BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah diharapkan menjadi rumah kedua bagi para siswa dan orang tuanya. Orang tua tentunya akan memilih sekolah bagi anaknya dengan mempertim- bangkan keamanan, kenyamanan dan mutu pendidikannya. Mutu pendidikan meliputi bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku bukan hanya dilihat dari kualitas output lulusannya (Mulyasa, 2012; 177). Pelanggan yang dimaksud dalam hal ini khususnya adalah orang tua.Dalam meningkatkan mutu pendidikan demi memenuhi harapan pelanggan untuk meningkatkan prestasi lulusan peserta didik maka sekolah juga harus senantiasa meningkatkan lingkungan belajar yang mendukung proses belajar para siswa sesuai dengan standar yang berlaku. Mutu pengelolaan pendidikan dan pembelajaran disekolah saat ini merupakan tanggung jawab besar masing-masing sekolah. Diterapkannya sistem desen- tralisasi pada bidang pendidikan dimaknai sebagai bentuk pelimpahan sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat untuk dilaksanakan ditingkat lokal

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekolah diharapkan menjadi rumah kedua bagi

para siswa dan orang tuanya. Orang tua tentunya akan

memilih sekolah bagi anaknya dengan mempertim-

bangkan keamanan, kenyamanan dan mutu

pendidikannya. Mutu pendidikan meliputi bagaimana

lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan

pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku

bukan hanya dilihat dari kualitas output lulusannya

(Mulyasa, 2012; 177). Pelanggan yang dimaksud dalam

hal ini khususnya adalah orang tua.Dalam

meningkatkan mutu pendidikan demi memenuhi

harapan pelanggan untuk meningkatkan prestasi

lulusan peserta didik maka sekolah juga harus

senantiasa meningkatkan lingkungan belajar yang

mendukung proses belajar para siswa sesuai dengan

standar yang berlaku.

Mutu pengelolaan pendidikan dan pembelajaran

disekolah saat ini merupakan tanggung jawab besar

masing-masing sekolah. Diterapkannya sistem desen-

tralisasi pada bidang pendidikan dimaknai sebagai

bentuk pelimpahan sebagian kewenangan dan tugas

pemerintah pusat untuk dilaksanakan ditingkat lokal

2

atau daerah yang berujung pada penerapan manajemen

berbasis sekolah (MBS). Hal ini seperti yang telah

diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

51 ayat 1 yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan

standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen

berbasis sekolah/ madrasah. Dengan demikian, jelas

dinyatakan bahwa demi tercapainya peningkatan mutu

yang diharapkan maka sekolah perlu memahami dan

melaksanakan prinsip dan karakteristik MBS atau yang

kini disebut dengan Manajemen Peningkatan Mutu

Berbasis Sekolah (MPMBS).

Terdapat tiga pilar MBS yaitu Manajemen

Sekolah, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) serta Peran Serta

Masyarakat.Pada pilar ketiga, peran serta masyarakat

dalam satuan pendidikan diwadahi melalui komite

sekolah.Komite sekolah meliputi orang tua dan

stakeholder lainnya.Secara normatifKomite Sekolah

semestinya menjalankan empat fungsinya yaitu fungsi

sebagai pemberi pertimbangan dalam pengambilan

keputusan, fungsi kontrol dan akuntabilitas publik,

fungsi pendukung, serta fungsi mediator antara

sekolah dengan masyarakat yang diwakilinya (Rodliyah,

2013: 43). Namun dari beberapa penelitian

3

(Armansayah, 2009, Gelgel, 2005, Junaedi, 2011,

Larasati, 2009, Mulyono, 2014) pada kenyataanya

masih banyak ditemukan komite sekolah yang belum

maksimal menjalankan fungsi dan perannya. Sehingga

saat ini mulai bermunculan kembali pola-pola

partisipasi sekolah yang langsung kepada orang tua

yang dianggap sebagai bagian dari masyarakat.Pola

atau model partisipasi orang tua di sekolah sering juga

menggunakan istilah seperti parent participation, parent

involvement, home-school connection, home-school

participation atau family-school relationships (Greenfield

2003:2). Berdasarkan model partisipasi orang tua

tersebut, penelitian ini juga akan berfokus pada salah

satu model partisipasi orang tua secara langsung di

sekolah.

Pola atau model partisipasi orang tua di sekolah

muncul karena adanya kesadaran bahwa sebenarnya

setiap orang tua memiliki peran yang sangat besar pada

pendidikan anaknya. Orang tua merupakan pendidik

pertama dan utama bagi putra-putri mereka. Mereka

adalah pihak yang harus bertanggung jawab atas

pemberian bimbingan belajar, kedisiplinan dan

karakter anak mereka. Dalam hal ini sekolah adalah

pihak lembaga yang dipercaya membantu menjalankan

peran orang tua dalam lingkungan sosial masyarakat.

Melihat hal tersebut, kemitraan yang harmonis antara

sekolah dan orang tua dalam mendidik putra putri

4

mereka menjadi sesuatu yang mutlak untuk

dilaksanakan. Faktanya seringkali fokus pembicaraan

pendidikan hanya terfokus pada para siswa dan guru

serta komite yang menjadi perwakilan masyarakat.

Padahal peran orang tua dalam keterlibannya

mendukung program-program sekolah dapat mempe-

ngaruhi keefektifan sekolah dalam peningkatan mutu

penyelenggaraan pendidikannya (Mulyasa 2012: 76).

Kualitas pendidikan di sekolah akan meningkat

jika terdapat kerjasama yang baik dengan orang tua

dalam mendidik anaknya melalui dukungan dana,

pemikiran dan tenaga. Maka demi terciptanya

penyelenggaraan proses pendidikan yang bermutu di

sekolah, hendaknya tercipta komunikasi harmonis yang

tidak hanya terkait dengan pembiayaan namun juga

perkembangan peserta didik serta komunikasi edukatif

yang berujung pada pemecahan masalah bersama.

Komunikasi tersebut tidak hanya terjadi dengan

komunikasi satu arah dari sekolah ke orang tua, tetapi

harus ada komunikasi dua arah atau timbal balik

antara sekolah dan pihak terkait terutama orang tua

atau masyarakat di lingkungan sekolah sehingga terjadi

keselarasan atau keharmonisasian hubungan antara

sekolah dan orang tua. Hal ini didukung oleh

pernyataan Mulyasa (2012: 76) bahwa melalui

hubungan yang harmonis tersebut, diharapkan

tercapai tujuan hubungan sekolah dengan orang tua,

5

yaitu terlaksannya proses pendidikan disekolah secara

produktif, efektif dan berkualitas. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di

sekolah akan meningkat jika sekolah memiliki jalinan

kemitraan dengan orang tua yang harmonis pula.

Kemitraan yang berlangsung antara sekolah

dengan orangtua diharapkan menjadi sarana

mewujudkan pengawasan, pemberian dukungan baik

tenaga maupun sarana dan prasarana serta dukungan

pada program sekolah dan komite sekolah yang

diadakan. Bagi sekolah keterlibatan orang tua di

sekolah memiliki manfaat yaitu memperbaiki iklim

sekolah, meningkatkan kualitas sekolah, dan

mengurangi masalah kedisiplinan. Pada saat ini,

program kemitraan sekolah dengan keluarga dan

masyarakat telah diatur oleh pemerintah dalam wujud

program pendidikan keluarga. Program kemitraan

sekolah dengan masyarakat dan keluarga dalam wujud

program pendidikan keluarga ini bertujuan untuk

menjalin kerjasama dan keselarasan program

pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat

dalam membangun ekosistem pendidikan yang

kondusif untuk menumbuh kembangkan karakter dan

budaya berprestasi pada peserta didik (Kemendikbud,

2016: 17).

Komunikasi dan informasi merupakan kunci

keberhasilan dalam menjalin kemitraan antara sekolah,

6

keluarga, dan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu

dirancang media-media yang dapat dimanfaatkan

sebagai jaringan komunikasi antara ketiga pihak

tersebut. Di era digital ini, media sosial sudah menjadi

alat komunikasi yang sering digunakan banyak orang.

Beberapa sekolah telah menggunakan media sosial

sebagai strategi promosi dan komunikasi dengan pihak-

pihak terkait. Pemanfaatan kemajuan tekhnologi ini

telah disadari oleh pemerintah, khususnya

Kemendikbud (2016: 25) yang menyatakan bahwa

media komunikasi dan informasi yang perlu dibentuk

salah satunya melalui media sosial yaitu Facebook,

pesan pendek, Whatsapp, Twitter, laman, dan lainnya.

Media sosial tersebut dianggap sebagai inovasi dalam

mengkomunikasikan sesuatu antara sekolah dengan

keluarga dengan efektif dan efiesien.

Mazza (2013) dan Cox (2012) memaparkan

pengalaman beberapa kepala sekolah mengenai

penggunaan media sosial sebagai media komunikasi

yang inovatif yang digunakan untuk berkomunikasi

antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat serta

pihak-pihak terkait. Sementara itu Stack (2015)

menyatakan bahwa sekolah dapat menggunakan media

sosial sebagai sarana komunikasi dengan orang tua

mengenai informasi terkini yang terkait dengan

kegiatan yang akan datang dan keadaan atau masalah

terkini (real time communication) serta untuk

7

mempromosikan sekolah, selain itu penggunaan media

sosial oleh sekolah dapat menekan biaya, dan dapat

dijadikan role model bagi para siswa dalam

menggunakan media sosial secara benar. Pernyataan

tersebut sejalan dengan Shipley (2014) yang

mengungkapkan bahwa mengikutsertakan orang tua

atau wali murid dalam komunikasi melalui media sosial

adalah cara yang mudah untuk menjaga komunikasi

untuk menginformasikan keadaan terbaru tentang

anak mereka. Namun karena tidak semua keluarga

menggunakan media sosial hendaknya hal ini juga

harus sejalan dengan cara komunikasi tradisional

sekolah, contohnya dengan melayangkan surat untuk

menginformasikan hal-hal penting pada pihak keluarga

peserta didik.

Dari beberapa penelitian di atas, kemitraan

dalam manajemen sekolah menjadi hal yang penting

dan strategis. Oleh karena itu tanggung jawab

pendidikan bukan hanya dilakukan oleh manajemen

sekolah namun juga melibatkan berbagai pihak yaitu

komite dan orang tua secara langsung. Dalam

penelitian ini akan berfokus pada kemitraan sekolah

dan orang tua secara langsung. Studi pendahuluan di

SMA Kristen 1 Salatiga menunjukan bahwa pada tahun

2015 sekolah ini dipilih menjadi salah satu SMA yang

menjadi sekolah percontohan program kemitraan

sekolah dengan orang tua dan masyarakat yang

8

dikemas sekolah dengan nama program pendidikan

keluarga. Dalam hal ini, sekolah telah dirasa cukup

mampu untuk mengembangkan program sekolah

berbasis kemitraan. Dalam rangka melaksanakan

program pendidikan keluarga, sekolah telah

mengadakan kegiatan-kegiatan berupa parenting, expo

pendidikan, pelibatan orang tua sebagai pembina

upacara, forum komunikasi sekolah dan orang tua,

“Tea Time” dalam penyambutan hari pertama masuk

sekolah dan sarasehan yang melibatkan orang tua

didalamnya. Meskipun sudah diadakan beberapa

program kemitraan dengan keluarga yang sudah

dirasakan manfaatnya, namun program ini masih perlu

dikembangkan lagi. Hasil studi pendahuluan juga

menunjukan masih ada beberapa masalah anak yang

saat ini harus segera ditangani oleh sekolah yaitu

meliputi pengawasan dan pengendalian anak dalam

menggunakan gadget dan media sosial serta kedekatan

anak dengan orang tua sehingga menimbulkan catatan

buruk bagi prestasi anak dan kedisiplinanya disekolah.

Jika hal ini tidak segera mendapatkan solusinya maka

akan berdampak pada prestasi siswa dan menurunnya

mutu sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus terus

meningkatkan kerjasama dengan orang tua atau wali

murid untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi

media-media yang ada hendaknya dimaksimalkan

penggunaanya untuk memaksimalkan komunikasi dua

9

arah antara sekolah dengan orang tua sehingga

masalah tersebut dapat diatasi.

Dalam mewujudkan program pendidikan

keluarga sekolah juga telah berupaya menjalin

komunikasi dengan orang tua atau wali murid lebih

intens lagi melalui website sekolah, akun facebook,

pesan singkat, whatsapp (WA), BBM (Blackberry

Massenger) dan email sebagai sarana komunikasi di era

digital ini, namun dalam pengembangannya di bidang

manajemen belum maksimal. Beberapa media sosial

seperti website sekolah dan akun facebook masih perlu

ditingkatkan dalam penggunaanya untuk komunikasi

dua arah dengan para stakeholder. Menurut kepala

sekolah yang bersangkutan, pengembangan media

sosial sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien

masih dalam proses pengembangan sekolah. Maka

dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk membuat

penelitian evaluasi formatif program pendidikan

keluarga yang pada akhirnya menghasilkan saran-

saran perbaikan serta pengembangan model kemitraan

sekolah dengan orang tua melalui media sosial untuk

mewujudkan program pendidikan keluarga yang dapat

menjadi contoh bagi sekolah lainnya, khususnya

sekolah menengah swasta dalam rangka meningkatkan

mutu sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Mazza (2013) dan menyatakan bahwa

strategi komunikasi yang komprehensif yang mencakup

10

penggunaan alat beberapa media sosial dimungkinkan

telah membantu perkembangan ikatan yang lebih kuat

antara sekolah dan pemangku kepentingan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah

dipaparkan diatas maka dirumuskanlah beberapa

pertanyaan yang hendak dijawab dalam penelitian ini.

Rumusan masalah tersebut yaitu:

1) Bagaimana model faktual kemitraan sekolah dengan

orang tua melalui media sosial dalam manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah di SMA Kristen

1 Salatiga?

2) Bagaimana pengembangan model kemitraan sekolah

dengan orang tua melalui media sosial dalam

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di

sekolah menengah swasta?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai

berikut:

1) Menganalisis model faktual kemitraan sekolah

dengan orang tua melalui media sosial dalam

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di

SMA Kristen 1 Salatiga.

2) Menyusun pengembangan model kemitraan sekolah

dengan orang tua melalui media sosial dalam

11

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di

sekolah menengah swasta.

Tujuan-tujuan tersebut nantinya akan meng-

hantarkan thesis ini pada suatu usulan model

kemitraan sekolah dengan orang tua melalui media

sosial untuk meningkatkan mutu sekolah di sekolah

menengah swasta.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan referensi

bagi para peneliti selanjutnya dibidang manajemen

yaitu dalam manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah (MPMBS), khususnya yang terkait mengenai

kepemimimpinan kepala sekolah di era otonomi daerah

dengan menggandeng beberapa stakeholder terkait

termasuk orang tua dalam mengelola pendidikan

berdasarkan sekolah atau yang biasa disebut dengan

istilah School Based Management. Penelitian ini juga

menambah bahan kajian dibidang manajemen

penelitian dan pengembangan dengan tahap evaluasi

formatif yang dilanjutkan dengan pengembangan model

dengan menggunakan analisis SWOT dan MAS.

12

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis memiliki manfaat

sebagai berikut:

1) Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat berguna

sebagai model panduan kemitraan sekolah dengan

orang tua melalui media sosial.

2) Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat

berguna sebagai hasil evaluasi formatif dan dapat

digunakan untuk referensi mengembangkan pro-

gram pendidikan keluarga.

3) Bagi yayasan, hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai model panduan kemitraan sekolah dengan

orang tua melalui media sosial yang dapat

disebarluaskan ke sekolah-sekolah dibawah yayasan

yang lainnya.

4) Bagi komite sekolah, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai pedoman menjalankan program

kemitraan sekolah dengan orang tua serta dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

memperoleh dukungan orang tua dalam menjalan-

kan program - program sekolah.

5) Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan kajian untuk

mengembangkan model kemitraan sekolah dengan

masyarakat dan keluarga dalam pelibatan orang tua

secara langsung.

13

1.5. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang diharapkan dari penelitian pengem-

bangan ini adalah suatu model kemitraan sekolah

dengan orang tua berdasarkan ketentuan dekdikbud

dan model home-school participation dengan

dikembangkan melalui media sosial agar terjalin

komunikasi antar sekolah dan orang tua yang lebih

kuat, efektif dan efisien. Model yang akan dihasilkan

adalah model pedoman prosedural yang meliputi suatu

panduan metode kerja komunikasi dengan beberapa

pemangku kepentingan berbantu media sosial. Model

prosedural adalah model yang bersifat deskriptif,

menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti

untuk menghasilkan produk. Diharapkan melalui

penerapan model kemitraan sekolah dengan orang tua

melalui media sosial ini dapat membantu sekolah

untuk meningkatkan layanan mutu pendidikannya

terkhusus pada program kemitraan sekolah dengan

orang tua di sekolah menengah swasta melalui

penguatkan jalinan kemitraan antara sekolah,

keluarga, dan masyarakat dalam mendukung

lingkungan belajar yang dapat mengembangkan potensi

anak secara utuh peningkatkan keterlibatan orang

tua/wali dalam mendukung keberhasilan pendidikan

anak di rumah dan di sekolah dan peningkatkan peran

serta masyarakat dalam mendukung program

14

pendidikan di sekolah dan di masyarakat. Sehingga hal

ini juga berdampak dalam mengurangi masalah-

masalah internal dan penyimpangan sosial

dilingkungan pendidikan dengan menguatkan

kemitraan sekolah dengan orang tua dan masyarakat.

1.6. Asumsi Pengembangan

Asumsi yang dipergunakan dalam penelitian dan

pengembangan model kemitraan sekolah dengan orang

tua ini adalah:

1) Melalui peningkatan kemitraan sekolah dengan

orang tua dan masyarakat akan tercipta hubungan

yang lebih harmonis sehingga menghasilkan

pendidikan disekolah secara produktif, efektif dan

efisien demi mencetak lulusan sekolah yang

produktif dan berkualitas.

2) Orang tua merupakan bagian dari masyarakat yang

dapat mempengaruhi sekolah menjadi efektif dalam

peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikannya.

3) Penggunaan media sosial dalam rangka mening-

katkan kemitraan sekolah dengan orang tua dan

masyarakat yang telah mulai dilakukan oleh sekolah

merupakan potensi yang yang baik jika dapat

dimaksimalkan penggunaanya.