BAB I , II , III

27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panik merupakan reaksi pertama seseorang saat mendapati darah dalam urine. Hal ini tentu saja beralasan karena kondisi tersebut bisa jadi indikasi adanya penyakit tertentu. Menurut spesialis urologi dr Eddy Sunarno, SpU dari Rumah Sakit Balikpapan Husada (RSBH), kencing darah baik yang kelihatan secara nyata ataupun yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dalam bahasa medisnya disebut Hematuria. Penyebab Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan di dalam sistem saluran kencing atau di luar sistem saluran kencing. Kelainan yang berasal dari sistem saluran kencing antara lain berupa batu saluran kencing, tumor jinak atau tumor ganas seperti tumor ginjal, tumor ureter, tumor buli- buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Ditambahkan, nyeri yang menyertai Hematuria dapat berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas berupa kolik atau gejala iritasi dari saluran

Transcript of BAB I , II , III

Page 1: BAB I , II , III

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Panik merupakan reaksi pertama seseorang saat mendapati darah

dalam urine. Hal ini tentu saja beralasan karena kondisi tersebut bisa jadi

indikasi adanya penyakit tertentu.

Menurut spesialis urologi dr Eddy Sunarno, SpU dari Rumah Sakit

Balikpapan Husada (RSBH), kencing darah baik yang kelihatan secara

nyata ataupun yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dalam

bahasa medisnya disebut Hematuria. Penyebab Hematuria dapat

disebabkan oleh kelainan di dalam sistem saluran kencing atau di luar

sistem saluran kencing. Kelainan yang berasal dari sistem saluran kencing

antara lain berupa batu saluran kencing, tumor jinak atau tumor ganas

seperti tumor ginjal, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan

hiperplasia prostat jinak. Ditambahkan, nyeri yang menyertai Hematuria

dapat berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas berupa kolik atau

gejala iritasi dari saluran kemih bagian bawah. Gejala khas dari Hematuria

yang disebabkan tumor ginjal, prostat, dan kandung kencing adalah

Hematuria yang hilang timbul dan Hematuria tanpa disertai rasa nyeri.

Lebih lanjut dikatakan, kencing darah merupakan pertanda dari penyakit

yang perlu segera ditindak lanjuti secara serius. Untuk itu, disarankan

semua penderita kencing darah rutin melakukan pemeriksaan urine dan

mikroskopis yang tujuannya tak lain adalah untuk memastikan adanya sel

darah merah dalam urine dan tingkat keparahannya. Disebutkan, adapun

penatalaksanaan pertama mengatasai Hematuria ini adalah dengan

melakukan diagnosis masalah primer penyebab Hematuria.

Page 2: BAB I , II , III

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kelainan Hematuria pada urin?

2. Apa yang menyebabkan seseorang terinfeksi Hematuria?

3. Apa saja tipe dari Hematuria?

4. Bagaimana cara mengatasi Hematuria?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kelainan Hematuria pada

urin

2. Untuk mengetahui penyebab seseorang terinfeksi Hematuria

3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Hematuria

4. Untuk mengetahui cara mengatasi Hematuria

Page 3: BAB I , II , III

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENYAKIT

Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah dalam

urin yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu Hematuria makroskopik dan

mikroskopik. Hematuria makroskopik dapat dilihat secara kasat mata,

seperti kencing yang berwarna merah. Sedangkan mikroskopik adalah

ditemukannya sel-sel darah merah pada kencing melalui pemeriksaan

mikroskop.

Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat

mengancam jiwa, karena dapat menimbulkan penyulit berupa

terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran

kencing, pendarahan yang dapat menimbulkan syok dan infeksi.

Gejala-gejala khas yang timbul disebabkan tumor ginjal, prostat, dan

kandung kencing, yaitu Hematuria yang hilang timbul dan

Hematuria tanpa disertai nyeri. Pada pemeriksaan diperhatikan

adanya hipertensi yang mungkin manifestasi dari suatu penyakit ginjal.

Syok dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang

keluar. Ditemukannya tanda-tanda pendarahan di tempat lain merupakan

petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.

Saat diagnosa, harus diperhatikan apakah seorang pasien

menderita Hematuria, pseudo Hematuria, atau pendarahan per-uretra.

Dijelaskan dr Eddy, pseudo adalah urine yang berwarna merah atau

kecokelatan yang bukan disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan

ini dapat disebabkan karena hemoglobinuria, mioglobinuria,

Page 4: BAB I , II , III

konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan atau minum

bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah,

atau setelah mengonsumsi beberapa obat-obatan tertentu. Sedangkan

pendarahan per-uretera adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna

(muara saluran kencing) tanpa melalui proses miksi. Hal ini sering terjadi

pada trauma uretra atau tumor uretra.

Dalam mencari penyebab Hematuria, kata dr Eddy, perlu digali data

yang terjadi saat episode hamaturia, antara lain bagaimana warna urine

yang keluar, apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah, di

bagian mana saat miksi, urine berwarna merah, dan apakah diikuti dengan

perasaan sakit.

Dalam pemeriksaan penunjang, kencing dapat mengarahkan indikasi

penyebab Hematuria. Hal ini diketahui melalui pemeriksaan pH urine yang

sangat kalis menandakan adanya infeksi, sedangkan pH urine yang sangat

asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat. Selain USG, sitologi

urine juga diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan.

Pengobatan Hematuria tidak bisa dilakukan sekali, perlu ditindaklanjuti

masalah primer penyebab Hematuria. Bila penyebabnya infeksi cukup

diberikan antibiotik, bila penyebabnya batu maka batu perlu dikeluarkan.

Selain itu, bila disebabkan kelainan anatomis, maka harus dikoreksi

kelainan tersebut. Sedangkan bila disebabkan tumor mesti dilakukan

pembedahan.

Hematuria adalah keadaan abnormal dengan ditemukannya sel darah

merah dalam urin. Ada dua macam Hematuria, yaitu Hematuria

mikroskopis dan Hematuria makroskopis (gross Hematuria). Hematuria

makroskopis dapat terjadi bila sedikitnya 1 cc darah per liter

urin sedangkan Hematuria mikroskopis sering kita temukan pada

Page 5: BAB I , II , III

pemeriksaan laboratorium urinalisis pada pasien dengan berbagai

keluhan, atau pada saat pemeriksaan kesehatan (check up). Dikatakan

Hematuria bila pada pemeriksaan mikroskop ditemukan sel darah merah 3

atau lebih per lapang pandang besar urin yang disentrifugasi, dari evaluasi

sedimen urin dua dari tiga contoh urin yang diperiksa. Hematuria juga

merupakan suatu keadaan dimana terdapat sel-sel darah merah di dalam

urin. terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urin. Berdasarkan

penampakkannya Hematuria dibagi menjadi 2 tipe, yaitu Hematuria

mikroskopik dan makroskopik. Hematuria mikroskopik adalah tidak

terlihatnya urin berwarna merah namun dengan pemeriksaan

mikroskopik dapat ditemukan minimal 2 sel darah merah per lapang

pandang.

Hematuria makroskopik adalah keadaan terlihatnya urin berwarna

merah secara kasat mata, yang jika berlangsung lama dapat mengancam

jiwa dan menimbulkan penyulit berupa clotting di saluran urin, syok

hipovolemi, anemia, bahkan sepsis.

B. GEJALA PENYAKIT

a) Epidemiologi

Di Amerika Serikat, prevalensi Hematuria gross pada anak-anak

diperkirakan 0,13%. Lebih dari setengah dari kasus (56%) ini disebabkan

oleh penyebab yang mudah diidentifikasi. Penyebab paling umum

tampaknya sistitis (20-25%). Seks mungkin mempengaruhi seorang anak

untuk menderita penyakit tertentu yang bermanifestasi sebagai Hematuria.

Misalnya, penyakit terkait seks yaitu sindrom Alport memiliki

kecenderungan pada laki-laki, sedangkan nefritis lupus lebih sering terjadi

pada gadis remaja. Prevalensi kondisi tertentu juga bervariasi dengan usia.

Misalnya, tumor Wilms lebih sering pada anak-anak usia prasekolah,

Page 6: BAB I , II , III

sedangkan postinfectious glomerulonefritis akut lebih sering terjadi pada

usia anak sekolah. Pada orang dewasa, Hematuria sering merupakan tanda

keganasan dari saluran Genitourinary (misalnya, karsinoma sel ginjal,

kandung kemih tumor, tumor prostat). Kondisi ini jarang terjadi pada anak-

anak.

b) Patopisiologi

Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan

glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang nefrologi dan

urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut Hematuria glomerulus.

Pada keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan pada urin. Adanya

eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan herediter atau perubahan

struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal. Eritrosit bila

berikatan dengan protein Taam-13Horsfall akan membentuk silinder

eritrosit. Ini merupakan petunjuk penyakit/kelainan glomerulus yang

merupakan penanda penyakit ginjal kronik. Pada penyakit

nefron/glomerulus biasanya hanya ditemukan sel darah merah saja tanpa

silinder. Proteinuria merupakan tanda lesi nefrologi/glomerulus. Evaluasi

pemeriksaan mikroskopis bila ditemukan Hematuria, yaitu ditemukan

eritrosit dalam urin 3 per lapang pandang besar.

Hematuria mikroskopik: bila ditemukan eritrosit 3 atau

lebih/lapang pandang besar. Bila Hematuria disertai proteinuria positif 1

dengan menggunakan dipstick dilanjutkan dengan pemeriksaan

kuantitatif ekskresi protein/24 jam. Pada ekskresi protein lebih dari

500 mg/24 jam yang makin meningkat atau persisten diperkirakan suatu

kelainan parenakim ginjal. Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh

urin: pada perempuan harus disingkirkan penyebab Hematuria lain

misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada

Page 7: BAB I , II , III

laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak. Bila pada urinalisis ditemukan

eritrosit, leukosit, dan silinder eritrosit merupakan tanda sugestif

penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi

lebih lanjut.

Diagnosis banding Hematuria persisten antara lain glomerulonefritis,

nefritis tubulointertisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit,

leukosituria menandakan nefiritis tubulointerstisial. Bila disertai Hematuria

juga merupakan variasi dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor risiko

penyakit ginjal kronik harus dilakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin

untuk deteksi dini. Pemeriksaan sitologi urin dilakukan pada risiko tinggi

untuk menndeteksi karsinoma sel transisional, kemudian dilanjutkan

pemeriksaan sistoskopi. Kelainan urologi yang lain seperti karsinoma sel

transisional pada ginjal, sistem pelviokaliks, ureter dapat dideteksi

dengan pemeriksaan ultrasonografi, IVU, CT scan atau MRI.Namun,

beberapa faktor dapat menyebabkan false-negative atau false-positive.

False-negative dapat disebabkan karena konsumsi vitamin C, pH urin yang

kurang dari 5,1, atau dipstick yang telah terpapar udara dalam waktu

yang lama sebelum tes dilakukan. False-positive dapat disebabkan

karena kontaminasi urin oleh darah menstruasi, mioglobulinuria, dan

peroksida bakteri. Sampel harus dikirim dalam waktu kurang dari satu jam

karena casts akan mulai tidak terintegrasi dan RBCnya dapat lisis.

c) Etiologi

Etiologi Hematuria berdasarkan lokasi kelainan:

Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di

dalam sistemurogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia.

Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain :

Page 8: BAB I , II , III

a. Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis,

sistitis, dan uretritis

b. Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor Wilm, tumor Grawitz, tumor

pielum,tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat

jinak.

c. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren

mobilis

d. Trauma yang mencederai sistem urogenitalia

e. Batu saluran kemih

d) Diagnosis

Hematuri merupakan gejala yang penting dan serius, serta dapat

disebabkan oleh berbagai penyakit. Agar diagnosis penyebab hematuri

dapat ditegakkan secara pasti, diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan

terarah meliputi anamnesis, pemerikasaan fisik, laboratorium dan

pemeriksaan khsusus lainnya, dan menghindari pemeriksaan yang tidak

perlu.Karakteristik suatu Hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk

memperkirakan lokasi lokasi penyakit primernya, yaitu apakah terjadi pada

awal miksi,semua proses miksi, atau pada akhir miksi. Sering kali,

diagnosis dibuat berdasarkan sejarah medis dan beberapa tes darah,

terutama pada anak muda dengan risiko keganasan rendah atau diabaikan,

dan umumnya gejalanya terbatas.

Penyelidikan USG saluran ginjal sering digunakan untuk

membedakan antara berbagai sumber pendarahan. Sinar-X dapat

digunakan untuk mengidentifikasi batu ginjal, walaupun CT scan lebih

tepat. Pada pasien yang lebih tua, sistoskopi dengan biopsi dari lesi yang

diduga sering digunakan untuk menyelidiki kanker kandung kemih. Jika

Page 9: BAB I , II , III

dihubungkan dengan rasa sakit, mungkin Hematuria ditandai dengan

sindrom nyeri pinggang. Berdasarkan pedoman AUA (Urologic

American Association), hal-hal berikut ini harus dilakukan untuk pasien

berisiko tinggi dengan Hematuria mikroskopis yang signifikan (lebih dari 3

sel darah merah per bidang berdaya tinggi)

C. PENYEBAB PENYAKIT

Hematuria dapat disebabkan karena inflamasi, trauma, keganasan,

batu, atau diatesis hemoragik.

Hematuria dapat pula menandakan adanya glomerulonefritis, tumor

ginjal, tumor ureter, atau tumor buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat

jinak. Mungkin juga disebabkan kelainan bawaan seperti kista ginjal dan

ren mobilis. Kelainan lain yang cukup jarang adalah akibat kelainan

pembekuan darah, pemakaian obat antikoagulan, SLE, dan

kelainan hematologik lainnya.

Beberapa penyebab Hematuria makroskopik (darah terlihat dalam urin)

meliputi:

• Benign Familial Hematuria, nefropati akibat membran basal glomerulus

ginjal yang merenggang

• Urinary Schistosomiasis (yang disebabkan oleh Schistosoma

haematobium) – penyebab utama Hematuria di berbagai negara Afrika dan

Timur Tengah

• IgA nefropathy ( “penyakit Berger”) – terjadi selama infeksi virus pada

pasien yang terpengaruh

• Batu ginjal (atau kencing batu)

• Kanker kandung kemih

Page 10: BAB I , II , III

• Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan

• Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria – penyakit langka dimana

hemoglobin dari sel-sel hemolysed dilewatkan ke dalam urin.

• Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri

strain EPEC dan Staphylococcus saprophyticus

• Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah merah,

tetapi hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah ini

• Malformasi arteriovenosa ginjal (jarang, tapi mungkin terkesan seperti

karsinoma sel ginjal pada pencitraan, karena keduanya sangat vaskular)

• Sindrom nefritis (suatu kondisi yang terkait dengan pasca

infeksi streptokokus dan berkembang cepat menjadi glomerulonefritis).

• Fibrinoid nekrosis dari glomeruli (akibat dari hipertensi ganas atau

hipertensi maligna)

• Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan obstruksi

sekunder dari ven kava inferior.

• Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut “pemecah kacang fenomena”

atau “sindrom alat pemecah buah keras,” adalah kelainan vaskular yang

jarang terjadi, yang bertanggung jawab atas gross Hematuria.

• Pelvic Junction Ureteral Sumbatan (UPJ) adalah kondisi langka mulai

dari kelahiran di mana ureter diblokir antara ginjal dan kandung kemih.

Kondisi ini dapat menyebabkan darah dalam urin.

• March Hematuria - Seperti berkuda dan bersepeda jarak jauh.

a) Anamnesis

Page 11: BAB I , II , III

Saat pasien datang dengan keluhan Hematuria maka perlu digali apa

saja yang terjadi saat Hematuria itu berlangsung guna mencari

penyebabnya. Misalnya saja dengan mengetahui apakah warna merah

keluar di sepanjang episode berkemih atau hanya di bagian awal atau akhir

saja kita dapat mengetahui lokasi penyakit primernya. Selain itu dapat pula

kita tanyakan mengenai kualitas warna Pertanyaan yang biasanya

diajukan adalah mengenai warna urin yang keluar, apakah saat urin keluar

disertai dengan clotting, apakah pasien merasa nyeri saat berkemih, dan di

bagian mana saat berkemih urin terlihat berwarna merah.

b) Inisial Total Terminal

Terjadi pada Awal miksi Seluruh proses miksi Akhir miksiTempat

kelainan Uretra Buli-buli, ureter atau ginjalLeher buli-buli Hematuria tanpa

gejala lainnya (silent Hematuria) harus dipikirkan sebagai gejala tumor buli

atau ginjal sampai dibuktikan bukan keganasan. Hematuria biasanya terjadi

intermitten dan mungkin tidak tuntas dalam sebulan. Penyebab lain yang

dapat menyebabkan Hematuria tanpa gejala adalah kalkulus staghorn,

ginjal polikistik, kista renal, sickle cell disease, dan hidronefrosis.

Ada 3 tipe Hematuria, yaitu:

1. Initial Hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.

2. Terminal Hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang

membuat pembuluh darah kecil melebar.

3. Total Hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal

ini kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ

seperti ureter atau ginjal.

Page 12: BAB I , II , III

Keluhan memegang peranan penting untuk menentukan ke arah mana

pemeriksaan selanjutnya, seperti kapan terjadi Hematuria, bagaimana

nyerinya dan daerah mana yang terasa nyeri apakah di pinggang, perut

bawah atau perut bagian tengah.Untuk mendiagnosis Hematuria biasanya

dilakukan tes urin dengan menggunakan dipstick, jika hasilnya positif

terdapat darah maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan

mikroskop, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan cytology urine dan

pemeriksaan fisik.Jika dalam analisis urine ditemui adanya protein, nitrit

atau leukosit, maka kemungkinan terjadi infeksi pada saluran urine (urine

tract infection / UTI) yang bisa disebabkan oleh bakteri ataupun virus.

c) Pemeriksaan

Pasien dengan Hematuria makroskopik atau mikroskopik,

tanpa adanya bukti infeksi saluran urin perlu dievaluasi. Pada

pemeriksaan mikroskopik urin perlu ditemukan lebih dari lima sel darah

merah per high power field pada konsentrat spesimen urin atau dua sel

darah merah per high power field pada spesimen urin untuk membuktikan

terdapatnya Hematuria mikroskopik.

Oleh karena Hematuria dapat terjadi secara intermitten,

walaupun terdapat satu saja terdeteksi adanya Hematuria maka pasien

perlu dievaluasi lebih lanjut. Untuk traktus urinarius bagian atas maka

perlu dievaluasi dengan intravena pielografi, CT scan, atau

pielogram retrograd. Sedangkan traktus urinarius bagian bawah perlu

dievaluasi dengan cystoscopy.

d) Penatalaksanaan

Saat terjadi gumpalan pada urin yang menimbulkan retensi

maka perlu dilakukan kateterisasi dan bilasan buli dengan memakai

cairan garam fisiologis. Jika gagal maka sebaiknya pasien dirujuk untuk

Page 13: BAB I , II , III

ditangani lebih lanjut dengan evakuasi bekuan darah dan menghentikan

sumber perdarahan. Jika perdarahan sampai menyebabkan anemia

maka perlu dipikirkan transfusi darah. Jika terjadi infeksi maka harus

diberikan antibiotik. Setelah gejala Hematuria ditangani selanjutnya dicari

penyebab primernya Tidak ada pengobatan spesifik untuk Hematuria.

Pengobatannya tergantung pada penyebabnya:

• Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.

• Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat

dilakukan ESWL atau pembedahan.

• Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.

• Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau

kemoterapi.

Page 14: BAB I , II , III

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan

oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui

proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul

sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis

cairan tubuh .

2. Hematuria adalah keadaan abnormal dengan ditemukannya sel darah

merah dalam urin. Ada dua macam Hematuria, yaitu Hematuria

mikroskopis dan Hematuria makroskopis (gross Hematuria).

3. Gejala-gejala khas yang timbul disebabkan tumor ginjal, prostat, dan

kandung kencing, yaitu Hematuria yang hilang timbul dan Hematuria tanpa

disertai nyeri.

4. Ada 3 tipe dari Hematuria yaitu initial Hematuria,terminal Hematuria,

dan total Hematuria

5. Tidak terdapat cara yang spesifik untuk mengobati Hematuria, cara

pengobatannya tergandung dari factor penyebab terinfeksinya penyakit

Hematuria.

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah ditulis diatas penulis

menyarankan agar kita tetap selalu berusaha menjaga kesehatan tubuh kita

dari ujung rambut sampai ujung kaki agar terhindar dari segala jenis

penyakit yang dapat merugikan tubuh dengan selalu berprilaku sehat setiap

hari.

Page 15: BAB I , II , III

DAFTAR PUSTAKA

Efendy, nasrul. 1997. Dasar Keperawatan Kesmas . Penerbit Buku

Kedokterar ECG : Jakarta

Murwani,arita. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan . Fitramajaya

Jogjakarta

Kategori : Penyakit urogenital | Nefrologi | Mikrobiologi

1987.Guyton Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit .Penerbit Buku

Kedokteran : Jakarta

www.Google.com.

Page 16: BAB I , II , III

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT dan syukur tiada tara

atas terselesainya penyusunan makalah” HEMATURIA”. Dengan harapan

makalah ini dapat memenuhi apa yang di kriteriakan.

Makalah ini dapat tersusun atas literature dan sumber yang saya

dapat. Oleh karena terbatasnya literature dan sumber yang ada dan

kurangnya pengalaman, sewajarnya apabila makalah ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan. Sehubungan dengan itu saya sangat

mengharap tegur sapa, masukan, saran- saran dan perbaikan dari siapapun

yang sifatnya membangun.

Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu tersusunnya makalah ini .

Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan petunjuk kepada kita

dalam menambah ilmu yang selanjutnya dapat di amalkan.

Sekian, semoga bermanfaat.

Penyusun

Page 17: BAB I , II , III

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................

A. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................

C. TUJUAN.......................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN......................................................................

A. PENGERTIAN PENYAKIT.........................................................

B. GEJALA PENYAKIT...................................................................

C. FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT............................................

BAB IV PENUTUP...............................................................................

A. KESIMPULAN..............................................................................

B. SARAN.................................................................................................

.

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................