Bab i , ii, iii

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengertian persentase etnis, penduduk Singapura relatif stabil semenjak pertengahan abad ke-19. Perubahan demografik yang mengesankan terjadi pada awal abad ke-19, ketika penduduk Cina secara perlahan mulai mengambil alih menjadi penduduk mayoritas yang menonjol dibanding yang bersuku Melayu. Sejak tahun 1891 jumlah penduduk Cina Singapura adalah 67.1%, Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain, termasuk Eropa dan Arab, 4.3%. Sensus yang dilakukanpada tahun 1990 menunjukkan keseluruhan penduduk Singapura berjumlah 2.7 jutaorang. Komposisi penduduknya terdiri dari mayoritas Cina dengan 77.7%, Melayu14.1%, India 7.1 % dan warga lainnya 1.1%. Sementara itukalau jumlah penduduk dilihat dari komposisi keagamaannya pada sensus yang sama tahun 1990 adalah sebagai berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%;Islam 15.3%; Kristen 12.5%; Hindu 3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon Siddique,1995:1).

Transcript of Bab i , ii, iii

Page 1: Bab i , ii, iii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Dalam pengertian persentase etnis, penduduk Singapura relatif stabil

semenjak pertengahan abad ke-19. Perubahan demografik yang mengesankan

terjadi pada awal abad ke-19, ketika penduduk Cina secara perlahan mulai

mengambil alih menjadi penduduk mayoritas yang menonjol dibanding yang

bersuku Melayu. Sejak tahun 1891 jumlah penduduk Cina Singapura adalah

67.1%, Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain, termasuk Eropa dan

Arab, 4.3%. Sensus yang dilakukanpada tahun 1990 menunjukkan

keseluruhan penduduk Singapura berjumlah 2.7 jutaorang. Komposisi

penduduknya terdiri dari mayoritas Cina dengan 77.7%, Melayu14.1%, India

7.1 % dan warga lainnya 1.1%.

Sementara itukalau jumlah penduduk dilihat dari komposisi

keagamaannya pada sensus yang sama tahun 1990 adalah sebagai berikut:

pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%;Islam 15.3%; Kristen 12.5%; Hindu

3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon Siddique,1995:1). Dilihat dari komposisi

keagamaan, etnis Melayu secara mayoritasmerupakan pemeluk agama Islam.

Atau bahkan bisa dikatakan bahwa etnis Melayu berarti Islam.

Islam di Singapura merupakan agama minoritas. Berdasarkan data pada

2008, sekitar 15 persen penduduk Singapura yang jumlahnya 4.839.000

adalah

Muslim. Mayoritas kelompok etnik Melayu di Singapura memeluk Islam.

Selain itu,pemeluk Islam meliputi kelompok etnik India dan Pakistan, juga

sejumlah kecilkelompok etnik Cina, Arab, dan Eurasia. Sekitar 17 persen

muslimin Singapura berasal dari kelompok etnik India. Kaum muslim di

Singapura secara tradisi merupakan muslim Sunni yang mengikuti mazhab

Page 2: Bab i , ii, iii

2

Syafi’i. Sebagian muslim Singapura mengikuti mazhab Hanafi. Ada juga

kelompok muslim Syiah di Singapura.

Komposisi penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama dengan 380.600

orang. Dilihat Pendidikan Sekolah Menengah Atas 3.5% dan Pendidikan

Tinggi 1.4%. Sedang apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya adalah:

Bidang Teknik dan Professional 9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial

1.1%; Ulama dan Guru Agama/ProfesiKeagamaan 15.4%; Sales dan Servis

14.0%: Pertanian dan Nelayan 0.3%; Produksidan Relasi 13 57% dan lain-lain

2.5%. Mengenai partisipasi kerja antara laki-lakidan perempuan adalah: laki-

laki pekerja 78.3% dan wanita pekerja 47.3% (SharonSiddique, 1995:4).

Dalam dua puluh tahun, antara tahun 1970 sampai tahun 1990,menurut

Sharon Siddique, telah terjadi perubahan yang dramatis atas Muslim-Melayu

Singapura.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana sejarah masuk dan berkembangnya islam di Singapura?

b. Apa peranan Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS)?

c. Bagaimana kondisi muslim di Singapura?

C. TUJUAN

a. Mahasiswa mengetahui sejarah masuknya islam dan bekembangnya islam

di singapura

b. Mahasiswa mengetahui apa itu MUIS dan peran-peran MUIS di Singapura

c. Mahasiswa mengetahui keadaan dan kondisi muslim di Singapura

Page 3: Bab i , ii, iii

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam

Asal usul nama Singapura semula bernama Temasik, Tumasek (Jawa),

Ta-ma-sek (Cina), sebagaimana dijelaskan kitab Tuhfat al-Nafis dimana saat

itu sultan Singapura dipimpin oleh Sultan Husein Syah (1819). Ada versi lain,

nama asal Singapura, ini muncul ketika pangeran dari Sumatera bernama Sang

Nila Utama singgah di pulau ini tahun 1299 dan menemukan seekor binatang

mirip singa, sehingga pulau in disebut lion city (kota singa). Ada versi lain

bahwa nama Singapura itu adalah dari kata Singgah (singgah) dan pura berarti

(kota), karena pada abad ke 14 Singapura merupakan bagian dari karajaan

Majapahit, para pedagang dari penjuru manapun suka singgah disana.

Negara Singapura adalah negara kota, berdiri pada taggal 9 Agustus 1965

atau keluar dari negara federasi Malaysia. Negara ini menganut paham

“sekuler-modern”, dimana pemerintah bersikap netral terhadap semua agama

dan ras. Etnis Melayu muslim berlatar belakang dari pesisir Malaysia, Jawa,

Bugis, Bawean. Selain ada juga dari muslim India, Cina, Pakistan dan Arab.

Diantara keluarga besar keturunan Arab yang besar dan kaya adalah Al-

Sagoff, Al-Kaff, dan Al-Juneid. Penduduk mayoritas adalah Cina 77%,

Melayu 15%, (kurang lebih 376.000 jiwa) dari 4 juta lebih ; India 6% dan

lain-lain. Melayu muslim kebanyakan hidup dengan standar ekonomi lebih

rendah dibanding dengan non-Melayu, termasuk tertinggal di bidang

pendidikan sosial ekonomi dan politik. Tahun 1980-an hanya terdapat 679

orang yang lulus Sarjana (Muslim In Singapore, 1985). Singapura adalah

sebuah negara Republik dengan sistem pemerintahan parlementer. Dalam

UUD negara ini terdiri dari eksekutif, legislatif dan yudikatif. Presiden adalah

sebagai kepala negara, tetapi tidak memiliki kekuatan politik. Sedangkan

Page 4: Bab i , ii, iii

4

Perdana Menteri adalah pemimpin kabinet dan administrasi pemerintahan

hingga otomatis kekuatan politik dipegang penuh oleh Perdana Menteri.1

Islam di Singapura disyiarkan oleh para ulama dari berbagai belahan Asia

Tenggara dan benua kecil India, seperti Syaikh Hatib al-Minangkabaui;

Syaikh Tuanku Mudo Aceh; Syaikh Ahmad Aminudin; Syaikh Syed Usman

bin Yahya bin Akil (mufti Betawi); Syaikh Habib Ali Habsi (Kwitang,

Jakarta); Syaikh Anwar Sribandung (Palembang); Syaikh Muhammad Jamil

Jaho (Padang Panjang), dan lain-lain.

Sejarah kehadiran agama Islam di Singapura tidak dapat dipisahkan

dengan

sejarah kedatangan Islam di Asia Tenggara pada umumnya, begitu pula

sejarah

perkembangan dari masa kemasa yang selalu berkaitan dengan perkembangan

agama Islam diwilayah lainya. Pada sebagian ahli sejarah sudah hampir

sepakat

bahwa agama Islam sudah sampai ke Asia Tenggara pada abad pertama

Hijriah atau pada akhir abad ke-7 Masehi, karena pada abad itu pedagang-

pedagang Arab atau pedagang Muslim India sudah mengadakan perdagangan

sampai keselat Malaka dan ke Cina, sebagian ada yang singgah di Sumatera

dan Jawa. Kemudian jalur perdagangan itu menjadi rute tetap pada pedagang

Arab dan India yang menjulur dari laut Tengah melalui Persia dan India ke

Asia Tenggara dan terus ke Tiongkok.

Namun untuk menentukan dengan pasti kapan sesungguhnya awal

kehadiran agama Islam, dimana dimulai, kemana penyebarannya, siapa

penyebarnya, dan bagaimana metode pengajarannya adalah suatu pekerjaan

yang tidak mudah, karena sulit menentukan bukti yang dapat dipercaya

kebenarannya.

1 Asy ‘ari, Pengantar Studi Islam., (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2004) hal. 200

Page 5: Bab i , ii, iii

5

Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam

perniagaan wilayah Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa diantara para

pedagang ada yang menetap, dan menjalin hubungan perkawinan dengan

penduduk setempat. Lama-kelamaan mereka membentuk suatu komunitas

tersendiri. Para pedagang tersebut tidak jarang menjadi guru agama dan imam.

Dalam komunitas Muslim ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama

yang bersifat tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-

rumah, yang kemudian dilanjutkan di surau-surau dan mesjid.

Pada tahun 1800 di kampong Glam dan kawasan Rocor menjadi pusat

pendidikan tradisional. Dalam hal ini, guru-guru dan imam sangat penting

peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada masyarakat

Muslim Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya,

Muslim di Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi'I dan berpaham

teologi Asy'ariyah.

Sebagai negara yang berdiri setelah perang dunia II singapura merupakan

negara paling maju di kawasan Asia Tenggara. Singapura memiliki ekonomi

atau perekonomian pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di

sekitar perdagangan Interpot bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan,

Singapura adalah satu dari Macan Asia . Ekonominya sangat bergantung pada

ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di bidang manufaktur yang

mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005 dan meliputi sektor elektronik,

pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis.

Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar 10% keluaran wafer-wafer

dunia. Singapura memiliki salah satu dari pelabuhan tersibuk di dunia dan

merupakan pusat pertukaran mata uang asing terbesar keempat di dunia

setelah London, New York dan Tokyo.

Bank dunia,menempatkan Singapura pada peringkat hubungan logistik

teratas dunia. Namun demikian ditengah kemajuan Singapura sebagai sebuah

negara yang menjadi sentral perdaganagan Asia Tenggara dan memiliki

Page 6: Bab i , ii, iii

6

perjalanan panjang mengenai perjumpaan dengan Islam. Singapura

merupakan neagara yang memiliki penduduk muslim yang minoritas. Dengan

jumlah penduduk sekitar 4,99 juta jiwa hanya sekitar 14.9 % saja yang

memeluk agama islam. Dan menjadi agama kedua terbesar setelah Buddha

42,9% di ikuti oleh Ateis 14.8 %, Kristen 14.6%, Taouisme 8% dan Hinddu

4% serta agama lainnya 0.6% jika di urut melalui sejarahnya, keberadaan

islam di Singapura tak

lepas dari keberdaan Etnis Melayu yang mendiami pulau tersebut. Ditambah

dengan golongan lain yang dikatagorikan sebagai Migran Muslim. Mereka

inilah, terutama migran Arab, sebagai penyandang dana utama dalam

pembangunan masjid-masjid, lembaga lembaga pendidikan dan organisasi-

organisasi Islam.

Sejak pertengahan abad ke-19, ketika Belanda melakukan tindakan

represif dan pembatasan atas calon haji Indonesia, Singapura menjadi

alternatif mereka sebagai tempat pemberangkatan. Broker-broker perjalan

ibadah haji ini adalah kalangan migran Arab. Berbeda dengan Muslim

imigran, masyarakat Melayu merupakan mayoritas. Mengikuti pembagian

Sharon Siddique, mungkin karena mayoritas migran yang berasal dari dalam

wilayah (Jawa, Sumatera, Riau dan Sulawesi), cenderung membawa isteri dan

anak mereka. Dengan demikian rasio seks (khususnya pada komponen

mayoritas yang berbahasa Melayu) lebih seimbang dibanding komunitas-

komunitas lain. Kenyataan yang demikian berakibat pada kelambatan

terjadinya asimilasi kemelayuan. Kelompok migran biasanya mendiami

kampong-kampung yang ditata berdasarkan tempat asal. Dan ini berakibat

pada menguatnya bahasa-bahasa etnis dan adat istiadat. Dengan demikian,

karena heteroginitas penduduk muslim Singapura, orang bukan mendapatkan

“suatu” komunitas muslim, namum sejumlah komunitas muslim. Hal ini

diperkuat dari dalam dengan pelestarian batas-batas linguistik, tempat tinggal

Page 7: Bab i , ii, iii

7

yang berorientasi tempat asal, spesialisasi pekerjaan, status ekonomi dan

berbagai tingkat pendidikan.

Bersamaan dengan itu, gejala yang terjadi pada migran luar wilayah

(Arab

dan India) memiliki kecenderungan terbalik. Migrasi yang mereka lakukan

hampir secara eksklusif hanya dilakukan oleh kaum pria. Dengan mengawini

wanita muslim Melayu, berarti mereka membangun keluarga-keluarga baru di

Singapura. Hal ini selanjutnya memberikan definisi komunitas baru Arab dan

Muslim India yang, melalui garis patrilineal memberi identitas pada diri

mereka sendiri, namun menurut garis matrilineal adalah keturunan pribumi.

Proses ini melahirkan suatu komunitas Arab Melayu dan Jawi Peranakan yang

mulai mengidentifikasi diri dengan bahasa Melayu dan dengan adat istiadat

serta kebiasaan lokal.

Seperti disebutkan di atas, Keturunan Arab adalah para pedagang,

pengusaha dan tuan tanah. Meskipun dari sudut jumlah tidak besar, namun

kekayaan dan status tinggi memasukkan mereka dalam elit sosial komunitas

Muslim. Begitu juga dengan Jawi Peranakan, mereka menikmati status tinggi

dalam komunitas yang lebih luas.

Namun juga penting ditekankan, komunitas Jawi Peranakan

mementingkan

pendidikan, tidak hanya dalam bahasa Melayu tetapi juga Inggris. Seperti juga

disebutkan di atas, sejak pertengahan abad ke19, golongan Jawi Peranakan

secara aktif terlibat dalam penerbitan, jurnalisme dan mempromosikan bahasa

Melayu. Dibandingkan dengan dua saudaranya (Arab dan Jawi Peranakan)

kebanyakan orang Melayu hidup dengan standar ekonomi yang lebih rendah.

Kalau distratakan secara sosial dan ekonomi, dan barangkali politik, strata

pertama dan kedua adalah migran Arab dan Jawi Peranakan (migran India),

dan strata ketiga adalah orang Melayu. Terlebih jika dibandingkan dengan

penduduk Singapura lainnya (Cina). Begitu juga di bidang pendidikan. Di

Page 8: Bab i , ii, iii

8

bawah sistem pendidikan yang pesat di Singapura, pada tahun 1980, hanya

sekitar 679 orang Melayu yang merupakan lulusan pendidikan tinggi.

Penekanan pada kebijakan sekolah dwibahasa oleh pemerintah Singapura dan

terutama penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa wajib di sekolah-sekolah,

telah menurunkan kualitas sekolah-sekolah dasar Melayu. Seiring dengan

membanjirnya arus urbanisasi ke Singapura dan tidak memadainya kebutuhan

akan papan dalam dua dekade terakhir, pemerintah telah membangun rumah-

rumah rakyat, yang mewajibkan penduduknya, termasuk orang Melayu, untuk

tinggal di perumahan perumahan.

Mereka pun segera pindah dari kampung tradisional yang terdiri dari satu

etnis saja ke sebuah tempat tinggal modern yang terdiri dari campuran

berbagai

etnik. Keadaan yang demikian memberikan pengaruh terhadap kehidupan

orang-orang Melayu, dan tampaknya masih kesulitan untuk beradaptasi.

Memperhatikan adanya persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

kepentingan pelaksanaan ajaran di kalangan komunitas umat Islam,

pemerintah Inggris perlu melakukan campur tangan. Pada tahun 1887 suatu

kelompok yang terdiri dari 143 warga Muslim Singapura mengirim sebuah

petisi kepada Gubernur yang meminta diangkatnya seorang kadhi sebagai

pejabat untuk mengurusi masalah perkawinan.

Pada tiga tahun kemudian, tahun 1880, pemerintah Inggris menetapkan

Ordonansi Perkawinan Umat Islam (Mahomedan Marriage Ordinance).

Wewenang legal lembaga ini hanya semata pada soal-soal perkawinan dan

perceraian. Adanya atau ditetapkannya ordonansi ini berarti adanya

pengakuan resmi dari pemerintah kolonial Inggris akan perdata Muslim.

Pada pertengahan abad ke19, ketika pemerintah Hindia Belanda

membatasi dan melakukan represi terhadap calon jemaah haji, banyak di

antara mereka yang menggunakan Singapura sebagai pilihannya. Karena

perlunya pengaturan bagi perjalanan haji, pada tahun 1905 Dewan Legislatif

Page 9: Bab i , ii, iii

9

mengeluarkan sebuah ordonansi sebagai landasan pengaturan dan pengawasan

agen perantara perjalanan haji. Dan mengharuskan para agen perjalanan haji

untuk memiliki surat izin. Sejak awal abad ke-20, warga Muslim, khususnya

keturunan Arab dan India, mulai dilibatkan dalam berbagai dewan pekerja

Inggris. Karena banyaknya keluhan yang berkaitan dengan tindakan salah urus

di dalam badan-badan keagamaan, maka pada tahun 1905 ditetapkan

Mahomedan and Hindu Endowment Board (Dewan Penyokong Bagi Pemeluk

Islam dan Hindu), yang dimaksudkan untuk mengatur masalah wakaf. Dewan

ini berjalan sampai tahun 1941 dan diaktifkan kembali tahun 1946. Setelah

tahun 1948 diangkat dua orang dari wakil komunitas Muslim. Pada tahun

1952 Dewan ini diubah namanya menjadi Muslim and Hindu Endowment

Board. Dan berlangsung sampai pembubarannya pada tahun 1968. Tonggak

berikutnya pada tahun 1951 dibentuk Mohamedan Advisory Board (Dewan

Penasehat 20 Urusan Muslim), yang dimaksudkan sebagai badan yang

memberikan nasehat-nasehat kepada pemerintah mengenai persoalan-

persoalan komunitas Muslim.

Setelah Singapura merdeka, tahun 1965, lembaga-lembaga Muslim

bentukan kolonial Inggris diadaptasikan dengan kondisi Singapura merdeka.

Di antara lembagal-embaga baru itu adalah AMLA (The Administration of

Muslim Law Act). Lembaga ini dimasukkan ke parlemen pada tanggal 13

Desember 1965, dan menjadi undang-undang pada tanggal 25 Agustus 1966.

Akta ini memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam,

Pengadilan Agama dan Pencatat Perkawinan Islam dalam menetapkan hukum

Syari’at.

Pada tahun 1966 AMLA menyerukan pembentukan MUIS (Majlis

Ugama

Islam Singapura Islamic Religious Council of Singapore) sebagai suatu badan

hukum untuk menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan

dengan agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS

Page 10: Bab i , ii, iii

10

dilakukan pada tahun 1968. Bersama dengan Peradilan Syariah dan Pencatat

Perkawinan, MUIS merupakan pusat pengaturan kehidupan komunitas

Muslim di Singapura. Semua lembaga ini secara administratif berada di

bawah Kementerian Pembangunan Masyarakat (the Ministryof Community

Development). Tugas MUIS disini sama seperti MUI di Indonesia, tugas

mereka mengatur kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sertifikasi

halal untuk makan yang menurut ketentuan Islam baik untuk di konsumsi.

Melakukan perhitungan waktu shalat di Singapura, menjadi penyelengara

pernikahan secara Islam.

Menurut Syed Isa bin Muhammad bin Semit, pimpinan MUIS, peraturan

ini ditujukan untuk menjaga keharmonisan agama di Singapura. Seperti yang

dikemukakanMuhammad Rauf, pimpinan Masjid Al Falah yang kakeknya

berasal dari Banjarmasin, pemerintah Singapura kini ingin membaurkan

masyarakatnya agar mereka dapat hidup berdampingan. Dengan menyatukan

keturunan Melayu, Cina, dan India tinggal bersama dalam flat-flat.

Tidak lagi diperkampungan khusus seperti beberapa tahun lalu. Di tempat

yang dulu merupakan daerah nelayan di Singapura yang terletak di dekat

pelabuhan, terdapat Masjid Muhammad Salleh, yang berkapasitas sekitar 300

jamaah. Seperti masjid-masjid lainnya di Singapura, beberapa ruangannya

diberi AC dan ada ruang khusus untuk wanita di bagian atas. Haji Muhammad

Salleh membangun masjid ini pada 1902. Warga kelahiran Betawi ini,

bersebelahan dengan masjid membangun sebuah kubah yang dijadikan

makam, Habib Nuh bin Muhammad Alhabsji. Habib yang wafat 1866 dalam

usia hampir satu abad, merupakan generasi pertama dari warga keturunan

Hadramaut yang berdakwah di Singapura. Banyak umat yang berziarah. Tak

hanya umat Islam di Singapura, tapi juga warga India yang beragama Hindu.

Ada masjid di Orchad Road, Orchad Road yang memanjang sekitar dua km

merupakan pusat perbelanjaan paling terkemuka di Singapura. Berbelok

kearah kiri hanya sekitar 100 meter dari Orchad Road, terletak Masjid

Page 11: Bab i , ii, iii

11

AlFalah. Masjid ini secara resmi dibuka oleh Dr Ahmad Mattar, menteri

lingkungan dan masalah Islam Singapura pada 25 Januari 1987. Memasuki

masjid ini, tempat masuk pria dan wanita dipisah. Seperti juga masjid-masjid

lainnya di Singapura, kebersihannya sangat terjaga, termasuk tempat wudhu

dan toilet. Jamaah yang shalat di masjid ini bukan hanya para pegawai

pertokoan dan perkantoran yang Beragama Islam, tapi juga para wisatawan

mancanegara, termasuk wisatawan dari Timur Tengah. ''Kalau Jumat yang

shalat sampai di kiri kanan masjid, yang jumlahnya lebih dari 1000 jamaah,''

kata H Mohamad Syukur, salah seorang pengurusnya. Masjid Ba'alawie,

merupakan salah satu masjid yang dibangun oleh keluarga Alatas di Kampung

Arab, yang penduduknya banyak warga Melayu. Masjid yang dibangun 1952

ini, dapat menampung sekitar 400 jamaah. Dan pada hari shalat Jumat, jamaah

membludak hingga jalanan. Tiap Kamis malam di sina ada pengajian, yang

banyak peminatnya.2

B. Peranan Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS)

Lembaga-lembaga Islam di Singapura diantaranya adalah, Majelis Ugama

Islam Singapura (MUIS), Himpunan Dakwah Islamiyah Singapura

(JAMIYAH) dan Majelis Pendidikan Anak-anak Muslim (MENDAKI).

Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) yang berada dibawah undang-

undang pemerintahan, dibentuk pada tahun 1968. Majelis Ugama Islam

Singapura (MUIS) merupakan badan yang memiliki peran penting dalam

urusan agama islam.

Fungsi dan tugas Majlis Ugama Islam Singapura sebagai berikut:

a. Memberi saran kepada presiden Singapura dalam masalah-masalah

yang

berkaitan dengan agama Islam di Singapura.

2 Asy’ari, Op, Cit. hal 205

Page 12: Bab i , ii, iii

12

b. Mengurusi masalah yang berkaitan dengan agama Islam dan kaum

muslimin di Singapura, termasuk urusan haji dan sertifikasi halal

c. Mengelola wakaf dan dana kaum muslimin berdasarkan undang-

undang dan amanah

d. Mengelola pengumpulan zakat, infak, dan sedekah, untuk mendukung

dan mensyiarkan agama Islam atau untuk kepentingan umat Islam.

e. Mengelola semua masjid dan madrasah di Singapura.3

Dimensi perkembangan Islam itu yang cukup menggembirakan, terutama

dalam hal manajemen profesionalisme dalam hal pengelolaan zakat, infaq,

sedekah, dan wakaf (ZIS wakaf). Di Singapura, sebagaimana dijelaskan oleh

kepala Divisi Pembangunan Agama dan Penelitian, Majlis Ulama Islam

Singapura (MUIS), Zalman Putra Ahmad Ali, pengelolaan ZIS wakaf,

diperuntukkan bagi pemerataan dan kesejahteraan umat Islam. "Pemberdayaan

amanat agama ini tidak akan mencapai target maksimal jika tidak dikelola

secara professional”.

MUIS sendiri sebagai lembaga tertinggi pemerintah untuk Hal Ehwal

Islam (setingkat kementerian agama di Indonesia), memang bertanggung

jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan ZIS wakaf, sehingga dapat

mengetahui secara pasti pelaksanaannya. Sistem manajemen profesioanl yang

diterapkan oleh MUIS ini telah diterapkan lebih dari 10 tahun terakhir. Dalam

pembayaran ZIS misalnya, tidak lagi secara manual, dengan cara pergi ke

tempat penyaluran atau lembaga yang dipercaya, tapi sejak dua tahun terakhir

pembayarannya dapat dilakukan melalui sistem on-line, seperti manajemen

bank.

Dengan cara demikian akan diketahui seluruh dana yang terhimpun saat

itu juga. Sementara untuk wakaf, telah lima tahun lebih dikelola dengan

3 Suhaimi, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Unri Press, Cetakan Kedua. 2010). Hal. 252

Page 13: Bab i , ii, iii

13

sistem wakaf produktif. Harta benda dari wakaf dikelola dengan azas manfaat,

bukan lagi untuk pembangunan masjid atau kuburan, sebagaimana di

Indonesia. Misalnya, dana wakaf dipakai untuk pembangunan real estate atau

supermarket atau usaha lainnya yang menguntungkan. Keuntungannya

kemudian dipakai lagi untuk pengembangan Islam. Di sini, jangan dikira ada

kesempatan penyelewengan. Sebab, jika terbukti melakukan korupsi, misalnya

terhadap dana ZIS atau wakaf, maka hukuman yang sangat beratlah

imbalannya. Memang di Singapura penegakan hukum cukup bagus, dan

tingkat KKN-nya sangat minim.

Berkaitan dengan ZIS ini, menurut Zalman, rata-rata dana ZIS setiap

tahunnya terkumpul berkisar 18-20 juta dolar Singapura (sekitar 10 dolar AS).

Khusus pegawai di MUIS, digaji dari dana zakat tersebut. Sementara itu, dana

bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi

diambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama

"Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum

muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan

dari dana ZIS.

C. Kondisi Psikologis Muslim di Singapura

Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura

sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang

memungkinkan terjadinya masayarakat Islam minoritas, Pertama, mereka

terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah memiliki

pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena

perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun 1890 migrasi

penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa pertahun dan meningkat menjadi

190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik populasi

Page 14: Bab i , ii, iii

14

Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 presentase komponen etnis

berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.4

Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukan jumlah penduduk

Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada

1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam

sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000

India, 6.000 China dan dari lain-lain asal.5

Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan

penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan

universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam

profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata nasional mereka.

Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan seorang Muslim dalam

kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan

universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang

paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam

mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yag dipanggil untuk

dinas militer nasional.

Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah

dan perjuangannya, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka

dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah

jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan

prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau madrasah ditingkatkan dan

banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan semangat

umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara,

meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat

4 Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi, Minoritas Islam dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002) hlm:458

5 Iik Arifin, Op.cit., hlm: 457

Page 15: Bab i , ii, iii

15

kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuangan mereka sebagai

yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil hikmahnya.6

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULANNegara Singapura adalah negara kota, berdiri pada taggal 9 Agustus 1965

atau keluar dari negara federasi Malaysia. Negara ini menganut paham

“sekuler-modern”, dimana pemerintah bersikap netral terhadap semua agama

dan ras. Etnis Melayu muslim berlatar belakang dari pesisir Malaysia, Jawa,

Bugis, Bawean. Selain ada juga dari muslim India, Cina, Pakistan dan Arab.

Diantara keluarga besar keturunan Arab yang besar dan kaya adalah Al-

Sagoff, Al-Kaff, dan Al-Juneid. Penduduk mayoritas adalah Cina 77%,

Melayu 15%, (kurang lebih 376.000 jiwa) dari 4 juta lebih ; India 6% dan

lain-lain. Melayu muslim kebanyakan hidup dengan standar ekonomi lebih

rendah dibanding dengan non-Melayu, termasuk tertinggal di bidang

pendidikan sosial ekonomi dan politik. Islam di Singapura disyiarkan oleh

para ulama dari berbagai belahan Asia Tenggara dan benua kecil India, seperti

Syaikh Hatib al-Minangkabaui; Syaikh Tuanku Mudo Aceh; Syaikh Ahmad

6 Iik Arifin, Op.cit., hlm: 459

Page 16: Bab i , ii, iii

16

Aminudin; Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (mufti Betawi); Syaikh

Habib Ali Habsi (Kwitang, Jakarta); Syaikh Anwar Sribandung (Palembang);

Syaikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang). Lembaga-lembaga Islam di

Singapura diantaranya adalah, Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS),

Himpunan Dakwah Islamiyah Singapura (JAMIYAH) dan Majelis Pendidikan

Anak-anak Muslim (MENDAKI). Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS)

yang berada dibawah undang-undang pemerintahan, dibentuk pada tahun

1968

B. SARANPenulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata

sempurna. Akan tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan

yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat memberikan

sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat

menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita

semua.

Page 17: Bab i , ii, iii

17

DAFTAR PUSTAKA

Asy ‘ari, dkk. 2004. Pengantar Studi Islam. IAIN Sunan Ampel Press.

Surabaya

Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi. 2002. Minoritas Islam dalam

Ensklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara. Ichtiar Baru Van

Hoeve. Jakarta.

Suhaimi. 2010. Sejarah Islam Asia Tenggara. Unri Press. Pekanbaru