BAB I
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib di
penuhi seorang manusia untuk bertahan hidup. Keadaan ini dibuktikan
dengan adanya sistem pencernaan atau traktus gastrointestinal yang
merupakan salah satusistem yang mendukung tubuh manusia. Sistem
pencernaan atau gastrointestinal terdiri dari beberapa organ, yaitu mulut,
esofagus, gaster, colon dan anus. Sistem pencernaan akan terganggu apabila
salah satu atau beberapa organ pencernaan terjadi inflamasi, kerusakan,
maupun ketidaknormalan.
Salah satugangguan pencernaan yang paling sering dijumpai dan
diderita masyarakat adalah gastritis atau di masyarakat umum sering disebut
dengan penyakit maag ataudalam istilah kesehatan dikenal dengan gastritis.
Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam
masyarakatmaupun dalam bangsa penyakit dalam. Kurang tahunya dan cara
penanganan yang tepat merupakan salah satu penyebabnya. Gastritis adalah
proses inflamasi padalapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung. Pada
orang awam seringmenyebutnya dengan penyakit maag. Gastritis merupakan
salah satu yang paling banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada
umumnya. Masyarakat seringmenganggap remeh panyakit gastritis, padahal
ini akan semakin besar dan parahmaka inflamasi pada lapisan mukosa akan
tampak sembab, merah, dan mudah berdarah.
Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang
stres,karena stres dapat meningkatkan produksi asam lambung,
pengkonsumsi alkoholdan obat-obatan anti inflamasi non steroid. Gejala yang
timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut
LBM II “Ulu hati perih” Page 1
kembung, sakit kepala, mual,lidah berlapis. Penyakit gastritis sangat
menganggu aktifitas sehari -hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa
sakit tidak enak pada perut. Selain dapatmenyebabkan rasa tidak enak, juga
menyebabkan peredaran saluran cerna atas,ulkus, anemia kerena gangguan
absorbsi vitamin B 12 Ada berbagai cara untuk mengatasi agar tidak terkena
penyakit gastritis dan untuk menyembuhkan gastritis agar tidak menjadi
parah yaitu dengan banyak minumkurang lebih 8 gelas/hari,istirahat cukup,
kurangi kegiatan fisik, hindari makanan pedas dan panas dan hindari stres.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang kelainan atau penyakit pada saluran
pencernaan.
2. Tujuan Khusus
Mempelajari lebih dalam mengenai fisiologi pencernaan dan kelainan-
kelainannya.
C. Manfaat
1. Untuk menambahan wawasan keilmuan tentang pencernaan bagi penulis.
2. Sebagai sumber bacaan bagi pembaca untuk membuat karya tulis serupa.
LBM II “Ulu hati perih” Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
Ulu hati perih
Seorang wanita 32 tahun, mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri perut terasa seperti panas dan terbakar, nyeri terutama dirasakan saat
perut kosong terutama saat malam hari, dan sering terbangun tengah malam
karena nyeri perut yang hebat, nyeri sedikit membaik setelah masuk
makanan. Keluhan lain juga disertai mual dan muntah dengan frekuensi 3-5
kali sehari, namun tidak banyak. Terkadang nyeri perut dirasakan menjalar
hingga kebagian dada dan liur terasa menjadi sedikit pahit dan nafsu makan
menjadi menurun.
Pasien sendiri adalah seorag wartawan yang bekerja selalu dikejar deadline,
pola makan jarang bisa teratur.
Apa yang perlu dilakukan untuk memastikan kelainan pasien diatas dan
bagaimana tatalaksana yang tepat.
B. Terminologi
1. Mual
2. Muntah
C. Permasalahan
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi system pencernaan ?
2. Mengapa nyeri ulu hati dirasakan semakin memberat terutama saat perut
kosong dan sedikit membaik jika masuk makanan ?
3. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri ulu hati terutama saat malam hari ?
4. Mengapa pasien mengalami mual dan muntah ?
5. Mengapa pada saat pasien muntah disertai cairan bercak merah segar
hingga kecoklatan ?
LBM II “Ulu hati perih” Page 3
6. Mengapa nyeri perut dirasakan menjalar hingga kebagian dada dan liur
menjadi sedikit pahit dan nafsu makan menjadi menurun ?
7. Diagnosa Banding pada Skenario8. Diagnosa Penyakit pada Skenario
.
D. Pembahasan
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi system pencernaan bagian atas ?
Anatomi
Gambar 1. Anatomi sistem pencernaan
1. Mulut
Mulut (oris) merupakan organ yang pertama dari saluran
pencernaan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu
perbatasan antara mulut dengan faring terdiri dari:
a. Vestibulum oris: Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan
gigi bagian dalam.
LBM II “Ulu hati perih” Page 4
b. Kavitas oris propia: Bagian di antara arkus alveolaris, gusi dan gigi,
memiliki atap yang dibentuk oleh palatum durum (palatum keras)
bagian depan, palatum mole (palatum lunak) bagian belakang.
1) Gigi
Anatomi gigi:
Mahkota : menonjol dari rahang
Akar : tertanam dalam rahang
Email : melapisi mahkota merupakan zat terkeras di dalam tubuh
Dentin: lekukan utama pada ujung gigi
Sementum : lapiisan yang keras di sekeliling akar
Pulp : jaringan lembut berisi saraf dan pembuluh darah.
Jenis gigi:
Gigi seri (insicivus): berbentuk pipih dan tajam untuk mengiris
makanan.
Gigi taring (kanninus): ujungnya runcing untuk mencabik dan
menyobek makanan.
Gigi geraham depan (premolar) : bentuknya berlekuk-lekuk untuk
mengiris dan melembutkan makanan.
Gigi geraham belakang (molar) : paling kuat, bentuknya berlekuk-
lekuk untuk melembutkan makanan.
Fungsi gigi adalah mengunyah makanan, pemecahan partikel
besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan
tersedak.
2) Lidah
LBM II “Ulu hati perih” Page 5
Bagian-bagian lidah:
Pangkal lidah (radik lingua) terdapat epiglottis yang memisahkan
saluran pencernaan dan pernafasan.
Panggal lidah (dorsum lingua) terdapat putting-putting pengecap
untuk menentukan rasa makanan.
Ujung lidah (apeks lingua) berfungsi membalikkan makanan,
proses berbicara, merasakan makanan yan gdimakan, dan
membantu proses menelan.
3) Kelenjar Ludah
Kira-kira 1500 mL saliva disekresikan per hari, pH saliva pada
saat istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0, tetapi selama sekresi aktif,
pH mencapai 8,0. Saliva mengandung 2 enzim yaitu lipase lingual
disekresikan oleh kelenjar pada lidah dan α-amilase yang disekresi
oleh kelenjar-kelenjar saliva. Kelenjar saliva tebagi atas 3, yaitu
kelenjar parotis yang menghasilkan serosa yang mengandung ptialin.
Kelenjar sublingualis yang menghailkan mukus yang mengandung
musin, yaitu glikoprotein yang membasahi makanan dan melndungi
mukosa mulut dan kelenjar submandibularis yang menghasilkan
gabungan dari kelenjar parotis dan sublingualis. Saliva juga
mengandung IgA yang akan menjadi pertahanan pertama
terhadapkuman dan virus.
Fungsi penting saliva antara lain, memudahkan poses
menelan,mempertahankan mulut tetap lembab,bekerja sebagai
pelarut molekul-molekul yang merangsang indra pengecap,
membantu proses bicara dengan memudahkan gerakan bibir dan
lidah dan mempertahankan mulut dan gigi tetap bersih.
Kelenjar submaksilaris : terletak di bawah rahang atas bagian
tengah.
LBM II “Ulu hati perih” Page 6
Kelenjar sublingual : terletak di bawah selaput lender dasar
rongga mulut dan bermuara di dasar rongga mulut.
Kelenjar parotis : terletak di bawah bagian depan telinga di antara
prosesus mastoid kiri dan kanan dekat os mandibular.
2. Faring
Faring (tekak) dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot
melingkar), organ terpenting di dalamnya adalah tonsil. Faring terdiri dari
:
Nasofaring (pars nasalis)
Bagian superior yang menghubungkan hidung dengan faring. Bagian
samping terdapat muara aperture tuba auditorius(eustachi) yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.
Orofaring (Pars oralis)
Bagian media yang menghubungkan rongga mulut dengan faring.Pada
bagian samping jaringan ditemukan limfoit atau tonsilla palatine
tersembunyi dalam lekuk fossa tonsilaris.Tonsil palatine adalah
jaringan limfoid dalam bentuk gepeng yang dapat terlihat dengan
mudah melalui mulut terbuka pada dinding samping, dilapisi oleh
kapsul dan melekat secara longgar pada M konstrutor superior faring.
Tonsilla palatine, tonsilla faringeal dan tonsilla lingualis membentuk
lingkaran jaringan limfoid yang disebut cincin waldeyer berfungsi
untuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dari luar
dengan cara membunuhnya.
Laringofaring(pars laringis)
LBM II “Ulu hati perih” Page 7
Bagian inferior yang menghubungkan laring dengan faring.Bagian
paling bawah laring berhubungan dengan laring, terbentang antara
hioid dan esophagus.
3. Esofaghus
Esophagus atau kerongkongan merupakan saluran pencernaan setelah
mulut dan laring.Panjangnya kira-kira 25cm. posisi vertical dimulai dari
bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah rongga dada di
belakang trakea.Pada bagian dalam di belakang jantung menembus
diafragma sampai rongga dada.Fundus lambung melewati persimpangan
persimpangan sebelah kiri diafragma.
Lapisan dinding lambung dari dalam ke luar yaitu:
1. Lapisan selaput lender (mukosa)
2. Lapisan sub mukosa
3. Lapisan otot melingkar (M sirkuler)
4. Lapisan otot memanjang (M longitudinal)
Pada peralihan dari esophagus ke lambung terdapat sfingter kardiak
yang dibentuk oleh lapisan otot sirkuler esophagus. Sfingter ini terbuka
secara reflex pada akhir peristiwa menelan. Tunika mukosa esophagus
mempunyai epitel gepeng berlapis, lapisan mengandung kelenjar
mucus(glandula esophagus). Tunika muscularis tebal terdiri dari lapisan
dalam (sirkuler) dan lapisan luar longitudinal.Oto ini mengatur turunnya
bolus secara peristaltik.
LBM II “Ulu hati perih” Page 8
4. Lambung (ventrikulus)
Gambar 2. Anatomi lambung
Sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus
halus, sebelah kiri abdomen, di bawah diafragma bagian depan pancreas
dan limfa. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena
adanya gerakan peristaltic terutama di daerah epigaster. Variasi dari
bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya
gelombang peristaltik tekanan organ lain dan postur tubuh.
Bagian-bagian lambung
a. Fundus ventrikuli: bagian yang menonjol keatas
b. Korpus ventrikuli merupakan segitiga osteum kardia yaitu suatu
lekukan pada bagian bawah kurvatura minor yaitu bagian utama
lambung.
c. Antrum pylorus yaitu bagian lambung berbentuk tabung
d. Kurvatura minor terletak di sebelah kanan lambung terbentang dari
osteum kardia sampai ke pylorus.
e. Kurvatura mayor terbentang di sisi kiri osteum kardia melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior, lebih panjang
LBM II “Ulu hati perih” Page 9
dari kurvatura minor, dihubungkan dengan kolon transversum oleh
momentum mayor lipatan ganda dari peritoneum.
f. Ostium kardia merupakan tempat esophagus bagian abdomen yang
masuk ke lambung.
Lapisan lambung dari luar ke dalam:
1. Lapisan selaput lender(mukosa), apabila lambung dikosongkan
lapisan ini berlipat-lipat yang disebut rugae.
2. Lapisan otot melingkar (M. aurikularis), merupakan jaringan otot
yang kuat
3. Lapisan otot miring (M. oblig), mempuanyai otot bergaris miring
4. Lapisan otot panjang (M. longitudinal), susunan lapisan otot
lambung yang panjang
5. Jaringan ikat (peritoneum) atau serosa, melapisi lambung bagian
luar
Fungsi lambung: Sebagai penampung makanan yang masuk
melalui esophagus, menghancurkan makanan dan menghaluskan
makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah
lambung.2.Fungsi bakteri sid : oleh asam lambung
Membantu proses pembentukan eritrosit : Lambung menghasilkan zat
faktor intrisik bersama faktor intrisik, membentuk zat yang disebut anti-
anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit yang disimpan dalam
hati.
a. Mekanis: menyimpan, mencampur dengan secret lambung dan
mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorong makanan terjadi
secara gerakan peristaltic setiap 20 detik.
LBM II “Ulu hati perih” Page 10
b. Kimiawi: bolus dalam tabung akan dicampurkan dengan asam
lambung dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang
dihasilkan:
o Pepsin: memecah protein menjadi asam amino (albumin dan
pepton) agar dapat diabsorpsi di intestinum minor.
o Asam garam (HCl): Mengasamkan makanan sebagai antiseptic
dan desinfektan yang masuk ke dalam makanan. Disamping itu
mengubah pepsin menjadi suasana asam.
o Renin : Sebagai ragi yang membekukan susu; membentuk kasein
dan kasinogen dari protein
o Lapisan lambung : Memecah lemak menjadi asam lemak untuk
merangsang sekresi getah lambung
5. Usus Halus
Usus halus (intestinum minor) merupakan bagian dari system
pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada
sekum. Panjangnya kira-kira merupakan yang paling panjang dari tempat
proses pencernaan dan absorbs pencernaan.
Bentuk dan susunannya berupa lipatan-lipatan melingkar. Makanan
dalam intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan dan
memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-jonjot tempat
absorpsi dan memperluas permukaannya.Pada ujung dan pangkalnya
terdapat katup.Intestinum minor terletak dalam rongga abdomen dan
dikelilingi oleh usus besar.
Usus halus teerdiri dari bagian-bagian berikut ini:
1) Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda,pada
lengkungn ini terdapat pancreas.bagian kanan dari duodenum
terdapat terdapat bangian tempat bermuarnya saluran empedu ( duktus
LBM II “Ulu hati perih” Page 11
kholeukus) dan saluran pancreas (duktus pankreas) yang dinamakan
papilla vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang
banyak mengandung kelenjar brunner yang memproduksi getah
intestinum.
Fisiologi pencernaan
a. Mulut
Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas
dalam proses pencernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah
untuk menghancurkan makanan sehingga ukurannya cukup kecil
untuk dapat ditelan ke dalam perut.Mulut dapat menghaluskan
makanan karena dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Adapun fungsi
gigi yaitu untuk menghancurkan makanan dan fungsi lidah untuk
membolak balikan makanan dan membantu menelan makanan.Gigi
dan lidah termaksut alat pembroses pencernaan secara mekanis.
Selain itu didalam mulut juga terjadi pencernaan secara
kimiawi dimungkinkan karena kelenjar air liur menghasilkan ludah
yang mengandung air, lendir, dan enzim ptialin. Air dan lendir
bergunasi untuk melumasi rongga mulut dan membantu proses
nelan sedangkan enzim ptialin mengubah amilum menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana, yaitu maltosa. Makanan yang
sudah dikunyah kemudian yang akan ditelan dinamakan bolus.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan organ yang menghubungkan
rongga mulut dengan kerongkongan. Faring fungsinya untuk
mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan menutup
sementara hanya beberapa detik, mendorong makanan masuk ke
dalam esofagus dan tidak membahayakan pernapasan. Jalan
LBM II “Ulu hati perih” Page 12
makanan masuk ke belakang dan jalan pernapasan masuk ke depan
melewati epiglotis lateral melalui filiformis masuk ke esofagus.
c. Kerongkongan (esofagus)
Setelah dikunyah dimulut, makanan ditelan agar masuk
melewati faring dan makanan yang masuk ini akan menyebabkan
epiglotis menutupi trakea agar makanan tidak masuk kesana
sehingga makanan masuk ke lambung melalui suatu saluran yang
disebut kerongkongan atau esofagus yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut kelambung.
Pada saat melewati kerongkongan, makanan didorong masuk
ke lambung oleh adanya gerak peristaltik otot-otot kerongkongan.
Hal ini dikarenakan dinding kerongkongan tersusun atas otot polos
yang melingkar dan memanjang serta berkontraksi secara
bergantian. Akibatnya, makanan berangsur-angsur terdorong masuk
ke dalam lambung.Di dalam esofagus ini makanan hanya masuk
saja dan tidak mengalami pencernaan.
d. Lambung
Lambung merupakan alat pencernaan yang berbentuk
kantung.Dinding lambung tersusun dari otot-otot yang memanjang,
melingkar dan menyerong.Hal ini memungkinkan makanan yang
masuk ke dalam lambung dibolak-balik dan diremas lagi sehingga
menjadi lebih halus. Oleh karena itu, perlu dihaluskan lagi di
lambung.
Selain mencerna makanan secara mekanis, lambung juga
mencerna makanan secara kimiawi. Lambung menghasilkan suatu
cairan yang mengandung air, lendir, asam lambung(HCl), serta
enzim renin dan pepsinogen. Karena sifatnya yang asam, cairan
lambung dapat membunuh kuman yang masuk bersama makanan.
LBM II “Ulu hati perih” Page 13
Sementara itu, enzim renin akan menggumpalkan protein susu yang
ada dalam susu sehingga dapat dicerna lebih lanjut. Pepsinogen
akan diaktifkan HCl menjadi pepsin yang berfungsi memecah
protein menjadi pepton.
e. Usus
Macam-macam usus:
1. Usus halus
Bagian utama usus halus adalah usus duabelas jari atau duo
denum dimana makanan dari lambung dilepaskan disana melalui
sfingter pilorus dalam jnumlah yang bisa dicerna oleh usus
halus. Jika penuh, duo denum akan mengirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Duo denum menerima enzim pankreatip dari pankreas dan
empedu dari hati. Cairan tersebut merupakan cairan yang penting
dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga
membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk
dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.
Lapisan duo denum sebagian licin tetapi sisanya memiliki
lipatan-lipatan, vili dan mikrovili yang menyebabkan
bertambahnya permukaan dari lapisan duo denum, sehingga
menambah jumlah zat gizi yang diserap.Sisa dari usus halus yang
terletak dibawah duo denum terdiri dari jejenum dan
ileum.Bagian ini bertanggung jawab atas penyerapan lemak dan
zat gizi lainnya.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta.
LBM II “Ulu hati perih” Page 14
2. Mengapa nyeri ulu hati dirasakan semakin memberat terutama saat perut
kosong dan sedikit membaik jika masuk makanan ?
Karena nyerinya makin meningkat saat lapar karena : lambungnya
sedang kosong, dan saat itu asam lambungnya meingkat, yang akan
menyebabkan mukosa lambungnya menjadi rusak ( terkikis ), ini dapat
mengakibatkan timbulnya iritasi. Di mana saat itu lambung tetap melakukan
gerak pristaltik dan hal itu akan memperberat keadaan nyeri pada
pasien.Sedangkan akan membaik jika masuk makanan, karena saat makanan
masuk, di lambungnya jadi terisimakanan, jadi saat lambung berkontaksi
makanan tersebut akan di olah oleh lambung.
3. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri ulu hati terutama saat malam hari ?
Karena pada saat malam hari terjadi kekosongan pada lambung, dimana
pada saat itu pasien mengalami fase istirahat tetapi lambung tetap bekerja
sehingga terjadi pengikisan (iritasi) pada mukosa lambungnya yang
diakibatkan oleh peningkatan asam lambung.
4. Mengapa pasien mengalami mual dan muntah ?
Awalya karena gaya hidup pasien yang tidak baik, yang menyebabkan
peningkatan asam lambung, yang dapat menyebabkan peradagan dan iritasi
mukosa, erosi vena dan arteri di usus, yang akan menimbulkan jaringan parut
dan menimbulkan obstruksi antara usus dan lambung, hingga terjadi distensi
( meregang ) lambung, hingga timbul perasaan penuh, hingga terjadi mual
muntah.
LBM II “Ulu hati perih” Page 15
5. Mengapa pada saat pasien muntah disertai cairan bercak merah segar hingga
kecoklatan ?
Disebabkan karena sudah terjadi iritasi mukosa lambung yang sudah
parah, sehingga sudah mengenai lapisan submukosa dan muskularisnya,
dimana di lapisan tersebut memiliki pembuluh darah sehingga mengiritasi
dari pembuluh darah tersebut yang menyebabkan terjadinya hemoragik
interstisial (pendarahan). Itulah yang menyebabkan pasien muntah cairan
bercak merah segar hingga kecoklatan.
6. Mengapa nyeri perut dirasakan menjalar hingga kebagian dada dan liur
menjadi sedikit pahit dan nafsu makan menjadi menurun ?
Rasa nyeri yang di karenakan akibat lambung memproduksi asam
lambung berlebih, yang akan mengakibatkan iritasi di selaput lendir
lambung. Akan terjadi refluks asam lambug ke esofagus yang dapat
mengiritasi mukosa esophagus, dan esophagus yang teiritasi akan semakin
terasa nyeri apabila terkana asam lambung. Serat – serat saraf di esophagus
di stimulasi dan akan merasakan rasa panas atau nyeri di dada. Dari atas
perut dan menjalar ke leher. Nafsu makan menurun terjadi karena lambung
mengalami distensi ( meregang ) akibat terbentuknya jaringan parut didalam
lambung akibat dari iritasi mukosa lambungnya.
7. Diagnosa Banding pada SkenarioUlkus peptikuma. Definisi
Ulkus pepticum adalah Putusnya kontuinitas mukosa lambung
yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak
meluas sampai kebawah epitel disebut erosi. Ulkus pepticum dapat
terletak disetiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam
LBM II “Ulu hati perih” Page 16
lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi, juga jejunum.
b. EtiologiUlkus peptikum bisa disebabkan oleh bakteri
(Helicobacter pylori ) atau obat-obatan yang menyebabkan
melemahnya lapisan lender pelindung lambung dan duodenum
sehingga asam lambung bisa menembus lapisan yang sensitif di
bawahnya. Asam lambung dan bakteri dapat mengiritasi lapisan
lambung dan duodenum serta menyebabkan terbentuknya ulkus.
Helicobacter pylori biasanya ditularkan pada masa kanak
kanak, bisa melalui makanan, air atau kontak dengan penderita
infeksi H. pylori. Penyakit menular ini lebih sering ditemukan pada
orang dewasa yang berumur lebih dari 60 tahun dan juga lebih sering
ditemukan di negara-negara berkembang. Sebagian besar orang yang
memiliki H. pylori baru menunjukkan gejala-gejala setelah
mencapai usia lanjut.
Meskipun H.pylori biasanya tidak menimbulkan masalah
pada masa kanak-kanak, tetapi jika tidak diobati bisa
LBM II “Ulu hati perih” Page 17
menyebabkan gastritis , ulkus peptikum dan bahkan kanker
lambung. Para ahli sepakat bahwa penyebab utama dari ulkus
peptikum pada orang dewasa adalah bakteri Helicobacter pylori ,
tetapi tidak semua ahli berpendapat bahwa penyebab utama dari
ulkus pada masa kanak-kanak adalah bakteri tersebut.
Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area
saluran GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin.
Penyakit ini terjadidengan frekuensi paling besar pada individu
antara usia 40 dan 60 tahun.Tetapi, relatif jarang pada wanita
menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan
pada bayi. Pria terkenal lebih sering dari pada wanita, tapi terdapat
beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria.
Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama
dengan pria.
Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai faktor
predisposisi signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan
pada individu dengan golongan darah lebih rentan dari pada individu
dengan golongan darah A, B, atau AB. Factor predisposisi lain yang
juga dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup penggunaan
kronis obat antiinfla masi nons teroid Minum alkohol dan merokok
berlebihan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat
dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agen seperti H. Pylori.
Adanya bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah
hormon gastrin yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor ( gastrino
mas-sindro mzolinger-ellison ) jarang terjadi. Ulkus stres dapat terjadi
pada pasien yang terpajang kondisi penuh stress.
LBM II “Ulu hati perih” Page 18
c. PatofisiologiUlkus peptikum terjadi pada mukosa yang menghasilkan
alkali,biasanya pada atau di dekat curvatura minor, karena jaringan
ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam
hidrochlorida danpepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan
dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa
yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak
sebagai barier terhadap asam klorida.Sekresi lambung terjadi pada 3
fase yang serupa :
a. Fase Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti
pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor
kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf
vagal.Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan
menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung.Inilah yang
menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada
pasien dengan ulkus peptikum.Saat ini banyak ahli
gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai
efeksignifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus.
Namun,aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat
lambung kosongadalah iritan yang signifikan
b. Fase lambung.
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari
rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding
lambung.Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon
terhadapdistensi lambung oleh makanan.
c. Fase usus
LBM II “Ulu hati perih” Page 19
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormone
(dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang
sekresi asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah
campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan
secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mukus ini
mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam.
Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi
meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang
dimulai darirangsangan lambung dan usus.
Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi
dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan
asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung.
Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil
permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan
lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa
lambung.
Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap
pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri.
Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah,
keseimbangan asambasa, integritas sel mukosa, dan regenerasi
epitel.
Sawar mukosa lambung
Menurut teori dua-komponen sawar mucus dari hol-lander,
lapisan mucus lambung yang tebal dan liat merupakan garis
depan pertahanan terhadap auto digesti. Lapisan ini
memberikan perlindungan terhadap trauma mekanis dan agen
kimia.Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), termasuk
aspirin, menyebabkan perubahan kualitatif mukus lambung
LBM II “Ulu hati perih” Page 20
yang dapat mempermudah terjadinya degradasi mukus oleh
pepsin.Prostaglandin terdapat dalam jumlah berlebihan dalam
mukus gastrik dan tampaknya berperan penting dalam
pertahanan mukosa lambung.
Sawar mukosa lambung penting untuk perlindungan lambung
dan duodenum. Walaupun sifat sebenarnya dari sawar ini tidak
diketahui, namun agaknya melibatkan peran lapisan
mukus,lumen sel epitel toraks, dan persambungannya yang
erat pada aspek sel-sel lain. Dalam keadaan normal, sawar
mukosa ini memungkinkan sedikit difuai balik ion hydrogen
[H] dari lumen kedalam darah, walaupun terdapat selisih
konsentrasi yang besar (Ph asam lambung 1,0 versus pH darah
7,4).
Destruksi sawar mukosa lambung
Aspirin, alkohol, garam empedu, dan zat-zat lain yang
merusak mukosa lambung mengubah permeabilitas sawar
epitel, sehingga memungkinkan difusi balik asam klorida yang
mengakibatkan kerusakan jaringan, terutama pembuluh darah.
Histamine dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin
lebih lanjut dan meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap
protein. Mukosa menjadi edema,dan sejumlah besar protein
plasma dapat hilang. Mukosa dapat rusak, mengakibatkan
terjadinya hemoragi intertisial dan perdarahan.Sawar mukosa
tidak dipengaruhi oleh penghambatan vagus atau atropine,
tetapi difusi balik dihambat oleh gastrin.
Destruksi sawar mukosa lambung diduga merupakan
factor penting dalam patogenesis ulkus peptikum.Telah
LBM II “Ulu hati perih” Page 21
diketahui bahwa mukosa antum lebih rentan terhadap difusi
balik dibandingkan dengan fundus, yang menjelaskan
mengapa ulkus peptikum sering terletak di antrum. Selain itu,
kadar asam yang rendah dalam analisis lambung pada
penderita ulkus peptikum di duga disebabkan oleh
meningkatnya difusi balik, dan bukan disebabkan oleh
produksi yang berkurang. Mekanisme pathogenesis mungkin
juga penting pada penderita yang disebabkan oleh alcohol,
aspirin, dan stress berat.
Daya tahan duodenum yang kuat terhadap ulkus
peptikum diduga akibat fungsi kelenjar brunerr (kelenjar
duodenum submukosa dalam dinding usus) yang
memproduksi secret mukoid yang sangat alkali (pH 8 ) dan
kental, untuk menetralkan kimus asam. Penderita ulkus
duodenum sering mengalami sekresi asam berlebihan, yang
tampaknya merupakan factor patogenetik terpenting. Agaknya
mekanisme pertahanan mukosa normal menjadi terkalahkan.
Factor pendorong daya tahan jaringan juga terlibat dalam
ulkus peptikum maupun duodenum walaupun tampaknya lebih
penting pada ulkus peptikum.
Selain untuk sawar mukosa dan epitel, daya tahan
jaringan juga bergantung pada banyaknya suplai darah dan
cepatnya regenerasi sel epitel (keadaan normal dig anti setiap
3 hari).Kegagalan mekanisme ini juga berperan dalam
pathogenesis ulkus peptikum.
d. Manifestasi klinis- Ulkus gastrikum cenderung menyebabkan pembengkakan jaringan
yang menuju ke usus halus, sehingga bisa menghalangi lewatnya
LBM II “Ulu hati perih” Page 22
makanan yang berasal dari lambung. Hal ini bisa menyebabkan
perut kembung, mual atau muntah setelah makan.
- Nyeri abdomen seperti terbakar (dyspepsia) sering terjadi di
malam hari. Nyeri biasanya terletak di area tengah epigastrium
dan sering bersifat ritmik.
- Nyeri yang terjadi ketika lambung kososng (sebagai contoh di
malam hari) sering menjadi tanda ulkus duodenum dan kondisi ini
adalah yang paling sering terjadi.
- Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam hari adalah
ulkus gaster. Kadang nyeri dapat menyebar ke punggung atau
bahu.
- Nyeri sering hilang-timbul, nyeri sering terjadi setiap hari selama
beberapa minggu kemudian menghilang sampai periode
perburukan selanjutnya. Penurunan berat badan juga biasanya
menyertai ulkus gaster.
- Penurunan berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus
duodenum karena makanan dapat meredakan rasa tidak nyaman.
e. Pengobatan- Sasaran utama pebgobatan ulkus peptikum adalah menghambat
sekresi asam untuk menghilangkan gejala dan mempermudah
penyembuhan.Tindakan untuk mencapai tujuan ini adalah
pemberian antasida, penatalaksanaan diet, antikolinegik,
penghambat H2 (simetidin, ranitidin, dan famotidin).Terapi anti
mikroba, dan istirahat secara fisik dan emosi.Anti bakteri di
anggap sebagai pengobatan primer untuk menghilangkan infeksi
H. Pylori.
- Antasida diberikan untuk menetralkan asam lambung dengan
mempertahankan PH cukup tinggi supaya pepsin tidak di aktifkan,
LBM II “Ulu hati perih” Page 23
sehingga melindungi mukosa dan meredakan nyeri.Preparat
antasida yang paling banyaka di gunakan adalah campuran
aluminium hidroksida dengan magnesium hidroksida,
penatalaksaan diet pada ulkus peptikum sebaiknya makan denga
porsi sedikit namun sering untuk menetralkan asam lambung;
asupan tinggi serat juga dapat bermanfaat. Diet makanan halus,
kream dan susu dulu yang biasa digunakan, kini tidak lagi
dianjurkan. Produk susu dapat mesekresi asam. Zat yang
merangsang sekresi asam lambung ( misalanya alkohol dan
kafein) harus di hindari. Obat antikolinergik seperti propantelin,
bromida ( pro- bantine ) dan atropin (atropa beladoma)
menghambat efek langsung dari saraf vagus terhadap sel-sel
parietal pensekresi asam. Anti kolinergik menghambat mortilitas
dan waktu pengosongan lambung, sehingga banyak dokter yang
tidak memberikan obat ini pada penderita ulkus peptikum.
Penghambat H2 dengan cepat menjadi obat yang paling sering di
pakai untuk mengobati ulkus duodenum karena mampu
mengurangi sekresi asam sekitar 70% .obat sukralvat tidak hanya
membentuk membran tidak tembus asam yang melekat pada
mukosa yang terluka, tapi juga mempercepat produksi sel mukosa.
- Istirahat fisik dan emosional di permudah dengan menciptakan
lingkungan yang tenang, mendengarkan keluhan penderita,
memberikan dukungan emosi, dan sering diberikan obat sedatif
dosis kecil.
- Respon ulkus peptikum terhadap pengobatan kedokteran klasik
dengan pepto bismol, metronidazol, dan tetrasiklin selama 14 hari
telah menyebabkan angka eradikasi H.pylori hampir mendekati
90%.Pengunaan omeprasol dapat meningkatkan eradikasi H.
LBM II “Ulu hati perih” Page 24
Pylori.Pemantauan perkembangan penyakit perlu dilakukan
dengan ketat karena obat-obat ini juga dapat menghilangkan
gejala ulkus peptikum ganas, hingga menutupi gejala ini yang
dapat mengarah pada diagnosis.
GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease)a. Definisi
Penyakit Refluks Gastro Esofageal (PRGE) atau Gastro
Esophageal Reflux Disease (GERD), umumnya dirujuk sebagai
PRGE/GERD atau refluks asam (acid reflux), adalah kondisi dimana
isi cairan dari lambung dimuntahkan/dialirkan kembali (refluxes)
kedalam esofagus. Cairan dapat meradang dan merusak lapisan
(menyebabkan esophagitis) dari esofagus meskipun tanda-tanda
peradangan yang terlihat terjadi pada minoritas dari pasien-pasien.
b. EtiologiPenyakit refluks gastroesofagus disebabkan oleh proses yang
multifaktor. Pada orang dewasa faktor-faktor yang menurunkan
tekanan sfingter esofagus bawah sehingga terjadi refluks
gastroesofagus antara lain coklat, obat-obatan (misalnya aspirin),
alkohol, rokok, kehamilan. Faktor anatomi seperti tindakan
bedah,obesitas, pengosongan lambung yang terlambat dapat
menyebabkan hipotensisfingter esofagus bawah sehingga
menimbulkan refluks gastroesofagus.
c. PatofisiologiEpisode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya,
volume, lamanya,dan hubungannya dengan makan. Pada proses
terjadinya refluks, sfingter esophagus bawah dalam keadaan relaksasi
atau melemah oleh peningkatan tekanan intraabdominal sehingga
terbentuk rongga diantara esofagus dan lambung. Isi
LBM II “Ulu hati perih” Page 25
lambungmengalir atau terdorong kuat ke dalam esofagus. Jika isi
lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan sfingter esofagus
atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut tetap berada di esofagus
dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam lambung. Jika
sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap distensi
esofagus maka isi lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau
nasofaring.
d. Manifestasi klinisGejala yang timbul kadang-kadang sukar dibedakan dengan kelainan
fungsional lain dari traktus gastrointestinal, antara lain :
- Rasa panas di dada (heart burn), terutama post prandial heart burn.
- Nyeri dada substernal
- Sendawa
- Mual
- Muntah
- Cegukan
- Disfagia
- Odinofagia
- Suara serak, dll.
e. Diagnosis Diagnosis PRGE ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan khusus,seperti:
1. Pemeriksaan Radiologi
Roentgen esofagus dengan kontras Barium (esofagogram) atau
fluoroskopi danpemeriksaan serial traktus gastrointestinal
bertujuan untuk menyingkirkanpenyakit penyakit seperti striktur
LBM II “Ulu hati perih” Page 26
esofagus, akalasia, dll. Bila tidak ada kelainan,bukan berarti tidak
ada PRGE.
2. Pemeriksaan Manometri
3. Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dapat menilai kelainan mukosa esofagus
danmelakukan biopsi esofagus untuk mendeteksi adanya esofagus
Barret atau suatukeganasan.
4. Tes Provokatif
Tes perfusi asam dari Bernstein merupakan tes sederhana dan
akurat untukmenilai kepekaan mukosa esofagus terhadap asam.
5. Pengukuran pH dan tekanan esofagus
Pengukuran ini menggunakan alat yang dapat mencatat pH intra-
esofaguspost prandial selama 24 jam dan tekanan manometrik
esofagus. Bila pH < 4dianggap ada PRGE.
6. Tes Skintigrafi gastroesofagus.
Bertujuan untuk menilai pengosongan esofagus dengan
menggunakan radioisotopdan bersifat non invasif.
f. PenatalaksanaPengobatan penderita PRGE terdiri dari:
Tahap I
Bertujuan untuk mengurangi refluks, menetralisasi bahan refluks,
memperbaiki barrier anti refluks dan mempercepat proses
pembersihan esofagusdengan cara :
- Posisi kepala atau ranjang ditinggikan (6-8 inci)
- Diet dengan menghindari makanan tertentu seperti makanan
berlemak,berbumbu, asam, coklat, alkohol, dll.
- Menurunkan berat badan bagi penderita yang gemuk
- Jangan makan terlalu kenyang
LBM II “Ulu hati perih” Page 27
- Jangan segera tidur setelah makan dan menghindari makan
malam terlambat
- Jangan merokok dan menghindari obat-obat yang dapat
menurunkan SEBsepertikafein, aspirin, teofilin, dll.
Tahap II
Menggunakan obat-obatan, seperti :
- Obat prokinetik yang bersifat mempercepat peristaltik dan
meninggikan tekananSEB, misalnya Metoklopramid : 0,1
mg/kgBB 2x sehari sebelum makan dansebelum tidur dan
Betanekol : 0,1 mg/kgBB 2x sehari sebelum makan dan
sebelumtidur.
- Obat anti-sekretorik untuk mengurangi keasaman lambung dan
menurunkan jumlah sekresi asam lambung, umumnya
menggunakan antagonis reseptor H2seperti Ranitidin : 2
mg/kgBB 2x/hari, Famotidin : 20 mg 2x/hari atau 40
mgsebelum tidur (dewasa), dan jenis penghambat pompa ion
hidrogen sepertiOmeprazole: 20 mg 1-2x/hari untuk dewasa
dan 0,7 mg/kgBB/hari untuk anak.
- Obat pelindung mukosa seperti Sukralfat: 0,5-1 g/dosis 2x
sehari, diberikansebagai campuran dalam 5-15 ml air.
- Antasida : Dosis 0,5-1 mg/kgBB 1-2 jam setelah makan
atau sebelum tidur, untukmenurun-kan refluks asam lambung
ke esofagus.
Tahap III
Pembedahan anti refluks pada kasus-kasus tertentu dengan
indikasi antara lainmal-nutrisi berat, PRGE persisten, dll. Operasi
LBM II “Ulu hati perih” Page 28
yang tersering dilakukan yaitufundo-plikasi Nissen, Hill dan
Belsey.
g. KomplikasiKomplikasi PRGE antara lain :
1. Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi
kolumnermetaplastik.
2. Esofagitis ulseratif
3. Perdarahan
4. Striktur esofagus
5. Aspirasi
8. Diagnosa Sementara Penyakit pada SkenarioGastritisa. Definisi
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari
gastritis dapat hanya superficial atau dapat menembus secara dalam
ke dalam mukosa lambung, dan pada kasus-kasus yang berlangsung
lama menyebabkan atropi mukosa lambung yang hampir lengkap.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat,
dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptik
lambung sendiri
b. Klasifikasi1. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan,
biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna. Gastritis akut
terjadi akibat respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan
lokal. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus
merupakan penyakit yang ringan.
LBM II “Ulu hati perih” Page 29
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam
atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi
yang mengakibatkan obstruksi pylorus.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya
dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau
gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada
penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam
berbagai derajat dan terjadi drosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
2. Gastritis Akut Erosif
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik,
sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit
penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian
kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni
perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis akut
erosif yang tidak mengalami pendarahan sering diagnosisnya tidak
tercapai. Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan
pemerisaan khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan
keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis gastritis akut erosif,
ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung.
LBM II “Ulu hati perih” Page 30
3. Gastritis Akut Hemoragik
Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik; Pertama
diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang
menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan
(aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan mungkin
cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan
berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah.
Kedua adalah stressgastritis yang dialami pasien di Rumah Sakit,
stress gastritis dialami pasien yang mengalami trauma berat
berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat lainnya.
Erosi stress merupakan lesi hemoragika pungtata majemuk
pada lambung proksimal yang timbul dalam keadaan stress
fisiologi parah dan tak berkurang. Berbeda dengan ulserasi
menahun yang lebih biasa pada traktus gastrointestinalis atas, ia
jarang menembus profunda ke dalam mukosa dan tak disertai
dengan infiltrasi sel radang menahun. Tanpa profilaksis efektif,
erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam 20% kasus untuk
membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan perdarahan
gastrointestinalis atas dari keparahan yang mengancam nyawa.
Keadaan ini dikenal sebagai gastritis hemoragika akut.
4. Gastritis Kronik
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang
terjadi pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama
terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma.
Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa
LBM II “Ulu hati perih” Page 31
lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis
superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar
cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai
kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya
berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan
metaplasia intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu
dari dua tipe, yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun
yang terutama mengenai tubuh dan berkaitan dengan anemia
pernisiosa; dan tipe B yang terutama meliputi antrum dan
berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Terdapat beberapa
kasus gastritis kronis yang tidak tergolong dalam kedua tipe
tersebut dan penyebabnya tidak diketahui .
Gastritis kronik dapat dibagi dalam berbagai bentuk
tergantung pada kelainan histologi, topografi, dan etiologi yang
menjadi dasar pikiran pembagian tersebut.
Klasifikasi histologi yang sering digunakan membagi gastritis
kronik menjadi :
Gastritis kronik superficial
Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada
lamina propria mukosa superfisialis dan edema yang
memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel
kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan gastritis kronik
superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.
Gastritis kronik atrofik
Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai
dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.
LBM II “Ulu hati perih” Page 32
Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik
superfisialis.
Atrofi lambung
Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis
kronik. Pada saat itu struktur kelenjar menghilang dan terpisah
satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan
sebukan sel-sel radang juga menurun. Mukosa menjadi sangat
tipis sehingga dapat menerangkan mengapa pembuluh darah
menjadi terlihat saat pemeriksaan endoskopi.
Metaplasia intestinal
Suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung
menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang
mengandung sel goblet. Perubahan-perubahan tersebut dapat
terjadi secara menyeluruh pada hampir seluruh segmen
lambung, tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak
pada beberapa bagian lambung.
Distribusi anatomis pada gastritis kronik dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
1) Gastritis Kronis Tipe A
Gastritis kronis tipe A merupakan suatu penyakit autoimun
yang disebabkan oleh adanya autoantiboditerhadap sel
parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik, dan berkaitan
dengan tidak adanya sel parietal dan chief cell, yang
menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya
kadar gastrin. Dalam keadaan sangat berat, tidak terjadi
produksi faktor intrinsik. Anemia pernisiosa seringkali
dijumpai pada pasien karena tidak tersedianya faktor
LBM II “Ulu hati perih” Page 33
intrinsik untuk mempermudah absorpsi vitamin B12 dalam
ileum.
Jadi, anemia pernisiosa itu disebabkan oleh kegagalan
absorpsi vitamin B12 karena kekurangan faktor intrinsik
akibat gastritis kronis autoimun. Autoimunitas secara
langsung menyerang sel parietal pada korpus dan fundus
lambung yang menyekresikan faktor intrinsik dan asam.
Reaksi autoimun bermanifestasi sebagai sebukan limfo-
plasmasitik pada mukosa sekitar sel parietal, yang secara
progresif berkurang jumlahnya. Netrofil jarang dijumpai
dan tidak didapati Helicobacter pylori. Mukosa fundus dan
korpus menipis dan kelenjar-kelenjar dikelilingi oleh sel
mukus yang mendominasi. Mukosa sering memperlihatkan
metaplasia intestinal yang ditandai dengan adanya sel
goblet dan sel paneth. Pada stadium akhir, mukosa menjadi
atrofi dan sel parietal menghilang (gastritis kronis tipe A) .
2) Gastritis Kronis Tipe B
Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral
karena umumnya mengenai daerah antrum lambung dan
lebih sering terjadi dibandingkan dengan gastritis kronis
tipe A. Gastritis kronis tipe B lebih sering terjadi pada
penderita yang berusia tua. Bentuk gastritis ini memiliki
sekresi asam yang normal dan tidak berkaitan dengan
anemia pernisiosa. Kadar gastrin yang rendah sering terjadi.
Penyebab utama gastritis kronis tipe B adalah infeksi kronis
oleh Helicobacter pylori. Faktor etiologi gastritis kronis
lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok,
LBM II “Ulu hati perih” Page 34
dan refluks empedu kronis dengan kofaktor Helicobacter
pylori .
Gastritis kronis tipe B secara maksimal melibatkan bagian
antrum, yang merupakan tempat predileksi Helicobacter
pylori. Kasus-kasus dini memperlihatkan sebukan
limfoplasmasitik pada mukosa lambung superfisial. Infeksi
aktif Helicobacter pylori hampir selalu berhubungan
dengan munculnya nertrofil, baik pada lamina propria
ataupun pada kelenjar mukus antrum. Pada saat lesi
berkembang, peradangan meluas yang meliputi mukosa
dalam dan korpus lambung. Keterlibatan mukosa bagian
dalam menyebabkan destruksi kelenjar mukus antrum dan
metaplasia intestinal (gastritis atrofik kronis tipe B) .
Pada 60-70% pasien, didapatkan Helicobacter pylori pada
pemeriksaan histologis atau kultur biopsi. Pada banyak
pasien yang tidak didapati organisme ini, pemeriksaan
serologisnya memperlihatkan antibodi terhadap
Helicobacter pylori, yang menunjukkan sudah ada
infeksiHelicobacter pylori sebelumnya .
Helicobacter pylori adalah organisme yang kecil dan
melengkung, seperti vibrio, yang muncul pada lapisan
mukus permukaan yang menutupi permukaan epitel dan
lumen kelenjar. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif
yang menyerang sel permukaan, menyebabkan deskuamari
sel yang dipercepat dan menimbulkan respon sel radang
kronis pada mukosalambung. Helicobacter pylori
ditemukan lebih dari 90% dari hasil biopsi
yangmenunjukkan gastritis kronis. Organisme ini dapat
LBM II “Ulu hati perih” Page 35
dilihat pada irisan rutin, tetapi lebih jelas dengan pewarnaan
perak Steiner atau Giemsa. KeberadaanHelicobacter pylori
berkaitan erat dengan peradangan aktif dengan netrofil.
Organisme dapat tidak ditemukan pada pasien gastritis akut
inaktif, terutama bila terjadi metaplasia intestinal .
3) Gastritis kronis tipe AB
Gastritis kronis tipe AB merupakan gastritis kronik yang
distribusi anatominya menyebar keseluruh gaster.
Penyebaran ke arah korpus tersebut cendrung meningkat
dengan bertambahnya usia .
c. EtiologiFaktor-faktor Penyebab Gastritis
1. Pola Makan
Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang
tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan
jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam
lambung meningkat.
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik
kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah
dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung
sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung
kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung .
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang
penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan
kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan
LBM II “Ulu hati perih” Page 36
mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri.
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung
setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah
makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak
terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan
pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang
telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang
diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat
mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di
seitar epigastrium .
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit
untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi
asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi
dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi
tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan
mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang
menimbulkan rasa panas terbakar. Produksi asam lambung
diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu
pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara
refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia,
melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi
asam lambung .
b. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau
dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit
susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi
makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat
LBM II “Ulu hati perih” Page 37
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan
pedas .
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus
untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di uluhati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala
tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu
kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-
menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut
dengan gastritis .
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak
cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit
gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari,
dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega.
Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan
karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk
mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian
usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung
tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum
diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan
menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi .
c. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran
makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang
harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar
untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan
LBM II “Ulu hati perih” Page 38
berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan
menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan
dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung,
yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung
menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan
atau luka pada lambung .
2. Kopi
Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan
dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino,
asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral.
Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi
asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam
dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa
mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein
dan asam chlorogenic.
Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan
bahwa berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan
mineral lain dalam kopi bisa memicu tingginya asam lambung.
Sehingga tidak ada komponen tunggal yang harus bertanggung
jawab .
Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf
pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan
jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam
jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah,
daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk.Kafein
dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat
meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada
lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh
LBM II “Ulu hati perih” Page 39
lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat
asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat
dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung.
Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang
yang sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan
lambung). Beberapa orang yang memilliki gangguan pencernaan
dan ketidaknyamanan di perut atau lambung biasanya disaranakan
untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya
tidak bertambah parah .
3. Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku “The
Miracle of Enzyme”menemukan bahwa orang-orang Jepang yang
meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas secara teratur,
sering menderita penyakit yang disebut gastritis. Sebagai contoh
Teh Hijau, yang mengandung banyak antioksidan dapat
membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan berjenis
polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas
yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan
membentuk suatu zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang
menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa
sepat dan mudah teroksidasi.
Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki
afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa
(selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses
dimana membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi
kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan
proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan.
LBM II “Ulu hati perih” Page 40
Dosis tinggi tannin menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga
dapat mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus.
Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat
dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat ini juga
berfungsi membekukan protein mukosa lambung. Asam tanat
akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel
mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan
orang tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti
gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada keganasan
lambung.
4. Rokok
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah.
Dalam sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia
berbahaya yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok yang
disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas
karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol,
perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen,
benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin,
tar, dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan paparan
hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi racun lainnya turut
bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap
kesehatan.
Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain
melemahkan katup esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks,
mengubah kondisi alami dalam lambung, menghambat sekresi
bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan cairan lambung,
dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam lambung meningkat
sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin. Selain itu,
LBM II “Ulu hati perih” Page 41
rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat
penghambat asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam
menurunkan asam lambung pada malam hari, dimana hal tersebut
memegang peranan penting dalam proses timbulnya peradangan
pada mukosa lambung. Rokok dapat mengganggu faktor defensif
lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan aliran darah di
mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan
komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga
dapat menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan
risiko kekambuhan tukak peptik .
Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang
mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung
(gastritis) sampai tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit
di saluran cerna juga lebih sulit selama orang tersebut tidak
berhenti merokok.
5. AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif
adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid.
Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.
Asam asetil salisilat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang
dapat dipakai secara sistemik.
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara
kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase,
menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor
tromboksan dari asam arakhidonat.Siklooksigenase merupakan
enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam
arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor
LBM II “Ulu hati perih” Page 42
defensive mukosa lambung yang amat penting, selain
menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat
antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara
topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam
obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel
mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga
dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung,
sehingga kemampuan faktor defensif terganggu. Jika pemakaian
obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan
secara terus menerus atau berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama
minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis.
6. Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh
terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan,
membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidak
mampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik,
emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut .
7. Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup,
terutama dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida.
Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam membran
sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan
menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol
LBM II “Ulu hati perih” Page 43
dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam
minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat
dalam bentuk etil alkohol atau etanol .
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol
adalah lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya berupa
kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam
jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung
berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam
jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan
duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa
lambung, memperburuk gejala tukak peptik, dan mengganggu
penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya
kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena
ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta
fisiologi mukosa gastrointestinal .
8. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang
berbentuk kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu
bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang
kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di dunia
terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun
tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui
jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi Helicobacter pylori sering
terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup
LBM II “Ulu hati perih” Page 44
jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini
sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus
peptikum dan penyebab tersering terjadinya gastritis .
9. Usia
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan
bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster
cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki
infeksi Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun daripada
orang yang lebih muda. Sebaliknya,jika mengenai usia muda
biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat.
Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum
meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat,
populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir 80% menderita
gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai
dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain
juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks
kronik cairanpenereatotilien, empedu dan lisolesitin .
d. Patofisiologi Gastritis akut
Pengaruh efek samping obat – obatan NSAIs atau Nonsterid
Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan
gastritis. Obat analgesic anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti
aspirin, ibuprofen dan nafroxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat -
obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan
LBM II “Ulu hati perih” Page 45
secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.Pemberian aspirin juga
dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung,
sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang
mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka),
kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat
memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila
terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu
sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan
mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama
dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan
trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa
lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa
akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak
mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu
rusak.
Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe
A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari
perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi
sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti
anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini
dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum
panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok
LBM II “Ulu hati perih” Page 46
atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk
bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat
mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan
lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung
dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam
lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem
kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut
dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan
pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak
mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa
menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang
sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh.
Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal
superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim
untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan
sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung
semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa
menyebabkan hemoragi (perdarahan).Dalam beberapa hari
gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.
e. Manifestasi klinis1. Keluhan utama dari gastritis :
a. Gastritis Akut
Keluhan yang sering diajukan pasien adalah : rasa pedih,
kadang – timbul rasa berdenyut-denyut perut atas yang ada
hubungan dengan makanan. Keluhan ini timbul mendadak
setekah makan atau minum-minuman yang iritatif atau korosif
LBM II “Ulu hati perih” Page 47
b. Gastritis kronik
Keluhan yang sering diajukan oleh penderita pada umumnya
bersifat ringan dan dirasakan sudah berbulan-bulan bahkan
sudah bertahun-tahun.
Pada umumnya mengeluh rasa tidak enak diperut atas,lekas
kenyang, mual, rasa pedih sebelum atau sesudah makan dan
kadang mulut terasa masam.
1. Manifestasi klinis pada :
a. Gastritis akut
- Dapat terjadi ulserasi superfisal dan mengarah pada
hemoragi
- Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala
kelesuan, mual, anoreksia mungkin terjadi mual dan
muntah serta cegukan.
- Beberapa pasien menunjukkan asimtomatik
- Dapat terjadi lokil dan diare apabika tidak
dimuntahkan tetapi malah mencapai usus
- Pasien biasanya mulai pulih kembali sekitar sehari
meskipun nafsu makan mungkin akan hilang selama 2-
3 hari
- Pendarahan, yang beralasl dai mukosa lambung
gastritis akut mungkin berkisar dari saluran makanan
yang tiba-tiba dan traumatik hingga kehilangan darah
yang paling sukar di ketahui mungkin di deteksi hanya
oleh adanya darah yang samar-samar pada muntah atau
feses.
b. Gastritis Kronis
LBM II “Ulu hati perih” Page 48
- Gastritis tipe A pada dasarnya asimtomatik kecuali
untuk gejala–gejala defisiensi vitamin B 12
- Gastritis tipe B pasien mengeluh anoreksia nyeri ulu
hati setelah makan berdahak , rasa asam dalam mulut
atau mual dan muntah.
f. DiagnosisBila seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas
penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya,
tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau
tidak.
Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau
tidak. Hasil yang positif dapatmengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces.
Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
LBM II “Ulu hati perih” Page 49
fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy)
dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih
kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua
jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan ondoskop.
Ronsen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan
barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
dironsen.
g. PenatalaksanaTerapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya
dan mungkinmemerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan
atau, dalam kasus yangjarang, pembedahan untuk mengobatinya.
Terapi terhadap asam lambung. Asam lambung mengiritasi jaringan
yang meradang dalam lambung danmenyebabkan sakit dan
peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagisebagian besar
LBM II “Ulu hati perih” Page 50
tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangiatau
menetralkan asam lambung seperti :
- Anatsida.
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atautablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritisringan. Antasida menetralisir asam lambung
dan dapat menghilangkan rasasakit akibat asam lambung dengan
cepat.
- Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi
mengatasi rasasakit tersebut, dokter kemungkinan akan
merekomendasikan obat seperticimetidin, ranitidin, nizatidin atau
famotidin untuk mengurangi jumlah asamlambung yang
diproduksi.
- Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk
mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa”
asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa
proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-
pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole.Obat-obat golongan
ini juga menghambat kerja H. pylori.
- Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungijaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus
kecil. Yang termasuk kedalamnya adalah sucraflate dan
misoprostol. Jika meminum obat-obat AINSsecara teratur (karena
suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untukmeminum obat-
obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya
adalahbismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H.
pylori.
LBM II “Ulu hati perih” Page 51
Terapi terhadap H. pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori.
Yang paling seringdigunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan
penghambat pompa proton.Terkadang ditambahkan pula bismuth
subsalycilate. Antibiotik berfungsi untukmembunuh bakteri,
penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan
rasasakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan
efektifitas antibiotik.Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu
berhasil, kecepatan untuk membunuhH. pylori sangat beragam,
bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapikombinasi
dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua
obat.Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2
minggu dibandingkandengan 10 hari) juga tampaknya
meningkatkan efektifitas.Untuk memastikan H. pylori sudah
hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembalisetelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan
fecesadalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk
memastikan sudah tidakadanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan
menunjukkan hasil yang positif selamabeberapa bulan atau
bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebutsudah
hilang.
h. PencegahanWalaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut
beberapa saran untukdapat mengurangi resiko terkena gastritis :
- Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak.
Yang sama pentingnyadengan pemilihan jenis makanan yang tepat
bagi kesehatan adalahbagaimana cara memakannya. Makanlah
LBM II “Ulu hati perih” Page 52
dengan jumlah yang cukup, padawaktunya dan lakukan dengan
santai.
- Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat
mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
- Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung
lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan
borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga
menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok
tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk
berhenti merokok.
- Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan
kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
- Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung
danstroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu
terjadinyapermasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi
asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena
stress bagi sebagian orang tidakdapat dihindari, maka kuncinya
adalah mengendalikannya secara effektifdengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur danrelaksasi
yang cukup.
- Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari
penggunaan AINS,obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akanmembuat peradangan yang sudah
LBM II “Ulu hati perih” Page 53
ada menjadi lebih parah. Ganti denganpenghilang nyeri yang
mengandung acetaminophen.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
LBM II “Ulu hati perih” Page 54
. Dari hasil diskusi kelompok kami, menyimpulkan diagnosis sementara
diskenario adalah gastritis. Dimana gastritis adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung. Gastritis merupakan salah
satu yang paling banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umumnya.
Masyarakat sering menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan
semakin besar dan parah maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak
sembab, merah, dan mudah berdarah.
Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres,
karena stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi
alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid.
DAFTAR PUSTAKA
LBM II “Ulu hati perih” Page 55
1. Sofwan, Achmad. 2009. Tractus Digestivus. Jakarta: FKUY
2. Setyohadi, Bambang (dkk). 2006. Ilmu penyakit Dalam (edisi keempat).
Jakarta.
3. Price A. Sylvia & Wilson M. Lorraine. 2012. Patofisiologi. Edisi 6. Voluma
1.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Sjamsuhidajat R, DeJong W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3,Jakarta :
EGC
5. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed. 3. Jakarta: EGC
6. Braundwald, Dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 1. Volume 4. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LBM II “Ulu hati perih” Page 56