BAB I II III Komunikasi

43
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Pemberian informasi kesehatan diharapkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan menjadi bertambah, yang pada gilirannya diharapkan terjadi perubahan dari yang tadinya berperilaku tidak sehat menjadi berperilaku sehat. Perlu ditanamkan kesadaran pada masyarakat bahwa kesehatan bukan hanya ketidakhadiran penyakit, tetapi adalah kondisi fisik, mental, paripurna yang baik (Mulyana, 2002). Oleh karena itu, menurut Siregar, “Pembangunan kesehatan memerlukan suatu kemasyarakatan antara lain depat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Siregar, 2000). Media massa merupakan wahana informasi dan komunikasi timbal balik 1

description

komunikasi

Transcript of BAB I II III Komunikasi

Page 1: BAB I II III Komunikasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia

lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang

terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.Komunikasi

adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Pemberian informasi kesehatan diharapkan pengetahuan masyarakat mengenai

kesehatan menjadi bertambah, yang pada gilirannya diharapkan terjadi perubahan dari yang

tadinya berperilaku tidak sehat menjadi berperilaku sehat. Perlu ditanamkan kesadaran pada

masyarakat bahwa kesehatan bukan hanya ketidakhadiran penyakit, tetapi adalah kondisi

fisik, mental, paripurna yang baik (Mulyana, 2002).

Oleh karena itu, menurut Siregar, “Pembangunan kesehatan memerlukan suatu

kemasyarakatan antara lain depat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Siregar, 2000).

Media massa merupakan wahana informasi dan komunikasi timbal balik antara sesama warga

masyarakat dan antara masyarakat dengan pemerintah. Selain itu media massa juga dapat

mengembangkan komunikasi sosial serta dapat menyalurkan aspirasi dan menggairahkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Hariwibowo, 2004).

Kemajuan teknologi ikut memberi dampak terhadap semakin mudahnya proses

komunikasi kesehatan atau penyampaian informasi-informasi kesehatan kepada masyarakat,

hal ini terjadi karena media yang digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan

tersebut pun semakin beragam, dan karena semakin beragamnya media yang tersedia, maka

bukan hanya petugas-petugas kesehatan saja yang mampu menyampaikan informasi-

1

Page 2: BAB I II III Komunikasi

informasi kesehatan. Pengusaha obat, makanan, minuman berlomba-lomba memanfaatkan

media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, pamflet, dan lain lain untuk

menyebarluaskan informasi tentang kesehatan. Demikian pula para dokter pun memanfaatkan

media massa untuk melayani konsultasi kesehatan mulai dari kebugaran tubuh sampai ke

masalah seksual, juga lembaga-lembaga swasta, LSM, pemerintah turut memanfaatkan

peranan media untuk menyebarluaskan informasi mengenai pencegahan atau cara-cara

mengatasi penyakit menular dan lain lain.

Pemanfaatan media massa ini sangat membantu memperluas jangkauan areal/wilayah

sebaran informasi kesehatan, mempercepat informasi sampai ke sasaran yang berbeda beda

geografis, kelas sosial, maupun kultular (Susanti, 2007).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu komunikasi kesehatan?

2. Apa itu komunikasi sebagai proses?

3. Bagaimana model proses komunikasi kesehatan beserta fase-fasenya?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami komunikasi kesehatan serta model dan fasenya

2. Untuk mengenal lebih dalam dan menerapkan komunikasi kesehatan dengan baik

D. MANFAAT

1. Dapat menambah pengetahuan tentang komunikasi kesehatan

2. Dapat menerapkan komunikasi kesehatan dengan baik

2

Page 3: BAB I II III Komunikasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Kesehatan

Menurut Alo Liliweri. 2007 pengertian komunikasi kesehatan adalah:

a. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi yang

dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan

yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan.

b. Proses kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang didalamnya

ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan

gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima

untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi memperbarui

pemahaman bersama (ratzan, S.C., 1994 : Alo Liliweri. 2007)

c. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu

dengan maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pilihan

dan perilaku hidup sehat.

Banyak sekali teori, model dan perspektif mengenai komunikasi kesehatan. Namun,

semua model teoritik maupun praksis itu, menurut Alo Liliwari.2007 meliputi:

a. Komunikasi persuasive atau komunikasi yang berdampak pada perubahan perilaku

kesehatan.

b. Faktor-faktor psikologi individual yang mempengaruhi persepsi terhadap kesehatan:

1. Stimulus (objek persepsi) sense organ dan permaknaan stimulus (respons)

2. Bagaimana mengorganisir stimulus berdasarkan aturan, schemata dan label

3. Interpretasi dan evaluasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan lain-lain

3

Page 4: BAB I II III Komunikasi

4. Memory

5. Recall

c. Teori yang digunakan adalah teori persepsi Pendidikan kesehatan (health education),

yang bertujuan memperkenalkan perilaku hidup sehat melalui informasi dan

pendidikan kepada individu dengan menggunakan aktivitas material maupun

terstruktur. Cakupan pendidikan kesehatan meliputi:

1. Jenis pendidkan professional dibidang kesehatan (kurikulum, dan lain-lain)

2. Penjenjang pendidikan profesi

3. Pelatihan professional (jenis, jenjang dan kurikulum)

4. Pendidikan masyarakat (informal)

5. SDM pendidik, dan lain-lain.

d. Pemasaran sosial yang bertujuan untuk memperkenalkan atau mengubah perilaku

positif melalui penerapan prinsip-prinsip pemasran denganbmengintervensi informasi

kesehatan yang bermanfaat bagi kominitas.

e. Penyebarluasan informasi kesehatan; melalui media (sosialisasi informasi,

pendidikan, hiburan, opini, pemberitaan dan lain-lain)

f. Advokasi, pendamping melalui komunitas, kelompok atau media massa yang

bertujuan untuk memperkenalkan :

1. Kebijakan

2. Peraturan

3. Program-program untuk memperbarui kesehatan

g. Resiko komunitas, bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai

resiko yang dihadapi oleh masyarakat terhadap infoemasi kesehatan.

h. Komunikasi dengan pasien – meliputi informasi untuk seorang individu, misalnya

informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan individu.

4

Page 5: BAB I II III Komunikasi

i. Informasi kesehatan untuk para konsumen – satu aktivitas komunikasi yang

ditunjukkan kepada para individu-konsumen demi membantu individu untuk

memahami kesehatan individu.

j. Merancang health entertain atau hiburan yang didalamnya mengandung informasi

kesehatan.

k. Komunikasi kesehatan yang interaktif yakni komunikasi kesehatan yang dilakukan

melalui media interaktif sehungga terjadi dialog dan diskusi antar sumber dengan

penerima melalui media massa.

l. Strategi komunikasi, yang meliputi desain pilihan:

1. Komunikator kesehatan

2. Pesan-pesan kesehatan

3. Media kesehatan

4. Komunikan kesehatan (audiens-sasaran komunikasi)

5. Mereduksi hambatan komunikasi

6. Menentukan atau memilih konteks komunikasi kesehatan dan lain-lain (Health

Communication Partnership’s M/Mc Health Communication Materials. 2004 :

Alo Liliwari. 2007

Tujuan komunikasi kesehatan menurut Alo Liliweri. 2007 ada 2, yaitu tujuan strategis dan

tujuan praktis.

a. Tujuan strategis

Pada umumnya program yang berkaitan dengan komunikasi kesehatan yang

dirancang dalam bentuk paket acara atau paket modul dapat berfungsi untuk:

1. Relay information. Meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada

pihak lain secara berangkai (hunting).

5

Page 6: BAB I II III Komunikasi

2. Enable informed decision making. Memberikan informasi akurat untuk

memungkan pengambilan keputusan.

3. Promote healthy behaviors. Informasi untuk memperkenalkan perilaku hidup

sehat.

4. Promote peer information exchange and emotional support. Mendukung

pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran

informasi kesehatan.

5. Promote self-care. Memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.

6. Manage demand for health services. Memenuhi permintaan layanan kesehatan.

b. Tujuan praktis

Menurut Taibi Kahler (kahler Communication), Washington, D.C. Courses Process

Communication Model, 2003) sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi

kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha

pendidikan dan pelatihan agar dapat:

1. Meningkatkan pengetahuan – yang mencakup:

a. Prinsip dan proses komunikasi manusia

b. Menjadi komunikator – yang memiliki etos, patos, logos, kreadibilitas dan

lain-lain.

c. Menyusun pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi kesehatan.

d. Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.

e. Menentukan segmen komunikasi yang sesuai dengan konteks komunikasi

kesehatan.

f. Mengelola umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan

kehendak komunikator dan komunikan.

g. Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.

6

Page 7: BAB I II III Komunikasi

h. Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.

i. Prinsip-prisip riset.

2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif

Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi,

menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab pertanyaan,

argumentasi dan lain-lain.

3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi:

a. Berkomunikasi yang menyenangkan, empati

b. Berkomuniaksi dengan kepercayaan pada diri

c. Menciptakan kepercayaan public dan pemberdayaan publik

d. Membuat oertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan

e. Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik (Report of

the Liberal Arts and Scienecs Task Force, Truman State University, 1994)

Manfaat mempelajari ilmu komunikasi kesehatan menurut Alo Liliwari. 2007 adalah:

a. Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.

b. Meningkatkan kesadaran kita tentang issue kesehatan, masalah atau solusi.

c. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antaretnik atau antarras.

d. Memperkuat infrastuktur kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang.

e. Sebagai tindak-lanjut dari kesadaran tersebut, kita dapat melakukan strategi intervensi

pada tingkat komunitas.

f. Menampilkan ilustrasi keterampilan, menggambarkan berbagai jemis keterampilan

untuk mememlihara kesehatan, pencegahan, advokasi atau sistem layanan kesehatan

kepada masyarakat.

g. Memperbarui peran para professional di bidang kesehatan masyarakat.

7

Page 8: BAB I II III Komunikasi

Dalam rangka memahami komunikasi kesehatan, perlu sedikit di bahas tentang kata

“komunikasi”, yang secara umum diartikan sebagai suatu proses yang kompleks dengan

beberapa karakteristik. Proses komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar –

individu dengan individu, individu dengan kelompok atau antar - kelompok dengan

kelompok yang berinteraksi dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.

Fokus utama dalam konteks suatu proses dan bagaimana proses komunikasi berfungsi

antar- individual atau kelompok dalam rangka “perubahan perilaku” kesehatan. Dalam bagian

ini kita akan membahas beberapa teori konsep, definisi serta asumsi-asumsi dalam proses

komunikasi antar-manusia (human communication). Disamping itu, kita akan menampilkan

beberapa model komunikasi yang umum digunakan untuk menjelaskan komunikasi

kesehatan.

a. Komunikasi

Menurut Clevenger, 1959 Komunikasi merupakan suatu terminology yang merujuk

pada suatu proses pertukaran informasi yang dinamis. Masing-masing pihak, baik

source maupun receiver terlibat dalam proses berbagi informasi. Situasi ini dapat

dilihat pada interaksi antara pekerjaan sosial dengan seorang perawat yang berkerja

sama untuk menyembuhkan seorang pasien. Komunikasi bersifat “serba ada” dan

berbentuk ganda (B.Augrey fisher, 1986)

b. Komunikasi antar-manusia (human communication)

Dalam sejarah perkembangan terdapat dua bentuk umum komunikasi, yakni

komunikasi antar manusia (human communication) dan komunikasi bukan antar-

manusia (non human communication), misalnya komunikasi antar –hewan sejenis dan

berbeda jenis serta komunikasi antar –hewan dengan lingkungan alam. Komunikasi

antar-manusia merupakan proses komunikasi yang berlangsung antar individu dengan

individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok manusia.

8

Page 9: BAB I II III Komunikasi

Factor yang membedakan komunikasi antar-manusia dengan jenis komunikasi lainnya

adalah digunakannya simbol-simbol dan “bahasa”. Bahasa yang digunakan manusia

untuk berkomunikasi erat kaitannya dengan “budaya”, maka komunikasi antar

manusia berlangsung dalam konteks kebudayaan. Konteks kebudayaan yang

membedakan manusia dengan makhluk lainnya, sedangkab komunikasi antar hewan

berlangsung berdasarkan instink atau instuisi semata. Cronkhite (1967) menyatakan,

bahwa komunikasi antar manusia terjadi ketika individu merespon symbol-simbol

tertentu dengan menggunakan bahasa. Selanjutnya Brown dan Keller (1979)

mendifinisikan komunikasi antar-manusia sebagai berikut: “ communication is

symbolic interaction; by mean what happen when one personsays spomething and the

other responds to it. We have to have at least one response to one initiation before we

can say we have established a connection or a relatedness of communication. Definisi

ini merujuk pada bagaimana seseorang berinteraksi dengan sesame, dengan

menggunakan bahasa. Pada kenyataannya, komunikasi antar manusia tidak statis,

tetapi sangat dinamis, melinbatkan “perasaan” dan “sikap” manusia. Komunikasi

kesehatan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar manusia . illustrasi di bawah

ini menunjukkan hubungan antara komunikasi antar-manusia dengan komunikasi

kesehatan.

Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar-manusia yang

berfokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat

menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk

memelihara kesehatannya. Fokus dalam komunikasi kesehatan adalah “transaksi “

spesifik pada isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan dan factor-faktor yang

memperngaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar-ahli kesehatan

dan antar ahli kesehatan dengan klien merupakan perhatian utama dalam komunikasi

9

Page 10: BAB I II III Komunikasi

kesehatan. Transaksi tersebut berlangsung baik”verbal” maupun “non verbal”, “lisan”

atau “tulisan”, “personal’ atau “impersonal”. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori komunikasi

dalam transaksi yang berlangsung antar-individu/kelompok terhadap isu-isu

kesehatan. Lebih jauh lagi, menurut rasmuson (1988) dan ahli komunikasi lainnya

yang terlibat dalam proyek-proyek USAID untuk pengembangan komunikasi

kesehatan. Komunikasi kesehatan dipandang sebagai disiplin ilmu kkomunikasi

terapan yang digunakan untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan

masyarakat. Disiplin ini menggunakan metode dan prinsip-prinsip komunikasi massa,

desain pengajaran, pemasaran sosial, analisis perilaku dan antropologi medis. Sebagai

cabang ilmu yang baru. Komunikasi kesehatan paralel dengan cabang ilmu yang

lainnya, seperti psikologi kesehatan, sosiologi kesehatan, komunikasi biomedis ilmu

perilaku kesehatan.

B. Model-model Komunikasi Kesehatan

1. Model Stimulus-Respons

Model Stimulus-Respons (S-R) adalah komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi

oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut

menggambarkan hubungan Stimulus-Respons. Dalam konsep yang fokusnya pada

lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian selalu terdapat stimulus dan respons (Mubarak,

2011, p. 64).

Dalam konsep yang fokusnya pada lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian yang kita

allami selalu terdapat stimulus dan respon. Kejadian yang ada menuntut kita untuk

menerjemahkan kedalam proses pikir kita berupa proses belajar dengan menggunakan

komunikasi intrapersonal, dimana dalam jiwa manusia terdiri atas kumpulan bermacam-

macam tanggapan yang terbentuk karena adanya stimulus dan respon.

10

Page 11: BAB I II III Komunikasi

Model stimulus-respon yang melibatkan stressors dan strains, ditambah dengan sebuah

bentuk hubungan yang penting karena hubungan antara seseorang dan lingkungannya

mendorong seseorang untuk bereaksi dan bertindak untuk memenuhi tuntutan yang harus

dipenuhi. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan yang

disebut transactions, antara sesorang dan lingkungannya, dimana keduanya saling

memengaruhi satu sama lain. Dalam keperawatan kebutuhan dasar manusia sebagai

penopang hidup merupakan stimulus bagi seseorang yang menjadikan seeseorang tergerak

untuk bereaksi dan bertindak atas stimulus yang dirasakan dan dikehendaki sehingga timbul

reaksi untuk mencapai tujuan. Hal ini terjadi karena dalam model stimulus respon ada tujuan

yang ingin dicapai, baik tujuan negative maupun tujuan positif. Bila stimulus yang datang

baik, maka akan direspon baik, sebaliknya bila stimulus yang datang negative maka akan

direspon negative. Dalam memicu stimulus dibutuhkan kesadaran yang tinggi model ini

menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi reaksi yang  sangat sederhana. Dengan

demikian model stimulus respon mengabaikan komunikasi proses khususnya yang berkenaan

dengan factor manusia. Secara implisit ada amsumsi ada model stimulus respon ini yang

menyatakan perilaku (respon) manusia dapat diramalkan. Ringkasannya, komunikasi

dianggap statis; manusia dianggap berperilaku kekuatan dari luar (stimulus), bukan

berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila

diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara dari pada perilaku manusia (Mubarak, 2011,

p.64-65).

2. Model Shannon-Weaver

Dalam model ini, komunikasi dipandang sebagai suatu “sistem”,ldimana “sumber”

informasi (source) memilih informasi yang dirumuskan (encode) menjadi pesan (message)

dan selanjutnya pesan ini dikirim dengan “isyarat” (signal) melalui “saluran” (channel)

kepada “penerima” (receiver). Kemudian penerima menerjemahkan pesan tersebut dan

11

Page 12: BAB I II III Komunikasi

mengirimkannya ke tempat tujuan (destination) (Notoadmojo, 2005, p. 148). Pola komunikasi

yang diterapkan adalah komunikasi satu arah yang berlangsung tanpa ada timbal balik secara

langsung. Apabila adanya hambatan (noise) dalam berkomunikasi, dapat mengganggu

keefektifan dari proses komunikasi.

a. Tingkat kedengaran manusia

b. Gangguan persepsi

c. Mispersepsi psikososial

d. Hardware/software

e. Lingkungan, dll

3. Model Lasswell

Model ini umumnya digunakan dalam komunikasi massa di mana komunikator sangat

powerful mampu mempengaruhi komunikan dan menganggap pesan yang disampaikan

mampu membawa efek dalam diri komunikan. Lasswell (1948) mengemukakan tiga fungsi

komunikasi, yaitu:pertama, pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota

masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian

terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial

dari suatu generasi ke generasi lainnya. terdapat tiga kelompok spesialis yang bertanggung

jawab melaksanakan fungsi-fungsi ini. Dalam penyebaran pola hidup sehat,decision

maker merupakan pengendali lingkungan, sedangkan tokoh masyarakat dan juga LSM

bertindak serta membantu mengorelasikan atau mengumpulkan respons orang-orang terhadap

informasi baru. Anggota keluarga dan tenaga kesehatan di lapangan mengalihkan warisan

sosial (Mubarak, 2011, p. 68). Unsur-unsur dalam komunikasi ini menggunakan lima

pertanyaan, yaitu:

a.     Who (komunikator)

b.     Say what (pesan yang disampaikan)

12

Page 13: BAB I II III Komunikasi

c.      In which channel (saluran komunikasi)

d.     To whom (penerima pesan)

e.      With what effect (efek komunikasi yang disampaikan)

4. Model SMCR (Model Berlo)

Model ini menampilkan yang variabel dalam komunikasi yakni

source (sumber), message (pesan), channel (media), dan receiver (penerima). Model SMCR

melihat proses komunikasi berdasarkan keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar belakang

budaya yang berbeda dari sumber informasi (source). Sementara itu, pesan (message) yang

disampaikan biasanya mengandung elemen-elemen tertentu, seperti struktur, isi dan kode-

kode yang unik. Pesan tersebut ditransfer melalui saluran yang melibatkan pendengaran,

penglihatan, sentuhan, bau dan rasa. Kemudian penerima (receiver) menginterpretasikan

pesan tersebut juga didasarkan pada keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar belakang

sosio budaya yang berbeda, sehingga seringkali terjadi salah interpretasi dalam proses

komunikasi (Notoadmojo, 2005, p. 149)

Salah satu kekuatan dari model ini adalah bahwa komunikasi dilihat sebagai suatu

proses yang dinamis, bukan sekadar peristiwa yang statis. Sedangkan kekurangan dari model

ini adalah tidak adanya mekanisme “umpan balik” (feed-back) dalam proses tersebut. Apabila

model ini diaplikasikan dalam komunikasi kesehatan, maka model ini tidak mampu

menjelaskan betapa banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi

antar-petugas kesehatan dengan klien yang memiliki latar belakang keterampilan dan sosio

budaya berbeda. Mekanisme “umpan balik” diperlukan agar proses komunikasi menjadi lebih

dinamis dan dapat menghindari mis-interpretasi kedua belah pihak. Namun demikian, model

ini sangat bermanfaat untuk komunikasi antar-petugas kesehatan. Di bawah ini adalah

gambar yang mengilustrasikan tentang model SMCR (Notoadmojo, 2005, p. 149)

SOURCE MESSAGE CHANNEL RECEIVER

13

Page 14: BAB I II III Komunikasi

Keterampilan

berkomunikasiElemen Penglihatan

Keterampilan

berkomunikasi

Sikap Struktur Pendengaran Sikap

Pengetahuan Isi Sentuhan Pengetahuan

Sistem sosial Treatments Senyuman Sistem sosial

Budaya Kode Merasakan Budaya

Gambar 4: Model Berlo

5.  Speech Communication Model

Model ini pertama kali dikembangkan oleh Miller (1972) yang melihat bahwa proses

komunikasi terdiri dari tiga variabel, yakni pembicara (speaker), pendengar (receiver), dan

umpan balik (feed-back). Dalam hal ini, pembicara menyampaikan “pesan” (informasi)

berdasarkan sikap tertentu, sedangkan pendengar menginterpretasikan pesan tersebut

berdasarkan sikap yang berbeda. Kemudian pendengar memberikan umpan balik (baik positif

maupun negatif) kepada pembicara. Demikian seterusnya sehingga terjadi proses komunikasi

yang hidup dan dinamis (Notoadmojo, 2005, p. 150). Model ini tampak sangat sederhana

(over simplified) untuk menjelaskan proses komunikasi yang kompleks dan rumit dalam

realitas, namun sangat mudah dipahami untuk menjelaskan proses komunikasi antar-manusia.

Hal-hal inilah yang merupakan kekuatan dan kelemahan dari Speech Communication

Model (Notoadmojo, 2005, p. 150)

6. Model Aristoteles

Model Aristoteles adalah modedl komunikasi yang palingng klasik, sering disebut juga

dengan Model Retoris (Rhethorical Model) yang kini lebih dikenal dengan komunikasi

publik (public speaking) atau pidato. Model Aristoteles ini melibatkan persuasi dimana berisi

suatu anjuran untuk melakukan dan mengimplementasikan suatu kegiatan sesuai dengan isi

pesan. Untuk itu harus dipersiapkan siapa yang menyampaikan (etos- kepercayaan pada

14

Page 15: BAB I II III Komunikasi

sipenyampai pesan), argumen yang dipersiapkan (logos, logika dalam pendapat) dan

bagaimana membawa dan memaikan e,osi khalayak untuk tertarik pada isi pesan (phatos-

emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yangb memaikan peran dalam menentukan

efek persuasi suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampaiannya

(Mubarak, 2011. p. 66). Dalam perkembangan selanjutnya model Aristoteles

diimplementasikan dengan menempatkan baliho-baliho ditempat strategis yang berisi anjuran

untuk melakukan kegiatan sesuia isi pesan. Namun, banyak pakar berpendapat bahwa

penempatan baliho di tempat strategis merupakan bentuk komunikasi massa dan hal tersebut

kurang tepat bila ditinjau dari spesifik tujuan yang diingin dicapai sesuai dengan karakteristik

dari komunikasi persuasi (Mubarak, 2011. p. 67). Tiga unsur utama dalam Model Aristoteles

adalah sebagai berikut:

a. Pembicara (speaker)

b. Pesan (message)

c. Pendengar (listener)

  Dalam Model Aristoteles ini tidak memuat unsur-unsur lainnya yang dikenal dalam

model komunikasi, seperti, umpan balik, efek dan kendala atau gangguan komunikasi.

Dengan demikian, komunikasi ini terkesan sangat simpel dan statis. Saat seseorang berbicara,

pesannya akan berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan.pesan dirancang

sedemikian rupa untuk memengaruhi khalayak agar mau memerima pesan (Mubarak, 2011.

p. 67).

7. Model schramm

Model schramm memberikan gambaran proses komunikasi dari yang sederhana sampai

yang kompleks dengan menghadirkan tiga model. Model yang pertama adalah Wilbur

Schramm 1954 yang memperkenalkan model yang sangat sederhana, dimana dalam

berkomunikasi  yang dibutuhkan perangkatnya hanya ada tiga unsur yaitu sumber (source),

15

Page 16: BAB I II III Komunikasi

pesan (message), sasaran (desfination). Model ini terkesan sangat sederhana sekali karena

hanya beriontasi pada penyampaian sinyal saja tanpa memperhatikan sisi lainnya dan

mengesampingkan lainnya, yang terpenting inti sinyal sudah dikomunikasikan pada

sasarannya. Dalam perkembangannya, sumber informasi tidak cukup hanya ditransmisikan

kesasaran saja melainkan juga membutuhkan kesamaan bidang pengalaman (field of

exprince) sehinggan dari model yang sederhana tersebut dikembangkan lagi menjadi model

yang kedua dengan menambah unsur bidang pengalaman, agar pesan bisa diterima oleh

penerima pesan dengan baik. Model yang kedua schramm memperkenalkan gagasan bahwa

kesamaan dalam bidang pengalaman, sumber dan sasaranlah yang sebenarnya

dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran.

Model ketiga schram mengganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak, yang

menyandi , menafsirkan, dan menyandi balik, mentransmisikan dan menerima sinyal. Disini

kedua belah pihak sama-sama berfungsi sebagai encorder, interpreter, mmaupun decorder.

Ketika sumber memberikan pesan kepada tujuan maka sumber bertindak sebagi encorder

sedangkan tujuan bertindak sebagi decorder

C. Komunikasi Kesehatan sebagai Proses

Komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator

melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan yang mengarah pada keadaan

sehat, baik secara fisik, mental maupun sosial. Komunikasi itu sendiri adalah pertukaran

pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan, sedangkan

kesehatan memiliki pengertian keadaan (status) sehat, baik secara fisik, mental maupun

sosial. 

Adapun jenis-jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal (melalui kata-kata) dan non

verbal (melalui bahasa tubuh). Namun berdasarkan jenis yang lain komunikasi terbagi-bagi

kembali menjadi komunikasi langsung (tanpa menggunakan alat), komunikasi tidak langsung

16

Page 17: BAB I II III Komunikasi

(menggunakan alat), komunikasi massa (kelompok orang dengan jumlah yang besar),

komunikasi kelompok (sekelompok orang yang umumnya bisa dihitung), komunikasi

perorangan (tatap muka), komunikasi satu arah (tidak mempunyai kesempatan memberikan

umpan balik), komunikasi timbal balik (memberikan umpan balik).

Ruang lingkup komunikasi kesehatan meliputi pencegahan penyakit, promosi

kesehatan, serta kebijakan kesehatan. Pencegahan penyakit dibagi menjadi 4 golongan yaitu

usaha pencegahan, usaha pengobatan, usaha promotif dan usaha rehabilitative. Kemudian

kebijakan kesehatan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan antara

pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar berbagai level

pemerintah, kebijakan kesehatan memiliki kerangka konsep yaitu konteks, isi konten

(individu, pelaku dan organisasi) dan proses (individu, pelaku dan organisasi). Dampak

komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan sebenarnya berbanding lurus. Makin

berhasil komunikasi kesehatan, maka makin berhasil pula pembangunan kesehatan itu.

Berdasarkan paradigma Laswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses

komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing sebagai media.

Lambing sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan

pesan nonverbal. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang

diterima oleh komunikan.

Prosesnya sebagai berikut, pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan

disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran atau

perasaannya ke dalam lambing (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.

17

Page 18: BAB I II III Komunikasi

Kemudian, komunikan menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti

komunikan menafsirkan lambing yang mengandung perasaan dan pikiran komunikator.

Menurut Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan bahwa komunikasi

akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka

acuan (frame of reference), yakni perpaduan pengalaman dan pengertian yang diperoleh

komunikan.

Kemudian Schramm juga menambahkan, bahwa komunikasi akan berjalan lancara

apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan dengan bidang pengalaman

komunikan.

Sebagai contoh: si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai

perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A

tentunya akan sangat mudah dan lancaraapabila pembicaraan mengenai hal tersebut

dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahsiswa. Seandainya si A membicarakan hal

tersebut dengan si C yang yang seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses

komunikasi tidak akan berjalan lancar.

b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah prosese penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua

setelah memakai lambing sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media

ke daola dua komunikasi karena komunikan sebagai sarana berada di tempat yang relative

jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, fax, radio, majalah, dll merupakan media yang

sering digunakan dalan komunikasi.

18

Page 19: BAB I II III Komunikasi

D. Fase dari Model proses Komunikasi Kesehatan

The Health Communication Process Model  melibatkan tujuh fase. Fase pertama

berfokus pada pemberian defenisi dan deskripsi masalah. Fase kedua (masukkan audiens)

melibatkan analisis audiens, pasar, dan pilihan saluran atau media dari mereka yang

dipengaruhi oleh masalah kesehatan. Fase ketiga mengidentifikasi strategi intervensi yang

tepat (pendidikan, kebijakan, layanan kesehatan, teknologi, mobilisasi masyarakat) yang

diperlukan untuk memodifikasi masalah kesehatan. Tahapan pemilihan strategi ini mencakup

penetapan apakah komunikasi merupakan stretegi utama atau pendukung. Fase keempat

melibatkan pembuatan pesan yang diperlukan untuk mendukung strategi intervensi pilihan.

Fase kelima difokuskan pada pemilihan lingkungan yang tepat-lokasi tempat audiens sasaran

paling efektif dijangkau. Fase keenam mengidentifikasi saluran yang tepat yang didasarkan

pada sebagian pada analisis saluran dalam fase 2. Fase ketujuh mengidentifikasi metode

komunikasi kesehatan yang tepat. Contoh konferensi pers atau publikasiberita, presentasi,

konseling, web page, dan materi cetak.

Fase 1: Definisi dan Deskripsi Masalah

Fase pertama melibatkan identifikasi masalah kesehatan dan mempertimbangkan

pesan dan teknik memungkinkan yang akan mempengaruhi audiens sasaran. Proses

identifikasi masalah kesehatan melibatkan pemberian pernyataan masalah kesehatan secara

jelas dan identifikasi mengapa hal itu menjadi masalah. Ada banyak cara untuk melakukan 

aktifitas itu. Contoh, kita dapat mendeskripsikan kematian dan disabilitas berkaitan dengan

masalah kesehatan.

Setelah masalah didefinisikan dan dideskripsikan dengan tepat, kita perlu

mengidentifikasi audies target utama atau spesifik, yang akan menerima komunikasi

kesehatan.istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan ini di dalam komnikasi

19

Page 20: BAB I II III Komunikasi

kesehatan adalah segmentasi, yaitu aktivitas memecah suatu populasi yang besar menjadi

segmen-segmen yang dapat dikelola. Segmentasi didefinisikan sebagai suatu proses

pembagian sebuah populasi menjadi  segmen-segmen yang berbeda yang didasarkan  pada

karakteristik yang memengaruhi ketanggapan mereka pada intervensi. Segmentasi

memerlukan identifikasi audiens target utama yang memiliki karakteristik sama (mis, tingkat

kesiapan untuk berubah, kepercaan kesehatan).

Fase 2: Masukan Audiens

Setelah audiens target diidentifikasi, kita perlu mengumpulkan masukan darinya dan

melakukan pengkajian untuk lebih memahami audiens tersebut. Proses ini dikenal sebagai

penelitian formatif, yang melibatkan identifikasi terhadap keinginan dan  kebutuhan suatu

audiens maupun faktor-faktor yang memengaruhi perilakunya, termasuk mafaat, kendala, dan

kesiapan untuk berubah. Pengkajian penelitian formatif bbiasa meliputi survey, focus group,

wawancar menyeluruh, wawancara ahli, pengumpulan pendapat umum, dan studi kassus.

Penelitian formatif melibatkn analisis audiens, pasar, dan analisis saluran, analisis audiens

berfokus pada karakter khas dari audiens target, termasuk keinginan dan kebutuhan.  Analisis

pasar menguji kesesuaian antara focus minat (mis., perubahan perilaku yang diinginkan) dan

variable pasaar penting didalam audiens target. Istilaah yang digunakan dalam komunikasi

dan pemasaran berorientasi konsumen untuk variable itu adalah campuran peasara (marketing

fix). Marketing mix ini tersusun atas empat komponen, produk,harga, dan tempat.

Produk,produk dapat berupa perilaku, layanan, atau produk yang diinginkan unruk

pemanfaatan audiens target atau bahkan gagasan untuk diadaptasi. Harga merupakan biaya

yang harus dibayar konsumen untuk untuk menerapkan perilaku yang baru. Harga dapat

mencakup antara lain, uang, waktu, tenaga atau peluang, Tempat adalah lokasi produk dikaji

atau diperoleh. Penting untuk menetukan apakah produk paling baik diberikan dalam

lingkungan yang memungkinkan adanya dukungan sosial, atau apakah produk lebih tepat

20

Page 21: BAB I II III Komunikasi

didistribusikan melalui internet, surat, atau beberapa saluran lain. Terakhir, promosi

melibatkan metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan audiens sasaran dan sangat

serupa dengan analisis saluran. Analisis saluran, merupakan proses yang membantu

menentukan lingkungan, saluran dan metode, komunikasi mana yang kemungkinan yang

paling menarik bagi audiens target. Proses ini juga mencakup analisis lokasi tempat audiens

target paling mudah dijangkau (lingkungan), cara mereka menerima sebagai besar informasi

mereka (saluran), dan pilihan mereka akan metode komunikasi.

Dengan menggunakan perspektif audiens yang diperoleh dalam fase 2, proses

komunikasi kesehatan berfokus pada identifikasi pesan, lingkungan, saluran, dan metode

yang akan membentuk strategi intervensi. Walau diperlukan kerja dan sumber tambahan,

untuk memperoleh masukan seperti segmentasi dan riset formatif yang tepat, hasil kerja

dalam bentuk mutut intervensi dan hasil akhir ang efektif sebanding dengan investasi yang

dkeluarkan.

Fase 3: Pemilihan Strategi

Strategi dapat didefinisikan sebagai rencana umum tindakan yang dapat mencakup

beberapa aktivitas dan mempertimbangkan karakteristik populasi target. Pilihan strategi

membantu membentuk seleksi metode. Strategi promosi kesehatan yang efektif dapat

dikategorikan sebagai berikut:

- Strategi komunikasi kesehatan

- Strategi kebijakan atau penegakan

- Strategi mobilitas komunitas

- Strategi layanan kesehatan dan

- Strategi teknologi

21

Page 22: BAB I II III Komunikasi

Pemilihan strategi intervensi yang tepat dengan mengetahui bahwa komunikasi kesehatan

dilibatkan dalam setiap strategi promosi kesehatan.

Fase 4 :Penyususnan Pesan Untuk Audiens

Setelah pilihan (-pilihan) strategi diseleksi secara cermat, pertimbangkan pesan-pesan

yang perlu disampaikan kepada audiens target. Strategi yang dipilih akan mempengaruhi

jenis pesan yang akan diterima audiens target. Contoh, kampanye flouridasi yang difokuskan

pada membangun kesadaran melalui komunikasi kesehatan mungkin memiliki pesan berikut:

“Flouridasi air aman dan efektif bagi semua, dan akan mengurangi kasus gizi karies sampai

38%. Hubungi pembuat kebijakan Anda dan katakana kepada mereka bahwa Anda

mendukung peningkatan kesehatan gigi melalui flouridasi air.” Suatu pesan

kebijakan/pelaksanaan dapat berupa: “Flouridasi air merupakan metode yang paling biaya

efektif untuk meningkatkan kesehatan gigi dikalangan penduduk.” Pesan yang mendukung

teknologi dapat berupa: “Pemantauan dan pengaturan kadar flouridasi dalam air pada system

air untuk masak marupakan cara paling pasti untuk menurunkan kasus penyakit gigi.” Pesan

yang mendukung mobilisasi komunitas, misalnya: “Pembuat kebijakan yang Anda pilih

memutuskan untuk tidak menudukung flouridasi air, walau fakta menunjukkan bahwa

pemeliharaannya sangat mendukung prioritas komunitas yang sangat penting itu. Suara Anda

bergaraga agar pejabat yang Anda pilih mau mendengarkan. Telpon 555-2222 untuk

menyatukan suara Anda dengan yang lain.”Jelas sudah, pesan komunikasi kesehatan yang

didesain dengan baik adalah komponen penting dari jenis strategi apapun.

Pesan efektif didasarkan pada bagaimana metode dapat menghasilkan perubahan dan

menarik audiens targetnya. Pesan melibatkan poin-poin kunci yang akan mendorong audiens

untuk memberikan reaksi yang diharapkan. Suatu pesan kemungkinan akan lebih efektif jika

memiliki karakteristik tertentu yang menarik dan berhubungan dengan audiensnya.”Cara

22

Page 23: BAB I II III Komunikasi

untuk memastikan bahwa suatu pesan memang sesuai adalah dengan melakukan uji

pendahuluan dikalangan audiens target melalui salah satu metode penelitian formatif  yang

teridentifikasi sebelumnya.

Ada empat karakteristik yang harus diperhitungkan ketika mendesain suatu pesan.

Karakteristik pertama adalah mutu, yang seringkali diukur melalui penilaian terhadap emosi.

Daya tarik emosional yang lazim mencakup pasan yang sedih, lucu, menimbulkan ketakutan,

ramalan, satu atau dua sisi, berdasarkan fakta atau bukti, implicit, atau eksplisit. Karakteristik

kedua adalah sumber. Pesan yang disusun dengan baik mungkin tidak dihiraukan jika tidak

disebarkan melalui sumber yang tepat dan terpercaya. Contoh sumber pesan antara lain

selebriti, teman sebaya, petugas pemerintah, dokter, konsultan, perawat, ilmuwan, tokoh

agama, pemimpin, dan politisi. Karakteristik ketiga melibatkan factor-faktor internal yang

berhubungan dengan audiens, seperti sikap pengetahuan, nilai maksud perilaku, perilaku,

tingkat melek huruf, rasa tau etnisitas, watak psikologis, pengalaman dengan tindakan yang

direkomendasikan, keterampilan, kerentanan dan keparahan masalah kesehatan yang

dirasakan, kesiapan untuk berubah, perhatian akan persetujuan orang lain, tujuan hidup, dan

standar pribadi. Karakteristik terakhir melibatkan factor-faktor eksternal, seperti dukungan

social, status sosio ekonomi, iklim politik, hokum, kebijakan tempat kerja, dan akses ke

layanan komunitas yang relevan dengan kesehatan.

Fase 5: Penetapan Lingkungan Penyampaian Pesan Anda

Satu komponen esensial dari aktivitas komunikasi kesehatan apapun adalah penetapan

lingkungan untuk menyampaikan pesan. Lingkungan mengacu kepada lokasi (-lokasi) tempat

pesan paling baik diterima atau paling disukai untuk diterima oleh audiens. Lingkungan juga

mengacu pada lokasi tempat audiens dapat dicapai dan pengaruhi untuk berpikir tentang

pesan. Lingkungan ditetapkan, sebagian, dari fase 2 (masukan audiens) dan dari umpan balik

23

Page 24: BAB I II III Komunikasi

audiens yang diperoleh setalah pesan dirancang. Lingkungan yang umum untuk penyampaian

pesan meliputi rumah, sekolah, tempat kerja, pusat layanan kesehatan, bisnis eceran, balai

masyarakat, tempat ibadah, lembaga pemerintah, perpustakaan, pusat perbelanjaan, pameran

kesehatan, koalisi, sarana transportasi, rapat PTA, dan permukiman. Penetapan lingkungan

jelas berhubungan dengan pesan yang akan disampaikan dan strategi yang dipilih.

Fase 6: Penetapan Saluran Penyampaian Pesan dalam Lingkungan Pilihan

Lingkungan akan mempengaruhi cara saluran yang dapat digunakan untuk mencapai

audiens tertentu. Saluran mengacu kepada sarana untuk menyampaikan suatu pesan kepada

audiens tertentu. Pemilihan saluran yang tepat untuk suatu audiens kerap berhubungan, atau

dalam beberapa kasus dibatasi, oleh lingkungan (-lingkungan) yang dipilih. Pemilihan saluran

yang tepat juga didasarkan pada umpan balik audiens melalui aktivitas penelitian formatif.

Contoh, apabila rumah teridentifikasi sebagai lingkungan utama, saluran yang tepat dapat

mencakup kunjungan rumah satu persatu, teknologi via telepon, atau media massa via

televise atau radio. Lingkungan tempat pesan disampaikan secara langsung dapat

mempengaruhi tipe saluran yang diperlukan untuk mencapai audiens target.

Fase 7: Penetapan Metode dan Materi Komunikasi Kesehatan

Metode komunikasi kesehatan adalah aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan

pesan kunci kepada audiens melalui lingkungan dan saluran yang dipilih. Pemilihan metode

komunikasi dipengaruhi oleh keputusan yang diambil dalam keenam fase pertama. Contoh

metode komunikasi mencakup pemberitahuan di surat kabar atau konferensi pers, presentasi,

Web page, dan konseling. Penerapan berbagai metode komunikasi kesehatan juga mencakup

penyusunan materi pendukung, yang didefinisikan sebagai barang nyata yang diperlukan

untuk mendukung metode atau pesan komunikasi kesehatan. Materi pendukung ini

membantu meningkatkan penerimaannya, menguatkan daya tariknya, merangkum poin

24

Page 25: BAB I II III Komunikasi

utamanya, dan melengkapi pesan yang disampaikan melalui suatu saluran dalam lingkungan

tertentu. Contohnya mencakup  perangkat media cetak, poster, periklanan, lembar terima

kasih, lembaran fakta, place mat, kurikulum, dan panduan coordinator program.

Cara paling baik untuk melihat bagaimana metode komunikasi kesehatan diseleksi, dan

bagaimana seleksi didasarkan pada fase-fase komunikasi kesehatan, pertimbangkan contoh

pelaksanaan nyata dalam bagian bab ini. Perhatikan bagaimana metode, pesan lingkungan,

dan saluran tercermin dalam setiap contoh. Amati bagaimana komponen tersebut berinteraksi,

khususnya berkaitan dengan strategi komunikasi kesehatan primer versus yang diseleksi dan

cara penerapannya.

25

Page 26: BAB I II III Komunikasi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara

positif perilaku kesehatan masyarakat,dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode

komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.

Komunikasi kesehatan menjadi semakin populer dalam upaya promosi kesehatan selama 20

tahun terakhir. Komunikasi kesehatan didefinisikan secara luas oleh Everret Rogers sebagai

segala jenis komunikasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan. Komunikasi

kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku karena didasarkan pada psikologi

sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan

menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan.

Model proses komunikasi kesehatan melibatkan tujuh fase, yaitu:

1. Definisi dan deskripsi masalah

2. Masukan audiens

3. Pemilihan strategi

- Strategi komunikasi kesehatan

- Strategi kebijakan atau penegakan

- Strategi mobilisasi komunitas

- Strategi layanan kesehatan

- Strategi teknologi

4. Penyusunan pesan untuk audiens

5. Penetapan lingkungan penyampaian pesan anda

26

Page 27: BAB I II III Komunikasi

6. Penetapan saluran penyampaian pesan dalam lingkungan pilihan

7. Penetapan metode dan materi komunikasi kesehatan

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam

pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik. Atas perhatian pembaca, penulis

mengucapkan terimakasih.

27

Page 28: BAB I II III Komunikasi

DAFTAR PUSTAKA

http://sebilahukirankata.blogspot.com/2013/11/konsep-komunikasi-kesehatan.html

http://bloghajrahwawan.blogspot.com/2013/04/komunikasi-kesehatan.html

http://sebilahukirankata.blogspot.com/2013/11/model-model-komunikasi-kesehatan.html

28