini. Sehingga, perlu kiranya
6 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Arisanto Soeroyo, Kasubbag. Kerjasama Antar Daerah
Bagian Administrasi Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Malang pada 11 April 2018
6
dilakukan koordinasi dan komunikasi yang kuat agar kesepakatan kerjasama dapat
diterapkan secara sinergis dan masalah yang demikian tidak terulang kembali.
Lebih lanjut, penelitian tentang Kerjasama Antar Daerah Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Air yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang dengan Kota
Batu dan Kabupaten Malang masih memiliki kelemahan terkait dengan regulasi
kerjasama antar daerah yakni jangka waktu pembahasan rutin pengelolaan dan
pemeliharaan sumber air yang hanya dilakukan pada beberapa tahun sekali. Maka
perlu kiranya dibentuk satu badan kerjasama antar daerah yang terlibat agar
pembahasan rutin pengelolaan dan pemeliharaan air dapat dilaksanakan dengan
baik.7
Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kerjasama memang tak dapat
dihindari. Sehingga pemerintah daerah harus menyadari nilai kemanfaatan dari
sebuah kerjasama yang dilakukan. Permasalahan pemahaman terhadap potensi
dan sumber daya yang dimiliki daerah dalam pelaksanaan kerjasama daerah
merupakan titik awal dan vital untuk mendalami pelaksanaannya. Kerjasama
daerah tersebut memberikan nilai positif dalam mendukung kegiatan
pembangunan daerah dengan memperhatikan tingkat keterbatasan sumber daya
pengelolaan yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah itu sendiri.8
Demikian halnya dengan tujuan dilaksanakannya kerjasama ialah keuntungan
bagi kedua daerah. Kerjasama akan saling menguntungkan jika terjadi kesesuaian
pada kedua keunggulan tersebut antar pihak yang bekerjasama. Sebaliknya sifat
7 Pranata, A., Soeaidy, M. S., & Hanafi, I. (2016). Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air (Studi Pada Kerjasama Kota Malang dengan Kota Batu dan Kota
Malang dengan Kabupaten Malang Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air). Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol.3, No.10, 1787-1791. 8Putra, I. R. (2004). Identifikasi Pelaksanaan Kerja Sama Daerah. Jurnal Bina Praja, Vol.6, No.2
Edisi Juni, 157-166
7
saling menggantikan (subtitution) memunculkan persaingan (competition) antar
pihak, sehingga bentuk kerjasamanya adalah spesialisasi yang merupakan
kesepakatan antar pihak.9
Sehingga mekanisme kerjasama daerah yang tepat dapat menjadi salah satu
penengah dalam permasalahan demikian. Akan tetapi, hal demikian ini tidak dapat
diterapkan secara keseluruhan karena kebijakan pada masing-masing pemerintah
daerah yang terlibat dalam kerjasama tentulah berbeda. pemanfaatan mekanisme
kerjasama antar daerah sebagai upaya peningkatan sinergitas kedua daerah tidak
dapat berjalan secara maksimal. Terlebih dalam pelaksanaan kerjasama antar
daerah terdiri atas organisasi lintas sektoral.
Dalam konteks kerjasama antar daerah, Intergovernmental Networks menjadi
satu hal penting karena dapat menjadi salah satu alternatif terbaik untuk
meningkatkan relasi kerjasama dan koordinasi antar lapisan dalam pelaksanaan
kerjasama antar daerah, yakni Pemerintah Kabupaten Malang dan Pemerintah
Kota Malang. Hal tersebut sangatlah krusial dalam suatu kerjasama antara daerah,
terlebih Intergovernmental Networks pada tingkatan daerah ini salah satunya
dapat diwujudkan melalui action networks, dimana masing-masing daerah secara
bersama membuat serangkaian program sebagai aksi bersama untuk menjalankan
kerjasama sesuai dengan proporsi dan kemampuannya masing-masing.
Selanjutnya, dalam Intergovernmental Networks ini kemudian terjadilah
proses untuk saling memahami dan mengetahui satu sama lain, terjadi pertukaran
informasi satu sama lain, identifikasi masalah secara bersama dan merencanakan
aksi untuk mengatasi masalah secara bersama pula. Hal demikian inilah yang
9Surkati, A. (2012). Otonomi Daerah Sebagai Instrumen Pertumbuhan Kesejahteraan dan
Peningkata Kerjasama Antar Daerah. MIMBAR, Vol.XXVIII, No.1, 39-46, Hlm. 42.
8
menjadikan Intergovernmental Networks sesuai untuk mengkaji lebih dalam
kerjasama antar daerah.
Maka, Intergovernmental Networks diharapkan dapat mengkaji kerjasama
antar daerah dalam pengelolaan air yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Malang dengan Pemerintah Kota Malang ini secara mendalam. Dikatakan
demikian karena Intergovernmental Networks menjadi salah satu alternatif terbaik
untuk meningkatkan kinerja dan koordinasi kerjasama antar kedua daerah dalam
pelaksanaan kerjasama pengelolaan sumber daya air.
Kerjasama tersebut tidak hanya terdapat pemanfaatan sumber daya air saja
melainkan juga terjadi pengelolaan air secara berkelanjutan yang menjadi
tanggung jawab kedua daerah. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengkaji secara
komperehensif kerjasama Pemerintah Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota
Malang dalam pengelolaan Sumber Wendit. Agar kerjasama yang telah
dilaksanakan dalam kurun waktu lebih dari 10 (sepuluh) tahun tersebut dapat
berkembang ke arah yang lebih baik dan berjalan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing daerah.
B. Rumusan Masalah
Berdasar pada penjelasan latar belakang diatas, maka penting bagi peneliti
untuk mengkaji lebih lanjut terkait dengan pelaksanaan kerjasama antar daerah
dalam pengelolaan sumber air serta apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
kerjasama tersebut. Sehingga penulis akan mengajukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kerjasama Pemerintah Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota
Malang dalam pengelolaan Sumber Wendit ?
9
2. Apakah permasalahan yang timbul dari kerjasama Pemerintah Kabupaten
Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan Sumber Wendit ?
C. Tujuan
Berdasar rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan kerjasama Pemerintah Kabupaten
Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sumber daya air.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam kerjasama Pemerintah
Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sumber
daya air.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
bersifat teoritis maupun praktis, diantaranya sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil dari penelitian dapat memberi manfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan terkait dengan kerjasama antar daerah dalam
pengelolaan sumber daya air dan sebagai salah satu sumber referensi bagi pihak-
pihak yang melakukan penelitian serupa.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari penelitian dapat memberi manfaat sebagai berikut;
Pertama, bagi Pemerintah Daerah diharapkan hasil dari penelitian dapat menjadi
salah satu bahan kajian bagi Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah
Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota Malang untuk meningkatkan komitmen
dalam melaksanakan kerjasama yang telah disepakati dan sesuai dengan
10
kebutuhan masing-masing daerah, serta terus memperkuat peran para stakeholder
yang terlibat yang dan kerangka regulasi kerjasama yang terkait.
Kedua, bagi Akademisi hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi salah satu referensi, khususnya bagi para mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintah Universitas Muhammadiyah Malang yang akan melakukan kajian
terhadap pelaksanaan kerjasama antar daerah, khususnya kerjasama dalam
pengelolaan sumber daya air. Ketiga, bagi Masyarakat diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat menjadi referensi untuk meningkatkan kesadaran akan
pentingnya peran dan kesadaran masyarakat untuk mampu mengelola dan
memanfaatkan air secara berkelanjutan, khususnya bagi masyarakat Kabupaten
Malang dan Kota Malang.
E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan pengembangan konsep secara umum yang
berisikan uraian terkait beberapa istilah atau konsep yang dimuat dalam
penelitian. Adapun beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ialah
sebagai berikut :
a. Intergovernmental Networks
Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 363 tentang Pemerintah
Daerah dijelaskan bahwa kerjasama antar daerah dapat dikategorikan menjadi
kerjasama wajib dan kerjasama sukarela. Kerjasama wajib merupakan kerjasama
yang dilakukan antar daerah dengan wilayah yang berbatasan untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan dengan eksternalitas lintas daerah dan
penyediaan layanan publik yang lebih efisien apabila dilakukan secara bersama.
11
Sedangkan kerjasama sukarela merupakan kerjasama yang dilakukan oleh daerah
yang berbatasan maupun tidak berbatasan dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan dinilai akan lebih efektif dan
efisien apabila dilakukan secara bersama dengan daerah lain.
Terkait dengan kerjasama antar daerah, dalam pola Intergovernmental
Networks didefinisikan sebagai inter relasi antar daerah, dimana kedudukan
masing-masing daerah bersifat bebas dan mandiri dengan tidak adanya
kewenangan sentral untuk melakukan relasi satu sama lain. Dimana karakter
kerjasama antar daerah yang berbasis pada Intergovernmental Networks pada
tingkatan daerah sangat berbeda dengan karakter kerjasama antar daerah yang
mengandalakan pola organisasi rasional.
Tidak ada struktur kewenangan sentral dan tujuan dari kerjasama tersebut
merupakan hasil kesepakatan dari daerah-daerah yang menjadi anggota forum
kerjasama antar daerah sebagai perwujudan dari aksi bersama (collective
action).10
Maka kedudukan masing-masing daerah yang bekerjasama adalah
sejajar dan memiliki tujuan bersama yang jelas pula.
Dimana dalam pelaksanaan kerjasama masing-masing daerah mendapatkan
manfaat dan keuntungan yang seimbang. Upaya tersebut maka perlu adanya
komunikasi dan pemahaman yang baik antar semua pihak agar tujuan kerjasama
dapat tercapai. Mengingat kerjasama antar daerah seringkali dilakukan sebagai
alternatif pemanfaatan sumber daya antar daerah untuk meningkatkan pelayanan
10
Laporan Penelitian Tim Peneliti Program S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM, A. P.
(2007). Model Kerjasama Antar Daerah. Yogyakarta, Hlm.12.
12
pada masyarakat. Sehingga pelayanan pada masyarakat dapat berjalan secara
optimal dengan adanya kerjasama yang dilakukan antar daerah.
b. Pengelolaan Sumber Daya Air
Air merupakan salah satu sumber bagi kehidupan yang dibutuhkan oleh
manusia dan semua makhluk hidup yang ada. Dimana kualitas dan kuantitas air
yang melimpah dan layak konsumsi sangat diperlukan. Mengingat keberadaan air
telah menjadi suatu kepentingan komersial sebagai akibat dari pemenuh
kebutuhan manusia. Tak heran jika air menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi jalannya pembangunan berbagai sektor. Oleh karenanya,
pengelolaan sumber daya air perlu dilakukan berdasar pada aspek konservasi
yakni dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber air dilakukan
secara berkelanjutan. Sehingga, dalam perwujudannya dibutuhkan peran serta dari
masyarakat, pemerintah hingga swasta sebagai stakehokder yang terlibat. Agar
tidak terjadi eksploitasi sumber daya air yang dapat menghancurkan keberadaan
sumber air.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu konsep berisikan indikator-indikator yang
mampu menunjukkan konsep yang dimaksudkan sehingga dapat
mengoperasionalkan permasalahan-permaslahan yang ada di lapangan. Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
13
a. Kerjasama Pemerintah Kabupaten Malang Dan Pemerintah Kota
Malang dalam Pengelolaan Sumber Wendit
1. Pembentukan kerjasama pengelolaan Sumber Wendit
2. Mekanisme kerja dalam kerjasama pengelolaan Sumber Wendit
a. Mekanisme kerja Pemerintah Kota Malang
b. Mekanisme kerja Pemerintah Kabupaten Malang
c. Mekanisme kerja Pemerintah Provinsi dan Pusat
3. Kesepakatan kerjasama pengelolaan Sumber Wendit
4. Hasil kerjasama pengelolaan Sumber Wendit
a. Penyediaan sumber daya oleh kedua daerah
b. Terwujudnya Action networks dalam kerjasama pengelolaan Sumber
Wendit
5. Evaluasi dalam kerjasama pengelolaan Sumber Wendit
b. Permasalahan dalam Kerjasama Pengelolaan Sumber Wendit
1. Perselisihan terkait nilai biaya kontribusi antar kedua daerah.
2. Koordinasi yang kurang intens antar kedua daerah
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Dimana
penelitian kualitatif yang dimulai dengan asumsi, lensa penafsiran/teoritis, dan
studi tentang permasalahan riset yang meneliti bagaimana individu atau kelompok
memaknai permasalahan sosial atau kemanusiaan. Para peneliti mengumpulkan
data di lingkungan alamiah dengan tetap menjaga kepekaan terhadap masyarakat
14
yang diteliti, dan mereka menganalisis data mereka secara induktif dan deduktif
untuk membentuk pola atau tema.11
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah pendekatan studi kasus yang penelitiannya mengeksplorasi
kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem
terbatas (berbagai kasus), melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam
yang melibatkan beragam sumber informasi atau sumber informasi majemuk
(misalnya pengamatan, wawancara, bahan audiovisual, dan dokumen dan berbagai
laporan), dan melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus. Satuan analisis dalam
studi kasus bisa berupa kasus majemuk (studi multi situs) atau kasus tunggal
(studi dalam situs).12
Ciri-ciri dari penelitian studi kasus secara umum ialah adanya identifikasi
kasus yang spesifik dengan tujuan memberikan pemahan terkait dengan isu atau
permasalahan yang diambil. Sehingga, penelitian yang dilakukan dapat mendalam
dan tidak terpaku pada satu sumber data saja. Adapun tipe dari studi kasus
kualitatif dapat dibedakan berdasarkan ukuran batasan dari studi kasus dan
berdasarkan dalam hal tujuan dari analisis kasusnya.
Dalam penelitian ini digunakan tipe studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik
berfokus pada suatu kasus yang tidak biasa. Dimana untuk dapat memahami isu
atau permasalahan yang diteliti dilakukan secara spesifik dengan menyeleksi
kasus tersebut agar permasalahan yang terjadi dapat dipahami secara baik dan
11 Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset (Memilih Diantara Lima
Pendekatan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hlm.87.
12 Ibid, Hlm.135.
15
benar. Pemilihan tipe studi kasus intrinsik dilakukan agar permasalahan yang
terjadi dalam kerjasama pengelolaan sumber daya air antara Pemerintah
Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang dapat dilihat secara spesifik
dan dapat dianalisis secara holistik.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan sumber informasi yang digunakan oleh penelitia
sebagai bahan pokok kajian dalam melaksanakan penelitian. Dimana sumber data
tersebut berupa informasi akurat terkait dengan data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi 2 (dua) diantaranya ialah :
a. Data Primer
Data primer adalah suatu informasi yang diperoleh dari sumber pertama,
yakni berupa hasil obersvasi dan hasil wawancara dengan informan penelitian
yang relevan, tepat dan akurat agar mendapatkan data dari lokasi penelitian
dengan narsumber yang dapat dipercaya. Sehingga, dapat mempermudah peneliti
untuk mencari informasi dan bahan data yang dibutuhkan selama penelitian.
Dikatakan demikian, karena peneliti berhadapan langsung melalui kegiatan
wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
kerjasama dalam pengelolaan sumber air Pemerintah Kabupaten Malang dengan
Pemerintah Kota Malang.
Selain itu, data primer ini dapat digunakan sebagai bukti bahwa data
diperoleh secara langsung dari instansi atau lembaga dan pihak-pihak terkait yang
menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan ialah
hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terakit dengan kerjasama pengelolaan
16
sumber daya air yaitu; Kasubag. Kerjasama Pemerintah Daerah Sekretariat
Daerah Kabupaten Malang, Kabid. Bina Manfaat dan Kemitraan Sumber Daya
Air DPUSDA Kabupaten Malang, Kabag. Bagian SDA dan Pengembangan
Infrastuktur Sekretariat Daerah Kota Malang, Asisten Manajer Hukum PDAM
Kota Malang, dan Manajer Produksi PDAM Kota Malang.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan dari pohak
kedua atau secara tidak langsung yang digunakan sebagai pendukung data primer.
Data yang diperoleh tentulah dalam bentuk data yang sudah jadi atau sudah
dikelola baik oleh instansi, lembaga, atau bahkan peneliti terdahulu yang sesuai
dengan penelitian yang dilakukan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini
ialah sumber data yang sudah ada dan relevan baik berupa Undang-Undang,
Peraturan Kementerian Dalam Negeri, Peraturan Daerah, Dokumen Perjanjian
Kerjasama, buku, jurnal, koran-koran lokal dan internet yang sesuai dengan
penelitian ini.
Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Kerjasama Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun
2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah, dan Addendum III
Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah
Kota Malang tentang Pemanfaatan Air Sumber Wendit Kabupaten Malang Nomor
119/08/421.022.2012 dan atau Nomor 050/-/35.73.112/2012. Selain itu, data
17
sekunder yang digunakan berupa skripsi, jurnal, dan buku terkait dengan
kerjasama antar daerah dalam pengelolaan sumber daya air.
3. Teknik Pengumpulan Data
Keberadaan data menjadi suatu hal penting dalam penelitian, yangmana data
tersebut nantinya digunakan sebagai dasar untuk menjawab rumusan
permasalahan dalam penelitian. Maka dalam prosesnya, data diperoleh dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk mengolah
dan menganalisis data tersebut. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti dalam melakukan penelitian diantaranya :
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dengan melakukan pencatatan secara sistem atis terhadap hal-hal yang terkait
dengan penelitian. Sehingga, peneliti mampu melakukan pengamatan secara
terstruktur dan relevan dengan apa yang akan diamati, kapan dan dimana
tempatnya. Maka dari itu, dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur
dengan merancang pelaksanaan observasi secara sistematis yang terkait dengan
pelaksanaan kerjasama dalam pengelolaan sumber air antara Pemerintah
Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang.
b. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan narasumber atau informan penelitian. Dimana, pengambilan data biasanya
diiringi dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara
(interview guide). Tujuan dilakukannya wawancara ialah untuk mendapatkan
informasi akurat dan langsung dari narasumber.
18
Demikian halnya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara
terstruktur berupa wawancara langsung yang disusun secara rinci dengan
memggunakan interview guide untuk mempermudah peneliti dalam mendapatkan
informasi dan data yang dibutuhkan. Sehingga, selama proses wawancara
berlangsung peneliti akan mengajukan berbagai pertanyaan yang terkait dengan
pelaksanaan dan permasalahan dalam kerjasama pengelolaan sumber air antara
Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu bentuk penyelidikan yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapatkan informasi dan data terkait dengan kajian penelitian.
Dimana peneliti dapat melakukan pencatatan terhadap berbagai dokumen
resmi,laporan-laporan, maupun arsip-arsip relevan yang diperoleh dari sumber
data primer dan sekunder. Dengan kata lain, data tersebut dapat berupa Peraturan
Perundang-undangan, Perjanjian Kerjasama Kabupaten Malang dengan Kota
Malang, Jurnal terkait, dan penelitian sebelumnya tentang kerjasama antar daerah
di Indonesia.
4. Informan Penelitian
Informan penelitian menjadi suatu bagian penting yang menjadi perhatian
peneliti, dikarenakan informan penelitian ini berkedudukan sebagai narasumber
yang dianggap menguasai dan mampu menjawab berbagai hal terkait dengan
pelaksanaan dan permasalahan dalam pengelolaan sumber air antara Pemerintah
Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang.
Adapun informan dalam penelitian ini ialah :
19
a. Kasubag. Kerjasama Pemerintah Daerah Sekretariat Daerah Kabupaten
Malang,
b. Kabid. Bina Manfaat dan Kemitraan Sumber Daya Air DPUSDA Kabupaten
Malang,
c. Kabag. Bagian SDA dan Pengembangan Infrastuktur Sekretariat Daerah Kota
Malang
d. Asisten Manajer Hukum PDAM Kota Malang,
e. Manajer Produksi PDAM Kota Malang.
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat tujuan yang dijadikan sebagai sasaran
penelitian oleh penulis yang sesuai dengan kebutuhan bahan kajian penulis.
Secara umum, yang menjadi lokasi penelitian ialah wilayah Kabupaten Malang
dan Kota Malang. Adapun yang akan menjadi tempat tujuan peneliti untuk
mendapatkan informasi dan data yang akurat ialah Kantor Pusat PDAM Kota
Malang.
6. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu kegiatan terstruktur untuk mengelompokkan
informasi dan data yang diperoleh dan saling berkaitan antar bagiannya. Adapun
proses yang dilakukan dalam menganalisis data ialah sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses untuk merangkum, memilah, dan
memfokuskan data yang telah diperoleh penulis. Biasanya, dalam proses ini
dilakukan penarikan rangkuman sebagai inti dari penelitian yang berguna untuk
mempertajam analisi dan pengkategorian terhadap data di lapangan dengan data
20
penelitian. Sehingga, peneliti mendapatkan gambaran secara spesifik dan
mempermudah peneliti untuk tetap berada pada data jalan penelitian.
Sehingga dalam penelitian ini, data-data yang terkait dengan kerjasama
Pemerintah Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan
sumber daya air dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian digolongkan ke
dalam tiap-tiap permasalahan sehingga dari data tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan.
b. Display Data
Penyajian data merupakan pengorganisasian dari hasil reduksi data yang telah
tersusun. Dimana penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk naratif, bagan,
hingga diagram alur. Secara keseluruhan, penyajian data juga menjadi tolak ukur
tercapainya analisis data yang valid dengan proses analisis berkerlanjutan.
Sehingga, penyajian data yang terstruktur tersebut dapat memudahkan peneliti
dalam mendeskripsikan data yang diperoleh terkait dengan kerjasama Pemerintah
Kabupaten Malang dan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sumber daya
air.
c. Penarikan Kesimpulan
Tahap ini merupakan tahapan penarikan kesimpulan dari data yang telah
diperoleh di lapangan dan tentunya telah di analisis melalui penyajian data. Maka,
dalam penarikan kesimpulan berisikan penjelasan akhir dari proses pemecahan
masalah dalam penelitian yang dijelaskan secara rinci dan ringkas.
7. Kerangka Berfikir
Intergovernmental network dalam pengelolaan Sumber Wendit dalam
perwujudannya berdasar pada 4 (empat) komponen yakni, Pertama administrator
21
sebagai pihak inisiator, dan implementator dalam proses pembangunan hingga
pelaksanaan kerjasama yang memegang peranan penting dalam aktivasi kerjasama
sehingga dijadikan sebagai salah satu penentu keberhasilan kerjasama. Adapun
adminsitrator dalam kerjasama pengelolaan Sumber Wendit ialah Pemerintah
Kota Malang dan Pemerintah Kabupaten Malang yang dalam prosesnya
membangun dan mengembangkan interaksi, pertukaran informasi, dan identifikasi
masalah.
Kedua, participating organization merupakan partisipasi organisasi
pendukung sebagai fasilitator dan pendukung kerjasama dalam sumber
pendanaan. Sehingga, dalam kerjasama pengelolaan Sumber Wendit hal ini
berarti adanya dukungan pendanaan dari Pemerintah Kota Malang terhadap
PDAM Kota Malang sebagai implementator kerjasama.
Ketiga, interorganizational process atau proses terjadinya perumusan
program dan strategi hingga kesepakatan kerjasama antar daerah. Adapun dalam
komponen ini telah terjadi komunikasi lintas sektoral antara Pemerintah Kota
Malang dengan Pemerintah Kabupaten Malang untuk melakukan sinergitas
kesepakatan kerjasama yang akan dilakukan secara bersama-sama untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Malang.
Keempat, interorganizational outcomes atau hasil kerjasama yang telah
dilakukan oleh masing-masing daerah yang diukur melalui pertukaran sumber
daya dan sejauh mana pelaksanaan kerjasama dilakukan oleh kedua daerah.
Dalam hal ini, Pemerintah Kota Malang sebagai penyedia sumber daya manusia
yang kompeten sebagai pelaksana dan penanggung jawab kerjasama pengelolaan
Sumber Wendit dan Pemerintah Kabupaten Malang sebagai penyedia sumber air
22
baku berupa Sumber Wendit yang dapat diakses oleh Pemerintah Kota Malang
sesuai dengan kesepakatan kerjasama. Kemudian, pelaksanaan kerjasama oleh
kedua daerah yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari kerjasama. Adapun hasil
dari kerjasama pengelolaan Sumber Wendit ialah terpenuhinya kebutuhan air di
Kota Malang, khususnya di Kelurahan Mojolangu dan Kelurahan Buring.
Maka sesuai dengan intergovernmental networks maka kerjasama
pengelolaan Sumber Wendit merupakan perwujudan dari Action Networks.
Karena dalam pelaksanaan program dan strategi oleh masing-masing daerah yang
dilakukan sesuai dengan proporsi dan kemampuan masing-masing daerah serta
dilakukannya evaluasi kerjasama pengelolaan Sumber Wendit oleh kedua daerah.
Adapun kunci keberhasilan kerjasama antar daerah yang ditekankan pada
suatu tindakan bersama (collective action) melalui beberapa komponen tersebut
dapat dilihat dari adanya sinergitas kedua daerah, meningkatnya komitmen dan
interaksi antar kedua daerah yang keseluruhan berpengaruh terhadap pelaksanaan
kerjasama pengelolaan Sumber Wendit.
Berikut merupakan bagan kerangka berfikir yang di dalamnya terdapat
hubungan antara proses dan hasil yang dicapai dalam kerjasama antara
Pemerintah Kota Malang dengan Pemerintah Kabupaten Malang sesuai dengan
komponen intergovernmental networks dan tetap mengacu pada kerangka regulasi
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan kedua daerah.
23
Bagan 1.1 Kerangka Berfikir Penelitian
Intergovermental Networks
Pemerintah Kabupaten Malang Pemerintah Kota Malang
DPUSDA
Kabupaten Malang PDAM Kota Malang
Fasilitasi oleh masing-masing Pemerintah
Daerah
Penyedia air baku
Memberikan izin pemanfaatan
dan pengelolaan Sumber Wendit
Memelihara keberlangsungan
pemanfaatan dan pengelolaan
Sumber Wendit
Memanfaatkan dan mengelola
Sumber Wendit
Mengajukan izin pemanfaatan
dan pengelolaan Sumber Wendit
Mengelola, merawat,
melestarikan Sumber Wendit
sebatas luas tanah yang menjadi
tanggung jawabnya
Memenuhi kebutuhan air di Kota Malang
Berdasar pada :
Pasal 87 UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang
Nomor180/1366/429.012/2002 dan atau Nomor 050/25/420.112/2002 tentang Pemanfaatan Mata Air
Sumber Wendit Kabupaten Malang
Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2018
Top Related