BAB I

download BAB I

of 15

description

sdljdikshdihsolnjdsnjlhklxhlkcdc

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANGBronkiektasis adalah suatu perusakan atau pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran pernapasan yang besar. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat.Secara khusus, bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran sedang. Tetapi bronkus yang berukuran kecil yang berada dibawahnya sering membentuk jaringan parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis terjadi pada bronkus yang lebih besar, seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu keadaan akibat respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan. Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernapasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari sel penghasil lendir (sel bersilia), yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikel-partikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernapasan. Sel-sel lainnyalainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh, melawan organisme dan zat berbahaya lainnya.Struktur saluran pernapasan dibentuk oleh serat elastis, otot, dan lapisan kartilago, yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernapasan sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus. Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak, dan mengalami peradangan kronis, dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. Ketegangan dinding bronkus yang normal juga hilang. Area yang terkena juga menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon kecil.Penambahan lendir menyebabkan kuman berkembang biak, yang sering menyumbat bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang terinfeksi dan kemudian merusak dinding bronkus.

B.TUJUANa.Tujuan UmumTujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatanRespirasiIII tentang asuhan keperawatan klien denganBronkiektasis.

b.Tujuan KhususTujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui bagaimana penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaanmedis, serta asuhan keperawatan klien dengan Bronkiektasis

C.MANFAATDengan mempelajari asuhan keperawatanBronkiektasis,mahasiswadapat mengetahui serta memahami tentang asuhan keperawatanBronkiektsispada umumnya dan dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalamibronkiektasiskhususnya.

D.RUMUSAN MASALAH1.Apa pengertian dari Bronkiektasis.2.Apakah yang menyebabkan terjadinya Bronkiektasis.3.Bagaimana patofisiologi Bronkiektasis.4.Apa saja tanda dan gejala dari Bronkiektasis.5.Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien Bronkiektasis.6.Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Bronkiektasis.

BAB IIPEMBAHASAN

LANDASAN TEORIA.DEFINISIBronkiektasismerupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus ( Soeparman& Sarwono, 1990).Bronkiektasisberarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang,aspirasi benda asing, atau massa (mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi (Hudak & Gallo,1997).Bronkiektasisadalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).Bronkhiektasismerupakan kelainan bronkhus di mana terjadi pelebaran atau dilatasi bronchus local dan permanen karena kerusakan struktur dinding.Bronkhiektasismerupakan kelainan saluran pernapasan yang seringkali tidak berdiri sendiri, akan tetapi dapat merupakan bagian dari suatu sindrom atau sebagai akibat (penyulit) dari kelainan paru yang lain. Insiden bronkhiektasis cenderung menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotic. Akan tetapi, perlu diingat bahwa insiden ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi udara, dan kelainan congenital.Bronkhiektasismerupakan kelainan bronchus di mana terjadi pelebaran atau dilatasi bronchus local dan permanen karena kerusakan struktur dinding. Bronkhiektasis merupakan kelainan saluran pernapasan yang seringkali tidak berdiri sendiri, akan tetapi dapat merupakan bagian dari suatu sindrom atau sebagai akibat (penyulit) dari kelainan paru yang lain. Insiden bronkhiektasis cenderung menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotic. Akan tetapi, perlu diingat bahwa insiden ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi udara, dan kelainan congenital.Bronkiektasisadalah dilatasi bronkui dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus; aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan pembesaran nodus limfe. Individu mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai akibat infeksi pernapasan pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza, tuberculosis, dan gangguan immunodefisiensi. Setelah pembedahan, bronkiektasis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara efektif, dengan akibat lender menyumbat bronchial dan mengarah pada atelektasis.

B.ETIOLOGIBeberapa penyebab terjadinya bronkhiektasis, antara lain:-Sebagai gejala sisa infeksi paru seperti pertusis pada anak, pneumonia, TB paru.-Obstruksi bronchus oleh benda asing, tumor, atau karena kelenjar limfe pada TB paru sewaktu masih anak-anak.-Atelektasis-Kelainan congenital, sindrom Kartagener yang terdiri atas bronkhiektasis, sinusitis, dekstro kardiositus inversus.-Infeksi jamur-Infeksi mikoplasma-Penyumbatan bronkus-Benda asing yang terisap-Pembesaran kelenjar getah bening-Tumor paru-Sumbatan oleh lendir-Cedera karena asap, gas, atau partikel beracun.-Keadaan genetik-Kelainan imunologik-Disfungsi sel darah putih-Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti rematoid artritis, kolitis ulseratif-Keadaan lain, misalnya: penyalahgunaan obat (heroin), infeksi HIV, dsb.

C.PATOFISIOLOGI/PATHWAYa.Factor Radang dan NekrosisRadang pada saluran pernapasan menyebabkan silia dari sel epitel bronchus tidak berfungsi.Epitel kolumner mengalami degenerasi dan diganti menjadi epitel bertatah.Selanjutnya elemen kartilago muscular mengalami nekrosis dan jaringan elastic yang terdapat di sekitarnya mengalami kerusakan sehingga berakibat dinding bronchus menjadi lemah, melebar tak teratur, dan permanen.

b.Factor Mekanik-Distensi mekanis sebagai akibat dinding bronchus yang lemah, secret yang menumpuk dalam bronchus, adanya tumor atau pembesaran kelenjar limfe.-Peningkatan tekanan intrabronkhial distal ddari penyempitan akibat batuk.-Penarikan dinding bronchus akibat fibrosis jaringan paru, sebagai akibat timbulnya perlekatan local yang permanen dari dinding bronchus.

Faktor intrinsic juga diduga mempunyai peranan, karena tidak semua klien yang mengalami infeksi disertai obstruksi bronchus akan berakibat menjadi bronkhiektasis. Pelebaran bronchus pada klien dengan bronkhiektasis dapat berupa tipe sakular dan tipe silindris.Infeksi merusak dinding bronchial, menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki.Dinding bronchial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.Infeksi meluas ke jaringan peribronkial, sehingga dalam kasus bronkiektasis sakular, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus.Bronkiektasis biasanya setempat, menyerang lobus atau segmen paru.Lobus yang paling bawah lebih sering terserang.Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada akhirnya menyebabkan alveoli di sebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis).Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru yang berfungsi.

Pada waktunya, pasien mengalami insufisiensi pernapasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas paru total.Terjadi kerusakan campuran gas yang diinspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksemia.

D.MANIFESTASI KLINISCiri-ciri gejala bronkiektasis, antara lain:-Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyakterutama pada pagi hari, setelah tiduran dan berbaring. Specimen sputum akan secara khas membentuk lapisan menjadi tiga lapisan dari atas, yaitu: lapisan atas berbusa, lapisan tengah yang bening, dan lapisan bawah berpartikel tebal.-Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama sekali (Bronkiektasisringan ).-Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.-Ditemukan jari-jari tabuh (clubbing finger) pada 30-50 % kasus.-Wheezing (bunyi napas mengi)-Sianosis-Pucat-Bau mulut-Hemoptisis-Infeksi paru berulang.-Bronkiektasis tidak mudah didiagnosis karena gejala-gejalanya dapat tertukar dengan bronchitis kronik. Tanda yang pasti adalah riwayat batuk produktif yang berkepanjangan, dengan sputum yang secara konsisten negative terhadap tuberkel basil.

E.PENATALAKSANAAN MEDISIntervensi medis bertujuan untuk memperbaiki drainase secret dan mengobati infeksi.Objektif dari pengobatan adalah untuk mencegah dan mengontrol infeksi serta untuk meningkatkan drainase bronchial untuk membersihkan bagian paru yang sakit atau paru-paru dari sekresi berlebih.Infeksi dikendalikan denganterapi antimikrobadidasarkan pada hasil pemeriksaan sensitivitas pada organism yang dikultur dari sputum.Pasien mungkin dimasukkan ke dalam regimen antibiotic sepanjang satu tahun, dengan jenis antibiotic yang berbeda pada interval yang bergantian.Beberapa dokter meresepkan antibiotic sepanjang musim dingin atau ketika terjadi infeksi saluran pernapasan atas.Pasien harus divaksinasi terhadap influenza dan pneumonia pneumokokus.Drainase posturaldari tuba bronchial mendasari semua rencana pengobatan karena drainase area bronkiektasis oleh pengaruh gravitasi mengurangi jumlah sekresi dan tingkat infeksi. (kadang-kadang sputum mukopurulen harus dibuang dengan bronkoskopi). Daerah dada yang sakit mungkin diperkusi atau ditepuk-tepuk untuk membantu meleepaskan sekresi.Drainase postural pada awalnya dilakukan untuk periode singkat dan kemudian ditingkatkan dengan pasti.Bronkodilatordapat diberikan pada individu yang juga mengalami penyakit obstruksi jalan napas. Pasien dengan bronkiektasis hamper selalu mempunyai kaitan dengan bronchitis.Simpatomimetik, terutama -adrenergik, dapat digunakan bronkodilatasi dan untuk meningkatkan transport sekresi mukosiliaris.untuk meningkatkan pengeluaran sputum, kandungan air dari sputum ditingkatkan dengan tindakanaerosolized nebulizerdan dengan meningkatkan masukan cairan peroral.Face tentbaik untuk member kelembaban ekstra terhadap aerosol. Pasien harus tidak merokok, karena merokok merusak drainase bronchial dengan melumpuhkan aksi siliaris, meningkatkan sekresi bronchial, dan menyebabkan inflamasi membrane mukosa, mengakibatkan hyperplasia kelenjar mukosa.Intervensi bedahmeski tidak sering dilakukan, mungkin diperlukan bagi pasien yang secara kontinu mengeluarkan sputum dalam jumlah yang sangat besar dan mengalami penyakit pneumonia dan hemoptisis berulang meskipun kepatuhan pasien terhadap regimen pengobatan.Namun demikian penyakit harus hanya mengenai satu atau dua daerah paru yang dapat diangkat tanpa menyebabkan insufisiensi pernapasan.Tujuan tindakan pembedahan adalah untuk menjaga jaringan paru normal dan menghindari komplikasi infeksius.Semua jaringan yang sakit diangkat, sehingga fungsi paru pascaoperatif akan adekuat. Mungkin ada baiknya untuk mengangkat suatu segmen lobus (reseksi segmental), lobus (lobektomi), atau keseluruhan paru (pneumonektomi).Reseksi segmentaladalah pengangkat subdivisi anatomi dari lobus paru. Keuntungan utama dari tindakan ini adalah bahwa hanya jaringan yang sakit saja yang diangkat dan jaringan paru yang sehat terpelihara.Bronkografi membantu dalam menggambarkan segmen paru.Pembedahan didahului dengan periode persiapan operasi yang cermat.Tujuannya adalah untuk memungkinkan agar percabangan trakeobronkial kering (sekering mungkin) untuk mencegah komplikasi (atelektasis, pneumonia, fistula bronkopleura, dan emfisema). Tujuan ini dicapai dengan cara drainase postural atau tergantung letak abses, dengan suction langsung melalui bronkoskop. Serangkaian terapi antibacterial mungkin diresepkan.

F.PENCEGAHANImunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak membantu menurunkan angka kejadian bronkiektasis. Vaksin influenza berkala membantu mencegah kerusakan bronkus oleh virus flu. Vaksin pneumokok membantu mencegah komplikasi berat dari pneumonia pneumokok.Minum antibiotik dini saat terjadi infeksi juga mencegah bronkiektasis atau memburuknya penyakit. Pengobatan dengan immunoglobulin pada sindroma kekurangan imunoglobulin mencegah infeksi berulang yang telah mengalami komplikasi.Penggunaan anti peradangan yang tepat (kortikosteroid) terutama pada penderita bronkopneumonia alergika aspergilosis, bisa mencegah kerusakanbronkus yang akan menyebabkan terjadinya bronkiektasis. Menghindari udara beracun,asap rokok, dan serbuk yang berbahaya, seperti bedak atau siika dapat mencegah bronkiektasis.Masuknya benda asing ke saluran pernapasan dapat dicegah dengan cara:-Memperhatikan apa yang dimasukkan anak ke dalam mulutnya.-Menghindari kelebihan dosis obat dan alkohol.-Mencari pengobatan medis untuk gejala neurologis (seperti penurunan kesadaran) atau gejala saluran pencernaan seperti regurgitasi/batuk setelah makan.-Tetes minyak atau tetes mineral untuk mulut atau hidung jangan digunakan menjelang tidur karena dapat masuk ke dalam paru.-Bronkoskopi dapat digunakan untuk menemukan dan mengobati penyumbatan bronkus sebelum timbulnya kerusakan yang berat.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BRONKIEKTASIS

A.PENGKAJIANAnamneseBronkhiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69% penderita berumur kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60% dari penderita gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejala bergantung pada luas, berat, lokasi, dan ada/tidaknya komplikasi.Batuk kronis adalah keluhan utama bronkhiektasis. Klien biasanya mempunyai riwayat merokok dan riwayat batuk kronis yang lama, tingal atau bekerja di area dengan polusi udara berat, adanya riwayat alergi pada keluarga, adanya riwayat asma pada anak-anak.Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama sekali (bronkhiektasis ringan). Batuk yang terus-menerus dengan sputum yang banyaknya 200-300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak napas dan sianosis. Selain itu, sputum juga sering mengandung bercak darah dan batuk darah. Pada pemeriksaan tangan klien dengan bronkhiektasis sering ditemukan jari-jari tabuh (clubbing finger) pada hampir sekitar 30-50% kasus.

Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada bayi dan neonatus), jenios kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk RS, nomor register, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis.Keluhan Utama:Batuk yang terus menerus/ batuk kronis dengan sputum yang banyak.Riwayatatau adanya faktor-faktor penunjangoMerokok produk tembakau sebagai factor penyebab utamaoTinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara beratoRiwayat alergi pada keluargaoAda riwayat asmapada masa anak-anak.

Riwayatatauadanya faktor-faktor pencetus eksaserbasi seperti :oAllergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)oSress emosionaloAktivitas fisik yang berlebihanoPolusi udaraoInfeksi saluran nafasoKegagalan program pengobatan yang dianjurkan

Pemeriksaan Fisik FokusInspeksiKlien dengan bronkhiektasis terlihat mengalami batuk-batuk dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari serta setelah tiduran dan berbaring. Pada inspeksi, bentuk dada biasanya normal.Adanya batuk darah sering dijumpai pada sekitar 50% dari klien dengan bronkhiektasis. Batuk darah pada klien dengan bronkhiektasis biasanya bersifat masif karena sering melibatkan pecahnya pembuluh darah arteri yang meregang pada dinding bronkhus dan melemahnya dinding bronkhus akibat stimulus batuk lama dapat menyebabkan batuk darah masif.

PalpasiPada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.

PerkusiPada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor.

AuskultasiSering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruktif pada bronkhiolus.

Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus,klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob. Pemeriksaan darah tepi.Biasanya ditemukan dalam batas normal.Kadang ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.

Pemeriksaan urineDitemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal Kadan bisa meningkat atau menurun.

Pemeriksaan EKGEKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :oKetidakseimbangan ventilasi dan perfusioKenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arterioHipoksemiaoHiperkapnia

Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan :oPemeriksaan imunologioPemeriksaan spermatozoaoBiopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang). Foto dada PA dan LateralBiasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon serta gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus medius paru kanan.Pada klien dengan TB paru, gambaran bronkhiektasis dapat berbentuk sakular atau silindris, dan dapat ditemukan pada lobus atau segmen yang mengalami gangguan. Kadang-kadang, kelainan ini juga ditemukan pada daerah yang kurang nyata mengalami gangguan. Diduga bronkhiektasis yang terjadi pada TB paru dapat ditetapkan berdasarkan pada hal ini dimana tidak ada kecurigaan dari rontgen thoraks yang menyangkutatasketerlibatan parenkim paru. Terdapat beberapa perbedaan pada bronkhiektasis dengan TB paru dibandingkan dengan yang disebabkan oleh lainnya. Pada TB paru sering dijumpai adanya obliterasi (kehilangan) jaringan perifer dan fibrosis yang banyak dengan perubahan yang nyata dari bronkhus.

Pemeriksaan bronkografiBronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif atau penderita dengan hemoptisis yang masif.Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret.

B.DIAGNOSAKEPERAWATAN1.Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan peningkatan produksi mucus dan penurunan kemampuan batuk efektif.2.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan dan hipoksemia secara reversible/menetap.3.Resiko tinggi infeksi pernapasan (pneumonia) berhubungan dengan akumulasi secret jalan napas.4.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.5.Gangguan ADL berhubungan dengan keletihan dan kelemahan fisik umum.6.Kurang pengetahuan tentang prosedur perawatan diri berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.

C.RENCANA INTERVENSI

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan peningkatan produksi mucus dan penurunan kemampuan batuk efektif.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi, jalan napas kembali efektif, menghilangkan kuantitas dari viskositas sputum untuk memperbaiki ventilasi paru dan pertukaran gas.Criteria hasil:klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif, klien dapat menyebutkan cara-cara menurunkan kekentalan sekresi, tidak ada suara napas tambahan, dan pernapasan kien normal (16-20 x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu napas.

IntervensiRasional

Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum.

Atur posisi semifowler.

Ajarkan cara batuk efektif.

Bantu klien latihan napas dalam.

Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.

Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.

Kolaborasi pemberian bronkodilatorNebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg, fenoterol HBr 0,1 % solution, orciprenaline sulfur 0,75 mg.

Kolaborasi pemberian agen mukolitik dan ekspektoran.

Kolaborasi pemberian kortikosteroidKarakteristik sputum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi.

Meningkatkan ekspansi dada.

Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan pengeluaran secret yang melekatkan jalan napas.

Ventilasi maksimal membuka lumen jalan napas dan meningkatkan gerakan secret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan mengefektifkan bersihan jalan napas.Selain itu, untuk memeperbanyak intake cairan adalah kecendrungan klien untuk bernapas melalui mulut yang meningkatkan kehilangan air. Menghirup air yang diuapkan juga membantu karena uap ini dapat melembabkan percabangan bronchial.

Postural drainase dengan perkusi dan fibrasi menggunakan bantuan gaya gravitasi untuk membantu menaikkan sekresi sehingga dapat dikeluarkan atau dihisap dengan mudah. Terapi yang dapat mendilatasi bronkus seperti terapi aerosol, bronkodilator aerosolisasi, atau tindakan pernapasan tekanan positif intermitten (IPPB), harus diberikan sebelum postural drainase karena sekresi akan mengalir lebih mudah setelah percabangan trakeobronkhial berdilatasi. Klien diinstruksikan bernapas dan batuk efektif untuk membantu mengeluarkan sekresi. Postural drainase biasanya dilakukan ketika klien bangun, untuk membuang sekresi yang telah terkumpul sepanjang malam, dan sebelum istirahat, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur.

Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronchus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.

Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan.Agen ekspektoran akan memudahkan secret lepas dari perlengketan jalan napas.

Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronchus.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan dan hipoksemia secara reversible/menetap.

Tujuan:pertukaran gas kembali membaik setelah diberikan tindakan selama 2x24 jam.Criteria hasil:frekuensi napas 16-20 x/menit, frekuensi nadi 60-80 x/menit, warna kulitnormal, GDA dalam batas normal.

IntervensiRasional

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot bantu pernapasan, ketidakmampuan bicara/berbicara.

Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.

Dorong untuk mengeluarkan sputum: penghisapan bila diindikasikan.

Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.

Awasi tanda vital dan irama jantung.

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasiBerguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.

Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.

Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.

Takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.

Resiko tinggi infeksi pernapasan (pneumonia) berhubungan dengan akumulasi secret jalan napas.

Tujuan:tidak terjadi infeksi pernapasan dalam waktu 2x24 jamCriteria hasil:frekuensi napas 16-20 x/menit, frekuensi nadi 60-80 x/menit, tidak ada peningkatan suhu tubuh, kemampuan batuk efektif normal.

IntervensiRasional

Awasi suhu klien.

Kaji pentingnya latihan pernapasan, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat.

Observasi warna, karakter, dan bau sputum.

Awasi pengunjung, berikan masker sesuai indikasi.

Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Berikan antimikrobial sesuai indikasiDemam dapat terjadi karena infeksi/dehidrasi.

Aktivitas ini dapat meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.

Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.

Menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius.

Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.

Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

Tujuan:kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah diberikan tindakan keperawatanCriteria hasil:BB kembali normal, nafsu makan klien kembali meningkat, tidak terjadi mual, anoreksia

IntervensiRasional

Kaji kebiasaan diet. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

Berikan perawatan oral, dan buang sekret.

Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat.Pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat-obatan.

Rasa tak enak, bau, dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.

Dapat menghasilkan distensi abdmen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat menggerakkan dispnea.

Gangguan ADL berhubungan dengan keletihan dan kelemahan fisik umum.

Tujuan:infeksi dapat dikendalikan untuk menghilangkan edema inflamasi dan untuk memungkinkan penyembuhan aksi siliaris normal.Criteria hasil:frekuensi napas 16-20 x/menit, frekuensi nadi 60-80 x/menit.

IntervensiRasional

Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.

Atur cara beraktifitas klien sesuai kemampuan.

Ajarkan latihan otot-otot pernapasan.Menjadi data dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya.

Untuk memulihkan kondisi klien dalam beraktifitas.

Setelah klien mempelajari pernapasan diafragmatik, suatu program pelatihan otot-otot yang digunakan dalam bernapas. Program ini mengharuskan klien bernapas terhadap suatu tahanan selama 10-15 menit setiap hari.

Kurang pengetahuan tentang prosedur perawatan diri berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.

Tujuan:Dalam 2 x 24 jam setelahdilakukan intervensi pengetahuan klien dan keluarga bertambahCriteria hasil:Pengetahuan keluarga dan klien tentang prosedur perawatan diri bertambah. Klien dan keluarga mampu mengulang apa yang telah diajarkan.

IntervensiRasional

Tetapkan tujuan yang realistik.

Hindari perubahan suhu yang ekstreem.

Klien dapat memperbaiki kualitas hidupnya dengan mengetahui tentang prose penyakit yang dialaminya.

Klien diinstruksikan untuk menghindari panas atau dingin yang ekstrim. Panas meningkatkan suhu tubuh, karenanya dapat meningkatkan kebutuhan oksigen tubbuh. Dingin cenderung meningkatkan bronkospasme.

BAB IIIPENUTUP

A.KESIMPULAN-Bronkhiektasismerupakan kelainan bronkhus di mana terjadi pelebaran atau dilatasi bronchus local dan permanen karena kerusakan struktur dinding.-Bronkiektasis terjadi akibat adanyagejala sisa infeksi paru,Obstruksi bronchus oleh benda asing,Kelainan congenital, sindrom Kartagener, Infeksi jamur, Infeksi mikoplasma, Penyumbatan bronkus, dsb.-Infeksi merusak dinding bronchial, menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki.-Tanda dan gejala utama dari bronkiektasis adalah batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyakterutama pada pagi hari, setelah tiduran dan berbaring.-Intervensi medis bertujuan untuk memperbaiki drainase secret dan mengobati infeksi.-Keluhan Utama:Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak.-Bronkodilatordapat diberikan pada individu yang juga mengalami penyakit obstruksi jalan napas.-Imunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak membantu menurunkan angka kejadian bronkiektasis.

B.SARANDengan adanya pembahasan mengenai Asuhan KeperawatanBronkiektasisdiharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang Asuhan KeperawatanBronkiektasis. Dimana nantinya perawat akan mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya. Oleh karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa depan memahami hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000.Medical Surgical Nursing. Edition 9. Philadelphia: Lippincott.Doengoes, M.E. 2000.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.EdisiMuttaqin, Arif.Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan SistemPernapasan. 2008. Jakarta. Salemba Medika.Potter, PA.1996.Pengkajian Kesehatan. Edisi 3. Jakarta; EGC.

Diposkan olehmyhusband.mywifedi07.51http://malakastellorios.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-klien.html