BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI A ...
Transcript of BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI A ...
23
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG KOMUNIKASI
ORGANISASI
A. Pola komunikasi
Kata pola dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya bentuk atau
sistem.1 Cara atau benuk yang tetap sehingga pola dapat dikatakan
sebagai contoh atau cetakan.
Secara etimologis menurut onong uchjana Effendi “istilah
komunikasi berasal dari perkataan inggris communication yang
bersumber dari bahasa latin, communication berarti pemberitahuan
atau pertukaran pikiran. Makna hakiki dari communication adalah
communis yang berarti sama, atau kesamaan arti sama, atau kesamaan
arti sama halnya dengan pengertian tersebut.2
Sedangkan menurut Wilbur Schramm dalam uraiannya
mengatakan bahwa definisi komunikasi berasal dari bahasa latin
communis, common. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu artinya
kita mencoba untuk berbagi informasi,ide, atau sikap.Jadi esensi dari
komunikasi adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan
bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi pesan tersebut.3
1 Departemen pendidikan dan kebudayaan,” kamus besar bahasa
Indonesia”,(Jakarta : balai pustaka,1996),P.778 2 Onong Uchjana Effendi, “spectrum komunikasi”, ( Bandung : Bandar maju,
1992), cet ke-1,P.4 3 T. A. Latief Rosyidi, “Dasar-dasar rethorika komunikasi dan informasi”,
(medan: 1985),P.48.
24
B. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa yunani yang
berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak di sampaikan ahli, dan
pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip. Sebagai bahan
perbandingan, berikut ini adalah sebagian pendapat mereka.
a. Chester I. Barnard (1938), dalam bukunya “The Executive
Funcition”’ mengatakan bahwa, Organisasi adalah system kerja
sama antara dua orang atau lebih” (Organitation as a system of
cooperatives of two more person).
b. James D. Mooney mengatakan “Organitation is the form of
every human assoccation of the attainment of common purpose”
(Organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk tujuan
bersama).
c. Menurut Dimock, “Organitation is the systematic bringing
together of interdependentpart to form a unified whole through
which authority, coordination, and control may be exercised to
achive a given purpose” (Organisasi adalah perpaduan secara
sistematis bagian-bagian yang saling bergantung/berkaitan untuk
membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan,
koordinasi, dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang
telah di tentukan).
d. Robbins, S.P., (1986) “Organization is a consciously
coordinated social units, composed of two or more people, that
function on arelatively continuous basis to achieve a common
goal or set of goals” Organisasi adalah suatu system yang terdiri
25
dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan
berulang ulang oleh sekelompik orang untuk mencapai suatu
tujuan (Gitosundarmo, I., dkk., 1997).
Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
sekumpulan orang dapat di katakan sebagai organisasi jika
memenuhi empat unsur pokok (Sopian, 2008), yaitu:
a. Organisasi itu merupakan system;
b. Adanya suatu pola aktivitas;
c. Adanya sekelompok orang;
d. Adanya tujuan yang telah di tetapkan;
Sedangkan dari perspektif administrasi dan menejemen, dalam
setiap organisasi selalu ada seseorang atau beberapa orang yang
bertanggung jawab untuk mengoordinasikan sejumlah orang yang
bekerja sama dengan segala aktivitas dan fasilitasnya. Dalam banyak
hal orang yang bertanggung jawab tersebut harus mengoordinasikan
beragam kegiatan sekumpuilan orang yang lazimnya mempunyai
kepentingan berbeda. Ketentuan-ketentuan yang seharusnya di setujui
bersama, sering tidak di ketahui oleh semuanya dan bahkan mungkin
terpaksa di setujui. Hal ini jelas terluhat dalam organisasi yang besar
seperti depertemen, di lingkungan pemerintahan, perusahaan Negara,
pemerintah daerah, dan sebaginya. Dengan perkataan lain, pengertian
organisasi menjadi makin kompleks, strukturnya menjadi rumit, dan
tingkat formalitas menjadi makin besar. Semua itu pada akhirnya akan
26
sangat mempengaruhi setiap orang yang bekerjasama dalam organisasi
demikian.4
Organisasi didefenisikan sebagai “suatu kumpulan (atau
system) individu yang bersama-sama, melalui hirarki pangkat dan
pembagian kerja, berusaha mencapai tujuan tertentu.
Pada awal revolusi industri, ditemukan bahwa organisasi dapat
memberi hasil lebih banyak bila individu dimungkinkan melakukan
spesialisasi melalui suatu pembagian kerja, daripada jika setiap orang
menyelesaikan suatu produk sendirian seperti yang di lakukan para
perajin selama berabad-abad. Sebagai contoh klasik, sebuah pabrik
menhasilkan peniti dengan kecepatan dua puluh peniti per orang per
hari secara tradisional. Setelah karyawan dikelompokkan dalam dalam
belas operasi spesifik yang berbeda-bed, setiap orang dapat
menghasilkan 4.800 peniti ( dengan kualitas sebanding ) per orang per
hari.5
Untuk mencapai sasaran dan tujuan, di perlikan suatu perangkat
yang mampu memenej gerakan. Dalam hal ini, di perlukan suatu
organisasi, sehingga gerakan dan aktivitas oergtanisasi dapat berhasil
memenuhi sasaran dan tujuan yang hendak di capai.
Organisasi mempunyai dua pengertian, yaitu
4 Prof. Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si dan Drs. Sahya Anggara, M.si., “Perilaku
Organisasi” (Bandung: Pustaka Setia, 2010) Cet. Ke 1, P.22-23 5 Dr. Deddy Mulyana, M.A dan Gembirasari, “Humman Communication:
Konteks-konteks Komunikasi” (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 1996 s.d 2001) Cet.
Ke 2, P. 164-165
27
1. Organisasi sebagai kesatuan susunan yang mempunyai fungsi
mencapai suatu tujuan.
2. Organisasi sebagai unsur atau elemen kesatuan susunan, yang
mempunyai fungsi mengatur persoalan intern.
Untuk mencapai tujuannya, organisasi harus berjalan dan dapat
melakukan fungsinya. Hal ini akan terlaksana, abila unsur-unsur
kesatuan dapat bekerja baik, baik sebagai bagian tersendiri,
maupun dalam hubungan dengan unsur-unsur yang lain atau
dalam kesatuan fungsi.
Secara umum organisasi atau institusi di Indonesia dapat
dikolompokkan kedalam dua bagian besar, yaitu
a. Organisasi formal ialah sebagai organisasi yang strukturasinya,
eksistensi formal atau statusnya diakui baik oleh kalangan luar
maupun kalangan dalam. Di kelompokan organisasi formal ini,
berdasarkan kegiatan utama dan himpunan anggotanya dapat
dikelompokkan lagi menjadi yang berciri vertical atau horizontal,
integral atau sektoral.
b. Organisasi non formal ialah organisasi atau ikatan jama’ah yang
mempunyai ciri-ciri;
1) Ikatan anggota dengan organisasi bersifat tidak formal. Ikatan ini
hanya karena ide atau kegiatan saja.
2) Kepemimpinanya bersifat fungsional.
3) Jama’ahnya bersifat terbuka, heterogen dan nonafilatif.
Organisasi nonformal mempunyai ciri sektoral atau territorial.
28
Dari uraian di atas , dapat kita ketahui bahwa organisasi yaitu
usaha dan gerakan yang di lakukan oleh orang banyak dan
mempunyai susunan yang teratur untuk mencapai tujuan dengan
cara yang baik dan tepat.6
Satu hal yang terpenting dalam suatu organisasi ialah tidak
terjadi dualisme kepemimpinan, dengan tujuan semua pekerjaan
yang di lakukan oleh anggota organisasi bersumber dan
bertumpu pada satu kepemimpinan.7
2. Elemen-elemen organisasi
Organisasi sangat bervariasi ada yang sangat sederhana ada
juga yang sangat kompleks. Maka untuk membantu kita memahami
organisasi tersebut perhatikanlah model berikut yang menggambarkan
elemen dasar dari organisasi dan saling keteerkaitansatu elemen harus
bersifat dinamis, pujian dan kritikan harus ditanggapi dengan
denganelemen lainnya.
a. Struktur sosial
Struktur sosial adalah pola atau aspek hubungan yang ada
antara partisipan di dalam suatu organisasi. Struktur sosial dapat
dipisahkan menjadi dua komponen yaitu struktur normatif dan
struktur tingkah laku. Struktur normatif menyangkut nilai, norma
dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan
dalam memilih tujuan tingkah laku. Sedangkan norma adalah aturan
6 Drs. Samsul Munir Amin, M.A. “Ilmu Dakwah” ( Jakarta: Amzah,2013 ) Ed.
1, Cet. 2. P. 132-133 7 Samsul Munir Amin, “ilmu Dakwah”…P.232
29
umum mengenai tingkah laku membentuk norma-norma
sebagaimana halnya norma membentuk tingkah laku.
b. Partisipan
Partisipan adalah individu-individu yang memberikan
kontribusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih
dari pada satu organisasi dan keterlibatannya pada masing-masing
organisasi tersebut sangat bervariasi. Misalnya, seorang karyawan
pada suatu perusahaan adalah anggota organisasi dari perkumpulan
perusahaannya, juga anggota dari perkumpulan agamanya, anggota
dari masyarakat dan organisasi lainnya. Sifat dari kepribadian dari
seorang partisipan juga akan bervariasi dari suatu organisasi kepada
organisasi lainnya, tergantung kepada tipe dan peranan dalam
organisasi tersebut.
c. Tujuan
Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan
kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis
mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami
organisasi, yang lainnya mengatakan apakah tujuan terbentuk suatu
fungsi lain dari pada membenarkan tindakan yang lalu. Kemudian
ahli tingkah laku menjelaskan bahwa individu-individu yang
mempunyai tujuan, organisasi tidak.
d. Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-
mesin atau perlengkapan mesin juga pengetahuan teknik dan
keterampilan partisipan. Tiap-tiap organisasi mempunyai teknologi
30
dalam melakukan pekerjaannya. Beberapa organisasi memproses
materi input atau masukan dalam membangun perlengkapan
perangkat keras (hard ware). Organisasi lainnya memproses orang,
hasil produksinya menghasilkan individuindividu yang
berpengetahuan, yang terampil atau individu yang lebih sehat.
e. Lingkungan
Sebagai organisasi berada pada keadaan fisik tertentu,
teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana
organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. semua tergantung pada
lingkungan yang lebih besar untuk dapat untuk hidup, tetapi
pekerjaan sekarang menitik beratkan kepada limgkungan hidup.
3. Ciri-Ciri Organisasi
Tiap organisasi disamping mempunyai elemen yang umum
juga mempunyai karakteristik yang umum, yaitu:
a. Dinamis, yaitu terbuka terus menerus mengalami perubahan
b. Memerlukan informasi
c. Mempunyai tujuan
d. Terstruktur
Organisasi memang bijak untuk kemajuan organisasi. Untuk
mempermudah dalam koordinasi dibutuhkan struktur organisasi agar
ada pembagian kerja yang jelas sehingga roda organisasi dapat
berputar.8
8 Dr. Arni Muhammad, komunikasi Organisasi,(Jakarta:PT. Bumi
Aksara,2007), cet. Ke-8, P, 23.
31
C. Pengertian Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Organisasi adalah studi tentang bagaimana orang-orang yang
bekerja di dalam organisasi berkomunikasi dalam konteks organisasi;
serta interaksi dan pengaruh antara struktur organisasi dengan
pengorganisasian.9
Menurut Redding dan Sanborn yang dikutip oleh Arni
Muhammad dalam buku komunikasi organisasi, menurut mereka”
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi
dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dengan bidang ini
adalah komunikasi internal, komunikasi upward, dan lain-lain.10
Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi
dilingkungan organisasi atau dalam lingkungan system sosial tertentu
yang merupakan kelompok independen dalam mencapai tujuan-tujuan
yang telah di tetapkan. Sedangkan unit analisanya adalah struktur
organisasi itu sendiri. Sementara itu, yang di pelajari adalah proses dan
pola-pola komunikasi yang terjadi di dalamnya. Hokum dan fungsi-
fungsi komunikasi pada umumnya tetap berlaku untuk ranah
organisasional ini.11
9 Prof.Dr. Alo Liliweri, M.S., Sosiologi dan Komunikasi Organisasi,(Jakarta:
PT. Bumi Aksara,2014),Cet. Ke.1,P.365 10 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,…P. 65 11
Drs. H. Pawit M Yusup,M.S. “ilmu informasi, komunikasi, dan
kepustakaan”,(Jakarta: Bumi Aksara,2014),Ed. 1, Cet. 3, P. 166
32
Berbeda dengan Redding dan Sanborn, dalam buku komunikasi
organisasi karya R. Wayne Pace dan Don F. Faules menjabarkan
bahwa definisi komunikasi organisasi dapat dilihat dari sudut pandang
yaitu Definisi Subjektif dan definisi Objektif. Keduanya memiliki ciri
khas masing masing.
Komunikasi dalam prespektif subjektif adalah perilaku
pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat
dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang
terjadi. Pada prespektif ini yang ditekankan adalah proses penciptaan
makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah
organisasi.
Sedangkan dalam definisi objektif adalah kegiatan penanganan
pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasi. Pada prespektif
ini yang lebih ditekankan pada komunikasi sebagai suatu alat yang
memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.12
Hampir sama dengan Redding dan Sanborn, Joseph Devito
yang dikutip oleh Arni Muhammad, dalam buku komunikasi organisasi
menyatakan bahwa” komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan baik dalam organisasi di dalam kelompok formal
maupun informal organisasi”
Dari ketiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang kompleks,
12 R. Wayne Pace dan Don F. faules, Komunikasi Organisasi, ( Bandung:
Rosdakarya, 2006), P.33
33
komunikasi tersebut dapat menimbulkan pengertian yang sama
sehingga dapat mewujudkan organisasi tersebut.13
2. Arus Informasi Dalam Organisasi
Bila pesan mengalir melalui jalur resmi yang ditentukan
hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan
itu menurut jaringan komunikasi foemal. Pesan dalam jaringan
komunikasi formal biasanya mengalir dari atas kebawah atau
dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara
horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam
jaringan komunikasi formal yang mengikuit garis komunikasi
yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu :
Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu
diperhatikan, untuk itu akan di bahas berdasarkan tempat dimana
khalayak sasaran berada, yaitu:
1. Komunikasi vertikal( downward communication)
Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang
terjadi dari atas ke bawah (downward communication) atau
komunikasi ke bawah dalam organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka
yang berotoritas lebih rendah. pimpinan menyampaikan pesan
kepada bawahan. alur ini memiliki fungsi sebagai berikut:
13
, M. Burhan bungin, sosiologi komunikas,…P.276-277
34
Pemberian atau penyampaian intruksi kerja, bentuknya perintah,
arahan, penerangan, manual kerja, uraian tugas.14
Untuk menyampaikan informasi kepada bawahan dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Pace (1989) mengemukakan
empat klasifikasi metode yaitu : metode lisan, tulisan, gambar
dan campuran.15
Ada lima jenis informasi yang biasa di komunikasikan
dari atasan kepada bawahan:
1. informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2. informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan
pekerjaan
3. informasi mengenai kebijakan dan prakti-praktik oeganisasi
4. informasi mengenai kinerja pegawai
5. informasi mengembangkan rasa memiliki tugas
para pegawai diseluruh tingkat dalam organisasi merasa perlu
di beri informasi. Kualitas dan kuantitas informasi harus
tinggi agar dapat membuat keputusan yang bermanfaat dan
cermat. Menejemen puncak harus memiliki informasi untuk
semua unit. Aliran informasi dan menejemen puncak yang
turun ketingkat operatif merupakan aktivitas
berkesinambungan dan sulit.16
14 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,…p.107 15 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,…p.114 16 R. Wayne Pace dan Don F. faules, Komunikasi Organisasi,…p.184-186
35
2. Komunikasi ke atas (upward communication)
Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang
mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang
lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
3. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal yaitu informasi yang terjadi
secara mendatar atau sejajar di antara para pekerja dalam satu
unit atau pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama
tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan mengalir
menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal.
Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan
kemanusiaan seperti koordinasi, pemecahan masalah,
penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.
Tujuan dari arus informasi ini antara lain.
a. Mengkoordinasikan pekerjaan tugas
b. Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan
c. Mengatasi masalah
d. Mendapatkan pemahaman bersama.
e. Memusyawarahkan, negosiasi, dan menengahi
perbedaan.
f. Membangun dukungan interpersonal.
Dalam penerapan jalur komunikasi horizontal banyak
cara yang digunakan para karyawan, misalnya percakapan pada
saat istirahat, percakapan, melalui telephone, menggunakan
36
memo, dengan diadakannya rapat diantara para karyawan yang
sejajar kedudukannya, dan lain-lain.17
3. Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu
menjadi perhatian seorang pemimpin organisasi karena factor tersebut
banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku karyawan.
Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi dan organisasi yang baik
perlu memahami kedua hal tersebut serta keadaan karyawan.18
“istilah
“Iklim” disini merupakan kiasan(metafora). Kiasan adalah bentuk
ucapan yang didalamnya suatu istilah atau frasejelas artinya dalam
situasi yang berbeda yang bertujuan menyatakan suatu kemiripan.
Contohnya: tempat ini di rumah sendiri, nyaman, suasananya
kekeluargaan, meskipun perbandingan Figuratif, perbandingan tersebut
memberi informasi mengenai ini, struktur, dan arti situasi baru
tersebut.
Dalam menelaah iklim komunikasi organisasi, kita harus
memilah terlebih dahulu apa itu iklim komunikasi dan iklim organisasi.
Kedua bentuk iklim tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Untuk pertama-tama akan dibahas terlebih dahulu iklim komunikasi.
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku
manusia, respon terhadap pegawai, harapan-harapan, konflik-konflik
antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dan organisasi
17 Arni Muhammad, komunikasi Organisasi,…p.121. 18 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,…P.82
37
tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti
iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan-pesan
dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan-pesan dan peristiwa
yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa iklim
komunikasi berhubungan dengan persepsi- persepsi anggota
perusahaan terhadap informasi dan peristiwa yang terjadi. Dengan
begitu jika komunikasi berjalan positif diantara anggota, maka akan
timbul suasana kerja yang penuh dengan persaudaraan, para anggota
perusahaan berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah, dengan
anggota lain. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja
mereka. Sedangkan iklim komunikasi negative dapat menyebabkan
saling curiga dan tertutup antar karyawan.
Sebenarnya pengertian iklim organisasi belum ada kesepakatan
yang sama dari para ilmuwan. Menurut penulis hal ini dikarenakan
iklim organisasi sangat kompleks cakupan pembahasannya, karena
mencakup semua unsur dasar organisasi yaitu anggota, pekerjaan,
praktik-praktik yang berhubungan dengan pengelolaan, struktur dan
pedoman.
Namun dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim
organisasi yang terbentuk dari perpaduan unsur-unsur organisasi yang
dapat mempengaruhi kinerja anggota organisasi.
Dari perjalanan iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas,
ditemukan kesamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama dapat
38
mempengaruhi kinerja anggota organisasi. setelah kita menelaah iklim
organisasi komunikasi dan iklim organisasi, maka kita akan membahas
secara keseluruhan yaitu iklim komunikasi organisasi. Menurut
Falcionone yang dikutip oleh Wayne Pace dan Don F.Faules dalam
buku komunikasi organisasi menjelaskan bahwa:
Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak
dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi
organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari
interaksi antara sifat-sifat itu. Iklim dipandang sebagai suatu kualitas
pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter
yang relatif langgeng pada organisasi.19
Ada hubungan yang sirkuler antar iklim organisasi dengan
iklim komunikasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada
perkembangan iklim, diantaranya iklim organisasi. Iklim organisasi di
pengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah
laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan
mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka,
rileks, ramah tamah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim yang
negative menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara
terbuka dan penuh rasa persaudaraan.
Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi
dapat mengkaji teori Charles Redding yang dikutip oleh
Arni Muhammad dalam buku komunikasi organisasi yang
19 R. Wayne Pace dan Don F. faules, Komunikasi Organisasi,...P. 146-149
39
mengemukakan lima dimensi penting dari iklim organisasi
yaitu:
a. Supportivennes atau bawahan mengamati bahwa
hubungan komunikasi mereka dengan atasan
membantu mereka membangun, dan menjaga
perasaan diri berharga, dan penting.
b. Partisipasi membuat keputusan.
c. Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat
menyimpan rahasia.
d. Keterbukaan, dan keterusterangan.
e. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana
tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas
kepada anggota organisasi
Supportiveness dapat dibagi lagi menjadi beberapa
kategori, menurut Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat,
dkk dalam buku komunikasi organisasional bahwa”
tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota organisasi
mengarahkan kepada iklim supportiveness. Di antara
tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:
1. Deskripsi, anggota organisasi menfokuskan pesan
mereka kepeda kejadian yang diamati dari pada
evaluasi secara subjektif atau emosional.
2. Orientasi masalah, anggota organisasi menfokuskan
komunikasi mereka kepada pemecahan kesulitan secara
bersama.
3. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan
sopan dalam merespons situasi yang terjadi
40
4. Empati, anggota organisasi memperlihatkan perhatian
dan pengertian terhadap anggota lainnya
5. Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota
yang lain sebagai teman dan tidak menekankan kepada
kedudukan dan kekuasaan.
6. Provisionalism, anggota organisasi bersifat fleksibel
dan menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang
berbeda.20
D. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Di dalam kamus bahasa inggris-indonesia yang di tulis oleh
Jhon M. Echolis dan hasan Shadaly, kata leadership artinya
kepemimpinan, yang berasal dari kata kerja lead yang artinya
memimpin. Leader diterjemahkan sebagai pemimpin atau tokoh. Setiap
menulis mendefenisikan Leadership sesuai dengan perpektif dan
orientasi tulisannya masing-masing. Sehingga sampai di penghujung
abad ke-20, belum ada defenisi yang betul-betul baku. Walaupun
demikian, sebagian besar penulis-penulis tersebut mengungkapkan
kepemimpinan adalah suatu seni dan mengarahkan cara berfikir,
bersipak dan bertindak orang yang di pimpinnya sedemikian rupa
sehingga bertujuan pencapaian visi organisasi.21
Kepemimpinan atau leadership sering dianggap sebagai inti
dari menejemen. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga
20 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,…P.85-86 21
Eko Maulana Ali Suroso, “Kepemimpinan Integratif Brebasis ESQ”
(Jakarta: Bars Media Komunikasi,2004), Cet.ke-1, P.20
41
pemerintahan pada dasarnya bertumpu pada pimpinan atau menejer di
dalam memimpin. Seorang pimpinan harus bisa mementingkan
kepentingan organisasi atau lembaga yang di pimpinnya. Seorang
pemimpin dalam memimpin sifatnya tidak memaksa. Dia menjadi
teladan dan sebagai pendorong bagi yang di pimpin untuk mencapai
tujuan yang digariskan. Jika kepemimpinan atau leadership diartikan
suatu proses untuk mempengaruhi tindakan kelompok yang
terorganisir untuk mencapai penyelesaian, demikian juga sebagai
pengarah organisasi atau orang-orang dibawahnya agar mereka para
pengikut menerima dengan kemauannya untuk diarahkan dan diawasi
oleh pimpinan tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
adalah tenaga-tenaga professional dimana mereka yang mempunyai
ciri-ciri atau nilai-nilai pribadi pimpinan dan keahlian memimpin
(leadership and managerial skill). Seorang pemimpin harus mempunyai
nilai-nilai kepemimpinan dan kemauan serta keahlian menejemen.
Sebab dua hal tersebut merupakan dua syarat yang harus dimiliki
seorang pemimpin. Pemimpin yang bergerak di bidang lapangan apa
saja barulah dapat dikatakan sebagai pemimpin yang efektif bilamana
dua syarat tersebut terpenuhi.22
Sedangkan menurut robbins, seperti yang di kutip oleh
Sudarwan Danim dan Suparno, kepemimpinan adalah memengaruhi
kelompok kearah pencapaian tujuan.”Owens mendefenisikan
kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang
22
Samsul Munir Amin, “ilmu Dakwah”… P.229-230
42
memimpin dengan pihak yang di pimpin.”sedangkan,James Lipham
seperti yang di ikuti oleh M. Ngalim Purwanto, mendefenisikan
kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru
untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran oorganisasi atau untuk
mengubah tujuan-tujan dan sasaran organisasi.
Dari beberapa defenisi kepemimpinan tersebut dapat di
simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi
orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi-
mengolaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Kepemimpinan juga sering di kenal sebagai kemampuan
untuk memperoleh consensus anggota organisasi untuk melakukan
menejemen agar organisasi tercapai.23
2. Klasifikasi gaya kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif
mempengaruhi untuk bergerak kearah tujuan (cragan dan wright,1980:
73). Seorang pemimpin dapat ditunjuk atau muncul stelah proses
komunikasi. Apaun yang terjadi, kepemimpinan adalah factor yang
paling menentukan keefektifan komunikasi. Tidak mungkin disini kita
membicarakan seluruh aspek kepemimpinan, yang dibahas secara
mendalam baik secara psikologi sosial maupun menejemen. Cukuplah
di sini dijelaskan secara singkat hubungan berbagai gaya
kepemimpinan dengan ke efektifan kelompok.
23
Abd. Wahab dan Umiarso, “kepemimpinan pendidikan dan kecerdasan
spiritual” (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2011), Cet. Ke 1, P.89
43
Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh
white dan Lippit (1960). Mereka menyebutkan tiga gaya
kepemimpinan:
a. Otoriter, Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan
kebijakan yang seluruhnya di tentukan oleh pemimpin. Menurut
Gordon kepemimpinan otoriter, lebih cenderung mencerminkan
gambaran tentang manusia yang negative, pesimis, dan
mengecilkan hati. Pemimpin otoriter dalam penelitian Lewin,
Lippitt, dan White mengeksploitir ketergantungan pengikutnya
dengan cara menentukan kebijaksanaan kelompok dalam tanpa
berkonsultasi terlebih dulu pada anggota kelompok, dengan
mendikte tugas pada kelompok, mnenmpatkan pada prosedur
dalam mencapainya, menguji dan mengkritik anggota kelompok
secara subjektif serta menganut sikap mengambil jarak dan
formal. Komunikaasi dalam kelompok tersebut pada dasarnya
dilakukan melalui pemimpin; para anggota tidak di anjurkan
untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain.
kepemimpinan otoriter menimbulkan permusuhan, agresi, dan
sekaligus prilaku submifis. Di sini, tampak lebih banyak
ketergantungan dan kurang kemandirian, disamping adanya
kekecewaan yang tersembunyi.
b. Demokratis, pandangan seorang pemimpin yang demokratis
terhadap orang lain lebih optimis dan positif daripada pandangan
pimpinan otoriter. Ia berpendapat orang mampu mengarahkan
diri sendiri dan berusaha menyajikan kepada pengikut-
pengikutnya suatu kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan
44
bertindak sendiri (self-actualization). Dalam penelitian Lewin,
Lipit, dan White, pemimpin demokratis mendukung komunikasi
diantara para anggota kelompok dengan cara mendorong mereka
untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dan kegiatan kelompok.
Pemimpin berbuat demikian dengan cara mengajukan beberapa
sasaran dan prosedur alternative, memperkenankan anggota
untuk memilih sendiri pasangan dalam bekerja, memuji dan
mengkritik anak-anank muda secara objektif dan kritis serta
dengan meminta sasaran. Adalah suatu hal yang paling penting
untuk dicatat bahwa pemimpin demokratis tidak perlu berkurang
kekuasaannya dibandingkan seorang pemimpin otoriter. Mereka
semata-mata menggunakan kekuasaan untuk disebar dan bukan
untuk membatasi tanggung jawab serta untuk menciptakan
suasana yang saling mendukung dan saling menghormati, jadi
bukan menimbulkan ketidak percayaan dan kecurigaan diantara
sesame anggota.
Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin
yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk
membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
Kepemimpinan demokratis terbukti paling efesien dan
menghasilkan kuantitas kerja yang lebih tinggi daripada
kepemimpinan otoriter. Di dalamnya terdapat lebih banyak
kemandirian dan persahabatan. Dari segi kemunikasi, white dan
lippit menunjukkan bahwa pemimpin demokratis cenderung
tidak seberapa banyak meberikan saran, mempunyai disiplin
diri, tidak kritis dan bersikap objektif dalam hubungannya
dengan anggota-anggota kelompok. Pemimpin otokratis
45
cenderung banyak memberikan perintah, berkuasa untuk
menyetujui dan memuji orang, dan pada umumnya agak kritis.
c. Laissez fair, pada dasarnya menunjukkan suatu pola pengabaian
yakni dimana pemimpin yang di pilih atau tokoh berwenang
dalam suatu kelompok berusaha menghindari suatu tanggung
jawab terhadap para pengikutrnya. Orang dewasa yang bertindak
sebagi pemimpin laissez faire dalam penelitian Lewin, Lippitt,
dan White menghindari partisipasi dan menganut suatu sikap
yang tak acuh terhadap anak-anak di dalam kelompok mereka.
Mereka menyediakan materi dan informasi hanya apabila
diminta dan jarang bahkan tidak samam sekalli memberi pujian
dan kritik.
Selama ini kepemimpinan laissez faire tidak pernah mendapat
perhatian sebesar yang diberikan pada gaya kepemimpinan
otoriter dan demokratis sebagaimana yang di uraikan dan diteliti
oleh Lewin, Lippitt, dan White. Gaya kepemimpinan “otoriter”
dan “demokratis” mewakili sisi yang berlawanan dari sejumlah
gaya kepemimpinan, dan gaya-gaya tersebut merupakan gaya
yang lebih sering disebut dalam pembahasan tentang pola-pola
kepemimpinan.
Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan
penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual
dngan partisipasi pemimpin yang minimal. Pemimpin laissez
faire hanya memiliki kelebihan dalam menyampaikan informasi
saja. Penelitian-penelitian berikutnya tidak menunjukkan
keterangan yang konsisten. Kepemimpinan ototriter dapat lebih
46
produktif pada situasi teretentu daripada kepemimpinan
demokratis.24
Cecil gibb (1969) menyimpulkan syarat-syarat yang
menentukan apakah gaya kepemimpinan tertentu bersifat
produktif. Menurut Gibb, kepemimpinan demokratis paling
efektif bila
1) Tidak ada anggota yang merasa dirinya lebih mampu mengatasi
persoalan daripada kelompok yang lain.
2) Bila metode komunikasi yang tepat belum diketahui atau tidak
dipahami.
3) Bila semua anggota kelompok berusaha mempertahankan hak-
hak individual mereka.
4) Sebaliknya kepemimpinan otoriter akan efektif apabiala:
5) Kecepatan dan efesiensi pekerjaan lebih penting daripada
perundingan, misalnya dalam situasi darurat.
6) Situasinya begitu baru sehingga mereka tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan, dan memerlukan pengarahan dari
pemimpin.
24
Alvin A. Goldberg. Carl E. Larson, “komunikasi kelompok: proses-proses
diskusi dan penerapannya” (Jakarta: universitas Indonesia (UI-Press) 1985), Cet. Ke-
1, P. 161-162