BAB I bekas SC
-
Upload
navish-haynesville -
Category
Documents
-
view
512 -
download
6
Transcript of BAB I bekas SC
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN
BEKAS SESAR 1 TAHUN YANG LALU
DI IRNA BRAWIJAYA RSUD KANJURUHAN
TANGGAL 19 NOVEMBER 2012
Disusun dalam rangka memenuhi tugas praktek kebidanan klinik
DISUSUN OLEH
NAFISATUL MUSYAROFAH
NIM : 1202420011
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KLINIK MALANG
TAHUN 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil praktek kebidanan klinik yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
dengan Bekas Sectio Caesarea 1 Tahun Yang Lalu Di IRNA Brawijaya RSUD Kanjuruhan 19
November 2012”. telah diperiksa dan disahkan oleh :
MAHASISWA
(NAFISATUL MUSYAROFAH)
NIM : 1202420011
PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING LAHAN
(MARJATI, SST, M.Pd) (AWALIYAH, Amd.Keb)
NIP : NIP :
Mengetahui,
Ka. SMF OBSTETRI GINEKOLOGI
Dr. Syamsul Bahri, Sp.OG (K)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Asuhan Kebidanan pada Ny “S” GIIIP2002 Ab000
UK 39 – 40 Minggu dengan Bekas Sectio Caesarea 1 tahun yang lalu di Ruang Brawijaya
RSUD Kanjuruhan, tanggal 19 November 2012.
Dalam penyusunan tugas ini tentunya melibatkan berbagai pihak yang secara langsung
turut membantu dalam terselesaikannya asuhan kebidanan ini. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepala RSUD Kanjuruhan Kepanjen
2. Ibu Temu Budiarti, S.Kep., M.kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Malang
3. Dr. Syamsul Bachri, Sp OG (K) selaku Ka. SMF Obstetri Ginekologi RSUD Kanjuruhan
Kepanjen
4. Ibu Sri Rahayu, S.Kep.Ns., M.Kes. selaku Ketua Kaprodi D-IV Kebidanan Klinik Poltekkes
Kemenkes Malang
5. Ibu Marjati, S.ST, M.Pd selaku dosen pembimbing institusi Poltekkes Kemenkes Malang
6. Ibu Tarsikah, M.Keb selaku dosen pembimbing institusi Poltekkes Kemenkes Malang
7. Ibu Agustin Ernawati, Amd.Keb selaku Kepala Ruangan Irna Brawijaya RSUD Kanjuruhan
Kepanjen
8. Ibu Awaliyah, Amd.Keb selaku Wakil Kepala Ruangan serta pembimbing di Irna Brawijaya
RSUD Kanjuruhan Kepanjen
9. Kedua orang tua serta Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat dalam
penyelesaian asuhan kebidanan ini.
Penulis menyadari, dalam penulisan ini dan penyusunan asuhan kebidanan ini tentunya
masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi tercapainya kesempurnaan Laporan Asuhan Kebidanan yang selanjutnya.
Semoga asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Malang, 19 November 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang dinantikan oleh ibu dan
keluarganya..
Persalinan yang normal menunjukkan bahwa ketiga faktor penting yaitu, Power,
Passage, dan Passanger sama dengan baik sehingga persalinan berlangsung spontan, aterm
dan hidup. Selain itu terdapat faktor lainnya seperti faktor kejiwaan pasien dan penolong
tetapi kedua faktor tambahan tersebut tidak banyak berfungsi dalam menentukkan jalannya
persalinan.
Pertolongan operasi persalinan merupakan tindakan dengan tujuan untuk
menyelamatkan ibu maupun bayi. Bahaya infeksi setelah operasi persalinan tetap
mengancam sehingga perawatan setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian. Untuk menentukkan tindakan operasi persalinan yang
dilakukan ditetapkan oleh kondisi atau syarat sehingga dapat tercapai tujuan well born baby
dan well health mother. Salah satu indikasi persalinan operasi adalah persalinan dengan
bekas SC kurang dari 2 tahun karena jika persalinan ini berjalan secara spontan
dikhawatirkan akan terjadi komplikasi misalnya rupture uteri, perdarahan serta masih banyak
lagi.
Berdasarkan kenyataan diatas, penulis tertarik untuk membuat asuhan kebidanan pada
Ny.”S” dengan harapan setelah pemantauan dan asuhan kepada ibu dan bayi maka persalinan
dapat berjalan normal dan jika ada kelainan dapat segera ditangani dengan cepat dan tepat.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan dan memberikan asuhan kebidanan pada
inpartu dengan bekas SC
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen kebidanan sesuai langkah yang meliputi :
1) Melaksanakan pengkajian pada ibu dengan inpartu
2) Mengidentifikasi diagnose dan masalah pada ibu dengan inpartu
3) Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera
5) Menyusun rencana tindakan
6) Melaksanakan tindakan sesuai rencana
7) Mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan
1.3 Metode Penulisan
1. Anamnese
Komunikasi langsung yang bertujuan untuk mencari informasi guna melengkapi data
pasien
2. Observasi
Dengan cara mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang
kesehatan pasien.
3. Praktek
Melakukan praktek langsung melalui manajemen kebidanan.
4. Studi pustaka
Membaca sumber buku yang dapat mendukung terlaksananya asuhan kebidanan dan
dapat membandingkan antara teori dan praktek.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Tujuan
- Metode Penulisan
- Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
- Konsep teori persalinan
- Konsep teori seksio sesarea
- Konsep teori nifas
- Konsep Manajemen Kebidanan pada inpartu dengan bekas SC
BAB III : TINJAUAN KASUS
- Pengkajian data subyektif dan Obyektif
- Identifikasi diagnosa dan Masalah
- Identifikasi diagnosa dan Masalah Potensial
- Identifikasi Kebutuhan Segera
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR SEKSIO CAESAREA
A. Pengertian
Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
(Prawiroharjo , 2008, 133).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh. (Wiknjosastro, 2010.
133).
B. Indikasi SC
Indikasi seksio sesarea menurut Gary Cuningham (2005: 595-600) yakni :
1) Riwayat Seksio Sesarea
Selama bertahun – tahun, uterus yang memiliki jaringan parut dianggap merupakan
kontraindikasi untuk melahirkan karena kekhawatiran akan terjadinya rupture uteri.
Pasien dengan jaringan parut yang melintang yang terbatas pada segmen bawah
uterus kecil kemungkinan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada
kehamilan erikutnya.
2) Distosia Persalinan
Keadaan ini adalah indikasi tersering untuk seksio sesarea.
3) Gawat Janin
4) Presentasi Bokong
Janin presentasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan
terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam dibandingkan dengan janin
presentasi kepala.
Menurut Manuaba (2007), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah
fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab dilakukan sectio caesarea :
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya
kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Menurut Saifuddin (2008), letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
C. Jenis-jenis operasi seksio caesarea
1) Seksio sesarea klasik dengan pembedahan secara sanger, insisi memanjang pada corpus
uteri)- Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10
cm
2) Seksio sesarea transperitoneal profunda, Dilakukan dengan melakukan sayatan
melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
3) Seksio sesarea diikuti dengan histerektomi
4) Seksio sesarea ekstraperitoneal
5) Seksio sesarea vaginal
(Wiknjosastro, 2010.
133)
D.Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang,
oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan
darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-
rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah
kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara sectio caesarea sangat tergantung
dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan
pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian
perinatal sekitar 4-7 %. (Sarwono, 2008, 136)
E.Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut :
a. Infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai
dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai
dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena
karena partus lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama,
b. Perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka
atau karena atonia uteria,
c. Terjadi komplikasi lain karena luka kandung kencing, embolisme paru dan deep vein
trombosis,
d. Terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
(Sarwono,
2008)
F. Perawatan Setelah Operasi
Observasi komplikasi meliputi:
1. kesadaran penderita
2. pengukuran dan memeriksa TTV
Pengukuran :
a. Tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasam
b. Keseimbangan cairan meliputi produksi urine,dengan perhitungan
Produksi urine : 500-600 cc
Penguapan badan : 900-1000 cc
c. Pemberian cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc dengan perhitungan 20
tetes/menit (1 cc/menit)
d. Infus setelah operasi
Pemeriksaan
a. Paru
Kebersihan jalan nafas
Ronkhi basal untuk mengetahui adanyan oedema paru
b. Bising usus menandakan berfungsinya usus (dengan adanya flatus)
c. Perdarahan lokal pada luka operasi
d. Kontraksi rahim yang menutupi pembuluh darah
e. Perdarahan pervaginam adalah : evaluasi pengeluaran lochea, adanya atonia uteri
yang meningkatkan perdarahan berkepanjangan
3. Profilaksis antibiotika
Pertimbangan pemberian antibiotika yaitu profilaksis, bersifat terapi karena sudah terjadi
infeksi,berpedoman pada hasil tes sensitifitas,kualitas antibiotik yang akan diberikan
4. Mobilisasi penderita
a. Mobilisasi fisik
setelah sadar pasien boleh miring
berikutnya duduk,bahkan jalan dengan infus
infus dan kateter dibuka pada hari kedua ketiga
b. Mobilisasi usus
setelah hari pertama dan keadaan pasien baik, penderita boleh minum.diikuti makan
bubur saring dan pada hari kedua ketiga makan bubur, hari kempat kelima nasi biasa
dan boleh pulang.
(Manuaba,
2007. 507)
2.2 KONSEP MASA NIFAS
1. Pengertian
Masa puerperium atau masa nifas adalah mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Sarwono. 2009: 356)
Post partum adalah masa selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang
digunakan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. (Manuaba. 2010: 200)
2. Periode Nifas
a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan bahkan sampai tahunan.
(Manuaba, 2010:
200)
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan
eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan
berat serat perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah
lochea. Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta dan selaput janin beratnya
sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu
pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil,
yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pascapartum.
2) Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan peregangan yang lama,
tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu.
3) Bekas Implantasi Placenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan
diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm
dan akhirnya pulih.
Proses involusi uteri pada bekas implantasi plasenta terdapat gambaran sebagai
berikut :
a) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 15 cm,
permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara
b) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombos, disamping pembuluh darah
tertutup karena kontraksi otot rahim
c) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu kedua sebesar 6-8
cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm
d) Lapisan endometrium plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium
yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium
e) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.
4) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah
segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa,
lanugo dan mekonium
a) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari
desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium
b) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-
7 pasca persalinan
c) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d) Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu
e) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk
f) Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya
5) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
6) Vagina
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukurannya
yang normal. Pada minggu ke-3 post partum rugae mulai tampak kembali.
7) Ligamen-ligamen
Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah
bayi Lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi
kendor. Untuk memulihkan sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.
b. Sistem Urinarius
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperemia, kadang-kadang
oedema dari trigonum menimbulkan osbtruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urinae.
Kandung kencing dalam purperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual, sisa urine ini
dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan mudah terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
c. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan kortisol serta
plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium.
Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya
dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunan ini berkaitan dengan pembengkakan
dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama hamil.
d. Sistem Pencernaan
Nafsu makan ibu meningkat setelah melahirkan. Setelah benar-benar pulih kembali dari
efek analgesia, anestesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Selain itu,
secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waku yang
singkat setelah bayi lahir. BAB secara spontan tertunda 2-3 hari, hal ini disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan, diare sebelum persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang makan/ dehidrasi.
(Varney.
2008:959 )
e. Sistem Kardiovaskuler
Hypervolumia akibat kehamilan menyebabkan ibu bisa menoleransi kehilangan darah
saat melahirkan. Banyak ibu yang kehilangan darah 300-400 ml darah sewaktu
melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah ini pada saat sectio
cesarea. Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung wanita setelah melahirkan
akan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi
uteroplasenter tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. (Bobak. 2004: 499)
f. Tanda- tanda vital
Tekanan darah distabilkan dalam rentang normal. Temperatur kembali normal, dari
sedikit pengangkatan selama periode intrapartal dan menjadi stabil dalam 24 jam post
partum pertama. Denyut nadi harus dalam rentang normal selama nifas kecuali jika
dipengaruhi proses persalinan sulit dan diperlama atau oleh kehilangan darah yang
berlebihan. Beberapa wanita mungkin akan mengalami bradikardi puerperal. Hal ini
terjadi setelah kelahiran hingga 1 jam post partum. Wanita ini memiliki denyut nadi
serendah-rendahnya 40-50 denyut permenit. Sedangkan untuk pernafasan harus berada
dalam rentang normal. (Varney. 2007: 961)
g. Sistem hematologi
Leukositosis yang meningkatkan sel darah putih hingga 15.000, selama proses
persalinan, tetap meningkat untuk sepasang hari pertama post partum. Jumlah sel darah
putih akan mencapai 25.000 atau 30.000 tanpa mengalami proses persalinan diperlama.
Meskipun demikian, berbagai tipe nfeksi dapat dikesampingkan dalam temuan tersebut.
(Varney. 2007: 962)
4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a. Nutrisi dan cairan
1) Mengkonsumsi tambahan kalori 500 mg/hari
2) Makan dengan diet seimbang mudah dicerna
3) Minum 3 liter perhari
4) Fe selama 40 hari pasca salin
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
b. Ambulasi
Karena telah sehabis melahirkan ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
salin, kemudian boleh menggerakkan kaki miring kanan/miring kiri, duduk, turun dari
tempat tidur secepatnya dilakukan sesuai kondisi ibu. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya trombosit dan tromboemboli.
c. Eliminasi dan BAK/BAB
Buang air kecil secepatnya dilakukan sendiri, kadang-kadang wanita mengalami sulit
kencing yang disebabkan sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
oedema kandung kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Buang air besar harus ada
dalam 3-4 hari post partum. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi, apalagi
berak keras dapat diberikan obat peroral atau per-rektal jika masih belum bisa dilakukan
klisma.
d. Kebersihan diri/perineum
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
2) Ajarkan pada ibu cara membersihkan vulva
3) Ganti pembalut 2 kali sehari/ setiap basah (tidak nyaman)
4) Cuci tangan sesudah dan sebelum cebok
5) Ajarkan ibu cara perawatan luka perineum
e. Istirahat
1) Anjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelaham berlebihan
2) Kembali melakukan kegiatan rumah tangga, tidur siang atau beristirahat pada saat
bayi tidur
3) Bila kurang istirahat dapat menyebabkan :
(a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
(b) Memperlambat proses involusi
(c) Depresi
f. Seksual
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vaginanya tanpa rasa nyeri
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari 6 minggu setelah persalinan
g. Latihan/senam nifas
1) Membantu memperlancar peredaran darah ibu
2) Menguatkan otot-otot rahim dan otot dasar panggul
3) Menguatkan otot organ seksual
4) Menguatkan otot perut
5) Mengurangi bengkok pada kaki
6) Mencegah inkontinensia urine dan retensio urine (mudah ngompol dan sulit kencing)
7) Mencegah varises
8) Mencegah proplaps uteri (kandungan melorot atau turun)
(Saifuddin, 2006: 54)
5. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan paling sedikit 4 x untuk menilai status ibu dan bayi :
a. Kunjungan I
6-8 jam setelah persalinan. Tujuannya :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab dari perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut
3) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena antonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan menjaga hipotermia
b. Kunjungan II
6 hari persalinan. Tujuannya :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
c. Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan. Tujuannya :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
d. Kunjungan IV
6 minggu setelah persalinan. Tujuannya :
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia alami dan yang dialami bayi
2) Memberi konseling untuk KB secara dini
(Saifuddin,
2006: 57)
6. Peran dan Dukungan Bidan dalam Masa Nifas
a. Bidan mengadakan evaluasi terhadap segala perkembangan selama post partum secara
periodik
b. Bidan mengevaluasi respon orangtua terhadap bayi dan persiapan perawatannya
c. Mengevaluasi segala perubhan perilaku wanita dan respon psikologis terhadap
kemampuan melahirkan
d. Memberikan dukungan mental kepada ibu terhadap psikologis yang sedang dihadapinya
saat ini
(Manuaba, 2007:
369)
7. Perawatan Pasca Persalinan
a. Perawatan Payudara
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi
harus dihentikan dengan cara :
1) Pembalutan mamma sampai tertekan
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel
b. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dalam kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan yaitu:
1) Proliferasi jaringan yang terdapat pada kedua payudara terutama pada kelenjar-
kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah
2) Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan,
berwarna kuning (kolostrum)
3) Hipervaskulariasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma
ASI mempunyai sifat melindungi bayi terhadap infeksi seperti gastroenteritis, radang
dan pernafasan dan paru, otitis media, sehubungan ASI mengandung lactoferini.
Keuntungan Rooming In :
a) Mudah menyusukan bayi
b) Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi
c) Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
a) Faktor anatomis buah dada
b) Apabila jumlah lobus dalam payudara berkurang akan mempengaruhi jumlah
produksi ASI
c) Reflek Menyusui Pada Ibu
Tiga reflek maternal utama sewaktu menyusui ialah prolaktin, ereksi puting susu dan
refleks let down:
a) Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan
mempertahankan sekresi susu. Stimulasi isapan bayi mengirim pesan ke
hipotalamus yang merangsang hipofise produksi susu oleh sel-sel alveolar
kelenjar mammae. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas,
dan lama bayi mengisap
b) Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks ereksi puting
susu ini membantu populasi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori
puting susu
c) Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-down. Akibat
stimulus isapan, hipotalamus melepas oksitosin dari hipofisis, posterior, stimulus
oksitosin membuat sel-sel miopitel disekitar alveoli di dalam kelenjar mammae
berkontraksi. Kontraksi sel-sel yang menyerupai otot ini menyebabkan susu
keluar melalui sistem duktus dan masuk ke dalam sinus-sinus laktaferus, dimana
susu tersedia untuk bayi.
Reflek let down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan juga ibu tidak
merasakan sensasi apapun. Tanda lain let-down adalah tetesan susu dari payudara
sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu menetes dari
payudara lain yang tidak sedang diisap oleh bayi.
Reflek let down dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor yang murni
kejiwaan, seperti mendengar tangisan bayi, berpikir tentang bayinya atau bahkan
dapat dihambat oleh kecemasan, ketakutan, perasaan tidak aman atau ketegangan.
Faktor-faktor ini diperkirakan dapat meningkatkan kadar epinefrin dan norepinefrin
yang selanjutnya akan menghambat transportasi oksitosin ke dalam payudara.
c. Nutrisi ibu
Makanan dan minuman mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI yang dihasilkan
apabila nutrisi ibu berkurang maka ASI dihasilkan akan turun kualitas dan kuantitasnya
d. Faktor istirahat
Istirahat diperlukan untuk pelemasan sel-sel jaringan didalam tubuh, agar dapat giat
kembali setelah kelelahan hilang. Apabila jaringan payudara tidak beristirahat yang
cukup maka akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI
e. Faktor isapan bayi
Isapan bayi akan mempengaruhi kontraksi mioepitel payudara untuk menghasilkan atau
mengeluarkan ASI. Jika hisapan bayi berkurang maka produksi dan pengeluaran ASI
berkurang.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI, adalah obat-obatan
yang mengandung hormon.
g. Psikologis
Gangguan psikologis dapat menyebabkan berkurangnya produksi ASI, laktasi
memerlukan ketenangan, dan perasaan aman
(Sarwono, 2009:356)
2.3 KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
A. Data Subyektif
Biodata
- Nama ibu dan suami
- Agama ibu dan suami
- Umur ibu dan suami
- Pekerjaan ibu dan suami
- Pendidikan ibu dan suami
- Alamat
Riwayat Kehamilan Sekarang
- Gravida dan para berapa
- Hari pertama haid terakhir dan perkiraan persalinan
- Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
- Adakah alergi obat-obat tertentu
- Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan
antenatal (bila mungkin)\
- Kapan mulai kontraksi, kontraksinya teratur/ tidak, seberapa sering kontraksi terjadi
- Gerakan janin: apakah ada perubahan sampai akhir kehamilan misalnya geraknya berkurang
atau tidak bergerak/ atau masih merasa gerakan bayinya.
- Apakah selaput ketuban sudah pecah, jika ya warna cairan ketuban bagaimana ? apakah
kental atau encer ?, kapan selaput ketuban pecah (periksa perineum ibu untuk melihat air
ketuban di pakaiannya.\
- Kapan ibu terakhir makan/ minum
- Apakah ibu ada kesulitan untuk berkemih
- Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilan dan masalah seperti air ketuban keluar
sebelum waktunya, perdarahan pervaginam, bengkak pada kaki, tangan, atau wajah disertai
sakit kepala yang hebat atau kejang, demam atau panas tinggi,. Masalah lain pada kehamilan
seperti batuk lama, jantung berdebar-debar, lemah
- Penggunaan obat-obat termasuk jamu-jamuan, merokok, minuman keras
- Gangguan psikologi seperti kekhawatiran/ ketakutan terhadap body image, menghadapi
persalinan, peran sebagai seorang ibu bila bayinya sudah lahir, finansial.
- Kapan buang air besar terakhir
Riwayat Kebidanan (Obstetri) yang lalu : G .....P: APIAH Ab o o o
- Hamil keberapa
- Persalinan tepat waktu, persalinan prematur, persalinan imatur, keguguran
- Jenis persalinan (normal, pakai alat, operasi), bayi lahir langsung menangis (A S), BBL
- Kelahiran plasenta (normal, plasenta manual)
- Terjadi perdarahan atau tidak (kala III dan kala IV)
- Masa nifas pernahkah demam panas tinggi, perdarahan, bendungan ASI/ bendungan
mammae, menyusui sampai berapa bulan, bila tidak menyusui mengapa.
Riwayat penyakit : sendiri, suami, keluarga yang diidap sekarang maupun yang terdahulu
- Adakah penyakit keturunan : hipertensi, DM, jantung, epilepsi, psikosis, cacat bawaan
- Penyakit yang lain seperti TBC, penyakit hati, ginjal, infeksi/ virus lain, alergi, ashma
- Adakah keturunan kembar (gemelli)
Riwayat sosial ekonomi
- Status perkawinan
- Makan dengan pola gizi seimbang, lebih banyak dari paad sebelum hamil, empat sehat lima
sempurna, tidak pantangan makanan
- Rencana KB setelah melahirkan
- Respon ibu, keluarga terhadap kehamilan
- Dukungan keluarga
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
B. Data Obyektif
Pemeriksaan Umum :
- Tanda- tanda vital : suhu, nadi, pernafasan
- Tinggi badan
- Berat badan
Pemeriksaan Khusus
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi
- Perkusi
- Pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan panggul dalam bila perlu
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : Hb, albumin, reduksi
- USG
Catatan terbaru atau sebelumnya
C. Assesment
Diagnose :
- Kehamilan : G.... P.... Ab....
- Usia kehamilan
- Letak anak : bila VT teraba UUK maka presentasi belakang kepala, bila teraba sutura
sagitalis melintang maka presentasinya kepala, bila teraba UUB maka presentasinya puncak
kepala
- Keadaan anak : hidup/ tunggal, intrauterin
- Keadaan ibu : kala I fase laten/ aktif, kala II
Diagnose potensial :
Masalah : lihat masalah pada contoh konsep yang terkait
Kebutuhan segera: mandiri, kolaborasi, rujukan untuk keselamatan ibu dan bayi
D. Planning
- Implementasi/ tindakan = sesuai yang dikerjakan/ kenyataan pada saat melakukan asuhan
- Intervensi/ rencana = belum dikerjakan masih dalam perencanaan tindakan
- Evaluasi
Catatan perkembangan
- Kala II, kala III, dan kala IV dengan pendekatan SOAP
2.4 KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM
1. Data subyektif
Biodata
a. Nama ibu dan suami
b. Agama ibu dan suami
c. Umur ibu dan suami
d. Pekerjaa ibu dan sua
e. mi
f. Pendidikan ibu dan suami
g. Alamat
Riwayat nifas sekarang
a. Keluhan : laktasi (ASI sudah keluar/belum : sudah meneteki/belum : adakah
bendungan ASI)
b. Involusi : (mules/tidak : perdarahan/tidak : lochea: banyak/sedikit, berbau/tidak,
warna)
c. Mobilisasi (sudah jalan-jalan, 6 jam post partum persalinan normal sudah jalan)
d. BAB dan BAK sudah atau belum (3 hari belum BAB dan 6 jam post partum belum
kencing merupakan masalah)
e. Nafsu makan bagaimana
f. Adakah kekhawatiran untuk menyusui, perawatan bayi setelah pulang
g. Makanan bayinya (ASI eksklusif 6 bulan hanyaminum ASI)
h. Reaksi terhadap proses melahirkan dan kelahiran
Riwayat kebidanan yang lalu : P : APIAH Ab000
a. Persalinan tepat waktu, persalinan prematur, persalinan imatur, keguguran
b. Jenis persalinan (normal, pakai alat, operasi) bayi lahir langsung menangis (A-S),
BBL
c. Kelahiran plasenta
d. Terjadi perdarahan atau tidak (kala III dan kala IV)
e. Masa nifas pernahkah demam, panas tinggi, perdarahan, bendungan ASI/bendungan
mamae, menyusui sampai berapa bulan, bila tidak menyusui mengapa.
Riwayat penyakit : sendiri, suami, keluarga yang diidap sekarang meupun terdahulu
a. Adakah penyakit keturunan : hipertensi, DM, jantung, epilepsi, psikosis, cacat
bawaan
b. Penyakit yang lain seperti TBC, penyakit hati, ginjal, infeksi/virus lain,alergi/asma
Riwayat sosial ekonomi
a. Status perkawinan
b. Makan dengan pola gizi seimbang, lebih banyak daripada sebelum hamil, empat sehat
lima sempurna, tidak pantangan makanan selama hamil
c. Rencana KB sekarang apa
d. Dukungan keluarga
e. Pengambilan keputusan dalam keluarga
2. Data Obyektif
Pemeriksaan umum
a. Tanda-tanda vital : suhu, nadi pernafasan
Pemeriksaan khusus
a. Muka pucat/tidak
b. Buah dada tegang/tidak : puting susu menonjol/tidak : ASI keluar atau belum
c. Auskultasi paru-paru bila diperlukan
d. Abdomen : tinggi fundus uteri berapa jari/cm, kontraksi baik atau tidak: nyeri tekan
atau tidak: kandung kemih penuh/tidak
e. Lochea : warna, jumlah, bau/tidak
f. Perineum : oedem/tidak : inflamasi/ tidak, hematoma/tidak, ada pus/tidak,adakah
hemoroid
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (Hb)
Catatan terbaru atau sebelumnya
3. Analisa
Diagnosa :
a. Paritas : APIAH Ab 000
b. Post partum hari ke....atau post SC hari ke...
c. Subinvolusi atau tidak
d. Anemia post partum atau tidak
e. Preeklampsia atau tidak
Diagnosa potensial
Masalah
Kebutuhan segera
4. Penatalaksanaan
a. Implementasi/tindakan = sesuai yang dikerjakan / kenyataan pada saat melakukan
asuhan
b. Intervensi/rencana = belum dikerjakan masih dalam perencanaan tindakan
c. Evaluasi
(Marjati.2012: 18)
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeculapius
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan bidan. Jakarta : EGC
Marjati. 2012. Kesimpulan Manajemen Asuhan Kebidanan. Diktat Perkuliahan
Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP.SP
Saiffudin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP.SP
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian Data
Tanggal pengkajian : 19 November 2012
Tempat pengkajian : Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Waktu pengkajian : 13.00 WIB
Register : 304346
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama ibu : Ny.”S” Nama suami : Tn.”P”
Umur : 36 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Jogomulyo, RT 30 RW 05 Tirtoyudo
2. Keluhan utama
Ibu merasakan kenceng – kenceng serta mengeluarkan lendir dari alat kemaluannya.
3. Riwayat kehamilan sekarang
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang ketiga.
HPHT : 15 – 2 – 2012 , TP : 22 – 11 – 2012
Menurut ibu sekarang ibu hamil 9 bulan
Ibu tidak memiliki alergi obat-obatan tertentu
Ibu periksa hamil di bidan sebanyak 8 kali, mendapatkan vitamin dan tablet
tambah darah
Ibu mulai merasakan kontraksi sejak pukul 08.00 WIB, kontraksinya tidak teratur.
Ibu merasakan gerakan janin dirasakan masih aktif
Tidak ada pengeluaran air ketuban, ada pengeluaran lendir tanpa bercampur darah
Terakhir makan Pkl 07.30 WIB (19 November 2012)
Ibu tidak mengalami kesulitan untuk buang air kecil, terakhir BAK jam 10.00
WIB,
BAB 1x/ hari, ibu tidak mengalami gangguan BAB, Buang air besar terakhir Pkl
05.00 WIB (19 November 2012)
Ibu tidak pernah mengalami masalah selama kehamilan seperti air ketuban keluar
sebelum waktunya, perdarahan pervaginam, bengkak pada kaki, tangan atau
wajah disertai sakit kepala yang hebat atau kejang, demam atau panas tinggi,
batuk lama, jantung berdebar-debar dan lemah.
Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter, tidak pernah
minum jamu-jamuan, tidak pernah merokok, dan tidak minum-minuman keras
4. Riwayat Kebidanan (Obstetric yang lalu)
Ini adalah kehamilan yang ketiga
Persalinan tepat waktu 2 kali , tidak ada persalinan premature, tidak ada persalinan
imatur, jumlah anak hidup dua, ibu tidak pernah keguguran
Jenis persalinan yang pertama normal di rumah sakit ditolong oleh bidan pada tahun
1995, bayi langsung menangis segera setelah lahir, BBL 2400 gram jenis kelamin laki
- laki, Kelahiran plasenta normal, tidak terjadi perdarahan pada kala III dan kala IV,
saat masa nifas ibu tidak pernah demam atau panas tinggi, perdarahan, bendungan
ASI/bendungan mammae, menyusui sampai bayi berusia 1,5 tahun
Jenis persalinan yang kedua secara sesar di rumah sakit dikarenakan ada kista pada
ovarium ibu, operasi dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2012 dengan berat lahir 2900
jenis kelamin laki - laki, penyembuhan luka normal tidak terjadi infeksi, saat masa
nifas ibu tidak pernah demam atau panas tinggi, perdarahan, bendungan
ASI/bendungan mammae, menyusui sampai bayi berusia 6 bulan.
5. Riwayat Penyakit ibu, suami dan keluarga yang sedang atau pernah diderita
Tidak ada penyakit keturunan seperti hipertensi, Kencing manis, penyakit jantung,
epilepsy, psikosis, serta cacat bawaan
Tidak sedang atau tidak pernah menderita penyakit TBC, penyakit hati, ginjal,
infeksi/virus lain, alergi, dan asma
Tidak ada keturunan kembar (gemelli)
6. Riwayat sosial ekonomi
Menikah 1 kali sah, umur pertama menikah 19 tahun, lama menikah 17 tahun
Ibu makan 3x sehari dengan pola gizi seimbang, dengan porsi lebih banyak dari
sebelum hamil, empat sehat lima sempurna, tidak ada pantangan terhadap makanan
tertentu
Setelah kelahiran anak pertama ibu memakai susuk selama 10 tahun, ibu tidak
mengalami gangguan. Setelah kelahiran anak kedua ibu menggunakan KB pil selama
1 bulan. Ibu ingin steril untuk menghentikan kehamilan.
Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan, mereka senang dan mendukung
kehamilan ini dengan kehamilan ini
Pengambilan keputusan dalam keluarga diambil oleh suami
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda – tanda Vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36, 50C
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Berat badan : 59,5 kg
Tinggi badan : 155 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Muka : tidak pucat, tidak oedem, terdapat chloasma gravidarum
- Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
- Abdomen : pembesaran perut membujur, tampak bekas luka operasi, tampak
striae albikan dan linea nigra.
- Genetalia : tidak oedem, tidak varices, tidak ada kondiloma akuminata,
tampak pengeluaran lendir tanpa darah
b. Palpasi
- Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembendungan vena jugularis, dan tidak teraba pembengkakan kelenjar
limfe.
- Dada : Payudara simetris, putting susu menonjol dan bersih, tidak ada
benjolan abnormal pada kedua payudara, kolostrum +/+
- Abdomen :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX (30 cm), pada fundus teraba 1 bagian
besar, bundar, lunak (Kesan bokong )
Leopold II : Bagian kanan ibu teraba ada tahanan, keras dan memanjang
(Punggung kanan)
Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras, dan melenting (Kesan
Kepala). Kepala tidak dapat digoyangkan
Leopold IV : teraba 3/5 bagian kepala diatas symphisis
TBJ : 2635 gram
His : 2x dalam 10’ selama 20 – 25”
- Ekstremitas : tidak oedem pada tangan dan kaki, tidak ada varises pada kaki
c. Auskultasi
DJJ : 145 x/menit, teratur, di punctum maximum kanan.
d. Pemeriksaan Dalam
Pada tanggal 19 November 2012 Pukul 13.15 WIB
V/V Terdapat pengeluaran lendir
Pembukaan 1 cm, efficement 25%
Ketuban ( + )
Bagian terdahulu Kepala
H1
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 19 November 2012 pukul 13.30 WIB, hasilnya sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemoglobin : 12,7 gr/dl Normal ~ 12 – 16 gr/dl
Hematokrit : 38,3 % Normal ~ 35 – 47 %
Hitung Eritrosit : 4,32 juta/cmm Normal ~ 3,0 – 6,0
juta/cmm
Hitung Leukosit : 8640 sel/cmm Normal ~ 4000–11000
sel/cmm
Hitung Trombosit :209.000 sel/cmm Normal ~ 150-450 ribu
Masa perdarahan : 1’30’’ menit Normal ~ <= 5
Masa pembekuan : 10’ menit Normal ~ <=5
2) Glukosa Darah Sesaat : 60 mg/dl Normal ~ <140
C. ANALISA
Diagnosa :
GIIIP2002 Ab000 Usia kehamilan 39 – 40 Minggu Tunggal/Hidup/Intrauterine, Letak kepala Pro
SC dan MOW dengan indikasi bekas SC 1 tahun yang lalu
DS :
Ibu merasakan kenceng – kenceng serta mengeluarkan lendir dari alat kemaluannya
Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga, usia kehamilan 8 bulan, HPHT : 15 Februari
2012
Pada persalinan kedua ibu melahirkan secara sesar karena ada kista pada indung
telurnya pada tanggal 11 Mei 2011
Ibu ingin steril
DO :
Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,50C
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Palpasi Abdomen :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX (30 cm), pada fundus teraba 1 bagian besar,
bundar, lunak (Kesan bokong )
Leopold II : Bagian kanan ibu teraba ada tahanan, keras dan memanjang (Punggung
kanan)
Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras, dan melenting (Kesan Kepala).
Kepala tidak dapat digoyangkan
Leopold IV : teraba 3/5 bagian kepala diatas symphisis
Pemeriksaan Dalam
Pada tanggal 19 November 2012 Pukul 13.15 WIB
V/V Terdapat pengeluaran lendir, Pembukaan 1 cm, efficement 25%, Ketuban ( + ),
Bagian terdahulu Kepala, H1
D. PENATALAKSANAAN
Pada tanggal 19 November 2012 pukul 13.30 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin baik
karena dengan mengetahui kondisi dirinya dapat mengurangi kekhawatiran ibu.
2. Melakukan kolaborasi dengan dr.SpOG untuk tindakan selanjutnya
E : a/p dari dr.SpOG yakni direncanakan SC pada tanggal 20 November 2012 karena ibu
pernah operasi sesar 1 tahun yang lalu dan direncanakan MOW
3. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang pelaksanaan operasi sesar dan MOW
direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 20 November 2012
4. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
E : ahli gizi memberikan diit Nasi Tinggi kalori dan Tinggi Protein
5. Mengobservasi Nadi, His dan DJJ ibu setiap 1 jam sekali
6. Menganjurkan ibu untuk puasa mulai pukul 00.00 WIB malam nanti
7. Mengevaluasi kemajuan persalinan apabila terdapat indikasi pecah ketuban atau ibu
merasakan sakit perut semakin sering dan lama.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 20 November 2012 pukul 05.00 WIB
S : Ibu mengatakan sudah berpuasa sejak malam hari nanti pukul 00.00 WIB
O :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,50C
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
DJJ 145x/menit regular, his masih jarang
A : GIIIP2002 Ab000 Usia kehamilan 39 – 40 Minggu Tunggal/Hidup/Intrauterine, Letak
kepala Pro SC dan MOW dengan indikasi bekas SC 1 tahun yang lalu
P :
- Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik
- Memasang infus RL dan dower Kateter pada ibu
- Melaksanakan terapi dokter untuk memberikan antibiotik yakni injeksi Ceftamidine secara
IV
- Mengantar ibu ke ruang IKO pada jam 08.00 WIB
Tanggal 20 November 2012 pukul 15.00 WIB
S :
- Ibu baru tiba di ruang Brawijaya
- Ibu tampak masih lemah dan bahagia karena bayinya sudah lahir dengan selamat
O :
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Komposmentis
Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,70C
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, tampak luka bekas operasi tertutup
kassa steril, tidak terdapat perdarahan
Ekstremitas : Terpasang infuse RL pada tangan sebelah kiri, 20 tetes per menit, lancar, tersisa
250 ml dari IKO
Genetalia : Terpasang DC, jumlah produksi urine 600 ml/ 8 jam dibuang, warna kuning
kecoklatan agak keruh, PPV (+), lochea Rubra
Data Bayi
Bayi lahir pada pukul 12.25 WIB langsung menangis, jenis kelamin perempuan, A – S : 6 – 8
BBL/PBL : 2750 gram/47 cm
LIKA/LIDA/LILA : 33 cm/ 31 cm/ 11 cm
Caput : (-)
Cacat : (-)
Anus : (+)
Ketuban jernih bercampur darah
A : P3003 Ab000 Post Partum SC dan MOW hari ke 0 dengan indikasi bekas SC 1 tahun yang
lalu
P :
- Memberitahu ibu tentang Hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayi baik
- Melakukan Observasi Tanda – tanda vital dan pengeluaran per vaginam
- Melakukan Observasi Intake dan Output (balance cairan)
- Memotivasi ibu untuk melaksanakan mobilisasi dini secara bertahap yakni mulai dengan
menggerakkan kaki kearah tubuh dan menjahui tubuh, kemudian menekuk satu kaki secara
bergantian, miring ke kanan dan ke kiri perlahan - lahan
- Menganjurkan ibu untuk puasa sampai system pencernaan ibu normal pasca operasi
- Memberikan terapi pada ibu sesuai dengan advice dokter yakni
a) Ceftriaxone 2 x 1 secara IV
b) Teranol secara drip pada cairan RL 500 ml sebanyak 40 tetes per menit
c) Induksin secara drip pada cairan D5% 500 ml sebanyak 40 tetes per menit
- Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Tanggal 21 November 2012 pukul 19.00 WIB
S : ibu sudah mulai duduk dan berjalan perlahan di sekitar tempat tidur
O :
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Komposmentis
Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,70C
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, tampak luka bekas operasi tertutup
kassa steril, tidak terdapat perdarahan
Ekstremitas : Infuse sudah dilepas
Genetalia : DC sudah dilepas, BAK tidak ada gangguan, PPV (+), lochea Rubra, ibu belum
BAB
A : P3003 Ab000 Post Partum SC dan MOW hari ke I
P :
- Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat serta bayinya sehat
di ruang perinatologi
- Membantu ibu memenuhi nutrisi yang cukup dengan melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi RSUD Kanjuruhan yakni dengan memberikan diit Ns. TKTP
- Menganjurkan ibu menjaga personal higiene agar tidak terjadi infeksi pada bekas luka ibu,
misalnya dengan tetap menjaga kebersihan luka ibu.
- Mengobservasi TTV dan PPV
- Melakukan Kolaborasi pemberian therapy secara IV diganti dengan per oral yakni Amox
3 x 1, vitamin B Komplek 3 x 1
Tanggal 22 November 2012 pukul 05.00 WIB
S : Ibu merasakan keadaannya mulai membaik
O :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,60C
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, tampak luka bekas operasi tertutup
kassa steril, tidak terdapat perdarahan, tidak tampak cairan merembes dari luka
Genetalia : BAK tidak ada gangguan, PPV (+), lochea Rubra sedikit, ibu belum BAB
A : P3003 Ab000 Post Partum SC dan MOW hari ke II
P :
- Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan bayi di ruang
perinatologi dalam keadaan baik.
- Mengobservasi TTV dan PPV
- Mengobservasi involusi uterus, lochea, dan ASI ibu
- Membantu ibu tetap memenuhi nutrisinya dengan kolaborasi ahli gizi dengan memberikan
diit Ns. TKTP
- Menganjurkan ibu mengkonsumsi banyak makanan bergizi seimbang untuk untuk
mempercepat proses pemulihan ibu
- Memotivasi ibu untuk terus melakukan mobilisasi agar mempercepat penyembuhan ibu.
- Memberikan motivasi pada ibu untuk meminum obat secara teratur sesuai anjuran dari
dari dokter
Tanggal 23 November 2012 pukul 06.00 WIB
S :
- Ibu merasakan keadaannya mulai membaik
- Jika keadaan ibu baik, hari ini ibu diperbolehkan pulang
O :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,80C
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, tampak luka bekas operasi tertutup
kassa steril, tidak terdapat perdarahan, tidak tampak cairan merembes dari luka
Genetalia : BAK tidak ada gangguan, PPV (+), lochea Rubra sedikit, ibu sudah BAB
A : P3003 Ab000 Post Partum SC dan MOW hari ke III
P :
- Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan bayi baik
- Mengobservasi TTV dan PPV
- Mengobservasi involusi uterus, lochea, dan ASI ibu
- Membantu ibu tetap memenuhi nutrisinya dengan kolaborasi ahli gizi dengan memberikan
diit Ns. TKTP
- Menganjurkan ibu mengkonsumsi banyak makanan bergizi seimbang untuk untuk
mempercepat proses pemulihan ibu
- Memotivasi ibu untuk terus melakukan mobilisasi agar mempercepat penyembuhan ibu.
- Memberikan motivasi pada ibu untuk meminum obat secara teratur sesuai anjuran dari
dari dokter
- Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah bisa pulang a/p dr SpOG.
- Menjelaskan kembali mengenai obat yang diminum antibiotik dan vitamin
- Mengingatkan ibu agar nanti saat bertemu bayinya untuk segera menyusui bayinya.
- Menginformasikan ibu untuk kontrol kembali seminggu lagi ke poli obgyn, atau jika
ibu ada keluhan mengenai keadaan ibu serta bayinya agar segera ke rumah sakit atau
tenaga kesehatan terdekat
- Menginformasikan mengenai perawatan tali pusat bayi
- Menginformasikan mengenai perawatan payudara di rumah.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 November 2012 pukul 13.00 WIB, berdasarkan data
subyektif keluhan utama ibu adalah ibu merasakan kenceng – kenceng yang sering disertai
pengeluaran lendir, persalinan yang kedua ibu melahirkan secara sesar 1 tahun yang lalu karena
ada kista pada indung telur ibu. Sedangkan data obyektif yang menjadi fokus untuk penegakkan
diagnosa adalah pemeriksaan abdomen yakni teraba bokong di fundus uteri, serta teraba kepala
di bagian bawah, . Selain itu dari hasil pemeriksaan dalam diketahui bahwa bagian terdahulu
adalah bokong serta sacrum sebagai denominator.
Menurut Sarwono P, 2009, presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi,
untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan
periksa dalam vagina dan atau pemeriksaan USG. Pengambilan keputusan dalam menentukkan
cara persalinan sungsang secara pervaginal atau abdominal, keputusan ini didasarkan oleh
beberapa pertimbangan antara lain menurut Sarwono,2009 taksiran berat janin, jenis presentasi
bokong, keadaan selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul, keadaan hiperekstensi
kepala janin, kemajuan persalinan, pengalaman penolong, dan ketersediaan fasilitas pelayanan
intensif neonatal merupakan hal – hal yang penting untuk diketahui.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, dalam kasus Ny “I” dengan letak sungsang,
TBJ = 2480 gram, dengan presentasi bokong murni, ketuban sudah pecah, ukuran panggul ibu
sudah memenuhi tinggi badan ibu 144 cm, ibu pernah melahirkan normal dengan BBL 2900
gram. Sehingga persalinan dapat dilakukan pervaginam.
Pertolongan persalinan yang dilakukan adalah secara spontan bracht, bayi lahir langsung
menangis dengan nilai Apgar Score 6 – 8, berat badan 2600 gram.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Selama melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “I” GIIPI00IAb000 UK 39 – 40
minggu,tunggal,hidup,letsu w, puki, dengan Persalinan sungsang. mengacu pada tujuan
yang ada, maka ditentukan adanya suatu masalah / diagnosa kebidanan Ny. “D” adalah :
dari diagosa tersebut dapat dilakukan impementasi atau tindakan sehingga tidak timbul
masalah seperti komplikasi dan kegiatan yang dilakukan akhirnya penulis mengadakan
evaluasi. Evaluasi disusun berdasarkan penatalaksanaan yang diberikan pada pasien,
apakah sudah efektif atau belum.
5.2. Saran
1. Bagi pasien
Untuk mencapai keberhasilan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak
sungsang, maka di perlukan kerjasama yang baik dengan ibu untuk memecahkan
masalah yang timbul.
2. Bagi petugas
Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan meningkatkan peran
bidan dalam tugasnya sebagai pelaksana pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan letak sungsang.
3. Bagi pendidikan
Untuk mempertahankan penulis pada saat penulis agar tersusun sebuah tugas atau
makalah yang baik dan benar.
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.
Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif
pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Helen varney. 2007: 672). Dalam proses
persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu kal I, II, III, dan IV. Dalam kasus ini penulis hanya
mengkaji kala I dan masa nifas Ny.”TH” ketika Ny.”TH” dirawat di Ruang Brawijaya RSUD
Kanjuruhan Kepanjen.
Usia kehamilan ibu (43-44 minggu) termasuk dalam kehamilan lewat waktu atau yang
sering disebut dengan kehamilan serotinus. Dalam teori disebutkan bahwa jika fungsi plasenta
masih cukup baik dapat menyebabkan tumbuh kembang janin berlangsung terus dan mencapai
lebih dari 4000-4500 gram atau disebut juga makrosomia. Jika fungsi plasenta telah mengalami
disfungsi insufisiensi, sehingga tidak mampu memberikan nutrisi dan O2 yang cukup dan dapat
terjadi sindrom postmature. Oligohidramnion juga merupakan komplikasi dari kehamilan
serotinus. Akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental karena mekonium (diaspirasi
oleh janin) dan gawat janin. Pada kasus Ny.”TH”, dr.SpOG sudah merencanakan akan
dilakukannya USG pada tanggal 6 november 2012 untuk mengetahui kesejahteraan janin.
Sebelum dilakukannya USG dan selama observasi sudah dilakukan pemeriksaan denyut jantung
janin menggunakan Doppler, dan diperoleh hasil denyut jantung janin dalam batas normal.
Pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan teknik Mc.Donald diperoleh hasil 30 cm (TBJ:
2945 gram), setelah bayi lahir berat badan bayi adalah 3100 gram. Jika dilihat dari berat badan
bayi, bayi tidak makrosomia karena berat badan bayi < 4000 gram. Tonus oto bayi kuat (gerakan
aktif), kuku tidak panjang, kulit tidak keriput, dan tali pusat tidak lembek. Jumlah pengeluaran
air ketuban tidak dapat dihitung secara pasti tetapi warna air ketuban terlihat jernih, itu
menandakan bahwa tidak ada pengeluaran mekonium janin.
Apabila dikaitkan atara teori dengan keadaan ibu dan janin, tidak ditemukan adanya
komplikasi dari kehamilan serotinus. Keadaan janin menunjukkan bahwa kehamilan ibu bukan
merupakan kehamilan serotinus. Kemungkinan yang terjadi adalah ibu lupa dengan hari pertama
haid terakhirnya, sehingga penentuan usia kehamilan dan tapsiran persalinan pun menjadi salah,
akibatnya penegakkan diagnose khususnya dalam menentukan usia kehamilan menjadi kurang
tepat. Selain dari tanggal haid terakhir, usia kehamilan dapat ditentukan menggunakan USG
dengan mengukur crown-rump length, biparietal, dan panjang femur. Akan tetapi selama
kehamilan ibu tidak pernah melakukan USG dengan alasan “surprise”. Ketika di rawat di Irna
Brawijaya, dr.SpOG sudah merencanakan akan dilakukannya USG tanggal 6 november 2012
tetapi sebelum sempat dilakukan USG ibu sudah partus tanggal 6 november 2012 Pk.06.35 WIB.
Hamil diatas usia 35 tahun meningkatkan resiko terjadinya keguguran sebesar 20%. Pada
kehamilannya yang kedua ibu mengalami keguguran saat usia kehamilannya 3 bulan. Sebulan
setelah keguguran ibu mendapatkan kehamilannya yang ketiga. Hamil diatas usia 35 tahun juga
mempengaruhi kondisi fisik yang dapat menentukan proses kelahiran, salah satu yang berkaitan
dengan kondisi fisik ibu adalah tonus otot uterus. Tonus otot yang mulai menurun pada usia
diatas 35 tahun akan berpengaruh pada kala I, II, III, maupun IV. Dalam teori dikatakan fase
laten berlangsung ± 8 jam sedangkan kala I fase laten ibu berlangsung ± 11 jam. Kala I fase aktif
berlangsung selama ± 12 jam, dalam teori disebutkan pada multigravida pada fase aktif
pembukaan 1 cm < 1 jam. Kala II berlangsung ± 25 menit dan kala III berlangsung ± 5 menit.
Kala IV ibu tidak mengalami masalah, kontraklsi uterus baik dan jumlah perdarahan ± 200 cc.
Masalah yang dialami oleh ibu adalah kecemasan berhubungan dengan tanggal perkiraan
persalinan yang sudah lewat. Hal ini umum terjadi pada ibu-ibu yang khawatir dengan
kehamilannya dan kondisi bayinya karena sudah lewat waktu. Intervensi yang dilakukan adalah
memantau kesejahteraan janin dan menjelaskan bahwa keadaan janinnya dalam keadaan normal
dan memberikan dukungan atau support kepada ibu.
Masa nifas setelah 2 jam post partum Ny.”TH” dipindahkan ke ruang Brawijaya, dalam
masa nifas Ny.”TH” tidak mengalami masalah hanya saja Ny.”TH” sudah lupa mengenai masa
nifas yang terdahulu sehingga perlu diingatkan kembali mengenai tanda bahaya masa nifas, cara
menyusui, cara merawat kebersihan diri terutama daerah kemaluan, cara merawat bayi, tanda
bahaya pada bayi baru lahir, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan istirahat selama masa nifas.
Bayi Ny.”TH” di rawat di ruang perinatologi selama 2 hari dan bayi baru diberikan pada ibu
setelah ibu dinyatakan boleh pulang.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Ny.”TH” dirujuk oleh bidan ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada tanggal 4 november
2012, pk.23.30 WIB karena terdapat pengeluaran cairan dari jalan lahir dan belum ada
pembukaan, setelah dilakukan pengakajian data subyektif dan data obyektif dapat ditegakkan
diagnose Ny.”TH” G3P1001 Ab100 UK 43-44 minggu letkep U Puki T/H/I
Terdapat perbedaan antara teori dengan keadaan ibu dan janin. Dalam teori kehamilan
serotinus dapat menimbulkan komplikasi seperti oligohidramnion, gawat janin, makrosomia,
pengeluaran mekonium, dan sidrom postmature. Setelah dilakukan observasi pada janin dan ibu,
diperoleh hasil denyut jantung janin dalam batas normal, berat badan bayi 3100 gram, tonus otot
bayi aktif, kuku tidak panjang, kulit tidak keriput, tali pusat tidak lembek dan air ketuban
berwarna jernih. Dari keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa kehamilan ibu bukan
merupakan kehamilan serotinus, kemungkinan ibu lupa dengan tanggal haid terakhirnya yang
dapat merancukan usia kehamilannya.
5.2. Saran
1. Rumah Sakit
Diharapkan dilakukan rawat gabung antara ibu dengan bayinya apabila bayi dalam
keadaan sehat agar dapat meningkatkan hubungan ibu dan anak secara dini.
2. Keluarga pasien
Diharapkan keluarga memberikan dukungan dan berada di dekat pasien sehingga dapat
membantu keadaan psikologis menjadi lebih baik dan sewaktu-waktu diperlukan
keluarga ada didekat pasien
3. Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.
b. Mahasiswa diharapkan selalu memperhatikan pencegahan infeksi di tempat praktek
c. Mahasiswa diharapkan lebih banyak membaca teori mengenai kasus-kasus kebidanan
d. Mahasiswa diharapkan dapat mengkaji kasus secara lebih cermat dan
membandingkan antara pelaksanaan dilapangan dan teori yang ada.
.