BAB I, II,III

25
BAB I PENDAHULUAN Skabies (night itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Gejala utama adalah gatal pada malam hari, lesi kulit berupa terowongan, papula, vesikula, terutama pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar (sikut), lipat ketiak, umbilikus, genetalia eksterna pria, areola mammae, telapak kaki dan telapak tangan. Skabies ditemukan hampir disemua negara dengan prevalensi yang berbeda-beda. Di beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies pada populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Skabies disebabkan antara lain oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, higiene yang buruk seperti mandi, mengganti pakaian, pemakaian handuk dan melakukan hubungan seksual. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan di tempat seperti asrama, panti asuhan, rumah penjara atau di daerah perkampungan yang kurang terjaga kebersihannya. Di Indonesia masih banyak ditemukan masyarakat sosial ekonomi menengah ke bawah, yang dikarenakan perilaku hidup bersih yang kurang serta kurang memadai ketersediaan sanitasi. Pada anak-anak masalah ini lebih banyak dialami, karena individu tersebut belum mampu secara mandiri melakukan 1

description

scabies

Transcript of BAB I, II,III

BAB I

PENDAHULUAN

Skabies (night itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang

disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan

produknya. Gejala utama adalah gatal pada malam hari, lesi kulit berupa terowongan,

papula, vesikula, terutama pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti sela-sela

jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar (sikut), lipat ketiak, umbilikus, genetalia

eksterna pria, areola mammae, telapak kaki dan telapak tangan. Skabies ditemukan hampir

disemua negara dengan prevalensi yang berbeda-beda. Di beberapa negara yang sedang

berkembang prevalensi skabies pada populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak

serta remaja.

Skabies disebabkan antara lain oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, higiene yang

buruk seperti mandi, mengganti pakaian, pemakaian handuk dan melakukan hubungan

seksual. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan di tempat seperti asrama, panti asuhan,

rumah penjara atau di daerah perkampungan yang kurang terjaga kebersihannya.

Di Indonesia masih banyak ditemukan masyarakat sosial ekonomi menengah ke

bawah, yang dikarenakan perilaku hidup bersih yang kurang serta kurang memadai

ketersediaan sanitasi. Pada anak-anak masalah ini lebih banyak dialami, karena individu

tersebut belum mampu secara mandiri melakukan kebersihan diri dan kebersihan

lingkungan. Anak senang bermain dengan teman-temannya tanpa memperhatikan

kebersihan diri, sehingga memungkinkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak

langsung seperti berjabat tangan, bersenggolan atau bermain bersama. Kondisi anak yang

kurang memperhatikan perilaku kesehatan membuat mereka lebih rentan untuk tertular

penyakit. Gejala penyakit skabies adalah gatal-gatal di darerah genitalia, ketiak, dan pantat

yang sering mereka rasakan pada malam hari.

Menurut Departemen Kesehatan RI, prevalensi skabies di Puskesmas seluruh

Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,9% dan skabies menduduki urutan ketiga dari

12 penyakit kulit tersering. Di Bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988,

dijumpai 734 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun

1

1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6% dan 3,9%. Prevalensi skabies sangat tinggi

pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang

kurang memadai.

2

BAB II

KASUS

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Nur Fadilah

Umur : 5 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bantilan

Tanggal Pemeriksaan : 15 Desember 2014

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Gatal dan bintil kemerahan di sela jari tangan, kaki dan sekitar perut.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien merasakan gatal-gatal di sela

jari tangan, kaki dan sekitar perut. Gatal awalnya dirasakan pasien di sela jari tangan.

Kemudian keluhan gatal berlanjut dirasakan pada daerah sekitar perut dan kaki. Gatal

terutama dirasakan pada malam hari, sehingga mengganggu tidur pasien karena harus terus

menggaruk-garuk. Pada daerah yang gatal tersebut terdapat bintil-bintil kemerahan sebesar

kepala jarum pentul. Pasien mengaku sering menggaruknya sehingga timbul luka. Pasien

belum pernah berobat ke dokter ataupun minum obat untuk mengatasi keluhannya tersebut.

Pasien hanya diberi bedak yang terbuat dari jagung oleh neneknya, tetapi keluhan gatal

tidak menghilang. Keluhan gatal seperti ini juga dirasakan oleh neneknya dan beberapa

anak tetangga teman pasien main bersama.

Riwayat Penyakit Dahulu :

o Pasien belum pernah menderita penyakit kulit seperti ini sebelumnya.

o Riwayat alergi makanan disangkal

o Riwayat bersin-bersin dipagi hari dan asma disangkal

3

Riwayat Penyakit Keluarga :

Ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama, yaitu nenek

pasien. Nenek pasien mengeluhkan keluhan yang sama sejak 3 hari terakhir.

Data Psikososial :

Pasien tinggal di jalan Bantilan kecamatan Palu Barat. Pasien merupakan anak

tunggal. Pasien tinggal di rumah berbahan baku kayu dihuni oleh 2 orang yaitu pasien dan

neneknya. Berikut ini merupakan genogram keluarga pasien :

Keterangan : Pasien dan neneknya yang menderita keluhan gatal

Pasien hanya tinggal berdua bersama neneknya. Sehari-hari pasien tidur bersama

neneknya di tempat tidur yang sama. Ayah pasien sudah lama pergi meninggalkan pasien

dan ibunya. Ibu pasien bekerja di luar kota sebagai buruh pabrik. Nenek pasien memiliki

usaha kios untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Penghasilan nenek pasien tidak

menetap, rata-rata dalam satu bulan kira-kira mencapai Rp 700.000.-

Pasien mengeluhkan gatal terutama pada malam hari. Keluhan tersebut menggangu

tidur pasien sehingga membuat pasien sering terbangun saat tidur. Sebelumnya, ada

beberapa anak tetangga teman pasien bermain bersama yang memiliki keluhan gatal seperti

pasien. Namun teman bermainnya tidak pernah berobat ke dokter karena lebih memilih

berobat tradisional ke “orang pintar”. Sekitar 3 hari terakhir nenek pasien juga

mengeluhkan hal yang serupa.

4

Pasien tinggal di rumah berbahan baku papan dengan jumlah ventilasi dan

pencahayaan (jendela) yang kurang. Keluarga pasien juga menggunakan handuk secara

bersama. Pakaian keluarga yang dicuci tidak dipisah dan jarang menjemur kasur dan bantal

dibawah sinar matahari langsung. Pasien belum dibawa ke Puskesmas. Jarak rumah pasien

dengan Puskesmas adalah ± 2 km, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda

dua maupun roda empat. Nenek pasien mengaku tidak punya waktu banyak untuk pergi

berobat bersama cucunya karena tidak ada orang lain yang menjaga kios nya.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:

o Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk seadanya, namun terkadang pasien makan

tidak teratur dan menjadi malas makan. Pasien lebih suka mengkonsumsi snack dan

es krim.

o Pasien tinggal bersama neneknya di rumah yang berada di pinggir jalan. Rumah

pasien berukuran luas ± 5x12 m2. Rumah terdiri dari kios, 1 kamar tidur, 1 kamar

penyimpanan barang dan pakaian, ruang tengah, dapur dan tempat cuci piring, serta

MCK (Mandi Cuci Kakus). Untuk keperluan BAB hanya tersedia 1 WC. Lantai

rumah terbuat dari semen, dinding rumah dari papan, dan atap rumah terbuat dari

seng tanpa plafon. Jumlah ventilasi dan pencahayaan (jendela) rumah kurang. Rumah

pasien berhimpitan dengan rumah tetangga di belakang.

o Sumber air yang dipakai sehari-hari untuk mandi, cuci, kakus adalah dari PAM.

Sedangkan untuk minum, pasien menggunakan air PAM tersebut yang telah dimasak.

o Sumber listrik dari PLN, sampah dibuang pada tempat sampah di halaman samping

rumah dan dibuang ke tempat pembuangan sampah umum di lingkungan tersebut

saat tempat sampah telah terisi penuh.

5

Gambar 1. Rumah Pasien Tampak Depan

Gambar 2. Rumah Pasien Tampak Samping

6

Gambar 3. Ruang Tengah

Gambar 4. Kamar Tidur

7

Gambar 5. Dapur & Tempat Cuci Piring

Gambar 6. MCK

8

Gambar 8. Usaha Kios

9

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital:

Tekanan darah: mmHg

Nadi : 100 kali/menit

Pernapasan : 23 kali/menit

Suhu : Afebris

Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata

hitam, tidak ada madarosis

Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit

Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit

Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1

Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, tidak terdapat kelainan kulit

Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat

kelainan kulit (lihat status dermatologikus)

Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat

kelainan kulit (lihat status dermatologikus)

Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat

kelainan kulit (lihat status dermatologikus)

Genitalia : tidak terdapat kelainan kulit

STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi : Abdomen, interdigitalis manus bilateral, cruris dan dorsum pedis

bilateral.

Efloresensi : Papul eritema (+), pustul (+), krusta (-), skuama halus (-), erosi (+),

ekskoriasi (-), likenifikasi (-).

Penyebaran : Regional

10

DIAGNOSIS KERJA

Skabies

PENATALAKSANAAN

Umum

o Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara penularannya

o Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular

o Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan

tempat tinggal

o Mencuci sprei, selimut, sarung banta, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir

dengan menggunakan air panas

o Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin dibawah sinar matahari langsung

o Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan

luka dan resiko infeksi, potong kuku 1 kali seminggu dan jaga kebersihan kuku.

o Kurangi berkontak (bersalaman, bergandengan, tidur bersama, dll) dengan orang

lain (baik keluarga ataupun teman) selama penyakit pasien belum sembuh

sempurna untuk mencegah penularan ke orang lain.

o Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita keluhan

yang sama

o Memberi penjelasan pengobatan dan cara penggunaan obat terutama penggunaan

krim.

Khusus

a. Rencana Terapi Topikal

Krim Permetrin 5% dioleskan ke seluruh tubuh (kecuali wajah dan kepala)

pada malam hari dan didiamkan selama ±10 jam, digunakan satu kali dalam

seminggu

Salep 2-4 dioleskan ke bagian yang terasa gatal, digunakan 3 kali sehari.

b. Rencana Terapi Sistemik

Anti histamin : Chlorpheniramine maleate 3 x 2 mg

11

PROGNOSIS

Quo Ad vitam : ad bonam

Quo Ad functionam : ad bonam

Quo Ad cosmeticam : ad bonam

Quo Ad sanationam : ad bonam

12

BAB III

PEMBAHASAN

Aspek Klinis

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

pada lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.

Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau

penderita yang bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung

misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain.

Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :

1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari) karena akitivitas tungau lebih tinggi

pada malam hari

2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga,

sebagian tetangga yang berdekatan

3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau

keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata–rata panjang 1 cm, pada

ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.

4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.

Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki lapisan

stratum korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae, sekitar umbilikus,

genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-sela jari tangan, siku flexor, jarang

terjadi pada telapak tangan dan telapak kaki.

Pada kasus ini, pasien anak perempuan berusia 5 tahun datang dengan keluhan

berupa gatal dan bintil kemerahan di sela jari tangan, kaki dan sekitar perut. Gatal yang

terjadi terutama dirasakan pada malam hari, sehingga mengganggu tidur pasien. Pada

daerah yang gatal tersebut terdapat bintil-bintil kemerahan sebesar kepala jarum pentul.

Pasien mengaku sering menggaruknya sehingga timbul luka. Pada anamnesis juga

13

ditemukan juga anggota keluarga (nenek pasien) yang mengalami keluhan yang sama

dengan pasien saat ini.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya papul eritema, pustul, dan erosi pada

regio interdigitalis manus bilateral, abdomen, serta cruris dan dorsum pedis bilateral

dengan penyebaran regional.

Data yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa

terpenuhinya 3 dari 4 tanda kardinal skabies, yakni pruritus nokturna, menyerang secara

berkelompok dan terdapat pada tempat predileksi, sehingga pasien ini didiagnosis dengan

Skabies.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan Skabies

sehingga untuk rencana terapi awalnya dapat diberikan terapi berupa krim Permetrin 5%

sebagai anti skabies untuk dipakai selama 8-14 jam, salep 2-4 sebagai anti skabies dan

antipruritus, dan pemberian chlorpeniramine maleat sebagai antipruritus. Terapi awal dapat

dievaluasi 1 minggu kemudian untuk menentukan langkah selanjutnya yang perlu diambil.

Krim Permetrin (Scabimite) bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel

melalui ikatan dengan natrium sehingga menghambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya

terjadi paralisis parasite. Obat ini ditoleransi dengan baik, diserap minimal oleh kulit, tidak

diabsorbsi sistemik, dimetabolisasi dengan cepat, serta dikeluarkan kembali melalui

keringat dan sebum. Oleh karena itu, obat ini merupakan terapi pilihan lini pertama

rekomendasi CDC untuk terapi tungau tubuh. Penggunaan obat ini biasanya pada sediaan

krim dengan kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk terapi tungau

tubuh. Cara pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah

dan dibilas setelah 8-14 jam. Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang setelah 5-7 hari

kemudian. Permetrin sebaiknya tidak digunakan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan

atau pada wanita hamil dan menyusui namun studi lain mengatakan bahwa obat ini

merupakan drug of choice untuk wanita hamil dengan penggunaan yang tidak lebih dari 2

jam. Permetrin memiliki angka kesembuhan hingga 97,8%.

Salep 2-4 merupakan kombinasi dari asam salisilat 2% dan sulfur 4%. Obat ini

bekerja sebagai anti skabies berdasarkan kemampuan sulfur untuk membunuh telur dan

14

tungau, dan asam salisilat sebagai anti pruritus disamping untuk mempermudah penetrasi

sulfur.

Chlorpheniramine Maleat merupakan golongan antihistamin penghambat reseptor

H1 (AH1). Obat ini biasa digunakan untuk meredakan bersin, gatal, mata berair, hidung

atau tenggerokan gatal dan pilek yang disebabkan oleh reaksi alergi. Antihistamin dapat

menyebabkan relaksasi otot polos saluran napas dan menurunkan produksi mukus. Efek

samping yang paling sering ditimbulkan adalah efek sedasi, yang justru menguntungkan

bagi pasien yang dirawat di RS atau pasien yang memerlukan banyak istirahat.

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Karena sifatnya

yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat padat. Banyak

faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara lain yaitu sosial ekonomi

yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual, kesalahan diagnosis, dan

perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini juga dapat digolongkan ke dalam

penyakit akibat hubungan seksual (PHS).

Penyebab dan proses terjadinya penyakit skabies berkembang dari rantai sebab

akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu)

dengan berbagai sifatnya dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (environment).

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus dipertahankan

keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, akan

menyebabkan timbulnya penyakit tertentu, termasuk penyakit kulit skabies.

Adapun faktor- faktor yang berhubungan dengan Skabies antara lain :

1. Sanitasi

Penyakit skabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi

dan hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan tidak adanya sarana pembersih

tubuh, kekurangan makan dan hidup berdesak-desakan, terutama di daerah kumuh

dengan sanitasi yang sangat jelek. Skabies juga dapat disebabkan karena sanitasi

15

yang buruk. Saat dilakukan home visit pada pasien ini diketahui bahwa keadaan

sanitasinya kurang baik.

2. Pengetahuan

Skabies masih merupakan penyakit yang sulit diberantas, pada manusia

terutama dalam lingkungan masyarakat pada hunian padat tertutup dengan pola

kehidupan sederhana, serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah,

pengobatan dan pengendalian sangat sulit. Pasien ini tidak memiliki tingkat

pendidikan maupun pengetahuan yang tinggi.

3. Perilaku

Berdasarkan penelitian ada hubungan antara kepadatan penghuni, kebiasaan

mandi, kebiasaan ganti baju, kebiasaan menggunakan alat-alat bersama dengan

penderita penyakit skabies. Pasien pada kasus ini sering tidur berdua dengan

neneknya pada tempat tidur yang sama.

4. Pemakaian alat mandi, pakaian dan alat sholat secara bergantian

Penularan melalui kontak tidak langsung seperti kebiasaan pemakaian sabun

mandi, kebiasaan pemakaian handuk, kebiasaan berganti pakaian, kebiasaan

pemakaian selimut tidur dan kebiasaan mencuci pakaian bersama dengan penderita

skabies, sangat memegang peranan penting terhadap kejadian skabies. Pasein pada

kasus ini memiliki kebiasaan menggunakan handuk bersama dan memiliki

kebiasaan menggabungkan pakaian saat dicuci maupun setelah pakaian kering.

5. Air

Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam

upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfatannya (minum,

masak, mandi, dan lain-lain). Promosi yang meningkat dari penyakit-penyakit

infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air

yang tercemar. Sedikitnya 200 juta orang terinfeksi melalui kontak dengan air yang

terinvestasi oleh parasit. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air bersifat

menular, penyakit-penyakit tersebut umumnya diklasifikasikan menurut berbagai

16

aspek lingkungan yang dapat diintervensi oleh manusia. Saat home visit pada pasien

ini, tampak kualitas air yang kurang memadai kebersihannya.

6. Perekonomian yang rendah

Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan

pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat

pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau

cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari,

secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat

terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan

dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung

lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya

mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. Pasien pada kasus ini

tergolong ekonomi lemah.

7. Hygiene perorangan

Manusia dapat terinfeksi oleh tungau skabies tanpa memandang umur, ras

atau jenis kelamin dan tidak mengenal status sosial dan ekonomi, melainkan

hygiene yang buruk. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk

diantaranya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan selalu

menjadi polemik yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut masalah

kebersihan setiap tahunnya selalu meningkat. Kebersihan adalah lambang

kepribadian seseorang, jika tempat tinggalnya, pakaian dan keadaan tubuhnya,

terlihat bersih maka dipastikan orang tersebut adalah manusia yang bersih serta

sehat. Pasien pada kasus ini memiliki higienitas perseorangan yang kurang baik.

Kebiasaan tidak menjemur pakaian dan peralatan tidur dibawah sinar matahari

langsung, menggabungkan pakaian menjadi satu dengan anggota keluarga lain,

tidak menempatkan pakaian kering dengan baik agar terhindar dari kotoran.

17

8. Hubungan seksual

Orang yang sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti

pasangan, merupakan populasi yang berisiko terkena skabies, penularannya melalui

kontak tubuh dengan penderita skabies.

18