BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang selama ini digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas, kurang inovatif, dan tidak akuntabel pada perkembangannya mendorong reformasi di bidang tata kelola pemerintahan. Perubahan mendasar bidang tata pengelolaan dan kepemerintahan tersebut telah dimulai sejak reformasi 1998 terjadi di Indonesia. Salah satu bentuk perubahan dalam bidang tata pengelolaan yakni pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Inpres Nomor 7 Tahun 1999 berisi mengenai instruksi kepada pimpinan organisasi pemerintah untuk menyampaikan pencapaian kinerja akuntabilitasnya dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Sesuai Inpres Nomor 7 Tahun 1999 ( pasal 1-8),sasaranya adalah: 1. Instansi pemerintah melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi sehingga terwujud instansi yang akuntabel, efektif, efisien dan bertanggung jawab atas layanannya terhadap masyarakat 2. Penyampaian laporan akuntabilitas sebagai bentuk transparasi 3. Pengawasan dengan evaluasi EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI RIAU) LINTANG NUR AGIA Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang

selama ini digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas,

kurang inovatif, dan tidak akuntabel pada perkembangannya mendorong

reformasi di bidang tata kelola pemerintahan. Perubahan mendasar bidang tata

pengelolaan dan kepemerintahan tersebut telah dimulai sejak reformasi 1998

terjadi di Indonesia.

Salah satu bentuk perubahan dalam bidang tata pengelolaan yakni pada

tahun 1999 pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia

(Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(AKIP). Inpres Nomor 7 Tahun 1999 berisi mengenai instruksi kepada pimpinan

organisasi pemerintah untuk menyampaikan pencapaian kinerja akuntabilitasnya

dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Sesuai Inpres

Nomor 7 Tahun 1999 ( pasal 1-8),sasaranya adalah:

1. Instansi pemerintah melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi sehingga

terwujud instansi yang akuntabel, efektif, efisien dan bertanggung jawab

atas layanannya terhadap masyarakat

2. Penyampaian laporan akuntabilitas sebagai bentuk transparasi

3. Pengawasan dengan evaluasi

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

2

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, mencerminkan bahwa sistem

sentralisasi telah dihapuskan digantikan dengan sistem desentralisasi. Konsep ini

diharapkan dapat membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi semakin

membaik. Pemerintah pusat menyadari bahwa sistem sentralisasi tidak tepat untuk

mewujudkan Inpres Nomor 7 Tahun 1999. Hal demikian dikarenakan apabila

sistem ini terus dijalankan, maka impian untuk mewujudkan instansi pemerintah

yang responsif, efektif, dan efisien akan sulit untuk terwujudkan. Kondisi tersebut

menjadi tepat karena pemerintah pusat tidak akan mampu mendengarkan seluruh

keinginan masyarakat yang jauh dari pusat pemerintahan itu sendiri. Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

diharapkan dapat mengakomodir seluruh kebutuhan masyarakat. Tujuan akhirnya

yaitu untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera

sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Perubahan sistem kepemerintahan yang terjadi di Indonesia setelah 32

tahun, merupakan bentuk nyata upaya memperbaiki sistem pemerintahan

Indonesia dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan tata kelola kepemerintahan

yang baik (good governance). Konsep New Publik Manajemen (NPM) yang

merupakan konsep sistem manajemen dinilai sangat sesuai dengan sistem

desentralisasi. Konsep ini mengubah peran pemerintah dalam hal hubungan antara

pemerintah dengan masyarakat kearah yang lebih demokrasi. NPM berfokus pada

pengukuran kinerja organsasi sektor publik yang berorientasi pada pengukuran

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

3

dampak (outcome) , bukan lagi sekedar pengukuran masukan (input) dan keluaran

(ouput) saja. Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Negara Penerapan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010, bahwa

perbaikan pemerintahan (government) dan sistem manajemen agenda penting

dalam reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu cara untuk menilai tingkat keberhasilan

atau kegagalan organisasi sektor publik dalam menjalankan program atau

kebijakan yang telah di tetapkan dalam mewujudkan visi dan misi organisasi.

Pengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

seperti pimpinan lembaga atau kementerian, kepala daerah, kepala instansi SKPD,

dan pimpinan institusi untu menjadi bahan evaluasi agar kinerja di masa yang

akan datang menjadi lebih baik.

Hal tersebut kemudian mendorong Pemerintah pusat selaku pengawas

pemerintah daerah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah sebagai bentuk

penegasan kembali atas Inpres Nomor 7 Tahun 1999. Pelaporan yang dilakukan

oleh lembaga eksekutif ini dilakukan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP merupakan alat evaluasi atas program dan

kegiatan yang telah dilakukan masa lalu dan digunakan untuk perbaikan masa

mendatang. Penilaian LAKIP akan baik apabila program dan kegiatan yang telah

dijalankan oleh instansi pemerintah mencapai indikator yang ditetapkan pada

masing-masing program, yaitu apabila capaian program dan kegiatan dengan

indikator yang telah ditetapkan memiliki persentase seratus persen.

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

4

Kerangka acuan program merupakan awal dari sebuah program. Kerangka

acuan program haruslah mernguraikan dengan jelas cara program untuk encapai

tujuan kebijakan yang melandasinya. Termasuk dalam Kerangka Acuan Program

adalah uraian mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan, serta keluaran

(output) dan dampak (outcome) yang di hasilkan, sehingga pada akhirnya akan

mendukung pecapaian sasaran program. Kerangka Acuan untuk kegiatan/ sub-

kegiatan harus menguraikan alur pikir dan keterkaitan antara kegiatan/ sub-

kegiatan dengan program utama, serta alasan mengapa kegiatan/ sub-kegiatan

tersebut dipilih, dan bagaimana keluaran kegiatan/ sub-kegiatan tersebut terkait

dengan upaya pencapaian sasaran program. Selain itu harus diuraikan pula secara

rinci pendekatan dan metodologi pelaksanaan kegiatan, masukan (input) sumber

daya, keluaran (ouput) dan sasarannya, serta indikator yang gunakan untuk

mengukur/ melakukan monitoring pelaksanaan/ keluaran yang bersangkutan, serta

penanggung jawab kegiatan/subkegiatan.

Apabila program disusun sesuai dengan arahan kerangka acuan program

yang seharusnya bukan hanya kebutuhan politik semata, tentunya indikator yang

di tetapkan akan mengakomodir kinerja program sebenarnya dan kinerja instansi

secara luasnya. Akbar, dkk (2010) meneliti meengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pengukuran kinerja pada pemerintah daerah di Indonesia.

Penelitiannya menunjukkan bahwa kesulitan metrik (ukuran), pengetahuan teknis,

komitmen manajemen, dan kepentingan pihak legislatif memiliki pengaruh yang

sangat kuat dalam menentukan pengukuran kinerja pemerintah.

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

5

Provinsi Riau sebagai salah satu pemerintah daerah juga yang diberikan

wewenang oleh pemerintah pusat untuk mengatur daerahnya, dalam rangka

mempertanggungjawabkan kinerjanya menggunakan instrumen laporan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Laporan pertanggungjawaban juga

digunakan untuk melihat ketercapaian visi dan misi provinsi Riau. Visi Riau pada

tahun 2009-2013 yakni terwujudnya pembangunan ekonomi yang mapan, melalui

kesiapan infrastruktur, peningkatan pembangunan sektor pendidikan,serta

memberikan jaminan kehidupan agamis dan pengembangan budaya melayu secara

proposional.

Untuk mewujudkan visi tersebut seluruh satuan perangkat kerja daerah

akan menyusun program-program dan kegiatan-kegiatan yang selaras dengan visi

tersebut. Salah satu visi Riau adalah peningkatan sektor pendidikan, yang

dijalankan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Sebagai satuan perangkat kerja

daerah Dinas Pendidikan Provinsi Riau telah menyusun rencana strategis lima

tahun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Riau. Pada kenyataannya, setelah dilakukan evaluasi terhadap LAKIP

Dinas Pendidikan Provinsi Riau, dapat diketahui kinerja instansi tersebut masih

rendah.

Penelitian ini mencoba melihat lebih jauh sistem pengukuran dan

pelaporan kinerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Riau berdasarkan alat bantu

berfikir logis dengan menggunakan cetak biru kinerja (Performance Blueprint).

LAKIP Dinas Pendidikan Provinsi Riau memuat 11 program dengan 238

kegiatan. Hal ini tentu tidak mudah dalam mengukur ketercapaian dari

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

6

keseluruhan program dan kegiatan yang berada di dinas tersebut. Dinas

Pendidikan menjadi menarik untuk diteliti karena sektor pendidikan merupakan

salah satu sektor yang menjadi prioritas dalam pembangunan nasional. Adapun

visi dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau ialah “Terwujudnya Lembaga

Pendidikan di Provinsi Riau yang mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia

berkualitas, beriman dan bertaqwa, berbudaya Melayu serta memiliki daya saing

2020”, tentunya visi ini sangat menarik karena memiliki ekspektasi yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di Dinas Pendidikan Provinsi

Riau dengan judul penelitian sebagai berikut:

“Evaluasi Sistem Pengukuran dan Pelaporan Kinerja Studi Kasus Pada

Dinas Pendidikan Provinsi Riau”

1.2. Rumusan Masalah

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

daerah yang kemudian dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan pemerintahan Daerah Kabupaten/

Kota memperlihatkan bahwa pemerintah mempercayakan pengurusan

pemerintahan di luar bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,

moneter dan fiskal nasional serta agama kepada pemerintah daerah. Pembagian

tugas ini diselanggarakan dalam rangka memberikan wewenang kepada tiap

daerah untuk mengurus daerahnya serta memberikan kesempatan yang sama bagi

tiap derah untuk berkembang dan maju guna meningkatkan kesejahteraan

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

7

masyarakat. Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten

dan/atau kota berkoordinasi dalam tiap penyusunan program di 31 bidang.

Dalam hal pelaporan telah ditegaskan dalam Instruksi Presiden Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas dan Kinerja Instansi

Pemerintah yang telah diperjelas dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah, maka menjadi kewajiban bagi Dinas Pendidikan Provinsi Riau untuk

mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsi serta kewenangannya kepada

publik dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Dokumen pelaporan kinerja ini dimanfaatkan oleh setiap pimpinan isntansi

pemerinatah untuk memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja instansi

organisasi, melaporkan capaian realisasi kinerja dalam LAKIP, dan menilai

keberhasilan instansi. LAKIP berisi mengenai ikhtisar pencapaian sasaran yang

menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi

dari program yang telah dijalankan di dasarkan atas pencapaian indikator kinerja

utama yang telah ditetapkan oleh organisasi, penjelasan yang memadai atas

pencapaian kinerja, dan pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan

tahun berjalan dengan target kinerja 5 tahunan yang direncanakan. Didalam

format formulir penetapan kinerja tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

diharuskan menyertakan sasaran strategis, program dan kegiatan, indikator

kinerja, target, dan anggaran. Dalam format formulir rencana kinerja tahunan

tingkat SKPD harus berisikan sasaran strategis, indikator kinerja, dan target.

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

8

Untuk format pengukuran kinerja tingkat SKPD harus berisi tentang sasaran

strategis, indikator kinerja, target, realisasi, dan persentase pencapaian realisasi.

Tahun 2012 dan 2013 LAKIP Dinas Pendidikan Provinsi Riau memiliki

nilai C dan menduduki peringkat 6 (enam) di tingkat satuan kerja pemerintah

provinsi. Rendahnya penilaian terhadap LAKIP Dinas Pendidikan Provinsi Riau

secara eksplisit mengindikasikan bahwa terdapat ketidaksesuaian dari beberapa

komponen evaluasi. Hal ini terlihat dari indikator kinerja program yang belum

berorientiasi pada kinerja sebenarnya, dokumen perencanaan dan pelaporan yang

belum menggambarkan alur logika, dan belum tercapainya beberapa sasaran

indikator yang telah ditetapkan. Permasalahan tersebut jika tidak ditanggapi

secara lebih mendalam dapat menyebabkan kegagalan dalam pencapain visi dinas

serta visi Riau secara lebih luas.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bersadarkan rumusan masalah yang di kemukakan sebelumnya, maka

penulis merumuskan permasalahan yakni:

1. Apakah terdapat hubungan yang logis antar komponen program yang di

laksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Riau?

2. Apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan

Riau telah berbasiskan kinerja?

3. Apakah faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung dan penghambat

implementasi evaluasi program berbasis kinerja?

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

9

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mengevaluasi hubungan logis dari tahapan dalam penyusunan program

serta kegiatan yang berada di Dinas Pendidikan Provinsi Riau dalam

pewujudan visi misi tujuan dan sasaran strategisnya dengan pendekatan

model logis

2. Mengevaluasi indikator kinerja yang di tetapkan dan di gunakan oleh

Dinas Pendidikan Provinsi Riau telah benar-benar berbasiskan kinerja

yang sesungguhnya

3. Menganalisis faktor-faktor-faktor yang dapat mendukung dan

menghambat dalam penyusunan indikator kinerja

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada praktisi dan

akademisi. Kontibusi kepada praktisi yakni:

1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi Riau

untuk menyusun program dengan mengunakan model logika sehingga akan

didapati program dan kegiatan yang benar-benar mengakomodir kebutuhan

masyarakat.

2. Selain itu sebagai sumbangsih pemikiran dan masukan bagi pemerintah

provinsi riau mengenai pengukuran kinerja dengan pendekatan model logika

(logic model) dan cetak biru kinerja (perfomance bleuprint).

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

10

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang

akademisi yakni sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk

meneliti bidang kajian pengkuran kinerja sektor publik dengan pendekatan

model logika(logic model) dan cetak biru kinerja(performance blueprint).

1.6. Batasan Penelitian

Penelitian ini membatasi pembahasan sistem prngukuran dan pelaporan

kinerja yang berada dalam satu instansi pemerintah di provinsi Riau yakni Dinas

Pendidikan Provinsi Riau, dengan LAKIP yang digunakan yakni 3 tahun anggaran

yakni 2011, 2012, dan 2013.

1.7 Proses Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber : Pedoman Umum Penulisan Tesis (Program Masi UGM, 2013)

Gambar 1.1 Proses Penelitian Studi Kasus

2. Tujuan Penelitian

1. Pertanyaan

Penelitian

3. Pondasi Teoretikal

Penelitian Studi Kasus

5. Temuan dan Analisis 4. Model Penelitian Studi

Kasus

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

11

1.8. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan dalam mengkomukasikan hasil penelitian, maka

peneliti menyusun sistematika pembahasan sebgai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN LITERATUR

Bab ini meliputi telaah literatur dan model penelitian

BAB III : LATAR BELAKANG KONSTEKTUAL OBJEK

PENELITIAN

Bagian ini menjelaskan secara deskriptif tentang objek

penelitian dan aplikasi teori atau konsep yang diterapkan di

dalam objek penelitian, untuk mendapatkan pemahaman

yang spesifik mengenai karakteristik objek penelitian terkait

dari teori dan konsep yang digunakan di bab tinjauan

pustaka

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini menguraikan mengenai metode dan alasan

menggunakan metode penelitian kualitatif, subjek

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan

teknik menganalisis data.

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77836/potongan/S2-2015-341195-chapter1.pdfPengukuran kinerja dapat menjadi umpan balik kepada pemangku kepentingan

12

BAB V : PEMAPARAN TEMUAN DAN INVESTIGASI KASUS

Bagian ini berisi uraian temuan dalam penelitian di

lapangan yang menggambarkan fakta-fakta yang dapat

menjawab tujuan penelitian.

BAB VI : ANALISIS DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

Bagian ini menjelaskan analisis dan diskusi mengenai

temuan hasil penelitian yang akan menjawab pertanyaan

penelitian.

BAB VII : PENUTUP

Bagian ini berisi simpulan dari analisis permasalahan yang

ada. Bab ini juga membahas keterbatasan penelitian dari

sudut pandang keilmuan dan efektivitas penelitian ini

menjawab permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, bab

ini juga akan memberikan informasi dan saran yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak lembaga dan

akademisi.

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (STUDI KASUS PADADINAS PENDIDIKANPROVINSI RIAU)LINTANG NUR AGIAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/