BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya kajian terhadap erosi di SubDistrito/Kecamatan Atabae, karena informasi tentang erosi tanah sangat penting untuk rencana pemanfaatan lahan yang lebih sesuai sehingga dapat menhindari dampak negatif yang akan timbul akibat penggunaan lahan yang salah. Informasi tentang erosi diperlukan selain untuk mengantisipasi dampak, juga sebagai informasi awal untuk memprediksi erosi yang telah, sedang atau yang akan terjadi sehingga dalam penggunaan lahan dapat memilih sistem yang lebih sesuai dalam arti luas guna menjaga produktivitas lahan yang berkelanjutan. Dampak yang di timbulkan oleh erosi dapat berupa dampak langsung ditempat terjadinya erosi maupun dampak langsung diluar tempat terjadinya erosi. Dampak langsung pada tempat terjadinya erosi, (1) hilang atau terkikisnya lapisan tanah atas (top soil) yang subur dan baik untuk perkembangan perakaran tanaman; (2) hilangnya unsur hara dan kerusakan struktur tanah; (3) peningkatan penggunaan energi untuk produksi; (4) kemerosotan produktivitas tanah; (5) pemiskinan petani penggarap atau pemilik tanah (Arsyad, 1989) Dampak langsung di luar tempat terjadinya erosi adalah (1) pelumpuran dan pendangkalan alur-alur sungai; (2) pendangkalan saluran irigasi; (3) tertimbunnya lahan pertanian dan jalan; (4) hilangnya mata air dan memburuknya kualitas air; (5) kerusakan ekosistem perairan laut (matinya terumbu karang) dan (6) meningkatnya frekuensi dan masa kekeringan (Rahim, 2000). Permasalahan erosi yang terjadi di SubDistrito/Kecamatan Atabae adalah akibat dari sistem pembukaan lahan pertanian baru dengan cara menebang pepohonan dan membakar pada lahan yang akan dijadikan kebun sehingga lahan menjadi gundul dan pada saat awal musim hujan tanah sangat mudah tererosi. Kebiasaan buruk masyarakat berupa pembakaran hutan dan semak belukar, lahan yang hendak dijadikan kebun ataupun lahan-lahan tidur mengakibatkan rusaknya fungsi tanah sebagai media penyerapan air dan pada

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pentingnya kajian terhadap erosi di SubDistrito/Kecamatan Atabae, karena

informasi tentang erosi tanah sangat penting untuk rencana pemanfaatan lahan

yang lebih sesuai sehingga dapat menhindari dampak negatif yang akan timbul

akibat penggunaan lahan yang salah. Informasi tentang erosi diperlukan selain

untuk mengantisipasi dampak, juga sebagai informasi awal untuk memprediksi

erosi yang telah, sedang atau yang akan terjadi sehingga dalam penggunaan lahan

dapat memilih sistem yang lebih sesuai dalam arti luas guna menjaga

produktivitas lahan yang berkelanjutan.

Dampak yang di timbulkan oleh erosi dapat berupa dampak langsung

ditempat terjadinya erosi maupun dampak langsung diluar tempat terjadinya erosi.

Dampak langsung pada tempat terjadinya erosi, (1) hilang atau terkikisnya lapisan

tanah atas (top soil) yang subur dan baik untuk perkembangan perakaran tanaman;

(2) hilangnya unsur hara dan kerusakan struktur tanah; (3) peningkatan

penggunaan energi untuk produksi; (4) kemerosotan produktivitas tanah; (5)

pemiskinan petani penggarap atau pemilik tanah (Arsyad, 1989)

Dampak langsung di luar tempat terjadinya erosi adalah (1) pelumpuran

dan pendangkalan alur-alur sungai; (2) pendangkalan saluran irigasi; (3)

tertimbunnya lahan pertanian dan jalan; (4) hilangnya mata air dan memburuknya

kualitas air; (5) kerusakan ekosistem perairan laut (matinya terumbu karang) dan

(6) meningkatnya frekuensi dan masa kekeringan (Rahim, 2000).

Permasalahan erosi yang terjadi di SubDistrito/Kecamatan Atabae adalah

akibat dari sistem pembukaan lahan pertanian baru dengan cara menebang

pepohonan dan membakar pada lahan yang akan dijadikan kebun sehingga lahan

menjadi gundul dan pada saat awal musim hujan tanah sangat mudah tererosi.

Kebiasaan buruk masyarakat berupa pembakaran hutan dan semak

belukar, lahan yang hendak dijadikan kebun ataupun lahan-lahan tidur

mengakibatkan rusaknya fungsi tanah sebagai media penyerapan air dan pada

2

akhirnya aliran permukaan (run off) menjadi lebih tinggi pada saat turun hujan.

Dampak susulan akibat tingginya aliran permukaan ini telah menimbulkan banjir

di daerah penelitian pada tahun 2009 dan 2010 (Direktorat Penanganan Bencana

Alam Timor-Leste 2008).

Secara umum proses terjadinya erosi dipengaruhi oleh faktor : (1) sumber

energi (hujan dan limpasan permukaan), (2) kemiringan lereng, (3) karakteristik

tanah, dan (4) tutupan serta pengelolaan tanah (Morgan, 1986) dalam (Rahim,

2000). Dari keempat faktor yang disebutkan diatas secara spesifik terdapat dua

faktor yaitu faktor manusia dan resistensi/erodibilitas tanah yang paling dominan

berpengaruh terhadap terjadinya erosi tanah di SubDistrito/Kecamatan Atabae.

Faktor pertama adalah faktor manusia yang selalu berusaha merubah pola

penutupan tanah dari pola alami menjadi pola buatan manusia sehingga

menyebabkan percepatan erosi tanah yang kita kenal dengan istilah erosi

dipercepat/accelerated erotion (Rahim, 2000). Faktor yang kedua adalah faktor

resistensi tanah (erodibiltas tanah). Tanah di SubDistrito Atabae merupakan tipe

tanah yang tergolong miskin unsur hara, solum tanah tipis, kontak langsung

dengan batuan atau yang disebut tanah litosol (Kementerian Pertanian Timor-

Leste, 2008) dalam (Gomes, 2009). Curah hujan yang terjadi di daerah penelitian

kecil yaitu 1000 mm/th tetapi bisa mengakibatkan erosi yang cukup nyata, hal ini

dikarenakan kondisi morfologi yang kasar dan tingkat kemiringan lereng antara

(15-30%) berbukit hingga sangat terjal (45%).

Wilayah SubDistrito Atabae merupak daerah tropis namun sering

mengalami musim kering yang panjang yaitu mulai dari bulan April sampai

November, sedangkan musim hujan hanya berlangsung selama 3-4 bulan

(Desember hingga Maret). Jumlah curah hujan tahunannya adalah 1000 mm dan

rata-rata curah hujan bulanan kurang dari 100 mm (Pemerintah Daerah Tingkat I

Timor-Timur, 1994).

Berdasarkan jumlah hujan tahunan dan intensitas curah hujan bulanan

yang ada, penulis dapat memperkirakan bahwa kemungkinan pengaruh hujan

terhadap proses terjadinya erosi di daerah penelitian tergolong kecil, namun

kenyataan di lapangan erosi tetap terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

3

variasi kepekaan tanah terhadap erosi. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi

adalah tekstur, struktur, kandungan bahan organik, kedalaman lapisan tanah, dan

tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 1989). Bouyoucus (1935) dalam (Arsyad,

1989) mengatakan bahwa tanah yang mempunyai nisbah/bandingan rendah

(presentase liat atau clay tinggi) umumnya kurang peka terhadap erosi dari pada

yang mempunyai rasio tinggi (presentase liat/clay rendah).

Variasi erodibilitas tanah yang ada di SubDistrito Atabae sangat di

pengaruhi oleh faktor aktivitas manusia dan faktor topografi (kemiringan lereng).

Faktor manusia menjadi pengaruh yang lebih dominan karena tindakan

pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan masalah konservasi tanah dan

pelestarian lingkungan. Tindakan manusia yang mempunyai pengaruh besar

terhadap erodibilitas tanah di SubDistrito Atabae adalah sistem pembukaan dan

pengolahan tanah dengan cara membakar. Akibat dari pengolahan tanah dengan

sistem bakar tersebut, semua bahan organik (mulsa) penutup permukaan tanah

ikut hilang terbakar. Hilangnya bahan organik tersebut akan mempengaruhi padat

atau remahnya suatu struktur tanah. Semakin padatnya struktur tanah tentu akan

berpengaruh buruk pada tingkat permeabilitas tanah untuk meloloskan air ke

lapisan tanah yang lebih dalam. Berkurangnya permeabilitas tanah akan

mengakibatkan tingginya limpasan permukaan yang pada akhirnya dapat

mengikis atau melepaskan partikel-partikel tanah dari ikatan agregatnya serta

mengangkutnya ke tempat lain (Bannet, 1939) dalam (Suripin, 2001)

Sistem bercocok tanam lahan berpindah-pindah mengakibatkan luas lahan

kritis semakin bertambah, hal ini tentu akan berdampak pada rusaknya tekstur dan

struktur tanah, hilangnya bahan organik yang berguna untuk memperbaiki kondisi

fisik tanah. (Kartasapoetra dkk., 1985).

Sebagai tahap awal untuk mengurangi dampak erosi di SubDistrito

Atabae, maka penelitian ini mengangkat tema PREORITAS KONSERVASI

TANAH DAN PENGELOLAAN LAHAN BERDASARKAN TINGKAT

ERODIBILITAS TANAH DI SUBDISTRITO/KECAMATAN ATABAE

DISTRITO/KABUPATEN BOBONARO, TIMOR-LESTE sebagai judul

skripsi S1

4

1.2 Permasalahan Penelitian

Kajian/penelitian tentang erosi tanah di Timor Leste masih sangat minim,

terutama di SubDistrito Atabae. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya

pengetahuan masyarakat tentang erosi dan tingkat kesadaran masyarakat dalam

bidang konservasi tanah. Masyarakat masih menerapkan sistem bercocok tanam

secara tradisional dalam setiap kegiatan pertanian sehingga mengakibatkan

terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan di SubDistrito Atabae terus

betmabah (Kementerian Pertanian Timor-Leste, 2005).

Penelitian tentang erosi secara umum dan penelitian tentang erodibilitas

secara khusus di daerah atau negara lain sudah banyak di laksanakan dengan

menggunakan metode penilaian erodibilitas tanah, salah satunya adalah metode

Universal Soil Loss Equation (USLE) yang menggambarkan nilai erodibilitas (K)

sebidang tanah di daerah tertentu. Pada awalnya, nilai K hanya digunakan pada

skala yang lebih sempit. Penggunaan nilai K pada skala yang lebih luas (wilayah

DAS ataupun regional) belum dikaji secara mendetil, terutama hubungannya

dengan karakteristik fisik bentuklahan.

Terkait dengan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. bagaimana distribusi potensi erodibilitas tanah di daerah penelitian ?

2. bagaimana petani dapat mengetahui metode konservasi yang sesuai

dan mau melakukan konservasi lahan yang baik untuk pengendalian

erosi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. mengetahui distribusi potensi eorsi tanah berdasarkan tingkat

erodibilitas tanah di daerah penelitian

2. mengetahui metode konservasi yang sesuai guna memulihkan

kembali lahan-lahan yang terancam rusak.

5

1.4 Studi Pustaka

1.4.1. Pengertian, proses dan bentuk erosi tanah

Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan

permukaan tanah atas baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.

Ada tiga tahapan erosi, pertama pelepasan partikel tunggal dari agregat

tanah, yang kedua pengangkutan tanah oleh media alami seperti aliran air

dan angin. Pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak lagi cukup

untuk mengangkut partikel tanah, maka akan terjadi tahap yang ketiga

yaitu pengendapan (Suripin, 2001).

Percikan air hujan merupakan faktor utama yang mengakibatkan

terlepasnya partikel tanah dari satuan agregatnya. Pada saat butiran air

hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah dapat

terlepas dan terlempar sampai beberapa meter ke udara. Pada lahan datar

partikel-partikel tanah akan menyebar secara merata ke segala arah, tetapi

untuk lahan miring penyebaran partikel-partikel tanah lebih dominan ke

arah bawah mengikuti arah lereng. Pertikel-partikel tanah yang terlepas ini

akan menyumbat pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapasitas dan

laju infiltrasi tanah itu sendiri. Aliran permukaan (run off) dapat

meningkatkan kekuatan (energi) untuk melepas dan kemudian mengangkut

partikel-partikel yang telah terlepas baik oleh percikan air hujan maupun

oleh adanya aliran permukaan itu sendiri (Suripin, 2001).

Endarto, (2007) mengatakan erosi merupakan gaya menoreh dan gaya

melebar air yang mengalir di atas permukaan tanah dan jika berlangsung

dalam waktu lama maka akan membentuk lembah-lembah. Tinggi

rendahnya erosi tergantung pada tenaga air dan daya tahan tanah terhadap

pengikisan. Pengikisan tanah pada hakikatnya tidak termasuk erosi internal

(ke dalam penampang tanah) tetapi hanya pengikisan dan pengangkutan

tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Di daerah tropis erosi

terutama disebabkan oleh air hujan. Erosi air timbul apa bila aksi dispersi

dan tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan

atau di dalam tanah.

6

Erosi terjadi minimal dengan satu tahapan yakni dispersi oleh butiran

hujan atau oleh air limpasan. Tahapan erosi meliputi (1) benturan butir-

butir hujan dengan tanah, (2) percikan tanah oleh butir hujan ke semua

arah, (3) penghancuran bongkah tanah oleh butiran hujan, (4) pemadatan

tanah, (5) penggenangan air di permukaan, (pelimpasan air karena adanya

penggenangan dan kemiringan lahan, (7) pengangkutan partikel terpercik

atau masa tanah yang di dispersi oleh air limpasan (Rahim, 2000)

Erosi merupakan proses penghanyutan partikel-partikel tanah oleh

kekuatan aliaran air permukaan dan angin, baik itu terjadi secara alamiah

ataupun sebagai akibat perbuatan manusia. Erosi secara alamiah (geologic

erosion) tidak menimbulkan musibah berat bagi kehidupan manusia dan

keseimbangan lingkungan, karena kemungkinan-kemungkinan yang

terjadi hanya kecil saja. Hal ini dikarenakan partikel-partikel tanah yang

dipindahkan atau terangkut seimbang dengan tanah yang terbentuk di

daerah-daerah yang lebih rendah. (Kartasapoetra, dkk., 1985).

Hardiyatmo, (2006) mengatakan bahwa erosi permukaan (surficeal

erosion) merupakan proses pelepasan dan terangkutnya partikel tanah

secara individu oleh tenaga air hujan, angin dan es. Erosi permukaan

berawal dari terpaan air hujan atau gaya-gaya tarikan yang bekerja pada

partikel individu tanah di permukaan. Patikel-partikel tanah yang telah

terlepas dari agregatnya akan di angkut oleh media alami seperti air, angin

dan es kemudian di endapkan pada daerah yang lebih rendah. Ada enama

macam bentuk erosi yaitu :

(1). Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah yang

merata tebalnya dari suatu bidang permukaan tanah. Penyebab utama

terjadinya erosi lembar (sheet erosion) adalah kekuatan jatuhnya butir-

butir hujan dan aliran air di permukaan tanah. Bentuk erosi lembar tidak

secepat mungkin diketahui karena kehilangan lapisan olah tanah terjadi

secara seragam; (2) Erosi alur (rill erosion) terjadi karena air

terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan

tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat

7

tersebut. (3). Erosi parit (gully erosion) proses terjadinya sama dengan

erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah demikian dalam

sehingga tidak mudah untuk dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi

substratanya; (4). Erosi tebing sungai terjadi akibat pengikisan tebing oleh

air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air yang

kuat pada kelokan sungai. Erosi tebing akan lebih hebat terjadi jika

vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah

terlalu dekat dengan tebing; (5). Longsor (lanslide) adalah suatu bentuk

erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat

dalam volume yang besar; (6). Erosi internal adalah terangkutnya butir-

butir primer ke dalam tanah melalui celah-celah atau pori-pori tanah

sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal mungkin tidak

menyebabkan kerusakan yang berarti karena bagian-bagian tanah tidak

hilang ke tempat lain, dan tanah akan baik kembali jika strukturnya

diperbaiki. Akan tetapi erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas

infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat yang

menyebabkan terjadinya erosi lembar (sheet erosion) atau erosi alur ((rill

erosion) (Arsyad, 1989).

Secara umum proses terjadinya erosi ditentukan oleh faktor iklim terutama

intensitas hujan, kemiringan lereng, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah

dan tataguna lahan (Asdak, 2007).

Tingakat kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi dapat diubah atau

diusahakan menjadi lebih mantap atau stabil yaitu dengan cara merubah faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai K. Adapun faktor yang

berpengaruh nilai K tersebut antara lain : tekstur, struktur, bahan organik dan

permeabilitas tanah (Harjadi dan Indrawati, 1998). Tekstur tanah mencakupi

ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Butir-butir primer tanah terbagi

dalam liat (clay), debu (silt) dan pasir (sand). Tanah-tanah yang bertekstur kasar

seperti pasir dan pasir berkerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi dan

apa bila tanah tersebut memiliki kedalaman yang cukup maka pada tanah-tanah

8

tersebut tidak akan terjadi erosi. Tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai

kapasitas infiltrasi yang tinggi akan tetapi jika terjadi tingginya aliran permukaan

maka partikel-partikel tanah yang halus tersebut mudah terangkut oleh aliran air

permukaan. Pada prinsipnya mudah atau tidaknya suatu tanah dapat tererosi

tergantung pada nilai K tanah tersebut. Nilai K merupakan nilai yang

menunjukkan kepekaan suatu jenis tanah terhadap tenaga alami seperti terpaan

butiran air hujan dan limpasan permukaan. Semakin besar nilai K maka tanah

semakin mudah tererosi, sebaliknya semakin kecil nilai K maka tanah semakin

tahan terhadap erosi. Tingkat kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi dapat

diubah atau diusahakan menjadi lebih mantap atau stabil yaitu dengan cara

merubah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai K.

Adapun faktor yang berpengaruh nilai K tersebut antara lain : tekstur, struktur,

bahan organik dan permeabilitas tanah.

Tekstur tanah merupakan petunjuk tentang perbandingan kasar atau

halusnya suatu butir atau fraksi pasir. Hal ini berarti bahwa sedikit saja tanah

tererosi maka lahan tersebut relatif lebih cepat kritis secara ekonomi atau tingkat

produktivitas lahan akan cepat menurun. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan

untuk meningkatan nilai K antara lain : penambahan bahan organik berupa pupuk

kandang atau pupuk hijau atau zat kimiawi, yang akan meningkatkan agregat

tanah dengan menstabilkan struktur serta meningkatkan ukurannya (Harjadi dan

Indrawati, 1998).

Struktur tanah adalah ikatan butir pirmer dengan butir sekunder atau

agregat tanah. Tanah-tanah yang berstruktur kersai atau granuler lebih terbuka

sehingga lebih cepat menyerap air dari pada tanah yang berstruktur dengan

susunan butir-butir primernya lebih rapat. Struktur tanah digunakan untuk

menerangkan susunan partikel-partikel tanah. Struktur tanah terdiri dari struktur

makro dan struktur mikro. Struktur makro adalah susunan agregat-agregat tanah

satu dengan yang lainnya, sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-

butir primer tanah (pasir, lempung, dan liat/clay) menjadi partikel sekunder yang

disebut agregat (Suripin 2001).

9

Bahan organik, bahan organik sangat penting di dalam melindungi tanah

dari pukulan air hujan yang dapat menyebabkan erosi. Bahan organik yang

membentuk humus akan mengikat butir-butir tanah menjadi suatu struktur yang

lebih tahan terhadap pukulan air hujan (Triwilaida, 1997). Bahan organik selain

melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan, juga mempunyai peran untuk

mengurangi aliran permukaan sehingga kecepatan laju aliran permukaan menjadi

lebih lambat dan daya rusaknyapun tidak terlalu besar. Bahan organik yang sudah

mengalami pelapukan mempunyai kemampuan untuk menyerap dan menyimpan

air yang cukup tinggi sampai dua atau tiga kali berat keringnya bahan organik

tersebut. Pengaruh utama bahan organik adalah menghambat aliran permukaan,

meningkatkan tingkat infiltrasi tanah dan memantapkan agregat tanah.

Kedalaman tanah, tanah yang dalam dan permeabel kurang peka terhadap

erosi dari pada tanah yang permeabel tetapi kedalaman tanahnya sangat tipis.

Semakin dalam lapisan kedap air akan semakin banyak air yang dapat diserap

oleh tanah dengan demikian maka akan mempengaruhi besarnya aliran

permukaan tanah.

Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan tanah terhadap erosi

adalah permeabilitas lapisan tersebut. Permeabilitas tanah ditentukan oleh tekstur

dan struktur tanah. Tanah yang lapisan bawahnya berstruktur granuler dan

permeabel kurang peka terhadap erosi dibandingkan dengan tanah yang lapisan

bawahnya padat dan permeabilitasnya rendah. (Arsyad, 1989).

1.4.2 Penelitian Sebelumnya

Eguh Budi Santoso, (2005) melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah terhadap Besar Erosi Tanah Di

Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, dengan tujuan untuk

mengetahui persebaran besar erosi tanah dan menganalisa pengaruh

tindakan konservasi tanah terhadap besar erosi tanah. Data yang

dibutuhkan dalam penelitian tersebut meliputi data primer dan sekunder.

Data primer terdiri atas panjang dan kemiringan lereng, kenampakan erosi,

erodibilitas tanah, bentuk-bentuk konservasi, penutup lahan dan vegetasi.

10

Cara atau metode pengumpulan dan analisis data menggunkan metode

persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan uji laboratorium.

Hasil yang didapatkan setelah di klasifikasikan besar erosi tanah di daerah

penelitian erosi sangat rendah seluas 3.509,87 ton/ha/tahun atau sebesar

24,69%, rendah seluas 3.794,73 ha atau sebesar 26,68%, erosi berat

sebesar 1.697,87 atau 16,94%.

Sri Purwanti, (2003) mengadakan Penelitian tentang Pendugaan Besar

Erosi Tanah di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, dengan Tujuan (1)

mengetahui besar erosi tanah serta persebaran erosi tanah di daerah

penelitian dan (2) memetakan besar erosi tanah tiap-tiap satuan lahan. Data

yang di butuhkan adalah Erosivitas, erodibilitas, kemiringan dan panjang

lereng, penutup lahan dan konservasi. Cara atau metode pengumpulan dan

analisis data menggunkan metode persamaan Universal Soil Loss

Equation (USLE) dan uji laboratorium. Hasil penelitian yang diperoleh

erosi sangat berat dengan luas 1,840,75 ha (15,41%). erosi berat dengan

luas 303,75 ha (2,54%). erosi ringan dengan luas 3,590,5 ha (30,05%) dan

erosi sangat ringan dengan luas 5,299 ha (44,38 %).

Tri Wibowo (2005) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi

Persebaran Erosi Untuk Arahan Konservasi Tanah di Kecamatan

Nguntoronadi, dengan tujuan (1) mengetahui persebaran erosi tanah, (2)

memberikan arahan tindakan konservasi tanah untuk mengurangi

terjadinya erosi. Cara atau metode pengumpulan dan analisis data yaitu

survei dan analisis data menggunakan metode persamaan Universal Soil

Loss Equation (USLE) dan analisis laboratorium. Data yang dibutuhkan

adalah Erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan

kemiringan lereng (LS), praktek pengelolaan lahan (P) dan praktek

pengelolaan tanaman (C). Hasil penelitian Peta Geomorfologi Peta

konservasi yang masing-masing berskala 1: 125.000.

Nurul Fitria Sari, ( 2006) melakukan penelitian tentang Evaluasi Besar

Erosi Tanah dan Konservasi Tanah. Tujuan penelitian adalah (1)

Mengetahui besar erosi tanah di daerah penelitian (2) Mengetahui

11

bagaimana konservasi yang dapat di gunakan untuk konservasi tanah di

daerah penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi (1) Panjang dan kemiringan lereng, (2)

Kenampakan erosi, (3) Erodibilitas tanah, (4) Bentuk-bentuk konservasi,

(5) Penutup Lahan dan (6) Vegetasi. Cara atau metode pengumpulan dan

analisis data yaitu survei dan analisis data menggunkan metode persamaan

Universal Soil Loss Equation (USLE) dan uji laboratorium.

Yogi Sunarso (2006) melakukan penelitian tentang Analisis Tindakan

Konservasi Tanah di Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen, dengan tujuan

(1) mengetahui tingkat erosi tanah di daerah penelitian (2) menganalisis

pengaruh konservasi tanah yang telah ada dan menentukan konservasi

yang sesuai di daerah penelitian berdasarkan morfologi daerahnya. Data

yang dibutuhkan yaitu Erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang

dan kemiringan lereng (LS), praktek pengelolaan lahan (P), praktek

pengelolaan tanaman (C), dan bentuk konservasi. Cara atau metode

pengumpulan dan analisis data yaitu metode survei dan analisis faktor-

faktor pengaruh erosi dengan persamaan Universal Soil Loss Equation

(USLE dan analisis laboratorium. Hasil penelitian Tingkat erosi tanah

yang ada di daerah daerah penelitian mempunyai kelas erosi sangat ringan

hingga sangat berat dengan tingkat erosi 0,1-767,7 ton/ha/th.

Dari uraian penelitian sebelumnya di atas, peneliti mengacu pada Tri Wibowo

(2005) dan Sri Purwanti, (2003), dalam hal persamaan cara atau metode

pengumpulan dan analisis data.

1.5 Perkiraan erodibilitas tanah

Perkiraan nilai erodibilitas tanah (K) pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE). Persamaan

Universal Soil Loss Equatin adalah salah satu metode yang dikembangkan untuk

memprediksi laju erosi rata-rata pada lahan dengan kemiringan lereng dan pola

hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah, dengan penerapan tindakan

konservasi lahan tertentu. Universal Soil Loss Equation di rancang untuk

12

memprediksi erosi jangka panajang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi

alur ((rill erosion) di bawah kondisi tertentu (Wischmeier Johnson dan Cross,

1971) dalam (Suripin, 2001).

Erodibilitas/kepekaan tanah adalah sifat-sifat tanah yang menunjukkan

mudah atau tidaknya untuk tererosi. Ada empat sifat utama tanah yang dapat

mempengaruhi erodibilitas tanah yaitu: tekstur, struktur bahan organik dan

permeabilitas tanah. Tinggi rendahnya erodibilitas tanah selain dipengaruhi oleh

empat sifat utama di atas, juga tergantung pula pada kondisi topografi (kemiringan

dan panjang lereng) serta besarnya gangguan manusia.

Erodibilitas tanah merupakan proses/kejadian yang bersifat dinamis

tergantung pada faktor penyebab tingginya nilai erodibilitas tersebut. Salah satu

faktor yang mempengaruhi sifat dinamisnya erodibilitas tanah tersebut adalah

karateristik tanah, karena tanah sering mengalami perubahan pada sifat fisik dan

kimia tanah seiring dengan perubahan waktu dan tataguna lahan atau pola

pertanaman.

Perubahan waktu dan pola tanam merupakan dua hal yang saling terkait

dalam mempengaruhi nilai erodibilitas tanah, karena perubahan waktu

berpengaruh pada proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah,

sedangkan pola tanam dapat mempengaruhi besar kecilnya kandungan organik

tanah yang bisa meningkatkan kestabilan agregat tanah dan meningkatkan

kapasitas infiltrasi tanah. (Asdak 2007)

Suatu bidang tanah resisten atau tidak terhadap tenaga penghancur seperti

curah hujan dan aliran permukaan sangat tergantung pada faktor nilai K Semakin

besar nilai K (0,32-0,64) maka tanah semakin mudah tererosi, sebaliknya

semakin kecil nilai K (0,10-0,20 maka tanah semakin tahan terhadap erosi

(Sartohadi dkk, 2012).

Upaya yang harus dilakukan untuk memperbaiki nilai K yaitu dengan cara

penambahan bahan organik berupa pupuk kandang atau pupuk hijau dan zat kimia

yang dapat meningkatkan agregat tanah dan menstabilkan struktur tanah (Harjadi

dan Indrawati, 1998). Salah satu bahan organik misalnya seresah sangat penting di

dalam melindungi tanah dari pukulan air hujan yang dapat menyebabkan erosi.

13

Bahan organik yang membentuk humus akan mengikat butir-butir tanah menjadi

suatu struktur yang lebih tahan terhadap pukulan air hujan (Triwilaida, 1997).

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari masing-masing indeks

nilai K pada tanah yang ada di SubDistrito Atabae maka penelitian ini terfokus

untuk mengetahui distribusi potensi erodibilitas tanah di daerah penelitian.

Adapun bagian dari indeks nilai K yang harus di kaji dalam penelitian ini meliputi

struktur tanah, tekstur, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah. Berikut

adalah pengharkatan/pengkelasan struktur tanah

a. harkat 1 adalah granuler sangat halus (φ < 1 mm)

b. harkat 2 granuler halus (0<1-2 mm)

c. harkat 3 granuler sedang (<2-5 mm)

d. harkat 4 gumpal, lempeng (plate) dan pejal

Harkat permeabilitas tanah dikelompokkan menjadi enam yaitu:

1. harkat 6 sangat lambat < 0,125 cm/jam

2. harkat 5 lambat 0,125-0,50 cm/jam

3. harkat 4 agak lambat 0,50-2,50 cm/jam

4. harkat 3 sedang 2,50-6,25 cm/jam

5. harkat 2 agak cepat 6,25-12,5 cm/jam

6. harkat 1 cepat > 12,5 cm/jam.

Struktur tanah merupakan ikatan butir primer dengan butir sekunder atau

agregat tanah. Susunan butir-butir primer tersebut menentukan tipe struktur.

Tanah-tanah yang berstruktur kersai atau granuler lebih cepat untuk menyerap air

dari pada tanah yang susunan struktur dengan butir-butir primer yang lebih rapat

(Arsyad, 1989).

Tekstur tanah adalah hasil pelapukan batuan dan mineral baik secara fisik

maupun kimia dan menghasilkan partikel dengan berbagai ukuran mulai dari

ukuran batu, kerikil (grevel), pasir, lempung dan liat. Di antara semua ukuran

yang ada, yang menjadi material tanah adalah partikel mineral yang mempunyai

ukuran diameter lebih kecil dari 2 mm. Tekstur tanah merupakan perbandingan

relatif dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah

(Suripin, 2001)

14

Bahan organik adalah material yang tersusun dari sisa-sisa tanaman,

perakaran atau batang, tumbuh-tumbuhan yang telah mati, kotoran dan lendir-

lendir termasuk cacing, serangga dan binatang besar yang telah mati. Bahan

organik tanah dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah, biologi (warna,

struktur kestabilan agregat (Sartohadi, dkk 2012). Tanah yang memiliki

kandungan organik tinggi akan menjadi lebih stabil dan lebih mampu untuk

menyerap air dan meningkatkan laju infiltrasi serta mengurangi volume aliran

permukaan yang bisa menyebabkan erosi.

Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air masuk ke

lapisan tanah yang lebih dalam. Permeabilitas sangat terkait dengan kapasitas

infiltrasi tanah hal ini dikarenakan bahwa tanah yang infiltrasi dan permeabilitas

besar misalnya tanah berpasir kemungkinan untuk tererosi sangat kecil di

bandingkan dengan tanah yang bertekstur halus karena tingkat penyerapan air

sangat lambat sehingga curah hujan yang sangat rendahpun dapat menimbulkan

aliran permukaan (run off) (Suripin, 2001).

1.6 Identifikasi Bentuklahan

Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk

topografi yang khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis

pada material batuan dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu.

Berdasarkan pengertian ini, faktor-faktor penentu bentuk lahan (Lf) dapat

dirumuskan sebagai berikut : Lf = f (T, P, S, M, K)

dinama :

Lf (bentuklahan),

P (proses alam)

M (material batuan)

K (ruang dan waktu kronologis)

T (topografi)

S (struktur geologis)

Ada 9 macam klasifikasi bentuklahan (Verstappen 1983) dalam Endarto,

2007) yaitu: 1). bentuklahan asal proses vulkanik (V); 2). bentuklahan asal

15

proses struktural (S); 3). bentuklahan asal proses fluvial; 4). bentuklahan asal

proses solusional (S); 5). betuklahan asal proses denudasional (D); 6).

bentuklahan asal proses eolian (E); 7) bentuklahan asal proses marine (M); 8).

bentuklahan asal proses glasial (G); 9). bentuklahan asal proses organik (O),

1. Bentuklahan asal proses vulkanik (V), merupakan kelompok besar

satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunungapi. Contoh

bentuklahan ini adalah kerucut gunungapi, medan lava, kawah, dan

kaldera.

2. Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar

satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur

geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan,

dan kubah merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal

struktural.

3. Bentuklahan asal fluvial (F) merupakan kelompok besar satuan

bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir,

rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-

contoh satuan bentuklahan ini.

4. Bentuklahan asal proses solusional (K), merupakan kelompok

besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada

batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite karst

menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva

merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.

5. Bnetuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok

besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi

seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain

bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.

6. Bentuklahan asal proses eolian (E), merupakan kelompok besar

satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan

bentuklahan ini antara lain : gumuk pasir barchan, parallel,

parabolik, bintang, lidah, dan transversal.

16

7. Bentuklahan asal marine (M), merupakan kelompok besar satuan

bentuk lahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga

gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini

antara lain ; gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan

beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat

dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan

yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine.

Kombinasi kedua proses itu disebut proses fluvio-marine. Contoh-

contoh satuan bentuk lahan yang terjadi akibatproses fluvio-marine

ini antara lain delta dan estuari.

8. Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan

bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh

satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan

morine.

9. Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan

bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme

(flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah pantai

mangrove dan terumbu karang. Gambar 1.1

17

Gambar 1.1 Peta bentuklahan daerah penelitian

Sumber : Peta RBTL Digital Timor-Leste Skala 1:25.000 (2006)

Peta Geologi Digital Timor-Leste Skala 1:100.000

18

1.7 Teknik Konservasi Tanah

Konservasi tanah yaitu penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan

yang sesuai kemampuan tanah dan syarat-syarat yang diperlukan sehingga tidak terjadi

kerusakan terhadap tanah.

Konservasi tanah tidak berarti penundaan atau pelarangan penggunaan tanah akan tetapi

perlu menyesuaikan macam penggunaan dan memberikan perlakuan yang sesuai dengan

syarat yang dibutuhkan sehingga tanah bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan (Arsyad,

1989).

Teknik konservasi dibedakan menjadi tiga yaitu: (a) vegetatif; (b) mekanik; dan

(c) kimia. Teknik konservasi mekanik dan vegetatif telah banyak diteliti dan

dikembangkan. Namun mengingat teknik mekanik umumnya mahal, maka teknik

vegetatif berpotensi untuk lebih diterima oleh masyarakat.

Konservasi tanah secara vegetatif mempunyai beberapa keunggulan

dibandingkan dengan teknik konservasi tanah secara mekanis maupun kimia, keunggulan

konservasi vegetatif lain, penerapannya mudah, biaya yang dibutuhkan relatif murah,

mampu menyediakan tambahan hara bagi tanaman, menghasilkan hijauan pakan ternak,

kayu, buah maupun hasil tanaman lainnya.

Konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan tanaman/vegetasi maupun

sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi, penghambat laju aliran

permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah, serta perbaikan sifat-sifat tanah, baik

sifat fisik, kimia maupun biologi (Subagyono, dkk., 2003)

Teknik konservasi tanah secara mekanis atau disebut juga sipil teknis adalah

upaya menciptakan fisik lahan atau merekayasa bidang olah lahan pertanian hingga sesuai

dengan prinsip konservasi tanah sekaligus konservasi air. Teknik ini meliputi: guludan,

pembuatan teras gulud, teras bangku, teras individu, teras kredit, pematang kontur, teras

kebun, barisan batu, dan teras batu. Khusus untuk tujuan pemanenan air, teknik

konservasi secara mekanis meliputi pembuatan bangunan resapan air, rorak, dan embung

(Arsyad, 1989).

Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah (1) melindungi

permukaan tanah dari terpaan air hujan, menurunkan kecepatan terminal dan

memperkecil diameter air hujan, (2) menurunkan kecepatan dan volume aliran air (3)

menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya melalui sistim perakaran dan seresah

yang dihasilkan dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap

air (Asdak, 2007).

19

Vegetasi mampu menangkap (intersepsi) butir air hujan sehingga energi

kinetiknya terserap oleh tanaman dan tidak menerpa langsung pada tanah (Suripin,

2001).

Selain menggunakan vegetasi penutup ada pula teknik konservasi yang lain,

namun hal ini tentu harus disesuaikan dengan kondidi di lapangan. Sebab aplikasi konsep

secara teori di lapangan terkadang tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi suatu

masyarakat, teknologi yang diimplementasikan sulit di adopsi karena biayanya terlalu

besar sehingga masyarakat tidak mampu melaksanakannya (Arsyad, 2000).

1.8 Faktor pengelolaan lahan/tindakan konservasi (P)

Kegiatan manusia dikenal sebagai salah satu faktor paling penting terhadap

terjadinya erosi tanah yang cepat dan intensif. Kegiatan-kegiatan manusia kebanyakan

berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya

perubahan penutup tanah akibat pengundulan/pembabatan hutan untuk permukiman

penduduk, lahan pertanian dan penggembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat

penerapan terasering, penggemburan tanah dengan pengolahan serta pemakaian stabiliser

dan pupuk yang berpengaruh pada struktur tanah (Asdak, 2007)

Mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah di daerah penelitian,

maka upaya pengendalian yang perlu di lakukan adalah dengan cara vegetatif. Cara

vegetatif yaitu upaya pengendalian erosi dengan didasarkan pada fungsi tanaman penutup

permukaan tanah agar dapat menahan terpaan butir-butir air hujan yang jatuh di atas

permukaan tanah. Cara vegetatif ini bisa dilakukan dengan cara (1) penghutanan

kembali/reboisasi dan penghijauan, (2) penanaman tanaman penutup tanah, (3)

penanaman tanaman secara garis kontur, (4) Pergiliran tanaman dan (5) pemulsaan atau

pemanfaatan seresah tanaman (Kartasapoetra, dkk., 1985). Penerapan sistim vegetatif ini

dengan harapan bisa memulihkan/memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan

ilfiltrasi tanah dengan asumsi bahwa kegiatan membakar ladang harus di hentikan agar

seresah/dedaunan dan ranting-ranting yang ada dapat menjadi penahan laju aliran

permukaan (run off) secara sementara sekaligus menjadi cadangan humus/unsur hara bagi

tanaman bila sudah terurai di dalam tanah.

1.9 Kerangka Pemikiran

Erosi merupakan suatu proses penghancuran dan pemindahan partikel-partikel

tanah yang telah terlepas dari satuan agregatnya ke tempat lain oleh tenaga aliran

20

permukaan maupun tenaga angin yang berhembus. Menurut jenisnya erosi ada dua yaitu :

erosi alamiah (geological erosion) dan erosi dipercepat (accelerated erosion).

Erosi normal/erosi geologi (geological erosion) adalah erosi yang terjadi secara

alamih dengan laju yang lambat sehingga memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal

dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman/vegetasi secara normal. Erosi dipercepat

(accelerated erosion) adalah proses pengikisan dan pengangkutan partikel-partikel tanah

dengan laju yang cepat sehingga menimbulkan kerusakan pada tanah karena tidak ada

keseimbangan antara tanah yang tererosi dan tanah yang terbentuk di tempat kejadian

erosi. Erosi jenis ini terjadi karena pengaruh aktivitas manusia dalam pengelolaan dan

pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan prinsi-prinsip konservasi tanah dan air.

Menurut bentuknya erosi dibedakan dalam enam yaitu: erosi lembar, (sheet

erosion), erosi alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion), erosi tebing sungai, longsor

dan erosi internal. Proses terjadinya erosi disebabkan oleh banyak faktor yaitu faktor

iklim (curah hujan), topografi, vegetasi, tanah dan aktivitas manusia. Diantara faktor

penyebab erosi yang disebutkan, faktor tanah merupakan obiek/komponen yang akan

tererosi. Tanah memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan air, tetapi

kemampuan tanah tersebut sangat ditentukan oleh komponen lainnya seperti vegetasi,

topografi (kemiringan dan panjang lereng), kandungan bahan organik dan aktivitas

manusia. Komponen vegetasi, bahan organik, kemiringan dan panjang lereng yang stabil

(tidak mengalami kerusakan) akan membantu memperkuat kondisi fisik

tanah/menurunkan nilai erodibilitas tanah terhadap erosi.

Erodibilitas adalah mudah atau tidanya suatu tanah untuk mengalami erosi.

Tanah yang memiliki tingkat erodibilitas tinggi (0,33-0,64) lebih mudah untuk tererosi

dibandingkan dengan tanah yang memiliki nilai erodibilitas rendah (0,010-0,32). Karena

erodibilitas tanah merupakan ketahanan suatu tanah terhadap tenaga penglepas dan

pengangkut maka pengetahuan tentang karakteristik fisik tanah mutlak untuk diketahui.

Karakteristik fisik tanah yang perlu diketahui yaitu tekstur, struktur, kandungan bahan

organik, kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah. Erodibilitas tanah sangat penting

untuk diketahui agar tindakan konservasi tanah dapat dilaksnakan secara tepat dan

terarah. Untuk mengetahui nilai erodibilitas tanah bukalah hal yang mudah dan

sederhana, sebab erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat sangat

kompleks.

Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan

yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syara-syarat

21

yang diperlukan oleh tanah tersebut agar tidak terjadi kerusakan pada tanah (Renne,

1960) dalam (Arsyad, 1989). Koservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu

metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimiawi. Konservasi secara vegetatif yaitu

tindakan kosenvasi yang dilakukan dengan menggunakan jenis tanaman yang berfungsi

ganda dimana tanaman tersebut selain berfungsi untuk mengendalikan dan menguragi

laju erosi tanah juga menghasilkan komoditi yang bernilai ekonomis. Metode mekanik

yaitu cara memanipulasi permukaan tanah dengan membangun teras dengan tujuan untuk

mengurangi laju aliran air menuruni lereng bukit dan menahan aliran permukaan agar

memiliki kesempatan yang cukup untuk meresap kedalam tanah.

Konservasi secara kimia merupakan usaha untuk mempertahankan kandungan

bahan organik tanah pada suatu bidang tanah dengan cara pemberian pupuk organik.

Pupuk organik sangat berguna untuk menstabilkan struktur tanah (Sartohadi dkk, 2012).

Gambar : 1.2 Diagram alir kerangka pemikiran

Sumber : Peneliti, 2013

1.10 Hipotesis

1. Tingkat Erodibilitas tanah di SubDistrito Atabae tergolong tinggi

Tekstur Permeabilitas Struktur BO

Erodibilitas

Bentuklahan

Karakteristik Tanah

Aktivitas

Manusia

(pertanian)

Prioritas

Konservasi

Pemulihan

Morfologi, Lotologi

dan Proses

22

2. Erosi yang terjadi di SubDistrito Atabae adalah akibat dari aktivitas manusia

yang melakukan perubahan pada vegetasi penutp lahan dan sistim

pengolahan tanah dengan cara tebas bakar.

1.11 Batasan Operasional

1. Erodibilitas tanah adalah indikator yang menunjukkan suatu bidang tanah

tersebut tahan atau tidak terhadap pengikisan/penghancuran oleh energi

kinetik air hujan (Suripin, 2001);

2. Erosi Percikan adalah terlepas dan terlemparnya partikel-partikel tanah dari

masa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung pada permukaan

tanah (Arsyad, 1989)

3. Erosi adalah suatu peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas baik

disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Arsyad 1989);

4. Erosi lembar adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari

suatu permukaan tanah oleh aliran permukaan (Suripin, 2001);

5. Erosi alur adalah erosi yang terjadi karena terkonsentrasinya aliran air

permukaan pada suatu tempat tertentu di permukaan tanah sehingga proses

penggerusan tanah banyak terjadi pada tempat tersebut dan membentuk alur-

alur kecil (Rahim, 2000)

6. Erosi parit adalah erosi yang terjadi karena terkonsentrasinya aliran

permukaan dengan volume yang lebih besar pada suatu cekungan sehingga

kemampuan gerusnya menjadi lebih besar dan mampu membentuk parit yang

lebih lebar dan dalam (Rahim; 2000)

7. Tanah adalah tubuh alam gembur yang menempati sebagian besar

permukaan bumi, mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi serta

morfologi yang khas dan serangkaian panjang dalam proses pembentukannya

(Sartohadi dkk, 2012)

8. Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melakukan

cairan (Purnama, 2010)

9. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan (landform) yang

membentuk permukaan bumi, di atas dan di bawah permukaan laut dan

menekankan pada cara terjadinya serta perkembanganya dalam konteks

keruangan (Verstappen, 1982) dalam (Endarto, 2007)

23

10. Indeks faktor erodibilitas (K) adalah nilai kualitatif dari fungsi beberapa

sifat fisik dan sifat kimia tanah yang ditetapkan melalui nomograf erodibilitas

tanah (Suripin 2001)

11. Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif

komposisi ukuran butir-butir partikel-partikel penyusun tanah yang

digolongkan ke dalam tiga ukuran utama (Sartohadi dkk, 2012)

12. Struktur tanah adalah bagian dari sifat fisik tanah yang membahas

sekelompok partikel tanah yang mengalami koogulasi karena adanya koloid

lempung dan organik (Sartohadi dkk, 2012)

13. Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara

penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan perlakuannya

sesuai dengan syarat-syarat yang diperlakukan agar tidak terjadi kerusakan

tanah (Arsyad, 1989)

14. Penggunaan lahan adalah campur tangan manusia terhadap lahan guna

memenuhi kebutuhannya secara meterial dan spritual (Widiatmaka, 2007)

15. Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang

datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir

http://id.wikipedia.org/Klasifikasi iklim .

16. Bahan organik adalah tanah adalah sisa-sisa tanaman dan hewan yang

menutupi permukaan tanah dan bersifat tidak padu (Sartohadi dkk, 2012)

17. Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk

suatu lokasi di bumi atau di plenet lain http://id.wikipedia.org/Klasifikasi

iklim

18. Infiltrasi adalah suatu proses meresapnya air hujan dan air lainnya

dipermukaan tanah menuju lapisan air tanah melalui permukaan tanah

(Purnama, 2010)

19. Rata-rata curah hujan bulanan adalah rata-rata hujan masing-masing bulan

dengan periode minimal 10 tahun http://id.wikipedia.org/Klasifikasi iklim.