BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi mengalami
kemajuan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai produk
teknologi seperti televisi, telepon genggam, komputer dan teknologi terbaru yang
berupa internet sehingga menciptakan metode-metode baru dalam berkomunikasi
seperti e-mail, blog, mailing list, facebook, twitter dan berbagai jejaring sosial
yang kemudian melahirkan komunitas maya. Seiring dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat, membuat arus informasi
menjadi sangat cepat dan dinamis serta tidak lagi dibatasi oleh jarak.
Perkembangan ini telah memungkinkan orang-orang untuk saling terhubung satu
dengan yang lainnya secara global.
Hal ini sejalan dengan konsep global village (desa global) yang telah
dikemukakan oleh Marshall Mc. Luhan pada tahun 1960, di mana dunia
dianalogikan sebagai satu desa yang sangat besar. Konsep global village mengacu
pada pemikiran Mc. Luhan tentang perkembangan teknologi komunikasi yang
memungkinkan begitu banyak orang diseluruh dunia dapat terhubung serta
keterbukaan informasi yang dapat diakses oleh semua orang. Saat ini kita telah
memasuki era persaingan global, salah satunya adalah ditandai dengan
keterlibatan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai
pada tahun 2015.
Kondisi ini menutut masyarakat kita untuk dapat bersaing tidak hanya di
tingkatan lokal dan nasional namun juga internasional. Untuk dapat bersaing
tentunya masyarakat kita harus dapat menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), salah satu diantaranya adalah penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), di mana teknologi komunikasi dapat menghubungkan
(konektivitas) satu dengan yang lainnya baik di tingkata lokal, nasional maupun
global.
2
Menurut (Roger 2004), teknologi informasi dan komunikasi merupakan
alat paling efektif digunakan sebagai alat pembangunan, menunjang strategi-
strategi pembangunan yang telah dilaksanakan ataupun program kerja yang
sedang dalam penyusunan. Indonesia harus siap menghadapi era persaingan
global dan siap berkompetisi dengan negara lainnya dalam perekonomian dunia.
Sejak tahun 1989 Indonesia telah bergabung dengan forum kerjasama ekonomi
APEC. Keanggotan dalam forum ekonomi dunia APEC dilandasi oleh prinsip
voluntary dan tidak mengikat, tujuannya adalah meliberalisasi pasar ekonomi
maju 2010 dan ekonomi berkembang 2020 sesuai dengan APEC “Bogor Goal”
yang disepakati pada tahun 1994 (Kominfo, 2013).
Menghadapi tahun 2020, dengan terbukanya pasar bebas dan tekanan kuat
persaingan global, teknologi dan iptek menjadi instrumen penting bagi penggerak
ekonomi bangsa. Dalam hal ini, TIK mempunyai peran dalam memperkokoh
kekuatan ekonomi, kekuatan intelektual, dan kekuatan sosial. Berbagai negara
telah menginvestasikan sumber dayanya ke dalam infrastruktur TIK untuk
meningkatkan kinerja perekonomiannya. Termasuk Indonesia, yang menempatkan
TIK sebagai sektor yang mempunyai peranan strategis dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing bangsa.
Pemanfaatan teknologi komunikasi dalam hal ini new media (Internet)
sebagai bagian dari strategi komunikasi pembangunan, dapat membuka
kesempatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh
karena itu, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York baru-baru ini,
pendiri facebook Mark Zuckerberg dan Bono, aktivis sekaligus penyanyi group
musik U2 mencanangkan ‘Deklarasi Konektivitas’. Zuckerberg mengatakan,
“deklarasi ini mengakui bahwa akses internet merupakan pendukung penting hak
azasi manusia.” Deklarasi Konektivitas yang juga dinyatakan oleh sejumlah
organisasi, pemimpin dan tokoh dunia ini menekankan bahwa akses internet
mutlak diperlukan untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong
pembangunan, sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDG) yang baru
saja diadopsi oleh negara-negara PBB tahun 2015 (Widakuswara,2015) dalam
VOAindonesia.
3
Sustainable Development Goals (SDG) yang juga dikenal sebagai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan adalah serangkaian target dan strategi guna
mengakhiri kemiskinan, mengurangi ketimpangan ekonomi dan memelihara
lingkungan hidup. Sustainable Development Goals (SDG) merupakan rencana
jangka 15 tahun, meneruskan Millenium Development Goals atau MDG, yang
dicanangkan tahun 2000 dan habis masa berlakunya pada tahun 2015. Hingga
kini, akses internet secara global masih timpang, dengan penetrasi terbesar di
negara-negara kaya (Widakuswara,2015) dalam VOAindonesia.
Terkait dengan hal ini, dalam rangka mengatasi kesenjangan digital yang
terjadi di negara-negara berkembang, maka sejak tahun 2003 dan 2005
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersama International Telecommunication
Union (ITU) memprakarsai sebuah konferensi tingkat tinggi dunia yang
membahas masyarakat Informasi (World Summit on the Information Society –
WSIS ). Dalam konferensi ini para pemimpin dunia melakukan pertemuan untuk
membahas isu-isu yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat di dunia. Pertemuan ini
menekankan bahwa betapa pentingnya peranan TIK sebagai pilar utama menuju
masyarakat informasi (Anonim, 2012).
Indonesia sebagai salah satu negara anggota PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) turut serta dalam mendukung kesepakatan mengenai masyarakat
informasi dunia. Terkait dengan hal ini, pemerintah melalui Kementrian
Komunikasi dan Informatika telah menargetkan pembangunan nasional dalam
jangka waktu 2012 sampai dengan 2014 difokuskan dalam rangka menuju
masyarakat informasi Indonesia. Upaya integrasi dan pemanfaatan sumber daya
secara optimal serta penerapan langkah-langkah yang efektif untuk menjangkau
dan menyediakan akses TIK dan meningkatkan adopsi TIK di wilayah Indonesia,
menjadi agenda penting dalam pembangunan TIK di Indonesia (Anonim, 2013).
4
Selanjutnya pemerintah Indonesia melalui pemenuhan Kewajiban
Pelayanan Universal/ Universal Service Obligation (KPU/USO) di sektor
telekomunikasi telah membangun fasilitas pelayanan telekomunikasi dan
informasi perdesaan. Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) dituangkan di dalam
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
48/PER/M.KOMINFO/11/2009 tentang Penyediaan Ke-wajiban Pelayanan
Universal Telekomunikasi dan tentang Penyediaan Jasa Akses Internet
Kecamatan Pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet
Kecamatan, dalam bentuk antara lain : Fasilitas yang telah dan akan terus
dibangun menuju terwujudnya akses dan layanan telepon di 31.824 desa pada
Tahun 2009, internet di 4.218 kecamatan pada Tahun 2010, dan akses internet di
31.824 desa pada Tahun 2013 (Budiman, 2013).
Di tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 2006 telah
dicanangkan program Jogjakarta Cyber Province dengan demikian “Pemerintah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyusun Blueprint Jogja Cyber
Province sebagai inisiatif yang dikembangkan guna mendorong pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi yang seluas-luasnya bagi masyarakat dan
pemerintah dalam rangka meningkatkan interaksi satu dengan yang lainnya, dan
selanjutnya diharapkan dapat berfungsi sebagai akselerator upaya peningkatan
taraf hidup dan daya saing untuk mewujudkan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai pusat pertumbuhan Jawa bagian selatan maupun sebagai
Economic Hub bagi Provinsi lainnya di Indonesia”. Hal tersebut sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Nomor.42 tahun 2006 tentang Blueprint Jogja Cyber Province Pemerintah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Untuk mendukung langkah pemerintah tersebut tentu memerlukan peran
serta masyarakat, hal ini disambut baik oleh warga masyarakat RT.36 Taman,
Kelurahan Patehan, Kota Yogyakarta yang kemudian pada tahun 2008
mencanangkan program “Kampoeng Cyber RT.36 Taman”, sebagai masyarakat
yang mampu menghadirkan serta mengelola teknologi informasi dan komunikasi
secara kolektif dan mandiri.
5
Sebagai suatu komunitas, masyarakat RT36 Taman-Patehan, Yogyakarta
berhasil membangun citra sebagai “Kampoeng Cyber”. Hal ini ditandai dengan
dijadikannya “Kampoeng Cyber” sebagai tujuan tempat studi banding dari
berbagai Sekolah, Perguruan Tinggi dan instansi pemerintah dari berbagai daerah
dalam negri bahkan dari luar negri. Selain itu pada Tahun 2011 Pemerintah Kota
(Pemkot) Yogyakarta meraih penghargaan Information and Communication
Technologi (ICT) Pura Utama dari Kementerian Komunikasi dan Informasi
(KemenKomInfo) karena memiliki kampung Cyber (Sukadarisman, 2011).
Hal ini menjadi menarik, karena dengan ketersediaan akses teknologi
komunikasi berbasis internet secara kolektif/komunitas, tentunya “Kampoeng
Cyber” RT36 Taman-Kelurahan Patehan, Yogyakarta diharapkan dapat menjadi
model dalam upaya mengatasi kesenjangan digital bagi masyarakat yang tinggal
di daerah urban maupun desa. Namun tidak hanya itu saja ketersediaan akses new
media (internet) tentu perlu disikapi dengan bijak oleh masyarakat, karena selain
memiliki manfaat yang positif, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) juga
dapat menimbulkan dampak yang negatif.
Seperti yang diungkapkan oleh Mulyana (2004) bahwa “Teknologi sebagai
berkah, tetapi juga bisa sebagai laknat bagi kehidupan manusia, tergantung
bagaimana kita menyikapinya”. Selain itu Williams dalam Mulyana (2004) juga
berpendapat “Apakah kita tuan atau korban teknologi komunikasi bergantung
pada kemampuan kita sebagai kelompok untuk menggunakannya secara bijaksana
agar bermanfaat bagi manusia”.
Menurut Rogers (Romadlan, 2015) terdapat beberapa dampak dari
penggunaan teknologi komunikasi, yaitu: Pertama munculnya kelas sosial baru
dalam masyarakat. Kedua, dampak kesetaraan. Teknologi komunikasi akan
cenderung memperlebar perbedaan antara information-rich dan information-poor,
dan akan lebih berpengaruh pada audiens yang secara status sosial ekonominya
lebih baik, termasuk mereka yang information-rich. Selain itu, munculnya
teknologi komunikasi baru akan memicu adanya apa yang disebut information
overload, yakni situasi di mana seseorang mendapat informasi yang melebihi
kapasitas yang diharapkan yang menyebabkan seseorang mengalami tekanan.
6
Dampak lainnya adalah berkaitan dengan privasi seseorang yang tidak lagi
aman karena muncul kejahatan-kejahatan yang menggunakan teknologi
komunikasi, pembajakan hak cipta seperti plagiasi dan sebagainya. Ketersediaan
new media dalam hal ini internet, yang merupakan perkembangan teknologi
infomasi dan komunikasi telah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
mengakses berbagai macam informasi lewat layanan new media (internet), namun
juga menimbulkan konsekwensi bahwa, dengan begitu mudah masyarakat
mengakses dan memproduksi berbagai informasi lewat layanan new media
(internet) maka masyarakat juga dihadapkan dengan gelombang arus ‘tsunami’
informasi yang didalamnya berisi berbagai macam informasi yang tidak semua
dapat dipertanggungjawabkan.
Hal tersebut menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi masyarakat dalam
menghadapi perkembangan teknologi infomasi dan komunikasi, khususnya di
Indonesia. Masyarakat Indonesia cenderung lebih reaktif dalam menaggapi
informasi tanpa menelusuri dan menggali kebenaran informasi yang di peroleh
lewat new media (internet). Hal itu disebabkan karena rendahnya minat dan
budaya baca atau kesadaran literasi masyarakat Indonesia. Menurut UNESCO
(2012), minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% artinya, dari 1000 orang
hanya ada satu orang yang membaca secara serius. Demikian juga hasil survei
yang dilakukan oleh World’s Most Literate Nations, Central Connectictut State
University (2003-2014), menepatkan tingkat literasi Indonesia pada peringkat ke-
60 dari 61 negara yang diteliti.
Kondisi tersebut menjadi tantangan dalam mendorong masyarakat untuk
melek new media (internet). Karena ketersediaan akses new media (internet)
selain memberikan manfaat yang positif bagi pembangunan, juga dapat menjadi
ancaman yang memicu berbagai persoalan dan perselisihan di masyarakat yang
pada akhirnya justru dapat menganggu dan menghambat pembangunan. Tidak
terkecuali di “Kampoeng Cyber” RT.36 Taman-Patehan, Yogyakarta.
Berdasarkan observasi awal, salah seorang warga mengungkapkan bahwa pernah
suatu waktu terjadi perselisihan antar warga karena status di media sosial (FB)
namun hal ini akhirnya bisa diselesaikan dengan baik, secara kekeluargaan.
7
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa perkembangan new media
(interenet) di Indonesia pada umumnya tidak diikuti dengan kecakapan dalam
menggunakan dan memanfaatkan new media (interenet) dengan bijak. Hal ini
tentu berpotensi memicu timbulnya berbagai fenomena dan persoalan dalam
masyarakat. Selain itu, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketersedian
infrastruktur teknologi komunikasi (new media/internet) tidak serta merta
manjawab permasalahan yang ada. Kehadiran teknologi komunikasi (new
media/internet) menuntut masyarakat untuk dapat menggunakan dan
memanfaatkannya dengan bijak.
Pentingnya kecakapan warga masyarakat dalam menggunakan dan
memanfaatkan new media (internet), tentunya sebagai alat pembangunan yang
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kecakapan warga
masyarakat dalam mengunakan dan memanfaatkan new media (internet) ini,
selanjutnya disebut sebagai literasi new media (internet). Seperti yang
diungkapkan Mutmainnah (2012) bahwa kecakapan literasi media diperlukan
sebagai upaya menciptakan budaya baru dalam masyarakat untuk mengkonsumsi
media secara sehat. Selain itu, literasi media merupakan upaya melindungi
masyarakat (khususnya anak dan remaja) dari pengaruh negatif media. Begitu
banyak upaya literasi media yang semula difokuskan pada televisi, namun seiring
dengan bertambahnya media-media baru maka kegitan literasi media juga
menjangkau media-media baru, sehingga upaya literasi media baru juga mulai
banyak dijalankan.
Sebagai suatu wilayah yang telah mengaplikasikan new media (internet)
dalam kehidupan setiap hari baik secara individu maupun kelompok, warga
masyarakat “Kampoeng Cyber” RT.36 Taman-Patehan, Yogyakarta tentu tidak
terlepas dari dampak terpaan new media (internet) baik dampak positif maupun
dampak negatif. Karena itu, memiliki kemampuan literasi new media (internet)
pada warga masyarakat “Kampoeng Cyber” RT.36 Taman-Patehan, Yogyakarta
merupakan hal yang sangat penting.
8
Selanjutnya untuk mengembangkan dan memaksimalkan penggunaan dan
pemanfaan new media (internet) pada masyarakat “Kampoeng Cyber” RT.36
Taman-Patehan RT.36 ke arah yang lebih positif, maka menjadi hal yang sangat
penting untuk mengetahui tingkat literasi dan pemanfaatan new media (internet)
pada masyarakat “Kampoeng Cyber” RT.36 Taman-Patehan RT.36. Oleh karena
itu menarik untuk dikaji lewat penelitian ini adalah bagaimana “Tingkat
Kemampuan literasi new media (internet) masyarakat “Kampoeng Cyber” Rt.36
Taman-Patehan, Yogyakarta” dan bagaimana pemanfaatan new media (internet).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana tingkat kemampuan literasi new media (internet)
masyarakat “Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman-Patehan, Yogyakarta ?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tingkat kemampuan new
media (internet) pada masyarakat “Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman-
Patehan, Yogyakarta ?
3. Apa saja tujuan pemanfaatan new media (internet) pada masyarakat
“Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman-Patehan, Yogyakarta ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis tingkat kemampuan literasi new media (internet)
masyarakat “Kampoeng Cyber” RT.36 Taman-Patehan, Yogyakarta.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
kemampuan literasi new media (internet) pada masyarakat
“Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman-Patehan, Yogyakarta.
3. Mengidentifikasi tujuan pemanfaatan new media (internet)
berdasarkan tingkat literasi new media (internet) pada masyarakat
“Kampoeng Cyber” RT.36 Taman-Patehan, Yogyakarta.
9
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan 3
kegunaan yaitu:
1. Kegunaan akademis, diharapkan dapat memperkaya referensi
tentang literacy new media (internet) dalam konteks komunikasi
pembangunan.
2. Kegunaan strategis, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan
tolak ukur dalam kebijakan pengembangan tingkat literacy new
media (internet), khususnya pada masyarakat “Kampoeng Cyber”
dan masyarakat di daerah-daerah lain pada umumnya.
3. Kegunaan Praktis, diharapkan dapat memberikan penambahan
pemahaman tentang tingkat ‘literacy new media (internet)’ dalam
konteks komunikasi pembangunan.
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian mengenai literasi media sudah cukup banyak
dilakukan oleh peneliti sebelumnya baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Berdasarkan Final report European Comission (2009), Individual Competence
Framework digunakan untuk mengukur kemampuan literasi media masyarakat di
27 negara Uni Eropa. Hasil penelitian tersebut menyatakan, bahwa tingkat literasi
media di 5 negara Eropa (Romania, Portugal, Greece, Bulgaria dan Cyprus) masih
berada pada level basic (Dasar), 15 negara Eropa (Spain, Slovenia, Slovekia,
Poland, Malta, Lithuania, Latvia, Italia, Ireland, Hungary, Germany, France,
Czech Republic, Belgium, Austria) berada pada level medium (Menengah), dan 7
negara Eropa (UK, Denmark, Estonia, Findland, Luxemburg, Netherland dan
Sweden) berada pada level advanced.
Di Indonesia penelitian yang mengukur tingkat literasi media dengan
menggunakan Individual Competence Framework telah dilakukan oleh beberapa
peniliti terdahulu diantaranya:
10
Penelitian yang dilakukan Lutvia (2011) dengan judul “Pengukuran
Tingkat Literasi Media Berbasis Individual Competence Framework : Studi Kasus
Mahasiswa Universitas Paramadina”, penelitian tersebut mengukur tingkat
kemampuan literasi media berdasarkan indikator-indikator yang berada dalam
Individual Competence Framework, menggunakan metode kuantitatif untuk
mengukur bobot penilaian tiap variabel sehingga dapat menentukan tingkat
kemampuan litarasi media, data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen
berupa kuesioner. Pertanyaan pada kuesioner dibuat berdasarkan Individual
Competence Framework, selanjutnya kuesioner diisi oleh responden untuk
kemudian dianalisis dan disimpulkan.
Penelitian yang dilakukan Santoso (2013), mengenai studi deskriptif
tentang Media literasi Siswa SMA yang menuju SNBI dalam penggunaan media
internet pada SMA AL-Hikmah Surabaya. Penelitian tersebut menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, dengan tujuan menggambarkan kemampuan literasi
media siswa SMA AL-Hikmah berdasarkan kemampuan yang harus dimiliki
menurut European Commission, dengan hasil penelitian yakni kemampuan siswa
SMA AL-Hikmah jika dilihat dari personal competence yang terdiri dari technical
skills dan cricital understanding sudah berada pada tingkat advancedd sedangkan
dilihat dari communicative abilities untuk melihat kompetensi sosial masih berada
pada tingkat medium.
Penelitian Serupa dilanjutkan oleh Sholihuddin (2015), yang mengukur
pengaruh kompetensi indvidu (Individual Competence Framework) terhadap
literasi media internet di kalangan santri di Podok Pesantren Bahrul ‘Ulum
Jombang. Penelitan tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe
penelitian ekplanatif dan metode penelitan yang digunakan adalah metode
penelitian survey. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Rijal (2015), tentang
tingkat literasi media baru mahasiswa Universitas Riau bertujuan untuk
mengetahui tingakat kemampuan literasi media baru mahasiswa Universitas Riau
yang mencakup Use Skills, Critical Understanding dan Communicative
Abbilities.
11
Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
kuantitatif untuk mengetahui dan menjelas tingkat kemampuan literasi media baru
mahasiswa Universitas Riau berada pada tingkat basic, medium atau advanced.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekwensi, masing-
masing indikator pada penelitian tingkat literasi media baru memiliki skor,
selanjutnya menganalisis hasil perhitungan kuesioner dengan menjumlahkan skor
masing-masing kriteria.
Dari beberapa penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikatakan penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya berbeda dengan penelitian ini, antara lain
dalam hal:
1. Penelitian ini dilakukan di wilayah “Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman-
Patehan, Yogyakarta.
2. Objek penelitian adalah masyarakat “Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman-
Patehan, Yogyakarta.
3. Inti kajian adalah tingkat kemampuan literasi dan pemanfaatan new media
(internet) (Internet) masyarakat “Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman-Patehan,
Yogyakarta.
Selain beberapa perbedaan yang telah diuraikan di atas, penelitian yang
pernah dilakukan di lokasi yang sama dengan penlitian ini namun memiliki kajian
yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.1
12
Tabel 1. 1. Hasil Penelitian terdahulu pada masyarakat “Kampoeng Cyber” RT. 36 Taman-Patehan, Yogyakarta.
No Judul, Nama Peneliti dan Jenis Penelitian
Tujuan Penelitian dan Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Domestikasi Teknologi
Internet : Study di “Kampoeng
Cyber” Rt.36 Taman.
Yogyakarta. (A.Galih
Prasetyo; Prof.Tandjudin Nur.
E.) 2014. (Tesis).
Mengkaji proses domestikasi
teknologi yang dilakukan oleh
komunitas ketetanggaan di RT 36
Taman Yogyakarta. (Metode
Kualitatif).
Penelitian ini mengungkap proses domestikasi
teknologi internet yang dijalani oleh komunitas
ketetangaan RT 36 Taman “kampoeng Cyber”.
Melalui penyelidikan ini, dapat diketahui sejauh mana
warga telah berhasil dalam mengintegrasikan internet
sebagai bagian yang meresap dari kehidupan sehari-
hari
2. Kampoeng Cyber RT.36
Taman As The New
Alternative of Tourist
Attraction in Yogyakarta.
(Wuri Retno Martani;
Ms. Tri Nuraniwati) 2013.
(Tugas Akhir)
1. Membahas tentang Kampoeng Cyber,
sebuah kampung yang mempunyai
konsep teknologi, yakni internet.
2. Untuk menjelaskan tentang sejarah
berdirinya, misi dan visi, halangan
3. Mengetahui tantangan, serta
pengembangan yang dilakukan.
(Metode Deskriptif)
Kampoeng Cyber adalah sebuah kampung yang
didalamnya terdapat akses internet. Hampir semua
warga yang tinggal di kampung tersebut mempunyai
akses internet di rumahnya sendiri. Meskipun usaha
mereka termasuk swadaya, mereka tetap mampu
mengembangkan potensi kampung mereka dengan
kegotongroyongan.
3. Pemberdayaan masyarakat
berbasis Teknologi Inforamsi.
Study di “Kampoeng Cyber”
Rt.36 Taman. Yogyakarta.
(Faoziyah) 2013. (Skripsi).
1. Untuk mengetahui proses
pemberdayaan masyarakat yang ada
di “Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman.
Yogyakarta.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan
manfaat adanya Kampoeng “Cyber”
Pada masyarakat setempat. (Metode
Deskriptif Kualitatif).
Proses pemberdayaan masyarakat yang ada di
“Kampoeng Cyber” Rt.36 Taman. Yogyakarta terbagi
dalam beberapa tahapan yakni: Sosialisasi, Pemetaan
Wilayah, Pemetaan wilayah, Perencanaan, pelatihan.
Manfaat yang diperoleh: Tercibtanya ruang interaksi
baru, sumber informasi dan referensi, mempercepat
pekerjaan, membuka dan mengembangkan usaha
online, menambah teman dan sebagai ajang promosi.
13
Tabel 1.1. (Lanjutan) Hasil Penelitian terdahulu
No Judul, Nama Peneliti dan Jenis Penelitian Tujuan Penelitian dan Metode Penelitian Hasil Penelitian
4. Impact of Information and
communication
Technology on Improving
Samll And Medium
Enterprises Performance in
an Urban Kampung: Case
study of Kampoeng Cyber
Rt.36 Neighbourhood of
Patehan, Yogyakarta.
(Pahala Hamongan Lumban
Gaol; Jan Fransen, MA).
2012. (Tesis).
Mengidentifikasi hubungan antara
kinerja bisnis dengan Absorptive Capacity,
yang memiliki empat dimensi, yaitu
Akuisisi, Asimilasi, Transformasi dan
Eksploitasi. (Metode Studi Kasus
Deskriptif)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1) Warga RT 36 mampu membangun sebuah jaringan
komputer-internet yang menyediakan akses internet
24 jam sehari. Jaringan ini dinamai “Kampoeng
Cyber”, yang memampukan UKM di RT tersebut
mengintegrasikan TIK ke dalam usaha mereka.
Hasilnya, sebagian besar UKM di RT 36 dapat
meningkatkan kinerja bisnisnya. Walau demikian,
beberapa kesenjangan dapat ditemukan. Beberapa
responden yang lebih luas menerapkan TIK justru
menunjukkan peningkatan kinerja yang lebih rendah
dibandingkan responden lain dengan penerapan TIK
yang lebih sedikit. Ini berarti TIK tidak dengan serta
merta meningkatkan kinerja UKM.
2) UKM yang mampu secara signifikan meningkatkan
kinerjanya adalah yang mampu menggabungkan
inovasi baru dengan pengetahuan lama, meletakkan
TIK pada konteks sistem kerjanya dan
menggabungkan secara tepat inovasi tersebut ke
dalam mekanisme yang ada.
3) Absorptive Capacity juga ternyata memiliki hubungan
erat dengan entrepreneurship, social capital dan
jejaring yang dimiliki UKM tersebut.
14
Dari uraian hasil penelitian terdahulu pada masyarakat “Kampoeng Cyber”
Rt.36 Taman-Patehan, Yogyakarta sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1.1
dan sejauh penelusuran peneliti diketahui bahwa penelitian tentang tingkat literasi
new media (internet) berdasarkan kompetensi indvidu (Individual Competence
Framework) belum pernah dilakukan pada masyarakat “Kampoeng Cyber” Rt.36
Taman-Patehan, Yogyakarta yang notaben-nya sudah memanfaatkan new media
(internet) dalam berbagai aktfitas, demikian juga dengan pemanfaatan new media
(internet) berdasrkan tingkat literasi new media.