BAB I DAN II

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah korban akibat mengonsumsi arak di Indonesia terus bertambah khususnya di Bali. Dari hasil tes pada Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Cabang Denpasar, terungkap bahwa minuman yang telah merenggut belasan nyawa itu adalah cairan oplosan yang terdiri atas unsur arak dicampur bahan mengandung metanol. Hal ini disebabkan karena metanol lebih murah dibandingkan etanol. Selain itu juga disebabkan karena ketidakpahaman masyarakat akan bahaya metanol yang lebih besar dari etanol. Arak (Alkohol), juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Penggunaan arak secara oral dapat menimbulkan gejala-gejala klinis yang nyata setelah terpapar selama 40 menit sampai 72 jam. Tanda dan gejala dapat berupa nyeri kepala,

Transcript of BAB I DAN II

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangJumlah korban akibat mengonsumsi arak di Indonesia terus bertambah khususnya di Bali. Dari hasil tes pada Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Cabang Denpasar, terungkap bahwa minuman yang telah merenggut belasan nyawa itu adalah cairan oplosan yang terdiri atas unsur arak dicampur bahan mengandung metanol. Hal ini disebabkan karena metanol lebih murah dibandingkan etanol. Selain itu juga disebabkan karena ketidakpahaman masyarakat akan bahaya metanol yang lebih besar dari etanol. Arak (Alkohol), juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Penggunaan arak secara oral dapat menimbulkan gejala-gejala klinis yang nyata setelah terpapar selama 40 menit sampai 72 jam. Tanda dan gejala dapat berupa nyeri kepala, vertigo, letargi, menurunnya fungsi visual, diplopia, mual, muntah, hipotensi, bradikardi, dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukannya asam format dalam darah serta asidosis metabolik.Tanda dan gejala tersebut timbul karena di dalam tubuh arak (alkohol) akan dimetabolisme di hati oleh enzim Alkohol Dehidrogenase ( DHA ) menjadi formaldehide dan selanjutnya oleh enzim Formaldehide dehidrogenase ( FDH ) diubah menjadi asam format. Kedua hasil metabolisme tersebut merupakan zat beracun bagi tubuh terutama asam format, yang dapat menghambat respirasi mitokondria di tingkat sel sehingga menimbulkan hipoksia jaringan dan produksi asam laktat, hal ini dapat terjadi pada organ gaster.Alkohol termasuk golongan alkohol, khususnya alkohol primer serta kedua zat tersebut mudah diabsorbsi baik oleh saluran pencernaan yaitu di gaster. Bertolak dari permasalahan tersebut, pengaruh etanol terhadap gaster dapat terjadi juga pada gaster yang diberikan metanol. Etanol 80% per oral yang diberikan berulang pada tikus dapat menginduksi terjadinya gastritis subkronis dan berpotensi pembentukan ulkus lambung.Berdasarkan hal- hal yang telah diuraikan pada di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu apakah terdapat pengaruh pemberian arak (alkohol) terhadap tingkat kerusakan sel gaster tikus wistar?Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan secara langsung antara pemberian arak (alkohol) per oral dengan dosis bertingkat terhadap gambaran histopatologi gaster tikus wistar. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi bahan informasi kepada masyarakat luas tentang pengaruh pemberian arak (alkohol) dengan dosis bertingkat terhadap terhadap tingkat kerusakan sel gaster tikus wistar.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah dapat diambil rumusan masalah :Bagaimana pengaruh pemberian arak (alkohol) per oral dengan dosis bertingkat terhadap gambaran histopatologi gaster tikus wistar ?1.3 Tujuan PenelitianTujuan UmumUntuk membuktikan arak (alkohol) dapat merusak jaringan gaster tikus wistar dewasa .Tujuan KhususUntuk mengetahui gambaran histopatologis gaster tikus wistar dewasa yang dipapari arak (alkohol).

1.4 Manfaat Penelitian1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi ilmu kedokteran dan bidang ilmu lainnya sebagai salah satu acuan untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit yang disebabkan oleh minum arak.2. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dimana dampak konsumsi arak terhadap organ sistem pencernaan (gaster).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Arak (Alkohol)Alkohol adalah istilah yang dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alkohol dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau group alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Dalam bidang kimia, alkohol (atau alkohol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan atau atom karbon lainnya.Gugus fungsional alkohol adalah hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Ada tiga jenis utama alkohol primer, skunder, dan tersier. Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH.Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol skunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2- metilpropan-2-ol.

Proses pembuatan arak Bali yang memanfaatkan beras ketan putih sebagai bahan baku proses fermentasi. Fermentasi arak Bali dari ketan putih dilakukan melalui 2 tahap, yaitu tahap pertama selama 5 hari (proses gelatinisasi untuk mendapatkan cairan beras ketan putih), dan tahap fermentasi ke dua selama 15 hari (untuk mendapatkan cairan fermentasi yang siap untuk didestilasi). Proses pembuatan arak Bali masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan starter yang pembuatannya belum terkontrol. Oleh karena itu agar diperoleh arak Bali yang memiliki kualitas terjaga, dilakukan isolasi dan identifikasi mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan arak Bali. Hasil isolasi menunjukkan bahwa dari fermentasi I diperoleh 5 spesies, dan dari fermentasi tahap II diperoleh 8 spesies. Zygosaccharomyces rouxii sebagai mikroorganisme yang dominan ditemukan mulai hari pertama fermentasi I sampai hari terakhir fermentasi II. Selanjutnya dilakukan optimasi pembuatan arak Bali secara terkontrol menggunakan Z. rouxii yang meliputi optimasi penambahan air terhadap beras ketan sebesar 50 mL:80 g (2,5:4), 100 mL: 80 g (5:4), dan 150 mL:80 g (7,5:4), konsentrasi inokulum 5%, 10%, dan 15% dengan kerapatan 106 sel/mL, dan optimasi penambahan kadar gula 5%, 10%, dan 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan terbaik pada fermentasi tahap I diperoleh pada proses fermentasi dengan perbandingan penambahan air terhadap beras ketan sebesar 100 mL : 80 g beras (5:4) dengan pemberian inokulum Z. rouxii sebanyak 3% (106 sel/mL) yang menghasilkan laju pertumbuhan 0,34 hari-1, serta pembentukan gula sebesar 1806,5 ppm. Pertumbuhan mikroorganisme terbaik pada fermentasi tahap II diperoleh pada proses fermentasi dengan penambahan kadar gula di awal proses fermentasi sebesar 5% dengan menghasilkan laju pertumbuhan 1,88 hari-1, kadar gula di akhir fermentasi 8102,6 ppm, serta kadar alkohol 2%. Namun, berdasarkan hasil organoleptik, pembuatan arak Bali dengan penambahan kadar gula 15% pada awal proses fermentasi II memberikan hasil yang lebih disukai oleh panelis dan mendekati cita rasa arak Bali tradisional.2.2 Gaster2.2.1. Anatomi GasterLambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008). Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen (Tortora & Derrickson, 2009).Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori (gambar 2.1). Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz & Martin, 2008).

Gambar 2.1 Pembagian daerah anatomi lambung (Tortora & Derrickson, 2009)

2.2.2. Histologi GasterDinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz & Martin, 2008).1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan muskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan kedalaman yang bervariasi, dan membentuk sumur-sumur lambung disebut foveola gastrika. Epitel yang menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah epitel selapis silindris dan semua selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos (Tortora & Derrickson, 2009).2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus submukosa (Meissner) (Schmitz & Martin, 2008). 3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat pleksus myenterik (auerbach) (Schmitz & Martin, 2008). Lapisan oblik terbatas pada bagian badan (body) dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009). 4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos (mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009). Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).

Gambar 2.2 Histologi dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009)

2.3 Tinjauan Tentang Hewan Uji Tikus Wistar Persyaratan atau kriteria agar mencit dapat digunakan untuk uji farmakologik adalah tikus wistar, jantan, dewasa, umur 10 minggu, berat badan 20-40 gram, sehat fisik dengan ciri-ciri bermata jernih, bulu mengkilap, gerak aktif. Mencit dikatakan sehat apabila :a. Selama masa adaptasi lingkungan 1-2 minggu maka bobot badan mencit tidak boleh kurang 10%.b. Bulu mencit sehat tampak bersih, halus dan mengkilat.c. Bola mata tampak kemerahan dan jernih, hidung dan mulut tidak berlendir atau mengeluarkan air liur terus-menerus.d. Konsistensi fesesnya normal dan padat, tidak cair atau diare.e. Hewan tampak aktif dan selalu bergerak ingin tahu.f. Laju respirasi rata-rata 140-180/menit. Pada saat teranestesi dapat turun hingga 80/menit, sedangkan pada kondisi stres dapat naik mencapai 230/menit.g. Denyut jantung mencit dewasa normal adala 600-650/menit pada kondisi anestesi dapat turun hingga 350/menit, sedangkan saat depresi akan naik sampai 750/menit.h. Tekanan darah sistolnya 130-160 mmHg dan diastol 102-110 mmHg. Setelah adaptasi dan memenuhi persyaratan makan dapat dilakukan pengujian arak (alkohol) pada hewan tersebut. Pada uji efek alkohol yang berkaitan dengan kerusakan gambaran histopatologis gaster, yaitu hewan belum punya pengalaman terhadap perlakuan atau pengujian. Tikus Wistar jantan : dewasa sehat dan normal mempunyai bobot badan 20-40 g, sedangkan Tikus Wistar betina adalah 18-35 g. Air minumnya diusahakan memiliki pH 2,0 dengan cara penambahan HCl 2ml/3L air. Dalam sehari mencit dapat menghabiskan 4-8 ml air minum. Komposisi makanan mencit terdiri dari tepung jagung, kacang hijau, tepung terigu, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung tulang CaCO3 atau kapur, vitamin 1% dan protein 20% serta mineral (Schwiebert, 2007). Tikus Wistar jantan lebih sering digunakan dalam pengujian karena metabolisme Tikus Wistar jantan lebih stabil dibandingkan Tikus wistar betina yang dipengaruhi sistem hormonal. Sistem hormonal mempengaruhi jumlah enzim metabolik (CYP P-450) dan total NADPH: reductase activity. Tikus Wistar jantan umumnya memiliki lebih banyak CYP P-450 dan umumnya memiliki laju metabolisme yang lebih tinggi dibandingkan Tikus Wistar betina.

2.3.1 Sistematika Hewan CobaTaksonomi mencit strain BALB/C (Schwiebert, 2007) :Kelas : MamaliaSub kelas : ThenaInfra kelas : EutheriaOrdo : RodentiaSub ordo : MyomorphaSuper family : MuroideaFamily : MundaeGenus : RatusSpesies : norvegicus