BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Pondok Pesantren Al-Ittifaq terletak di sebelah selatan kota Bandung
tepatnya di kampung Ciburial Rt. 02/10 Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Jarak pondok pesantren ke kecamatan
± 7 km, ke kabupaten (pendopo Pemda) ± 29 km dan Kota Bandung ± 40 km.
Pondok Pesantren Al-Ittifaq berada di daerah Gunung Patuha dengan ketinggian
1.250 dpl. Luas wilayah administratif Desa Alam Endah sekitar 506,6 ha dan dihuni
sekitar 22.673 jiwa. Pondok Pesantren Al- Ittifaq didirikan pada tanggal 1 Februari
1934 (16 syawal 1302) oleh KH. Mansyur atas restu Kanjeng Dalem Wiranata
Kusumah. Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Ittifaq tergolong ke dalam jenis
pondok pesantren Salafiyah (tradisional/non sekolah). Sistem pendidikan yang
diterapkan pada waktu itu cukup kolot yaitu para santri diharamkan untuk belajar
menulis latin, tidak boleh kenal dengan pejabat pemerintah karena dianggap
penjajah, tidak diperbolehkan membuat rumah dari tembok, tidak boleh terdapatalat
elektronik (mic, radio, TV dan sebagainya) dan tidak diperbolehkan membuat toilet
di dalam rumah.
Pada tahun 1953 kepemimpinan diteruskan oleh H. Rifai hingga wafatnya
pada tahun 1970, dan pada tahun 1970 sampai sekarang kepemimpinan dipegang
oleh KH Fuad Affandi (cucu dari KH Mansyur). Pengelolaan pendidikan yang
seadanya menyebabkan perkembangannya amat sangat lamban, bahkan cenderung
berjalan di tempat. Selain itu, keengganan untuk membuka diri dan kurangnya
pengetahuan mengenai potensi daerah. Pondok Pesantren Al-Ittifaq mempunyai
prinsip-prinsip kelembagaan dalam upaya untuk menjaga kesesuai eksternal yaitu
meyakinkan, menggalang, menggerakkan, memantau, dan melindungi.
Tahun 1970 KH Fuad Affandi mencoba memadukan antara kegiatan
keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di pondok pesantrennya
karena sesuai dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren. Kegiatan usaha
pertanian (agribisnis) berlangsung hingga sekarang, bahkan menjadi tulang
2
punggung kegiatan pesantren. Selain itu, ada dua alasan Pondok Pesantren Al-
Ittifaq menerapkan pendidikan di sektor pertanian dikarenakan oleh:
a. Hampir 90% santri Al-Ittifaq adalah santri kurang mampu, saat ini
ada dua sistem pendidikan yaitu kholafiyah dan salafiyah. Santri yang
termasuk dalam sistem pendidikan kholafiyah adalah santri yang
mengikuti pembelajaran formal seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Santri kholafiyah tidak terlibat
langsung dalam kegiatan kewirausahaan Pondok Pesantren, namun
hanya sebatas pembelajaran saja. Sedangkan santri yang termasuk
dalam sistem pendidikan salafiyah adalah adalah santri yang mengikuti
pembelajaran non formal seperti belajar agama lebih mendalam melalui
ustad/ustadzah, tidak terikat dalam suatu sistem pembelajaran yang
formal. Santri salafiyah terlibat langsung dalam kegiatan kewirausahaan
Pondok Pesantren.
b. 100% santri yang masuk ke pondok pesantren tidak mungkin secara
keseluruhan keluar akan menjadi ulama. Adanya pelatihan di sektor
pertanian diharapkan mampu mendorong santri untuk
mengembangkan karir di bidang wirausaha karena skill yang telah
dilatih selama santri belajar di pondok. Santri didorong untuk mandiri
dan belajar tauhid sehingga diharapkan mampu mengajarkan ilmu
agama yang diimbagi dengan berkarya.
Pelaksanakan pengembangan agribisnis Pondok Pesantren Al-Ittifaq
didasarkan kepada prinsip INPEKBI (Ilahi, Negeri, Pribadi, Ekonomi, Keluarga,
Birahi, Ilmihi) yang artinya bahwa dalam melaksanakan pengembangan agribisnis
maka harus diridhoi oleh Allah SWT, diakui oleh pemerintah (negeri), berdasarkan
atas kepribadian yang luhur, usaha secara ekonomis harus menghasilkan
keuntungan.
Pondok Pesantren Al-Ittifaq saat ini dijadikan sebagai tempat magang atau
pelatihan agribisnis dari santri, mahasiswa, dan petani yang berasal dari berbagai
daerah bahkan dari luar negeri. Kegiatan agribisnis yang dilakukan pesantren ini
mempunyai multiple effect terhadap kelangsungan proses pendidikan di Pondok
3
Pesantren Al-Ittifaq. Hasil dari kegiatan agribisnis dapat digunakan sebagai sarana
untuk pemenuhan kebutuhan warga pesantren sehingga dapat menekan biaya
produksi. Produk yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis mempunyai nilai
keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga Pondok Pesantren Al- Ittifaq
dijadikan sebagai laboratorium dalam menumbuhkembangkan jiwa mandiri dan
wirausaha santri. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh
Pondok Pesantren Al-Ittifaq, yaitu mencetak santri yang berakhlak mulia, mandiri
dan berjiwa wirausaha.
1.1.2 Keorganisasian Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Visi “Membentuk santri yang berakhlaq mulia, ‘alim dan peduli lingkungan”.
Misi
a. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkepribadian
islami dan berakhlaq mulia.
b. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai ilmu
agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu implementasi
dalam mewujudkan misi ini adalah membuat dan mengembangkan
bahan dasar pembuatan kompos untuk pupuk tanaman (pangan,
hortikultura) yang siap dipakai dan dapat mematangkan kompos
dalam tempo satu minggu. Bahan dasar ini telah diperdagangkan
secara meluas dengan kode perdagangan MFA (Mikroorganisme
Fermentasi Alami), sekarang lokasi pembuatan (pabrik) MFA
ditempatkan di Garut.
c. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki
keterampilan dan kemandirian.
d. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya juang
tinggi, kreatif, inovatif, serta mampu mencintai, memelihara dan
melindungi lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan yaitu
mengembangkan usaha penggemukan sapi dan domba. Fungsi
ternak disamping kotorannya dipergunakan untuk kompos juga
4
dipergunakan untuk biogas.
e. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang mampu
mengimplementasikan semboyan pondok: tidak boleh ada sedetik
waktu yang nganggur, tidak boleh ada sejengkal tanah yang tidur
dan tidak boleh ada sehelai sampah yang ngawur.
1.1.3 Struktur Organisasi
Secara garis struktural Pondok Pesantren Al-Ittifaq dipimpin oleh
generasi ketiga pesantren yaitu KH. Fuad Affandi yang sekaligus sebagai
sesepuh/ dewan pendiri yayasan Al-Ittifaq. Berikut struktur organisasi Pondok
Pesantren Al-Ittifaq.
5
Ketua-ketua Kobong
Usaha
Setia Irawan
Dede Madrais
Humas
Ust. Dadang R
Ust. Darya
Logistik
Hj. Eneng Siti Ilan
Ifa Lathifah
Keamanan
Ust. Toni Suhendar
Saeful Alam
Kesiswaan
Ust. Cecep Taryana
Aldi Fadian R.
Sarana Prasarana
KH. Edih Rudiansyah
Rizal (Masjid)
Rahwan (Sound)
Peng. Pendidikan
Ust. Daud Nurdin, S.Ag.
Pendidikan Dakwah
KH. Achmad Syahid
Ust. Badar
Sekretaris
Aa Rudi Hidayatullah
Wawan Nuryadin
ROIS
H. Dandan Mudawarul Falah, MMPd
Tata Usaha
Hj. Isye Subaekah
Gambar 1.1. Struktur Organisasi
Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Sumber: Data yang telah diolah,
2019
Yayasan Al-Ittifaq
Sesepuh/ Dewan Pendiri
KH. Fuad Affanndi
KH. Apep Saefudin
Santri
6
Tugas dan wewenang masing-masing bagian di Pondok Pesantren
Al-Ittifaq adalah sebagai berikut.
Rois
1. Mengorganisir Pondok Pesantren.
2. Bertanggung jawab atas semua kegiatan dan semua urusan pondok
pesantren.
3. Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan aktifitas pondok pesantren.
4. Menentukan sidang/rapat dan mempersiapkan materi bersama dengan
sekretaris.
5. Menandatangani surat.
6. Menyusun program pondok dan menentukan arah kebijaksaannya.
7. Mengevaluasi seksi-seksi.
8. Mengontrol/ mengawasi kerja semua seksi.
9. Mengkoordinir seluruh kegiatan seksi-seksi.
10. Melaporkan aktifitas pondok pesantren kepada Dewan Pembina.
11. Memimpin rapat.
12. Menandatangani surat izin.
13. Menjalin silaturahmi dan kemitraan dengan stake holder pesantren.
14. Bertanggung jawab terhadap Dewan Pembina.
Sekretaris
1. Mengelola administrasi pondok pesantren.
2. Bertanggung jawab atas adiministrasi pondok pesantren.
3. Mempersiapkan materi rapat bersama dengan Rois dan seksi-seksi.
4. Mempersiapkan tempat rapat dan notulensi rapat.
5. Mengkonsep surat bersama dengan ketua.
6. Mendokumentasikan surat keluar dan surat masuk.
7. Menerima dan mencatat pendaftaran santri baru sesuai rekomendasi rois
dan seksi terkait.
8. Menerima dan mencatat pembayaran IPP santri.
9. Menyetor uang terhadap bendahara.
7
10. Memegang surat izin sekolah.
11. Menginventarisi barang-barang pondok pesantren.
12. Membantu menyusun LPJ (laporan pertanggung jawaban).
13. Bertanggung jawab terhadap rois.
14. Membuat kartu santri.
Tata Usaha
1. Mengelola keuangan pondok pesantren putra dan administrasinya.
2. Bersama ketua menyusun RAPB.
3. Menerima seluruh pemasukan pondok pesantren
4. Melayani setiap kebutuhan administrasi dan setiap program serta
menyimpan nota dari pembelanjaan/transaksi.
5. Melapor keuangan terhadap ketua.
6. Bertanggung jawab terhadap rois.
Seksi Pendidikan Dakwah
1. Mengkoordinir semua kegiatan pengajian, seni dan dakwah.
2. Menyusun kurikulum pengajian, seni dan dakwah.
3. Menyusun jadwal kegiatan pengajian, seni dan dakwah.
4. Melakukan evaluasi pengajian, seni dan dakwah secara berkala.
5. Memantau tingkat kehadiran ustadz dan santri dalam kegiatan pengajian,
seni dan dakwah.
6. Membuat buku panduan kegiatan pengajian, seni dan dakwah.
7. Mengeluarkan izin bagi santri sesuai koordinasi dan rekomendasi rois.
8. Memandu kegiatan muhadhoroh.
9. Mengkoordinir khutbah.
10. Bertanggung jawab terhadap rois.
Seksi Sarana Prasarana
1. Menyediakan dan menyiapkan perlengkapan kebutuhan pondok
pesantren.
2. Menjaga keindahan dan kenyamanan lingkungan.
3. Bertanggung jawab atas kebersihan masjid, asrama dan lingkungan
pondok pesantren.
8
4. Mengkoordinir kebersihan setiap kamar.
5. Memelihara alat-alat perlengkapan pondok pesantren.
6. Mengkoordinasi pengusulan pengadaan sarana dan prasarana masjid,
asrama dan lingkungan pondok pesantren.
7. Bertanggung jawab kepada rois.
Seksi Kesiswaan
1. Mengawasi dan melakukan evaluasi kegiatan sehari-hari santri di
asrama dan masjid.
2. Mengawasi dan memelihara sarana dan prasarana asrama.
3. Mendata dan memeriksakan santri yang sakit serta menyediakan obat
sebagai antisipasi sakitnya santri.
4. Mengumpulkan dan mengolah data dan informasi tentang pelaksanaan
pengajian, seni dan dakwah.
5. Mempersiapkan usul, saran dan pertimbangan tentang penyempurnaan
dan pengembangan kurikulum pengajian, seni dan dakwah.
6. Melakukan bimbingan dan konseling bagi santri yang bermasalah
7. Bertanggung jawab kepada rois
Seksi Pengembangan Pendidikan
1. Mempersiapkan usulan, saran dan pertimbangan tentang
penyempurnaan dan pengembangan kurikulum sekolah menengah.
2. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
eksperimentasi pembaharuan dan atau inovasi metode belajar mengajar.
3. Bertanggung jawab kepada rois.
Seksi Keamanan
1. Membuat suasana aman di pondok pesantren.
2. Menindaklanjuti pelanggaran keamanan dan ketertiban.
3. Menyelenggarakan persidangan dan penghukuman bagi santri
yang melanggar peraturan.
4. Mengadministrasikan kegiatan-kegiatan di bagian Kamtib.
5. Bertanggung jawan terhadap rois.
Seksi Logistik
9
1. Menyediakan pengadaan kebutuhan makan para santri selama berada di
pondok.
2. Melakukan analisa kebutuhan santri selama berada di pondok.
Seksi Humas
1. Melaksanakan sosialisasi program kegiatan pengajian, seni dan dakwah
di pondok pesantren.
2. Menyusun program kegiatan pengajian, seni dan da’wah masyarakat
berbasis pondok pesantren.
3. Memfasilitasi kegiatan pengajian, seni dan da’wah masyarakat berbasis
pondok pesantren.
4. Bertanggung jawab kepada rois.
Seksi Usaha
1. Menyusun rencana, kurikulum pengembangan usaha di pondok
pesantren.
2. Melakukan evaluasi bagi pengembangan sarana dan prasarana di
pondok pesantren.
3. Menjalin kemitraan dengan stake holder pesantren dalam
pengembangan sarana dan prasarana di pondok pesantren.
4. Bertanggung jawab kepada rois
1.1.4 Sumber Daya Manusia
Pondok Pesantren Al-Ittifaq terdiri dari 32 asatidz/ pengajar yang
merupakan alumni dari pondok. Masing-masing pengajar memberikan
pembelajaran yang berbeda-beda kepada santri meliputi sholat, tauhid, sholawat,
tahfihz qur’an, dan amalan sunnah. Jumlah keseluruhan santri sebanyak 326 santri
mulai dari santri tingkat SD/MI hingga tingkat SMA/MA.
Saat ini pondok juga telah bekerjasama dengan instansi pemerintah dan
BUMN berupa kerjasama di bidang pengembangan SDM, bantuan permodalan
dan pengembangan sarana prasarana. Selain itu, pondok juga melakukan
kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan teknologi
pertanian melalui penelitian dan magang. Lembaga pendidikan yang menjalin
kerjasama dengan Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah Institut Pertanian Bogor,
10
Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Winaya Mukti Bandung, Universitas
Siliwangi Tasikmalaya, Institut Teknologi Bandung, Institut Manajemen Koperasi
Indonesia Sumedang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Universitas Brawijaya Malang, dan Universitas
Satyagama Jakarta.
Mandor kebun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq sebanyak 15 orang. Mandor
kebun merupakan alumni dari pondok yang memiliki tanggung jawab
membimbing santri salafi. Pada umumnya setiap mandor membimbing 1-20 santri
salafi untuk belajar mengenai pertanian (budidaya, pasca panen, pemasaran).
1.1.5 Fasilitas Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Fasilitas merupakan sarana yang digunakan untuk mempermudah dalam
melakukan pekerjaan. Adapun fasilitas yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-
Ittifaq dalam mendukung proses belajar santri dan masyarakat di sekitarnya
dibedakan menjadi dua, yaitu fasilitas untuk kegiatan umum dan kegiatan
agribisinis. Fasilitas kegiatan umum digunakan untuk mendukung kegiatan
keseharian santri, pembelajaran agama, pengembangan pengetahuan dan
teknologi. Fasilitas kegiatan agribisnis digunakan untuk menunjang pengetahuan
dan keterampilan santri dalam kegiatan agribisnis mulai dari peternakan,
budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan limbah, dan keuangan.
Tabel 1.1. Fasilitas Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Fasilitas Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Kegiatan Umum Kegiatan Agribisnis
Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Masjid 1 Kantor koperasi 1
Kantor yayasan 1 Ruang pengemasan 2
Kantor pontren 2 Kandang ternak 15
Ruang kelas 8 Lahan pertanian 4
Asrama 25 Pengolahan sampah 2
Kamar mandi 22 Pengolahan kompos 1
Aula 2
Ruang kesehatan 1
11
Perpustakaan 1
Laboratorium komputer 1
Sumber: Data yang telah diolah, 2019
Tabel 1.1. menunjukkan fasilitas untuk kegiatan umum yang mendukung
kegiatan keseharian santri (kantor yayasan, kantor pontren, asrama, kamar mandi,
ruang kesehatan), kegiatan keagamaan (masjid, ruang kelas, dan aula),
pengembangan pengetahuan dan teknologi (perpustakaan dan laboratorium
komputer). Fasilitas untuk kegiatan agribisnis yang mendukung kegiatan budidaya
(lahan pertanian), peternakan (kandang ternak), pasca panen (ruang pengemasan),
pengolahan limbah (pengolahan kompos dan sampah), dan keuangan (kantor
koperasi).
Lahan pertanian yang dimiliki pondok diterapkan dengan sistem mandor.
Mandor adalah pemimpin pengelolaan usaha tani dimana sarana produksi dan
modal masih berasal dari Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Seorang mandor yang
mampu berdiri sendiri, mereka akan membentuk kelompok tani dan menjadi
pengusaha. Saat ini Al-Ittifaq sudah membentuk banyak mandor yang sudah
menjadi pengusaha dan menjadi ketua kelompok tani. Selain itu, terdapat sekitar
15 mandor yang dibina dan diharapkan lepas dalam waktu dekat dari Al-Ittifaq.
Mandor ini kelak diharapkan mampu menjadi pengusaha mandiri dan mempunyai
kelompok tani sendiri.
Kandang ternak digunakan sebagai tempat untuk pembelajaran peternakan
seperti sapi, ayam, kelinci, dan kambing. Ruang pengemasan terdiri dari dua
tempat yaitu pengemasan untuk pengiriman sayuran ke Jakarta dan Bandung.
Pengolahan sampah dan pengolahan kompos merupakan fasilitas yang
mendukung untuk mengolah sisa-sisa produk pertanian yang sudah tidak bisa
dimanfaatkan untuk manusia dan hewan. Koperasi digunakan sebagai tempat
pembelajaran santri mengenai admisintrasi usaha.
1.1.6 Kegiatan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Kegiatan santri merupakan program-program yang dilakukan santri selama
menempuh pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Kegiatan santri
dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan umum dan kegiatan agribisnis.
12
Tabel 1.2. Kegiatan Santri di Pondok Pesatren Al-Ittifaq Kegiatan Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Macam Kegiatan Keterangan
Kegiatan Umum
Harian
Pengajian Tandzif Kegiatan menggali ilmu agama yang dilakukan setelah melakukan
sholat berjamaah.
Kebersihan Kegiatan membersihkan lingkungan pondok pesantren yang
dilakukan di pagi hari pukul 06.00-06.30.
Sholat berjamaah Sholat yang dilakukan secara bersama-sama di masjid pondok
pesantren.
Mingguan
Muhadloroh Kegiatan untuk melatih public speaking santri yang dilakukan setiap
malam Kamis secara berkelompok dan bergiliran.
Pengajian umum Kegiatan menggali ilmu agama yang diikuti oleh santri dan
masyarakat di sekitaran pondok pesantren setiap Hari Senin malam.
Olahraga Kegiatan untuk menjaga kesehatan santri yang dilakukan setiap hari
Jumat dan Minggu. Contohnya: futsal, bola basket, bola voli, tenis
meja, badminton.
Debaan Lanjutan Kegiatan melantunkan shalawat yang dilakukan bersama setiap hari
kamis malam
Tahfidz qur’an Kegiatan setoran hafalan al-qur’an setiap santri dilakukan pada Hari
Jum’at sampai Minggu
Bulanan
Pengajian Kegiatan menggali ilmu agama yang diikuti santri dan masyarakat
sekitar pondok pesantren setiap sebulan sekali.
Tahunan
Imtihanut Tahriri Peringatan akhir tahun dalam rangka kenaikan kelas dan kelulusan
santri.
Peringatan hari besar Kegiatan keagamaan yang dilakukan dalam rangka memperingati
hari besar Islam
Peringatan hari besar
Islam
Kegiatan keagamaan yang dilakukan dalam rangka memperingati
hari besar Islam
Khitanan massal Khitanan yang dilakukan pada Bulan Rajab kepada masyarakat
kurang mampu.
Kegiatan Agribisnis
Harian
13
Budidaya tanaman Kegiatan yang diikuti santri mulai dari pengolahan lahan, penanaman
tanaman hortikultura, dan pemanenan.
Peternakan Kegiatan memelihara hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan
kelinci.
Pengolahan pasca
panen
Kegiatan penanganan pasca panen yang dilakukan di gudang
pengemasan, meliputi sortasi, grading, packing, wrapping, labelling.
Pemasaran Koperasi Kegiatan mempelajari, mengelola administrasi dan keuangan yang
hanya diikuti oleh santri pilihan.
Kegiatan mendistribusikan produk dari hasil pertanian ke daerah
Jakarta dan Bandung.
Sumber: Data yang telah diolah, 2019
Tabel 1.2. menunjukkan program-program pembelajaran yang diberikan
Pondok Pesantren Al-Ittifaq terdiri dari kegiatan umum dan kegiatan agribisnis.
Kegiatan umum berkaitan dengan program-program yang mendukung santri untuk
memahami agama. Kegiatan tersebut tidak hanya melibatkan santri saja,
melainkan juga masyarakat yang berada di sekitar pondok. Sementara itu, kegiatan
agribisnis berkaitan denganprogram-program yang mendukung santri dalam
rangka menumbuhkembangkan keahlian dan keterampilan dalam bidang
agribisnis. Kegiatan agribisnis dilakukan rutin dalam keseharian sehingga santri
terbiasa dalam menangani aktivitas di bidang pertaian khususnya agribisnis.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Konsep kewirausahaan telah dikembangkan dalam berbagai konteks seperti
kewirausahaan komersial (Timmons dan Spinelli, 2009), kewirausahaan
perusahaan (Kuratko, 2007), kewirausahaan sosial (Austin, et al., 2006), dan
kewirausahaan akademik (Shane, 2004). Sebagian besar teori kewirausahaan yang
ada menekankan pada pengembangan 'bisnis' dengan peluang baru daripada
pengembangan 'orang' dalam organisasi (Bae et al., 2018). Namun demikian, Para
akademisi menanggapi bahwa kewirausahaan tradisional yang memiliki logika
berorientasi bisnis (berbasis peluang) harus ditingkatkan dengan menambahkan
logika yang berpusat pada manusia yaitu kewirausahaan yang manusiawi
(Kartajaya, 2016). Dalam literatur sebelumnya, para akademisi mendefinisikan
kewirausahaan manusiawi sebagai "mengejar pertumbuhan kewirausahaan dan
pengembangan manusiawi untuk realisasi peluang dan organisasi yang
14
berkelanjutan" (Kim et al., 2016). Faktor yang mendorong adanya Humane
Entrepreneurship adalah (1) pemimpin kewirausahaan termasuk pengusaha dan
karyawan, (2) mengejar peluang melalui inovasi, pekerjaan, percobaan dan
keunggulan karyawan sebagai pemimpin wirausaha, dan (3) terwujudnya peluang
wirausaha dengan pengembangan kemampuan karyawan (Bae et al., 2018).
Menurut Kamal (2016), kewirausahaan bukan hanya tentang uang atau
materi, pengusaha harus dapat memberikan sebagian besar hidup, hati, energi,
waktu, imajinasi dan kreativitas, termasuk tabungan untuk masa depan yang lebih
baik dalam bisnis. Kewirausahaan memiliki arti dari orang untuk orang, tidak ada
yang melakukan bisnis sendiri. Karyawan yang bekerja untuk perusahaan perlu
dihargai dan dimotivasi dengan harapan dan kebahagiaan saat melakukan
pekerjaan. Terbukti secara psikologis, melakukan sesuatu dengan kebahagiaan
tentu meningkatkan dan berdampak baik pada tingkat pencapaian bisnis. Humane
entrepreneurship membentuk pemimpin bisnis yang hebat dengan memahami dan
menghormati karyawan agar sejahtera serta berkembang bersama dengan
perusahaan.
Di Indonesia, humane entepreneurship diterapkan pertamakali di Provinsi
Bali melalui deklarasi yang ditandatangani Presiden ACSB Hermawan Kartajaya
dan Professor Ki Chan Kim, ICSB Vice President for Humane Entrepreneurship.
Deklarasi ini berkomitmen untuk menjadikan manusia dan keuntungan dalam
pembangunan berkelanjutan baik jangka pendek dan jangka menengah yang
berpusat penciptaan usaha kecil dan menengah (Rahman, 2019). Di kesempatan
lain Presiden ACSB Hermawan Kartajaya mengatakan bahwa bahwa dengan makin
canggihnya teknologi yang makin mendukung Industri 4.0, peranan manusia malah
makin dibutuhkan dengan konsep kewirausahaan berbasiskan kemanusiaan ini
memadukan dua bagian penting yakni Enterprise Cycle dan Human Cycle
(Rahman, 2019).
Dengan demikian penerapan humane entrepreneurship diharapkan dapat
berpengaruh pada pembangunan ekonomi di Indonesia. Menurut Fajar (2009)
Pembangunan ekonomi adalah salah satu masalah mendasar yang hingga kini
menjadi tantangan terbesar bangsa. Indonesia menghadapi problem yang kompleks
15
yaitu masalah pembangunan ekonomi, yang berimplikasi munculnya kesenjangan
ekonomi di berbagai sektor. Ini disebabkan karena pembangunan tidak mampu
menyerap potensi ekonomi masyarakat, termasuk angkatan kerja sebagai
kontributor bagi percepatan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi tersebut,
dengan adanya pembangunan ekonomi diharapkan akan memberikan pertumbuhan
dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa.
Masalah yang dimiliki Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak
sejalan dengan kesempatan tenaga kerja yang merata, angka produktif penduduk
Indonesia tidak berbanding lurus dengan besarnya jumlah peluang usaha dan
investasi di Indonesia. Kemudian banyaknya peluang dan kesempatan investasi
tersebut tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusia Indonesia yang
mumpuni. Akibatnya timbul kesenjangan antara kebutuhan lapangan pekerjaan
dengan kesempatan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada angkatan kerja, yang
pada akhirnya menyebabkan masalah pengangguran yang belum turun drastis.
Menurut Data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 mengenai keadaan
ketenagakerjaan Indonesia pada Februari 2019 jumlah angkatan kerja pada Februari
2019 sebanyak 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang dibanding Februari 2018.
Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan
pengangguran. Pada Februari 2019, sebanyak 129,36 juta orang adalah penduduk
bekerja dan sebanyak 6,82 juta orang menganggur. Dibanding setahun yang lalu,
jumlah penduduk bekerja bertambah 2,29 juta orang, sedangkan pengangguran
berkurang 50 ribu orang.
Tabel 1.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama
Status Keadaan Ketenagakerjaan Feb
2017
Feb
2018
Feb
2019
Perubahan 1 tahun
(Feb 2018 – Feb 2019)
Juta
orang
Juta
orang
Juta
orang
Juta orang Persen
Penduduk Usia Kerja 190,59 193,55 196,46 2,91 1,50
Angkatan Kerja 131,55 133,94 136,18 2,24 1,67
Bekerja 124,54 127,07 129,36 2,29 1,80
Pengangguran 7,01 6,87 6,82 -0,05 -0,73
16
Bukan Angkatan Kerja 59,4 59,61 60,28 0,67 1,12
Sekolah 15,24 15,61 16,15 0,54 3,46
Mengurus Rumah Tangga 36,08 36,01 36,79 0,78 2,17
Lainnya 7,72 7,99 7,34 -0,65 -8,14
Persen Persen Persen Persen poin
Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT)
5,33 5,13 5,01 -0,12
Perkotaan 6,50 6,34 6,30 -0,04
Perdesaan 4,00 3,72 3,45 -0,27
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK)
69,02 69,20 69,32 0,12
Laki-laki 83,05 83,01 83,18 0,17
Perempuan 55,04 55,44 55,50 0,06
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Namun walaupun serapan tenaga kerja yang mencapai 94,9 persen atau
setara 129,36 juta orang Indonesia perlu waspada. Sebab, dari komposisi tenaga
kerja Indonesia didominasi lulusan SD dan SMP sebanyak 75,37 juta orang atau
58,7 persen. Kemudian persentase pengangguran berpendidikan tinggi mengalami
peningkatan dalam lima tahun terakhir kecuali lulusan SMA yang turun dari 9,10
(Februari 2014) menjadi 6,78 persen (Februari 2019). Pengangguran dengan ijazah
SMK, misalnya, bertambah dari 7,21 persen menjadi 8,63 persen. Sementara
pengangguran lulusan Diploma I/II/III dan Sarjana naik dari 5,87 persen menjadi
6,89 persen dan 4,31 persen menjadi 6,24 persen. Berbanding terbalik, tren angka
pengangguran SD sampai dengan SMP dalam 5 tahun terakhir ini justru menurun.
Pada 2014, angka pengangguran SD turun dari 3,69 persen menjadi 2,65 persen.
Sementara SMP turun dari 7,44 persen menjadi 5,04 persen.
17
Gambar 1.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance
Ahmad Heri Firdaus 2019, angka ini bisa menjadi masalah dikemudian hari karena
pasar tenaga kerja ke depan mengarah ke automatisasi. 58 persen orang yang
bekerja masih lulusan SMP ke bawah. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal
tersebut adalah tak terserapnya sumberdaya manusia oleh industri (Fabian, 2019).
Secara intuitif, umumnya lulusan pendidikan SMA hingga Universitas cenderung
pilih-pilih dalam mencari pekerjaan. Namun hal itu tidak bisa dijadikan landasan
lantaran disaat yang bersamaan, kinerja industri pengolahan atau manufaktur juga
menunjukkan perlemahan. Akibatnya, ribuan tenaga kerja terutama lulusan sekolah
kejuruan (SMK) tak bisa terserap ke sektor industri (Fabian, 2019). Badan Pusat
Statistik mencatat, pertumbuhan pekerja sektor manufaktur mengalami
perlambatan sebesar 0,2 persen year on year. Di sisi lain, kontribusi industri
pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga turun dari 4,51 persen
(kuartal IV/2017) menjadi 4,25 persen (kuartal IV/2018).
Kemudian Faktor lainnya adalah Pekerja Informal Masih Tinggi. Menurut
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Akhmad Akbar Susamto 2019,
memberi catatan pada proporsi tenaga kerja informal yang masih tinggi (Fabian,
2019). Dalam lima tahun terakhir, pekerja informal hanya turun dari 59,81 persen
(Februari 2014) menjadi 57,27 persen (Februari 2019), meski sempat ditekan
hingga 51,85 persen pada 2015. Hal ini dinilai tidak bagus bagi perekonomian
sebab, sumbangsih sektor informal atau "jasa lainnya" terhadap PDB hanya sebesar
18
sebesar 1,84 persen, meski mengalami pertumbuhan cukup hingga 9,84 persen pada
kuartal IV tahun lalu. Kemudian tingkat kesejahteraan para pekerja informal seperti
buruh tani, buruh bangunan, dan pembantu rumah tangga masih minim. Dari
analisisnya, upah nominal terus naik dari tahun ke tahun, tetapi upah nominal
sebagai ukuran daya beli yang mempertimbangkan kenaikan inflasi justru stagnan
dan menurun. Data Badan Pusat Statistik menunjukan upah nominal per 1 Agustus
2017 mencapai Rp 50.100 per hari dan naik per Agustus 2019 menjadi Rp 54.424
per hari. Namun, upah riilnya dari semula Rp 37.500 per hari hanya naik tipis
menjadi Rp 37.904 per hari.
Pola pikir yang diwujudkan dalam bentuk cita-cita menjadi pegawai
sebenarnya sudah terjadi di berbagai belahan dunia sejak puluhan tahun yang lalu
(Fajar, 2019). Masyarakat sulit untuk mau dan memulai wirausaha dengan alasan
mereka tidak diajar dan dirangsang untuk berusaha sendiri. Hal ini juga didukung
oleh lingkungan budaya masyarakat dan keluarga yang dari dulu selalu ingin
anaknya menjadi orang gajian alias pegawai. Di sisi lain para orang tua
kebanyakan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk berusaha (Fajar,
2019). Oleh karena itu, mereka cenderung mendorong anak-anak mereka mencari
pekerjaan atau menjadi karyawan. Pandangan tentang lebih enak menjadi
karyawan di negeri ini memang sudah lumrah, kalau tidak bisa dibilang salah
kaprah. Rupanya cita-cita ini sudah berlangsung lama terutama di Indonesia
dengan berbagai sebab. Jadi, tidak mengherankan jika setiap tahun jumlah orang
menganggur semakin terus bertambah sementara itu lapangan kerja semakin
sempit.
Indonesia harus segera memperbaiki permasalahan pembangunan
ekonomi untuk menghadapi perkembangan ekonomi global yang semakin
berubah. Bukan hanya tugas pemerintah yang menyelesaikan masalah tersebut,
namun keterlibatan masyarakat dibutuhkan terutama dalam pendidikan
meningkatkan skill dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia.
Peluang ini dimiliki salah satunya oleh Pondok Pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Islam yang menekan pentingnya moral keagamaan yang tersebar luas di
19
Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jika di masa penjajahan misi pesantren
adalah mendampingi perjuangan politik merebut kemerdekaan dan membebaskan
masyarakat dari belenggu tindakan tiranik, maka pada masa pembangunan ini, hal
itu telah digeser menuju orientasi ekonomi (Qomar, 2001). Pondok pesantren
dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan padanya, sesungguhnya
berujung pada tiga fungsi utama yang senantiasa diemban, yaitu: Pertama, sebagai
pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (Center of Excellence). Kedua, sebagai
lembaga yang mencetak sumber daya manusia (Human Resource). Ketiga, sebagai
lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat
(Agent of Development) (Fajar, 2009). Dengan sumberdaya santri yang dimiliki,
Pondok Pesantren diharapkan dapat memanfaatkan dan mendidik dengan cara
menanamkan jiwa kewirausahaan pada santri melalui praktek kewirausahaan yang
tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan uang atau materi, lebih dari itu dapat
mengolah santri menjadi suatu nilai yang bermanfaat bagi santri dan Pondok
Pesantren tersebut.
Gambar 1.3. Statistik Pesantren di Indonesia
Sumber: Kemenag.go.id, 2019
Menurut data kementrian agama 2019, Pondok Pesantren di Indonesia yang
tercatat sejumlah 25.938, dengan jumlah santri sejumlah 3.962.700 orang. Sebaran
santri di Indonesia paling banyak berada di Pulau Jawa sejumlah 82,2 persen
20
dengan Provinsi Jawa Barat yang menduduki peringkat pertama. Dan yang terkecil
di Maluku sejumlah 0,11 persen. Pemerintah Jawa Barat melihat peluang ini dengan
meluncurkan program OPOP (One Pesantren One Product) yang diresmikan pada
hari Rabu, 12 Desember 2018 di Bandung. Hingga saat penelitian ini dibuat
sejumlah 1.652 lebih pesantren telah mendaftar di website OPOP yang telah
disediakan Pemerintah Jawa Barat. Program OPOP (One Pesantren One Product )
bertujuan untuk menciptakan kemandirian umat melalui para santri, masyarakat dan
Pondok Pesantren itu sendiri, agar mampu mandiri secara ekonomi, sosial dan juga
untuk memacu pengembangan skill, teknologi produksi, distribusi, pemasaran
melalui sebuah pendekatan inovatif dan strategis dari Pemprov Jabar bersama Dinas
KUKM Provinsi Jawa Barat, memastikan seluruh Pondok Pesantren di Jawa Barat
dapat memperoleh akses atas program pemerintah dalam sektor pemberdayaan
ekonomi, teknologi dan produksi yang efisien, tepat serta modern di era digital saat
ini (Bakti, 2018). Seluruh pesantren yang terpilih melalui seleksi nantinya akan
diberikan program pembinaan terpadu dan juga ditingkatkan kemampuan daya
saing ekonominya serta didampingi untuk proses pengembangan usahanya,
bersinergi dalam jaringan bisnis yang potensial hingga mereka berhasil menjadi
sebuah Pondok Pesantren yang mandiri.
Dengan diterapkannya program tersebut maka diharapkan pula diterapkan
humane entrepreneurship sebagai landasan konsep kewirausahaan Pondok
Pesantren. Humane entrepreneurship sebagai konsep yang mengembangkan
kewirausahaan berdasarkan pada pengembangan manusia untuk merealisasi
peluang dan organisasi yang berkelanjutan (Kim, 2016). Humane entrepreneurship
melalui manajemen yang berorientasi pada aspek manusianya bertujuan untuk
mencapai pertumbuhan kewirausahaan dan inovasi, sekaligus juga pengembangan
dan komitmen santri dalam melakukan kegiatan kewirausahaan. Pondok Pesantren
yang melakukan kegiatan kewirausahaan yang melibatkan santri diharapkan tidak
terpaku pada income dan materiil saja, namun santri sebagai aset yang dimiliki
dapat dibina dan dididik dengan pendidikan kewirausahaan secara langsung
maupun tidak langsung dalam program OPOP ini.
Salah satu peserta sekaligus menjadi contoh program tersebut adalah
21
Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang terletak di Kabupaten Bandung. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa indikator yang mengarah pada terciptanya
kemandirian; misalnya dalam pengembangan sistem pendidikan pesantren, ia
berani tampil beda dengan cara konsisten membina akhlak dan kegiatan ekonomi
dimana unit usaha yang ada di pesantren tersebut dijalankan dan dikelola oleh
santri dan karyawan. Sehingga ia memiliki kekhasan tersendiri dan bersifat
independen. Beberapa jenis usaha yang dikelola adalah pertanian, peternakan
yang dikelola oleh koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Namun walaupun
demikian keterlibatan santri dalam kegiatan kewirausahaan apakah berdampak
pada kesejahteraan dan kebahagiaan santri, apakah kegiatan kewirausahaan
Pondok Pesantren sejalan dari sisi kemanusiaan yang didapatkan oleh santri yang
terlibat.
Dari Fenomena tersebut, program kewirausahaan pesantren ini cukup
penting untuk diteliti, mengingat dampak positif yang bisa dihasilkan bagi
pembangunan ekonomi di masa mendatang. Melalui pengenalan nilai dan faktor
humane entrepreneurship di Pondok Pesantren Al-Ittifaq diharapkan dapat
mengenalkan, memupuk, menumbuhkan, dan mengembangkan nilai-nilai
kewirausahaan, yang tidak hanya berfokus pada nilai uang atau materi, namun
juga pada pengembangan sisi kemanusiaan yang terdapat pada ekosistem di
Pondok Pesantren tersebut yang di dalam penelitian ini disebut dengan “Humane
Entrepreneurship”.
1.3 Rumusan Masalah
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan diharapkan bisa menimbulkan jiwa
kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri dan tidak bergantung pada
orang lain untuk bekerja. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang
berjiwa kewirausahaan untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya bagi
dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Lembaga pendidikan di Indonesia sudah
seharusnya berperan dalam membangun peserta didiknya dengan memberikan
pendidikan kewirausahaan yang tidak hanya belajar mengenai teorinya namun
melibatkan peserta didiknya dalam kegiatan kewirausahaan, salah satunya Pondok
Pesantren. Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Kabupaten Bandung telah menerapkan
22
kegiatan kewirausahaan di dalam pengelolaannya, santri tidak hanya belajar
pelajaran umum dan agama saja, namun diajarkan bagaimana caranya untuk
berwirausaha. Akan tetapi kegiatan kewirausahaan yang diterapkan Pondok
Pesantren Al-Ittifaq belum sepenuhnya optimal. Hal ini dibuktikan dengan
kegiatan santri yang belum sepenuhnya terlibat dalam kegiatan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Al-Ittifaq dan Pondok Pesantren Al-Ittifaq masih
membebankan biaya sekolah santri sepenuhnya kepada orangtua, padahal Pondok
Pesantren dapat memaksimalkan santri untuk menghasilkan produk kreativitas
santri dan terlibat dalam kegiatan kewirausahaan. Sehingga output yang
dihasilkan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq yakni santri tidak hanya pandai dalam
pelajaran umum dan agama saja, namun memiliki pengalaman dalam
berwirausaha dan diharapkan siap untuk memulai usahanya sendiri di masa depan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang diatas, dapat dilihat gambaran masalah yang sedang
terjadi, berikut ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimana pesantren mengelola santri untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq?
b. Bagaimana penerapan humane cycle yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Al-Ittifaq terhadap santri?
c. Bagaimana penerapan enterprise cycle yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Al-Ittifaq terhadap santri?
d. Bagaimana penerapan humane entrepreneurship yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Al-Ittifaq terhadap santri?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk dapat mengetahui, menganalisis
dan mendeskripsikan
a. Pengelolaan santri untuk berpartisipasi dalam kegiatan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Al-Ittifaq.
b. Penerapan humane cycle yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq
terhadap santri.
23
c. Penerapan enterprise cycle yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-
Ittifaq terhadap santri.
d. Penerapan humane entrepreneurship yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Al-Ittifaq terhadap santri.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai 2 manfaat yaitu:
a. Manfaat akademik, yaitu memberikan rujukan untuk konsep kewirausahaan
“Humane Entrepreneurship”. Hasil yang diberikan, diharapkan dapat
menjadi acuan bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian
serupa.
b. Manfaat praktis, yaitu dapat digunakan bagi Pondok Pesantren Al-Ittifaq
sebagai peningkatan potensi santri dan memberdayakan santri dengan
melibatkan kemanusiaan dalam hal berwirausaha. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengembangan berwirausaha pada
Pondok Pesantren Al-Ittifaq dan santri.
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi, maka penulisan
usulan penelitian disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas secara singkat tentang gambaran umum objek penelitian,
latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas,
penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang karakteristik penelitian, alat
pengumpulan data, tahapan penelitian, situasi sosial, informan penelitian, teknik
pengumpulan data, uji kredibilitas data dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
24
Pada bab ini penulis akan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan
peneliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V berisi tentang kesimpulan hasil analisis dan saran dari peneliti.