BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini akan mengkaji mengenai status hukum Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut dengan BUMDes). BUMDes tersebut merupakan salah satu wujud pencapaian sesuai Pasal 33 UUD 1945 yang menjelaskan bahwa pada dasarnya bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan kekuasaan dari negara yang dipergunakan untuk kemakmuran rakyat Indonesia itu sendiri. Disamping menempatkan provinsi dan kabupaten/kota sebagai sasaran pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah memandang bahwa desa sudah saatnya melaksanakan otonominya. Otonomi yang dimaksud adalah implementasi otonomi desa. Keseriusan ini ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa). Sebelumnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah disinggung mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa. Namun saat itu dasar pelaksanaan dari pengakuan tersebut baru tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang saat ini diperbaharui dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut dengan PP Desa). Pendirian BUMDes tersebut dapat kita lihat dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Desa No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini akan mengkaji mengenai status hukum Badan Usaha Milik

Desa (selanjutnya disebut dengan BUMDes). BUMDes tersebut merupakan salah

satu wujud pencapaian sesuai Pasal 33 UUD 1945 yang menjelaskan bahwa pada

dasarnya bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

merupakan kekuasaan dari negara yang dipergunakan untuk kemakmuran rakyat

Indonesia itu sendiri.

Disamping menempatkan provinsi dan kabupaten/kota sebagai sasaran

pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah memandang bahwa desa sudah saatnya

melaksanakan otonominya. Otonomi yang dimaksud adalah implementasi

otonomi desa. Keseriusan ini ditandai dengan disahkannya Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa). Sebelumnya,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah disinggung mengakui otonomi yang

dimiliki oleh desa. Namun saat itu dasar pelaksanaan dari pengakuan tersebut baru

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang

saat ini diperbaharui dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

(selanjutnya disebut dengan PP Desa).

Pendirian BUMDes tersebut dapat kita lihat dalam Pasal 3 Peraturan

Menteri Desa No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

2

dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4

Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan dengan tujuan:

a. meningkatkan perekonomian Desa;

b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;

c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi

Desa;

d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan

pihak ketiga;

e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan

layanan umum warga;

f. membuka lapangan kerja;

g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan

umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan

meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

Pola ekonomi yang berlaku di Indonesia saat ini memiliki 3 pola ekonomi,

yaitu:

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang memiliki kegiatan usaha:

a) Persero

b) Perum

2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang memiliki kegiatan usaha:

a) Persero

b) Perum milik daerah

3. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang memiliki kegiatan usaha:

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

3

a) Persero

b) Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

Bagan 1.

Pola kegiatan ekonomi yang berlaku di Indonesia saat ini

Persero

Perum

Persero

Perum

Persero

Lembaga

Keuangan Mikro

(LKM)

Negara

Indonesia

Memiliki Pola

Ekonomi

BUMN,

Memiliki kegiatan usaha:

BUMD,

Memiliki kegiatan usaha:

BUMDes,

Memiliki kegiatan usaha:

kurangnya peraturan

mengenai status

hukumnya

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

4

Dengan adanya pola ekonomi yang ada di Indonesia tersebut tentunya

masyarakat Indonesia serta Pemerintah mengharapkan kemajuan yang cukup baik

dalam aspek sumber daya alam maupun dalam hal kesejahteraan masyarakat desa.

Namun dalam hal tersebut dengan lahirnya BUMDes tersebut masih dianggap

kurang efektif dalam hal peraturan perundang-undangan desa. Pentingnya dasar

hukum pendirian BUMDes yang sejatinya harus memiliki status badan hukum

guna kelancaran berjalannya kegiatan usaha dari BUMDes itu sendiri. Status

badan hukum dalam hal tersebut hanya dimiliki oleh kegiatan usahanya, yaitu

Persero dan Lembaga Keuangan Mikro (selanjutnya disebut LKM). Namun

BUMDes itu sendiri tidak memiliki status badan hukum. Hal tersebut berbeda

dengan BUMN dan BUMD yang dalam peraturan perundang-undangan telah

mengatur bahwa badan usaha tersebut memiliki status badan hukum. Dengan

adanya pola ekonomi yang ada di Indonesia tersebut tentunya masyarakat

Indonesia serta Pemerintah mengharapkan kemajuan yang cukup baik dalam

aspek sumber daya alam maupun dalam hal kesejahteraan masyarakat desa.

Namun dalam hal tersebut dengan lahirnya BUMDes tersebut masih dianggap

kurang efektif dalam hal peraturan perundang-undangan desa. Sejatinya

pentingnya pendirian BUMDes harus memiliki status badan hukum guna

kelancaran berjalannya kegiatan usaha dari BUMDes itu sendiri. Status badan

hukum dalam hal tersebut hanya dimiliki oleh kegiatan usahanya, yaitu Persero

dan Lembaga Keuangan Mikro (selanjutnya disebut LKM). Namun BUMDes itu

sendiri tidak memiliki status badan hukum. Hal tersebut berbeda dengan BUMN

dan BUMD yang dalam peraturan perundang-undangan telah mengatur bahwa

badan usaha tersebut memiliki status badan hukum.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

5

Berangkat dari sejarah mengenai BUMN yang telah ada sejak tahun 1960

yang dikenal dengan Perusahaan Negara ini tentunya memiliki peran yang cukup

besar dalam pergerakkan roda ekonomi Indonesia. Pemerintah Indonesia

mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi

dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN

dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai

pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang

banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana

diamanatkan dalam pasal 33 UUD NRI Tahun 1945, seyogyanya dikuasai oleh

BUMN.

Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan

kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar

lokasi BUMN maupun Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menjadi

binaan BUMN. Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat

dicapai melalui penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk

membangkitkan perekonomian lokal.1

Perkembangan BUMN ini diawali oleh sejarah politik ekonomi Indonesia.

Sebagian BUMN pada awalnya merupakan perusahaan-perusahaan Belanda yang

dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Nasionalisasi besar-besaran terjadi

ketika demokrasi parlementer memasuki babak akhir dalam sejarah Indonesia di

tahun 1950-an. Di masa itu desakan melakukan nasionalisasi semakin besar

karena didasarkan pada keinginan agar sistem perekonomian lebih kokoh dan bisa

dikontrol secara lebih baik oleh pemerintah.2

1 Gunawan Nachrawi, Role of BUMN In Increasing People’s Welfare, Awang Long Law

Review, Vol. 1, No.1, 2018, hlm. 29. 2 Muchayat, Badan Usaha Milik Negara: Retrorika, Dinamika dan Realita (Menuju

BUMN yang Berdaya Saing), PT. Gagas Bisnis, Jakarta, 2010, hlm. 15.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

6

Dalam tingkat daerah, adanya Badan Usaha Milik Daerah (selanjutnya

disebut BUMD) yang memiliki tugas dan kewajiban yang tidak berbeda dengan

BUMN di tingkat pusat tersebut. BUMD yang dapat mendirikan Persero dan

Perum tersebut dianggap cukup berhasil dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya.

Berangkat dari sejarah BUMD yang berdiri sejak tahun 1962 ini yang

awalnya disebut dengan Perusahaan Daerah dengan dasar hukum Undang-Undang

Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Dengan adanya upaya dari Pemerintah

guna meningkatkan perekonomian Indonesia melalui BUMD tersebut, dasar

hukum mengenai bentuk hukum BUMD tersebut telah diberlakukan dengan

diterbitkannya Peraturan Dalam Negeri No. 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

Badan Usaha Milik Daerah. Istilah BUMD tersebut dikenal setelah diterbitkannya

Permendagri No. 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD yang kemudian

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian dirubah

menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yang berlaku hingga saat ini.

BUMD merupakan usaha yang dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana

tujuannya adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah (PAD). Otonomi

daerah memberikan peranan yang besar bagi BUMD dalam menopang pendapatan

asli daerah (PAD).

Otonomi daerah mengharuskan adanya otonomi di sektor ekonomi,

tidak adanya sektor politik. Maka diperlukan landasan hukum yang

tangguh yang dapat menjadi pijakan atau pedoman agar BUMD berperan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

7

sebagai lembaga bisnis yang professional, mandiri dan dapat berkiprah

serta memenuhi tuntutan bisnis domestik dan global.3

BUMD merupakan usaha yang dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana

tujuannya adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah (PAD). Otonomi

daerah memberikan peranan yang besar bagi BUMD dalam menopang pendapatan

asli daerah (PAD). Otonomi daerah mengharuskan adanya otonomi di sektor

ekonomi, tidak anya sektor politik. Maka diperlukan landasan hukum yang

tangguh yang dapat menjadi pijakan atau pedoman agar BUMD berperan sebagai

lembaga bisnis yang professional, mandiri dan dapat berkiprah serta memenuhi

tuntutan bisnis domestik dan global.4

BUMDes ini diharapkan juga mampu menstimulasi dan

menggerakkan roda perekonomian di pedesaan. Aset ekonomi yang ada di

desa harus dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa. Substansi dan

filosofi BUMDes harus dijiwai dengan semangat bersamaan dengan self

help sebagai upaya memperkuat aspek ekonomi kelembagaannya. Pada

tahap ini, BUMDes akan bergerak seirama dengan upaya meningkatkan

sumber-sumber pendapatan asli desa, menggerakkan kegiatan ekonomi

masyarakat di mana peran BUMDes sebagai institusi payung dalam

menaungi.5

Namun apabila dilihat kembali pada landasan yuridis pendirian BUMDes

tersebut terlihat adanya peraturan yang masih minim. Tidak sama seperti BUMN

dan BUMD yang memiliki status badan hukum beserta dengan kegiatan usahanya

yaitu Persero dan Perum, BUMDes dalam hal tersebut tidak memiliki status badan

hukum. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara (selanjutnya disebut UU BUMN) menjelaskan secra tersirat bahwa

BUMN memiliki status badan hukum yaitu dalam Pasal 1 angka 9 yang

3 Anwar M. Arsyad, Prospek Ekonomi Indonesia dan Sumber Pembiayaan

Pembangunan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hlm. 50. 4 Ibid. 5 Coristya Berlian Ramadana, dkk, Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

sebagai Penguatan Ekonomi Desa, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. I, No. 6, 2013, hlm.

1069.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

8

menjelaskan bahwa “direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas

pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN

baik di dalam maupun diluar pengadilan”. Dengan adanya landasan yuridis

tersebut terlihat bahwa unsur dari suatu badan usaha memiliki perkumpulan serta

dapat melakukan perbuatan hukum yang mewakili badan usaha tersebut telah

terpenuhi. Hal tersebut tidak sama dengan halnya BUMDes. Sesuai dengan

Permendesa tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran

BUMDes tersebut tidak mengatur secara konkrit maupun tersirat mengenai

perolehan status badan hukumnya baik dalam hal BUMDes dapat melakukan

perbuatan hukum tersebut. Status badan hukum tersebut dimiliki hanya dalam

kegiatan usahanya saja, yaitu Persero dan LKM. Dalam Pasal 213 ayat (1)

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan

mengenai desa dapat mendirikan badan usaha milik desa. Dengan adanya

landasan mengenai keberadaan desa yang dapat mendirikan BUMDes tersebut

seharusnya dalam peraturan yang lebih operasional seperti peraturan menteri

menjelaskan secara konkrit mengenai status badan usaha dari BUMDes tersebut.

Hal ini mengingat bahwa pentingnya suatu badan usaha memperoleh status badan

hukum yaitu dalam hal apabila suatu badan usaha tersebut memiliki status badan

hukum, maka rechtperson tersebut dapat melakukan perbuatan hukum. Subjek

hukum yang berupa badan hukum ini mempunyai wewenang untuk memiliki hak-

hak subjektif dan dapat melakukan perbuatan hukum. Badan hukum ditentukan

sebagai subjek hukum karena perkembangan kebutuhan keadaan, maka badan

hukum juga dapat melakukan perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh

anggota yang ditunjuk oleh mereka yang bekerja sama membentuk badan hukum

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

9

tersebut.6 Karena bentuk badan hukum adalah sebagai badan atau lembaga, maka

dalam mekanisme pelaksanaannya badan hukum bertindak dengan perantaraan

pengurus-pengurusnya.

Landasan yuridis yang masih minim tersebut tentu akan menimbulkan

implikasi kepada kegiatan usaha dari BUMDes tersebut. Hal tersebut dapat kita

lihat dalam Pasal 139 PP No. 43 Tahun 2013 yang menjelaskan bahwa “kerugian

yang dialami oleh BUMDesa menjadi tanggung jawab pelaksana operasional

BUMDesa”. Yang kemudian dalam Pasal 132 angka 6 menjelaskan bahwa

“pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b merupakan

perseorangan yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Desa”. Hal tersebut

mengacu pada unsur badan hukum yang memiliki perkumpulan suatu orang,

namun dalam pasal tersebut terdapat unsur perseorangan serta tidak menjelaskan

mengenai kerugian tersebut ditanggung/dilunasi dengan harta benda perkumpulan

atau perseorangannya. Dalam pasal tersebut bertentangan dengan Pasal 1661

KUHPer yang menjelaskan bahwa “para anggota badan hukum sebagai

perseorangan tidak bertanggung jawab atas perjanjian-perjanjian perkumpulannya.

Semua utang perkumpulan itu hanya dapat dilunasi dengan harta benda

perkumpulan”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana ambiguitas status badan hukum BUMDes tersebut?

6 Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hlm.

46.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

10

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan memahami peraturan status badan hukum

BUMDes sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:

1. Dari segi teoritis adalah untuk memperjelas badan hukum BUMDes yang

diatur dalam perundang-undangan.

2. Dari segi praktis akan mempermudah dan memberikan gambaran kepada

Desa dalam rangka mengelola BUMDes berdasarkan pilihan bentuk

hukumnya.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini akan disusun menggunakan tipe penelitian yuridis normatif,

yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah- kaidah atau

norma-norma dalam hukum positif.7 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan

know-how dalam ilmu hukum, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan

know-how, penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang

dihadapi.8 Maka dengan adanya penelitian tersebut perlu adanya beberapa

pendekatan serta bahan hukum lainnya, yaitu:

1. Pendekatan

a) Pendekatan Perundang-undangan

7 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia

Publishing, Malang, 2006, hlm. 45. 8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 60.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

11

Dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.9

b) Pendekatan Konseptual

Mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam

ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan

pengertian-pengertian hukum, konsep-konep hukum, dan asas-asas

hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.10

2. Bahan Hukum11

a) Bahan Hukum Primer

Merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya

mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer yang di kaji

dalam penelitian tersebut adalah dari:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

Milik Negara

3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah

4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa

9 Ibid., hlm.133. 10 Ibid., hlm. 136. 11 Ibid., hlm. 181.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah€¦ · dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4 Tahun 2015) yang menjelaskan bahwa BUMDes didirikan

12

6) Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran

BUMDes

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

adalah buku hukum yang memuat materi mengenai Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes). Dalam hal tersebut yang mendukung

sebagai penjelasan terhadap bahan hukum sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu litelatur-litelatur, teks hukum

jurnal hukum, makalah, maupun tulisan ilmiah yang didasarkan

pada pandangan-pandangan para ahli.

3. Unit Amatan dan Unit Analisa

a) Unit amatan

1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

2) Peraturan Pemerintah Nomor 47 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa

3) Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran

BUMDes

b) Unit Analisa

Memahami status badan hukum BUMDes dan implikasi apabila

terjadi kerugian pada badan usaha tersebut.