isi SP i KAN GURAMI

35
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Hatimah S, dkk (1992), mengatakan bahwa ikan gurami (Osprhonemus gouramy) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang banyak diminati. Keunggulan ikan gurami antara lain dapat berkembang biak secara alami, mudah di pelihara karena bersifat pemakan apa saja dan dapat hidup di air tenang. Habitat ikan gurami adalah rawa dataran rendah yang berairan dalam. Ikan ini sangat bersifat peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan tambahan sehingga dapat mengambil oksigen dari luar air. Usaha pemeliharaan ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di dataran rendah yang beriklim panas. Berdasarkan persentase produksi saat ini tercatat ada lima provinsi penghasil ikan gurami terbesar di Indonesia yakni Jawa Barat (34,04%), Jawa Tengah (18,67%), Sumatera Barat (15,44%), Jawa Timur (14,98%) dan Nusa Tenggara Barat (2,7%). Berdasarkan ketersediaan lahan ikan gurami sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan ke seluruh provinsi Indonesia. Ikan gurami tidak hanya laku untuk dipasok ke restoran dan pasar tradisional akan tetapi juga di pasar ekspor (Khairuman dan Amri, 2008). 1

Transcript of isi SP i KAN GURAMI

Page 1: isi SP i KAN GURAMI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Hatimah S, dkk (1992), mengatakan bahwa ikan gurami

(Osprhonemus gouramy) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang banyak

diminati. Keunggulan ikan gurami antara lain dapat berkembang biak secara

alami, mudah di pelihara karena bersifat pemakan apa saja dan dapat hidup di air

tenang. Habitat ikan gurami adalah rawa dataran rendah yang berairan dalam.

Ikan ini sangat bersifat peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan

tambahan sehingga dapat mengambil oksigen dari luar air. Usaha pemeliharaan

ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di dataran rendah yang beriklim

panas.

Berdasarkan persentase produksi saat ini tercatat ada lima provinsi

penghasil ikan gurami terbesar di Indonesia yakni Jawa Barat (34,04%), Jawa

Tengah (18,67%), Sumatera Barat (15,44%), Jawa Timur (14,98%) dan Nusa

Tenggara Barat (2,7%). Berdasarkan ketersediaan lahan ikan gurami sebenarnya

sangat potensial untuk dikembangkan ke seluruh provinsi Indonesia. Ikan gurami

tidak hanya laku untuk dipasok ke restoran dan pasar tradisional akan tetapi juga

di pasar ekspor (Khairuman dan Amri, 2008).

Menurut Wahyudi (1992), Ikan gurami yang berwarna gelap lebih diminati

konsumen di dalam negeri, sementara ikan gurami yang berwarna terang

(merah mudah) lebih di minati konsumen luar negeri. Dengan demikian ikan

gurami strain merah mudah yang berukuran konsumsi memiliki peluang yang

lebih besar untuk di ekspor. Saat ini telah ada permintaan fillet daging ikan

gurami untuk di ekspor ke Jepang.

Peluang usaha ikan gurami lebih banyak dibandingkan dengan ikan

konsumsi lainnya. Dengan demikian , setiap orang yang akan terjun ke bisnis

budidaya ikan gurami memiliki banyak pilihan dari setiap subsistemnya. Pada

kegiatan intensifikasi, pilihan subsistem usaha harus disesuaikan dengan

kemampuan modal. Kondisi geografi lahan dan prasarana yang dimiliki.

1

Page 2: isi SP i KAN GURAMI

Di samping itu, kecenderungan permintaan pasar juga harus diperhatikan

(Senjaya J dan M.H Riski, 2002).

Peningkatan hasil pembesaran ikan gurami sangat berpengaruh pada

sistem teknologi yang digunakan. Peningkatan hasil panen perlu ditunjang

dengan penerapan metode yang dipergunakan dalam pembesaran, maka untuk

menunjang proses pembesran sebaiknya digunakan metode modular. Penggunaan

metode modular pada manajemen pembesran ikan gurami bertujuan untuk

memaksimalkan daya dukung lahan sehingga diharapkan lahan yang

dipergunakan dalam pembesaran ikan masih dalam keadaan subur dan sehat.

Selain itu dengan menggunakan metode modular dapat menseleksi calon benih

unggul untuk pembesaran lanjutan (Wijoyo S, 2007).

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penulisan seminar pustaka ini yaitu untuk mengetahui

manajemen pemasaran dan pembesaran ikan gurami (Osprhonemus gouramy)

sistem intensif dengan penerapan metode modular.

Adapun kegunaan dari penulisan laporan seminar pustaka ini yakni

diharapkan dapat memberikan suatu manfaat serta informasi kepada para praktisi

perikanan serta dapat pula sebagai bahan pustaka bagi semua pihak yang

mempunyai keinginan dalam kegiatan budidaya ikan gurami sistem intensif.

2

Page 3: isi SP i KAN GURAMI

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Gurami ( Osprhonemus gouramy )

Klasifikasi Ikan Gurami

Menurut Affandi R (1992), bahwa dalam daftar klasifikasi ikan gurami,

ikan ini termasuk dalam bangsa Labirinthici dan suku Anabantidae.

taksonominya, secara lengkap ikan gurami diklasifikasikan sebagai berikut.

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Bangsa : Labirinthici

Sub-bangsa : Anabantoidea

Suku : Anabantidae

Marga : Osphronemus

Jenis : Osphronemus gouramy

Morfologi Ikan Gurami

Bentuk badan ikan gurami agak panjang, pipih dan tertutup sisik

berukuran besar, terlihat kasar serta kuat. Punggungnya tinggi dan mempunyai

sirip perut dengan jari-jari yang sudah menjadi alat peraba. Bentuk demikian

menunjukan bahwa ikan gurami merupakan penghuni air tenang dan dalam.

Dengan bentuk tersebut ikan gurami dapat mudah berbalik dan berbelok. Bagian

kepala ikan gurami muda berbentuk lancip dan akan menjadi tumpul bila sudah

besar. Pada kepala ikan gurami jantan yang sudah tua terdapat tonjolan seperti

cula. Mulutnya kecil dengan bibir bawah menonjol sedikit dibandingkan dengan

atas dan dapat disembulkan (Affandi R,1992).

Menurut Sendjaja, J.T, dan M.H,Riski (2002), mengatakan bahwa pada

umumnya badan ikan gurami berwarna biru kehitaman dan bagian perutnya

berwarna putih. Warna tersebut akan berubah menjelang dewasa yakni pada

bagian punggung berwarna kecokelatan dan pada bagian perut berwarna

keperakan atau kekuningan.

3

Page 4: isi SP i KAN GURAMI

Pada ikan gurami muda terdapat garis tegak berwarna hitam berjumlah

7-8 buah. Garis-garis ini akan hilang pada saat ikan gurami beranjak menjadi

dewasa. Jari-jari pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi

sebagai alat peraba. Ujung sirip punggung dan sirip dubur dapat mencapai

pangkal ekor. Sirip ekor berbentuk busur. Pada dasar sirip dada ikan gurami

betina terdapat tanda berupa sebuah lingkaran hitam (Khairuman dan Amri,

2008). Untuk lebih jelasnya morfologi ikan gurami dapat dilihat pada Gambar 01

Gambar 01. Morfologi ikan gurami.

Sumber : Khairuman dan Amri. 2008

Pertumbuhan Ikan Gurami

Secara umum, di habitat alaminya ikan gurami mencapai panjang total

15 cm pada umur satu tahun, 25 cm pada umur dua tahun, dan 30 cm pada umur

tiga tahun. Berbeda dengan burung dan mamalia, sebagian besar ikan mempunyai

kapasitas meneruskan pertumbuhan selama hidupnya memungkinkan. Walaupun

demikian, pertumbuhan ikan di usia tua relative lambat (Jangkaru Z. 2007).

Menurut Hatima. S (1991), pertumbuhan ikan gurami akan berlangsung

cepat pada umur 3-5 tahun. Selanjutnya ikan yang sudah tua, lebih banyak

mempergunakan pasokan energi dan zat hara untuk pemeliharaan tubuhnya. Ikan

gurami dapat tumbuh mencapai panjang 45 cm dan berat lebih dari 10kg.

4

Page 5: isi SP i KAN GURAMI

Menurut Jangkaru Z, dkk (1993), pertumbuhan awal individu ikan gurami

mengalami perlambatan selama pematangan kelamin pertama kali. Sebagian

besar energy dan sat hara di perlukan untuk perkembangan kelamin. Selain itu,

selama membuat sarang dan menjaga anaknya, pertumbuhan gurami mengalami

hambatan karena pada masa itu umumnya ikan gurami makan sedikit atau bahkan

tidak makan sama sekali.

Reproduksi Ikan Gurami

Ikan gurami termasuk jenis ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga

jika suhu perairan lebih rendah dari pada kisaran suhu optimal, ikan tidak akan

produktif. Rata-rata ikan gurami memijah pada umur 2-3 tahun. Pemijahan ini

dapat berlangsung sepanjang tahun. Produktifitasnya akan meningkat pada

musim kemarau (Kairuman dan Amri, 2008).

Menurut Sendjaya dan Riski (2002), sebaiknya telur hasil pemijahan

diletakkan di dalam sarang yang terbuat dari ijuk. Telur tersebut akan menetas

dalam waktu 10 hari. Umumnya ikan gurami yang masih muda bersikap agresif,

tetapi sikap ini akan berkurang seiring dengan pertambahan umur ikan gurami

sehingga sikap ikan gurami dewasa tampak lebih tenang.

Induk ikan gurami jantan umumnya lebih besar dibandingkan induk ikan

gurami betina. Induk ikan gurami jantan juga lebih aktif mengejar induk betina.

Atas dasar sifat tersebut maka perbandingan kelamin yang umum dipakai yaitu

dua ekor induk betina dipasangkan dengan seekor induk jantan (Kusdiarti, 1995).

Pemijahan

Apabilah dalam kolam sudah tersedia sarang buatan, induk jantan akan

memeriksa dan memperbaiki sarang tersebut seperlunya. Selanjutnya induk jantan

akan berada di depan sarang dengan memamerkan gerakan–gerakan keindahan

tubuhnya dan sekali-kali berusaha mengiring betina mendekati mulut sarang.

Aktifitas prapemijahan ini umumnya berlangsung selama 2-3 hari (Hatimah,

1991).

5

Page 6: isi SP i KAN GURAMI

Menurut Jangkaru Z (2003), proses pemijahan biasa terjadi di depan mulut

sarang dan umumnya berlangsung pada hari kedua setelah sarang selesai dibuat.

Sementara proses pembuahan akan berlangsung didalam sarang. Sisa-sisa

pembuahan yang masih menempel di sirip ekor atau benda lainnya akan disedot

oleh induk jantan dan kemudian disemprotkan ke dalam sarang. Selama proses

pemijaan ini, tercium aroma amis di sertai bintik-bintik minyak di permukaan air

sekitar sarang, hal ini menunjukkan bahwa proses pemijahan telah berhasil.

Penetasan Telur

Dalam kondisi alamiah, telur-telur dalam sarang akan menetas dalam

waktu 30-36 jam. Setelah menetas anak ikan yang akan diberi nama larva masih

tetap tersimpan dalam sarang. Penetasan telur ikan gurami dapat di lakukan

dalam kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam dan baskom. Penetasan telur

ikan gurami di dalam kolam pemijahan dilakukan tanpa mengangkat atau

memindahkan sarang atau induknya dari dalam kolam. Induk tetap berada dalam

sarangnya karena di perlukan untuk merawat dan menjaga telur serta larva

(Kusdiarti, 1995).

Menurut Khairuman dan Amri (2008), perawatan larva ikan gurami hingga

sampai umur 12 hari atau telah mencapai panjang benih 0,5-1 cm. Kemudian

dilanjutkan dengan perawatan benih ikan gurami hingga ukuran siap pendederan

yakni 10-50 g/ekor.

6

Page 7: isi SP i KAN GURAMI

MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN GURAMI SISTEM INTENSIF

Manajemen Pembesaran Sistem Intensif

Benih ikan gurami yang dipelihara dengan sistem intensif dalam masa

pemeliharaan yang sama ternyata dapat tumbuh lebih baik dan hasilnya pun lebih

memuaskan. Dengan melalui penerapan sistem teknologi intesif, penebaran benih

ikan gurami sebaiknya menggunakan benih ikan yang memiliki ukuran yang

seragam (Harsono. P dan Djarija A.S, 1992).

Menurut Jangkaru Z, dkk (1993), teknologi intensif meliputi pembuatan

konstruksi kolam yang sempurna, pengelolaan tanah dasar kolam, pengelolaan

kualitas air, seleksi benih, pemberian pakan, pengendalian hama dan penyakit.

Pemeliharaan ikan gurami sistem intensif juga dapat dilakukan secara tunggal

(monokultur) atau campuran (polycultur).

Manajemen Konstruksi Kolam Intensif

Salah satu unsur pokok keberhasilan pengelolaan kolam adalah pembuatan

konstruksi. Kontruksi kolam sistem intensif untuk pemeliharaan ikan gurami

tidak boleh sembarangan. Langkah pertama pembuatan kolam pemeliharaan ikan

gurami adalah membuat disain yang menggambarkan keadaan lokasi yang akan di

buat. Disain dan konstruksi kolam dapat mempermudah pembuatan. Selain itu

dapat digunakan sebagai patokan langkah yang tepat untuk memulai dan

mengakhiri pembuatan kolam (Khairuman, dan Amri, 2008).

Membuat Disain Kolam Intensif

Menurut Widiyati A (1992), desain konstruksi kolam pemeliharaan harus

sesuai dengan kondisi lingkungannya. Bentuk dapat bervariasi, segi empat, bundar

atan memanjang, asalkan disain kostruksi kolam harus mendukung kemudahan

pengelolaan dan pemeliharaan ikan. Konstruksi kolam meliputi bentuk serta

ukuran pematang dan caren, letak bentuk serta jumlah pintu. Untuk budidaya ikan

gurami sistem intensif, baik kolam yang sudah dibangun maupun yang akan

dibangun harus memenuhi syarat kolam ideal. Jika kolam tidak permanen,

7

Page 8: isi SP i KAN GURAMI

pematang harus dibuat dengan kuat dan lebar agar tidak mudah bocor atau erosi,

terutama pematang sebelah dalam yang langsung menahan air.

Membuat Kemiringan Tanah Dasar Kolam dan Caren

Disain konstruksi tanah dasar kolam harus dibuat miring kearah saluran

pintu pembuangan air. Apabilah tanah dasar kolam sangat berlumpur sehingga

sulit untuk menetapkan tingkat kemiringannya, maka harus dibuatkan caren

terlebih dahulu ditengah-tengah kolam. Caren dapat dibuat membujur atau

diagonal menuju arah saluran pengeluaran. Pembuatan ceren cukup dengan luas

1 m dan kedalam carenya adalah 25 cm (Jangkaru Z, dkk, 1993).

Menurut Khairuman dan Amri (2008), fungsi lain caren adalah untuk

mempermudah kegiatan pemanenan. Untuk kolam yang memiliki lahan di

dataran rendah yang sistem pembuangan airnya cukup rumit atau selalu becek,

ceren dapat dimanfaatkan sebagai peresap atau penampung rembesan air sehingga

tanah disekelilingnya dapat mengering.

Membuat Pintu Air Kolam

Dalam konstruksi kolam intensif sangat perlu diperhatikan untuk membuat

pematang dan caren yang sempurna, maka selanjutnya pintu air dibuat pada sisi

kolam. Letak pintu pemasukan dan pengeluaran membentuk diagonal pada sisi

panjang atau lebar. Pintu air dapat di buat dari beton (permanen) berbentuk

monik atau dari pipa PVC. Besarnya aliran air dalam pemeliharaan ikan gurami

tidak mutlak di perlukan. Tetepi sistem sirkulasi air harus diatur secara merata

agar kualitas air dalam kolam tetap terjamin (Widiyati A, 1992).

Manajemen Pengelolaan Tanah Dasar Kolam Intensif

Tujuan dari pengelolaan tanah dasar kolam adalah untuk menciptakan

kondisi optimum tanah agar dapat menyediakan lingkungan yang layak sebagai

tempat pembesaran ikan gurami. Pengelolaan tanah secara sempurna,

memungkinkan terjadinya proses aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.

Proses ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Pengelolaan tanah juga dapat mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi

8

Page 9: isi SP i KAN GURAMI

senyawa-senyawa organik dalam tanah, memungkinkan penguapan senyawa-

senyawa beracun yang telah tertimbun di dalam tanah, membunuh atau

memutuskan siklus hidup bibit hama penyakit. Pengelolaan tanah juga dapat

menstabilkan derajat keasaman (pH) tanah dan menambah unsur-unsur hara yang

mendapat meningkatkan kesuburan lahan tanah dasar kolam (Jangkaru Z, dkk,

1993).

Menurut Poernomo A (1990), pengelolaan tanah dasar kolam meliputi,

pembalikan tanah dasar, pengapuran tanah dasar dan pemupukan tanah dasar

kolam. Selain itu pengelolaan tanah dasar bertujuan untuk memperbaiki kondisi

tanah dasar kolam seperti aerasi sedimen permukaan tanah untuk pengosidasian

senyawa tereduksi seperti H2S, nitrit, ammonia ion besi dan lainnya yang dapat

bersifat toksin.

Pembalikan Tanah Dasar Kolam

Pengelolaan tanah dasar dengan cara dibalik biasanya menggunakan alat

traktor atau biasa juga dengan menggunakan cangkul. Tanah yang dibalik atau di

traktor sebaiknya dengan kedalaman sekitar 10-20 cm, tanah yang telah di balik

kemudian di jemur hingga kering atau telah berubah warnanya, waktu yang di

butuhkan untuk pengeringan tanah dasar kolam biasanya 3-5 hari atau tergantung

cuaca ( Harsono P dan Djarija A.S, 2002).

Pemberian Kapur Tanah Dasar Kolam

Menurut Poernomo A (1990), kegiatan selanjutnya dalam pengelolaan

tanah yaitu dengan melakukan pengapuran tanah dasar kolam. Dosis pemberian

kapur ini berdasarkan hasil pengukuran pH tanah dasar kolam dengan

menggunakan alat pengukur soil tester. Fungsi dari pemberian kapur ini adalah

untuk mempertahankan kestabilkan keasaman (pH) tanah, selain itu dapat juga

menstabilkan air kolam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 01tentang

dosis kapur untuk menetralkan pH tanah.

9

Page 10: isi SP i KAN GURAMI

Tabel 1. Dosis kapur untuk menetralkan pH tanah

pH Tanah Dosis Pemberian KapurKapur Bangunan (Ca(OH)2) Kapur Pertanian (CaCO3)

>6 < 500 kg/Ha <1000 kg/Ha5 – 6 <1000 kg/Ha <2000 kg/Ha<5 <1500 kg/Ha <3000 kg/Ha

Sumber : Poernomo, A, 1990

Menurut Harsono. P dan Djarija A.S (1992), pemberian kapur yang

berlebihan kedalam kolam menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila

kekurangan kapur dalam kolam menyebabkan lahan kolam bersifat asam. Kedua

hal ini tidak menguntungkan untuk pemeliharaan ikan gurami. Kolam yang tidak

subur tidak dapat menjamin ketersediaan makanan alami yang dibutuhkan ikan

gurami. Sebaliknya lahan kolam yang terlalu asam akan menghambat

pertumbuhan ikan gurami.

Pemupukan Tanah Dasar Kolam

Menurut Poernomo,A (1990), pengelolaan tanah selanjutnya dengan

melakukan pemberian pupuk, pupuk yang di pergunakan adalah pupuk kandang

berupa kotoran ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda mupun kotoran unggas

yang telah kering. Fungsi utama dari pemberian pupuk pada pengolahan tanah

adalah untuk menyediakan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan

makanan alami. Dengan kata lain fungsi dari pemupukan adalah untuk

meningkatkan kesuburan lahan kolam, fungsi lain dari pemupukan yaitu untuk

memperbaiki struktur tanah.

Pengelolaan Kualitas Air

Teknik pengelolaan kualitas air untuk mempercepat proses penguraian

atau dekomposisi unsur-unsur organik dari pupuk menjadi unsur-unsur anorganik

yang dapat menyuburkan kolam, setelah kapur dan pupuk ditebarkan kemudian

kolam di isi air sedikit demi sedikit, selama 3-4 hari dengan tinggi air 10-15 cm

(Jangkaru Z, dkk, 1993).

10

Page 11: isi SP i KAN GURAMI

Menurut pendapat Widiyati A (1992), mengatakan bahwa setelah air

ditahan selama kurang lebih 3 hari, maka warna air mulai nampak berubah.

Perubahan dari warna air ini menunjukkan bahwa plankton atau makanan alami

sudah mulai tumbuh di dalam kolam. Kemudian kolam kembali di isi air

sedalam 70 - 90 cm sebelum benih ikan gurami di tebar. Beberapa hari setelah

benih di tebar, kedalaman air kolam sedikit demi sedikit setiap hari di tambah

sampai setinggi 150 cm. Dalam pengelolaan air ini yang penting adalah menjaga

kestabilan debit air yang masuk ke dalam kolam. Perlunya pemasangan papan

pengukur skala ketinggian air sehingga dapat diketahui jumlah volume air yang di

inginkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 02.

Gambar : 02. Papan skala pengukur ketinggian air

Sumber : Widiyati A, 1992.

Seleksi Benih

Dalam sistem intensif sangat perlu di lakukan seleksi benih, hal ini untuk

mendapatkan benih ikan gurami yang cepat pertumbuhannya maka dipilih jenis

benih ikan gurami bastar. Ikan gurami ini warnanya hitam, sisik besar dan dahi

agak menonjol. Pada umur yang sama, ukurannya relatife lebih besar dari pada

jenis-jenis ikan gurami lainnya (Sendjaja J.T dan M.H Riski, 2002).

Menurut Khairuman, dan Amri (2008), benih yang di tebar sebaiknya

berukuran dan berumur relatif sama. Apabilah ukuran benih tidak seragam,

11

Page 12: isi SP i KAN GURAMI

benih-benih yang berukuran kecil akan tersaing dalam memperoleh makanan dan

ruang gerak. Ikan-ikan yang besar akan tumbuh lebih cepat, sedangkan ikan yang

kecil akan tetap kecil atau menjadi kerdil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 03.

Gambar : 03. Benih ikan gurami

Sumber : Khairuman dan Amri, 2008.

Benih yang dipilih harus mempunyai ukuran fisik tubuh yang seimbang

(normal). Artinya tidak salah satu bagian tubuh yang berukuran menonjol,

misalnya kepala lebih besar dari ukuran normal. Gerakan mantap, teratur, tubuh

tidak terluka dan tidak ada serangan hama penyakit. Benih ikan gurami yang

sehat akan dapat memperlihatkan gerakan rutin naik ke permukaan dan kembali

ke tengah atau dasar kolam dengan menyemburkan gelembung-gelembung

udara. Dengan melaksanakan sistem seleksi benih yang baik maka harapan untuk

mendapatkan hasil panen akan lebih dapat menjanjikan (Sendjaja, J.T, dan

M.H,Riski, 2002). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 02 tentang

Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Gurami dan Gambar 04 Penebaran benih Ikan

Gurami.

12

Page 13: isi SP i KAN GURAMI

Tabel 02. Kriteria kuantitatif benih ikan gurami (Osphronemus gouramy).

Kriteria Satuan LarvaBenih

PIBenih

PIIBenih PIII

Benih PIV

Benih PV

Umur hari 10-12 40 80 120 160 200

Panjang total cm0,75-1,00

1-2 2-4 4-6 6-8 8-11

Bobot Minimal

gram 0,03 0-2 0,5 1,0 3,5 7,8

Keseragaman ukuran % >80 >80 >80 >80 >80 >80

Keseragaman warna % >100 >90 >90 >90 >90 >80

Sumber : SNI 01.0485.2.2000.

Gambar : 04. Penebaran benih ikan gurami

Sumber : Jangkaru Z, 2007.

Pemberian Makanan Sistem Intensif

Setelah benih ikan gurami di tebar, pengelolaan selanjutnya adalah

memberi pakan tambahan dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Agar

makanan buatan tidak banyak terbuang, maka sebaiknya pakan buatan tersebut

berbentuk pellet, Ukuran pellet yang di berikan harus sesuai dengan lebar bukaan

mulut benih ikan gurami yang di tebar. Jumlah pakan yang akan di berikan setiap

harinya berkisar antara 5-7 % dari total berat badan ikan gurami (Harsono,P dan

Djarija A.S, 1992).

13

Page 14: isi SP i KAN GURAMI

Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan dan

pertumbuhan ikan gurami. Zat yang terpenting dalam pakam adalah protein,

jumlah dan kualitas protein mempengaruhi pertumbuhan ikan. Zat makanan yang

dibutuhkan ikan dan harus dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan yang optimal

adalah protein karena zat ini merupakan bagian terbesar dari daging ikan

(Halver,J.E, 1973).

Pembuatan pellet pakan ikan gurami, tidak hanyak memperhatikan tinggi

rendahnya kadar (kandungan) proteinnya saja, tetapi juga harus memperhatikan

prosentase kandungan gizi unsur-unsur penyusun lainnya. Kadar protein untuk

pellet pakan ikan gurami yang baik sekitar 20-30 %. Semakin tinggi kadar protein

pakan ikan , biasanya pakan itu semakain baik kualitasnya. Selain itu pakan juga

sebaiknya memiliki kadar lemak yang baik, yakni berkisar antara 4-16 %.

Kisaran kadar lemak yang tidak terlalu rendah ataupun tidak terlalu tinggi,

disamping dapat memperbaiki daya awet pakan juga dapat memperbaiki kualitas

pakan. Pakan ikan gurami juga harus memiliki kandungan karbohidrat, serat

kasar, mineral dan vitamin. Karbohidrat dibutuhkan ikan gurami untuk sumber

energi dan berperan penting untuk sistem biologis, khususnya dalam respirasi

(Wahyudi N.A, 1992).

Menurut Halver,J.E (1973), Kadar serat kasar yang baik pada ikan

berkisar antara 8 – 20 %. Zat-zat mineral juga sangat dibutuhkan ikan untuk

berbagai fungsi metabolisme dan mempertahankan keseimbangan osmotic cairan

tubuh dan air lingkungan. Kadar mineral yang baik antara 10 – 15 %. Vitamin

juga dibutuhkan ikan untuk mempertahankan atau menjaga kesehatan dan

pertumbuhan agar tetap normal.

Pemberian makanan tambahan berupa pellet secara teratur akan

mempercepat pertumbuhan ikan gurami. Dari pengalaman budidaya dengan

sistem intensif menunjukkan bahwa ikan yang diberikan makanan tambahan

pellet, kecepatan pertumbuhannya mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan

ikan gurami yang hanya diberikan makanan berupa daun-daunan (Senjaya, J.T

dan M.H Riski, 2002).

14

Page 15: isi SP i KAN GURAMI

Penerapan Metode Modular Dalam Pembesaran Sistem Intensif

Pada pembesaran sistem intensif, tidak tertutup kemungkinan untuk

melakukan penerapan metode modular. Penerapan metode modular juga di kenal

dengan nama lain yaitu sistem pindah, dengan cara ini benih ikan di pelihara

dalam kolam yang tidak terlalu besar, selama waktu kurang lebih 30 – 40 hari.

Setelah itu ikan di pindah pada lahan yang baru dan memiliki ukuran lebih besar

atau luas. Tujuan dari dilaksanakannya penerapan metode modular yaitu untuk

dapat memacuh pertumbuhan ikan agar lebih cepat besar dan lebih sehat, karena

dengan penerapan metode modular lahan kolam di harapkan akan dalam keadaan

subur dan sehat dari timbunan bahan – bahan organik (Wijoyo S, 2007).

Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Intensif

Pemeliharaan pembesaran ikan gurami sistem intensif, memudahkan

pengontrolan hama yang sifatnya sebagai pemangsa (predator besar) seperti

burung, ular, kepiting dan ikan buas. Pengendalian hama tersebut tidaklah

mudah, penggunaan bahan kimia untuk mengendalian hama mengandung resiko

yang cukup besar. Penggunaan bahan kimia dosis rendah sering tidak mematikan

hama, sedangkan penggunaan dosis tinggi seringkali justru mematikan ikan yang

di budidayakan (Widiyati A, 1992).

Pengendalian hama yang paling mudah dan efektif adalah dengan cara

mengisolasi kolam pemeliharaan dari perairan sekitarnya. Untuk menghindari

hama ikan buas yang masuk kelahan pembudidaya pembesaran ikan gurami,

maka di anjurkan untuk memasang saringan pada pintu saluran pemasukan air.

Pemasangan saringan ini menggunakan warring, sehingga dapat mencegah atau

mengurangi kemungkinan masuknya hama. Selain itu fungsi lain dari

pemasangan saringan ini dapat mencegah masuknya kotoran sampah yang biasa

terdapat di saluran air (Boyd,C.E. 1982).

Menurut Harsono P dan Djarija A.S (1992), penyakit ikan gurami

biasanya banyak terjadi pada masa pendederan. Pada umumnya jenis penyakit

yang menyerang gurami yang masih kecil adalah penyakit parasit, jamur dan

15

Page 16: isi SP i KAN GURAMI

bakteri. Faktor utama penyebab penyakit ikan gurami adalah lingkungan

budidaya yang memburuk, meningkatnya daya serang penyakit dan kemungkinan

menurunnya daya tahan tubuh ikan. Untuk lebih jelasnya Pemeriksaan Kesehatan

Ikan Gurami dapat dilihat pada Gambar 05.

Gambar : 05. Pemeriksaan kesehatan ikan gurami.

Sumber :Jangkaru Z, 2007

Menurunnya kualitas lingkungan budidaya merupakan media yang baik

untuk tumbuh dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya ketahanan tubuh

ikan semakin rapuh bila kualitas lingkungan jelek. Dari pengaruh ketiga faktor

tersebut secara bersama-sama, penyakit baru bisa melakukan aksinya terhadap

ikan. Tetapi selama ketiga faktor tersebut tidak bekerja berbarengan,

kemungkinan ikan gurami di serang penyakit sangat kecil. Jadi penanganan

untuk mencegah hama dan penyakit sangat perlu di lakukan dalam budidaya

pembesaran ikan gurami secara intensif, pencegahan ini meliputi pengelolaan

tanah dasar dan penanganan kualitas air yang baik (Hatimah S, 1991).

Panen Ikan Gurami

Panen merupakan puncak dari hasil pemeliharaan sistem intensif yang

berlangsung selama 120 hari. Sebelum melakukan panen terlebih dahulu di

sampling untuk mengetahui bobot terakhir yang di inginkan untuk di jual

16

Page 17: isi SP i KAN GURAMI

ke pasaran. Hal ini sangat penting untuk mengetahui harga pasaran ikan Gurami

yang baik. Pada umumnya ikan Gurami yang dipelihara secara sistem intensif

saat di panen dengan umur 120 hari memiliki berat rata 380 gram

(Hatimah S, 1991).

Teknik panen ikan gurami yaitu dengan cara melalui pintu air, pintu air

terlebih dahulu di pasang waring atau kantong panen. Pengurangan air waktu

panen tidak menggunakan pompa akan tetapi air di hanyutkan kearah pintu air

sehingga Ikan Gurami bisa ikut keluar mengikuti arus air hingga masuk ke

kantong panen. Setelah air kolam kering, ikan Gurami di tangkap dengan

cara hati - hati untuk menghindari agar tidak sampai ada yang luka. Sebaiknya

setelah di panen ikan gurami di tampung di dalam warring yang airnya mengalir

agar tubuh ikan tetap bersih (Khairuman dan Amri, 2002).

Gambar : 06. Panen ikan gurami

Sumber : Jangkaru Z, 2007

17

Page 18: isi SP i KAN GURAMI

MANAJEMEN PEMASARAN IKAN GURAMI

Pemasaran Hasil Produksi

Assauri dan Sofjan (1998), mendefinisikan pemasaran dalam dua pengertian

dasar sebagai berikut : ”Pertama, pemasaran dalam arti kemasyarakatan diartikan

adalah setiap kegiatan tukar-menukar yang bertujuan untuk memuaskan keinginan

manusia. Kedua, pemasaran dalam arti bisnis adalah sebuah sistem dari kegiatan

bisnis yang dirancang untuk merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan

mendistribusikan jasa serta barang pemuas keinginan pasar”.

Definisi pemasaran di atas mempunyai beberapa pengertian penting sebagai

berikut :

1. Pemasaran adalah definisi sistem yang manajerial.

2. Seluruh sistem dari kegiatan pemasaran harus berorientasi kepada pasar atau

konsumen. Keinginan konsumen harus diketahui dan dipuaskan secara

efektif.

3. Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah

proses integral yang menyeluruh dan bukan gabungan aneka fungsi dan

pranata yang terurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan

gabungan, pemasaran adalah hasil interaksi dari berbagai kegiatan.

4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak berhenti

sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan.

5. Untuk berhasil pemasaran harus memaksimalkan penjualan yang

menghasilkan laba dalam jangka panjang. Jadi pelanggan harus benar-benar

merasa kebutuhannya dipenuhi supaya perusahaan memperoleh

kesinambungan usaha yang biasanya sangat vital bagi keberhasilan.

Supranto, J dan Nandan (2007) menyatakan bahwa pemasaran hasil

produksi pada dasarnya merupakan suatu proses yang memberikan jawaban atas

kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan. Oleh karena itu, hampir

semua individu ataupun organisasi secara langsung dan tidak langsung ikut

berkecimpung dalam pemasaran, disebabkan karena mereka sama-sama

mempunyai keinginan dan kebutuhan.

18

Page 19: isi SP i KAN GURAMI

Menjaga Mutu Ikan Gurami

Ikan gurami yang bermutu prima ditentukan oleh mutu daging dan

penampilannya. Sementara mutu daging ikan gurami ditentukan oleh tekstur,

warna, aroma dan rasa. Komposisi daging ikan gurami didominasi oleh jaringan

otot dan pengikat sehingga menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Selain itu

warna daging yang putih mulus memberi nilai yang lebih tinggi pada ikan ini.

Rasa daging ikan banyak di pengaruhi oleh komposisi pakan yang dikomsumsinya

(Wahyudi N.A, 1992).

Menurut Khairuman, dan Amri (2002), rasa gurih pada daging ikan

gurami di pengaruhi oleh kandungan lemak dan asam amino pakan yang

dikonsumsi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga mutu kualitas

daging ikan gurami yaitu pengelolaan kualitas air yang baik, pemberian pakan

yang berkualitas, perlakuan saat panen dan penanganan saat pemasaran ikan.

Penanganan Pasca Panen Ikan Gurami

Penampilan tubuh ikan gurami sangat mempengaruhi transaksi saat

melakukan jual – beli. Penampilan ikan gurami banyak dipengaruhi oleh

penanganan pascapanennya. Ikan gurami yang di tangkap dengan alat yang

berbahan kasar, mendapat perlakuan yang kurang telaten, dilakukan dalam

suasana panas dan dalam waktu yang terburu-buru akan menghasilkan ikan

dengan penampilan yang tidak menguntungkan. Ikan gurami yang baru diangkat

dari kolam pemeliharaan dan langsung dijual akan memberikan penampilan dan

citarasa yang baik (Widiati A, 1992).

Cara Pemasaran Ikan Gurami

Harga ikan gurami ditentukan oleh kondisi permintaan dan penawaran di

pasar. Harga ikan gurami di suatu daerah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh

produksi di daerah lain karena sistem transportasi memungkinkan terjadinya

perpindahan produk dari satu daerah ke daerah lainnya. Berdasarkan hal ini,

produksi ikan yang melimpah pada suatu daerah dapat mengakibatkan pasar ikan

gurami di daerah konsumsi ikan mengalami kelebihan penawaran sehingga terjadi

19

Page 20: isi SP i KAN GURAMI

penurunan harga. Harga per kilogram ikan gurami konsumsi di tingkat

pembudidaya adalah Rp 15.000 sedangkan di tingkat konsumen dapat mencapai

Rp 20.000. (Ikanmania.wordpress.com, 2008).

Mengingat sistem pemasaran ikan gurami yang dianjurkan berdasarkan

jalur pasar yang efektif adalah dari produsen langsung ke konsumen atau

pengecer. Jalur pemasaran langsung ke konsumen dapat dilakukan oleh produsen

dengan beberapa cara, di antaranya produsen memiliki tempat eceran di

dibeberapa pasar, menyalurkan ke restoran yang menyediakan masakan ikan,

melayani para pengusaha jasa boga atau berkerja sama dengan para pengusaha

yang bergerak pada usaha ekspor ikan fillet. Dengan mengetahui dan menguasai

metode pemasaran ikan gurami yang baik maka tidak perlu lagi untuk diragukan

lagi untuk melakukan panen, bila tiba saatnya ikan gurami di panen (Khairuman,

dan Amri, 2008). Untuk lebih jelasnya ukuran Ikan Gurami saat panen dapat

dilihat pada Gambar 07.

Gambar : 07. Ukuran ikan gurami saat di panen.

Sumber : Khairuman dan Amri, 2008.

20

Page 21: isi SP i KAN GURAMI

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembesaran ikan gurami

sistem intensif yaitu:

1. Penerapan manajemen pembesaran sistem intensif pada ikan gurami dapat

memberikan hasil yang optimal karena memperhatikan standar prosedur

operasional sistem budidaya yang menerapkan pembuatan konstruksi kolam

yang sempurna, pengelolaan tanah dasar kolam, pengelolaan kualitas air,

seleksi benih yang baik, pemberian pakan yang teratur, pengendalian hama,

dan penyakit yang kontinyu.

2. Penerapan metode modular pada pembesaran ikan gurami sistem intensif

sangat penting untuk di terapkan karena membantu daya dukung lahan kolam

untuk terjaga kesuburan dan kesehatan lahan dari penumpukan bahan – bahan

organik yang berlebihan.

3. Hal yang harus diperhatikan agar daging ikan berkualitas prima adalah dengan

memperhatikan pengelolaan kualitas air kolam yang baik, pemberian pakan

yang berkualitas, perlakuan saat melakukan panen.

4. Manajemen pemasaran hasil ikan harus di pahami dan di kuasai oleh petani

ikan, terutama dalam melakukan survei harga jual ikan di pasaran dan

mengetahui cara melakukan pemasaran langsung ke konsumen sehingga

dapat memperoleh nilai jual yang tinggi.

Saran

Sebaiknya dalam pembesar Ikan gurami (Osprhonemus gouramy)

dilakukan dengan Sistem Intensif , maka diharapkan untuk memperhatikan

teknis persiapan kolam pembesaran. Dapat memilih atau menseleksi bibit /benih

ikan yang baik, memperhatikan pemberian pakan yang teratur, mengelolah

kualitas air yang kontinyu sehingga didapatkan hasil yang optimal, maka dapat

meningkatkan tarah penghasil petani ikan.

21

Page 22: isi SP i KAN GURAMI

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, 1992. Iktiologi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Affiati, Novenny Wahyudi;Hidayat Dijasewaka, Sri Hatimah, 1992. Penggunaan Pakan Buatan Pada Usaha Peningkatan Budidaya Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy) di Kolam. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Sukamandi.

Assauri dan Sofjan, 1998. Manajemen Pemasaran, Penerbit Rajawali. Jakarta

Boyd C.E, 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture, dev Aqua and Fisheries Science, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.

Ikanmania.wordpress.com. 2008. Aspek-pemasaran-budidaya–pendederan – dan – pembesaran - ikan-gurami.. Dikunjungi tanggal 16 Juni 2010.

Halver J..E, 1973. Nutrient Requirements of Troul,Salmon and Catfish. Nat Acad. Sc.Washinton D.C.

Hatimah,S. Novenny A Wahyudi dan Estu Nugroho, 1992. Pembesaran Gurami (Osprhonemus gouramy) dengan Pemberian Pakan Terapung dan Tenggelam, Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.

Hatimah S, 1991. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy), Buletin Perikanan Darat, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.

Harsono P dan Djarija A.S, 1992. Membudidayakan Gurami Secara Intensif, Penerbit Kanisius, Jakarta.

Jangkaru Z, M. Sulhi, dan Sidi Asih.,1993. Konstruksi Tanah dan Kedalaman Air Kolam Tadah Hujan Untuk Usaha Pemeliharaan Ikan Gurami, Buletin Penelitian Ikan Darat, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.

Jangkaru Z, 2003. Memacuh Pertumbuhan Gurami, Penebar Swadaya, Jakarta.

Jangkaru Z, 2007. Meningkatkan Pertumbuhan Gurami Dengan Cara Budidaya Intensif, Penebar Swadaya, Jakarta.

Kusdiarti, 1995. Pembenihan Ikan gurami Sistem Terpadu, Prosiding Hasil Seminar, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.

22

Page 23: isi SP i KAN GURAMI

Khairuman dan Amri, 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.

Khairuman, dan Amri, 2008. Pembenihan dan Pembesaran Gurami Secara Intensif, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.

Poernomo A, 1990. Konstruksi Tambak dan Pengelolaan Tanah Dasar Pasca panen, Proseding Hasil Seminar, Balai Budidaya Air Payau, Jepara.

Rusmaedi, Honorius Mundriyanto, dan M. Sulhi, 1995. Pengaruh Lama penyediaan Pakan Pokok terhadap laju Pertumbuhan Ikan Gurami, Prosiding Seminar, Hasil penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi.

Sendjaja J.T dan M.H Riski, 2002. Usaha Pembenihan Gurami, Penerbit Penerbar Swadaya, Jakarta.

Suhendra, N, dan Wahyu Hidayat, 1992. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Kandungan Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Guram (Osprhonemus gouramy),Prosiding Seminar Hasil Penilitian Perikanan Air Tawar, Bogor.

Supranto, J. dan Nandan. (2007). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.

SNI 01.0485.2.2000. Benih Ikan Gurami (Osprhonemus gourami) Kelas Benih Sebar, Badan Standarnisasi Nasional. Jakarta.

Wahyudi N.A, 1992. Penggunaan Pakan Buatan Pada Usaha Budidaya Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy) di Kolam,Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.

Widiyati A, 1992. Teknik Budidaya Ikan Gurami, Aplikasi Paket Teknologi Budidaya Ikan Gurami, Balai Informasi Pertanian,Jogjakarta.

Wijoyo S, 2007. Manajemen Pembesaran Ikan Bandeng Sistem Intensif Dengan Penerapan Metode Modular, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Tengah, UPTD Perbenihan Perikanan, Tambak Percontohan. Tindaki.

23