BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...

3
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hanjeli merupakan salah satu sumber karbohidrat selain padi dan salah satu jenis tanaman serealia. Berdasarkan data konsumsi pangan dunia, padi menduduki nomor empat dalam pemenuhan pangan global. Namun tanaman padi dapat digantikan tanaman hanjeli dimana jenis tanaman ini dapat diterapkan di Indonesia sebagai salah satu negara tropis. Kementerian Pertanian berupaya dalam menjalankan program percepatan diversifikasi pangan yang penanganannya telah dilaksanakan pada Oktober 2017 dan telah ditetapkan dalam PP 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan dalam peningkatan konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang yang diperlukan oleh tubuh (Nurmala, 2010). Populasi tanaman hanjeli tergolong masih jarang padahal budidaya hanjeli tergolong mudah tumbuh di lahan marjinal dengan iklim kering, biaya penanaman serta perawatan tergolong murah bila dibandingkan tanaman sejenis serealia lainnya seperti jagung dan padi. Hal ini menyebabkan tanaman hanjeli banyak yang tidak mengetahui baik dari bentuknya ataupun manfaatnya. Dalam proses pengolahan hanjeli, petani masih memiliki kendala apabila hanjeli akan dikonsumsi. Salah satunya adalah proses pengupasan menghilangkan lapisan kulit keras (epicarp) dan proses penyosohan menghilangkan lapisan lunak (mesocarp) dan aleuron, yang mengandung zat tannin bersifat senyawa antinutrisi akan menurunkan daya cerna protein dalam perut serta menimbulkan rasa sembelit dan kembung. Proses penyosohan merupakan penggilingan kedua setelah biji pecah kulit yang tidak kalah penting untuk dilakukan sebelum menjadi beras hanjeli layak dikonsumsi, dan dijadikan produk olahan pangan maupun non-pangan. Oleh karena itu diperlukan penggunaan mesin yang dapat menyosoh hanjeli sehingga meminimalkan biaya dan waktu tenaga kerja proses penanganan pasca panen. Dalam perkembangan mesin penyosoh biji hanjeli di Indonesia, mesin jenis ini masih belum ada yang menjual secara masal di toko-toko mesin pertanian karena biji hanjeli masih jarang didapatkan bila dibandingkan dengan padi. Hulleran padi juga tidak mau menerima selain padi karena biji hanjeli itu sendiri cenderung lebih

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hanjeli merupakan salah satu sumber karbohidrat selain padi dan salah satu

jenis tanaman serealia. Berdasarkan data konsumsi pangan dunia, padi menduduki

nomor empat dalam pemenuhan pangan global. Namun tanaman padi dapat

digantikan tanaman hanjeli dimana jenis tanaman ini dapat diterapkan di Indonesia

sebagai salah satu negara tropis. Kementerian Pertanian berupaya dalam

menjalankan program percepatan diversifikasi pangan yang penanganannya telah

dilaksanakan pada Oktober 2017 dan telah ditetapkan dalam PP 68 tahun 2002

tentang ketahanan pangan dalam peningkatan konsumsi aneka ragam pangan

dengan prinsip gizi seimbang yang diperlukan oleh tubuh (Nurmala, 2010).

Populasi tanaman hanjeli tergolong masih jarang padahal budidaya hanjeli

tergolong mudah tumbuh di lahan marjinal dengan iklim kering, biaya penanaman

serta perawatan tergolong murah bila dibandingkan tanaman sejenis serealia

lainnya seperti jagung dan padi. Hal ini menyebabkan tanaman hanjeli banyak yang

tidak mengetahui baik dari bentuknya ataupun manfaatnya.

Dalam proses pengolahan hanjeli, petani masih memiliki kendala apabila

hanjeli akan dikonsumsi. Salah satunya adalah proses pengupasan menghilangkan

lapisan kulit keras (epicarp) dan proses penyosohan menghilangkan lapisan lunak

(mesocarp) dan aleuron, yang mengandung zat tannin bersifat senyawa antinutrisi

akan menurunkan daya cerna protein dalam perut serta menimbulkan rasa sembelit

dan kembung.

Proses penyosohan merupakan penggilingan kedua setelah biji pecah kulit

yang tidak kalah penting untuk dilakukan sebelum menjadi beras hanjeli layak

dikonsumsi, dan dijadikan produk olahan pangan maupun non-pangan. Oleh karena

itu diperlukan penggunaan mesin yang dapat menyosoh hanjeli sehingga

meminimalkan biaya dan waktu tenaga kerja proses penanganan pasca panen.

Dalam perkembangan mesin penyosoh biji hanjeli di Indonesia, mesin jenis

ini masih belum ada yang menjual secara masal di toko-toko mesin pertanian karena

biji hanjeli masih jarang didapatkan bila dibandingkan dengan padi. Hulleran padi

juga tidak mau menerima selain padi karena biji hanjeli itu sendiri cenderung lebih

2

keras kulitnya. Untuk menangani hal ini, diperlukan pengembangan mesin

penyosoh dari padi atau sorgum yang digantikan dengan hanjeli. Menurut Patiwiri

(2006), dua prinsip penyosohan yaitu tipe gesekan (friction type) dan tipe gerinda

(abrasive type). Perbedaan pada kedua prinsip yang telah digunakan yaitu tipe

abrasif apabila kapasitas dinaikkan butir patah menurun, sebaliknya tipe friction

butir patah meningkat, kualitas sosohan lebih tinggi tipe abrasif dibandingkan tipe

friction dan berdasarkan efisiensi penyosohan tipe abrasif lebih tinggi dibandingkan

tipe friction (tekanan). Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Universitas

Padjadjaran di tahun 2014 kembali mengembangkan mesin penyosoh mengacu

pada mesin penyosoh sorgum yang telah dimodifikasi Wijaya (2014) dengan

prinsip kerja mesin tipe abrasif. Hasil rancangan mesin penyosoh TEP-04

melakukan dua proses kerja yaitu pengupasan sekaligus penyosohan menghasilkan

hasil sosohan yang belum optimal berdasarkan uji kinerja oleh Itasari (2017).

Proses yang terjadi antara proses pengupasan biji hanjeli dan penyosohan biji

hanjeli memiliki mekanisme dan prinsip kerja mesin yang berbeda. Adapun

kekurangan mesin penyosoh hanjeli TEP-04, yaitu:

1) Kapasitas aktual (1,31 kg/jam) masih rendah,

2) Hasil sosohan masih terdapat biji tersosoh sebagian, dan tidak tersosoh,

3) Getaran mesin (<4,5 mm/s) lebih tinggi dari yang diizinkan (4 mm/s),

4) Kebisingan mesin (92,9 dB) melebihi ambang batas (90 dB),

5) Pemeliharaan ruang penyosoh sulit, yaitu harus membongkar seluruh unit

penyosoh.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan modifikasi mesin

penyosoh hanjeli TEP-04 dengan membuat perancangan ulang pada mesin

penyosoh TEP-0519. Dan diharapkan mesin hasil modifikasi dapat bekerja dengan

lebih baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diantisipasi adalah

melakukan modifikasi mesin penyosoh dan mengetahui bagaimana kinerja mesin

setelah dimodifikasi menjadi mesin penggilingan kedua biji pecah kulit hanjeli.

3

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1) Melakukan modifikasi TEP-04 dengan merancang kembali mesin penyosoh

hanjeli TEP-0519 diaplikasikan sebagai mesin penggilingan kedua biji

pecah kulit hanjeli berdasarkan prinsip penggunaan batu gerinda.

2) Mengetahui performa mesin modifikasi penyosoh hanjeli TEP-0519 dengan

sistem kontinyu dan batch melalui kinerja mesin meliputi: kapasitas aktual

mesin, efisiensi mesin, rendemen mesin, serta melakukan pengukuran daya

aktual mesin, kebisingan mesin dan getaran mesin.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian terdiri dari kegunaan praktis dan akademis.

1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh petani maupun

pengusaha kecil dan menengah dalam mengolah pasca panen biji hanjeli

penggilingan kedua biji pecah kulit (penyosohan) setelah penggilingan pertama biji

pecah kulit melalui mesin pengupas kulit hanjeli.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai

pengembangan mesin penyosoh hanjeli sehingga dapat dijadikan dasar acuan untuk

penelitian mesin-mesin penyosoh bahan hasil pertanian selanjutnya.