BAB I Kasbes Anggit

Click here to load reader

description

bronkopneumonia, vsd, malnutrisi kronik, delayed sektor motorik

Transcript of BAB I Kasbes Anggit

2

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia. Tergolong ke dalam ISPA adalah Bronkopneumoni yang secara anatomik merupakan salah satu ISPA bawah.Bronkopneumonia yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak.1 Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara berkembang infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.2Anak-anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB) seringkali menderita infeksi saluran nafas maupun pneumonial berulang, baik oleh karena virus, bakteri, maupun organisme lain. PJB merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan perkembangan sistem kardiovaskuler pada masa embrio.1 Pada sebagian besar kasus PJB penyebabnya tidak diketahui, lebih dari 90 % kasus PJB penyebabnya adalah multifaktorial. Faktor yang berpengaruh adalah faktor lingkungan dan hereditasi. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap PJB terutama terdapat selama dua bulan pertama kehamilan ialah rubela pada ibu dan penyakit virus lain, talidomid dan mungkin obat-obat lain, radiasi, ibu perokok, ibu dengan diabetes melitus, minum jamu dan pil KB.3PJB diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu PJB sianotik dan PJB asianotik. Defek Septum Ventrikel (DSV) termasuk salah satu dari PJB asianotik dan merupakan kelainan jantung bawaan terbanyak yaitu sebesar 54 %. DSV sering ditemukan sebagai defek tersendiri (isolated) namun tidak jarang merupakan bagian PJB komplek seperti tetralogi fallot, transposisi arteri besar atau PJB komplek lainnya. Pada DSV, dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna, sehingga darah dari ventrikel kiri langsung mengalir ke ventrikel kanan dan sebaliknya.3 Gambaran klinis bayi atau anak dengan DSV sangat bervariasi, tergantung dari ukuran defek dan tahanan vaskular paru. Gejala klinis dapat asimptomatis sampai dengan gejala gagal jantung kongestif dan gagal tumbuh pada DSV besar. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk secara nasional sebesar 4,9%, menurun 0,5% dibanding hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 5,4%, sedangkan gizi kurang tetap 13%. Secara garis besar gangguan pertumbuhan pada penderita PJB disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari berbagai faktor, antara lain : ganguan hemodinamik, hipoksemia, retardasi pertumbuhan intra uterin, masukan nutrien yang tidak mencukupi, hipermetabolisme, sindroma atau kelainan ekstrakardial yang menyertai, dan menurunnya faktor-faktor pertumbuhan.4 Malnutrisi pada DSV akan berdampak pada keberhasilan operasi, angka kesakitan serta kematian sebelum dan sesudah dilakukan tindakan operasi koreksi DSV.

B. TUJUANPada laporan kasus ini disajikan suatu kasus seorang anak perempuan usia 9 bulan dengan bronchopneumonia, defek septum ventrikel, dan malnutrisi kronik yang dirawat di bangsal anak C1L1 RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang cara mendiagnosis, mengelola dan mengetahui prognosis penderita bronchopneumonia dengan DSV dan malnutrisi kronis.

C. MANFAATPenulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan mengetahui prognosis penderita bronchopneumonia dengan DSV dan malnutrisi kronis.1