Askep Sc Aph
-
Upload
danisaputra999 -
Category
Documents
-
view
129 -
download
18
Transcript of Askep Sc Aph
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA
DENGAN INDIKASI ANTE PARTUM HEMORAGIC
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
B. Jenis – jenis operasi sectio caesarea
l. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
1. Sectio caesarea transperitonealis
a. SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus
uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
a.1 Mengeluarkan janin dengan cepat
a.2 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
tertarik
a.3 Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
a.1 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena
tidak ada reperitonealis yang baik
a.2 Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi
rupture uteri spontan
b. SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen
bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada
segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
b.1 Penjahitan luka lebih mudah
b.2 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
b.3 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
b.4 Perdarahan tidak begitu banyak
b.5 Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau
lebih kecil
Kekurangan :
b.1 Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga
dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga
mengakibatkan perdarahan banyak
b.2 Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
c. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis
dengan demikian tidak membuka cavum abdominal
2. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
2. Sayatan melintang ( Transversal )
3. Sayatan huruf T ( T insicion )
C. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-
hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses
persalinan normal ( Dystasia )
a. Fetal distress
b. His lemah / melemah
c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
d. Bayi besar ( BBL 4,2 kg )
e.Plasenta previa
f. Kalainan letak
g. Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul )
h. Rupture uteri mengancam
i. Hydrocephalus
j. Primi muda atau tua
k. Partus dengan komplikasi
l. Panggul sempit
m.Problema plasenta
D. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
a. Infeksi puerperal ( Nifas )
1. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
3. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
b. Perdarahan
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2. Perdarahan pada plasenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
d. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
E. POST PARTUM
a. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
b. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
F. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
G. TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
Uterus
Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi
1.
2.
3.
4.
Segera setelah
lahir
1 jam setelah
lahir
12 jam setelah
lahir
setelah 2 hari
Pertengahan simpisis
dan umbilikus
Umbilikus
1 cm di atas pusat
Turun 1 cm/hari
Lembut
Terjadi
Berkurang
Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
- Lochea
Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahap
a. Rubra (merah) : 1-3 hari.
b. Serosa (pink kecoklatan)
c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
- Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu
tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
- Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi
pada bulan ke-3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi
mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan.
- Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar
dan tampak bercelah.
- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar,
produksi mukus normal dengan ovulasi.
- Perineum
Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement
(bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada
payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam
2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak
menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma
tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus
menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama,
menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH,
tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena
dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4
minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3
minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan
asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius
terjadi karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat
hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post
partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
H. ANTE PARTUM HEMORAGI
1. PengertianHemoragi antepartum adalah perdarahan pada trisemester terakhir
dari kehamilan. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Obstetric
Patologi, 83: 2002)
Hemoragi antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. (Prof Dr. Rustam Mochtar MPH, Sinopsis Obstetri,
269 : 2002)
Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu.
Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus
genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus.
2. Etiologi
Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :Bersumber dari kelainan plasenta :a. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
( osteum uteri internal ).
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :a.1 Plasenta previa totalis : seluruhnya ostium internus
ditutupi plasenta.
a.2 Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium
tertutup oleh plasenta.
a.3 Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium
terdapat jaringan plasenta.
Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
a.1 Endometrium yang kurang baik.
a.2 Chorion leave yang peresisten.
a.3 Korpus luteum yang berreaksi lambat.
b. Solusi plasentaSolusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya
dihitung kehamilan 28 minggu.
Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat
gejala klinik antara lain :
a. Solusi plasenta ringan
· Tanpa rasa sakit
· Pendarahan kurang 500cc
· Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
· Fibrinogen diatas 250 mg %
b. Solusi plasenta sedang
· Bagian janin masih teraba
· Perdarahan antara 500 – 1000 cc
· Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
c. Solusi plasenta berat
· Abdomen nyeri-palpasi janin sukar
· Janin telah meninggal
· Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
· Terjadi gangguan pembekuan darah
Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak begtu berbahaya,
misalnya kelainan serviks dan vagina ( erosion, polip, varises yang
pecah ).
3. KlasifikasiPerdarahan antepartum dapat berasal dari :
1. Kelainan plasenta
a. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (atrium
uteri internal). Implantasi yang normal ialah pada dinding depan,
dinding belakang rahin atau fundus uteri.
Klasifikasi dari plasenta previa adalah :
a.1 Plasenta previa totalis yaitu seluruh ostium internum
tertutup oleh plasenta.
a.2 Plasenta previa lateralis yaitu sebagian dari ostium
tertutup oleh plasenta.
a.3 Plasenta previa marginalis yaitu hanya terdapat pada
pinggir terdapat jaringan plasenta.
b. Solusio plasenta adalah keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatan sebelum janin lahir. Biasanya
dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
Klasifikasi solusio plasenta menurut derajat lepasnya plasenta
adalah :
b.1 Solusio plasenta parsialis yaitu bila hanya sebagian saja
plasentaterlepas dari tempat perlekatannya.
b.2 Solusio plasenta totalis (komplit) yaitu bila seluruh plasenta
sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
b.3 Kadang-kadang plasenta ini turun kebawah dan dapat
teraba pada pemeriksaan dalam disebut prolaps plasenta.
c. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya seperti
insersio velamentosa, rupture sinus marginalis, prasenta sirkum
valata.
2. Bukan dari kelainan plasenta biasanya tidak begitu berbahaya misalnya
serviks vagian (erosion polip, varisa yang pecah) dan trauma.
4. Patofisiologi
a. Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena
segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan
persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak
dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
b. Solusi plasentaPerdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau
uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta
terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang
kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah
antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya
pun tidak jelas.
Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya
dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena
otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk
lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematom
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya
seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
5. Tanda dan Gejalaa. Plasenta previa
a.1 Perdarahan tanpa nyeri hal ini disebabkan karena perdarahan
sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari
abortus dan perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan
antara plasenta dan dinding rahim.
a.2 Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada
kutub bawah rahim sehingga bagian terrendah tidak dapat mendekati
pintu atas panggul.
a.3 Pada plasenta previa ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan
disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta
robekannya marginal sedangkan plasenta letak rendah, robekannya
beberapa sentimeter dari tepi plasenta.
b. Solusio plasentab.1 Perdarahan yang disertai nyeri.
b.2 Anemi dan syok.
b.3 Rahim keras seperti papan dan nyeri pinggang.
b.4 Palpasi sukar karena rahim keras.
b.5 Fundus uteri makin lama makin naik.
b.6 Bunyi jantung biasanya tidak ada.
6. Komplikasi
a. Plasenta previa
a.1 Prolaps tali pusat
a.2 Prolaps plasenta
a.3 Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan
a.4 Robekan-robekan jalan lahir
a.5 Perdarahan post partum
a.6 Infeksi karena perdarahan yang banyak
a.7 Bayi prematuritas atau kelahiran mati
b. Solusio plasenta
a. Komplikasi Langsung
a.1 Perdarahan
a.2 Infeksi Emboli dan obstetrik syok
b. Komplikasi tidak langsung
b.1 Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan pendarahan post
partum.
b.2 Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post jartum.
b.3 Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.
G. Penatalaksanaan
1. Plasenta previa
a. Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial harus dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan
suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal).
b. Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikt janin masih
hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau
berat badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda
dengan istirahat. Berikan obat-obatan spasmolitika, progestin
atau progesterone observasi teliti.
c. Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan siapkan donor
transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya
janin terhindar dari premature.
d. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang disangka
dengan plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana
fasilitas operasi dan tranfuse darah.
e. Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan.
2. Solusio plasenta
a. Terapi konservatifPrinsip : tunggu sampai paerdarahan berhenti dan partus
berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti sendiri jika
tekanan intra uterin bertambah lama, bertambah tinggi sehingga
menekan pembuluh darah arteri yang robek.
Sambil menunggu atau mengawasi berikan :
a.1 Morphin suntikan subkutan.
a.2 Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan
pentazol.
a.3 Tranfuse darah.
b. Terapi aktif
Prinsip : melakukan tindakan dengan maksud anak segera diahirkan
dan perdarahan segera berhenti.
Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :
b.1 Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian oksitosin
dan dan diawasi serta dipimpin sampai partus spontan.
b.2 Accouchement force : pelebaran dan peregangan serviks diikuti
dengan pemasangan cunam villet gauss atau versi
Braxtonhicks.
b.3 Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala sudah
turun sampai hodge III-IV :
· Janin hidup : lakukan ekstraksi vakum atau
forceps
· Janin meninggal : lakukan embriotomi
b.4 Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan :
· Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.
· Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak
banyak, pembukaan masih kecil.
· Solusio plasenta dengan panggul sempit.
· Solusio plasenta dengan letak lintang.
b.5 Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :
· Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-genemia
kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau
tidak cukup.
· Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak
baik.
b.6 Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi
fungsi reproduksi ingin dipertahankan.
b.7 Pada hipofibrinogenemia berikan :
· Darah segar beberapa botol
· Plasma darah
c. Fibrinogen
I. Pengkajian
a. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler
perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )
b. integritas ego
perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress
multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda
tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis
c. Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi
insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis
d. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok
e. Keamanan
i. Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan
larutan
ii. Adanya defisiensi imun
iii. Munculnya kanker/ adanya terapi kanker
iv. Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
v. Riwayat penyakit hepatic
vi. Riwayat tranfusi darah
vii. Tanda munculnya proses infeksi
J. Proritas Keperawatan
Mengurangi ansietas dan trauma emosional
Menyediakan keamanan fisik
Mencegah komplikasi
Meredakan rasa sakit
Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
Menyediakan informasi mengenai proses penyakit
K. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat
diperkirakan
Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk
penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual,
muntah )
L. Intervensi
DP Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas b.d
pengalaman
pembedahan
dan hasil
Ansietas berkurang
setelah diberikan
perawatan dengan
kriteria hasil :
-
pendekatan diri
pada pasien supaya
pasien merasa
-
akan
menumbuhkan
rasa tenang,
tidak dapat
diperkirakan
Resti infeksi
b.d
destruksi
pertahanan
terhadap
bakteri
-
traumatik pada saat
membicarakan
pembedahan
-
-
untuk dilakukan
pembedahan yang
sama
-
Infeksi tidak terjadi
setelah perawatan selama
24 jam pertama dengan
kriteria hasil :
-
luka yang jauh dari
kategori infeksi
-
normal
-
dalam keadaan
normal, tidak demam
nyaman
-
pembedahan
merupakan jalan
terbaik yang harus
ditempuh untuk
menyelamatkan
bayi dan ibu
-
adekuat
-
untuk menjaga
daya tahan tubuh,
kebersihan luka,
serta tanda-tanda
infeksi dini pada
luka
tidak cemas
serta
kepercayaan
pada perawat.
-
adekuat akan
menghasilkan
daua tubuh
yang optimal
-
partisipasi dari
pasien, maka
kesembuhan
luka dapat
lebih mudah
terwujud
Nyeri akut
b.d insisi,
flatus dan
mobilitas
Resti
Nyeri dapat berkurang
setelah perawatan 1x 24
jam dengan kriteria :
-
nyeri / mengatakan
bahwa nyeri sudah
berkurang
Mendemontrasikan berat
-
nyeri
-
nyeri
-
insisi luka post
operasi
-
yang
memungkinkan
tiap jam sekali
-
-
memiliki
managemen
yang berbeda
-
akibat luka
post operasi
-
akibat luka
post operasi
-
merangsang
peristaltik usus
sehingga
mempercepat
flatus
-
kesempatan
untuk
mengobservasi
penyimpangan
perubahan
nutrisi b.d
peningkatan
kebutuhan
tubuh untuk
penyembuh
an
luka,penuru
nan
masukan
(sekunder
akibat nyeri,
mual,
muntah
badan stabil atau
penambahan berat badan
progresif kearah tujuan
dengan normalisasi nilai
laboratorium dan bebas
dari tanda malnutrisi
secara continue
selama perawatan
tiap hari,
perhatikan tingkat
energi, kondisi,
kulit, kuku,
rambut, rongga
mulut
-
pentingnya
trasnsisi pada
pemberian makan
per oral dengan
tepat
-
mengunyah,
menelan, beri
sosialisasi dan
bantuan makan
sesuai dengan
indikasi
dari norma/
dasar pasien
dan
mempengaruhi
pilihan
intervensi
-
pemberian
makan oral
lebih disukai
-
bantuan untuk
menghadapi
masalah
anoreksia,
kelelahan,
kelemahan otot
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo