BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi telah dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya mewujudkan
masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Hal tersebut tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar tahun 1945 alinea keempat, mengamanatkan bahwa tugas pokok
Pemerintah Republik Indonesia adalah “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah melakukan upaya dalam menyusun rencana
pembangunan tersebut. Tetapi upaya-upaya yang dilakukan pemerintah masih belum
mendapatkan hasil yang maksimal, masih banyak persoalan yang perlu diselesaikan oleh
pemerintah seperti kemiskinan dan permasalahan sosial lainnya.
Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) mendefinisikan kemiskinan
sebagai ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk baik laik-laki maupun
perempuan dalam memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermatabat. Hak-hak dasar tersebut meliputi terpenuhinya kebutuhan
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertahanan, sumber daya
alam, lingkungan hidup, rasa aman, dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak
berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Todaro dan Smith (2006: 232) berpendapat bahwa penanggulangan kemiskinan adalah
salah satu inti dari masalah pembangunan. Penelitian oleh World Bank (2006: 48-53)
menemukan faktor-faktor penentu kemiskinan di Indonesia dari sisi nonpendapatan yaitu:
1. Pendidikan, terutama pendidikan dasar
2. Pekerjaan, terutama pekerjaan di bidang pertanian sangat terkait dengan kemiskinan.
3. Isu-isu gender, perempuan sebagai kepala keluarga lebih rentan terhadap kemiskinan.
4. Akses terhadap pelayanan dasar dan infrastruktur.
5. Lokasi geografis, lokasi yang kurang strategis dan terpencil dapat menimbulkan
ketimpangan antarwilayah.
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama
negara yang sedang berkembang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan
masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi,
geografis, gender, dan lokasi lingkungan. Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh
kemiskinan, selain menyebabkan timbulnya banyak masalah-masalah sosial, kemiskinan juga
dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu negara. Kemiskinan yang tinggi akan
menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pembangunan ekonomi
menjadi lebih besar, sehingga secara tidak langsung akan menghambat pembangunan
ekonomi.
Tingkat kemiskinan di Indonesia dapat dilihat melalui data persentase kemiskinan dalam
satuan persen. Dalam Grafik 1.1 disajikan data tingkat kemiskinan Indonesia tahun 1998-
2015. Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia tahun
1998-2015 cenderung mengalami penurunan di setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya, berikut
grafik tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2015:
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Grafik 1.1 Tingkat Kemiskinan Indonesia tahun 1998-2015 (dalam persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)
Grafik 1.2 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia tahun 1998-2015 (Juta Orang)
Sumber: Statistik Indonesia, 2014 (data diolah)
Jumlah Penduduk miskin di Indonesia cenderung menurun selama periode 1998-2014.
Pada tahun 1998, presentase penduduk miskin sebanyak 24,23 persen (49,5 juta orang).
Tingginya angka kemiskinan tersebut dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia
pada pertengahan tahun 1997 yang berakibat pada melonjaknya harga-harga kebutuhan dan
24,2023,43
19,1418,41
18,2017,20
16,6615,97
17,7516,58
15,4214,15
13,3312,49
12,3611,96
11,6611,37
11,4711,25
10,9611,22
11,33
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Mar
et 2
011
Sep
-11
mar
et 2
012
Sep
-12
Mar
-13
Sep
-13
Mar
-14
Sep
-14
Mar
-15
Sep
-15
49,5047,97
38,7437,87
38,3937,34
36,1535,1039,30
37,17
34,9632,53
31,0230,02
29,8929,13
28,5928,07
28,5528,28
27,2728,59
28,51
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
berdampak parah pada penduduk miskin. Selama periode 1999-2002 jumlah penduduk
miskin menurun sebanyak 9,57 juta orang dari 48 juta (23,43 persen dari total penduduk)
menjadi 38,4 juta orang (18,20 persen dari total penduduk) pada tahun 2002. Sebagai akibat
dari kebijakan pemerintah menaikkan harga-harga kebutuhan dasar, kemiskinan tercatat
mencapai 17,75 persen (39,3 juta orang) pada tahun 2006, atau meningkat sebanyak 4,2 juta
orang dibanding tahun 2005. Selanjutnya dalam periode 2006-2015, angka kemiskinan
menunjukkan perkembangan yang menurun. Pada periode ini jumlah penduduk miskin turun
sebanyak 10,71 juta jiwa, yaitu dari 39,30 juta jiwa pada tahun 2006 menjadi 28,51 juta jiwa
pada September 2015. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari
17,75 persen pada tahun 2006 menjadi 11,33 persen pada September 2015. (Perhitungan dan
Analisis Kemiskinan Makro Indonesia tahun 2015).
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi tahun 2007-2015 (ribu jiwa)
Propinsi Jumlah penduduk miskin (000)
Mar-07 Mar-08 Mar-09 2010 2011 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15
Aceh 1 083,7 959,7 892,9 861,9 894,81 909 876,6 840,7 855,71 881,26 837,42 851.59 859.41
Sumatera Utara 1 768,5 1 613,8 1 499,7 1 490,90 1 481,31 1 407,20 1 378,40 1339,16 1390,8 1286,67 1360,6 1463.67 1508.14
Sumatera Barat 529,2 477,2 429,3 430 442,09 404,7 397,9 407,47 380,63 379,2 354,74 379.61 349.53
Riau 574,5 566,7 527,5 500,3 482,05 483,1 481,3 469,28 522,53 499,89 498,28 531.39 562.92
Jambi 281,9 260,3 249,7 241,6 272,67 271,7 270,1 266,15 281,57 263,8 281,75 300.71 311.56
Sumatera Selatan 1 331,8 1 249,6 1 167,9 1 125,70 1 074,81 1 057,00 1 042,00 1110,37 1108,21 1100,83 1085,8 1145.63 1112.53
Bengkulu 370,6 352 324,1 324,9 303,6 311,7 310,5 327,35 320,41 320,95 316,5 334.07 322.83
Lampung 1 661,7 1 591,6 1 558,3 1 479,90 1 298,71 1 253,80 1 219,00 1163,06 1134,28 1142,92 1143,93 1163.49 1100.68
Kepulauan Bangka
Belitung 95,1 86,7 76,6 67,8 72,06 71,4 70,2 69,22 70,9 71,64 67,23 74.09 66.62
Kepulauan Riau 148,4 136,4 128,2 129,7 129,56 131,2 131,2 126,67 125,02 127,8 124,17 122.40 114.83
DKI Jakarta 405,7 379,6 323,2 312,2 363,42 363,2 366,8 354,19 375,7 393,98 412,79 398.92 368.67
Jawa Barat 5 457,9 5 322,4 4 983,6 4 773,70 4 648,63 4 477,50 4 421,50 4297,04 4382,65 4327,07 4238,96 4435.70 4485.65
Jawa Tengah 6 557,2 6 189,6 5 725,7 5 369,20 5 107,36 4 977,40 4 863,40 4732,95 4704,87 4836,45 4561,83 4577.04 4505.78
DI Yogyakarta 633,5 616,3 585,8 577,3 560,88 565,3 562,1 550,19 535,18 544,87 532,59 550.23 485.56
Jawa Timur 7 155,3 6 651,3 6 022,6 5 529,30 5 356,21 5 071,00 4 960,50 4771,26 4865,82 4786,79 4748,42 4789.12 4775.97
Banten 886,2 816,7 788,1 758,2 690,49 652,8 648,3 656,24 682,71 622,84 649,19 702.40 690.67
Bali 229,1 215,7 181,7 174,9 166,23 168,8 161 162,51 186,53 185,2 195,95 196.71 218.79
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Nusa Tenggara Barat 1 118,6 1 080,6 1 050,9 1 009,40 894,77 852,6 828,3 830,84 802,45 820,82 816,62 823.89 802.29
Nusa Tenggara Timur
1 163,6 1 098,3 1 013,1 1 014,10 1 012,90 1 012,50 1 000,30 993,56 1009,15 994,68 991,88 1159.84 1160.53
Kalimantan Barat 584,3 508,8 434,8 428,8 380,11 363,3 355,7 369,01 394,17 401,51 381,92 383.70 405.51
Kalimantan Tengah 210,3 200 165,9 164,2 146,91 148 141,9 136,95 145,36 146,32 148,83 147.70 148.13
Kalimantan selatan 233,5 218,9 176 182 194,62 189,9 189,2 181,74 183,27 182,88 189,5 198.44 189.16
Kalimantan Timur 324,8 286,4 239,2 243 247,9 253,3 246,1 237,96 255,91 253,6 252,68 212.89 209.99
Sulawesi Utara 250,1 223,5 219,6 206,7 194,9 189,1 177,5 184,4 200,16 208,23 197,56 208.54 217.15
Sulawesi Tengah 557,4 524,7 489,8 475 423,63 418,6 409,6 405,42 400,09 392,65 387,06 421.62 406.34
Sulawesi Selatan 1 083,4 1 031,7 963,6 913,4 832,91 825,8 805,9 787,67 857,45 864,3 806,35 797.72 864.51
Sulawesi Tenggara 465,4 435,9 434,3 400,7 330 316,3 304,3 301,71 326,71 342,26 314,09 321.88 345.02
Gorontalo 241,9 221,6 224,6 209,9 198,27 186,9 187,7 192,58 200,97 194,17 195,1 206.84 206.51
Sulawesi Barat 189,9 171,1 158,2 141,3 164,86 160,5 160,6 154,01 154,2 153,89 154,69 160.48 153.21
Maluku 404,7 391,3 380 378,6 360,32 350,2 338,9 321,84 322,51 316,11 307,02 328.41 327.78
Maluku Utara 109,9 105,1 98 91,1 97,31 91,8 88,3 83,44 85,82 82,64 84,79 79.90 72.65
Papua Barat 266,8 246,5 256,8 256,3 249,84 230 223,2 224,27 234,23 229,43 225,46 225.36 225.54
Papua 793,4 733,1 760,3 761,6 944,79 966,6 976,4 1017,36 1057,98 924,41 864,11 859.15 898.21
Indonesia 37168,3 34963,3 32530 31023,4 30018,93 29132,4 28594,6 28066,55 28553,93 28280,01 27727,78 28556,19 28472.64
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk miskin di Indonesia per
provinsinya. Jumlah penduduk miskin tersebut berdasarkan dari jumlah penduduk miskin di
desa dan kota. Dapat kita ketahui Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah
setingkat provinsi yang memiliki luas wilayah administrasi terkecil kedua di Republik
Indonesia, setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80
km2, atau 0,17 persen dari seluruh wilayah daratan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). (Statistik Daerah 2014). DIY yang terdiri dari 4 kabupaten/kota memiliki jumlah
penduduk miskin yang cenderung menurun setiap tahunnya dari tahun 2007-2015 yaitu
maisng masing: 633,50; 616,30; 585,80; 577,30; 560,88; 565,30; 562,10; 550,19; 535,18;
544,87; 532,59; 550,23; 485,56 (ribu jiwa).
Tabel 1.2 Variabel Penelitian tahun 2010-2015 (%)
Variabel 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tingkat Kemiskinan 16,83 16,08 15,88 15,03 14,55 13,16
IPM 75,37 75,39 76,15 76,44 76,81 77,59
TPT 6,02 4,32 3,86 3,24 3,33 4,07
Pertumbuhan Ekonomi 5,16 5,21 5,37 5,49 5,18 4,91
Berikut adalah tabel variabel penelitian yang menjelaskan besaran angka dari masing
masing variabel dalam penelitian ini. Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu dengan lebuh
rinci melalui grafik dibawah ini.
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Grafik 1.3 Presentase Penduduk Miskin Indonesia tahun 2007-2015 (dalam persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)
Grafik 1.3 memperlihatkan persentase penduduk miskin di Pulau Jawa tahun 2007-
2015. Dapat kita ketahui pada gambar tersebut terlihat bahwa persentase penduduk miskin di
DIY dari Maret 2007 hingga September 2015 menunjukkan kecenderungan menurun.
Namun, jika dibandingkan dengan persentase provinsi lainnya di pulau jawa, angka tersebut
masih relatif lebih tinggi. Selama enam tahun terakhir, tingkat kemiskinan DIY menurun
sebesar 5,83 persen dari posisi Maret 2007 sebesar 18,99 persen menurun menjadi 13,16
persen pada posisi September 2015. Gambar di atas menunjukkan perkembangan persentase
angka kemiskinan DIY dari tahun 2007-2015.
Permasalahan yang diuraikan di atas, tingkat kemiskinan di Provinsi D I Yogykarta yang
relatif masih tinggi menjadi fokus dalam penelitian ini. Di dalam penelitian ini juga
bermaksud untuk mengkaji faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi DI Yogyakarta yaitu kualitas hidup manusia yang dicerminkan
melalui angka IPM, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.
Berdasarkan beberapa penilitian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mempunyai
peranan dalam mengurangi kemiskinan. Dengan meningkatnya kualitas hidup manusia maka
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
DKI Jakarta 4,61 4,29 3,62 3,48 3,75 3,70 3,72 4,09 3,61
Jawa Barat 13,55 13,01 11,96 11,27 10,65 9,89 9,61 9,18 9,57
Jawa Tengah 20,43 19,23 17,72 16,56 15,76 14,98 14,44 13,58 13,32
DI Yogyakarta 18,99 18,32 17,23 16,83 16,08 15,88 15,03 14,55 13,16
Jawa Timur 19,98 18,51 16,68 15,26 14,23 13,08 12,73 12,28 12,28
Banten 9,07 8,15 7,64 7,16 6,32 5,71 5,89 5,51 5,75
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Axi
s Ti
tle
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
akan pula meningkatkan produktifitas masyarakat, sehingga hal tersebut dapat menjadi faktor
pengurang terjadinya penduduk miskin. Angka Indeks Pembangunan (IPM), mencakup tiga
komponen dasar yang mengukur kualitas hidup mansuia yaitu kesehatan, pendidikan, dan
standar hidup yang layak di dalam masyarakat. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang semakin meningkat menandakan kualitas hidup manusia yang semikn tinggi yang
digambarkan dengan adanya peningkatan kesehatan yang dicerminkan dari umur panjang dan
sehat, peningkatan pengetahuan yang dicerminkan dari tingkat pendidikan serta peningkatan
kehidupan yang layak, maka hal ini dapat pula meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya
masyarakat tersebut akan dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Serta mewujudkan upaya
pembangunan suatu negara.
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Grafik 1.4 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi DIY dan Indonesia 2010-2015
(dalam persen)
Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka
Grafik diatas menunjukkan Provinsi DIY memiliki IPM yang lebih tinggi dibanding
dengan IPM di Indonesia. IPM yang tinggi disertai dengan peningkatan jumlah penduduk
miskin, menjadikan fenomena tersebut relatif tidak sesuai dengan beberapa pendapat pakar.
(Loujouw, 2001) yang menyatakan jika IPM tinggi akan mengakibatkan penurunan
kemiskinan. Rendahnya IPM akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari
penduduk. Produktivitas yang rendah berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan.
Sehingga dengan rendahnya pendapatan menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin
(BPS, 2016).
Seperti diketahui bersama bahwa kemiskinan dan keberhasilan pembangunan disuatu
negara juga sangat terkait dengan masalah pengangguran, Badan Pusat Statistik (BPS)
mendefinisikan pengangguran yang dalam hal ini penangguran terbuka merupakan bagian
dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (yaitu orang-orang
75,37 75,3976,15 76,44 76,81
77,59
66,53 67,09 67,70 68,31 68,90 69,55
2010 2011 2012 2013 2014 2015
DIY Indonesia
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah bekerja), atau sedang
mempersiapkan suatu usaha, kemudian orang-orang yang tidak mencari pekerjaan karena
merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan orang-orang yang sudah memiliki
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. (www.datastatistik-indonesia.com).
Grafik 1.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi DIY dan Indonesia 2010-2015
(dalam persen)
Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka
Grafik diatas menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Provinsi DIY
dan Indonesia dalam periode 2010-2015. Dilihat dari TPT tersebut, persentase pengangguran
di Provinsi DIY berada dibawah rata-rata persentase pengangguran di Indonesia, namun
Tingkat Kemiskinan di Provinsi DIY masih tinggi dari tahun 2010-2015. Menurut Tambunan
(2001), pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan berbagai cara,
diantara (1) konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka
pengangguran akan secara langsung mempengaruhi tingkat pendapatan dengan tingkat
konsumsi. (2) konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka
peningkatan pengangguran akan menyebabkan peningkatan kemiskinan dalam jangka
panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam jangka pendek.
6,02
4,323,86
3,24 3,33
4,07
7,41 7,48
6,13 6,17 5,94 6,18
2010 2011 2012 2013 2014 2015
DIY Indonesia
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DIY dan Indonesia 2011-2015 (dalam
persen)
Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka
Berdasarkan grafik diatas, pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY selama periode 2011-
2015 menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonominya,
yang hanya tumbuh pada rata rata 5,23 persen. Pertumbuhan tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang rata ratanya selama 5 tahun
terakhir ini sebesar 5,51 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu prioritas pembangunan suatu
negara pula, yang merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan
ekonomi juga digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara.
Menurut Mankiew (2007: 17) pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari pertumbuhan produk
domestik bruto adalah rangkuman aktivitas ekonomi suatu masyarakat selama periode waktu
tertentu. Dengan meningkatnya aktivitas ekonomi maka akan meningkatkan jumlah nilai
barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian, sehingga akan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat yang akan diikuti dengan
penurunan tingakat kemiskinan.
5,21 5,37 5,49 5,18 4,91
6,17 6,035,56
5,02 4,79
2011 2012 2013 2014 2015
DIY Indonesia
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1.1 Rumusan Masalah
Masalah kemiskinan masih menjadi salah satu masalah utama dalam pembangunan
negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan
oleh Pemerintah sebagai upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Banyak
dampak negatif yang disebabkan oleh kemiskinan, selain menyebabkan timbulnya banyak
masalah-masalah sosial, kemiskinan juga dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu
negara.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki tingkat kemiskinan yang tergolong
relatif tinggi apabila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Pulau Jawa. Peningkatan
IPM di Provinsi DIY pada tahun 2010-2015 tidak diimbangi dengan penurunan tingkat
kemiskinan di DIY. Tingkat Penganguran Terbuka (TPT) di Provinsi DIY yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan TPT di Indonesia tidak memberikan penurunan terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi DIY. Selain permasalahan tingkat kemiskinan, IPM, dan TPT,
pertumbuhan ekonomi DIY yang lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia kini
memberikan permasalahan lain terhadap kemiskinan. Berdasarkan latar belakang tersebut
rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
“ Apakah ada pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi,
dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-
2015 “
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelirian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh dari Indkes Pembangunan Manusia (IPM), Pengangguran, dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap kemisikinan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2010-2015.
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2015.
2. Sebagai tambahan kajian dan bahan belajar tentang pengaruh indeks pembangunan
manusia, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan.
3. Sebagai bahan pembanding, informasi tambahan dan menambah wawasan
pengetahuan bagi pembaca
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai
penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan berisi informasi mengenai materi dan hal
yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian,manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II GAMBARAN UMUM DAN TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab kedua menjelaskan mengenai gambaran umum dan tinjauan pustaka yang
digunakan sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu.
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ketiga menjelaskan jenis dan sumber data, lingkup wilayah objek penelitian,
metode penelitian, metode analisis, model penelitian, variabel penelitian, hipotesis,
dan analisis yang dipakai dalam penelitian ini.
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
Pada bab keempat diuraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan
pembahasan atas hasil pengolahan data.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir merupakan kesimpulan dari seluruh penelitian dan juga saran yang
direkomendasikan oleh peneliti kepada masyarakat.
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PERTUMBUHANEKONOMI, TERHADAP TINGKATKEMISKINAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015MAHDA RAHMAHUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/